Upload
abdularz398
View
245
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
save
Citation preview
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepata Tuhan YME dimana berkat rahmat
dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan laporan “Pratikum Geologi Dasar”
dengan lancar dan hasil yang baik. Laporan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu
syarat bahwa selesainya pratikum geologi dasar.
Disisi lain, penulis mengajak kepada para pembaca agar dapat memahami dan
mendalami tentang laporan ini, serta dapat menerapkan dan mempergunakan laporan
pratikum ini dikehidupan ataupun pada kegiatan lainnya dengan semestinya.
Tidak lupa selaku penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada asisten
dosen selaku pebimbing kami dalam pelaksanaan pratikum geologi dasar, teman-
teman dan pihak terkait yang membantu penulis menyelesaikan laporan ini. Dalam
penulisan laporan ini selaku penulis menyadari akan segala kekurangan, untuk itu
kritik dan saran dari pembaca sangat diperlukan demi perbaikan laporan ini dan
mohon maaf bila ada kesalahakan yang disengaja maupun tidak disengaja pada
laporan ini. Akhir kata semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis dan juga teman-
teman yang membutuhkan.
Surabaya, Desember
2015
Laporan Pratikum Geologi Dasar
ii
Bima Joko Prasetyo
DAFTAR ISI
Kata pengantar………………………………………………………………………...
i
Daftar isi………………………………………………………………………………
ii
Daftar gambar………………………………………………………………………...
iv
Daftar tabel……………………………………………………………………………
v
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………... 1
1.2 Maksud & Tujuan……………………………………………………….. 1
BAB II : METODE PRATIKUM
2.1 Metode pengamatan……………………………………………………….
2
2.2 Alat yang digunakan………………………………………………………
4
2.3 Waktu pelaksanaan……………………………………………………….
5
BAB III : DASAR TEORI
3.1 Mineralogi………………………………………………………………... 6
Laporan Pratikum Geologi Dasar
iii
3.1.1 Definisi Mineral…………………………………………………
6
3.1.2 Sifat kimiawi mineral…………………………………………...
6
3.1.3 Sifat fisik mineral……………………………………………...
13
3.2 Batuan……………………………………………………………………
26
3.2.1 Batuan Beku……………………………………………………26
3.2.1 Batuan Sedimen………………………………………………. 30
3.2.3 Batuan Metamorf………………………………………………38
3.3 Struktur Geologi…………………………………………………………
41
3.3.1 Struktur primer…………………………………………………41
3.3.2 Struktur skunder………………………………………………..41
3.3.3 Kekar…………………………………………………………...42
3.3.4 Sesar……………………………………………………………43
3.4 Stratigrafi………………………………………………………………...45
3.5 Geologi Sejarah………………………………………………………….47
BAB IV : PEMBAHASAN
4.1 Lembar deskripsi mineral………………………………………………..48
Laporan Pratikum Geologi Dasar
iv
4.2 Lembar deskripsi batuan beku……………………………………………
49
4.3 Lembar deskripsi batuan
sedimen………………………………………..50
4.4 Lembar deskripsi batuan metamorf………………………………………
51
BAB V : PENUTUP
5.1 Kesimpulan………………………………………………………………52
DAFTAR PUSTAKA………………………………..................................................53
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Contoh mineral logam ………………………………………………….
7
Gambar 3.2 Contoh mineral non-logam………………………………………………
7
Laporan Pratikum Geologi Dasar
v
Gambar 3.3 Galena……………………………………………………………………
8
Gambar 3.4 Contoh mineral oksida………………………………………………….
10
Gambar 3.5 Mineral Halida…………………………………………………………
10
Gambar 3.6 Mineral Karbonat……………………………………………………….
11
Gambar 3.7 Metalik luster……………………………………………………………
14
Gambar 3.8 Non-Metalik Luster……………………………………………………. 14
Gambar 3.9 Idiochromatic Mineral………………………………………………….
15
Gambar 3.10 Allochromatic mineral…………………………………………………
15
Gambar 3.11 Cerat pada mineral…………………………………………………….
17
Gambar 3.12 Belahan mineral………………………………………………………
18
Gambar 3.13 Mineral fracture……………………………………………………….
19
Gambar 3.14 Drajat ketransparan……………………………………………………
25
Laporan Pratikum Geologi Dasar
vi
Gambar 3.15 Pembundaran………………………………………………………….
36
Gambar 3.16 Antiklin dan Sinklin……………………………………………………
42
Gambar 3.17 Skala waktu geologi……………………………………………………
47
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Alat Pratikum……………………………………………………………… 4
Tabel 2.2 Waktu Pelaksanaan…………………………………………………………
5
Tabel 3.1 Skala mohs………………………………………………………………...
16
Tabel 3.2 Drajat ukuran butir………………………………………………………..
35
Laporan Pratikum Geologi Dasar
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Geologi berasal dari kata “Geos” yang berarti bumi dan “Logos” yang berarti
ilmu jadi geologi dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari bumi mulai
dari perlapisanya, bagian penyusunya hingga apa yang ada didalam maupun
dipermukaan bumi. Dari sini dapat disimpulkan bahwa ilmu geologi sangat luas
karena itu geologi memiliki beberapa cabang ilmu seperti geomorfologi, paleontologi,
hidrologi, petrologi, stratigrafi, sedimentologi, geologi dasar, mineralogi dan masih
banyak yang lainnya.
Laporan Pratikum Geologi Dasar
viii
Geologi dasar merupakan salah satu cabang ilmu geologi yang sangat penting,
di geologi dasar kita dapat mengatahui semua ilmu geologi secara keseluruhan secara
singkat untuk memperdalam rasa cinta kepada geologi untuk kedepannya.
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dari pembuatan laporan ini adalah agar mahasiswa/i dapat lebih
memahami materi tentang pratikum geologi dasar.
Tujuan dari pembuatan laporan ini merupakan salah satu syarat bahwa
selesainya pratikum geologi dan dapat dipergunakan sebagai bahan bacaan yang
semestinya.
BAB II
METODE PRAKTIKUM
2.1 Metode Pengamatan
Pada praktikum geologi dasar ini, praktikan menggunakan metode
pengamatan langsung, dimana praktikan terlibat secara langsung dalam
melakukan praktikum. Adapun praktikum yang dilakukan adalah sebagai
berikut :
1. Pada pertemuan pertama, praktikan di perkenalkan dan diberi penjelasan
tentang mineral dan cara pendeskripsiannya
Laporan Pratikum Geologi Dasar
ix
2. Pada pertemuan kedua praktikan diberikan 10 buah sample mineral yang
berbeda yang selanjutnya masing-masing praktikan diminta untuk
mendeskrpisikannya, yang kemudian akan di assistensikan
3. Pada pertemuan ketiga, praktikan melanjutkan pendeskripsian mineral
karna belum selesai pada pertemuan sebelumnya. Kemudian
mendapatkan asistensi dari pendeskripsian mineral pada pertemuan
sebelumnya.
4. Pada pertemuan keempat, praktikan di jelaskan tentang batuan beku dan
cara pendeskripsiannya. Setelahnya praktikan diberikan 5 sample batuan
beku yang selanjutnya praktikan diminta unttuk mendeskripsikan batuan
beku tersebut.
5. Pada pertemuan kelima, praktikan melanjutkan pendeskripsian batuan
beku karna belum selesai pada pertemuan sebelumnya. Kemudian
mendapatkan asistensi dari pendeskripsian mineral pada pertemuan
sebelumnya.
6. Pada pertemuan keenam, praktikan di jelaskan tentang batuan sedimen
dan cara pendeskripsiannya. Setelahnya praktikan diberikan 5 sample
batuan sedimen yang selanjutnya praktikan diminta unttuk
mendeskripsikan batuan sedimen tersebut.
7. Pada pertemuan ketujuh, praktikan mendapatkna asistensi batun sedimen
yang sebelumnya telah dideskrpisikan. Kemudian praktikan di beri materi
lagi tentang batuan metamorf dan cara pendeskrpisiannya. Setelahnya
praktika di berikan 5 contoh sample batuan metamorf yang selanjutnya
harus di deskrpiskan oleh praktikan.
8. Pada pertemuan ke delapan, praktikan mendapatkan asistensi deskrpisi
batuan metamorf pada pertemuan sebelumnya. Kemudian pada pertemuan
ini praktikan mendapat materi tentang struktur & stratigrafi serta
pengenalan alat-alat geologi. Pada pertemuan ini, praktikan di berikan
Laporan Pratikum Geologi Dasar
x
tugas untuk menyambungkan masa yang sama pada urutan umur geologi
suatu perlapisan
9. Pada pertemuan kesembilan, praktikan diminta untuk mempraktekkan
secara langusng penggunaan alata\-alat geologi di lapangan.
10. Pada pertemua kesepuluh, praktikan diuji, sejauh mana pengetahuan atau
ilmu yang didapat dari 9x pertemuan praktikum tersebut. Praktikan diuji
dengan cara mendeskrpisikan mineral, batuan dan alat-alat geologi
sendiri-sendiri dan di nilai langsung oleh asisten dosen yang bertugas
sebagai penguji.
