Upload
andini-septriayu-ningrum
View
94
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
dini
Citation preview
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SENIN, 4 MARET 2013
LAPORAN PRESENTASI KOMUNIKASI “DASAR KOMUNIKASI” Page 1
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SENIN, 4 MARET 2013
LAPORAN PRESENTASI KOMUNIKASI “DASAR KOMUNIKASI” Page 2
KATA PENGANTAR
Puja dan Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan nikmat
kesehatan, iman, dan ilmu pengetahuan kepada umat manusia. Atas dasar nikmat tersebut
itulah kami atas dapat menyelesaikan laporan tentang presentasi “Pengantar Ilmu
Komunikasi” tepat pada waktunya. Laporan ini berisikan tentang apa itu komunikasi, cara-
cara berkomunikasi, bagian-bagian dalam komunikasi, sampai fungsi komunikasi dan lainnya
yang bertalian dengan ilmu komunikasi itu sendiri. Semua materi tersebut kami susun secara
ringkas, padat, jelas, dan dengan dukungan sumber literatur yang terbarukan.
Dalam penulisan makalah ini kami banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, kami dalam kesempatan kali ini mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu penulisan makalah ini hingga kami mempresentasikannya.
Kami sadar bahwa dalam laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, Hal itu di
karenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan kami. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang positif dan bersifat membangun dari dosen, rekan
mahasiswa, dan para pembaca sekalian. Akhir kata, saya memohon maaf apabila dalam
penulisan laporan ini terdapat banyak kesalahan.
Surabaya, 04 Maret 2013
Penulis
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SENIN, 4 MARET 2013
LAPORAN PRESENTASI KOMUNIKASI “DASAR KOMUNIKASI” Page 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Komunikasi
Kata atau istilah komunikasi ( dari bahasa inggris “communication” ), secara
epistemologis atau menurut asal katanya adalah dari bahasa latin communicatus, dan
perkataan ini bersumber pada kata communis. Kata communis memiliki makana “berbagi”
atau “menjadi milik bersama” yaitu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau
kesamaan makna. Komunikasi secara terminilogis merujuk pada adanya proses penyampaian
suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi, yang terlibat dalam komunikasi ini
adalah manusia.
Untuk memahami pengertian komunikasi tersebut dijelaskan secara efektif oleh
Effendy bahwa para ahli komunikasi sering mengutip paradigma yang dikemukakan oleh
Harold Lasswell dalam karyannya, The Structure and Function of Communication in Society.
Laswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan
menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel to Whom with
What Effect? Paradigma Laswell menunjukan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai
jawaban dari pertanyaan yang diajukan, yaitu:
• Komunikator (siapa yang mengatakan?)
• Pesan (mengatakan apa?)
• Media (melalui saluran apa?)
• Komunikan (kepada siapa?)
• Efek (efek apa?)
Jadi, berdasarkan paradigma Laswell, secara sederhana prosese komunikasi adalah
pihak komunikator membentuk (encode) pesan dan menyampaikannya melalui suatu saluran
tertentu kepada pihak penerima yang menimbulkan efek tertentu.
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SENIN, 4 MARET 2013
LAPORAN PRESENTASI KOMUNIKASI “DASAR KOMUNIKASI” Page 4
B. Proses Komunikasi
Berangkat dari paradigma Lasswell, Effendy (1994:11-19) membedakan proses
komunikasi menjadi dua tahap, yaitu:
1. Proses komunikasi secara primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau
perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai
media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah pesan verbal
(bahasa), dan pesan nonverbal (kial/gesture, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya)
yang secara langsung dapat/mampu menerjemahkan pikiran dan atau perasaan komunikator
kepada komunikan.
Seperti disinggung di muka, komunikasi berlangsung apabila terjadi kesamaan makna
dalam pesan yang diterima oleh komunikan. Dengan kata lain , komunikasi adalah proses
membuat pesan yang setala bagi komunikator dan komunikan. Prosesnya sebagai berikut,
pertama-tama komunikator menyandi (encode) pesan yang akan disampaikan disampaikan
kepada komunikan. Ini berarti komunikator memformulasikan pikiran dan atau perasaannya
ke dalam lambang (bahasa) yang diperkirakan akan dimengerti oleh komunikan. Kemudian
giliran komunikan untuk menterjemahkan (decode) pesan dari komunikator. Ini berarti ia
menafsirkan lambang yang mengandung pikiran dan atau perasaan komunikator tadi dalam
konteks pengertian. Yang penting dalam proses penyandian (coding) adalah komunikator
dapat menyandi dan komunikan dapat menerjemahkan sandi tersebut (terdapat kesamaan
makna).
Wilbur Schramm (dalam Effendy, 1994) menyatakan bahwa komunikasi akan
berhasil (terdapat kesamaan makna) apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok
dengan kerangka acuan (frame of reference) , yakni paduan pengalaman dan pengertian
(collection of experiences and meanings) yang diperoleh oleh komunikan. Schramm
menambahkan, bahwa bidang (field of experience) merupakan faktor penting juga dalam
komunikasi. Jika bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang pengalaman
komunikan, komunikasi akan berlangsung lancar. Sebaliknya, bila bidang pengalaman
komunikan tidak sama dengan bidang pengalaman komunikator, akan timbul kesukaran
untuk mengerti satu sama lain. Sebagai contoh seperti yang diungkapkan oleh
Sendjaja(1994:33)yakni : Si A seorang mahasiswa ingin berbincang-bincang mengenai
perkembangan valuta asing dalam kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi. Bagi si A
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SENIN, 4 MARET 2013
LAPORAN PRESENTASI KOMUNIKASI “DASAR KOMUNIKASI” Page 5
tentunya akan lebih mudah dan lancar apabila pembicaraan mengenai hal tersebut dilakukan
dengan si B yang juga sama-sama mahasiswa. Seandainya si A tersebut membicarakan hal
tersebut dengan si C, sorang pemuda desa tamatan SD tentunya proses komunikaasi tidak
akan berjalan sebagaimana mestinya seperti yang diharapkan si A. Karena antara si A dan si
C terdapat perbedaan yang menyangkut tingkat pengetahuan, pengalaman, budaya, orientasi
dan mungkin juga kepentingannya.
Contoh tersebut dapat memberikan gambaran bahwa proses komunikasiakan berjalan
baik atau mudah apabila di antara pelaku (sumber dan penerima) relatif sama. Artinya apabila
kita ingin berkomunikasi dengan baik dengan seseorang, maka kita harsu mengolah dan
menyampaikan pesan dalam bahasa dan cara-cara yang sesuai dengan tingkat pengetahuan,
pengalaman, orientasi dan latar belakang budayanya. Dengan kata lain komunikator perlu
mengenali karakteristik individual, sosial dan budaya dari komunikan.
