43
LAPORAN PRAKTIKUM TATANIAGA JAGUNG MANIS Oleh KELOMPOK II Aef Saepul Anwar (A0A011014) PROGRAM DIPLOMA III AGROBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

Laporan Praktikum Taper

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan Praktikum Taper

LAPORAN PRAKTIKUM

TATANIAGA JAGUNG MANIS

OlehKELOMPOK II

Aef Saepul Anwar (A0A011014)

PROGRAM DIPLOMA III AGROBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO

2012

Page 2: Laporan Praktikum Taper

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas kebaikannya, sehingga

kelompok kami dapat menyelesaikan praktikum lapang tersebut laporan hasil praktikum

Tataniaga pertanian untuk mengtahui pemasaran jagung manis di daerah Purwokerto dan

Baturraden. Kami menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan yang bersangkutan serta

kerjasama teman-teman praktikum ini tidak mungkin dapat terwujud dengan baik. Kami

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr Suyono, M.Si selaku pengampu yang telah memberikan arahan atas praktikum ini

2. Kepada Para Narasumber yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk kami

wawancarai .

3. Semua pihak yang telah mendukung baik moril maupun materil, sehingga dapat

terselesaikan laporan praktikum ini.

Besar harapan kami laporan praktikum ini dapat diterima. Sekian kami ucapkan terima kasih.

Purwokerto, 18 Desember 2012

Tim Penulis

Page 3: Laporan Praktikum Taper

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

DAFTAR TABEL..................................................................................................v

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..........................................................................................1

B. Tujuan .......................................................................................................2

C. Manfaat......................................................................................................3

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Aspek Ekonomi Jagung .............................................................................4

B. Teknik Budidaya Jagung............................................................................5

C. Prospek Jamur Jagung..............................................................................12

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Hasil Pengamatan .............................................................................................15

A. Penentuan Produk Jagung......................................................................... 15

B. Saluran Tataniaga Jagung..........................................................................15

C. Lembaga Tataniaga Jagung.......................................................................15

D. Fungsi-Fungsi Tataniaga Jagung...............................................................15

E. Marjin Tataniaga Jagung...........................................................................18

F. Efisiensi Tataniaga Jagung.........................................................................20

b. Pembahasan ......................................................................................................23

IV. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan......................................................................................................28

Page 4: Laporan Praktikum Taper

B. Saran.............................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................29

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 5: Laporan Praktikum Taper

DAFTAR TABEL a. Tabel 1. Dosis pemupukan..............................................................................6

Page 6: Laporan Praktikum Taper

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sifat hasil pertanian yang musiman atau bahkan tahunan akan mempengaruhi pola

harga hasil pertanian, sehingga menyebabkan fluktuasi harga antar musim bahkan anat tahun,

da berpengaruh pula pada pemasarannya (Suyono dan Dwi Purwastuti). Pada umumnya

untuk hasil pertanian yang musiman dan mudah rusak (sayuran dan buah – buahan)

memerlukan penanganan khusus, baik dalam penyimpanan maupun dalam pengangkutannya,

salah satunya adalah dengan menggunakan ruangan pendingin. Sementara itu, untuk produk

pertanian yang relatif tidak mudah rusak seperti beras, jagung, dan kedelai, maka dalam

penyimpanannya membutuhkan sistem peyimpanan yang baik untuk mengurangi resiko

kerusakan. (Suyono dan Dwi Purwastuti ).

Produktivitas hasil pertanian selalu mengalami fluktuasi, sedangkan harga hasil

pertanian ditingkat prodesen cenderung mengalami peningkatan yang cukup berarti, hal ini

diduga berkaitan dengan rendahnya produktivitas dari hasil pertanian. Singh dalam Sahara

(2001) mengatakan bahwa fluktuasi harga yang tinggi di sektor pertanian merupakan suatu

fenomena yang umum akibat ketidakstabilan (inherent instability) pada sisi penawaran.

Hal ini berarti harga hasil pertanian disebabkan oleh sifat alami dari produksi

pertanian, yaitu dalam jangka pendek tidak dapat merespon tambahan permintaan atau tidak

dapat mengurangi produksi pada saat harga yang rendah. Pengaruh fluktuasi harga pertanian

lebih besar bila dibandingkan dengan fluktuasi produksi. Keadaan ini dapat menyebabkan

petani menderita kerugian dalam jangka pendek sehingga menimbulkan kurangnya keinginan

untuk melakukan investasi di sektor pertanian atau petani akan beralih ke komoditas yang

memiliki harga jual yang lebih tinggi.

Selanjutnya banyaknya lembaga tataniaga yang terlibat dalam pemasaran hasil

pertanian akan mempengaruhi panjang pendeknya rantai tataniaga dan besarnya biaya

tataniaga. Besarnya biaya tataniaga akan mengarah pada semakin besarnya perbedaan harga

antara petani produsen dengan konsumen. Hubungan antara harga yang diterima petani

produsen dengan harga yang dibayar oleh konsumen pabrikan sangat bergantung pada

struktur pasar yang menghubungkannya dan biaya transfer. Apabila semakin besar margin

pemasaran ini akan menyebabkan harga yang diterima petani produsen menjadi semakin

kecil dan semakin mengindikasikan sebagai sistem pemasaran yang tidak efisien (Tomek and

Robinson, 1990).

Page 7: Laporan Praktikum Taper

Persoalan mutu dan harga hasil pertanian merupakan bagian dari masalah tataniaga

hasil pertanian yang tidak dapat dipisahkan karena mempunyai dampak langsung terhadap

pihak-pihak yang terkait dalam perdagangan hasil pertanian. Selain itu keberadaan lokasi

lahan pertanian yang terpencar-pencar dan jauh dari pusat perekonomian yang mengarah

pada terbentuknya rantai tataniaga yang panjang karena adanya peran hierarki dari pedagang

perantara yang cenderung menambah kompleksitas upaya perbaikan mutu hasil pertanian.

1.2. Tujuan

1. Untuk mengidentifikasikasi pola kenaikan dan penurunn harga hasil pertanian

secara periodik ( bulanan ) untuk beberapa komoditas, ditingkat produsen, grosir,

dan pedagang pengecer.

2. Untuk menidentifikasi biaya tataniaga yang timbul yang dikelurkan oleh setiap

lembaga tataniaga dan meghitung marjin tataniaga pada beberapa komoditas

pertanian serta menganalisis bagaimana cara meningkatkan harga di tingkat

petani.

3. Untuk mengukur keefisienan dan keefektifan sistem pemasaran di antara dua

pasar dalam mekanisme pembentukan harga, sehingga dapat ditunjukan ada atau

tidaknya adanya integrasi pasar pada kedua pasar tersebut.

