60
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Para petani Indonesia sejak dulu dan semasa pemerintahan hindia belanda telah memiliki kesadaran bahwa penggunaan benih yang baik dan bermutu akan sangat menunjang dalam peningkatan produksinya, baik dari segi kualitas maupun segi kuantitas. Secara tradisional pemilihan benih dilakukan pada waktu pemungutan hasil atau saat panen, seperti pemilihan hasil untuk benih padi, kacang – kacangan, sayur- sayuran, dan buah-buahan termasuk benih – benih untuk tanaman pardagangan seperti kopi, tembakau, cengkeh, cokelat dan beberapa jenis tanaman lainnya. Benih adalah awal kehidupan dari suatu budidaya tanaman. Artinya bahwa dengan benih,maka suatu tanaman dapat meneruskan kehidupan dan menurunkan sifat – sifat yang dimilikinya.Didalam benih terdapat kandungan materi genetik dan kandungan kimiawi yang merupakan

laporan praktikum teknologi benih

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pendahuluan, tinjauan pustaka, metode kerja, hasil dan pembahasan, kesimpulan saran dan daftar pustaka

Citation preview

Page 1: laporan praktikum teknologi benih

1

I. PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang  

           Para petani Indonesia sejak dulu dan semasa pemerintahan hindia belanda

telah memiliki kesadaran bahwa penggunaan benih yang baik dan bermutu akan

sangat menunjang dalam peningkatan produksinya, baik dari segi kualitas maupun

segi kuantitas.  Secara tradisional pemilihan benih dilakukan pada waktu

pemungutan hasil atau saat panen, seperti pemilihan hasil untuk benih padi,

kacang – kacangan, sayur-sayuran, dan buah-buahan termasuk benih – benih

untuk tanaman pardagangan seperti kopi, tembakau, cengkeh, cokelat dan

beberapa jenis tanaman lainnya.

Benih adalah awal kehidupan dari suatu budidaya tanaman. Artinya bahwa

dengan benih,maka suatu tanaman dapat meneruskan kehidupan dan

menurunkan    sifat – sifat yang dimilikinya.Didalam benih terdapat kandungan

materi genetik dan kandungan kimiawi yang merupakan komponen kritis dalam

pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Angga, 2009).

Pengertian benih dalam UU No. 12 tahun 1992 yaitu tanaman atau

bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan atau mengembangbiakkan

tanaman.

Teknologi benih adalah suatu ilmu pengetahuan tentang metode

untukmemperbaiki serta mempertahankan sifatsifat genetik dan fisik benih. Ini

meliputi kegiatan pengembangan varietas, penilaian dan pelepasan varietas,

produksi benih, pengelolaan benih, penyimpanan benih, pengujian benih serta

sertifikasi benih.

1

Page 2: laporan praktikum teknologi benih

2

1.2   Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum ilmu dan teknologi benih adalah untuk mengetahui dan

mengidentifikasi struktur benih dan tipe perkecambahan benih, kecambah atau

bibit normal dan abnormal, menguji kadar air benih, mengetahui metode

pengujian benih uji vigor benih dengan NaCl.

 Kegunaan dari peraktikum ilmu dan teknologi benih yalah agar dapat

mengetetahui bagaimana cara mengidenfikasi benih, nulai dari struktur dan tipe

perkecambahan benih, bibit normal dan abnormal, penguji kadar air benih,

mengetahui metode pengujian benih uji vigor benih dengan NaCl.

Page 3: laporan praktikum teknologi benih

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Struktur Benih Dan Tipe Perkecambahan

Biji dibentuk dengan adanya perkembangan bakal biji. Pada saat pembuahan,

tabung sari sari memasuki kantung embrio melalui mikropil dan menempatkan

dua buah inti gamet jantan padanya. Satu diantaranya bersatu dengan inti sel telur

dan yang lain bersatu dengan dua inti polar atau hasilnya penyatuan, yaitu inti

sekunder. Penyatuan gamet jantan dengan sel telur menghasilkan zigot yang

tumbuh menjadi embrio. Penyatuan gamet jantan yang lain dengan kedua inti

polar menghasilkan inti sel endosperm pertama yang akan membelah-belah

menghasilkan jaringan endosperm. Proses yang melibatkan kedua macam

pembuahan (penyatuan) tersebut dinamakan pembuahan ganda.

Biji bisa terbentuk satu atau lebih di dalam satu ovary pada legume, tetapi

tidak pernah lebih dari satu biji terbentuk dalam ovary pada monocot. Setiap biji

matang (mature seed) selalu terdiri paling kurang bagian embryo dan kulit biji.

Dinyatakan bahwa embryo terbentuk dari telur yang dibuahi (zygot) dengan

mengalami pembelahan sel didalam embryosac. Pada serealia dan rerumputan

monocot embryo terdiri atas cotyledon dan embryonic axsis. Setiap biji yang

sangat muda dan sedang tumbuh seperti pada tanaman serealia seperti jagung,

padi, gandum selalu terdiri dari tiga bagian yaitu embryo, kulit biji dan

endosperm. Namun pada jenis legumes hanya terdiri dari embryo dan kulit biji

sedangkan endosperm ada namun sangat sedikit sekali. (Kamil, 1982).

3

Page 4: laporan praktikum teknologi benih

4

Perkecambahan adalah munculnya plantula (tanaman kecil) dari dalam biji

yang merupakan hasil pertumbuhan dan perkembangan embrio. Pada

perkembangan embrio saat berkecambah, bagian plumula tumbuh dan

berkembang menjadi batang, sedangkan radikula menjadi akar. Menurut Kamil.,

(1982) perkecambahan merupakan pengaktifan kembali aktivitas pertumbuhan

embryonic axis didalam biji yang terhenti untuk kemudian membentuk bibit.

Berdasarkan letak kotiledon pada saat perkecambahan dikenal dua tipe

perkecambahan yaitu hypogeal dan epigeal.

Tipe perkecambahan epigeal ialah ketika perkecambahan tersebit terjadi

plumula terangkat kebagian permukaan tanah sehingga kotiledon pun ikut

terangkat kepermukaan tanah, tipe ini umumnya dijumpai pada tanaman kacang-

kacangan dan umumnya tipe epigeal berlaku pada tanaman dikotil.

Perkecambahan dengan tipe ini bila berkecambah muncul di atas permukaan tanah

maka daun kotil ikut terangkat kepermukaan yang mengakibatkan adanya

perpanjangan hipokotil, sedangkan ujung arah kebawah sudah tertambat ketanah

dengan akar lateral.

