Upload
riskesusanti
View
3.400
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
UPAYA PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN
MENGGUNAKAN LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR PADA
SISWA KELAS IV SDN KATIKAN I KECAMATAN KEDUNGGALAR
KABUPATEN NGAWI TAHUN PELAJARAN 2012/2013
oleh :
Lisa Atik Suryaningsih
09141131/7D/PGSD
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
IKIP PGRI MADIUN
2012
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang lebih mulia selain mengucap puji syukur kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia – Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan laporan yang berjudul “Upaya Peningkatkan
Kemampuan Menulis Puisi dengan Menggunakan Lingkungan Sebagai Sumber
Belajar pada Siswa Kelas IV SDN Katikan I Kecamatan Kedunggalar Kabupaten
Ngawi Tahun Pelajaran 2012/2013”.
Sholawat serta salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW beserta keluarganya, keturunanya, sahabat serta siapa saja yang
selalu mengikuti sunah tauladannya.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan penulisan laporan ini tidak
terlepas dari dorongan, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu
penulis menyampaikan banyak-banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Dr.H. Parji, M.Pd, selaku rektor di IKIP PGRI Madiun.
2. Bapak Drs.H.Ibadullah Malawi, M.Pd, selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
3. Bapak Edy Siswanto, M.Pd selaku dosen pembimbuing yang selalu
membimbing dengan penuh kesabaran, walaupun beliau sibuk namun tetap
bertanggung jawab dan professional dalam membimbing dan mengarahkan
penulis sampai penullisan laporan ini terselesaikan.
4. Bapak Suparno, S.Pd, selaku kepala SDN Katikan I Kecamatan kedunggalar,
Kabupaten Ngawi.
5. Teman-teman PGSD 7D yang selalu membantu, bekerjasama dan sumbang
saran dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis
tetap mengharapkan kritik dan saran untuk kebaikan penulisan ini. Semoga
laporan ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua. Amin.
Madiun, Januari 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................... 1
B. Identifikasi Masalah...................................................................... 4
C. Batasan Masalah........................................................................... 4
D. Rumusan Masalah ........................................................................ 4
E. Tujuan Penelitian ......................................................................... 5
F. Manfaat Penelitian....................................................................... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA .......................................................................... 6
A. Kajian Teori.................................................................................. 6
1. Pengertian Menulis.................................................................. 6
2. Pengertian Puisi........................................................................ 7
3. Lingkungan Sebagai Sumber Belajar....................................... 9
B. Kerangka Berpikir......................................................................... 12
C. Hipotesis Tindakan ...................................................................... 13
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.......................................................... 14
A. Tempat dan Waktu Penelitian....................................................... 14
B. Subyek Penelitian.......................................................................... 14
C. Prosedur Penelitian....................................................................... 14
D. Pengumpulan Data ....................................................................... 19
E. Analisis Data ................................................................................ 19
F. Jadwal Penelitian.......................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 24
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
Peningkatan mutu pendidikan dapat dilakukan dengan berbagai cara,
salah satunya adalah dengan berusaha untuk memahami gaya belajar peserta
didik dan bagaimana informasi yang diperoleh dapat diproses dalam pikiran
peserta didik sehingga menjadi miliknya serta bertahan lama dalam
pikirannya. Dengan kata lain perlu disadari bahwa peserta didik merupakan
sumber daya manusia sebagai aset bangsa yang sangat berharga. Oleh karena
itu perlu diupayakan penerapan iklim belajar yang tepat untuk mendapatkan
lulusan yang kreatif, inovatif, dan berkeinginan untuk maju melalui
pemanfaatan sumber belajar untuk mengembangkan potensinya secara utuh
dan optimal.
Berbagai upaya telah ditempuh untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran antara lain: pembaharuan dalam kurikulum, perubahan dalam
menggunakan model pembelajaran dan lain-lain. Selama ini kegiatan
pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas masih berpusat kepada guru,
sehingga siswa cenderung kurang aktif. Banyak cara yang dapat dilaksanakan
agar siswa menjadi aktif, salah satunya dengan mengubah paradigma
pembelajaran. Guru bukan sebagai pusat pembelajaran, melainkan sebagai
pembimbing, motivator, dan fasilitator. Selama kegiatan pembelajaran
berlangsung, siswa yang dituntut aktif sehingga guru tidak merupakan peran
utama pembelajaran.