1.2. Manfaat

1. Dapat mengetahui pola kenaikan dan penurunan harga hasil pertanian secara

periodik ( bulanan ) untuk beberapa komoditas, ditingkat produsen, grosir, dan

pedagang pengecer.

2. Dapat mengidentifikasi biaya tataniaga yang timbul yang dikeluarkan oleh setiap

lembaga tataniaga dan meghitung marjin tataniaga pada beberapa komoditas

pertanian serta menganalisis cara meningkatkan harga di tingkat petani.

3. Dapat mengetahui Efesiensi harga dan menghitung Efesiensi harga.

Page 8: Laporan Praktikum Taper

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Aspek Eonomi

Jagung merupakan salah satu komoditas penting, baik di Indonesia maupun negara-

negara lain di dunia, karena merupakan sumber karbohidrat penting selain padi. Jagung selain

sebagai bahan pangan, terutama digunakan sebagai pakan ternak, serta sebagai bahan baku

industri (minyak makan, tepung maizena, pati, dan minuman). Sebagai bahan pangan, jagung

dapat dikonsumsi langsung baik sebagai nasi, dicampur dengan beras, maupun jagung muda.

Selain itu, yang melalui proses pengolahan seperti emping jagung, marning, tepung jagung

dan lain-lainnya. Diversifikasi pengolahan jagung ini juga akan meningkatkan permintaan

jagung dalam negeri.

Akhir-akhir ini di Indonesia, pemanfaatan jagung untuk pakan ternak mengalami

peningkatan sejalan dengan berkembangnya bisnis peternakan, terutama ayam ras beserta

industri pakannya. Hal ini disebabkan karena sebagian besar bahan penyusun ransum ayam

adalah jagung, sehingga permintaan jagung diprediksi akan terus meningkat sesuai dengan

perkembangan industri pakan.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS, 2000) produksi jagung pipilan kering di

Indonesia pada tahun 2000 adalah 9.676.899 ton. Nilai produksi tersebut masih lebih rendah

bila dibandingkan dengan nilai penggunaan atau pemanfaatan jagung itu sendiri. Adapun

perincian pemanfaatan jagung pada tahun 1999 adalah untuk bahan makanan sebesar

8.299.000 (85,3%), untuk pakan sebesar 584.000 ton (6%), untuk benih 97.000 ton (1%),

untuk industri dan lain-lain sebesar 264.000 ton (2,7%), serta yang tercecer sebanyak 487.000

ton (5%) (Biro Pusat Statistik, 1999). Rendahnya produksi dibandingkan dengan pemanfaatan

tersebut menyebabkan Indonesia harus mengimpor jagung sebesar 618.000 ton (BPS, 1999).

Untuk mengatasi hal tersebut, upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produksi

adalah dengan pengelolaan pertanaman secara intensif dan penggunaan benih bermutu dari

varietas jagung unggul baik varietas hibrida maupun varietas bersari bebas. Program Gema

Palagung merupakan upaya pemerintah dalam membantu petani untuk meningkatkan

produksi jagung secara terus menerus dan berkesinambungan. Namun demikian, petani masih

menemui beberapa kendala yang memerlukan perhatian dan bantuan berbagai fihak, baik

dalam aspek permodalan, teknologi pasca panen, serta aspek pemasaran yang berkaitan

dengan fluktuasi harga jual petani.

Berdasarkan analisis ekonomi usahatani jagung dapat memberikan pendapatan yang

cukup tinggi sehingga dapat memberikan insentif yang cukup untuk menggerakkan usahatani

Page 9: Laporan Praktikum Taper

jagung menjadi usahatani yang maju. Meskipun produksi jagung nasional terus meningkat

dengan diusahakannya varietas unggul bersari bebas dan hibrida yang mempunyai potensi

hasil yang tinggi, namun belum mampu mengimbangi kebutuhan yang berkaitan dengan terus

meningkatnya kebutuhan jagung untuk industri pakan dan pangan.

Kondisi tersebut memberikan peluang bagi petani dan pengusaha untuk terjun dalam

industri jagung, sehingga dapat memenuhi permintaan dalam negeri, dan lebih dari itu

diharapkan Indonesia menjadi negara produsen utama dunia. Dukungan sumberdaya yang

tercukupi dengan baik, seperti sumberdaya alam dan manusia akan memperbesar peluang

tersebut.

2.2. Teknik Budidaya Jagung

A. Syarat benih

Benih sebaiknya bermutu tinggi baik genetik, fisik dan fisiologi (benih hibryda). Daya

tumbuh benih lebih dari 90%. Kebutuhan benih + 20-30 kg/ha. Sebelum benih ditanam,

sebaiknya direndam dalam POC NASA (dosis 2-4 cc/lt air semalam).

B. Pengolahan Lahan

Lahan dibersihkan dari sisa tanaman sebelumnya, sisa tanaman yang cukup banyak

dibakar, abunya dikembalikan ke dalam tanah, kemudian dicangkul dan diolah dengan

bajak. Tanah yang akan ditanami dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian diratakan.

Setiap 3 m dibuat saluran drainase sepanjang barisan tanaman. Lebar saluran 25-30 cm,

kedalaman 20 cm. Saluran ini dibuat terutama pada tanah yang drainasenya jelek.Di

daerah dengan pH kurang dari 5, tanah dikapur (dosis 300 kg/ha) dengan cara menyebar

kapur merata/pada barisan tanaman, + 1 bulan sebelum tanam. Sebelum tanam sebaiknya

lahan disebari GLIO yang sudah dicampur dengan pupuk kandang matang untuk

mencegah penyakit layu pada tanaman jagung.

C. Pemupukan

a. Tabel 1. Dosis pemupukan

Dosis Pupuk Makro

(per ha)

Page 10: Laporan Praktikum Taper

Waktu  Dosis POC

NASA Urea

(kg)

TSP

(kg)

KCl

(kg)

Perendaman

benih

- - -

2 - 4 cc/ lt air

Pupuk dasar

120 80 25

20 - 40 tutup/tangki

( siram merata )

2 minggu

- - -

4 - 8 tutup/tangki

( semprot/siram)

Susulan I (3

minggu)

115 - 55

-

4 minggu

- - -

4 - 8 tutup/tangki

( semprot/siram )

Susulan II

(6minggu)

115 - -

4 - 8 tutup/tangki

( semprot/siram )

Page 11: Laporan Praktikum Taper

Catatan : akan lebih baik pupuk dasar menggunakan SUPER NASA dosis ± 1 botol/1000

m2 dengan cara :

- alternatif 1 : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 3 lt air (jadi larutan induk).

Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan.

- alternatif 2 : 1 gembor (10-15 lt) beri 1 sendok peres makan SUPER NASA untuk

menyiram + 10 m bedengan.