2.2 Alat yang Digunakan
Adapun alat-alat yang penulis gunakan dalam praktikum geologi dasar
adalah sebagai berikut :
NoAlat yang
digunakan1 Alat Tulis
2 Loupe
3
Alat Ukur Kekerasan
(kuku, kaca, cutter,
paku)
4 Hcl
Laporan Pratikum Geologi Dasar
xi
5 Handbook
6 Sampel Mineral
7 Sampel Batuan Beku
8Sampel Batuan
Sedimen
9Sampel Batuan
Metamorf
10Lembar Deskripsi
Mineral
11Lembar deskripsi
Batuan Beku
12Lembar Deskripsi
Batuan Sedimen
13Lembar Deskripsi
Batuan Metamorf
14 GPS, Kompas
2.3 Waktu Pelaksanaan
Adapun waktu pelaksanaan praktikum geologi dasar ini dilaksanakan
pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.2 waktu pelaksanaan
No Hari/Tanggal Materi
1 Rabu 11 november 2015 pendahuluan
2 Rabu 18 november 2015 Mineral
3 Kamis 19 november Mineral
4 Rabu 25 november Batuan Beku
Table 2.1 Alat praktikum
Laporan Pratikum Geologi Dasar
xii
5 Kamis 26 november Batuan Beku
6 Rabu 02 desember 2015 Batuan Sedimen
7 Kamis 03 desember 2015 Batuan Metamorf
8 Senin 07 desember 2015 Struktur & Stratigrafi
9 Senin 14 desember 2015 Kompas & GPS
10 Rabu 16 desember 2015 Tes Deskripsi &
penggunann alat geologi
BAB III
DASAR TEORI
3.1 MINERALOGI
Mineralogi merupakan cabang ilmu geologi yang mempelajari mineral
3.1.1 Definisi Mineral
Mineral adalah suatu padatan yang umumnya organik terbentuk secara alami
memiliki komposisi kimia dan bentuk kristal serta merupakan bagian penyusun dari
batuan.
3.1.2 Sifat Kimiawi Mineral
Laporan Pratikum Geologi Dasar
xiii
Berdasarkan beberapa sifat sifat tertentu yang dimiliki oleh mineral, maka
mineral-mineral yang ada di alam ini dapat dikelompokkan menjadi beberapa
kelompok mineral. Bedasarkan hal tersebut, James D. Dana, seorang Professor Yale
University pada tahun 1873 mengelompokkan mineral dalam beberapa kelompok
berdasarkan kemiripan komposisi kimia dan struktur kristal menjadi 8 kelompok,
yaitu:
1. Unsur bebas (Native Element)
2. Sulfida (Mengandung S)
3. Oksida (Mengandung Oksigen)
4. Halida
5. Karbonat
6. Sulfat (Mengandung SO4)
7. Phosfat
8. Silikat
1. Unsur Bebas (Native Element)
Mineral-mineral dalam kelompok ini hanya tersusun oleh unsur tunggal (native
element). Unsur-unsur dalam native element ini terbagi menjadi 3 sub
kelompok,antara lain logam, semilogam, dan nonlogam. Kelompok native element
umumnya very malleable and ductile, serta memiliki specific gravity range yang
besar.
· Logam, contohnya :
Laporan Pratikum Geologi Dasar
xiv
Gambar 3.1 contoh mineral logam, tembaga(Cu), platina(Pt), perak(Ag) dan Emas(Au)
Semilogam, contohnya
Arsenik (As), sistem kristal Heksagonal
Bismuth (Bi), sistem kristal Heksagonal
· Nonlogam,contohnya :
2. Sulfida (Mengandung S)
Kelompok ini dicirikan dengan adanya anion S2- . Kelompok sulfida merupakan
kombinasi antara logam atau semilogam dengan belerang (S). Biasanya terbentuk
pada urat batuan atau dari larutan hidrotermal.
Beberapa contoh mineral sulfida :
Laporan Pratikum Geologi Dasar
Gambar 3.2 contoh Mineral non-logam, balerang (S), Intan( C )
xv
Argentite (Ag2S) Kalkosit (Cu2S) Bornite (Cu3FeS4)
Galena (PbS) Alabandite (MnS) Sphalerite (ZnS)
Kalkopirit (CuFeS2) Cinnabar (HgS) Pyrite (FeS2)
Marcasite (FeS2) Arsenopyrite (FeAsS) Molybdenite (MoS)
Niccolite (NiAs) Realgar (AsS) Stibnite (Sb2S3)
Beberapa manfaat dari mineral kelompok sulfida :
Gambar 3.3 galena
a. Galena (PbS) : digunakan dalam industry cat, penyimpanan baterai,
easily fussible alloy, perkakas. Merupakan sumber utama metallic lead
dan juga bijih perak.
b. Kalkosit (Cu2S), merupakan bijih tembaga yang penting.
c. Alabandite (MnS), sebagai produk pembakaran.
d. Sphalerite (ZnS): sumber seng yang penting, digunakan dalam
galvanisasi besi dan dalam pembuatan kuningan, kawat seng, dan dry
cell, digunakan dalam industry kima dan medis.
e. Cinnabar (HgS), sumber utama mercury yang digunakan dalam
berbagai industri.
Laporan Pratikum Geologi Dasar
xvi
f. Stibnite (Sb2S3), digunakan dalam pembuatan kabel, baterai timbel,
alloy, cat, dan dalam peralatan medis.
g. Pyrite (FeS2), sebagai mineral yang berasosiasi dengan emas,
pembuatan asam sulfat dan copperas.
h. Molybdenite (MoS), digunakan dalam pembuatan baja, iron castings
dan dalam peralatan perkakas kecepatan tinggi.
3. Oksida
Mineral oksida dan hidroksida ini merupakan mineral yang terbentuk dari kombinasi
unsur tertentu dengan gugus anion oksida (O) dan gugus hidroksil hidroksida (OH
atau H). Mineral oksida terbentuk sebagai akibat persenyawaan langsung antara
oksigen dan unsur tertentu. Susunannya lebih sederhana dibanding silikat. Mineral
oksida umumnya lebih keras dibanding mineral lainnya kecuali silikat. Mereka juga
lebih berat kecuali sulfida. Unsur yang paling utama dalam oksida adalah besi,
chrome, mangan, timah dan aluminium. Beberapa mineral oksida yang paling umum
adalah “es” (H2O), korondum (Al2O3), hematit (Fe2O3) dan kassiterit (SnO2).
Seperti mineral oksida, mineral hidroksida terbentuk akibat pencampuran atau
persenyawaan unsur-unsur tertentu dengan hidroksida (OH). Reaksi pembentukannya
dapat juga terkait dengan pengikatan dengan air. Sama seperti oksida, pada mineral
hidroksida, unsur utamanya pada umumnya adalah unsur-unsur logam. Beberapa
contoh mineral hidroksida adalah goethit (FeOOH) dan limonite (Fe2O3.H2O).
Beberapa contoh mineral oksida :
Laporan Pratikum Geologi Dasar
xvii
H2O = Air
Fe3O4 = Magnetit
4. Halida
Mineral sebagai persenyawaan Halides
5. Karbonat
Merupakan persenyawaan dengan ion (CO3)2-, dan disebut “karbonat”, umpamanya
persenyawaan dengan Ca dinamakan “kalsium karbonat”, CaCO3 dikenal sebagai
mineral “kalsit”. Mineral ini merupakan susunan utama yang membentuk batuan
sedimen.
Carbonat terbentuk pada lingkungan laut oleh endapan bangkai plankton. Carbonat
juga terbentuk pada daerah evaporitic dan pada daerah karst yang membentuk gua
Laporan Pratikum Geologi Dasar
gambar 3.4 contoh mineral oksida SnO2=Cassiterite, Al2O3
=Corundum
Gambar 3.5 Mineral Halida, CaF2 = Fluorite, NaCl = Halite
xviii
(caves), stalaktit, dan stalagmite. Dalam kelas carbonat ini juga termasuk nitrat (NO3)
dan juga Borat (BO3).Carbonat, nitrat dan borat memiliki kombinasi antara logam
atau semilogam dengan anion yang kompleks dari senyawa-senyawa tersebut (CO3,
NO3, dan BO3).
Beberapa contoh mineral yang termasuk kedalam kelas carbonat ini adalah dolomite
(CaMg(CO3)2, calcite (CaCO3), dan magnesite (MgCO3). Dan contoh mineral nitrat
dan borat adalah niter (NaNO3) dan borak (Na2B4O5(OH)4.8H2O)
Beberapa contoh mineral karbonat :
6. Sulfat
Sulfat terdiri dari anion sulfat (SO42-). Mineral sulfat adalah kombinasi logam
dengan anion sufat tersebut. Pembentukan mineral sulfat biasanya terjadi pada daerah
evaporitik (penguapan) yang tinggi kadar airnya, kemudian perlahan-lahan menguap
sehingga formasi sulfat dan halida berinteraksi.
