LAPORAN PTK-Penelitian Tindakan Kelas

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENULIS TEKS BERBENTUK PROCEDURE MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DI KELAS IX A SMP PASUNDAN BANJAR

Sisusun Oleh: Rd FRISKA MAHYUDIN SYAH, S.Pd NIP. 197704012009021006

SMP PASUNDAN BANJARJalan Tentara Pelajar No. 158 Tlp (0265) 742014 Kota Banja r

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian

: Upaya

Peningkatan

Kemampuan

Siswa

Menulis

Teks

Berbentuk Procedure Melalui Metode Make a Match di Kelas IX A SMP Pasundan Banjar Peneliti Anggota : Rd. Friska Mahyudin Syah, S.Pd : 1. Ina Kurniasih, S.Pd 2. Ai Dahlia, S.Pd 3. Atin Rofiqoh, S.Pd 4. Nana Mardiana, S.Pd 5. Maya Ulfah Effendy, S.Pd (SMP Pasundan Banjar) (SMPN 6 Banjar) (SMP PGRI Batulawang) (SMPN 8 Banjar) (MTs Miftahul Hidayah) (SMP Islam Al- Azhar)

Kepala SMP Pasundan Banjar,

Guru Pemandu,

S O B A R, S.Pd NIP. 196002152006041006

DEDE DARUSMAN, S.Pd NIP. 197408201999031006

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

1. Judul Penelitian

:

Upaya Peningkatan Kemampuan Siswa Menulis Teks Berbentuk Procedure Melalui Metode Make a Match di Kelas IX A SMP Pasundan Banjar

2. Identitas Peneliti a. Nama Lengkap b. Jenis Kelamin c. NIP d. Pangkat. Golongan e. Sekolah f. Alamat : : : : : : : : : Rd. Friska Mahyudin Syah, S.Pd Laki-Laki 197704012009021006 Penata Muda. III a SMP Pasundan Banjar Jalan Tentara Pelajar No. 158 Kota Banjar 2 Bulan Februari Maret

3. Lama Penelitian Dari Bulan Sampai Bulan

Mengesahkan Guru Pemandu

Banjar, 23 Maret 2010 Penyusun,

Dede Darus man, S.Pd NIP. 197408201999031006

Rd. Friska Mahyudin Syah, S.Pd NIP. 197704012009021006 Mengetahui,

Kepala SMP Pasundan Banjar

SOBAR, S.Pd NIP. 197308201999031006

KATA PENGANTAR

Puji syukur hanya kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayahNya penyusunan Laporan Penelitian Tindakan Kelas ini dapat terselesaikan dengan tuntas dan tepat waktu.Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini disusun dalam rangka pelaksanaan program BERMUTU (Better Education Through Reformed Managament and Universal Teachers Upgrading) MGMP Bahasa Inggris. Penulisan proposal ini selesai berkat bantuan berbagai pihak. Untuk itu ucapan terima kasih tersampaikan kepada : 1. SOBAR, S.Pd, Kepala SMP Pasundan Banjar atas ijin, motivasi dan dukungannya menyelenggarakan penelitian di SMP Pasundan Banjar. 2. Pengawas Mata Pelajaran Bahasa Inggris Dinas Pendidikan Kota Banjar, Hj. Euis Srinengsih, M.Pd. 3. Ibu Dra, Hj. Nur rahmiyati, PKS Kurikulum SMP Pasundan Banjar atas saran dan dukungannya selama melaksanakan penelitian. 4. Dede Darusman, S.Pd, sebagai guru pemandu MGMP BERMUTU Mata Pelajaran Bahasa Inggris atas bimbingan dan diskusinya yang sangat bermanfaat bagi penyusun dalam penyelesaian penelitian ini. 5. Para fasilitator dan pemateri yang telah memberikan materi BERMUTU selama 16 pertemuan yang sangat bermanfaat bagi peningkatan kualitas guru.

6.

Pengurus MGMP Bahasa Inggris yang senantiasa memberikan pelayana n maksimal kepada kami.

7.

Rekan-rekan Guru kelompok kelas 3 MGMP Bahasa Inggris 1 Kota Banjar atas kerjasama dan diskusinya sehingga proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dapat terselesaikan tepat waktu.

8.