D. Teknik Penanaman

1. Penentuan Pola Tanaman

Beberapa pola tanam yang biasa diterapkan :

a. Tumpang sari ( intercropping ),

melakukan penanaman lebih dari 1 tanaman (umur sama atau berbeda). Contoh:

tumpang sari sama umur seperti jagung dan kedelai; tumpang sari beda umur seperti jagung,

ketela pohon, padi gogo.

b. Tumpang gilir ( Multiple Cropping ),

dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor

lain untuk mendapat keuntungan maksimum. Contoh: jagung muda, padi gogo, kedelai,

kacang tanah, dll.

c. Tanaman Bersisipan ( Relay Cropping )

pola tanam dengan menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman selain tanaman

pokok (dalam waktu tanam yang bersamaan atau waktu yang berbeda). Contoh: jagung

disisipkan kacang tanah, waktu jagung menjelang panen disisipkan kacang panjang.

d. Tanaman Campuran ( Mixed Cropping ) :

penanaman terdiri beberapa tanaman dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun

larikannya, semua tercampur jadi satu. Lahan efisien, tetapi riskan terhadap ancaman hama

dan penyakit. Contoh: tanaman campuran seperti jagung, kedelai, ubi kayu.

2. Lubang Tanam dan Cara Tanam

Lubang tanam ditugal, kedalaman 3-5 cm, dan tiap lubang hanya diisi 1 butir benih. Jarak

tanam jagung disesuaikan dengan umur panennya, semakin panjang umurnya jarak tanam

semakin lebar. Jagung berumur panen lebih 100 hari sejak penanaman, jarak tanamnya

Page 12: Laporan Praktikum Taper

40x100 cm (2 tanaman /lubang). Jagung berumur panen 80-100 hari, jarak tanamnya 25x75

cm (1 tanaman/lubang). Panen <>E. Pengelolaan Tanaman

1. Penjarangan dan Penyulaman

Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting

tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh

dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman

bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati, dilakukan 7-10 hari sesudah tanam

(hst). Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu

penanaman.

2. Penyiangan

Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih

muda dapat dengan tangan atau cangkul kecil, garpu dll. Penyiangan jangan sampai

mengganggu perakaran tanaman yang pada umur tersebut masih belum cukup kuat

mencengkeram tanah maka dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari.

3. Pembumbunan

Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan untuk memperkokoh posisi

batang agar tanaman tidak mudah rebah dan menutup akar yang bermunculan di atas

permukaan tanah karena adanya aerasi. Dilakukan saat tanaman berumur 6 minggu,

bersamaan dengan waktu pemupukan. Tanah di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman

diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman. Dengan cara ini akan

terbentuk guludan yang memanjang.

4. Pengairan dan Penyiraman

Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah telah

lembab, tujuannya menjaga agar tanaman tidak layu. Namun menjelang tanaman berbunga,

air yang diperlukan lebih besar sehingga perlu dialirkan air pada parit-parit di antara

bumbunan tanaman jagung.

F. Hama dan Penyakit

1. Hama

a.Lalat bibit (Atherigona exigua Stein)

Gejala: daun berubah warna menjadi kekuningan, bagian yang terserang mengalami

pembusukan, akhirnya tanaman menjadi layu, pertumbuhan tanaman menjadi kerdil atau

mati. Penyebab: lalat bibit dengan ciri-ciri warna lalat abu-abu, warna punggung kuning

kehijauan bergaris, warna perut coklat kekuningan, warna telur putih mutiara, dan panjang

Page 13: Laporan Praktikum Taper

lalat 3-3,5 mm. Pengendalian: (1) penanaman serentak dan penerapan pergiliran tanaman. (2)

tanaman yang terserang segera dicabut dan dimusnahkan. (3) Sanitasi kebun. (4) semprot

dengan PESTONA

b. Ulat Pemotong

Gejala: tanaman terpotong beberapa cm diatas permukaan tanah, ditandai dengan bekas

gigitan pada batangnya, akibatnya tanaman yang masih muda roboh. Penyebab: beberapa

jenis ulat pemotong: Agrotis ipsilon; Spodoptera litura, penggerek batang jagung (Ostrinia

furnacalis), dan penggerek buah jagung (Helicoverpa armigera). Pengendalian: (1) Tanam

serentak atau pergiliran tanaman; (2) cari dan bunuh ulat-ulat tersebut (biasanya terdapat di

dalam tanah); (3) Semprot PESTONA, VITURA atau VIREXI.

2. Penyakit

a. Penyakit bulai (Downy mildew) 

Penyebab: cendawan Peronosclerospora maydis dan P. javanica serta P. philippinensis,

merajalela pada suhu udara 270 C ke atas serta keadaan udara lembab. Gejala: (1) umur 2-3

minggu daun runcing, kecil, kaku, pertumbuhan batang terhambat, warna menguning, sisi

bawah daun terdapat lapisan spora cendawan warna putih; (2) umur 3-5 minggu mengalami

gangguan pertumbuhan, daun berubah warna dari bagian pangkal daun, tongkol berubah

bentuk dan isi; (3) pada tanaman dewasa, terdapat garis-garis kecoklatan pada daun tua.

Pengendalian: (1) penanaman menjelang atau awal musim penghujan; (2) pola tanam dan

pola pergiliran tanaman, penanaman varietas tahan; (3) cabut tanaman terserang dan

musnahkan; (4) Preventif diawal tanam dengan GLIO

b. Penyakit bercak daun (Leaf bligh) Penyebab: cendawan Helminthosporium turcicum.

Gejala: pada daun tampak bercak memanjang dan teratur berwarna kuning dan dikelilingi

warna coklat, bercak berkembang dan meluas dari ujung daun hingga ke pangkal daun,

semula bercak tampak basah, kemudian berubah warna menjadi coklat kekuning-kuningan,

kemudian berubah menjadi coklat tua. Akhirnya seluruh permukaan daun berwarna coklat.