Laporan Pratikum Geologi Dasar
Gambar 3.6 mineral karbonat, CaCO3 Calcite, CaMg (CO)2 Dolomite, MgCO3
Magnesite
xix
Pada kelas sulfat termasuk juga mineral-mineral molibdat, kromat, dan tungstat. Dan
sama seperti sulfat, mineral-mineral tersebut juga terbentuk dari kombinasi logam
dengan anion-anionnya masing-masing.
Contoh-contoh mineral yang termasuk kedalam kelas ini adalah anhydrite (calcium
sulfate), Celestine (strontium sulfate), barite (barium sulfate), dan gypsum (hydrated
calcium sulfate). Juga termasuk didalamnya mineral chromate, molybdate, selenate,
sulfite, tellurate serta mineral tungstate.
7. Posfat
Mineral sebagai persenyawaan Phosphat
Ca5(PO4)3F = Apatite
8. Silikat
Silicat merupakan 25% dari mineral yang dikenal dan 40% dari mineral yang
dikenali. Hampir 90 % mineral pembentuk batuan adalah dari kelompok ini, yang
merupakan persenyawaan antara silikon dan oksigen dengan beberapa unsur metal.
Karena jumlahnya yang besar, maka hampir 90 % dari berat kerak-Bumi terdiri dari
mineral silikat, dan hampir 100 % dari mantel Bumi (sampai kedalaman 2900 Km
dari kerak Bumi).
Silikat merupakan bagian utama yang membentuk batuan baik itu sedimen, batuan
beku maupun batuan malihan (metamorf). Silikat pembentuk batuan yang umum
adalah dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok ferromagnesium dan non-
ferromagnesium.
1.Quartz (SiO2)
2.Feldspar Alkali (KAlSi3O8)
Laporan Pratikum Geologi Dasar
xx
3.Feldspar Plagioklas ((Ca,Na)AlSi3O8)
4.Mica Muscovit (K2Al4(Si6Al2O20)(OH,F)2)
5.Mica Biotit (K2(Mg,Fe)6Si3O10(OH)2)
6.Amphibol Horblende ((Na,Ca)2(Mg,Fe,Al)3(Si,Al)8O22(OH))
7.Piroksin ((Mg,Fe,Ca,Na)(Mg,Fe,Al)Si2O6)
8.Olivin ((Mg,Fe)2SiO4)
Nomor 1 sampai 4 adalah mineral non-ferromagnesium dan 5 hingga 8 adalah
mineral ferromagnesium.
3.1.3 Sifat Fisik Mineral
Semua mineral mempunyai susunan kimiawi tertentu dan penyusun atom-
atom yang beraturan, maka setiap jenis mineral mempunyai sifat-sifat fisik/kimia
tersendiri. Dengan mengenal sifat-sifat tersebut maka setiap jenis mineral dapat
dikenal, sekaligus kita mengetahui susunan kimiawinya dalam batas-batas tertentu
(Graha,1987)
Sifat-sifat fisik yang dimaksudkan adalah:
1. Kilap
Merupakan kenampakan atau cahaya yang dipantulkan oleh
permukaan mineral saat terkena cahaya (Sapiie, 2006)
Kilap secara garis besar dapat dibedakan menjadi jenis:
a. Kilap Logam (metallic luster): bila mineral tersebut mempunyai
kilap atau kilapan seperti logam. Contoh mineral yang mempunyai
kilap logam:
Gelena
Pirit
Laporan Pratikum Geologi Dasar
xxi
Magnetit
Kalkopirit
Grafit
Hematit
b. Kilap Bukan Logam (non metallic luster), terbagi atas:
Kilap Intan (adamantin luster), cemerlang seperti intan.
Kilap Sutera (silky luster), kilat yang menyeruai sutera pada
umumnya terdapat pada mineral yang mempunyai struktur
serat, misalnya pada asbes, alkanolit, dan gips.
Kilap Damar (resinous luster), memberi kesan seperti damar
misalnya pada spharelit.
Kilap mutiara (pearly luster), kilat seperti lemak atau sabun,
misalnya pada serpentin,opal dan nepelin.
Kilap tanah, kilat suram seperti tanah lempung misalnya pada
kaolin, bouxit dan limonit.
Kilap lilin, terlihat sama seperti halnya kilapan lilin
Gambar 3.8 Non-Metallic Luster
2. Warna
Warna merupakan sifat fisik mineral yang dapat dengan langsung
teramati, namun warna tidak sepenuhnya mencerminkan warna asli dari
mineral. Karena warna mineral tidak hanya berasal dari mineral itu sendiri
namun juga dapat berasal dari warna zat lain yang mengotori mineral. Warna
Laporan Pratikum Geologi Dasar
Gambar 3.7 Metallic Luster
xxii
asli mineral disebut dengan warna idiochromatic sedangkan warna yang
dihasilkan oleh adanya pengotor disebut warna allochromaatic.
Warna idiochromatic dihasilkan oleh warna materi penyusun mineral,
contoh warna idiochromatic pada mineral adalah sebagai berikut : sulfur
memiliki warna kuning, magnetit berwarna hitam, hornblende berwarna
cokelat kehitaman, corundum berwarna merah muda, emas berwarna kuning.
Sedangkan warna allochromatic ini disebabkan oleh adanya zat lain yang
mengotori mineral yang mengakibatkan warnanya berbeda dengan mineral
pada kondisi murni. Warna allochromatic ini dapat berubah-ubah meskipun
pada mineral yang sama, contohnya pada kuarsa. Kuarsa warnanya tidak
selalu putih transparan, kuarsa dapat berwarna merah muda, ungu, ataupun
cokelat kehitaman. Jasper merupakan SiO2 yang dapat berwarna hijau, merah,
ataupun warna lain karena tercampur dengan hematit ataupun limonit.
Warna tidak selamanya menjadi indikator atau karakteristik khas dari
satu mineral. Karena warna tidak selamanya menunjukkan warna asli mineral.
Warna mineral di alam dipengaruhi oleh komposisi kimia penyusun mineral
dan pengotor pada mineral.
3. Kekerasan
Adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Kekerasan nisbi
suatu mineral dapat membandingkan suatu mineral terentu yang dipakai
Laporan Pratikum Geologi Dasar
Gambar 3.9 Idiochromatic mineral Gambar 3.10 allochromatic mineral
xxiii
sebagai kekerasan yang standard. Mineral yang mempunyai kekerasan yang
lebih kecil akan mempunyai bekas dan badan mineral tersebut. Standar
kekerasan yang biasa dipakai adalah skala kekerasan yang dibuat oleh
Friedrich Mohs dari Jeman dan dikenal sebagai skala Mohs. Skala Mohs
mempunyai 10 skala, dimulai dari skala 1 untuk mineral terlunak sampai skala
10 untuk mineral terkeras .
Tabel 3.1 Skala Kekerasan Mohs
Skala
KekerasanMineral Rumus Kimia
1 Talc H2Mg3 (SiO3)4
2 Gypsum CaSO4. 2H2O
3 Calcite CaCO3
4 Fluorite CaF2
5 Apatite CaF2Ca3 (PO4)2
6 Orthoklase K Al Si3 O8
7 Quartz SiO2
8 Topaz Al2SiO3O8
9 Corundum Al2O3
10 Diamond C
4. Cerat
Adalah warna mineral dalam bentuk hancuran (serbuk). Hal ini dapat
dapat diperoleh apabila mineral digoreskan pada bagian kasar suatu keping
porselin atau membubuk suatu mineral kemudian dilihat warna dari bubukan
tersebut. Cerat dapat sama dengan warna asli mineral, dapat pula berbeda.
Warna cerat untuk mineral tertentu umumnya tetap walaupun warna
mineralnya berubah-ubah. Contohnya :
Laporan Pratikum Geologi Dasar
xxiv
Pirit : Berwarna keemasan namun jika digoreskan pada plat
porselin akan meninggalkan jejak berwarna hitam.
Hematit : Berwarna
merah namun bila
digoreskan pada plat
porselin akan
meninggalkan jejak
berwarna merah
kecoklatan.
Augite : Ceratnya abu-abu kehijauan
Biotite : Ceratnya tidak berwarna
Orthoklase :
Ceratnya putih
Warna serbuk, lebih khas dibandingkan dengan warna mineral secara
keseluruhan, sehingga dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi mineral
(Sapiie, 2006).
5. Belahan
Merupakan kecenderungan mineral untuk membelah diri pada satu
atau lebih arah tertentu. Belahan merupakan salah satu sifat fisik mineral yang
mampu membelah yang oleh sini adalah bila mineral kita pukul dan tidak
hancur, tetapi terbelah-belah menjadi bidang belahan yang licin. Tidak semua
mineral mempunyai sifa ini, sehingga dapat dipakai istilah seperti mudah
terbakar dan sukar dibelah atau tidak dapa dibelah. Tenaga pengikat atom di
dalam di dalam sruktur kritsal tidak seragam ke segala arah, oleh sebab itu
bila terdapat ikatan yang lemah melalui suatu bidang, maka mineral akan
cenderung membelah melalui suatu bidang, maka mineral akan cenderung
Laporan Pratikum Geologi Dasar
Contoh Cerat pada mineral
Gambar 3.11 cerat pada mineral
xxv
membelah melalui bidang-bidang tersebut. Karena keteraturan sifat dalam
mineral, maka belahan akan nampak berjajar dan teratur (danisworo, 1994).