Kenyataan yang ada adalah siswa hanya menerima pelajaran yang
diberikan oleh guru. Dan selama proses belajar mengajar berlangsung
keaktifan siswa sangat kurang. Hal ini menggambarkan belajar secara
tradisional dimana siswa hanya mendengar penjelasan guru sebagai satu-
satunya sumber. Sedangkan diketahui kemampuan guru terbatas dari segi
keterampilan maupun pengetahuan.
Pada pengajaran Bahasa Indonesia menurut pengamatan penulis
kondisi memprihatinkan terjadi dalam menulis puisi. Para siswa apabila
disuruh menulis puisi merasa kesulitan dan hasilnya kurang memuaskan. Guru
juga kurang memberikan perhatian yang penuh terhadap kemampuan menulis
puisi siswa. Hal ini disebabkan karena para guru lebih banyak menekankan
pada kemampuan bahasa Indonesia, khususnya pada tata bahasa.
Menulis di sekolah dasar sejak dini harus mulai diberikan dan dilatih
kepada murid-murid. Guru bahasa Indonesia di sekolah dasar hendaknya aktif
dan peduli dengan kondisi pengajaran bahasa Indonesia yang saat ini
dirasakan sangat memprihatinkan. Dari aspek guru, menurut pengamatan
penulis kondisi di atas disebabkan masih banyaknya guru yang belum melatih
ketrampilan menulis atau kepada siswa. Dalam pengajarannya, guru belum
menyentuh aspek keterampilan menulis yang sebenarnya, tetapi masih
mengajarkan teori menulis.
Keadaan masing-masing sekolah dasar yang berbeda dari segi sarana
dan prasarana juga menjadi penyebab rendahnya kemampuan menulis siswa di
sekolah dasar. Sarana dan prasarana yang sangat kurang, khususnya pada
penyediaan buku cerita anak-anak juga menyebabkan anak kurang mau
membaca. Akibatnya anak-anak kurang memiliki wawasan.
Faktor lain menurut penulis adalah penggunaan pendekatan
pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam mengajar di sekolah dasar.
Masih banyak sekolah dasar yang menggunakan pendekatan yang kurang
mengaktifkan siswa dalam pembelajarannya. Guru lebih banyak
mendominasi pembelajarannya. Dalam mengajarkan menulispun, banyak guru
yang sekedar hanya mengajarkan teori-teori tentang menulis. Kemampuan
menulis merupakan bentuk keterampilan murid-murid dalam menuangkan
gagasan, isi hati, ide-ide, pikiran-pikiran yang ada dalam dirinya. Dengan
banyak latihan menulis, para murid akan terampil dan mampu menulis.
Selain itu kondisi dalam diri siswa juga ikut menentukan berhasil
tidaknya guru dalam mengajarkan keterampilan menulis. Adanya keinginan
dan dorongan untuk mengikuti pelajaran bahasa Indonesia dengan baik.
Seseorang akan berhasil kalau pada dirinya sendiri ada keinginan untuk
belajar.
Oleh karena itu, seharusnya tidak ada lagi guru yang enggan
menggunakan media atau sumber pembelajaran karena alasan ketiadaan
biaya. Karena begitu banyak jenis media belajar yang dapat kita peroleh
secara mudah dan murah di sekitar kita. Yang diperlukan adalah kemauan,
kejelian dan kreatifitas kita dalam memilih dan mendayagunakan potensi
berbagai sumber dan media belajar yang ada di sekeliling kita. Sehingga
perlu dikembangkan pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan
siswa dalam menulis terutama menulis puisi.
Sumber belajar sebenarnya tidak harus memakai yang mahal. Bahan-
bahan sederhanapun bisa dijadikian sumber belajar yang berharga. Belajar
dengan meggunakan sumber belajar adalah sistem belajar yang berorientasi
pada siswa. Fenomena yang dilihat sekarang ini sumber belajar yang tersedia
di lingkungan masih kurang dimanfaatkan sehinggan pelaksanaan proses
belajar mengajar kurang optimal yang lebih jauh mengakibatkan mutu
pendidikan yang diharapkan belum tercapai.
Sumber belajar sebagaimana diketahui adalah sarana atau fasilitas
pendidikan yang merupakan komponen penting untuk terlaksananya proses
belajar mengajar di sekolah. Dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar
guru sewajarnya menggunakan sumber-sumber belajar, karena pemanfaatan
sumber belajar merupakan hal yang sangat penting dalam konteks belajar
mengajar. Dikatakan demikian karena memanfaatkan sumber belajar akan
dapat membantu dan memberikan kesempatan belajar yang berpartisipasi
serta dapat memberikan perjalanan belajar yang konkret. Kemudian dapat
juga memperluas cakrawala dalam kelas, sehingga tujuan yang telah
ditentukan dapat dicapai secara efisien dan efektif. Sumber belajar dapat
diartikan sebagai segala hal di luar diri anak didik yang memungkinkan untuk
belajar, dapat berupa pesan, orang, bahan, alat, teknik dan lingkungan.