Pengendalian: (1) pergiliran tanaman. (2) mengatur kondisi lahan tidak lembab; (3)

Prenventif diawal dengan GLIO

c. Penyakit karat (Rust)

Penyebab: cendawan Puccinia sorghi Schw dan P.polypora Underw. Gejala: pada tanaman

dewasa, daun tua terdapat titik-titik noda berwarna merah kecoklatan seperti karat serta

terdapat serbuk berwarna kuning kecoklatan, serbuk cendawan ini berkembang dan

memanjang. Pengendalian: (1) mengatur kelembaban; (2) menanam varietas tahan terhadap

Page 14: Laporan Praktikum Taper

penyakit; (3) sanitasi kebun; (4) semprot dengan GLIO.

d. Penyakit gosong bengkak (Corn smut/boil smut)

Penyebab: cendawan Ustilago maydis (DC) Cda, Ustilago zeae (Schw) Ung, Uredo zeae

Schw, Uredo maydis DC. Gejala: masuknya cendawan ini ke dalam biji pada tongkol

sehingga terjadi pembengkakan dan mengeluarkan kelenjar (gall), pembengkakan ini

menyebabkan pembungkus rusak dan spora tersebar. Pengendalian: (1) mengatur

kelembaban; (2) memotong bagian tanaman dan dibakar; (3) benih yang akan ditanam

dicampur GLIO dan POC NASA .

e. Penyakit busuk tongkol dan busuk biji

Penyebab: cendawan Fusarium atau Gibberella antara lain Gibberella zeae (Schw),

Gibberella fujikuroi (Schw), Gibberella moniliforme. Gejala: dapat diketahui setelah

membuka pembungkus tongkol, biji-biji jagung berwarna merah jambu atau merah

kecoklatan kemudian berubah menjadi warna coklat sawo matang. Pengendalian: (1)

menanam jagung varietas tahan, pergiliran tanam, mengatur jarak tanam, perlakuan benih; (2)

GLIO di awal tanam.

Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum

mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida

kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO

810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.

G. Panen dan Pasca Panen 

1. Ciri dan Umur Panen Umur panen + 86-96 hari setelah tanam. Jagung untuk sayur

(jagung muda, baby corn) dipanen sebelum bijinya terisi penuh (diameter tongkol 1-2 cm),

jagung rebus/bakar, dipanen ketika matang susu dan jagung untuk beras jagung, pakan

ternak, benih, tepung dll dipanen jika sudah matang fisiologis.

2. Cara Panen Putar tongkol berikut kelobotnya/patahkan tangkai buah jagung.

3. Pengupasan Dikupas saat masih menempel pada batang atau setelah pemetikan selesai,

agar kadar air dalam tongkol dapat diturunkan sehingga cendawan tidak tumbuh.

4. PengeringanPengeringan jagung dengan sinar matahari (+7-8 hari) hingga kadar air + 9%

-11 % atau dengan mesi pengering.

5. Pemipilan Setelah kering dipipil dengan tangan atau alat pemipil jagung.

Page 15: Laporan Praktikum Taper

6. Penyortiran dan Penggolongan Biji-biji jagung dipisahkan dari kotoran atau apa saja

yang tidak dikehendaki (sisa-sisa tongkol, biji kecil, biji pecah, biji hampa, dll). Penyortiran

untuk menghindari serangan jamur, hama selama dalam penyimpanan dan menaikkan

kualitas panenan.

2.3. Prospek Jagung

Dewasa ini jagung tidak hanya digunakan untuk bahan pangan tetapi juga untuk

pakan. Dalam beberapa tahun terakhir proposi penggunaan jagung oleh industri pakan telah

mencapai 50% dari total kebutuhan nasional. Dalam 20 tahun ke depan, penggunaan jagung

untuk pakan diperkirakan terus meningkat dan bahkan setelah tahun 2020 lebih dari 60% dari

total kebutuhan nasional.

Ditinjau dari sumberdaya lahan dan ketersediaan teknologi, Indonesia sebenarnya

memiliki peluang untuk berswasembada jagung dan bahkan berpeluang pula menjadi

pemasok di pasar dunia mengingat makin meningkatnya permintaan dan makin menipisnya

volume jagung di pasar internasonal.

Upaya peningkatan produksi jagung di dalam negeri dapat ditempuh melalui

perluasan areal tanam dan peningkatan produk- tivitas. Perluasan areal dapat diarahkan pada

lahan-lahan potensial seperti lahan sawah irigasi, lahan sawah tadah hujan, dan lahan kering

yang belum dimanfaatkan untuk pertanian. Berdasarkan penyebaran luas sawah dan tipe

irigasinya, diperkirakan terdapat 457.163 ha yang potensial untuk peningkatan indeks

pertanaman. Di luar Jawa terdapat 20,5 juta ha lahan kering yang dapat di-kembangkan untuk

usahatani jagung.

Selain melalu perluasan areal tanam dan peningkatan produk-tivitas, upaya

pengembangan jagung juga memerlukan peningkatan efisiensi produksi, penguatan

kelembagaan petani, peningkatan kualitas produk, peningkatan nilai tambah, perbaikan akses

pasar, pengembangan unit usaha bersama, perbaikan sistem per-modalan, pengembangan

infrastruktur, serta pengaturan tataniaga dan insentif usaha. Dalam kaitan ini diperlukan

berbagai dukungan, termasuk dukungan kebijakan pemerintah.

Dari aspek teknis, teknologi yang diperlukan untuk mendukung pengembangan

jagung antara lain adalah varietas hibrida dan komposit yang lebih unggul (termasuk

penggunaan bioteknologi), di antaranya memiliki sifat toleran kemasaman tanah dan ke-

keringan, teknologi produksi benih sumber dan sistem perbenihan-nya, teknologi budidaya

Page 16: Laporan Praktikum Taper

yang efisien dengan pendekatan pengelolaan tanaman terpadu (PTT), dan teknologi

pascapanen untuk meningkatkan kualitas dan nilai tambah produk.

Investasi yang diperlukan untuk pengembangan jagung bergantung kepada

pencapaian target yang diinginkan. Berkaitan dengan hal ini, ada dua skenario pengembangan

jagung nasional dalam periode 2005-2025. Skenario 1 atau skenario moderat, laju

pertumbuhan produksi 4,24%/tahun. Skenario 2 atau skenario optimis, volume ekspor

meningkat menjadi 15%. Kebutuhan investasi untuk pengembangan jagung melalui skenario

1 dan 2 dalam kurun waktu 2005-2025 masing-masing adalah Rp 29,0 trilyun, dan Rp 33,7

trilyun. Biaya investasi mencakup perluasan areal tanam pada lahan sawah, pembukaan lahan

baru (lahan kering) dan infrastruktur, perbenihan, penyuluhan, penelitian dan pengembangan.

Proporsi investasi yang menjadi tanggung jawab masyarakat 4%, sedangkan yang bersumber

dari pemerintah dan swasta masing-masing dengan proporsi 74% dan 22%.

Kebijakan yang diperlukan dalam pengembangan jagung adalah kebijakan

pengembangan insentif investasi, kelembagaan keuangan dan permodalan, peningkatan

dukungan teknologi yang siap diterapkan di lapang, peningkatan kualitas sumberdaya

manusia, kelembagaan agribisnis, dukungan pemasaran, serta dukungan peraturan dan

perundangan.