Tipe perkecambahan hypogeal ialah tipe perkecambahan dimana terjadinya

pertumbuhan memanjang dari hipokotil yang menyebabkan plumula keluar

menembus kulit biji dan muncul diatas tanah kotiledon tetap berada di dalam

tanah. Tipe ini pada umumnya dijumpai pada tanaman monokotil dengan tipe ini

bilamana tidak terangkat ke atas permukaan tanah saat perkecambahan pada tipe

seperti ini kotiledon tetap tinggal dalam tanah selama pertumbuhannya yang

mengadakan perpanjangan epikotil dan sewaktu perkecambahan yang pertama

Page 5: laporan praktikum teknologi benih

5

kali keluaradalah radikel, keluar akar lateral bersama akar primer. Pengecualian

pada tanaman monokotil dapat dijumpai pada tanaman kacang kapri (pisum

sativum) sub klas dikotil. Dalam perkecambahannya jenis-jenis tersebut yang

pertama keluar adalah radical kemudian disusul plumula, selanjutnya epikotil

memanjang dan membengkak yang menekan kotiledon sehingga tidak terangkat

ke permukaan tanah tanah.

2.2 Identifikasi Kecambah/Bibit Normal dan Abnormal

Perkecambahan benih dapat diartikan sebagai dimulainya proses

pertumbuhan embrio dari benuh yang sudah matang. Benih dapat berkecambah

bila tersedia faktor-faktor pendukung selama terjadinya proses perkecambahan.

Perkembangan benih dipengaruhi oleh faktor dalam (internal)  misalnya: Tingkat

kemasakan benih, Ukuran benih, Dormansi, Penghambat perkecambahan  dan

faktor luar (eksternal) misalnya : Air, Suhu, Oksigen, dan Cahaya (Sutopo, 2009).

Kriteria untuk kecambah normal diantaranya adalah : Kecambah dengan

pertumbuhan sempurna, ditandai dengan akar dan batang yang berkembang baik,

jumlah kotiledon sesuai, daun berkembang baik dan berwarna hijau, dan

mempunyai tunas pucuk yang baik, Kecambah dangan cacat ringan pada akar,

hipokotil/ epikotil, kotiledon, daun primer, dan koleoptil dan Kecambah dengan

infeksi sekunder tetapi bentuknya masih sempurna (Sutopo, 2009).

Kecambah abnormal adalah kecambah yang tidak memperlihatkan potensi

untuk berkembang menjadi kecambah normal. Dibawah ini digolongkan ke dalam

kecambah abnormal  Kecambah rusak: kecambah yang struktur pentingnya hilang

atau rusak berat. Kecambah cacat atau tidak seimbang: kecambah dengan

Page 6: laporan praktikum teknologi benih

6

pertumbuhan lemah atau kecambah yang struktur pentingnya cacat atau tidak

proporsional. Dan Kecambah lambat kecambah yang pada akhir pengujian belum

mencapai ukuran normal. Jika dibandingkan dengan pertumbuhan kecambah

benih normal kecambah pada benih abnormal ukurannya lebih kecil

(Sutopo, 2009).

2.3 Pengujian Kadar Air

Yang dimaksud kadar air benih, ialah berat air yang “dikandung” dan yang

kemudian hilang karena pemanasan sesuai dengan aturan yang ditetapkan, yang

dinyatakan dalam persentase terhadap berat awal contoh benih. Penetapan Kadar

Air adalah banyaknya kandungan air dalam benih yang diukur berdasarkan

hilangnya kandungan air tersebut & dinyatakan dalam % terhadap berat asal

contoh benih (Lesmana, 2009).

Kadar air optimum dalam penyimpanan bagi sebagian besar benih adalah

antara 6% – 8%. Kadar air yang terlalu tinggi dapat menyebabkan naiknya

aktivitas pernafasan yang dapat berakibat terkuras habisnya bahan cadangan

makanan dalam benih. Selain itu merangsang perkembangan cendawan patogen di

dalam tempat penyimpanan. Tetapi perlu diingat bahwa kadar air yang terlalu

rendah akan menyebabkan kerusakan pada embrio (Lesmana, 2009).

Page 7: laporan praktikum teknologi benih

7

2.4 Metode Pengujian Benih

Pengujian benih ditunjukan untuk mengetahui mutu atau kualitas benih.

Informasi tersebut tentunya akan sangat bermanfaat bagi produsen, penjual

maupun konsumen benih. Mereka dapat memperoleh keterangan yang dapat

dipercaya, tentang mutu atau kualitas dari suatu benih (Baskara, 2009).

Berbagai program penanaman harus terus dilakukan, hal ini digunakan untuk

mengembalikan fungsi lahan tersebut dan sebagai upaya mitigasi untuk

mengurangi bencana yang diakibatkan oleh keberadaan lahan kritis. Upaya

tersebut jelas memerlukan dukungan ketersediaan benih bermutu. Benih itu

sendiri adalah bagian tanaman yang digunakan untuk perbanyakan atau

perkembangbiakan, baik berupa biji ataupun bagian tanaman lainnya

(Baskara, 2009).

Dalam proses pengujian benih yang diujikan antara lain viabilitas, benih atau

daya hidup benih, struktur pertumbuhan, uji kesehatan benih. Dalam pengujian

benih langkah-langkah yang harus dolakukan antara lain : pengambilan contoh

benih, pengujian kemurnian benih, pengujian kadar air, uji daya kecambah, uji

kekuatan tumbuh benih atau uji kesehatan benih (Baskara, 2009).

Kepastian mutu suatu kelompok benih yang diedarkan dan digunakan untuk

penanaman sangat diperlukan untuk menjamin baik pengguna, pengedar, maupun

pengada. Aspek legal dari mutu benih ini memerlukan perangkat berupa metode

pengujian yang standar. Metode ini diharapkan mampu memberikan hasil yang

seragam apabila pengujian terhadap suatu kelompok benih dilakukan oleh institusi

yang berbeda (Baskara, 2009).

Page 8: laporan praktikum teknologi benih

8

2.5 Uji Vigor Benih Dengan NaCL

Vigor Benih adalah kemampuan benih menghasilkan tanaman normal pada

lingkungan yang kurang memadai (suboptimum), dan mampu disimpan pada

kondisi simpan yang sub optimum. Vigor adalah sejumlah sifat-sifat benih yang

mengidikasikan pertumbuhan dan perkembangan kecambah yang cepat dan

seragam pada cakupan kondisi lapang yang luas. Cakupan vigor benih meliputi

aspek-aspek fisiologis selama proses perkecambahan dan perkembangan

kecambah.

Benih bermutu mencakup mutu genetis, yakni benih murni dari varietas

tertentu yang menunjukkan identitas genetis dari tanaman induknya, mutu

fisiologis yaitu kemampuan daya hidup (viabilitas) benih yang mencakup daya

kecambah dan kekuatan tumbuh benih dan mutu fisik benih yaitu penampilan

benih secara prima  dilihat secara fisik seperti ukuran homogen, bernas, bersih

dari campuran, bebas hama dan penyakit, dan kemasan  menarik.