Contoh mineral yang mudah membelah adalah kalsit yang mempunyai
tiga arah belahan sedang kuarsa tidak mempunyai belahan. Berikut contoh
mineralnya:
a. Belahan satu arah, contoh : muscovite.
b. Belahan dua arah, contoh : feldspar.
c. Belahan tiga arah, contoh : halit dan kalsit.
Gambar 3.12 Belahan Mineral
6. Pecahan
Adalah kecenderungan mineral untuk terpisah-pisah dalam arah yang
tidak teratur apabila mineral dikenai gaya. Perbedaan pecahan dengan belahan
dapat dilihat dari sifat permukaan mineral apabila memantulkan sinar.
Permukaan bidang belah akan nampak halus dan dapat memantulkan sinar
seperti cermin datar, sedang bidang pecahan memantulkan sinar ke segala
arah dengan tidak teratur (danisworo, 1994).
Pecahan mineral ada beberapa macam, yaitu:
Laporan Pratikum Geologi Dasar
xxvi
Concoidal: bila memperhatikan gelombang yang melengkung di
permukaan pecahan, seperti kenampakan kulit kerang atau
pecahan botol. Contoh Kuarsa.
Splintery/fibrous: Bila menunjukkan gejala seperti serat, misalnya
asbestos, augit, hipersten
Even: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan bidang
pecahan halus, contoh pada kelompok mineral lempung. Contoh
Limonit.
Uneven: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan bidang
pecahan yang kasar, contoh: magnetit, hematite, kalkopirite,
garnet.
Hackly: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan kasar
tidak teratur dan runcing-runcing. Contoh pada native elemen
emas dan perak.
Gambar 3.13 Mineral Fracture, letf to right : concoidal, splintery, even. uneven, hackly
7. Bentuk
Mineral ada yang berbentuk kristal, mempunyai
bentuk teratur yang dikendalikan oleh system
kristalnya, dan ada pula yang tidak. Mineral yang
Laporan Pratikum Geologi Dasar
xxvii
membentuk kristal disebut mineral kristalin. Mineral kristalin sering
mempunyai bangun yang khas disebut amorf (danisworo, 1994).
Mineral kristalin sering mempunyai bangun yang khas, misalnya:
a. Bangun kubus : galena, pirit.
b. Bangun prismatik : piroksen, ampibole.
c. Bangun doecahedon : garnet
Mineral amorf misalnya : chert, flint.
Pada wujudnya sebuah kristal dapat ditentukan dengan mengetahui
sudut-sudut bidangnya. Dalam ilmu Kristalografi, geometri dipakai enam jenis
sistem sumbu, yaitu :
a. Sistem sumbu isometrik
Ketiga sumbu kristal terletak tegak lurus satu dengan yang lain,
mempunyai panjang yang sama. Contohnya : mineral yang mempunyai
sistem, kordinat demikian adalah pirit, magnetik, garam dapur.
b. Sistem sumbu Tetragonal
Jumlah sumbu 3 buah, 2 buah sumbu mendatar sama panjang, satu tegak
lurus dengan kesatuan sumbu lain, ketiga -tiganya saling tegak lurus
sesamanya. Contohnya sirkon atau keseterit.
c. Sitem sumbu Ortorombik
Jumlah sumbu tiga bsaling tegak lurus, ketiganya mempunyai panjang
yang berbeda. Contohnya : Olivim atau Topas.
Laporan Pratikum Geologi Dasar
xxviii
d. Sistem Sumbu Monoklin
Jumlah sumbu 3 buah, mempunyai panjang tidak sama, salah satu sumbu
terletak tegak lurus pada sebuah sumbu mendatar. Contohnya : Ortoklas,
horenblenda, mika, gipsum.
e. Sistem Sumbu Triklin
Jumlah sumbu 3 buah tidak sama panjang, tidak tegak lurus sesamanya.
Contohnya : Plagioklas
f. Sistem Sumbu Heksagonal
Jumlah sumbu 4 buah, 3 buah sumbu herizontal dan sama panjang
membuat sudut-sudut yang sama besarnya. Contohnya : Kalsit, kuarsa,
aparit.
Kristal dengan bentuk panjang bisa dijumpai, karena pertumbuhan
kristal sering mengalami gangguan. Kebiasaan mengkristal suatu mineral
yang disesuaikan dengan kondisi sekelilingnya mengakibatkan terjadinya
bentuk-bentuk kristal yang khas, baik yang berdiri sendiri maupun di dalam
kelompok-kelompok. Kelompok tersebut disebut agregasi mineral dan dapat
dibedakan dalam struktur sebagai berikut:
Struktur granular atau struktur butiran yang terdiri dari butiran-
butiran mineral yang mempunyai dimensi sama, isometrik. Dalam
hal ini berdasarkan ukuran butirnya dapat dibedakan
menjadikriptokristalin/penerokristalin (mineral dapat dilihat
dengan mata biasa). Bila kelompok kristal berukuran butir sebesar
gula pasir, disebut mempunyai sakaroidal.
Struktur kolom: terdiri dari prisma panjang-panjang dan ramping.
Bila prisma tersebut begitu memanjang, dan halus dikatakan
Laporan Pratikum Geologi Dasar
xxix
mempunyai struktur fibrous atau struktur berserat. Selanjutnya
struktur kolom dapat dibedakan lagi menjadi: struktur jarring-
jaring (retikuler), struktur bintang (stelated) dan radier.
Struktur Lembaran atau lameler, terdiri dari lembaran-lembaran.
Bila individu-individu mineral pipih disebut struktur
tabuler,contoh mika. Struktur lembaran dibedakan menjadi
struktur konsentris, foliasi.
Sturktur imitasi : kelompok mineral mempunyai kemiripan bentuk
dengan benda lain. Mineral-mineral ini dapat berdiri sendiri atau
berkelompok.
Bentuk kristal mencerminkan struktur dalam sehingga dapat
dipergunakan untuk pemerian atau pengidentifikasian mineral (Sapiie, 2006).
8. Berat jenis
Adalah perbandingan antara berat mineral dengan volume mineral.
Cara yang umum untuk menentukan berat jenis yaitu dengan menimbang
mineral tersebut terlebih dahulu, misalnya beratnya x gram. Kemudian
mineral ditimbang lagi dalam keadaan di dalam air, misalnya beratnya y gram.
Berat terhitung dalam keadaan di dalam air adalah berat miberal dikurangi
dengan berat air yang volumenya sama dengan volume butir mineral tersebut.
9. Daya tahan terhadap pukulan
Sifat dalam adalah sifat mineral apabila kita berusaha untuk
mematahkan, memotong, menghancurkan, membengkokkan atau mengiris.
Yang termasuk sifat ini adalah:
Laporan Pratikum Geologi Dasar
xxx
Rapuh (brittle): mudah hancur tapi bias dipotong-potong, contoh
kwarsa, orthoklas, kalsit, pirit.
Mudah ditempa (malleable): dapat ditempa menjadi lapisan tipis,
seperti emas, tembaga.
Dapat diiris (secitile): dapat diiris dengan pisau, hasil irisan
rapuh, contoh gypsum.
Fleksible: mineral berupa lapisan tipis, dapat dibengkokkan
tanpa patah dan sesudah bengkok tidak dapat kembali seperti
semula. Contoh mineral talk, selenit.
Blastik: mineral berupa lapisan tipis dapat dibengkokkan tanpa
menjadi patah dan dapat kembali seperti semula bila kita henikan
tekanannya, contoh: muskovit.
10. Kemagnitan
Kemagnitan adalah sifat mineral terhadap gaya magnet. Diatakan
sebagai feromagnetic bila mineral dengan mudah tertarik gaya magnet seperti
magnetik, phirhotit. Mineral-mineral yang menolak gaya magnet
disebut diamagnetic, dan yang tertarik lemah yaitu paramagnetic. Untuk
melihat apakah mineral mempunyai sifat magnetik atau tidak kita gantungkan
pada seutas tali/benang sebuah magnet, dengan sedikit demi sedikit mineral
kita dekatkan pada magnet tersebut. Bila benang bergerak mendekati berarti
mineral tersebut magnetik. Kuat tidaknya bias kita lihat dari besar kecilnya
sudut yang dibuat dengan benang tersebut dengan garis vertical.
11. Kelistrikan
Kelistrikan adalah sifat listrik mineral dapat dipisahkan menjadi dua,
yaitu pengantar arus atau londuktor dan idak menghantarkan arus disebut non
Laporan Pratikum Geologi Dasar
xxxi
konduktor. Dan ada lagi istilah semikonduktor yaitu mineral yang bersifat
sebagai konduktor dalam batas-batas tertentu.