Page 17: Laporan Praktikum Taper

BAB IIIHASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

3.1 A. Hasil pengamatan

Acara 1 : Penentuan produk

Produk tataniga yang di bahas adalah komoditi jagung di daerah pertanian

karangwangkal, sumbang, baturraden, pasar arcawinangun dan pasar wage ciri produk jagung

itu sendiri adaah :

Harga mudah fluktuatif

Tidak tahan lama

Hasil panen di pengaruhi oleh alam`

Acara 2 : Saluran Tataniaga Jagung

1. Petani Produsen- tengkulak- pedagang besar – pengecer – konsumen akhir

2. Petani Produsen- pedagang besar – pengecer/ konsumen akhir

Acara 3 : Lembaga Tataniaga Jagung

Lembaga Tataniaga yang terlibat dalm pengaliran Komoditas Jagung

Tengkulak, yaitu lembaga pemsaran yang secara langsung berhubungan dengan

petani, tengkulak melakukan transaksi dengan petani baik secara tunai, ijon mapun

dengan kontrak pembelian.

Pedagang besar, yaitu melakukan proses kosentrasi (pengumpulan) komoditi dari

Pedagang pengecer merupakan lembaga pemasaran yang berhadapan langsung

dengan konsumen. (Sudiyono, 2002).

Acara 4: Fungsi Tataniaga jagung

Fungsi Tata Niaga Yang dilakukan oleh Setiap lembaga tataniaga di purwokerto ·

1. Fungsi Pertukaran

Yaitu meliputi kegiatan yang menyangkut perpinahan hak milik dalam sistem

pemasaran atau tataniaga. Meliputi :

a. Fungsi Penjualan yaitu tujuannya petani menjual untuk mencari pembeli / konsumen /

pelanggan suatu barang dengan motif mendapatkan keuntungan sebesar – besarnya, dalam

fungsi penjualan kegiatannya yaitu:

terdapat perencanaan dan pengembangan produk, petani produsen harus pandai menganalisis

permintaan (pasar) komoditi yang akan diusahakaannya agar proses penjualannya lebih

Page 18: Laporan Praktikum Taper

mudah serta petani produsen harus hati – hati dan sebelumnya menyelidiki bagaimana

kekuatan permintaan pasar sehingga dapat menaksir jumlh produk dihasilkan

terdapat Meciptakan Permintaan, sebagai contoh Petani menjual ketengkulak untuk

memperbesar permintaan atau menimbukan keinginan tengkulak

Negosiasi (Perundingan), sebagai cotoh Petani dengan tengkulak merundingkan

syarat – syarat kondisi serta prosedur yang haus dilakukan oleh tengkulak dan petani

sebelum menerima hasil transaksi

Contactual, adanya menciptakan hubungan dengan konsumen dan hubungan tersebut

harus tetap dipelihara.

Contractual, biasanya dilakukan oleh pedagang besar yang menjual hasil pertanian

dalam jumlah banyak.

b. Fungsi Pembelian, tujuannya mencari produsen atau sumber penawara agar persediaan

barang dapat kontinyu baik konsumen atau pedagang. Kegiatan – Kegiatan fungsi

pembelian :

Perencanaan dan pemilihan barang, konsumen akan mudah memesan barang jika

barang – barang tersedia secara pasti pada sumber – sumber penawaran dalam jumlah,

kualitas, harga sesuai dengan keinginan.

Contactual (melalukan kontak), pembeli harus menari sumber penawaran atau harus

aktif melakukan kontak dengan penjual.

Negosiasi( perundingan), setiap terjadi proses jual beli sudah pasti ada pihak pembei

dan penjual yang melakukan perundingan tentang barang – barang yang diperjual

belikan.

Contractual, Pembelian dalam jumlah besar biasanya dilakukan secara kontrak /

perjanjian.

Pengumpulan, pengumpulan produk pertanian bertujuan untuk menjamin stabilitas

persediaan. Pengumpulan bisa dilakukan di daerah produsen atau di daerah

konsumen.

· Fungsi Fisik

Meliputi kegiatan yang langsung diperlakukan terhadap komoditi pertanian sehingga

komoditi tersebut mengalami peningkatn kegunaan tempat dan kegunaan waktu.

a. Fungsi Pengangkutan, yaitu memindahkan produk prtanian dari daerah produsen

kedaerah konsumen. Faktor - faktor yang memperhatikan dalam mengatasi masalah

pengagkutan yaitu menekan biaya transfer melaui perbaikan sarana dan prasarana

Page 19: Laporan Praktikum Taper

transpertasi, waktu pngangkutan sesingkat mungkin, terjaminya kontimuitas pengangkutas

terutama pada musim panen raya, ada usaha pencegahan dan pengurangan terhadap resiko

kerusakan, hubungan antara ongkos dengan kelas jalan, alat angkut dengan jarak antara

produsen ke konsumen.

b. Fungsi penyimpanan, bertujuan untuk memperlakukan barang secara fisik untuk

menjamin tersedianya barang pada waktu dan tepat sesuai dengan kebutuhan konsumen,yang

harus diperhatikan dalam fungsi penyimpanan yaitu produ yang disimpan masih dalam

keadaan segar, sebelum disimpan dilakukan handling, selama penyimpanan kualitas barang

harus tetap dijaga.

Fungsi Fasilitas

a. Fungsi Standardisasi dan Grading, standardisasi merupakan proses penentuan standar

atau ukuran mutu dengan megambil dasar – dasar perincian seperti : Warna, rasa, rupa,

aroma, kandungan air jagung terseut, dll. Grading merupakan proses pemakaian suatu standar

dengan jalan mensortir barang menjadi beberapa golongan. Kegiatannya yaitu dengan

penentuan standar, mengelompokan, meninspeksi barang, labeling

b. Fungsi Pembiayaan, adalah mencari / mengurus dana baik cash atau kredit untuk

membiayai kegiatan pemasan

c. Fungsi Penanggungan Risiko, untuk mempelajari segala bentuk risko yang terjadi dan

akan terjadi dalam proses pemasaran, dan berusaha agar risiko – risiko yang tidak bisa

dihindari dapat diminimumkan. Penyebab resiko yaitu adanya perubahan kondisi pasar, risiko

karena kondisi alam, risiko karena unsur manusia.

d. Fungsi Informasi pasar, merupakan pengumpulan fakta, gejala, pendapat dalam proses

tataniaga. Kegiatanya yaitu menumpulkan keterangan / data dengan cara : survei, case study,

eksperimen, analisis data : produk, wilayah, pembeli/ langanan, menginformasikan kepada

pihak yang membutuhkan.