2. Proses komunikasi sekunder
Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh
komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua
setelah memakai lambang sebagai media pertama.
Seorang komunikator menggunakan media ke dua dalam menyampaikan
komunikasike karena komunikan sebagai sasaran berada di tempat yang relatif jauh atau
jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dsb
adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi. Proses komunikasi secara
sekunder itu menggunakan media yang dapat diklasifikasikan sebagai media massa (surat
kabar, televisi, radio, dsb.) dan media nirmassa (telepon, surat, megapon, dsb.).
C. Komponen Komunikasi
Komponen komunikasi adalah hal-hal yang harus ada agar komunikasi bisa
berlangsung dengan baik. Menurut Lasswell komponen komunikasi adalah :
1. Sender
Sumber atau pengirim adalah orang atau kelompok orang yang memiliki pemikiran
untuk disampaikan kepada orang lain.
2. Encoding
Adalah suatu proses menerjemahkan pemikiran kedalam bentukbentuk simbolis.
Sumber tersebut memilih tanda-tanda spesifik dari berbagai kata, struktur kalimat, simbol
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SENIN, 4 MARET 2013
LAPORAN PRESENTASI KOMUNIKASI “DASAR KOMUNIKASI” Page 6
dan unsur non verbal yang amat luas pilihannya untuk menerjemahkan sebuah pesan
sehingga dapat dikomunikasikan dengan efektif kepada khalayak sasaran.
3. Message
Adalah suatu ekspresi simbolis dari pemikiran sang pengirim. Dalam komunikasi
pemasaran pesan dapat berbentuk sebuah iklan, sebuah presentasi penjualan, sebuah
rancangan kemasan, berbagai petunjuk di tempat-tempat pembelian dan sebagainya.
4. Media
Adalah suatu saluran yang dilalui pesan dari pihak pengirim, untuk disampaikan
kepada pihak penerima. Perusahaan menggunakan media elektronik dan media cetak
sebagai saluran untuk menyampaikan pesan iklan kepada pelanggan secara lansung
melalui wiraniaga, melalui telepon, dan secara tidak lansung melalui berita dari mulut ke
mulut.
5. Receiver
Adalah orang atau kelompok orang yang dengan mereka pihak pengirim berusaha
untuk menyampaikan ide-idenya. Dalam komunikasi pemasaran, penerima adalah
pelanggan dan calon pelanggan suatu produk atau jasa perusahaan.
6. Decoding
Proses atau aktivitas yang dilakukan pihak komunikian dalam menginterpretasi atau
mengartikan pesan yang disampaikan.
7. Response
Tanggapan, seperangkat reaksi kepada komunikan setelah diberi atau diterpa sebuah
pesan.
8. Feedback
Memungkinkan sumber pesan memonitor seberapa akurat pesan yang disampaikan
dapat diterima. Umpan balik memungkinkan sumber untuk menentukan apakah pesan
sampai pada target secara akurat atau apakah pesan tersebut perlu diubah untuk
memberikan gambaran yang lebih jelas di benak penerima.
9. Noise
Adalah sebuah pesan yang melintas dalam suatu saluran dipengaruhi oleh syimulus-
stimulus eksternal yang mengganggu. Stimulus ini mengganggu penerimaan pesan dalam
bentuk yang murni dan orisinil.
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SENIN, 4 MARET 2013
LAPORAN PRESENTASI KOMUNIKASI “DASAR KOMUNIKASI” Page 7
BAB II
PENGHAMBAT & DAMPAK KOMUNIKASI
A. Penghambat Komunikasi
1. Hambatan Sosio-Antro-Psikologis
A. Hambatan Sosiologis
Seorang sosiolog jerman bernama Ferdinand Tonnies mengklasifikasikan kehidupan
masyarakat menjadi dua jenis yang ia namakan Gemeinschaft dan gesellschaft. Gemeinschaft
adalah pergaulan hidup yang bersifat pribadi, statis, dan rasional, seperti dalam kehidupan
rumah tanngga; sedangkan gesellschaft adalah pergaulan hidup yang bersifat pribadi,
dinamis, dan rasional, seperti pergaulan di kantor atau dalam organisasi.
Karena dalam kehidupan masyarakat itu terbagi atas berbagai gologan dan lapisan,
menimbulkan perbedaan status social, agama, ideologi, tingkat pendidikan, tingkat kekayaan,
dan sebagainya, semua itu menjadi hambatan dalam berkomunikasi dan inilah yang
termaksud dalam hambatan sosiologis.
B. Hambatan Antropologis
Manusia, meskipun satu sama lain sama dalam jenisnya sebagai makhluk “homo
sapiens”, tetapi ditakdirkan berbeda dalam banyak hal. Dalam komunikasi misalnya,
komunikator dalam melancarkan komunikasinya dia akan berhasil apabila dia mengenal siapa
komunikan dalam arti ‘siapa’ disini adalah bukan soal nama, melainkan ras, bangsa, atau
suku apa si komunikan tersebut. Dengan mengenal dirinya, akan mengenal pula
kebudayaannya, gaya hidup dan norma kehidupannya, kebiasaan dan bahasanya.
Perlu kita ketahui komunikasi berjalan lancar jika suatu pesan yang disampaikan
komunikator diterima olehg komunikan secara tuntas, yaitu diterima dalam pengertian
received atau secara inderawi, dan dalam pengertian accepted atau rohani. Teknologi
komunikasi tanpa dukungan kebudayaan tidak akan berfungsi.
C. Hambatan Psikologis
Faktor psikologis sering menjadi hambatan dalam berkomunikasi. Hal ini umunnya
disebabkan sikomunikator dalam melancarkan komunikasinya tidak terlebih dahulu mengkaji
si komunikan. Komunikasi sulit untuk berhasil apabila komunikan sedang sedih, bingung,
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SENIN, 4 MARET 2013
LAPORAN PRESENTASI KOMUNIKASI “DASAR KOMUNIKASI” Page 8
marah, merasa kecewa, merasa iri hati, dan kondisi psikologi lainnya; juga jika komunikasi
menaruh prasangka kepada komunikator.
Prasangka merupakan salah satu hambatan berat bagi kegiatan komunikasi, karena
orang yang berprasangka belum apa-apa sudah bersikap menentang komunikator. Apalagi
kalau prasangka itu sudah berakar, seseorang tidak lagi berpikir objektif, dan apa saja yang
dilihat atau didengarnya selalu dinilai negatif. Prasangka sebagai factor psikologis dapat
disebabkan oleh aspek antropologisdan sosiologis; dapat terjadi terhadap ras, bangsa suku
bangsa, agama, partai politik, kelompok dan apa saja yang bagi seseorang merupakan suatu
perangsang disebabkan dalam pengalamannya pernah diberi kesan tidak enak.