Lingkungan sebagai sumber belajar berada dalam ranah praktek bukan teori.
Pelaku pendidikan yang menggunakan lingkungan sebagai sumber belajarnya
akan muncul kepermukaan sebagai guru kreatif, inspiratif, dan potensial.
Lingkungan menjadi motivasi instrinsik bagi pelaku pendidikan dalam
mengembangkan kompetensi kepribadiannya.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis akan mengadakan penelitian
dengan judul: “Upaya Peningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Dengan
Menggunakan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Pada Siswa Kelas IV
SDN Katikan I Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran
2012/2013”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah dalam penelitian ini
dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Kondisi kemampuan menulis puisi siswa di sekolah dasar.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan menulis puisi siswa.
3. Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar.
C. Batasan Masalah
Fokus masalah PTK ini adalah “upaya peningkatkan kemampuan
menulis puisi dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar pada
siswa kelas IV SDN Katikan I Kec. Kedunggalar tahun ajaran 2012/2013”.
D. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas banyak
permasalahan yang dapat dijadikan bahan kajian. Adapun masalah yang
dirumuskan : “Apakah penerapan pembelajaran dengan menggunakan
lingkungan sebagai sumber belajar dapat meningkatkan kemampuan menulis
puisi pada siswa kelas IV SDN Katikan I Kec. Kedunggalar Kabupaten
Ngawi tahun ajaran 2012/2013?”
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada dalam penelitian ini adalah
Untuk mendeskripsikan penerapan pembelajaran dengan menggunakan
lingkungan sebagai sumber belajar dapat meningkatkan kemampuan menulis
puisi pada siswa kelas IV SDN Katikan I Kec. Kedunggalar Kabupaten
Ngawi tahun ajaran 2012/2013”.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan ilmu
pengetahuan, khususnya teori menulis.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi atau masukan
bagi guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia untuk melatih
kemampuan siswa dalam menulis puisi khususnya dengan penggunaan
lingkungan sebagai sumber belajar.
b. Bagi Siswa
Hasil penelitian dapat memberikan pengalaman dalam melatih
kemampuan menulis puisi.
c. Bagi Sekolah
Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dan
bahan kajian penelitian lebih lanjut.
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. KAJIAN TEORI
1. Pengertian menulis
Menulis adalah suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau
informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara. Kemampuan setiap
individu berbeda-beda. Setiap kemampuan saling berhubungan membentuk
suatu tindakan. Akhmad Sudrajad membagi kemampuan menjadi 2 jenis,
yaitu : 1) actual ability adalah kecakapan nyata yang merupakan kecakapan
yang diperoleh karena belajar yang dapat segera didemonstrasikian atau diuji
sekarang. dan 2) potencial ability adalah kecakapan yang masih terkandung
dalam diri individu dan diperoleh dari faktor keturunan.
Henry Guntur tarigan ( 1986: 15) menyatakan bahwa menulis adalah
kegiatan menuangkan ide/gagasan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai
media penyampainya. Menurut Djago Tarigan dalam Elina Syarif,
Zulkarnaini, Sumarno ( 2009:5) menulis berarti mengekspresikan secara
tertulis gagasan, ide, pendapat atau pikiran dan perasaan. Lado dalam Elina
Syarif, Zulkarnaini, Sumarno ( 2009:5) juga mengungkapkan pendapatnya
mengenai menulis yaitu meletakkan simbol grafis yang mewakili bahasa yang
dimengerti orang lain. Menulis dapat dianggap sebagai suatu proses maupun
suatu hasil. Menulis merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang
untuk menghasilakan sebuah tulisan. Menurut Heaton dalam St. Y
Slamet( 2008:141) menulis merupakan keterampilan yang sukar dan
kompleks. Menurut Gebhardt dan Dawn Rodrigues ( 1989: 1) writing is one
of the most important things you do in college. Menulis merupakan salah satu
hal yang paling penting yang dilakukan di sekolah. Kemampuan menulis
yang baik memegang peranan yang penting dalam kesuksesan. Menurut Eric
Gould, Robert Diyanni dan William smith ( 1989: 18 ) menyebutkan writing
is a creative act, the act of writing is creative because its requires to
interpretor make sense of something : a experience, a text, an event. Menulis
adalah perilaku kreatif, perilaku menulis kreatif karena membutuhkan
pemahaman atau merasakan sesuatu: sebuah pengalaman, tulisan peristiwa.