Pengujian ketahan benih terhadap kekeringan dapat di lakukan secara

simulasi di Laboratorium menggunakan larutan NaCL. Pada konsentrasi tinggi

larutan ini tidak hanya memberikan cekaman akibat tekanan osmotiknya sehingga

benih mengalami hambatan dalam proses imbibisi, tetapi memberikan cekaman

terhadap kondisi salin. Pada kondisi tersebut hanya benih vigor yang mampu

tumbuh dengan baik.

Page 9: laporan praktikum teknologi benih

9

III. METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu

Praktikum Ilmu Teknologi Benih dilaksanakan di Laboratorium Teknologi

Benih, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, Palu. Praktikum ini

dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 17 April 2016 s/d 15 Mei 2016, pada pukul

08.00 s/d pukul 10.00 Wita.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini, antara lain yaitu, Pedtridish,

Pinset, Keranjang Perkecambahan, Cutter, Kaca Pembesar, Cawan Petri, Kapas, 4

Gelas Aqua, Alat Perkecambahan, Alat Press Kertas, Spayer, Pisau, Oven,

Timbangan Analitik, Kertas Merang, Plastik, Gelas Ukur, Beaker Gelas,

Pengaduk Gelas dan Cawan Porselin. Bahan yang digunakan, yaitu Biji Jagung,

Padi, Kedelai, Kacang Hijau, Kacang Tanah, Larutan NaCL 1% dan Aquades.

3.3 Cara Kerja

3.3.1 Struktur benih dan tipe perkecambahan

Prosedur kerja praktikum srtuktur benih (benih padi, jagung, kedelai,

kacang tanah), yaitu pertama menyiapkan benih dan cawan petri, mengamati

morfologi dari setiap masing-masing benih yang masih utuh kemudia di gambar.

Lalu memotong masing-masing benih secara membujur dan mengamati

anatominya dan di gambar. Kemudian memotong kembali masing-masing benih

secara melintang kemudian amati anatominya dan kemudian di gambar.

9

Page 10: laporan praktikum teknologi benih

10

Prosedur kerja praktikum tipe perkecambahan yaitu pertma myiapakan

masing-masing 4 benih jagung dan kacang tanah dan 4 buah gelas aqua. Lalu

memempatkan kapas didalam masing-masing gelas aqua kemudian membahasai

kapas dengan menggunakan air selanjutnya biji tersebut ditanam didalam gelas

aqua yang sudah ditaruh kapas basah kemudian mngamati selama 5 hari dan catat

lalu didokumentasikan.

3.3.2 Identifikasi kecambah/bibit normal dan abnormal

Prosedur kerja pada praktikum identifikasi kecambah/bibit normal dan

abnormal yaitu pertama mengambil masing-masing benih (benih padi dan cabai)

untuk dikecambahkan sebanyak 25 biji. Benih tersebut dikecambahkan pada

pestridish yang dilapisi kertas merang yang sebelumnya telah dijenuhkan dengan

air dan telah dipres. Kemudian lalaukan pengamatan setiap hari dan bila kelihatan

kering disemprot dengan air. Amati ldentifikasi bibit normal dan tidak normal

dibandingkan bentuknya masing-masing benih yang dikecambahkan tersebut

Benih-benih yang berpenyakit dibuang dari kecambah agar tidak menular ke

benih yang lain.

3.3.3 Pengujian kadar air benih

Prosedur kerja pada praktikum pengujian kadar air benih yaitu pertama

mengambil contoh benih (benih bawang merah, coklat, kacang tanah, dan kedelai)

kemudian diiris tipis dengan menggunakan cutter, menimbang cawan porselin

yang telah dipanaskan terlebih dahulu (misalnya W1 g), mengambil contoh benih

ditimbang sebanyak lO g, kemudian Timbang cawan porselin + c ontoh

Page 11: laporan praktikum teknologi benih

11

benih (misalnya W2 g), Cawan + contoh benih dipanaskan dalam oven setama 18

jam pada temperatur l30ᴼC, Setelah pemanasan selesai, cawan + contoh benih

didinginkan didalam desikator selama 5 menit kemudian ditimbang lagi (W3 g),

Sesudah penimbangan seletai, cawan + benih dipanaskan lagi dalam oven selama

lO menit pada temperratur l3O"C, selanjutnya ditimbang lagi (misalnya W4 g).

3.3.4 Metode pengujian benih

3.3.4.1 Pengujian benih UDK (uji Di atas Kertas)

Prosedur kerja pada praktikum metode pengujian benih menggunakan

metode pengujian benih UDK (uji Di atas Kertas) yaitu pertama meletakkan

substrat kertas (3-4 lernbar) diletakkan pada alas petridish atau cawan plastik.

Lalu membasahi substrat, biarkan sampai air meresap. Kemudian air yang

ber1ebih dibuang, Tanamlah benih diatas lembar substrat dengan pinset, Untuk

benih sebesar padi cukup 25 butir dalam satu petridish. Letakkan petridish atau

cawan plastik yang telah ditanami benih tersebut dalam alat pengecambah benih.

untuk metode UDK letak trays di dalam alat pengecambah dimiringkan.

3.3.4.2 Pengujian benih UKD (Uji Kertas Digulung)

Prosedur kerja pada praktikum pengujian benih UKD (Uji Kertas

Digulung) yaitu pertama menyiapkan benih kedelai, jagung dan kacang tanah

masing-masing 25 benih dan 2 lembar plastik bening dan 4 lembar kertas merang

kemudian merendam kertas merang ke dalam air hingga kertas tersebut basah lalu

di pres, lalu meletakkan kertas sebanyak dua lapis tepat di atas plastik bening.

Setelah itu, mengambil benih kacang tanah dan jagung masing-masing sebanyak

25 benih. Kemudian meletakkan benih-benih tersebut di atas kertas secara teratur.

Page 12: laporan praktikum teknologi benih

12

Selanjutnya menggulung kertas yang telah diletakkan benih tersebut. Diusahakan

benih tersebut tetap teratur di dalam kertas yang telah di gulung. Lalu memberi

kertas label nama varietas kepada benih yang telah digulung. Setelah itu

masukkan ke dalam alat pengecambah benih, untuk diketahui kemampuan benih

tersebut untuk berkecambah. Melakukan pengamatan untuk mengetahui

kemampuan berkecambah benih.