Berkenaan dengan faktor-faktor penghambat komunikasi yang bersifat sosiologis-
antropologis-psikologis itu menjadi permasalahan ialah bagaimana upaya kita mengatasinya.
Cara mengatasinya ialah mengenal diri komunikan dengan mengkaji kondisi psikologinya
sebelum komunikasi terjadi, dan bersikap empatik kepada komunikan.
2. Hambatan Semantik
Kalau hambatan sosiologis-antrop[ologis-psikologis terdapat pada pihak komunikan,
maka hambatan semantis terdapat pada komunikator. Factor semantis menyangkut bahasa
yang dipergunakan komunikator sebagai alat untuk menyalurkan pikiran dan perasaannya
kepada komunikan. Agar proses komunikasi itu berjalan denga baik seorang komunikator
hareus benar-benar memperhatikan gangguan semantis ini, sebab salah mengucap atau salah
tulis dapat menimbulkan salah pengertian atau salah tafsir, yang pada gilirannya bisa
,menimbulkan salah komunikasi. Gangguan semantis juga kadang-kadang disebabkan oleh
aspek antropologis, yakni kata-kata yang sama bunyi dan tulisannya, tetapi memiliki makna
yang berbeda. Salah komunikasi ada kalanya disebabkan oleh pemilihan kata yang tidak
tepat, dalam komunikasi hendaknya menggunakan kata-kata yang dapat dimengeri atau yang
denotatif.
Jadi untuk menghilangkan hambatan semantis dalam komunikasi, seorang komunikator
harus mengucapakan pertanyaan yang jelas dan tegas, memilih kata-kata yang tidak
menimbulkan persepsi yang salah, dan disususn dalam kalimat-kalimat yang dapat
dimengerti.
3. Hambatan Mekanis
Hambatan mekanis dijumpai pada media yang dipergunakan dalam melancarkan
komunikasi. Contohnya: suara telepon yang kurang jelas, berita surat kabar yang sulit dicari
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SENIN, 4 MARET 2013
LAPORAN PRESENTASI KOMUNIKASI “DASAR KOMUNIKASI” Page 9
sambungan kolomnya, gambar yang kurang jelas pada pesawat televisi dan lain-lain.
Hambatan pada beberapa media tidak mungkin diatasi oleh komunikator tapi biasanya
memerlukan orang-orang yang ahli di bidang tersebut misalnya teknisi.
4. Hambatan Ekologis
Hambatan ekologis terjadi oleh gangguan lingkungan terhadap proses berlangsungnya
komunikasi. Contohnya adalah suara riuh (bising) orang-orang atau lalu lintas, suara hujan
atau petir, suara pesawat terbang dan lain-lain. Untuk menghindari hambatan ini, komunkator
harus mengusahakan tempat komunikasi yang bebas dari gangguan seperti yang telah
disebutkan tadi.
B. Dampak Komunikasi
Dalam bab ini, dampak komunikasi yang akan dibahas adalah contoh dampak
komunikasi massa yaitu media massa. Sejak tahun 1964 komunikasi massa telah mencapai
publik dunia secara langsung dan serentak. Melalui satelit komunikasi sekarang ini kita
dimungkinkan untuk menyampaikan informasi (pesan) berupa data, gambar, maupun suara
kepada jutaan manusia di seluruh dunia secara serentak. Perkembangan teknologi
komunikasi/informasi yang bergerak cepat membawa kita menuju era masyarakat informasi,
dimana hampir segala aspek kehidupan dipengaruhi oleh keberadaan media yang semakin
jauh memasuki ruang kehidupan manusia.
Wilbur Schramm menyatakan bahwa luas sempitnya ruang kehidupan seseorang,
yang awalnya ditentukan pada kemampuan baca tulis, selanjutnya ditentukan oleh seberapa
banyak ia bergaul dengan media massa. Artinya media memiliki pengaruh yang signifikan
pada kehidupan manusia. Pada dasarnya, komunikasi sendiri memiliki 3 dampak utama yaitu:
1. Dampak Kognitif,
2. Dampak Afektif dan
3. Dampak Behavior.
1. Dampak Kognitif Media Massa
Kognisi adalah semua proses yang terjadi di fikiran kita yaitu, melihat, mengamati,
mengingat, mempersepsikan sesuatu, membayangkan sesuatu, berfikir, menduga, menilai,
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SENIN, 4 MARET 2013
LAPORAN PRESENTASI KOMUNIKASI “DASAR KOMUNIKASI” Page 10
mempertimbangkan dan memperkirakan. Media mempunyai pengaruh yang sangat kuat
dalam pembentukan kognisi seseorang. Media memberikan informasi dan pengetahuan yang
pada akhirnya dapat membentuk persepsi. Wilbur Schramm (1997:13) mendefinisikan
informasi sebagai segala sesuatu “yang mengurangi ketidakpastian atau mengurangi jumlah
kemungkinan alternatif dalam situasi.” Informasi akan menstruktur atau mengorganisasi
realitas, sehingga realitas tampak sebagai gambaran yang mempunyai makna. Realitas yang
ditampilkan media adalah realitas yang sudah diseleksi atau realitas tangan-kedua (second
hand reality). Karena media massa melaporkan dunia nyata secara selektif, dampaknya
adalah memberikan status dan menciptakan stereotip. Para kritikus social memandang media
massa bukan saja menyajikan realitas kedua, tetapi karena distorsi, media massa juga
“menipu” manusia; memberikan citra dunia yang keliru. Tetapi pengaruh media massa tidak
berhenti sampai di situ. Media massa juga mempertahankan citra yang sudah dimiliki
khalayaknya.
Dampak media massa – kemampuan untuk menimbulkan perubahan kognitif di antara
individu-individu – telah dijuluki sebagai fungsi agenda setting dari komunikasi massa. Di
sinilah terletak efek komunikasi massa yang terpenting, kemampuan media untuk
menstruktur dunia buat kita (McCombs danShaw, 1974:1). Media massa mempengaruhi
persepsi khalayak tentang apa yang dianggap penting. Media massa memang tidak
menentukan “what to think”, tetapi mempengaruhi “what to think about”. Dengan memilih
berita tertentu dan mengabaikan yang lain, dengan menonjolkan satu persoalan dan
mengesampingkan yang lain, media membentuk citra atau gambaran dunia kita seperti yang
disajikan dalam media massa.
Selain terbukti sanggup membentuk citra orang tentang lingkungan dengan
menyampaikan informasi, kita juga dapat menduga media massa tertentu berperan juga dalam
menyampaikan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang baik. Ini disebut efek
prososial kognitif dari media, yaitu bagaimana media massa memberikan manfaat yang
dikehendaki oleh masyarakat.