M. Atar Semi (2007: 14) menulis adalah suatu proses kreatif memindahkan
gagasan ke lambang-lambang tulisan. Menurut McCrimmon dalam St. Y
Slamet( 2008:141) menulis merupakan kegiatan menggali pikiran dan
perasaan mengenai sutu subjek, memilih-milih yang akan ditulis,
mementukan cara menulisnya sehingga pembaca dapat memahaminya dengan
mudah dan jelas.
Menurut Raimes (1987) (dalam www.puskur.net) tujuan pembelajaran
menulis meliputi (1) memberikan penguatan (reinforcement), (2) memberikan
pelatihan (training), (3) membimbing siswa melakukan peniruan atau imitasi
(imitation), (4) melatih siswa berkomunikasi (communication), (5) membuat
siswa lebih lancar dalam berbahasa (fluency), dan (6) menjadikan siswa lebih
giat belajar (learning).
2. Pengertian Puisi:
Puisi dari bahasa Yunani kuno yaitu poiéo/poió = I create adalah seni
tertulis di mana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan,
atau selain arti semantiknya. Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam membaca
puisi sebagai berikut:
Ketepatan ekspresi/mimik
Ekpresi adalah pernyataan perasaan hasil penjiwaan puisi. Mimik adalah
gerak air muka.
Kinesik yaitu gerak anggota tubuh.
Kejelasan artikulasi
Artikulasi yaitu ketepatan dalam melafalkan kata- kata.
Timbre yaitu warna bunyi suara (bawaan) yang dimilikinya.
Irama puisi artinya panjang pendek, keras lembut, tinggi rendahnya suara.
Intonasi atau lagu suara
Dalam sebuah puisi, ada tiga jenis intonasi antara lain sebagai berikut :
1. Tekanan dinamik yaitu tekanan pada kata- kata yang dianggap penting.
2. Tekanan nada yaitu tekanan tinggi rendahnya suara. Misalnya suara tinggi
menggambarkan keriangan, marah, takjub, dan sebagainya. Suara rendah
mengungkapkan kesedihan, pasrah, ragu, putus asa dan sebagainya.
3. Tekanan tempo yaitu cepat lambat pengucapan suku kata atau kata. Unsur-unsur puisi
Unsur-unsur puisi meliputi struktur fisik dan struktur batin puisi
a. Struktur Fisik Puisi
Struktur fisik puisi terdiri dari:
Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak
dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi
yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda
titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.
Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam
puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata
dapat. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna,
keselarasan bunyi, dan urutan kata.
Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan
pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan.
Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji
penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat
mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, medengar, dan merasakan
seperti apa yang dialami penyair.
Kata konkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang
memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan
kiasan atau lambang.
Gaya bahasa, yaitu penggunaan bahasa yang dapat
menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu.
Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya
memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Gaya bahasa disebut
juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara lain metafora, simile,
personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora,
pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto,
totem pro parte, hingga paradoks.
Rima/Irama adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan
akhir baris puisi. Rima mencakup:
a) Onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek
magis pada puisi Sutadji C.B.),
b) Bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir,
persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi
bunyi [kata], dan sebagainya
c) Pengulangan kata/ungkapan. Ritma merupakan tinggi rendah, panjang
pendek, keras lemahnya bunyi. Rima sangat menonjol dalam
pembacaan puisi.
b. Struktur Batin Puisi
Struktur batin puisi terdiri dari
Tema/makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah
hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna
tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.
Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang
terdapat dalam puisinya.
Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga
berhubungan dengan tema dan rasa.
Amanat/tujuan/maksud (itention); yaitu pesan yang ingin disampaikan
penyair kepada pembaca.
3. Lingkungan sebagai sumber belajar
a. Pengertian lingkungan
Devinisi lingkungan, jika dilihat secara makna lingkungan berarti
segala sesuatu benda baik hidup ataupun matiyang ada di sekitar kita.
Tujuan lingkungan sebagai sunmber belajar dalam proses belajar
mengajar, terkadang guru menampilkan sosok tiruan benda yang
sebenarnya yang dijadikian sebagai objek pelajaran, akan tetapi lebih
mengena apabila murid diajak langsung ke alam ( lingkungan).
Tujuan pemilihan lingkungan sebagai sumber belajar adalah sebagai
berikut:
1) Supaya kegiatan pembelajaran lebih menarik dan tidak membosankan,
siswa duduk berjam-jam sehingga motivasi belajar siswa akan lebih
tinggi.