Semua guru dan rekan Guru MGMP Bahasa Inggrsi 1 yang turut berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian ini. Semoga bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak diberkati Allah SWT. Tersadar bahwa Laporan Penelitian Tindakan Kelas ini masih jauh dari

kesempurnaan, penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak tetap terbuka guna penyempunaan dan perbaikan tindak lanjut. Semoga pelaksanaan dan hasil

penelitian ini nantinya dapat memberikan manfaat dan peningkatan dalam proses pembelajaran di kelas. Banjar, 23 Maret 2010 Peneliti

Rd. Friska Mahyudin Syah, S.Pd NIP 197704012009021006

ABSTRAK Penguasan materi pelajaran Bahasa Inggris dalam jenjang SMP meliputi empat keterampilan berbahasa, yaitu: menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Semua itu didukung oleh unsur-unsur bahasa lainnya, yaitu: kosa tata, tata bahasa dan pronunciation sesuai dengan tema sebagai alat pencapai tujuan. Dari ke empat keterampilan berbahasa di atas, Writing (menulis) merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang dirasa sering menjadi masalah bagi siswa dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil belajar siswa tentang mengungkapkan makna dalam langkah retorika dalam essai pendek sederhana dengan menggunakan ragam bahasa tulis secara akurat, lancar dan berterima untuk berinteraksi dalam konteks kehidupan sehari-hari dalam teks berbentuk procedure pada semester 2 sebanyak 60% siswa masih berada di bawah KKM (kriteria ketuntasan minimal). Permasalahan tersebut sangat menarik perhatian penulis untuk mencoba memaparkan topik analisa terhadap kemampuan siswa menulis teks berbentuk posedur melalui model pembelajaran make a match. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Kelas IX A SMP Pasundan Banjar dengan jumlah siswa sebanyak 41 siswa. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan melalui MGMP program BERMUTU yang pada pelaksanaannya peneliti sebagai Guru Model berkolaborasi dengan 5 orang guru Bahasa Inggris yang tergabung dalam kelompok guru yang mengajar di kelas IX. Waktu pelaksanaan pada Bulan Februari sampai dengan Maret 2010 atau pada semester 2. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan siswa untuk menyusun teks procedure, mengembangkan strategi pembelajaran dan model pembelajaran yang efektif, efisien dan menyenangkan, Siswa dapat melibatkan diri secara aktif dalam kegiatan komunikasi dengan mengemukakan gagasan, pendapat dan perasaannya secara sederhana baik lisan maupun tertulis. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan observasi/ pengamatan dan pemberian test performance siswa dengan bentuk test tulis. Dari penelitian yang telah dilaksanakan, hasil pengamatan mengindikasikan bahwa 29 dari 41 siswa (70,73%) terlihat aktif dalam proses pembelajaran. Nilai siswa hasil dari evaluasi test tulis hanya 1 orang siswa (0,22%) saja yang masih belum mencapai KKM (kriteria ketuntasan minimal). Nilai post test siswa berupa evaluasi individu melalui Lembar Kerja Siswa menunjukan Sebanyak 3 siswa (0,07%) mendapat nilai C good, 17 siswa (0,41%) mendapat nilai D fair, 20 siswa (0,49%) mendapat nilai E poor Akhirnya penulis menyimpulkan berdasarkan penjelasan pada pembahasan diatas bahwa tujuan penelitian yang telah dilaksanakan mengalami keberhasilan. Dengan kata lain, impelmentasi tindakan pembelajaran melalui model pembelajaran make a match dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis teks berbentuk prosedur dan meningkatkan aktifitas siswa dalam proses pembelajaran.

DAFTAR ISI Halaman Judul Halaman Pengesahan Kata Pengantar .. Abstrak ............................................................................................................ Daftar Isi ... i iii v vi

I.

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah .. 1.2.1. Rumusan Masalah ............................................................... 1.2.2. Pemecahan Masalah ........................................................... 4 4 4

1.3. Tujuan Penelitian 5 1.4. Manfaat Hasil Penelitian 1.5. Definisi Operasional ... 1.6. Batasan Masalah ........................................................................... 1.7. Hipotesis Penelitian ...................................................................... II. KAJIAN PUSTAKA DAN RENCANA TINDAKAN 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Procedure Text 2.1.2. Contextual Teaching and Learning (CTL) ........................ 2.1.3. Cooperative Learning (CL) ....... 2.1.4. Model Pembelajaran Make a Match ................................. 2.2. Rencana Tindakan ...... 9 9 9 10 11 13 6 7 7 8

III.

PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1. Setting Penelitian 3.2 Persiapan Penelitian ... 15 16 16 19 22 23

3.3. Prosedur Penelitian . 3.4. Siklus Penelitian ......... 3.5. Pembuatan Instrumen . 3.6. Analisis dan Refleksi ..................................................................... IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Laporan Tindakan Siklus 1 ............................................ 4.1.1. Hasil Tindakan ...................................................................... 4.1.2. Hasil Pengamatan/Observasi ................................................ 4.1.3. Hasil Test Performance Siswa .............................................. 4.1.4. Hasil Refleksi Siklus ke 1 .................................................... 4.2. Deskripsi Laporan Tindakan Siklus 2 ............................................ 4.2.1. Hasil Tindakan ...................................................................... 4.2.2. Hasil Pengamatan/Observasi ................................................ 4.2.3. Hasil Test Performance Siswa .............................................. 4.2.4. Hasil Refleksi Siklus ke 2 .................................................... 4.3. Pembahasan ................................................................................... V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ..................................................................................... 5.2. Saran ............................................................................................... Daftar Pustaka Lampiran-Lampiran