3.3.4.3 Metode uji daya kecambah secara langsung dengan substrat pasir dan

tanah

Prosedur kerja pada praktikum ini yaitu pertama menyiapkan dua buah

wadah/baskom yang masing-masing wadah/baskom dapat di tanami 25 benih

jagung. Kemudian mengisi pasir sampai penuh untuk kotak yang pertama

kemudian menyiram kotak berisi pasir dengan air, lalu menam benih jagung

sebanyak 25 biji secara teratur. Selanjutnya untuk wadah/baskom yang kedua

mengisi pasir setengah dari wadah/baskom dan menyiram dengan air, lalu

membuat lubang 25 lubang secra teratur dan menanam benih jagung pada lubang

tersebut. Kemudian diatasnya dilapisi kertas merang, lalu mengiisi kembali kotak

tersebut dengan pasir sampai penuh. Kemudian melakukan pengamatan selama 7

x 24 jam.

3.3.5 Uji Vigor Benih dengan NaCl

Prosedur kerja pada praktikum uji vigor benih dengan NaCl yaitu pertama

lot benih jagung yang diseleksi sebanyak 25 butir pada substrat kertas merang

yang sudah dilembabkan dengan air kemudian lakukan sebanyak 4 ulangan untuk

Page 13: laporan praktikum teknologi benih

13

masing-masing perlakuan pada kedua lot benih lalu simpan pada alat

pengecambah benih kemudian dilakukan pada hari ke-5 setelah tanam terhadap

kecamba normal, abnormal, dan mati setelah itu andingkan bagaimana

pertumbuhan kecambah pada kedua substrat pada kedua lot benih.

Prosedur kerja pada praktikum uji vigor benih dengan NaCl yaitu pertama-

tama menyiapkan satu lembar plastik bening dan satu lembar kertas merang

kemudian merendam kertas merang ke dalam NaCL hingga kertas tersebut basah,

lalu meletakkan kertas merang tersebut tepat di atas plastik bening. Setelah itu,

mengambil benih jagung masing-masing sebanyak 25 benih. Kemudian

meletakkan benih-benih tersebut di atas kertas secara teratur. Selanjutnya

menggulung kertas yang telah diletakkan benih tersebut. Diusahakan benih

tersebut tetap teratur di dalam kertas yang telah di gulung. Lalu memberi kertas

label nama varietas kepada benih yang telah digulung. Setelah itu masukkan ke

dalam alat pengecambah benih, untuk diketahui kemampuan benih tersebut untuk

berkecambah. Melakukan pengamatan untuk mengetahui kemampuan

berkecambah benih.

Page 14: laporan praktikum teknologi benih

14

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Struktur benih dan tipe perkecambahan

Dari praktikum penetapan struktur benih dan tipe perkecambahan diperoleh

hasil berupa gambar sebagai berikut :

Keterangan :

Gambar 1. Struktur benih kacang tanah yang utuh.

Keterangan :

Gambar 2. Struktur benih kacang tanah yang di potong membujur.

14

Page 15: laporan praktikum teknologi benih

15

Keterangan :

Gambar 3. Struktur benih kacang tanah yang dipotong secara melintang.

Keterangan :

Gambar 4. Struktur benih jagung yang utuh.

Keterangan :

Gambar 5. Struktur benih jagung yang dipotong secara membujur.

Page 16: laporan praktikum teknologi benih

16

Keterangan :

Gambar 6. Struktur benih jagung yang dipotong secara melintang.

Keterangan :

Gambar 7. Struktur benih padi yang utuh.

Keterangan :

Gambar 8. Struktur ben ih padi yang dipotong secara membujur.

Page 17: laporan praktikum teknologi benih

17

Keterangan :

Gambar 9. Struktur benih padi yang dipotong secara melintang

Keterangan :

Gambar 10. Struktur benih kedelai yang utuh.

Keterangan :

Gambar 11. Struktur benih kedelai yang dipotong secara membujur.

Page 18: laporan praktikum teknologi benih

18

Keterangan :

Gambar 12. Struktur benih kedelai yang dipotong secara melintang.

Gambar 13. Tipe perkecambahan benih dikotil dan monokotil

4.1.2 Identifikasi kecambah/bibit normal dan abnormal

Tabel 1. Hasil Pengamatan Kecambah Normal dan Abnormal Selama 7 Hari

Jenis Benih Kecambah Normal Kecambah AbnormalAkar Plumula Akar Plumula

Padi  Primer panjangColeoptile sedikit

membuka Tidak ada berjamurJagung Ada akar primer Muncul colieptile Berjamur Tidak

KedelaiBanyak akar

sekunderDaun pertama

baik Membusuk lemahKacang Tanah Ada akar Tidak busuk Tidak ada berjamurCabai Primer panjang Muncul daun Lemah Tidak ada

Page 19: laporan praktikum teknologi benih

19

Gambar 14. Perkecambahan benih normal dan abnormal

4.1.3 Pengujian kadar air benih

a. Benih Kedelai

Persentase kadar air menggunakan rumus : 100%

Diketahui :

BB = 10,4943 gram

BK = 9,5991 gram

Penyelesaian :

100%

K a= 8,53%

Page 20: laporan praktikum teknologi benih

20

b. Benih Kacang Tanah

Persentase kadar air menggunakan rumus :

100%

Diketahui :

BB = 10,0945 gram

BK = 9,6539 gram

Penyelesaian :

100%

K a= 4,36%

c. Benih Kakao

Persentase kadar air menggunakan rumus :

100%

Diketahui :

BB = 10,0954 gram

BK = 5,8628 gram

Penyelesaian :

100%

K a= 41,93%

d. Bawang Merah

Persentase kadar air menggunakan rumus :

100%

Diketahui :

BB = 10,0501 gram

BK = 1,4334 gram

Page 21: laporan praktikum teknologi benih

21

Penyelesaian :

100%

K a= 85,73%

4.1.4 Metode pengujian benih

a. Benih Padi

Tabel 2. Hasil pengamatan kecambah normal selama 7 hari

Kecambah

Benih

Hari

1 2 3 4 5 6 7

Kn 0 9 5 2 1 0 1

% Kn 0% 36% 20% 8% 4% 0% 4%

Catatan :

Jumlah benih dikecambahkan = 25

Kecambah abnormal = 7

%Kn = Kecambah normal

Daya Berkecambah (%)

Pengamatan berdasarkan metode kecambah dilakukan setelah berumur 4

x 24 jam dan 7 x 24 jam. Dengan rumus :

100%

Diketahui :

Kecambah normal = 18 (setelah berumur 4 hari)Kecambah normal = 18 (setelah berumur 7 hari)Benih dicembahkan = 25

Penyelesaian :

Setelah berumur 4 hari

100%

72%

Page 22: laporan praktikum teknologi benih

22

Setelah berumur 7 hari

100%

72%

Waktu Berkecambah

Waktu berkecambah dinyatakan dalam rata-rata hari berkecamah,

dihitung dengan rumus :