Media massa adalah penyampai informasi sekaligus penafsir informasi. Dengan media
massa kita memperoleh informasi tentang benda, orang, ruang atau waktu yang tidak kita
alami secara langsung. Namun media pun melakukan seleksi terhadap realitas yang hendak
ditampilkan, sehingga dampaknya adalah menimbulkan perubahan kognitif tertentu di antara
individu-individu khalayaknya.
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SENIN, 4 MARET 2013
LAPORAN PRESENTASI KOMUNIKASI “DASAR KOMUNIKASI” Page 11
Acara televisi dewasa ini lebih banyak diisi oleh acara-acara hiburan serta sinetron
yang banyak menampilkan kehidupan glamor dan kemewahan yang kontras dengan
kehidupan masyarakat pada umumnya. Dampaknya, khalayak mendapatkan gambaran versi
media mengenai apa itu kebahagiaan. Mereka yang tergantung pada media seperti televisi
cenderung menganggap informasi yang didapatnya dari media sebagai sebuah kebenaran,
akibatnya mereka rentan terhadap terpaan pesan yang memiliki muatan tertentu. Penonton
sinetron atau infotainment cenderung berorientasi pada materi atau gaya hidup yang
mengikuti trend. Mahasiswa penonton sinetron dan infotainment yang penulis amati,
sebagian memiliki kecenderungan seperti itu. Prioritas mereka dalam hidup, misalnya, antara
lain hendak memenuhi kebutuhan mereka akan gaya hidup yang menurut mereka ‘modern’.
Sementara bagi yang lainnya, juga pemirsa televisi, ketika ditanya mengenai prioritas hidup
mereka berniat membangun usaha untuk masa depan (walaupun dalam bahasa yang berbeda,
namun memiliki orientasi yang sama).
Efek negatif lain dari media televisi adalah merusak kesabaran masyarakat bagi
tumbuhnya masyarakat demokratis. Acara maupun iklannya, karena keterbatasan waktu,
sering melukiskan ditemukannya berbagai solusi dengan begitu cepat dan gampang. Hampir
semua mengaku bahwa tujuan utama mereka berkuliah adalah untuk mendapatkan pekerjaan
kelak, bukan mendapatkan ilmu. Informasi ini lebih mendominasi dibandingkan bahwa
keahlian dan ilmu jauh lebih berguna ketimbang gelar. Akibatnya banyak mahasiswa yang
menganggap mata kuliahnya sebatas hafalan wajib atau dengan kata lain tidak cukup
bermanfaat untuk didalami. Di sini kita temukan adanya indikasi pemikiran serba instan, atau
kurangnya penghargaan terhadap kerja keras.
2. Dampak Afektif Media Massa
Baron (1979); Fishbein and Azjen 1975 (dalam Baron, 1979); Kiesler and Munson
1975 (dalam Baron, 1979) mendefinisikan sikap sebagai kesatuan perasaan (feelings),
keyakinan (beliefs), dan kecenderungan berperilaku (behavior tendencies) terhadap orang
lain, kelompok, faham, dan objek-objek yang relatif menetap.
Para peneliti kebanyakan tidak berhasil menemukan perubahan sikap yang berarti
sebagai pengaruh media massa. Berbagai dalih dikemukakan, namun ada satu yang dapat
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SENIN, 4 MARET 2013
LAPORAN PRESENTASI KOMUNIKASI “DASAR KOMUNIKASI” Page 12
menjelaskan dengan lebih baik mengapa demikian. Menurut Asch, semua sikap bersumber
pada organisasi kognitif – pada informasi dan pengetahuan yang kita miliki. Sikap selalu
diarahkan pada objek, kelompok, atau orang. Tidak akan ada teori sikap atau aksi-sosial yang
tidak didasarkan pada penyelidikan tentang dasar-dasar kognitifnya.
Efek afektif media tentu saja ada, jika tidak demikian maka tidak ada gunanya segala
upaya publik relation yang banyak dilakukan oleh politikus atau pengusaha di media. Media
televisi punya dampak yang besar pada afeksi khalayaknya. Lewat televisi khalayak merasa
terlibat secara emosional dengan tokoh yang ditampilkan. Contoh yang terbaru adalah
gencarnya pemberitaan media tentang Obama, membuat khalayak yang paling tidak
berkepentingan pun ikut gembira dengan kemenangannya. Demikian yang terjadi pada
beberapa mahasiswa yang penulis temui. Namun seseorang yang memiliki informasi atau
pengetahuan yang lebih luas tidak akan serta merta terpengaruh oleh realitas buatan media.
Seorang mahasiswa yang termasuk kategori ini bahkan skeptis dan cenderung sinis dengan
euphoria kemenangan Obama. Baginya kebijakan AS tak mungkin berbeda jauh siapapun
pemenangnya. Sebaliknya beberapa responden juga menyatakan ketidakpeduliannya karena
hal tersebut kurang menarik perhatian mereka bukan karena informasi atau pengetahuan
mereka lebih baik.
Seperti yang dikemukakan Oskamp, pengaruh komunikasi massa diantarai oleh
faktor-faktor seperti predisposisi personal, proses selektif, keanggotaan kelompok. Khalayak
tidaklah seragam, mereka memiliki keunikan dan kesadaran individu. Bahkan dalam satu
kelompok mahasiswa, penulis mendapatkan fakta-fakta yang jauh berbeda dan berlawanan.
Dalam studi komprehensifnya mengenai dampak media massa, Joseph T. Kappler
melaporkan bahwa orang-orang mencari hiburan acapkali karena mereka ingin melepaskan
tekanan emosinya dari beratnya kehidupan sehari-hari. Mereka ingin menentramkan perasaan
dengan cara membaca komik, menonton film bioskop, serta menikmati acara hiburan di radio
dan televisi. Di samping itu, hiburan juga berfungsi sebagai elemen penting kehidupan yang
baik, bahkan juga bisa berfungsi sebagai simbol status. Paling tidak, hiburan membantu
seseorang merasa gembira. Responden yang merupakan pembaca komik lebih memiliki sense
of humor yang lebih tinggi.
Komik hiburan, novel, maupun film atau kartun, mampu mempengaruhi emosi
(afeksi) pembaca atau penontonnya dengan lebih baik dari berita di surat kabar atau televisi.