12. Daya lebur mineral
Daya lebur mineral yaitu meleburnya mineral apabila dipanaskan,
penyelidikannya dilakukan dengan membakar bubuk mineral dalam api. Daya
leburnya dinyatakan dalam derajat keleburan.
13. Derajat ketransparanan
Sifat transparan dari suatu mineral tergantung kepada kemampuan
mineral tersebut men-transmit sinar cahaya ( berkas sinar ). Sesuai dengan itu,
variasi jenis mineral dapat dibedakan atas :
Opaque mineral : Mineral yang tidak tembus cahaya meskipun
dalam bentuk helaian yang amat tipis. Mineral-mineral ini
permukaannya mempunyai kilauan metalik dan meninggalkan
berkas hitam atau gelap (logam-logam mulia,belerang,ferric
oksida )
Transparant mineral : Mineral-mineral yang tembus pandang
seperti kaca biasa ( batu-batu kristal dan ieland spar )
Translusent mineral : mineral yang tembus cahaya tetapi tidak
tembus pandang seperti kaca frosted ( Calsedon, Gypsum, dan
kadang-kadang Opal ).
Mineral-mineral yang tidak tembus pandang (non transparent)
dalam bentuk pecahan-pecahan (fragmen) tetapi tembus cahaya
Laporan Pratikum Geologi Dasar
xxxii
3.2 BATUAN
Batuan adalah material penyusun kerak bumi yang terdiri atas kumpulan satu
mineral atau lebih. Batuan secara umum dibagi atas 3, yaitu batuan beku, sediment,
dan metamorf
Berikut jenis batuan menurut penggolongannya :
3.2.1 Batuan Beku
Laporan Pratikum Geologi Dasar
Gambar 3.14 drajat ketransparan mineral
xxxiii
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari magma yang membeku secara
langsung.
1. Jenis batuan beku
Jenis batuan beku dibagi menjadi 2 yaitu menurut genesanya dan komposisi kimianya
sebagai berikut :
Menurut Genesanya
1. Batuan beku intrusif (plutonik)
Batuan beku instrusi adalah batuan yang terbentuk didalam permukaan bumi.
Terbentuk sangat lambat sehingga batuan seluruhnya terdiri atas kristal-kristal dan
mineral yang besar-besar. Contoh; granit, granodiorit dan gabro.
2. Batuan beku korok/gang (hypabisal)
Batuan beku korok adalah batuan yang terbentuk pada celah-celah atau
retakan pada gunung api. Proses pendinginannya agak cepat sehingga batuannya
terdiri atas kristal-kristal yang tidak sempurna dan bercampur dengan masa dasar
sehingga membentuk struktur porfiritik. Contoh; granit porfirit dan diorit porfirit
3. Batuan beku ekstrusi(efusif)
Batuan beku ekstrusi adalah batuan yang terbentuk diluar bumi. Proses
pendinginannya sangat cepat sehingga kristal-kristal yang terbentuk dominan kecil
hingga tidak ada. Struktur batuan seperti ini dinamakan amorf. Contoh; obsidian,
riolit, dan batuapung.
Menurut Komposisi Kimia
1. Batuan Beku ultra basa, contohnya dunit, peridotit
2. Batuan beku basa, contohnya gabro, basalt
3. Batuan beku menengah(intermediet), contohnya andesit, syenit
4. Batuan beku asam, contohnya, granit, riolit
5. Batuan beku alkali,contohnya kimberlit, leusitit
Laporan Pratikum Geologi Dasar
xxxiv
dari segi warna, batuan yang komposisinya semakin basa akan semakin gelap
dibandingkan batuan yang bersifat asam
2. Tekstur dan Struktur Batuan Beku
1. Tekstur batuan beku
Tekstur adalah sifat butiran (mineral) dan hubungan antar butir dalam batuan.
Tekstur pada batuan beku terbagi menjadi beberapa bagian diamana bagian-bagian
tersebut mempunyai unsur-unsur penyusun yang dapat menunjukan ciri dan sifat
tertentu.
Tekstur batuan beku meliputi :
a. Derajat kristalisasi yaitu perbandingan antara batuan yang kristalin dan
nonkristalin (amorf). Macam-macam kristalinitas batuan adalah :
Holokristalin; terdiri dari kristal seluruhnya
Hypokristalin; terdiri dari kristal dan amorf
Holohyalin; seluruhnya terdiri dari amorf
b. Besar butir (kristal)
Fanerik, butiran yang dapat dilihat secara mata telanjang. Terbagi atas 3
macam, yaitu :
Kasar : butir yang berukuran > 5 mm
Sedang : butir yang berukuran 3 – 5 mm
Halus : butir yang berukuran 1 – 3 mm
Afanitik, butiran yang tidak terlihat secara jelas. Dimana mempunya
ukuran butir < 1mm (fine grain/halus)
Mikrokristalin : butirannya sangat kecil hanya bisa dilihat dengan
mikroskop.
Kriptokristalin : ukuran butirnya lebih halis dibandingkan
mikrokristalin
Amorf : butiran penyusunnya berupa gelas halus menyeluruh.
Laporan Pratikum Geologi Dasar
xxxv
Ukuran butir berhubungan dengan cepat – lambatnya pembekuan. Umumnya batuan
lelehan (extrusif) membeku cepat (berbutir sangat halus); sedangkan lava termasuk
batuan beku ekstrusif yang mengalir dipermukaan, oleh sebab itu lava menunjukan
struktur lubang-lubang gas (struktur vesikuler) pada permukaan bagian luarnya. Jika
lubang-lubang gas tersebut terisi oleh mineral laindisebut struktur amigdaloid.
Apabila pembekuan tersebut berjalan sangat cepat, maka akan terbentuk gelas
(amorf), misalnya obsidian. Ini terjadi karena pendinginan yang terlalu cepat
sehingga larutan mineral tidak sempat menghablur.
c. Bentuk kristal
Tidak semua batuan membentuk kristal yang sempurna. Pengamatan dibawah
mikroskop dapat membedakan bentuk-bentuk sebagai berikut :
Euhedral : bentuk kristal yang sempurna
Subhedral : bentuk kristal sempurna sebagian
Anhedral : bentuk kristal tidak sempurna
Bentuk-bentuk ini juga dipengaruhi oleh pengubahan (alterasi) menjadi mineral lain.
d. Hubungan antar butir
Yang dimaksud butiran disini adalah bentuk-bentuk kristal dari mineral
pembentuk batuan beku. Hubungan butir pada batuan beku dapat dibedakan
menjadi 2 maca, yaitu :
Equigranular : butiran yang mempunyai ukuran yang seragam
Inequigranular : butiran yang mempunyai ukuran tidak seragam
Pada ukuran butir yang tidak seragam, dikenal tekstur – tekstur :
Porfiritik : Yaitu tekstur yang memperlihatkan adanya butiran yang besar
(fenokris), berada didalam masa dasar(matriks) yang lebih halus.
Vitrofirik : Yaitu tekstur yang hampir sama dengan porfiritik, tetapi masa
dasarnya berupa gelas(amorf)
e. Kemas/fabric
Laporan Pratikum Geologi Dasar
xxxvi
Yaitu suatu keseragaman bentuk butir dari pada hubungan butir, kemas ini
hanya dapat digunakan untuk batuan yang berstruktur equigranular (butiran
relatif berukuran sama). Macam-macam kemas adalah :
Panidiomorphic granular : seluruhnya terdiri dari kristal – kristal yang
subhedral (dominan).
Hypiodiomorfic granular : terdiri dari kristal – kristal yang euhedral
(dominan).
Allotriomorfic granular : terdiri dari kristal – kristal yang anhedral
(dominan).
2. Struktur batuan beku
Struktur adalah gambaran bentuk arsitektur dan hubungan dari keadaan tekstur
didalam batuan. Pada batuan beku dikenal beberapa struktur batuan yang khas,
tidak ditemui pada batuan lain, seperti :
Vesikuler : struktur batuan beku yang berupa pori – pori batuan bekas
keluarnya gas pada saat proses pendinginan magma yang beraturan atau
sejajar.
Skoria : struktur batuan beku yang sama seperti vesikuler bedanya
lubang lubang bekas keluarnya gas tidak beraturan.
Amigdaloidal : struktur batuan beku yang hampir sama dengan vesikuler
tetapi pori – pori batuan diisi oleh mineral sekunder.
Kekar : -sheeting joint yaitu struktur kekar diamana pengkekarannya
searah dengan aliran lava hasil erupsi gunungapi
-columnar joint yaitu struktur kekar yang berupa kolom –
kolom atau tiang-tiang tegak hipabisal berupa sill
Masif : struktur batuan beku yang tidak menunjukan adanya lubang –
lubang ataupun struktur aliran. Tidak berbentuk khusus
Xenolith : struktur memperlihatkan adanya fragmen atau pecahan batuan
lain yang masuk dalam batuan yang mengintrusi
Laporan Pratikum Geologi Dasar
xxxvii
Pillow lava : struktur batuan beku pada lava yang terbentuk dibawah
permukaan laut.