Rata-rata hari berkecambah =

Diketahui :

N1T1 = 0 N5T5 = 1

N2T2 = 9 N6T6 = 0

N3T3 = 5 N7T7 = 6

N4T4 = 2 Total berkecambah = 25

Penyelesaian :

Rata-rata hari berkecambah =

Rata-rata hari berkecambah = 3,52

b. Benih Cabai

Tabel 3. Hasil pengamatan kecambah normal selama 7 hari

Kecambah

Benih

Hari (etmal)

1 2 3 4 5 6 7

Kn 0 5 7 2 2 1 4

% Kn 0% 20% 28% 8% 8% 4% 16%

Catatan :

Jumlah benih dicambahkan = 25

Kecambah abnormal = 4

%Kn = Kecambah normal

Daya Berkecambah (%)

Pengamatan berdasarkan metode kecambah dilakukan setelah berumur

4 x 24 jam dan 7 x 24 jam. Dengan rumus :

Page 23: laporan praktikum teknologi benih

23

100%

Diketahui :

Kecambah normal = 22 (setelah berumur 4 hari)Kecambah normal = 21 (setelah berumur 7 hari)Benih dicembahkan = 25

Penyelesaian :

Setelah berumur 4 hari

100%

88%

Setelah berumur 7 hari

100%

84%

Waktu Berkecambah

Waktu berkecambah dinyatakan dalam rata-rata hari berkecamah, dihitung

dengan rumus :

Rata-rata hari berkecambah =

Diketahui :

N1T1 = 0 N5T5 = 2

N2T2 = 5 N6T6 = 1

N3T3 = 7 N7T7 = 4

N4T4 = 2 Total berkecambah = 25

Penyelesaian :

Rata-rata hari berkecambah =

Rata-rata hari berkecambah = 3,32

Page 24: laporan praktikum teknologi benih

24

c. Benih Kacang Tanah

Tabel 4. Hasil pengamatan kecambah normal selama 7 hari

Kecambah

Benih

Hari (etmal)

1 2 3 4 5 6 7

Kn 0 0 3 6 5 6 0

% Kn 0% 0% 12% 24% 20% 24% 0%

Catatan :

Jumlah benih dicambahkan = 25

Kecambah abnormal = 17

%Kn = Kecambah normal

Daya Berkecambah (%)

Pengamatan berdasarkan metode kecambah dilakukan setelah berumur 4

x 24 jam dan 7 x 24 jam. Dengan rumus :

100%

Diketahui :

Kecambah normal = 21 (setelah berumur 4 hari)Kecambah normal = 20 (setelah berumur 7 hari)Benih dicembahkan = 25

Penyelesaian :

Setelah berumur 4 hari

100%

84 %

Setelah berumur 7 hari

100%

80 %

Page 25: laporan praktikum teknologi benih

25

Waktu Berkecambah

Waktu berkecambah dinyatakan dalam rata-rata hari berkecamah, dihitung

dengan rumus :

Rata-rata hari berkecambah =

Diketahui :

N1T1 = 0 N5T5 = 5

N2T2 = 3 N6T6 = 2

N3T3 = 6 N7T7 = 3

N4T4 = 6 Total berkecambah = 25

Penyelesaian :

Rata-rata hari berkecambah =

Rata-rata hari berkecambah = 3,84

d. Benih Kedelai

Tabel 5. Hasil pengamatan kecambah normal selama 7 hari

Kecambah

Benih

Hari (etmal)

1 2 3 4 5 6 7

Kn 0 2 4 4 1 0 2

% Kn 0% 8% 16% 16% 4% 0% 8%

Catatan :

Jumlah benih dicambahkan = 25

Kecambah abnormal = 12

%Kn = Kecambah normal

Daya Berkecambah (%)

Pengamatan berdasarkan metode kecambah dilakukan setelah berumur

4 x 24 jam dan 7 x 24 jam. Dengan rumus :

Page 26: laporan praktikum teknologi benih

26

100%

Diketahui :

Kecambah normal = 18 (setelah berumur 4 hari)Kecambah normal = 13 (setelah berumur 7 hari)Benih dicembahkan = 25

Penyelesaian :

Setelah berumur 4 hari

100%

72%

Setelah berumur 7 hari

100%

52%

Waktu Berkecambah

Waktu berkecambah dinyatakan dalam rata-rata hari berkecamah,

dihitung dengan rumus :

Rata-rata hari berkecambah =

Diketahui :

N1T1 = 0 N5T5 = 1

N2T2 = 2 N6T6 = 0

N3T3 = 4 N7T7 = 2

N4T4 = 4 Total berkecambah = 25

Penyelesaian :

Rata-rata hari berkecambah =

Rata-rata hari berkecambah = 2,04

Page 27: laporan praktikum teknologi benih

27

e. Benih Jagung

Tabel 6. Hasil pengamatan kecambah normal selama 7 hari

Kecambah

Benih

Hari (etmal)

1 2 3 4 5 6 7

Kn 0 8 8 4 1 2 2

% Kn 0% 32% 32% 16% 4% 8% 8%

Catatan :

Jumlah benih dicambahkan = 25

Kecambah abnormal = 0

%Kn = Kecambah normal

Daya Berkecambah (%)

Pengamatan berdasarkan metode kecambah dilakukan setelah berumur

4 x 24 jam dan 7 x 24 jam. Dengan rumus :

100%

Diketahui :

Kecambah normal = 25 (setelah berumur 4 hari)Kecambah normal = 25 (setelah berumur 7 hari)Benih dicembahkan = 25

Penyelesaian :

Setelah berumur 4 hari

100%

100%

Setelah berumur 7 hari

100%

100%

Waktu Berkecambah

Page 28: laporan praktikum teknologi benih

28

Waktu berkecambah dinyatakan dalam rata-rata hari berkecamah, dihitung

dengan rumus :

Rata-rata hari berkecambah =

Diketahui :

N1T1 = 0 N5T5 = 1

N2T2 = 8 N6T6 = 2

N3T3 = 8 N7T7 = 2

N4T4 = 4 Total berkecambah = 25

Penyelesaian :

Rata-rata hari berkecambah =

Rata-rata hari berkecambah = 3,48

f. Pengujian ideks vigor hipotetik (IVH)

IVH =

IVH =

= 6,863

4.1.5 Uji vigor benih dengan NaCl

Tabel 7. Hasil Pengamatan Uji Vigor Dengan Media NaCl

Perlakuan Kecambah Normal Kecambah Abnormal Kecambah Mati

Kontrol 100% 0% 0%

NaCl 100% 0% 0%

4.2 Pembahasan

4.2.1 Struktur benih dan tipe perkecambahan

Page 29: laporan praktikum teknologi benih

29

Dari hasil praktikum, terlihat bahwa terdapat perbedaan struktur benih

antara benih monokotil dengan benih dikotil.