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SENIN, 4 MARET 2013
LAPORAN PRESENTASI KOMUNIKASI “DASAR KOMUNIKASI” Page 13
Seseorang yang memanfaatkan media sebagai hiburan, memiliki imajinasi atau daya khayal
yang cukup tinggi. Prioritas hidup mereka juga lebih variatif, dan cenderung mengutamakan
pemenuhan kebutuhan emosional (afeksi) mereka. Seorang mahasiswa yang merupakan
pembaca buku, komik, suratkabar sekaligus pemirsa televisi, mempunyai cita-cita untuk
melakukan perbaikan sosial terutama dimulai dari kalangan remaja. Kebetulan ia adalah
seorang aktivis organisasi remaja muslim. Kepeduliannya pada kondisi remaja sekarang ini
dipengaruhi oleh informasi yang ia peroleh dari media, sementara komik maupun novel
tertentu turut mendukung sikap kritisnya terhadap kejahatan, masalah sosial, memperteguh
harapan dan kedermawanan, sekaligus menebalkan semangat kerja kerasnya. Film kartun dan
komik jepang yang banyak beredar sekarang ini memang banyak menyuguhkan khayalan
serta kekerasan, namun di sisi lain mengandung pesan yang berhubungan dengan nilai-nilai
kerja keras, kebaikan, semangat menolong orang lain, dan pesan moral bahwa kejahatan
selalu kalah pada akhirnya.
3. Dampak Behavior Media Massa
Perilaku meliputi bidang yang luas, dalam kaitannya dengan tema makalah ini yang
kita pilih ialah efek komunikasi massa pada perilaku sosial yang diterima (efek prososial
behavioral).
Efek prososial media massa dapat dijelaskan oleh teori Belajar Sosial dari Bandura.
Menurut Bandura, kita belajar bukan saja dari pengalaman langsung, tetapi dari peniruan atau
peneladanan (modeling). Perilaku merupakan hasil factor-faktor kognitif dan lingkungan.
Artinya, kita mampu memiliki keterampilan tertentu, bila terdapat jalinan positif antara
stimuli yang kita amati dan karakteristik diri kita.
Bandura menjelaskan proses belajar social dalam empat tahapan proses: proses
perhatian, proses pengingatan (retention), proses reproduksi motoris, dan proses
motivasional. Proses belajar diawali munculnya peristiwa yang dapat diamati secara langsung
oleh seseorangtertentu atau gambaran pola pemikiran, yang disebut Bandura sebagai abstract
modelling – misalnya sikap, nilai, atau persepsi realitas social. Melalui media massa,
seseorang dapat mengamati orang lain yang terlibat dalam perilaku tertentu di televisi,
misalnya, dan dapat mempraktekkan perilaku itu dalm kehidupannya.
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SENIN, 4 MARET 2013
LAPORAN PRESENTASI KOMUNIKASI “DASAR KOMUNIKASI” Page 14
Menurut Bandura, peristiwa yang menarik perhatian ialah yang tampak menonjol dan
sederhana, terjadi berulang-ulang, atau menimbulkan perasaan positif pada pengamatnya.
Selain pengaruh factor personal, faktor-faktor lain sebagai penentu dalam pemilihan apa yang
akan diperhatikan dan diteladani adalah: karakteristik demografis, kebutuhan, suasana
emosional, nilai, dan pengalaman masa lalu.
Setelah pengamatan, proses selanjutnya adalah penyimpanan hasil pengamatan dalam
pikiran untuk dipanggil kembali saat akan bertindak sesuai teladan yang diberikan. Kemudian
pada proses reproduksi motoris seseorang menghasilkan kembali perilaku teladan atau
tindakan yang diamatinya. Pelaksanaan perilaku teladan dapat terjadi ketika dikuatkan
dengan suatu penghargaan atau motivasi. Inilah yang disebut proses motivasional.
Pembelajaran sosial terutama efektif dengan media massa seperti televisi, dimana kita
mendapatkan kekuatan yang berlipat ganda dari model tunggal yang mengirimkan cara-cara
berpikir dan berperilaku baru bagi banyak orang di lokasi yang berlainan.
Media massa mampu mempengaruhi perilaku khalayaknya. Menurut teori belajar
sosial dari Bandura, orang cenderung meniru perilaku yang diamatinya; stimuli menjadi
teladan untuk perilakunya. Hampir semua responden yang penulis amati berperilaku
mengikuti trend yang ditampilkan oleh televisi. Cara berbicara dengan menggunakan bahasa
gaul, cara berpakaian artis dalam sinetron, penggunaan produk-produk yang ditampilkan oleh
iklan, sampai cara mengemukakan pendapat ala mahasiswa yang identik dengan demonstrasi
dan membakar ban di jalan raya.
News, talkshow, sampai parodi politik mendorong pemirsanya bersikap kritis dan
reaktif terhadap kebijakan pemerintah maupun kondisi sosial yang ada. Mahasiswa belajar
dari tayangan-tayangan televisi tersebut bagaimana cara menghadapi permasalahan sosial
maupun politik. Persoalannya memang tidak semua mahasiswa pemirsa tayangan televisi
seperti news atau talkshow politik yang akan berperilaku kritis atau radikal seperti
demonstrasi maupun bergabung dengan gerakan kiri misalnya. Khalayak harus sanggup
menyimpan hasil pengamatannya dalam benaknya dan memanggil kembali saat mereka akan
bertindak sesuai dengan teladan yang diberikan. Melaksanakan perilaku teladan itu
bergantung pada motivasi. Motivasi bergantung pada peneguhan. Ada tiga macam peneguhan
yang mendorong seseorang bertindak: peneguhan eksternal, peneguhan gantian (vicarious
reinforcement), dan peneguhan diri (self-reinforcement). Jadi, contoh untuk berdemonstrasi
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SENIN, 4 MARET 2013
LAPORAN PRESENTASI KOMUNIKASI “DASAR KOMUNIKASI” Page 15
di televisi atau suratkabar baru berhasil bila ada iklim yang memungkinkannya, misalnya bila
orang lain tidak mencemooh atau mau menghargai tindakan kita.
Seseorang juga akan terdorong melakukan perilaku teladan bila ia melihat orang lain
yang berbuat sama mendapat ganjaran karena perbuatannya. Kita memerlukan peneguhan
gantian. Walaupun kita tidak mendapat ganjaran (pujian, penghargaan, status dan
sebagainya). Tetapi melihat orang lain melihat orang lain mendapat gamjaran karena
perbuatan yang ingin kita teladani akan membantu terjadinya proses reproduksi motorik.
Akhirnya tindakan teladan akan kita lakukan bila diri kita sendiri mendorong tindakan
itu. Dorongan dari diri sendiri itu mungkin timbul dari perasaan puas, senang, atau
dipenuhinya citra diri yang ideal. Kita akan melakukan demonstrasi bila kita yakin bahwa
dengan cara itu kita memberikan kontribusi bagi masyarakat.