Pseudostratification : akibat proses gravity settling mineral yang terbentuk
lebih lebih besar dan cenderung berada pada bagian bawah dari batuan.
3.2.2 Batuan Sedimen
Batuan sedimen adalah batuan hasil pengendapan batuan asal. Batuan asal
mengalami pengikisan(erosi), material tersebut tertransport dan terendapkan disebuah
cekungan (cebakan) pada cekungan tersebut sedimen mengalami kompaksi dan
sementasi jadilah batuan sedimen.
1. Proses Yang Mempengaruhi Pembentukan Batuan Sedimen
Dalam proses pembentukan batuan sedimen di alam dapat dipengaruhi oleh
beberapa hal antara lain :
1. Proses pelapukan
Proses berupa lapuknya batuan asal atau batuan induk secara mekanik maupun
secara kimiawi.
a. Secara kimiawi
Proses pelarutan, yaitu proses penghancuran oleh reaksi kimia
dengan air
Proses dehidrasi, yaitu proses pele[asan molekul air pada mineral,
khususnya mineral-mineral pada olivin
Proses karbonisasi, yaitu proses pembentukan mineral karbonat yang
kaya akan kandungan kalsium
b. Secara Mekanik
Pemecahan / pemisahan pemisahan bahan – bahan batuan asal akibat
tingkat perbedaan suhu yang cukup antara 0° - 50° C.
Laporan Pratikum Geologi Dasar
xxxviii
Proses pelapukan ini di kontrol oleh radiasi matahari dengan curah
hujan yang sangat rendah
2. Proses pengangkutan
Yaitu proses terangkutnya material-material lepas kedalam sebuah lingkungan
pengendapan. Proses pengangkutan ini dapat dilakukan oleh air, angin, maupun
gletser.
3. Proses pengendapan
Yaitu terendapnya material lepas di suatu lingkungan pengendapan. Beberapa
hal yang terdapat dalam proses pengendapan, yaitu :
a. Proses pemadatan oleh gaya gravitasi.
b. Proses pembatuan akibat penekanan yang kontinyu, sehingga kadar air
yang ada di dalam endapan tersebut keluar dari batuan sehingga
terbentuk pori kecil.
c. Proses diagenesa yang diikuti penghabluran kembali sebagian material
asal (Allogenik) menjadi mineral baru (Autigenik), jika berlangsung
secara kontinu terbentuk batuan sedimen dan batuan metamorf.
2. Jenis Batuan Sedimen
a. Menurut Proses Pembentukannya
Secara umum batuan sedimen dibagi atas 2 jenis batuan yaitu :
1. Batuan sedimen klastik
Batuan sedimen klastik yaitu batuan yang berasal dari proses alamiah
yang disebabkan oleh proses-proses seperti :
1. Proses pelapukan, berdasarkan sifatnya dibagi menjadi 2 yaitu
Laporan Pratikum Geologi Dasar
xxxix
Pelapukan mekanis
Pelapukan kimiawi
2. Proses pengangkutan
3. Proses pengendapan
2. Batuan sedimen nonklastik
Yaitu batuan sedimen yang terbentuk oleh proses – proses
penghabluran dari suatu larutan yang jenuh akan kandungan kimia
tertentu akibat suatu hasil penguapan, proses penggantian serta
endapan biokimia. Proses yang mengontrol :
Adanya reaksi – reaksi kimia yang berlangsung
Penghabluran dari larutan jenuh, misal kadar garam tinggi pada
suatu danau
Oleh proses biokimia yang disebabkan oleh aktivitas organisme
yang ada, pengendapan / pembentukan batuan sedimen organik
b. Berdasarkan genesanya
Oleh R.P Koesoemadinata (1979) telah membedakan batuan sedimen
menjadi 5 golongan, yaitu :
1. Golongan detritus
Berdasarkan ukuran dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Golongan detritus halus, dapat dikenali melalui butiran penyusun batuan
yang relatif berukuran halus, (diameter <1/16 mm) sebagai hasil
sedimentasi kimiawi
b. Golongan detritus kasar, dapat dikenali melalui ukuran butir penyusun
batuan yang relatif kasar dengan diameter butirnya > 1/16 mm dan
umumnya dihasilkan oleh sedimentasi mekanis. Misalnya batu pasir,
konglomerat, dan breksi.
Laporan Pratikum Geologi Dasar
xl
2. Golongan karbonat
Adalah golongan batun sedimen yang tersusun oleh kelompok mineral
karbonat (misalnya kalsit, dolomite, aragonit) dan cangkang – cangkang
mineral kerang. Golongan ini dapat terbentuk sebagai hasil :
a. Sedimentasi mekanis, misalnya batugamping bioklastik, batugamping
oolit
b. Sedimentasi organis, misalnya batugamping terumbu
c. Sedimentasi kimiawi, misalnya batugamping kristalin, dolomite
3. Gologan evaporit
Golongan ini diberikan terhadap barugaram karena asal terjadinya
disebabkan oleh evaporasi air laut.(R.P. Koesoemadinata 1979). Umumnya
golongan ini terdiri dari batuan monomineralik. Nama batuannya sama
dengan mineral. Contohnya gypsum, Halit
4. Golongan sedimen silica
Yang termasuk golongan ini adalah batuan monomineralik dan umumnya
tersusun oleh mineral silica, terbentuknya secara sedimentasi kimiawi atau
organik. Contoh:
- Sedimentasi kimiawi : Rijang (chert)
- Sedimentasi organik : radioralian dan
diatomea
5. Golongan batubara
Terbentuk oleh adanya akumulasi zat-zat organik yang kaya akan unsur
karbon, umumnya terdiri dari tumbuh –tumbuhan. Contoh: Gambut,
Bituminus, Antrasit
Laporan Pratikum Geologi Dasar
xli
3. Tekstur dan Struktur Batuan Sedimen
1. Tekstur batuan sedimen
Tekstur batuan sediment adalah segala kenampakan yang menyangkut butir
sedimen sepertiukuran butir, bentuk butir dan orientasi. Tewkstur batuan sedimen
mempunyai arti penting karena mencerminkan proses yang telah dialamin batuan
tersebut terutama proses transportasi dan pengendapannya, tekstur juga dapat
digunakan untuk menginterpetasi lingkungan pengendapan batuan sediment. Secara
umum batuan sedimen dibedakan menjadi dua, yaitu tekstur klastik dan non klastik.
a. Tekstur klastik
Unsur dari tekstur klastik fragmen, massa dasar (matrik) dan semen.
Fragmen : Batuan yang ukurannya lebih besar daripada pasir.
Matrik : Butiran yang berukuran lebih kecil daripada fragmen
dan diendapkan bersama-sama dengan fragmen.
Semen : Material halus yang menjadi pengikat, semen
diendapkan setelah fragmen dan matrik. Semen umumnya berupa
silica, kalsit, sulfat atau oksida besi.
Jika kristalnya sangat halus sehingga tidak dapat dibedakan disebut mikrokristalin.
b. Ukuran Butir
Ukuran butir yang digunakan adalah skala Wenworth (1922), yaitu :
Ukuran Butir
(mm)
Nama Butir Nama Batuan
> 256 Bongkah (Boulder) Breksi : jika fragmen
64-256 Berangkal (Couble) berbentuk runcing
4-64 Kerakal (Pebble) Konglomerat : jika
Laporan Pratikum Geologi Dasar
xlii
membulat
2-4 Kerikil (Gravel) fragmen berbentuk
membulat
1-2 Pasir Sangat Kasar(Very
Coarse Sand)
1/2-1 Pasir Kasar (Coarse Sand)
1/4-1/2 Pasir Sedang (Fine Sand) Batupasir
1/8-1/4 Pasir halus (Medium Sand)
1/16-1/8 Pasir Sangat Halus( Very
Fine Sand)
1/256-1/16 Lanau Batulanau
<1/256 Lempung Batulempung
Tabel 3.2 drajat ukuran butir
Besar butir dipengaruhi oleh :
1. Jenis Pelapukan
2. Jenis Transportasi
3. Waktu/jarak transport
Resistensi
c. Bentuk Butir
Tingkat kebundaran butir (roundness)
Tingkat kebundaran butir dipengaruhi oleh komposisi butir, ukuran
butir, jenis proses transportasi dan jarak transport (Boggs,1987. Butiran dari
mineral yang resisten seperti kwarsa dan zircon akan berbentuk kurang
bundar dibandingkan butiran dari mineral kurang resisten seperti feldspar
Laporan Pratikum Geologi Dasar
xliii
dan pyroxene. Butiran berukuran lebih besar daripada yang berukuran pasir.
Jarak transport akan mempengaruhi tingkat kebundaran butir dari jenis butir
yang sama, makin jauh jarak transport butiran akan makin bundar.
Pembagian kebundaran :
Gambar 3.15 pembundaran butir
Sortasi (Pemilahan)
Pemilahan adalah keseragaman dariukuran besar butir penyusun batuan
sediment, artinya bila semakin seragam ukurannya dan besar butirnya maka,
pemilahan semakin baik.