Sampel subkelas monokotil pada praktikum kali ini adalah benih jagung,

dimana terlihat morfologi jagung yang memiliki bentuk hilum yang lonjong dan

berlokasi di bagian pangkal biji dan posisinya menonjol. Selain itu terlihat

perbedaan warna yang membedakan antara embrio, endosperm, dan epicarp benih

jagung, ketika benih jagung dibelah. Pada benih jagung terlihat endosperma,

embrio dan posisi hilum. Sampel subkelas dikotil adalah benih kedelai, dimana

bentuk hilumnya bulat lonjong, lokasi ditepi dan posisinya menjorok. Pada benih

kacang tanah terlihat jelas selaput benih, plumula yang menjadi bakal daun serta

radikula yang menjadi bakal akar, yang paling luas bentuknya adalah kotiledon.

Biji padi merupakan jenis biji monokotil dan memiliki tipe bibit hypogeal. Saat

masih utuh biji padi berbentuk lonjong dengan ujung yang runcing dan tertutup

oleh kulit biji berwarna kuning yang kasar dan berbulu. Ketika dipotong

melintang biji berbentuk bulat dan terdapat bagian yang berbentuk bulatan.

Namun ketika dipotong membujur biji berbentuk lonjong dengan bagian ujung

yang runcing dan nampak bagian-bagian seperti radikula, skutellum, plumula dan

kulit biji. Pada biji padi, kulit biji tebal dan terdiri dari dua bagian yang dapat

saling menutup dan terhubung dibagian pangkal biji. Biji padi tidak dapat dipisah,

hal tersebut menunjukkan bahwa biji jagung termasuk dalam golongan biji

monokotil.

Perbedaan ciri morfologi dan anatomi antara monokotil dan dikotil terletak

pada: 1) Monokotil memiliki lembaga dengan satu daun lembaga, ketika

Page 30: laporan praktikum teknologi benih

30

berkecambah biji tidak membelah. Sedangkan pada dikotil, memiliki lembaga

dengan dua daun lembaga, ketika berkecambah biji akan membelah menjadi dua.

2) Pada monokotil, bentuk akar serabut dan tidak berkambium, ujung akar

dilindungi oleh akar lembaga (koleorhiza). Sedangkan pada dikotil bentuk akar

tunggang dan berkambium, ujung akar tidak memiliki pelindung. 3) Batang

monokotil tidak bercabang, berbuku-buku dengan ruas tampak jelas, dan tidak

berkambium. Sedangkan pada dikotil batang bercabang, berbuku-buku dengan

ruas tidak jelas, dan berkambium sehingga dapat tumbuh membesar. 4) Daun

monokotil tunggal berpelepah, bertulang daun sejajar atau melengkung.

Sedangkan dikotil daun tunggal atau majemuk, bertulang daun menyirip atau

menjari. 4) Bunga monokotil berkelipatan 3. Sedangkan dikotil berkelipatan 2, 4

atau 5 (Jati 2007).

Monokotil termasuk tanaman seperti rumput, bunga lili, dan pohon palem.

Dikotil meliputi sebagian besar pohon umum (dengan pengecualian pohon besar-

kerucut), serta bunga dan tanaman. Salah satu perbedaan utama antara dua

kelompok ini dalam biji. Monokotil hanya memiliki satu kotiledon (A), sedangkan

dikotil memiliki dua kotiledon. Kotiledon adalah daun embrio yang mengembang

selama pengembangan benih dan terakumulasi atau gudang nutrisi yang

mendukung perkecambahan atau untuk tumbuh setelah perkecambahan. Pada

monokotil, endosperma (B) berperan sebagai cadangan makanan hasil

perkembangan kotiledon, sementara di dikotil, endosperma layu (menghilang)

(Alcamo 2005).

Page 31: laporan praktikum teknologi benih

31

4.2.2 Identifikasi kecambah/bibit normal dan abnormal

Berdasarkan tabel hasil pengamatan di atas kacang tanah merupakan jenis

benih dari tanaman dikotil. Tipe perkecambahannya yaitu epigeal. Ciri-ciri benih

kacang tanah yang normal yaitu kecambah utuh, bagian akar terlihat jelas, batang

berkembang dengan baik dan plumula sempurna. Sedangkan untuk benih yang

abnormal ciri-cirinya adalah sebagai berikut yaitu kecambah tidak ada, ridak ada,

plumula terserang jamur.

Berdasarkan tabel hasil pengamatan di atas jagung merupakan jenis benih

dari tanaman monokotil dengan tipe perkecambahannya adalah hypogeal. Ciri-ciri

benih jagung yang normal yaitu kecambah utuh, bagian akar sekunder terlihat

jelas, batang berkembang dengan baik, dan kotiledonya sempurna. Sedangkan

untuk benih jagung yang abnormal yaitu akar berjamur dan plumula tidak

ada/busuk.

Berdasarkan tabel hasil pengamatan di atas kedelai merupakan jenis benih

dari tanaman dikotil dengan tipe perkecambahannya adalah epigeal. Ciri-ciri

benih kedelai yang normal yaitu terlihat akar jelas dan batang tumbuh dengan baik

dan plumula sempurna. Sedangkan untuk benih kedelai yang abnormal yaitu

kecambah lemah, kerdil, dan plumula tidak ada.

Berdasarkan tabel hasil pengamatan di atas padii merupakan jenis benih

dari tanaman monokotil dengan tipe perkecambahannya adalah hipogeal. Ciri-ciri

benih kedelai yang normal yaitu terlihat akar primer jelas dan plumula sempurna.

Page 32: laporan praktikum teknologi benih

32

Sedangkan untuk benih kedelai yang abnormal yaitu kecambah akar tidak ada,

dan plumula berjamur.

Berdasarkan tabel hasil pengamatan di atas benih cabai merupakan jenis

benih dari tanaman dikotil dengan tipe perkecambahannya adalah epigeal. Ciri-

ciri benih jagung yang normal yaitu kecambah utuh, bagian akar primerr terlihat

jelas, dan muncul daun. Sedangkan untuk benih jagung yang abnormal yaitu akar

lemah dan plumula tidak ada/busuk.

4.2.3 Pengujian kadar air benih

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari praktikum yang dilakukan, persentase

pengujian kadar air benih kedelai dengan menggunakan metode langsung adalah

8,53%, benih ini termasuk benih orthodox. Menurut Pitojo (2003), secara genetis

benih kedelai memiliki daya simpan lebih rendah dari pada benih padi dan jagung.