BAB III
KONSEP, KONTEKS, FUNGSI & ETIKA
KOMUNIKASI
A. Konsep Komunikasi
Deddy Mulyana (2005:61-69) mengkategorikan definisi-definisi tentang komunikasi
dalam tiga konseptual yaitu:
Komunikasi sebagai tindakan satu arah
Suatu pemahaman komunikasi sebagai penyampaian pesan searah dari seseorang
(atau lembaga) kepada seseorang (sekelompok orang) lainnya, baik secara langsung (tatap
muka) ataupun melalui media, seperti surat (selebaran), surat kabar, majalah, radio, atau
televisi. Pemahaman komunikasi sebagai proses searah sebenarnya kurang sesuai bila
diterapkan pada komunikasi tatapmuka, namun tidak terlalu keliru bila diterapkan pada
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SENIN, 4 MARET 2013
LAPORAN PRESENTASI KOMUNIKASI “DASAR KOMUNIKASI” Page 16
komunikasi publik (pidato) yang tidak melibatkan tanya jawab. Pemahaman komunikasi
dalam konsep ini, sebagai definisi berorientasi-sumber. Definisi seperti ini mengisyaratkan
komunikasi semua kegiatan yang secara sengaja dilakukan seseorang untuk menyampaikan
rangsangan untuk membangkitkan respon orang lain. Dalam konteks ini, komunikasi
dianggap suatu tindakan yang disengaja untuk menyampaikan pesan demi memenuhi
kebutuhan komunikator, seperti menjelaskan sesuatu sesuatu kepada orang lain atau
membujuk untuk melakukan sesuatu.
Beberapa definisi komunikasi dalam konseptual tindakan satu arah:
a. Everet M. Rogers: komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber
kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku.
b. Gerald R. Miller: komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan
kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima.
c. Carld R. Miller: komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator)
menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku
orang lain (komunkate).
d. Theodore M. Newcomb: Setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai suatu transmisi
informasi terdiri dari rangsangan yang diskriminatif, dari sumber kepada penerima.
Komunikasi sebagai interaksi.
Pandangan ini menyetarakan komunikasi dengan suatu proses sebab-akibat atau aksi-
reaksi, yang arahnya bergantian. Seseorang menyampaikan pesan, baik verbal atau nonverbal,
seorang penerima bereaksi dengan memberi jawaban verbal atau nonverbal, kemudian orang
pertama bereaksi lagi setelah menerima respon atau umpan balik dari orang kedua, dan begitu
seterusnya.
Contoh definisi komunikasi dalam konsep ini, Shanon dan Weaver (dalam Wiryanto,
2004), komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama
lain, sengaja atau tidak sengaja dan tidak terbatas pada bentuk pada bentuk komunikasi
verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni , dan teknologi.
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SENIN, 4 MARET 2013
LAPORAN PRESENTASI KOMUNIKASI “DASAR KOMUNIKASI” Page 17
Komunikasi sebagai transaksi.
Pandangan ini menyatakan bahwa komunikasi adalah proses yang dinamis yang
secara sinambungan mengubah phak-pihak yang berkomunikasi. Berdasrkan pandangan ini,
maka orang-orang yang berkomunikasi dianggap sebagai komunikator yang secara aktif
mengirimkan dan menafsirkan pesan. Setiap saat mereka bertukar pesan verbal dan atau
pesan nonverbal.
Beberapa definisi yang sesuai dengan konsep transaksi:
a. Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss: Komunikasi adalah proses pembentukan makna di
antara dua orang atau lebih.
b. Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson: Komunikasi adalah proses memahami danberbagi
makna.
c. William I. Gordon : Komunikasi adalah suatu transaksi dinamis yang melibatkan gagasan
dan perasaan.
d. Donald Byker dan Loren J. Anderson: Komunikasi adalah berbagi informasi antara dua
orang atau lebih
B. RAGAM TINGKATAN KOMUNIKASI ATAU KONTEKS-KONTEKS
KOMUNIKASI
Secara umum ragam tingkatan komunikasi adalah sebagai berikut:
Komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication) yaitu komunikasi yang terjadi
dalam diri seseorang yang berupa proses pengolahan informasi melalui panca indera dan
sistem syaraf manusia.
Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) yaitu kegiatan komunikasi
yang dilakukan seseorang dengan orang lain dengan corak komunikasinya lebih bersifat
pribadi dan sampai pada tataran prediksi hasil komunikasinya pada tingkatan psikologis yang
memandang pribadi sebagai unik. Dalam komunikasi ini jumlah perilaku yang terlibat pada
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SENIN, 4 MARET 2013
LAPORAN PRESENTASI KOMUNIKASI “DASAR KOMUNIKASI” Page 18
dasarnya bisa lebih dari dua orang selama pesan atau informasi yang disampaikan bersifat
pribadi.
Komunikasi kelompok (group communication) yaitu komunikasi yang berlangsung di
antara anggota suatu kelompok. Menurut Michael Burgoon dan Michael Ruffner dalam
Sendjaja,(1994) memberi batasan komunikasi kelompok sebagai interaksi tatap muka dari
tiga atau lebih individu guna memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki seperti
berbagi informasi, pemeliharaan diri atau pemecahan masalah sehingga semua anggota dapat
menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya dengan akurat.
Komunikasi organisasi (organization communication) yaitu pengiriman dan
penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu
organisasi (Wiryanto, 2005:52).
Komunikasi massa (mass communication). Komunikasi massa dapat didefinisikan
sebagai suatu jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah audien yang tersebar,
heterogen, dan anonim melalui media massa cetak atau elektrolik sehingga pesan yang sama
dapat diterima secara serentak dan sesaat. Kemudian Mulyana (2005:74) juga menambahkan
konteks komunikasi publik. Pengertian komunikasi publik adalah komunikasi antara seorang
pembicara dengan sejumlah besar orang (khalayak). Yang tidak bisa dikenali satu persatu.
Komunikasi demikian sering juga disebut pidato, ceramah atau kuliah (umum). Beberapa
pakar komunikasi menggunakan istilah komunikasi kelompok besar (large group
communication) untuk komunikasi ini.
C. FUNGSI KOMUNIKASI
William I. Gorden (dalam Deddy Mulyana, 2005:5-30) mengkategorikan fungsi
komunikasi menjadi empat, yaitu:
Sebagai komunikasi sosial
Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa
komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk
kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan,
antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur, dan memupuk hubungan hubungan
orang lain. Melalui komunikasi kita bekerja sama dengan anggota masyarakat (keluarga,
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SENIN, 4 MARET 2013
LAPORAN PRESENTASI KOMUNIKASI “DASAR KOMUNIKASI” Page 19
kelompok belajar, perguruan tinggi, RT, desa, ..., negara secara keseluruhan) untuk mencapai
tujuan bersama.