2) Supaya hakikat belajar lebih bermakna, sebab siswa dihadapkan pada
keadaan yang sebenarnya.atau bersifat alami.
3) Bahan-bahan yangdapat dipelajari lebih kaya serta lebih faktual
sehingga kebenarannya lebih akurat.
4) Kegiatan belajar siswa lebih lebih komprehensif dan lebuh aktif
sebab dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti mengamati,
bertanya atau wawancara, membuktikan atau mendemostrasikan,
menguji fakta dan lain-lain.
5) Sumber belajar menjadi lebih kaya sebab lingkungan yang dapat
dipelajari bisa beraneka ragam seperti lingkungan sosial, lingkungan
alam, lingkungan buatan dan lain-lain.
6) Siswa dapat memahami dan menghayati aspek-aspek kehidupan yang
ada di lingkungannya, sehingga dapat membentuk pribadi yang tidak
asing dengan kehidupan di sekitarnya, serta dapat memupuk cinta
lingkungan.
b. Teknik penggunaan lingkungan
Ada beberapa cara bagaimana mempelajari lingkungan sebagai
media dan sumber belajar:
1) Dengan survei, yakni siswa menginjungi lingkungan seperti
masyarakat setempat untuk mempelajari proses soail, budaya,
ekonomi, kependudukan dan lain-lain. Kegiatan belajar dilakukan
siswa melalui observasi, wawancara, dengan beberapa pihak yang
dipandang perlu, mempelajari data atau dokumen yang ada.
2) Dengan berkemah, yakni siswa dapat menghayati bagaimana
kehidupan alam seperti suhu, iklim, suasana dan lain-lain.
3) Field trip atau karyawisata, yakni kunjungan siswa keluar kelas
untuk mempelajari objek tertentu sebagai bagian integral dari
kegiatan kurikulum di sekolah.
4) Praktek lapangan, yakni dilakukan sisa untuk memperoleh
keterampilan dan kecakapoan khusus.
5) Mengundang narasumber, yakni narasumber memberikan
penjelasan mengenai keahliannya dihadapan para siswa.
c. Jenis Lingkungan Belajar
Dari semua lingkungan masyarakat yang dapat digunakan dalam
proses pendidikan atau pengajaran secara umum dapat dikategorikan
menjadi tiga macam lingkungan belajar, yakni
1) Lingkungan sosial
lingkungan sosial sebagai sumber belajar berkenaan dengan interaksi
manusia dengan kehidupan masyarakat, seperti organisasi, sosial, adat
dan kebiasaan.
2) Lingkungan alam,
3) Lingkungan buatan.
d. Keuntungan Memanfaatkan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar
Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber pembelajaran memiliki
banyak keuntungan. Beberapa beberapa keuntungan tersebut antara
lain:
1) Menghemat biaya, karena memanfaatkan benda-benda yang telah
ada di lingkungan.
2) Praktis dan mudah dilakukan, tidak memerlukan peralatan khusus
seperti listrik.
3) Memberikan pengalaman yang riil kepada siswa, pelajaran menjadi
lebih konkrit, tidak verbalistik.
4) Karena benda-benda tersebut berasal dari lingkungan siswa, maka
benda-benda tersebut akan sesuai dengan karakteristik dan
kebutuhan siswa. Hal ini juga sesuai dengan konsep pembelajaran
kontekstual (contextual learning).
5) Pelajaran lebih aplikatif, maksudnya materi belajar yang diperoleh
siswa melalui media lingkungan kemungkinan besar akan dapat
diaplikasikan langsung, karena siswa akan sering menemui benda-
benda atau peristiwa serupa dalam kehidupannya sehari-hari.
6) Media lingkungan memberikan pengalaman langsung kepada siswa.
Dengan media lingkungan, siswa dapat berinteraksi secara langsung
dengan benda, lokasi atau peristiwa sesungguhnya secara alamiah.
7) Lebih komunikatif, sebab benda dan peristiwa yang ada di
lingkungan siswa biasanya mudah dicerna oleh siswa, dibandingkan
dengan media yang dikemas (didesain).
Dengan memahami berbagai keuntungan tersebut, seharusnya kita
dapat tergugah untuk memanfaatkan semaksimal mungkin lingkungan
di sekitar kita untuk menunjang kegiatan pembelajaran kita. Lingkungan
kita menyimpan berbagai jenis sumber dan media belajar yang hampir tak
terbatas. Lingkungan dapat kita manfaatkan sebagai sumber belajar
untuk berbagai mata pelajaran. Kita tinggal memilihnya berdasarkan
prinsip-prinsip atau kriteria pemilihan media dan menyesuaikannya
dengan tujuan, karakteristik siswa dan topik pelajaran.