Benih kedelai bersifat higroskopis, yakni menyerap lengas udara di sekitarnya

untuk meningkatkan kadar air benih sehingga terjadi keseimbangan antara kadar

air benih dengan kelembaban udara. Oleh karena itu, jika benih dibiarkan terbuka 

dalam waktu yang cukup lama, laju penurunan mutu benih akan semakin cepat.

Penurunan kadar air benih sebesar 1 % dapat memperpanjang daya simpan benih.

Pada hasil perhitungan kadar air benih kacang tanah, maka didapatkan presentase

dari bebrapa benih tersebut yaitu sebesar 4,36%, kakao dengan presentase kadar

air 41,93%, serta bawang dengan presentase kadar air tertinggi yaitu 85,73%. Dari

hasil yang diperoleh dapat kita ketahui bahwa Kadar air kacang tanah dan kedelai

tergolong rendah hal ini memungkinkan benih untuk disimpan dalam waktu lebih

lama.  Sebaliknya dengan kadar air bawang merah yang tertinggi memungkinkan

Page 33: laporan praktikum teknologi benih

33

benih akan cepat dengan mudah untuk berkecambah apabila dalam keadaan

lembab dan tidak cocok penyimpanan dalam waktu lama. Sedangkan benih kakao

walaupun mempunyai kadar air rendah, benih ini tidak dapat disimpan lama hal

ini disebabkan benih kakao yang memiliki kadar air yang rendah tidak akan

mampu untuk berkecambah dikarenakan benih kakao ini termasuk benih yang

rekalsitran yaitu benih yang sangat peka terhadap pengeringan.

4.2.4 Metode pengujian benih

Berdasarkan hasil yang diperoleh diketahui bahwa ada benih padi

didapatkan hasil daya berkecambah setelah berumur 7 hari sebesar 72%, dan

waktu berkecambah 3,52, sedangkan benih cabai didapatkan hasil daya

berkecambah setelah berumur 7 hari sebesar 84%, dengan waktu berkecambah

3,32, sedangkan pada benih kacang tanah didapatkan hasil daya berkecambah

setelah berumur 7 hari sebedar 80 %, dengan waktu berkecambah 3,84, pada

benih kedelai didapatkan hasil daya berkecambah setelah berumur 7 hari sebesar

52%, dengan waktu berkecambah 2,04, kemudian pada benih jagung yang

dikecambahkan mempunyai daya berkecambah 100%, dengan waktu

berkecambah 3,48. Kemudian pada pengujian ideks vigor hipotetik (IVH)

diperoleh hasil 6,863.

Benih yang tidak tumbuh, mati, maupun tumbuh abnormal dapat

disebabkan oleh faktor internal benih maupun faktor eksternal. Faktor internal

yang mempengaruhi adalah tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dormansi,

dan penghambat perkecambahan.

Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai

tidak mempunyai viabilitas yang tinggi karena belum memiliki cadangan makanan

yang cukup serta pembentukan embrio belum sempurna. Pada umumnya sewaktu

Page 34: laporan praktikum teknologi benih

34

kadar air biji menurun dengan cepat sekitar 20 persen, maka benih tersebut juga

telah mencapai masak fisiologos atau masak fungsional dan pada saat itu benih

mencapat berat kering maksimum, daya tumbuh maksimum (vigor) dan daya

kecambah maksimum (viabilitas) atau dengan kata lain benih mempunyai mutu

tertinggi.

Benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan

yang lebih banyak dibandingkan dengan yang kecil pada jenis yang sama.

Cadangan makanan yang terkandung dalam jaringan penyimpan digunakan

sebagai sumber energi bagi embrio pada saat perkecambahan. Berat benih

berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi karena berat benih

menentukan besarnya kecambah pada saat permulaan dan berat tanaman pada saat

dipanen.

Benih dikatakan dormansi apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi

tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum

dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan atau juga dapat

dikatakan dormansi benih menunjukkan suatu keadaan dimana benih-benih sehat

(viabel) namun gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi yang secara

normal baik untuk berkecambah, seperti kelembaban yang cukup, suhu dan

cahaya yang sesuai. Jumlah benih dormansi terbanyak dari keseluruhan benih

yang diamati adalah benih kacang tanah. Penghambat perkecambahan benih dapat

berupa kehadiran inhibitor baik dalam benih maupun di permukaan benih, adanya

larutan dengan nilai osmotik yang tinggi serta bahan yang menghambat lintasan

metabolik atau menghambat laju respirasi. Faktor eksternal yang mempengaruhi

Page 35: laporan praktikum teknologi benih

35

diantaranya adalah air, suhu, oksigen, cahaya, dan medium. Penyerapan air oleh

benih dipengaruhi oleh sifat benih itu sendiri terutama kulit pelindungnya dan

jumlah air yang tersedia pada media di sekitarnya. sedangkan jumlah air yang

diperlukan bervariasi tergantung kepada jenis benihnya. Suhu optimal adalah yang

paling menguntungkan berlangsungnya perkecambahan benih dimana presentase

perkembangan tertinggi dapat dicapai yaitu pada kisaran suhu antara 26.5 sd

35°C.

4.2.5 Uji vigor benih dengan NaCl

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh melalui tabel diatas dapat diketahui

bahwa benih jagung yang telah dikecambahkan pada media kertas merang yang

telah diberikan larutan NaCl mengalami pertumbuhan benih yang sangat lambat

namun semua benih berkecambah 100%, sedangkan untuk benih jagung lain yang

dijadikan sebagai kontrol mempunyai pertumbuhan yang sangat cepat namun

mengalai gangguan seperti berjamur. Benih jagung yang dikecambahkan pada

media kertas merang yang telah diberikan larutan NaCl mengalami pertumbuhan

benih yang sangat lambat dikarenakan karena larutan garam (NaCl) dapat

menghambat proses imbibisi pada benih dan dapat memberikan cekaman terhadap

kondisi salin. Toleransi tanaman terhadap salinitas tergantung pada jenis dan

tingkat pertumbuhan tanaman. Setiap tanaman mempunyai batas toleransi yang

berbeda terhadap salinitas.

Tanaman pertanian sangat peka terhadap kandungan garam dalam tanah.

Benih yang ditanam di daerah dengan keadaan salinitas tinggi sangat sulit atau

tidak dapat berkecambah sama sekali. Tanah salin merupakan salah satu jenis

Page 36: laporan praktikum teknologi benih

36

tanah marginal yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman baik pada fase

perkecambahan maupun fase lainnya. Pengaruh salinitas terhadap perkecambahan

mencakup dua hal, yaitu pengaruh tekanan osmosis yang tinggi sehingga benih

sulit menyerap air dan pengaruh kimia atau keracunan ion-ion spesifik yang

menyusun garam. Jadi tingginya tingkat keserempakan dan kecepatan tumbuh

pada benih merupakan besarnya kekuatan vigor terhadap lingkungan suboptimum.