24 24 26 28 32 34 34 36 39 42 42

45 45

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Penguasaan kemampuan Bahasa Inggris (language skill) merupakan sebuah syarat mutlak yang harus dimiliki di era komunikasi dan globalisasi saat ini. Pembelajaran Bahasa Inggris (Language Learning) di jenjang SMP merupakan materi pokok sebagai bagian dari fungsi pengembangan diri siswa dalam bidang Ilmu Pengetahuan, teknologi dan seni yang diharapkan setelah menamatkan studi, Mereka mampu tumbuh dan berkembang menjadi individu yang cerdas, terampil dan berkepribadian sebagai bekal hidup di masa mendatang. Penguasan materi pelajaran Bahasa Inggris dalam jenjang SMP meliputi empat keterampilan berbahasa, yaitu: menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Semua itu didukung oleh unsur-unsur bahasa lainnya, yaitu: Kosa Kata, Tata Bahasa dan Pronunciation sesuai dengan tema sebagai alat pencapai tujuan. Dari ke empat keterampilan berbahasa di atas, Writing (menulis) merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang dirasa sering menjadi masalah bagi siswa dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris. Hal tersebut sangat menarik untuk diteliti mengingat kemampuan menulis (writing ability) sangatlah dipengaruhi oleh penguasaan kosa kata, struktur bahasa dan kemampuan siswa dalam merangkai kata menjadi sebuah teks yang berterima. Perbedaan secara grammatical antara bahasa Inggris sebagai bahasa asing dan bahasa Indonesia sebagai bahasa utama merupakan masalah yang sering timbul pada saat belajar menulis. Kemampuan mengungkapkan makna dalam langkah retorika

dalam essai pendek sederhana dengan menggunakan ragam bahasa tulis secara akurat, lancar dan berterima untuk berinteraksi dalam konteks kehidupan sehari- hari dalam teks berbentuk procedure dan report adalah salah satu Kompetensi Dasar (KD) yang harus dikuasai oleh siswa Kelas IX Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pembelajaran mengungkapkan makna dalam langkah retorika dalam essai pendek sederhana dengan menggunakan ragam bahasa tulis secara akurat, lancar dan berterima untuk berinteraksi dalam konteks kehidupan sehari-hari dalam teks berbentuk procedure telah penulis lakukan secara klasikal. Dalam pembelajaran tersebut penulis menjelaskan materi pokok yang terdapat dalam indikator sebagai berikut : Menyusun kalimat acak menjadi teks yang padu berbentuk procedure. Dalam kegiatan inti pembelajaran, siswa biasanya diberi contoh teks monolog berbentuk procedure dan siswa diminta untuk mencari arti dari teks tersebut yang kemudian dirangkai menjadi sebuah kalimat yang benar. Proses pembelajaran seperti itu sudah biasa dilakukan oleh penulis dan ternyata hasil pembelajaran siswa tidak sesuai yang diharapakan dan siswa masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Penulis memperoleh data dari hasil pengamatan melalui refleksi yang dilakukan bahwa siswa terlihat pasif, bosan dan bahkan ada beberapa siswa yang mengeluh tidak percaya diri dalam mengungkapkan ide atau gagasannya. Mereka tentunya kesulitan dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Hal ini sangat mengundang pertanyaan dan asumsi bahwasannya metode pembelajaran tersebut tidak berhasil ( gagal) dan cenderung tidak efektif. Setelah mengamati uraian di atas, dapat dilihat sebuah gambaran kegagalan terhadap hasil dan proses belajar dan hal tersebut merupakan masalah yang harus segera

diatasi. Sebagai upaya memperbaiki kegagalan tersebut penulis berusaha mencari metode dan strategi pembelajaran yang tepat sebagai solusi selanjutnya. Penulis sadar bahwa di era Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ini, guru dituntut untuk kreatif dan inovatif. Guru harus mampu mencari satu teknik pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi kelas. Prinsip PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) harus dilaksanakan. Guru bukan lagi merupakan sosok yang ditakuti dan bukan pula sosok otoriter, tetapi guru harus jadi seorang fasilitator dan motor yang mampu memfasilitasi dan menggerakkan siswanya untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang mereka butuhkan. Setelah mengikuti pelatihan guru melalui MGMP BERMUTU (Better Education Through Reformed Management and Universal Teachers Upgrading) yang

diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Kota Banjar, serta pengalaman penulis saat mengikuti berbagai pelatihan dan pendidikan, penulis mencoba menggunakan pendekatan Contextual Teaching And Learning dan pendekatan Cooperative Learning dengan menggunakan model pembelajaran Make a Match. Penulis melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul, Upaya Peningkatan Kemampuan Siswa Menulis Teks Berbentuk Procedure Melalui Model Pembelajaran Make a Match di Kelas IX A SMP Pasundan Banjar