Acara 5 : Marjin Tataniaga Jagung

Kenyataannya pemasaran hasil pertanian yang di produksi pada sentera produksi yang

tersebar sangat jauh dari tempat konsumen (baik itu perdagangan dalam suatu daerah, antar

daerah (pulau), bahkan antar negara). Atau dengan kata lain jarang sekali (sangat sedikit)

produsen berhadapan langsung (melakukan transaksi) dengan konsumen akhir. Oleh sebab itu

perlu mempelajari margin pemasaran dalam tataniaga pertanian. Margin pemasaran ditinjau

dari dua sisi, yaitu pandangan harga dan biaya pemasaran. Biaya pemasaran adalah

keseluruhan biaya yang dikeluarkan dalam proses transfer barang (produk) dari tangan

produsen samapi ketangan konsumen akhir.

Page 20: Laporan Praktikum Taper

Pembiayaan pemasaran adalah pembiayaan kegiatan dan investasi modal terhadap

barang dan fasilitas-fasilitas yang diperlukan dalam proses tataniaga. Besar kecilnya biaya

tataniaga hasil pertanian tergantung dari volume (besar kecilnya) lembaga-lembaga tataniaga

melakukan kegiatan fungsi-fungsi tataniaga, dan jumlah fasilitas yang diperlukan dalam

proses transfer barang.

Pada tataniaga Jagung lembaga pemasaran yang terlibat akan melakukan fungsi-

fungsi tataniaga yang memerlukan biaya, seperti:memetik jagung ( biaya pemetikan ), biaya

pemilihan jagung yang dikelompokan menurut kelayakkannya (biaya pemilihan),

pengagungkatan, pengepakan (kemasan), dan lain-lain. Semakin banyak lembaga tataniaga

yang terlibat dalam pemasaran suatu produk (atau dapat disebut semakin panjang saluran

tataniaga), akan dapat diperkirakan akan semakin tinggi biaya pemasaran komoditi tersebut,

karena semua lembaga tataniaga yang terlibat tersebut akan mengambil balas jasa berupa

keuntungan (profit) dari kegiatan tataniaga yang dilakukan, dan biaya ini akan dibebankan

kepada konsumen akhir. Meningkatnya biaya tataniaga tidak menjadi indikator bahwa

pemasaran suatu komoditi tidak efisien. Jika peningkatan biaya tataniaga yang diikuti oleh

peningkatan kepuasan konsumen (misal peningkatan kualitas barang), maka tataniaga

komoditi tersebut tetap dikatan efisien. Tetapi peningkatan biaya tataniaga yang tidak diikuti

oleh peningkatan kepuasan konsumen, maka pemasaran komoditi tersebut dapat dikatakan

tidak efisien.

Tengkulak membeli jagung ke petani secara borongan secara otomatis jumlah jagung yang di

dapat tidak pasti setiap pembelian borongan jagung ke petani, akan tetapi menurut tengkulak

kira-kira Rp.2.000/kg, Pedagang besar mrmbeli jagung ke tengkulak dengan harga Rp.

3.500/kg, Pedagang Besar di pasar menjual jagung dengan harga Rp 4.000/kg kepada

pedagang eceran yg kemudian dijual ke konsumen akhir dengan harga Rp. 4.500 / kg (tidak

menggunakan packing) dan dgn harga Rp.5.000 / packing dengan berat 1 kg.

Saluran pemasaran yang ke2 petani langsung menjual ke pedagang besar dengan harga

Rp. 2.000 / kg, kemudian pedagang besar (pasar wage) menjual jagung ke pedagang ecaran

maupun ke konsumen akhir langsung dengan harga Rp. 4.000.

a. Marjin Saluran Pemasaran Jagung 1

- Marjin harga jual antara Petani dan tengkulak sebesar Rp. 1.500

- Marjin harga jual antara tengkulan dan P. Besar sebesar Rp. 1.000

PetaniRp.

1.500

TengkulakRp.

3.000

P. Besar

Rp. 4.000

Pengecer

Rp. 4.500

Konsume

n

Page 21: Laporan Praktikum Taper

- Marjin harga jual antara P. Besar dan pengecer sebesar Rp. 500

- Marjin harga jual antara Petani dan P. Besar sebesar Rp. 2.000

- Marjin harga jual antara Petani dan pengecer Rp. 3.000

- Marjin harga jual antara Tengkulak dan pengecer Rp. 1.500

b. Marjin Saluran Pemasaran Jagung 2

- Marjin harga jual antara Petani dan P. besar sebesar Rp. 2.000

Acara 6 : Efisiensi Tataniaga Jagung

Perhitungan biaya total sejak komoditas dari produsen sampai ke konsumen

akhir.

Petani ke tengkulak

Biaya pengangkutan Rp 150.000 untuk 3. 000kg

Per kg = R p 150.000

3.000 kg=¿Rp 50

Tengkulak ke pedagang besar:

Biaya pengangkutan Rp 300.000 untuk 5.000 kg

Per kg = R p 300.000

5.000 kg=¿Rp 60

Pedagang besar ke pedagang pengecer:

Biaya pengangkutan Rp 200.000 untuk 2.500 kg

Per kg = R p 200.000

2.500 kg=¿Rp 80

Perhitungan ratio antara nilai tambah dengan biaya total masing-masing pola/

jenis saluran distribusi.

Rumus :

R/C Ratio = TR

TC

Petani ke tengkulak

Di asumsikan untuk produk yang di jual 500 kg

TC :

Biaya angkut = Rp 25.000

TR :

Marjin x 500 = Rp 1.500 x 500 = Rp 750.000

PetaniRp. 2.000

P. BesarRp. 4.000 Pkonsumen

Page 22: Laporan Praktikum Taper

R/C Ratio =TRTC

= Rp 750.000Rp 25.000

= 30

Tengkulak ke pedagang besar

Di asumsikan untuk produk yang di jual 500 kg

TC :

Biaya angkut = Rp 30.000

TR :

Marjin x 500 = Rp 1.000 x 500 = Rp 500.000

R/C Ratio =TRTC

= Rp 500.00Rp 30.000

= 16

Pedagang besar ke pedagang pengecer

TC :

Biaya angkut = Rp 10.000

TR :

marjin x 500 = Rp 500 x 100 = Rp 50.000

R/C = TRTC

= R p 50.000Rp10.00 kg

=5

Perhitungan biaya total sejak komoditas dari produsen sampai ke konsumen

akhir.

Petani ke pedagang besar

Biaya pengangkutan Rp 250.000 untuk 5.500 kg

Per kg = R p 250.000

5.500 kg=¿Rp 45.45

Perhitungan ratio antara nilai tambah dengan biaya total masing-masing pola/

jenis saluran distribusi.