B. Kerangka Berpikir
Masalah- masalah yang ada setelah melakukan penelitian di SDN
Katikan I, Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi adalah kemampuan
siswa dalam menulis puisi masih rendah, karena siswa masih kurang kreatif
dalam membuat sebuah puisi. Hal ini disebabkan karena sumber belajar yang
digunakan masih kurang.
Untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi pasa siswa perlu
digunakan suatu inovasi. Inovasi tersebut adalah penggunaan lingkungan
sebagai sumber belajar. Tujuan dari penggunaan lingkungan sebagai sumber
belajar adalah untuk membantu dan memberikan kesempatan belajar yang
berpartisipasi serta dapat memberikan perjalanan belajar yang konkret selain
itu dapat juga memperluas cakrawala dalam kelas, sehingga tujuan yang telah
ditentukan dapat dicapai secara efisien dan efektif sehingga kemampuan
menulis puisi siswa dapat meningkat.
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini, maka dapat
dirumuskan hipotesis tindakan ini adalah sebagai berikut :
o Jika siswa kelas IV SDN Katikan I Kec. Kedunggalar dibelajarkan
menulis puisi dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar
maka kemampuannya menulis puisi akan meningkat.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Katikan I, Kecamatan
Kedunggalar, Kabupaten Ngawi. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan
dimulai dari bulan febrari 2012 sampai bulan juni 2013. Penelitian ini
dilaksanakan di SDN Katikan I, Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi
karena kegiatan belajar mengajar dan kemampuan menulis puisi pada siswa
kelas IV perlu ditingkatkan terutama pada pelajaran Bahasa Indonesia.
B. Subyek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Katikan I, Kecamatan
Kedunggalar, Kabupaten Ngawi, semester 1, tahun pelajaran 2012/2013.
Dengan jumlah siswa sebanyak 20 siswa. Terdiri dari 12 siswa perempuan dan
8 siswa laki-laki.
C. Prosedur Penelitian
a. Rancangan Penelitian
Wina Sanjaya, (2009:26) mengemukakan bahwa penelitian ini
menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas “Penelitian tindakan
kelas merupakan suatu proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam
kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah
tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam
situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut.
Suharsimi Arikunto, (2006:16) mengemukakan bahwa dalam
penelitian tindakan kelas terdapat empat tahapan, yaitu tahap perencanaan,
tahap pelaksanaan, tahap pengamatan, dan refleksi.
Rochiati Wiriaatmadja, (2009:13) mengemukakan bahwa
penelitain tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat
mengorganisasikan kondisi praktek pemeblajaran mereka, dan belajar dari
pengalaman mereka sendiri.
Gb 3.1 Model tahapan penelitian tindakan kelas
Agar lebih jelas penulis maka harus diperhatikan hal – hal berikut ini:
a. Tahap perencanaa (planning)
Menurut Suharsimi Arikunto, (2006: 17) Dalam tahap ini
dijelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan
bagaimana tindakan tersebut dilakukan. PTK dilakukan secara
berpasangan atau kolaborasi. Pihak pertama melakukan tindakan dan
pihak kedua yang mengamati proses jalannya tindakan.
b. Tahap pelaksanaan (acting)
Perencanaan
SIKLUS I
Pengamatan
Perncanaan
SIKLUS II
Pengamatan
Pelaksanaan
Pelaksanaan
Refleksi
Refleksi
?
Menurut Supardi, (2006:99) Tahap pelaksanaan merupakan
implementasi atau penerapan isi rancangan. Selama melaksanakan
tindakan, guru sebagai pelaksana tindakan harus mengacu pada
program yang telah dipersiapkan dan disepakati.
c. Tahap pengamatan (observing)
Menurut Suharsimi Arikunto, (2006:19) Tahap pengamatan
berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan tindakan. Kegiatan
pengamatan dilakukan oleh pengamat atau observer.
d. Refleksi (reflecting )
Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa
yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi dilakukan ketika guru
pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan
dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan
tindakan.
SIKLUS I
1. Tahap Perencanaan (planning)
Tahap perencanaan (planning) meliputi sebagai berikut :
a. Melakukan observasi ke sekolah yang akan dijadikan sebagai tempat
penelitian.
b. Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi di kelas.
c. Menentukan pokok bahasan.
d. Menyusun silabus dan RPP.
e. Mempersiapkan instrumen untuk menganalisis data seperti : soal –
soal, pedoman penilaian, format penilaian.