Pemilahan yaitu kesergaman butir didalam batuan sedimen
klastik.bebrapa istilah yang biasa dipergunakan dalam pemilahan batuan,
yaitu :
- Sortasi baik : bila besar butir merata atau sama besar
- Sortasi buruk : bila besar butir tidak merata, terdapat matrik
dan fragmen.
Kemas (Fabric)
Didalam batuan sedimen klastik dikenal dua macam kemas, yaitu :
Laporan Pratikum Geologi Dasar
xliv
- Kemas terbuka : bila butiran tidak saling bersentuhan
(mengambang dalam matrik).
- Kemas tertutup : butiran saling bersentuhan satu sama lain
2. Struktur Batuan Beku
Struktur sedimen merupakan suatu kelainan dari perlapisan normal batuan
sedimen yang diakibatkan oleh proses pengendapan dan energi pembentuknya.
Pembentukkannya dapat terjadi pada waktu pengendapan maupun segera setelah
proses pengendapan.
(Pettijohn & Potter, 1964 ; Koesomadinata , 1981)
a. Masif, jika tidak menampakkan struktur apapun
b. Perlapisan, jika menunjukkan adanya perlapisan pada tubuh
batuan dengan ukuran bedding mulai dari 1 cm hingga >1 cm.
menunjukkan bidang kesamaan waktu yang ditunjukkan oleh
perbedaan besar butir atau warna dari penyusunnya.
c. Laminasi, jika menunjukkan struktur berlapis tetapi ukurannya
lebih kecil dari perlapisan yaitu <1 cm .
3.2.3 Batuan Metamorf
Batuan metamorf adalah batuan hasil ubahan dari batuan asal karena
adanya panas dan tekanan. Komposisi kimia batuan tidak berupah tetapi
susunan mineraloginya.
Tipe metamorfisme :
1. Metamorfisme termal / kontak
- Terjadi akibat kenaikan temperatur ( T )
- Biasanya ditemukan pada kontak antara tubuh intrusi magma atau
ekstrusi dengan batuan sekitarnya
Laporan Pratikum Geologi Dasar
xlv
2. Metamorfisme dinamo / dislokasi / kataklastik
- Terjadi akibat kenaikan tekanan ( P ), tekanan yang mempengaruhi
disini ada 2 macam, yaitu tekanan hidrostatis (kesegala arah) dan
tekanan stress(satu arah)
- Biasanya terdapat pada daerah sesar / patahan.
3. Metamorfisme regional / dinamo termal
- Terjadi akibat kenaikan tekanan ( P ) dan temperatur (T) secara
bersamaan
- Biasanya didapatkan pada geosinklin yang dasarnya mengalami
penurunan terus menerus (daerah tumbukan lempeng – lempeng yang
disebut dengan “subduction zone”)
Klasifikasi dan penamaan jenis batuan metamorf
Struktur batuan metamorf
1. Struktur foliasi : umumnya merupakan hasil metamofphose regional, dimana
secara visual menampakan kesan seperti lapisan pada batuan sediment
Beberapa struktur yang bersifat foliasi yaitu :
1. Slaty clevage : mineral mika mulai hadir, mineralnya sangat halus
2. Filitik : mineral mika sedikit ada,mineral lebih kasar
dari slaty
3. Schistose : mineral mika yang timbul mulai banyak,
granular
4. Gneistose :tersusun atas mineral mika (pipih), dan mineral
granular
1.
2. Struktur non-foliasi : terbentuk oleh mineral-mineral equidimensional dan
sering terjadi pada metamorfosa termal / kontak
Struktur yang bersifat non-foliasi :
Laporan Pratikum Geologi Dasar
xlvi
a. Granulose / hornfelsic : tidak mempunyai belahan, terdiri dari mineral
equidimensional
b. Kataklastik : terdiri dari pecahan-pecahan / fragman-
fragman batuan maupun mineral
c. Milonitik : sama seperti kataklastik hanya butirannya
lebih halus dan dapat dibelah-belah seperti shistose
Tekstur Batuan Metamorhose
1. tekstur homeoblastik, apabila batuan terdiri atas satu mineral saja
Terdiri dari :
a. lepidoblastik : mineral pipih/tabular, misalnya mineral mika (muskovit,
biotit)
b. nematoblastik : mineral berbentuk menjarum yang memperlihatkan orientasi
sejajar, misalnya amphibol, silimanit, piroksen dll
c. granoblastik : mineral granular, tidak teratur dan mineral yang anhedral,
contoh mineral kuarsa, kalsit , garnet dll
2. tekstur heteroblastik, apabila batuan terdiri lebih dari satu mineral
Tekstur khas lainnya:
1. Porfiroblastik, yaitu tekstur yang memperlihatkan beberapa mineral dengan
ukuran yang lebih besar dikelilingi oleh mineral yang lebih kecil.
2. Blastoporfiritik, yaitu tekstur porfiritik yang terjadi sebelum proses
metamorfosa 9daribatuan beku porfiritik.
Bentuk-bentuk kristal pada batuan metamorfosa :
1. dioblastik, jika mineralnya berbentuk euhedral
2. Hypidioblastik, jika mineralnya berbentuk subhedral
3. Xenoblastik / Alotrioblastik, jika mineralnya berbentuk anhedral
Komposisi mineral
Laporan Pratikum Geologi Dasar
xlvii
Pada hakekatnya komposisi mineral batuan metamorf terdiri dari 2 yaitu :
1. Mineral stress
- Yaitu mineral yang terbentuk dan stabil dalam kondisi tekanan (P)
dan temperatur (T)
- Mineralnya berbentuk pipih atau tabukar, prismatik
- Contohnya mika, kyanit, termonit, aktinolit, zeolit, silimanit,
hornblende dll.
2. Mineral Anti-Stress
Terbentuk bukan dalam kondisi tekanan, (hanya (P) yang bekerja).
Bentuknya umumnya equidimensional
Misalnya kuarsa, kalsit, feldspar dll.
Laporan Pratikum Geologi Dasar
48
2.
3.
3.3 STUKTURGeologi struktur yaitu ilmu yang membahas mengenai arsitektur kulit bumi
dan gejala – gejala yang menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan bentuk
(deformasi) pada kulit bumi.
3.3.1 Struktur Primer
Struktur primer adalah suatu struktur pada batuan yang terjadi bersamaan
pada saat pembentukan batuan (sint genetik). Struktur ini terdapat pada semua
jenis batuan. Oleh karena itu, secara mendalam dipelajari tersendiri, misalnya
dalam sedimentologi dan petrologi
Beberapa struktur primer
Batuan Sedimen : struktur sedimen berlapis / paralel, gelembur
gelombang, konvulut dan graded bedding, load
cast, flute cast, mud crack dan sebagiannya.
Batuan beku : struktur aliran lava (flow structure), struktur
bantal(pillow) dan struktur meniang(columnar)
Batuan metamorf : struktur foliasi, slaty
3.3.2 Struktur Sekunder
Struktur sekunder adalah struktur pada batuan yang terjadi setelah batuan
terbentuk (post genetik), terutama akibat adanya tegasan eksternal yang bekerja
selama atau setelah pembentukan batuan. Terdiri atas lipatan, kekar, sesar
Laporan Pratikum Geologi Dasar
49
1. Lipatan
Lipatan adalah perubahan bentuk dan volume pada batuan yang
ditunjukan oleh pelengkungan atau melipatnya batuuan akibat pengaruh suatu
tegasan(gaya) yang bekerja pada batuan tersebut. Terbagi atas 2 bentukan :
Gambar 3.16 antiklin dan sinklin
Anticline (antiform) : adalah unsur struktur lipatan dengan
bentuk convec (cembungnya mengarah keatas)
Syncline (sinform) : adalah unsur struktur lipatan dengan
bentuk convace (cekungnya kebawah)
3.3.3 Kekar
kekar adalah suatu fracture (retakan pada suatu batuan) yang relative
tidak mengalami pergeseran pada bidang rekahnya (ragan, 1973). Kekar dapat
disebabkan oleh terjadinya gejala tektonik maupun non tektonik.
Berdasarkan cara terjadinya (genesa), kekar diklarifikasikan menjadi dua,
yaitu :
Shear joint (kekar gerus)
Terjadi akibat adanya tegasan tekanan (compressive stress).
Karakteristiknya sebagai berikut :
Laporan Pratikum Geologi Dasar
50
Bidang pergerakan lurus dan rata, permukaan licin, menyusun semua
bidang – bidang batuan.
Terjadi akibat stress yang cenderung untuk menggelincir satu sama
lain, searah bidang kekar.
Apabila terjadi cermin sesar belum berarti telah terjadi pergeseran
akibat kompresi, tetapi mungkin terjadi pergerakan sesudahnya.
3. Tension joint (kekar tarik)
Tension joint (kekar tarik) dibedakan menjadi dua, yaitu :
Extension joint, terjadi akibat pemekaran / tarikan.