Rumus :

R/C Ratio = TR

TC

Petani ke pedagang besar

Di asumsikan untuk produk yang di jual 500 kg

TC :

Biaya angkut = Rp 22.725

TR :

Marjin x 500 = Rp 2.000 x 500 = Rp 1.000.000

Page 23: Laporan Praktikum Taper

R/C Ratio =TRTC

= Rp 1.000 .000

Rp 22.725 = 44

Perhitungan ratio antara nilai tambah dengan biaya total masing-masing pola/

jenis saluran distribusi.

Rumus :

ROI Ratio = TC x 100 %

Petani ke tengkulak

Di asumsikan untuk produk yang di jual 500 kg

Phi = total penerimaan – total biaya

= Rp 750.000 – Rp.25.000 = Rp. 725.000

ROI = Rp 725.000Rp 25.000

x 100 %

= 29 %

Tengkulak ke pedagang besar

Di asumsikan untuk produk yang di jual 500 kg

Phi = total penerimaan – total biaya

= Rp 500.000 – Rp.30.000 = Rp. 470.000

ROI = Rp 470.000Rp30.000

x 100 %

= 15.67 %

Pedagang besar ke pengecer

Di asumsikan untuk produk yang di jual 500 kg

Phi = total penerimaan – total biaya

= Rp 50.000 – Rp.40.000 = Rp. 10.000

ROI = Rp 10.000Rp 10.000

x 100 %

Page 24: Laporan Praktikum Taper

= 1 %

Petani ke pedagang besar

Di asumsikan untuk produk yang di jual 500 kg

Phi = total penerimaan – total biaya

= Rp 1000.000 – Rp.22.725 = Rp. 977.275

ROI = Rp 977.275Rp22.725

x 100 %

= 43 %

Page 25: Laporan Praktikum Taper

B. Pembahasan

Di dalam praktikum pemasaran jagung manis ini kita dapat mengetahui cara

pemasaran jagung di lapang di mana prospek jagung di indonesia masih cukup menjajikan

yaitu Jagung merupakan salah satu komoditas penting, baik di Indonesia maupun negara-

negara lain di dunia, karena merupakan sumber karbohidrat penting selain padi. Jagung selain

sebagai bahan pangan, terutama digunakan sebagai pakan ternak, serta sebagai bahan baku

industri (minyak makan, tepung maizena, pati, dan minuman). Sebagai bahan pangan, jagung

dapat dikonsumsi langsung baik sebagai nasi, dicampur dengan beras, maupun jagung muda.

Selain itu, yang melalui proses pengolahan seperti emping jagung, marning, tepung jagung

dan lain-lainnya. Diversifikasi pengolahan jagung ini juga akan meningkatkan permintaan

jagung dalam negeri.

Saluran pemasaran yang kelompok kami lakukan pada saluran pemasaran pertama

yaitu dari petani yang berada di karangwangkal yang bernama bapak ali yang menjual hasil

panen secara borongan kepada bapak gatul sebagai tengkulak yang berasal dari baturraden,

kemudian dari tengkulak tersebut menjualnya ke pedagang besar yang bernama bapak atmo

yang berasal dari kebumen baturraden kemudian bapak atmo menjual ke pengecer yang

berada di di pasar wage pada malam hari sekitar pukul 8 malam sampai pagi hari, pengecer

yang kami wawancarai adalah ibu darmi di mana ia menjual jagung manis nya tersebut

kepada konsumen pada pagi hari dari pukul 4 pagi samapai pukul 9 pagi.

Kemudian saluran pemasaran yang kedua yaitu dari petani yang berada di daerah

sumbang yang bernama bapak sukma yang mana ia menjual hasil panennya kepada pedagang

besar yang bernama bapak karsim yang berasal dari sumbang itu sendiri kemudian ia menjual

kepada pengecer di pasar arcawinangun pada dini hari, pengecer yang kami wawancarai

adalah ibu irma yang mana ia menjual kepada konsumen akhir pada pagi hari dari jam 4 pagi

sampai pukul 10 pagi .

Lembaga-lembaaga pemasaran yang terdapat pada pemasaran jagung manis yang

kami kelompok kami lakukan adalah tengkulak yang mana ia membeli secara langsung

kepada petani dengan cara borongan dimana ia membeli jagung tersebut sesuai dengan

kondisi jagung itu, di mana yang kami survey kemarin menujukan bahwa tengkulak membeli

jagung kepada petani dengan harga murah karena jagungnya terkena serangan hama tikus.

Kemudian pedagang besar membeli dari tengkulak dengan cara membeli secara pengumpulan

dari tengkulak-tengkulak sebelum ia menjual kepada pengecer. Kemudian pengecer membeli

jagung kepada pedagang besar dimana pedagang besar menjual jagung tersebut di satu

Page 26: Laporan Praktikum Taper

tempat, yang mana kami survey di pasar wage para pengecer membeli jagung kepada

pedagang besar di alntai atas pada pukul 8 malam.

Fungsi-fungsi tataniaga di dalam komoditi jagung yang kami lakukan adalah dari

fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Dalam fungsi pertukaran terdapat fungsi

penjualan dan pembelian, untuk fungsi penjualan terdapat Meciptakan Permintaan, sebagai

contoh Petani menjual ketengkulak untuk memperbesar permintaan atau menimbukan

keinginan tengkulak, Negosiasi (Perundingan), sebagai cotoh Petani dengan tengkulak

merundingkan syarat – syarat kondisi serta prosedur yang harus dilakukan oleh tengkulak dan

petani sebelum menerima hasil transaksi, Contactual, adanya menciptakan hubungan dengan

konsumen dan hubungan tersebut harus tetap dipelihara, dan Contractual, biasanya dilakukan

oleh pedagang besar yang menjual hasil jagung dalam jumlah banyak.

Fungsi Pembelian, tujuannya mencari produsen atau sumber penawara agar

persediaan barang dapat kontinyu baik konsumen atau pedagang. Kegiatan – Kegiatan fungsi

pembelian : Perencanaan dan pemilihan barang, konsumen akan mudah memesan barang jika

barang – barang tersedia secara pasti pada sumber – sumber penawaran dalam jumlah,

kualitas, harga sesuai dengan keinginan, Contactual (melalukan kontak), pembeli harus

menari sumber penawaran atau harus aktif melakukan kontak dengan penjual.,

Negosiasi( perundingan), setiap terjadi proses jual beli sudah pasti ada pihak pembeli dan

penjual yang melakukan perundingan tentang barang – barang yang diperjual belikan.,

Contractual, Pembelian dalam jumlah besar biasanya dilakukan secara kontrak / perjanjian.,

Pengumpulan, pengumpulan produk jagung bertujuan untuk menjamin stabilitas persediaan.