Pembentukan konsep diri. Konsep diri adalah pandangan kita mengenai diri kita, dan
itu hanya bisa kita peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada kita. Melalui
komunikasi dengan orang lain kita belajar bukan saja mengenai siapa kita, namun juga
bagaimana kita merasakan siapa kita. Anda mencintai diri anda bila anda telah dicintai; anda
berpikir anda cerdas bila orang-orang sekitar anda menganggap anda cerdas; anda merasa
tampan atau cantik bila orang-orang sekitar anda juga mengatakan demikian. George Herbert
Mead (dalam Jalaluddin Rakhmat, 1994) mengistilahkan significant others (orang lain yang
sangat penting) untuk orang-orang disekitar kita yang mempunyai peranan penting dalam
membentuk konsep diri kita. Ketika kita masih kecil, mereka adalah orang tua kita, saudara-
saudara kita, dan orang yang tinggal satu rumah dengan kita. Richard Dewey dan W.J.
Humber (1966) menamai affective others, untuk orang lain yang dengan mereka kita
mempunyai ikatan emosional. Dari merekalah, secara perlahan-lahan kita membentuk konsep
diri kita. Selain itu, terdapat apa yang disebut dengan reference group (kelompok rujukan)
yaitu kelompok yang secara emosional mengikat kita, dan berpengaruh terhadap
pembentukan konsep diri kita. Dengan melihat ini, orang mengarahkan perilakunya dan
menyesuaikan dirinya dengan ciri-ciri kelompoknya. Kalau anda memilih kelompok rujukan
anda Ikatan Dokter Indonesia, anda menjadikan norma-norma dalam Ikatan ini sebagai
ukuran perilaku anda. Anda juga meras diri sebagai bagian dari kelompok ini, lengkap
dengan sifat-sifat doketer menurut persepsi anda.
Pernyataan eksistensi diri. Orang berkomunikasi untuk menunjukkan dirinya eksis.
Inilah yang disebut aktualisasi diri atau lebih tepat lagi pernyataan eksistensi diri. Fungsi
komunikasi sebagai eksistensi diri terlihat jelas misalnya pada penanya dalam sebuah
seminar. Meskipun mereka sudah diperingatkan moderator untuk berbicara singkat dan
langsung ke pokok masalah, penanya atau komentator itu sering berbicara panjang lebarm
mengkuliahi hadirin, dengan argumen-argumen yang terkadang tidak relevan.
Untuk kelangsungan hidup, memupuk hubungan, dan memperoleh kebahagiaan.
Sejak lahir, kita tidak dapat hidup sendiri untuk mempertahankan hidup. Kita perlu dan harus
berkomunikasi dengan orang lain, untuk memenuhi kebutuhan biologis kita seperti makan
dan minum, dan memnuhi kebutuhan psikologis kita seperti sukses dan kebahagiaan. Para
psikolog berpendapat, kebutuhan utama kita sebagai manusia, dan untuk menjadi manusia
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SENIN, 4 MARET 2013
LAPORAN PRESENTASI KOMUNIKASI “DASAR KOMUNIKASI” Page 20
yang sehat secara rohaniah, adalah kebutuhan akan hubungan sosial yang ramah, yang hanya
bisa terpenuhi dengan membina hubungan yang baik dengan orang lain. Abraham Moslow
menyebutkan bahwa manusia punya lima kebutuhan dasar: kebutuhan fisiologis, keamanan,
kebutuhan sosial, penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Kebutuhan yang lebih dasar harus
dipenuhi terlebih dahulu sebelum kebuthan yang lebih tinggi diupayakan. Kita mungkin
sudah mampu kebuthan fisiologis dan keamanan untuk bertahan hidup. Kini kita ingin
memenuhi kebutuhan sosial, penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Kebutuhan ketiga dan
keempat khususnya meliputi keinginan untuk memperoleh rasa lewat rasa memiliki dan
dimiliki, pergaulan, rasa diterima, memberi dan menerima persahabatan. Komunikasi akan
sangat dibutuhkan untuk memperoleh dan memberi informasi yang dibutuhkan, untuk
membujuk atau mempengaruhi orang lain, mempertimbangkan solusi alternatif atas masalah
kemudian mengambil keputusan, dan tujuan-tujuan sosial serta hiburan.
Sebagai komunikasi ekspresif
Komunikasi berfungsi untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita.
Perasaan-perasaan tersebut terutama dikomunikasikan melalui pesan-pesan nonverbal.
Perasaan sayang, peduli, rindu, simpati, gembira, sedih, takut, prihatin, marah dan benci
dapat disampaikan lewat kata-kata, namun bisa disampaikan secara lebih ekpresif lewat
perilaku nonverbal. Seorang ibu menunjukkan kasih sayangnya dengan membelai kepala
anaknya. Orang dapat menyalurkan kemarahannya dengan mengumpat, mengepalkan tangan
seraya melototkan matanya, mahasiswa memprotes kebijakan penguasa negara atau penguasa
kampus dengan melakukan demontrasi.
Sebagai komunikasi ritual
Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan
sepanjang hidup, yang disebut para antropolog sebaga rites of passage, mulai dari upacara
kelahiran, sunatan, ulang tahun, pertunangan, siraman, pernikahan, dan lain-lain. Dalam
acara-acara itu orang mengucapkan kata-kata atau perilaku-perilaku tertentu yang bersifat
simbolik. Ritus-ritus lain seperti berdoa (salat, sembahyang, misa), membaca kitab suci, naik
haji, upacara bendera (termasuk menyanyikan lagu kebangsaan), upacara wisuda, perayaan
lebaran (Idul Fitri) atau Natal, juga adalah komunikasi ritual. Mereka yang berpartisipasi
dalam bentuk komunikasi ritual tersebut menegaskan kembali komitmen mereka kepada
tradisi keluarga, suku, bangsa. Negara, ideologi, atau agama mereka.
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SENIN, 4 MARET 2013
LAPORAN PRESENTASI KOMUNIKASI “DASAR KOMUNIKASI” Page 21
Sebagai komunikasi instrumental
Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum, yaitu:
menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap, menggerakkan tindakan, dan
juga menghibur.
Sebagai instrumen, komunikasi tidak saja kita gunakan untuk menciptakan dan
membangun hubungan, namun juga untuk menghancurkan hubungan tersebut. Studi
komunika membuat kita peka terhadap berbagai strategi yang dapat kita gunakan dalam
komunikasi kita untuk bekerja lebih baik dengan orang lain demi keuntungan bersama.
Komunikasi berfungsi sebagi instrumen untuk mencapai tujuan-tujuan pribadi dan pekerjaan,
baik tujuan jangka pendek ataupun tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek misalnya
untuk memperoleh pujian, menumbuhkan kesan yang baik, memperoleh simpati, empati,
keuntungan material, ekonomi, dan politik, yang antara lain dapat diraih dengan pengelolaan
kesan (impression management), yakni taktik-taktik verbal dan nonverbal, seperti berbicara
sopan, mengobral janji, mengenakankan pakaian necis, dan sebagainya yang pada dasarnya
untuk menunjukkan kepada orang lain siapa diri kita seperti yang kita inginkan.