Release joint, terjadi akibat berhentinya gaya yang bekerja.
3.3.4 Sesar
Sesar (fault) adalah suatu bidang rekahan pada kulit bumi yang telah
mengalami pergeseran. Ukuran sesar biasanya mulai dari beberapa cm sampai
lebih dari ratusan km.
Beberapa indikasi dan gejala sebagai petunjuk adanya struktur sesar
disuatu daerah, diantaranya yaitu :
b. Terdapatnya kelurusan (lineament) pada peta topografi dan foto
udara, adanya sumber air panas dan daerah berawa-rawa.
c. Kelurusan pada jalur – jalur mineralisasi, silifikasi, dan ubahan.
d. Perubahan yang mendadak pada kedudukan bidang perlapisan
batuan atau foliasi.
e. Hilangnya struktur secara mendadak, misalnya pada lipatan, retas
dan struktur-struktur lainya.
f. Perubahan jurus dan kemiringan pada kekar dan foliasi.
g. Pergeseran kontak antara batuan, hal ini terlihat pada bergesernya
batas satuan – satuan peta.
Laporan Pratikum Geologi Dasar
51
h. Terjadinya perulangan atau hilangnya satuan batuan
i. Terdapatnya bongkah – bongkah asing pada batuan yang terdapat
dibawahnya.
j. Perubahan pada jalur atau facies metamorfosa.
k. Berdasarkan data geofisika adanya pelurusan-pelurusan atau
perubahan pada sifat animali gaya berat dan magnetik, dan
gradien-gradien yang curam pada peta gaya berat magnetik.
Secara umum struktur sesar dikelompokan menjadi tiga jenis, yaitu :
a. Sesar Normal/Turun (Normal Fault), pada sesar ini hanging wall berada
dibawah bidang sesar, bergerak relatif turun terhadap foot wall, yaitu blok
batuan yang berada dibawah bidang sesar. Sesar normal terdapat disegala
keadaan geologi, seperti pada daerah pegunungan lipatan, bagian puncak salt
dome, daerah dengan gejala tension, serta pada bagian luar jalur orogen.
b. Sesar mendatar, atau sering disebut juga rifts, strike slip, transcurrent, wrench
fault, transverse fault dan sebagiannya dengan kemiringan bidang sesar
curam-tegak.
c. Sesar naik (reverse fault), dimana hanging wall bergerak relative naik
terhadap foot wall dengan sudut kemiringan bidangnya kecil, yaitu < 450 .
sesar ini memiliki beberapa sifat yang tergantung pada batuannya, intensitas
geseran serta arah kedudukan dari sesar, yaitu sejajar atau menyilang terhadap
lapisan batuan.
Laporan Pratikum Geologi Dasar
52
1.
2.
3.
3.1.
3.2.
3.3.
3.3.1.
3.3.2.
3.3.3.
3.3.4.
3.4.STRATIGRAFIstratigrafi adalah ilmu yang mempelajari tentang posisi dan hubungan
perlapisan batuan dalam ruang waktu geologi.
Stratigrafi terbagi dua aspek, yaitu :
1. Stratigrafi fisik, dalam arti sifat-sifat fisiknya. Bagaimana besaran-
besaran satuan stratigrafinya, bagaimana proses terjadinya satuan,
kemudian analisa dan interpretasinya.
2. Stratigrafi biologis, membahas aspek biologis dalam aspek kulit
bumi. Artinya bagaimana kandungan fosil, perkembangannya
pengelompokkannya dalam satuan stratigrafi.
Hukum-hukum geologi yang berkenaan dengan startigrafi, antara lain :
a. Hukum yagn dikemukanan STENO (1669), terdiri dari:
- prinsip superposisi
- prinsip kesinambungan
- prinsip akumulasi vertikal
b. Uniformitarianism (JAMES HUTTON, 1785)
Laporan Pratikum Geologi Dasar
53
Yang terkenal dengan semboyannya yaitu “The prensent is the key to
the past”
c. Hukum intrusi penerobosan ( AWR POTTER & H.ROBINSON)
“batuan yang menerobos lebih muda dari batuan yang di terobosnya”
d. Hukum pergantian / urutan fauna (DE SOULOVIE, 1777)
Dalam urut-urutan batuan sedimen, sekelompok lapisan dapat
mengandung lapisan fosil tertentu (berbeda) dengan sekelompok
lapisan diatas, maupun dibawahnya. e. Strata identified by fossil (WILLIAM SMITH, 1869)
Suatu lapisan yang sama (meski litologinya berbeda) akan tetap
dikenali dengan kandungan fosil yang saya.
f. Prinsip-Prinsip kepunahan organik (GEORGE CUVIER) 1769 –
1832
Prinsip yang dikemukakan oleh George cuvier ini dibuktikan oleh
kumpulan fosil yang berlainan dalam satu stratigrafi yang sama
dimana endapan yang lebih muda mengandung makhluk-makhluk yan
sekarang daripada endapan yang dikandung oelh endapan yane lebih
tua.
Dalam membahas kolom startigrafi kadang-kadang diselingi dengan
ketidakselarasan (unconfirmity).
- Unconfirmity adalah tidak menerusnya siklus pengendapan
atau sedimentasi yang disebabkan oleh proses erosi
- Confirmity, pengendapan yang berlangsung terus menerus
tanpa ada selang waktu dari suatu lapisan yang lain dibawah
lapisan yang berada diatasnya.
Macam-macam ketidakselarasan
Laporan Pratikum Geologi Dasar
54
1. Ketidakselarasan menyudut (angular unconfirmity)
Yaitu sekelompok batuan yang berada di bawah ketidakselarasan yang
membetuk sudut dengan sekelompok batuan yang ada diatasnya.
2. Ketidakselarasan sejajar (Disconfirmity)
Adalah lapisan yang berada dilapisan diatas dan dibawah bidang keselarasan
saling sejajar satu sama lain, tetapi bidang erosi masih nampak jelas.
3. Nonconfirmity
Merupakan ketidakselarasan yang terjadi karena batas antar lapisan sedimen
yang mengendap diatas lapisan batuan beku, yang otomatis batuan bekunya
terbentuk terlebih dahulu baru kemudian lapisan sedimen terbentuk diatasnya.
1.
2.
3.
3.1.
3.2.
3.3.
3.4.
3.5 GEOLOGI SEJARAH
Geologi sejarah merupakan suatu cabang ilmu geologi yang mempelajari
tentang sejarah bumi, termasuk aspek-aspek yang berada didalamnya, karena
sejarah itu selalu berkaitan dengan waktu, maka dalam membicarakan sejarah
pembagian bumi ini juga didasarkan pada waktu yang telah disusun oleh para
ahli. Dimana pembagiannya meliputi Kala, Masa, Zaman, dan Kurun.
Selanjutnya dapat di lihat pada tabel skala waktu geologi dibawah ini.
Laporan Pratikum Geologi Dasar
55
Gambar 3.17 skala waktu geologi
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Lembar Deskripsi Mineral
Lembar deskribsi mineral berisi lampiran hasil pratikum deskripsi mineral yang telah
disetujui oleh asisten laboratorium yang bersangkutan.
( terlampir dibalik lembar ini )
Laporan Pratikum Geologi Dasar
56
4.2 Lembar Deskripsi Batuan Beku
Lembar deskripsi batuan beku berisi lampiran hasil pratikum deskripsi batuan beku
yang telah disetujui oleh asisten laboratorium yang bersangkutan.
( terlampir dibalik lembar ini )
Laporan Pratikum Geologi Dasar
57
4.3 Lembar Deskripsi Batuan Sedimen
Lembar deskripsi batuan sedimen berisi lampiran hasil pratikum deskripsi batuan
sedimen yang telah disetujui oleh asisten laboratorium yang bersangkutan.
( terlampir dibalik lembar ini )
Laporan Pratikum Geologi Dasar
58
4.4 Lembar Deskripsi Batuan Metamor
Lembar deskripsi batuan metamorf berisi lampiran hasil pratikum deskripsi batuan
metamorf
( terlampir dibalik lembar ini )
Laporan Pratikum Geologi Dasar
59
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari laporan hasil pratikum geologi dasar ini dapat disimpulkan bahwa
pratikum geologi dasar ini bertujuan memperkenalkan ilmu geologi secara luas
kepada para mahasiswa agar mahasiswa dapat lebih mengenal aspek-aspek dalam
Laporan Pratikum Geologi Dasar
60
geologi, lebih memahami setiap teori geologi dasar dengan melalukan praktek secara
langsung dilaboratorium, dan menambah minat serta rasa cinta mahasiswa terhadap
geologi itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Catatan pribadi
Heni, S.W., ST., 2011, Buku Petunjuk Pratikum Geologi Dasar Dan Geologi Fisik –
Dinamik, Jurusan Teknik Geologi Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya.
Laporan Pratikum Geologi Dasar
61
Ir.Dono, G., 2007, Diktat Penuntun Pratikum Petrologi, Laboratorium Geologi
Universitas Islam Bandung
Laporan Pratikum Geologi Dasar