Page 37: laporan praktikum teknologi benih

37

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang didapat dari pratikum diatas adalah :

1. Pada struktur benih padi, kedelai, kacang tanah dan jagung memiliki kriteria

sturktur benih yang berbeda dimana pada benih jagung, memiliki bentuk

hilum yang lonjong dan berlokasi di bagian pangkal biji dan posisinya

menonjol dan benih kedelai, dimana bentuk hilumnya bulat lonjong, lokasi

ditepi dan posisinya menjorok. Dan pada benih kacang tanah terlihat jelas

selaput benih, plumula yang menjadi bakal daun serta radikula yang menjadi

bakal akar, yang paling luas bentuknya adalah kotiledon. Sedangkan pada

saat masih utuh biji padi berbentuk lonjong dengan ujung yang runcing dan

tertutup oleh kulit biji berwarna kuning yang kasar dan berbulu. Ketika

dipotong melintang biji berbentuk bulat dan terdapat bagian yang berbentuk

bulatan. Namun ketika dipotong membujur biji berbentuk lonjong dengan

bagian ujung yang runcing dan nampak bagian-bagian seperti radikula,

skutellum, plumula dan kulit biji.

2. Pada identifikasi kecambah/bibit normal dan abnormal terlihat perbedaan

kecambah bibit baik normal dan abnormal pada benih padi, jagung, kedelai,

kacang tanag, dan cabai. Karena pada kecambah normal rata-rata akar

tumbuh dan namun memikili perbedaan yaitu ada yang primer dan sekunder,

sedangkan pada abnormal akar tidak muncul dan ada sebagian dari akar yang

37

Page 38: laporan praktikum teknologi benih

38

muncul namun berjamur. Dan untuk plumula pada kecambah normal dan

abnormal juga memiliki perbedaan pada coleoptilenya.

3. Pada pengujian kadar air benih pada masing-masing benih memiliki

perbedaan presentase kadar air benih, karena setiap benih yang di uji berbeda

jenis ada yang bersifat higroskopis dan ada yang tidak sehingga kadar air

benih setiap benih berbeda.

4. Pada metode pengujian benih Benih yang tidak tumbuh, mati, maupun

tumbuh abnormal dapat disebabkan oleh faktor internal benih maupun faktor

eksternal.

5. Pada uji vigor benih dengan NaCl terjadi perkecambahan yang lambat pda

benih dengan perlakuan NaCl dibandingkan dengan tanpa perlakuan, karena

larutan tersebut dapat menghmbat proses imbibisi dan toleransi tanaman

terhadap salinitas tergantung pada jenis dan tingkat pertumbuhan tanaman.

Setiap tanaman mempunyai batas toleransi yang berbeda terhadap salinitas.

5.2 Saran

Praktikum ilmu dan teknologi benih sangatlah penting dalam pemecahan

masalah mengenai benih baik benih dikotil maupun monokotil oleh karena itu

saran saya untuk praktikum ini adalah praktikan harus dapat lebih memperhatikan

dan ikut serta dalam pelaksanaan praktikum. Sebab apabila diabaikan maka

praktikan sendiri yang akan menemui kesulitan dikemudian harinya.

Page 39: laporan praktikum teknologi benih

39

DAFTAR PUSTAKA

Alcamo E 2005. Biology. New York: Princeton

Angga, 2009. http://mbozocity.blogspot.com/hipogeal-dan-epigeal/ diakses pada

tanggal 14 juni 2012

Baskara, 2009. http://baskara09.wordpress.com/2011/03/30/pengujian-benih/

diakses pada tanggal 13 juni 2012

Chanan, M. 2000. Pengaruh Masa Simpan Benih Terhadap Viabilitas Leda (Eucalyptus deglupta Blume). J. Tropik. Diakses pada tanggal 1 mei 2014.

Hartono, 2010.  http://ig09.student.ipb.ac.id/2011/03/21/penetapan-kadar-air-

benih/ diakses pada tanggal 14 juni 2012

Jati W 2007. Biologi Interaktif. Jakarta: Azka Press

Kamil, J. 1986. Teknologi Benih. Padang : Angkasaraya.

Kamil, Jurnalis. 1979. Teknologi Benih I. Angkasa Raya; Padang.Diakses pada tanggal 12 lanuari 2014

kamill,a.Enoch. 2011. Pengujian Kadar Air Benih. (http//wikipedia.com). Diakses

pada Kamis, 03 November 2011, pukul 18:38).

Kartasapoetra, Ance G. 1986. Teknologi Benih, Pengolahan Benih, dan Tuntunan

Praktikum. Jakarta :PT Rineka Cipta.

Kartasapoetra, Anto G. 1986. Pengelolaan Benih dan Tuntunan Praktikum. Bina Aksara; Jakarta Diakses pada tanggal 12 februari 2014

Lesmana, 2009. http://blankcassanova.blogspot.com/2012/05/uji-kadar-air-benih-

fistum.html diakses pada tanggal 12 juni 2012

Nugraha. 2008. Pengujian Kadar Air Benih. http://www.indobiogen.or.id/ terbitan / agrobio/abstrak/agrobio. Diakses pada tanggal 10 mei 2014.

Nugraha.Ahad, 2009 http://teknologibenih.blogspot.com. Diakses Pada Tanggal 25 april 2014

Page 40: laporan praktikum teknologi benih

40

Pitojo, Setiojo. 2003. Seri Penangkaran: Benih Kedelai. Kanisius. Yogyakarta.

Rubenstin, Irwin dkk. 1978. The Plant Seed. Academi Press Inc; USASadjad, Sjamso’oed. 1993. Dari Benih Kepada Benih. Jakarta : PT. Gramedia

Widiasarana Indonesia.

Soetopo, Lita. 2002. Teknologi Benih. Rajawali Press; Jakarta. Jakarta Diakses pada tanggal 15 april 2014

Sukarman dan M. Hasanah. 2006. Perbaikan mutu Benih Aneka Tanaman Perkebunan Melalui Cara Panen dan Penangan Benih. Jurnal Litbang Pertanian. Diakses pada tanggal 20 april 2014

Sutopo, 2002. Pengujian Kadar Air Benih. http://www .indobiogen.or .id/ terbitan / agrobi/abstrak/agrobio. Diakses pada tanggal 10 mei 2014.

Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Malang: Fakultas Pertanian UNBRAWSutopo,2009.  http://id.wikipedia.org/wiki/Perkecambahan/ diakses pada tanggal

13 juni 2012