Pengumpulan bisa dilakukan di daerah produsen atau di daerah konsumen

· Fungsi Fisik :Meliputi kegiatan yang langsung diperlakukan terhadap komoditi jagung

sehingga komoditi tersebut mengalami peningkatn kegunaan tempat dan kegunaan waktu.

Fungsi Pengangkutan, yaitu memindahkan produk jagung dari daerah produsen

kedaerah konsumen. Faktor - faktor yang memperhatikan dalam mengatasi masalah

pengagkutan yaitu menekan biaya transfer melaui perbaikan sarana dan prasarana

transpertasi, waktu pngangkutan sesingkat mungkin, terjaminya kontimuitas pengangkutas

terutama pada musim panen raya, ada usaha pencegahan dan pengurangan terhadap resiko

kerusakan, hubungan antara ongkos dengan kelas jalan, alat angkut dengan jarak antara

produsen ke konsumen.

Fungsi penyimpanan, bertujuan untuk memperlakukan barang secara fisik untuk

menjamin tersedianya barang pada waktu dan tepat sesuai dengan kebutuhan konsumen,yang

harus diperhatikan dalam fungsi penyimpanan yaitu produ yang disimpan masih dalam

Page 27: Laporan Praktikum Taper

keadaan segar, sebelum disimpan dilakukan handling, selama penyimpanan kualitas jagung

harus tetap dijaga.

Fungsi Fasilitas

Fungsi Standardisasi dan Grading, standardisasi merupakan proses penentuan standar

atau ukuran mutu dengan megambil dasar – dasar perincian seperti : Warna, rasa, rupa,

aroma, kandungan air jagung terseut, dll. Grading merupakan proses pemakaian suatu standar

dengan jalan mensortir barang menjadi beberapa golongan. Kegiatannya yaitu dengan

penentuan standar, mengelompokan, meninspeksi barang, labeling

Fungsi Pembiayaan, adalah mencari / mengurus dana baik cash atau kredit untuk

membiayai kegiatan pemasan

Fungsi Penanggungan Risiko, untuk mempelajari segala bentuk risko yang terjadi dan

akan terjadi dalam proses pemasaran, dan berusaha agar risiko – risiko yang tidak bisa

dihindari dapat diminimumkan. Penyebab resiko yaitu adanya perubahan kondisi pasar, risiko

karena kondisi alam, risiko karena unsur manusia.

Fungsi Informasi pasar, merupakan pengumpulan fakta, gejala, pendapat dalam proses

tataniaga. Kegiatanya yaitu menumpulkan keterangan / data dengan cara : survei, case study,

eksperimen, analisis data : produk, wilayah, pembeli/ langanan, menginformasikan kepada

pihak yang membutuhkan.

Marjin pemasaran dalam komoditi jagung yang kelompok kami lakukan yaitu

Tengkulak membeli jagung ke petani secara borongan secara otomatis jumlah jagung yang di

dapat tidak pasti setiap pembelian borongan jagung ke petani, akan tetapi menurut tengkulak

kira-kira Rp.2.000/kg, Pedagang besar mrmbeli jagung ke tengkulak dengan harga Rp.

3.500/kg, Pedagang Besar di pasar menjual jagung dengan harga Rp 4.000/kg kepada

pedagang eceran yg kemudian dijual ke konsumen akhir dengan harga Rp. 4.500 / kg (tidak

menggunakan packing) dan dgn harga Rp.5.000 / packing dengan berat 1 kg.

Saluran pemasaran yang ke2 petani langsung menjual ke pedagang besar dengan

harga Rp. 2.000 / kg, kemudian pedagang besar (pasar wage) menjual jagung ke pedagang

ecaran maupun ke konsumen akhir langsung dengan harga Rp. 4.000.

Efisiensi Yang memiliki nilai efisiensi tertinggi ialah saat petani menjual kepada

pedang besar . Yaitu dengan nilai R/C rasio = 44 dan ROI 43% dengan ini petani mampu

mendapatkan keuntungan yang maksimal namun hasil ini belum tentu untuk petani lainnya

karena hanya sedikit yang menggunakaknya dan faktor alam mentukan hasil yang akan di

terima lembaga – lembaga pemasaran.

Page 28: Laporan Praktikum Taper

Pola pemasaran lainnya yang efisien ialah saat petani menjual hasilnya ke tengkulak

nilai R/C rasio = 30 dan ROI 29% lalu tengkulak ke pedagang besar dengan nilai R/C

rasio = 16 dan ROI 15.67% dan pedagang besar ke pengecer dengan nilai R/C rasio = 5

dan ROI 1% . dengan efisiensi tersebut makan dalam pola pemasaran jagung cukup

menguntungkan dan dapat di usahakan namun faktor alam yang menentukan itu semua.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Biaya tataniaga tata niaga yang dikeluarkan oleh setiap lembaga tataniaga pada saluran

pertama komoditas jagung manisn Tengkulak :Rp. 1.500/kg, Pedagang Besar : Rp. 1.000/kg,

Pengecer : 500/kg total Biaya tata niaga yaitu Rp. 3.000/kg. Marjin tataniaga pada komoditas

jagung yaitu Rp.3.000/kg . Adanya harga pengecer : Rp. 4.500/kg. Harga produsen : Rp.

1.500/kg. Sehingga Marjin pemasarnnya 3000.

B. Saran

Sebaiknya dalam praktikum ini mahasiswa dapat mengambil sebuah pembelajaran

mengenai pemasaran komoditi-komoditi hasil pertanian, dan waktu pelaksanan praktikum ini

sebaiknya di lakukan pada pertengahan semester agar tidak mengganggu ujian.

Page 29: Laporan Praktikum Taper

DAFTAR PUSTAKA

http://dewiayu-dewiayu.blogspot.com/2012/02/laporan-tata-niaga-pertanian.html di akses pada tanggal 18 desember 2012

Badan Litbang Pertanian. 1999. Rencana Strategis Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 1999-2004. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.

Kasryno, F. 2006. Suatu penilaian mengenai prospek masa depan jagung di Indonesia. Makalah Disampaikan pada Seminar dan Lokakarya Nasional Jagung, 29-30 September 2005. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros.

Pranadji, T. dan E. Pasandaran. 2002. Analisis kelembagaan dalam agribisnis jagung di Indonesia. Diskusi Nasional Agribisnis Jagung. Bogor, 24 Juni 2002. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Bahtiar, Muchdiana, SL. Margaretha, Rahmi, Muis, IGP. Sarasutha, dan M. Y. Maamun. 2002. Peluang dan kendala pemasaran jagung di Sulawesi Selatan. Risalah Penelitian Jagung dan Serealia Lain, Vol. 7:49-57.

Page 30: Laporan Praktikum Taper

LAMPIRAN