2. Tahap Pelaksanaan (actuating)
Pertemuan I
a. Kegiatan awal
1. Guru membuka pelajaran (memberi salam dan presensi)
2. Guru memberikan apersepsi (melakukan tanya jawab berkaitan
dengan materi yang akan diajarkan)
b. Kegiatan inti
1. Guru menjelaskan materi puisi dan menentukan topik dalam
pembelajaran yaitu tentang lingkungan sekitar.
2. Setelah siswa paham kemudian guru menjelaskan tata cara
pelaksanaan pembelajaran.
3. Siswa disuruh keluar kelas dan menyuruh siswa untuk melihat
pemandangan yang ada di luar.
4. Guru menyuruh siswa untuk mengamati lingkungan yang ada di
sekolah tersebut kemudian menyuruh siswa untuk menulis puisi
sesuai dengan yang diamati.
5. Guru mengamati proses pembelajaran yang berlangsung.
6. Setelah semua selesai guru menyuruh siswa untuk kembali
kedalam kelas dan kemudian mengumpulkan tugas pada guru.
7. Guru mengoreksi hasil kerja siswa.
c. Kegiatan akhir
1. Guru menyimpulkan hasil pembelajaran.
2. Guru memberikan pesan moral.
3. Menanyakan kesan-kesan selama pe,belajaran.
4. Guru menutup pelajaran (salam)
Pertemuan II Pada Siklus II
b. Kegiatan awal
3. Guru membuka pelajaran (memberi salam dan presensi)
4. Guru memberikan apersepsi (melakukan tanya jawab berkaitan
dengan materi yang akan diajarkan)
b. Kegiatan inti
8. Guru menjelaskan materi puisi dan menentukan topik dalam
pembelajaran yaitu tentang lingkungan sekitar.
9. Setelah siswa paham kemudian guru menjelaskan tata cara
pelaksanaan pembelajaran.
10. Siswa disuruh keluar kelas dan menyuruh siswa untuk melihat
pemandangan yang ada di luar.
11. Guru menyuruh siswa untuk mengamati lingkungan yang ada di
sekolah tersebut kemudian menyuruh siswa untuk menulis puisi
sesuai dengan yang diamati.
12. Guru mengamati proses pembelajaran yang berlangsung.
13. Setelah semua selesai guru menyuruh siswa untuk kembali
kedalam kelas dan kemudian mengumpulkan tugas pada guru.
14. Guru mengoreksi hasil kerja siswa.
c. Kegiatan akhir
5. Guru menyimpulkan hasil pembelajaran.
6. Guru memberikan pesan moral.
7. Menanyakan kesan-kesan selama pe,belajaran.
8. Guru menutup pelajaran (salam)
5. Tahap Pengamatan (observing)
Observasi dilakukan secara kolaboratif antara pihak I (peneliti) dan
pihak II (guru). Pada tahap ini, pengumpulan data dilakukan dengan
pengamatan disertai pencatatan secara teratur terhadap obyek yang diteliti.
Data yang diamati adalah pencapaian prestasi siswa
6. Refleksi
Dalam tahap ini peneliti menganalisa hasil pengamatan yang diperoleh
untuk menentukan langkah-langkah perbaikan pada siklus berikutnya
apabila ditemukan kelemahan maupun temuan-temuan lain yang
menyebabkan kesulitan pada siklus yang bersangkutan.
SIKLUS II
Tahapan dalam siklus II pada prinsipnya sama dengan tahapan dalam
siklus I yang meliputi tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap
pengamatan, dan refleksi. Tindakan pada siklus II akan mengalami
beberapa perubahan, didasarkan atas analisis perubahan dan analisis
refleksi pada siklus I. Perubahan yang dilakukan pada siklus II ini
dilakukan dengan harapan agar terjadi peningkatan prestasi siswa dan
kreativitas.
D. Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang valid, diperlukan suatu metode atau
alat pengumpulan data yang tepat. Pengumpulan data adalah prosedur yang
sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan ketepatan
penggunaan. Pengumpulan data sangat ditentukan oleh jenis data pada
penelitian yang akan dikumpulkan.
Dalam penelitian ini dilakukan beberapa macam teknik pengumpulan
data:
a. Tes
Muchtar Buchori (dalam Ibadullah Malawi, 2009:11) tes adalah suatu
percobaan yang diadakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hasil – hasil
pelajaran tertentu pada seseorang murid atau tidaknya.