Sementara itu, tujuan jangka panjang dapat diraih lewat keahlian komunikasi,
misalnya keahlian berpidato, berunding, berbahasa asing ataupun keahlian menulis. Kedua
tujuan itu (jangka pendek dan panjang) tentu saja saling berkaitan dalam arti bahwa
pengelolaan kesan itu secara kumulatif dapat digunakan untuk mencapai tujuan jangka
panjang berupa keberhasilan dalam karier, misalnya untuk memperoleh jabatan, kekuasaan,
penghormatan sosial, dan kekayaan.
Berkenaan dengan fungsi komunikasi ini, terdapat beberapa pendapat dari para
ilmuwan yang bila dicermati saling melengkapi.[1] Misal pendapat Onong Effendy (1994), ia
berpendapat fungsi komunikasi adalah menyampaikan informasi, mendidik, menghibur, dan
mempengaruhi. Sedangkan Harold D Lasswell (dalam Nurudin, 2004 dan Effendy, 1994:27)
memaparkan fungsi komunikasi sebagai berikut:
1. Penjajagan/pengawasan lingkungan (surveillance of the information) yakni
penyingkapan ancaman dan kesempatan yang mempengaruhi nilai masyarakat.
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SENIN, 4 MARET 2013
LAPORAN PRESENTASI KOMUNIKASI “DASAR KOMUNIKASI” Page 22
2. Menghubungkan bagian-bagian yang terpisahkan dari masyarakat untuk
menanggapi lingkungannya .
3. Menurunkan warisan sosial dari generasi ke generasi berikutnya.
D. ETIKA KOMUNIKASI
Dalam berkomunikasi tentunya ada adab atau etika yang harus diperhatikan di setiap
prosesnya.
Arti dari Etika itu sendiri adalah ‘karakter’ yang berasal dari bahasa Yunani dari kata
ethos. Watak kesusilaan atau adat kebiasaan di mana etika berhubungan erat dengan individu
atau kelompok sebagai alat penilai kebenaran atau evaluasi terhadap sesuatu yang telah
dilakukan.
Etika yang baik dalam berkomunikasi adalah :
1. Terbuka
Jujur kepada lawan bicara kita bukan berarti hal yang memalukan. Terbuka yang
artinya tidak mengarang-ngarang cerita untuk membuat lawan bicara kita tertarik kepada kita.
Orang cenderung akan menghargai kita jika kita lebih menjadi apa adanya tanpa dibuat-buat.
Apalagi dalam beralasan hendaknya yang berlogika
2. Fokus
Perhatian penuh terhadap lawan bicara terbilang penting karena semua orang ingin
dimengerti maksud dari pembicaraannya sehingga hambatan akang jarang dan bahkan tidak
akan terjadi sama sekali. Dengan fokusnya kita terhadap teman bicara kita, maka muncullah
sikap saling peduli dan empati
3. Mendengar
Mendengar lawan bicara dengan baik adalah kunci paling utama dalam
berkomunikasi. Kita harus tahu topik apa dan problem apa yang disampaikan oleh lawan
bicara. Jikalau terjadi miss communication seperti tiba-tiba hilang fokus, baiknya untuk jujur
dengan bertanya atau mengulang perkataan yang hilang. Interval dalam berbicara pun harus
diperhatikan. Karena jika kita sudah mengerti interval, maka kita bisa tahu kapan kita mulai
bicara tanpa memotong pembicaraan.
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SENIN, 4 MARET 2013
LAPORAN PRESENTASI KOMUNIKASI “DASAR KOMUNIKASI” Page 23
4. Mengerti
Kita harus paham lawan bicara kita dari segi latar belakang dan kondisi yang di
alaminya agar hambatan yang terjadi tidak saling merugikan satu sama yang lain. Tidak
mudah emosi dan saling peduli
5. Sopan
Postur badan dan posisi badan akan menjadi bahasa tubuh yang menyenangkan jika
dikondisikan dengan baik. Bersikap sopan apabila ingin kesan pertama terlihat baik, kecuali
sudah lama kenal sehingga itu sudah tidak menjadi masalah lagi kepada si lawan bicara.
Postur/posisi yang baik saat berbicara adalah saat kita menghadap teman bicara kita sehingga
kita mau mendengar dan terbuka kepadanya dengan harapan yang sama. Pakaian juga dapat
menentukan persepsi. Kesan yang ditimbulkan jika kita memakai setelan pas di tempat yang
sesuai akan menimbulkan kesan baik. Tidak mungkin memakai piyama di tempat kerja
karena pada dasarnya piyama adalah baju tidur. Setiap tempat mempunyai standar yang
berbeda untuk menimbulkan kesan yang berbeda pula.
BAB IV
DATA OBSERVASI LINGKUNGAN, GRAFIK &
SCREENSHOT
INSTIT
LAPORA
TUT TEKNO
AN PRESENT
OLOGI SEPU
TASI KOMU
ULUH NOPE
NIKASI “DA
EMBER
ASAR KOMUN
NIKASI”
SENIIN, 4 MAREET 2013
Page 24
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SENIN, 4 MARET 2013
LAPORAN PRESENTASI KOMUNIKASI “DASAR KOMUNIKASI” Page 25
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SENIN, 4 MARET 2013
LAPORAN PRESENTASI KOMUNIKASI “DASAR KOMUNIKASI” Page 26
DAFTAR PUSTAKA
Rakhmat, Jalaluddin (1985), Psikologi Komunikasi – Edisi Revisi, PT. Remaja Rosdakarya,
cetakan keduapuluhtiga, Bandung, 2005.
Rivers, William L., Jay W. Jensen, & Theodore Peterson (2003), Media Massa & Masyarakat
Modern, edisi kedua, Prenada Media, Jakarta, 2003.
Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Grasindo.
Effendy, Onong Uchjana, Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Pengantar Ilmu
Komunikasi, Jakarta:Grasindo.Rosdakarya.
Mulyana, Deddy. 2001. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Rosda.
Prof. Richard L. Johannesen, Profesor Komunikasi dari Northen Illinois University dalam
buku "Ethics in Human Communication"
Sumber Internet dan Lainnya
pustaka.uns.ac.id
http://definisimu.blogspot.com/2012/10/definisi-komunikasi.html
http://athenlengkong.blogspot.com/2011/03/faktor-faktor-penunjang-dan
penghambat.html
http://communicateam.wordpress.com/2009/02/04/dampak-media-pada-
mahasiswa-%E2%80%93-efek-kognitif-afektif-behavioral-dan-kehadiran-
media/