Test merupakan serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan
untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan dan bakat
yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Pengumpulan data dilakukan
untuk memperoleh data kognitif yaitu melalui tes secara individu.
b. Observasi
Menurut Tatag Yuli Eko Siswono (2008: 25) observasi merupakan
segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan itu
berlangsung dengan atau tanpa alat bantu.
Dalam penelitian ini dilakukan observasi terhadap siswa untuk
memperoleh data peningkatan prestasi belajar siswa. Pengumpulan data
dilakukan dengan lembar observasi berbentuk cheklist.
E. Analisis Data
Data yang sudah terkumpul selama penelitian, selanjutnya dianalisis
sebagai berikut:
a. Tes
Tes digunakan untuk memperoleh data kognitif berupa data
prestasi belajar siswa. Tes diberikan dalam bentuk soal. Ketuntasan
belajar siswa diperoleh dengan rumus sebagai berikut:
Menurut Suharsimi Arikunto ( dalam Ike Retnawati, 2010 : 18)
Nilai = ∑skor yang diperoleh x 100%
∑ skor maksimal
Siswa dinyatakan tuntas belajar apabila memperoleh nilai ≥ 70
sesuai dengan Standart Ketuntasan Belajar di SDN Katikan I.
Ketuntasan belajar siswa secara klasikal dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
Ketuntasan klasikal = ∑siswa yang tuntas belajar x 100 %
∑ seluruh siswa
Indikator ketuntasan belajar siswa secara klasikal apabila 70% dari
seluruh jumlah siswa dinyatakan tuntas belajar.
b. Observasi
Observasi dilakukan untuk memperoleh data psikomotor
dan afektif, yaitu data mengenai unjuk kerja siswa dalam kegiatan
kelompok dan sikap siswa. Lembar observasi berbentuk checklist, data
unjuk kerja siswa dihitung dengan rumus:
Menurut Suharsimi Arikunto ( dalam Ike Retnawati, 2010 : 23)
Nilai unjuk kerja siswa = ∑skor yang diperoleh x 100%
∑ skor maksimal
Kriteria pencapaian:
81%-100% : sangat aktif
61%-80% : Aktif
41%-61% : cukup aktif
21%-40% : kurang aktif
Sedangkan untuk Meningkatnya kreativitas siswa dalam
pembelajaran IPS yang dilihat adalah dalam membuat sebuah catatan
selama proses pembelajaran berlangsung dan dalam mengerjakan tugas
kelompok. Cara menghitung nilai keaktifan siswa berdasarkan lembar
observasi untuk tiap pertemuan adalah sebagai berikut :
Menurut Suharsimi Arikunto ( dalam Ike Retnawati, 2010 : 90)
Nilai = ∑skor yang diperoleh x 100%
∑ skor maksimal
Kriteria pencapaian:
81%-100% = sangat baik
61%-80% = baik
41%-61% = cukup baik
21%-40% = kurang baik
Sedangkan untuk menghitung kreativitas siswa berdasarkan
observasi untuk tiap pertemuan adalah
Nilai=
∑ skoryangdiperoleh
∑ skormaksimalx100 %
Kriteria pencapaian:
81%-100% = sangat kreatif
61%-80% = kreatif
41%-61% = cukup kreatif
21%-40% = kurang kreatif
F .Jadwal penelitian
Tabel 3.1 Rincian Jadwal Penelitian
No
.
Jenis
Kegiatan
Bulan
Februari Maret April Mei Juni
Minggu ke-
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengajuan
judul
2. Pengajuan
proposal
3. Mengurus
surat ijin dari
fakultas
4. Penyerahan
surat ijin ke
sekolah
5. Mengatur
jadwal
penelitian
6. Siklus 1
a.Perencanaan
b.Pelaksanaan
c.Pengamatan
d.Refleksi
7. Siklus II
a.Perencanaan
b.Pelaksanaan
c.Pengamatan
d.Refleksi
8. Pengolahan
data
9. Penyelesaian
BAB I,II,III
DAFTAR PUSTAKA
Nurgiayantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.
Yogyakarta: Fakultas Ekonomi UGM.
Saddhano, Kundharu, St. Y Slamet, 2012. Meningkatkan Keterampilan Berbahasa
Indonesia. Bandung: Karya Putra Darwati.
Sudjana, Nana, Rivai, Ahmad. 2002. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru
Algesindo
Tarigan, Henry Guntur, 1992. Menulis sebagai keterampilan berbahasa. Bandung:
Angkasa
The Liang Gie, 2002. Terampil mengarang. Yogyakarta: Andi