1.2.Perumusan Masalah dan Pemecahan Masalah 1.2.1. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah: Apakah melalui Penggunaan Model Pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan Kemampuan Siswa Untuk Menyusun Teks Berbentuk Procedure di Kelas IX A SMP Pasundan Banjar? 1.2.2. Pemecahan Masalah Terdapat tiga macam modalitas belajar yang digunakan oleh seseorang dalam pembelajaran, yaitu pemrosesan informasi, dan komunikasi (DePorter, dkk, 2000). Senada dengan yang diungkapkan oleh Tim Power Brain Indonesia dalam situsnya menyatakan bahwa secara ilmiah sudah diketahui bahwa dalam hal penyerapan informasi tersebut manusia dibagi menjadi 3 bagian; manusia visual, yang mana ia akan secara optimal menyerap informasi yang dibacanya/ dilihatnya; manusia auditorik, di mana informasi yang masuk melalui apa yang didengarnya akan diserap secara optimal; dan manusia kinestetik, di mana ia akan sangat senang dan cepat mengerti bila informasi yang harus diserapnya terlebih dahulu dicontohkan atau ia membayangkan orang lain tersebut melakukan hal tadi (http://www.medikaholistik.com). Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis mencoba model pembelajaran Make a Match atau mencocokkan kartu yang berisi kalimat acak menjadi sebuah teks yang berterima. Model Pembelajaran Make a Match merupakan implementasi dari Metode Contextual Teaching and Learning (CTL). Hal ini senada dengan pendapat Nurhadi (2004: 148-149) kunci dalam pembelajaran kontekstual adalah; (1) real word learning; (2) mengutamakan pengalaman nyata; (3) berpikir tingkat tinggi; (4) berpusat pada

siswa; (5) siswa aktif, kritis dan kreatif; (6) pengetahuan bermakna dalam kehidupan; (7) pendidikan atau education bukan pengajaran atau instruction; (8) memecahkan masalah; (9) siswa akting, guru mengarahkan, bukan guru akting, siswa menonton; (10) hasil belajar di ukur dengan berbagai cara bukan hanya dengan tes. Dengan demikian pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual memiliki ciri harus ada kerja sama, saling menunjang, gembira, belajar dengan bergairah, pembelajaran terintegrasi, menggunakan berbagai sumber, siswa aktif, menyenangkan, tidak membosankan, sharing dengan teman, siswa kritis dan guru kreatif. Proses kegiatan pembelajaran dapat lebih bermakna jika kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan berangkat dari pengalaman belajar siswa dan guru yaitu kegiatan siswa dan guru yang dilakukan secara bersama dalam situasi pengalaman nyata, baik pengalaman dalam kehidupan sehari- hari maupun pengalaman dalam lingkungan. 1.3.Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. 2. Meningkatkan kemampuan siswa untuk menyusun teks procedure. Mengembangkan strategi pembelajaran dan model pembelajaran yang e fektif, efisien dan menyenangkan. 3. Siswa dapat melibatkan diri secara aktif dalam kegiatan komunikasi dengan mengemukakan gagasan, pendapat dan perasaannya dengan sederhana secara tertulis.

1.4.Manfaat Penelitian a. Manfaat bagi Peneliti 1. Mengembangkan model pembelajaran yang efektif, efisien dan

menyenangkan yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris untuk meningkatkan kompetensi menulis siswa. 2. Membantu memperbaiki / meningkatkan proses hasil belajar dan mengajar. 3. Membantu dalam penyusunan karya ilmiah untuk dijadikan penilaian guna mendapatkan tunjangan sertifikasi guru/pendidik dan meningkatakan kualitas profesionalisme guru. b. Manfaat Bagi Siswa 1. Meningkatkan kemampuan siswa mengungkapkan makna dalam langkah retorika dalam essai pendek sederhana dengan menggunakan ragam bahasa tulis secara akurat, lancar dan berterima untuk berinteraksi dalam konteks kehidupan sehari- hari dalam teks berbentuk procedure 2. 3. 4. c. Meningkatkan rasa senang dan motivasi belajar. Meningkatkan kepercayaan diri siswa dalam menulis teks sederhana Meningkatkan kompetensi menulis dan prestasi belajar Bahasa Inggris.

Manfaat Bagi Sekolah Melalui model pembelajaran make a match membantu memperbaiki pembelajaran Bahasa Inggris di SMP Pasundan Banjar

1.5.Definisi Operasional Sebagai upaya memperjelas pemahaman dalam penelitian demi menghindari kesalahan dalam penyusunan penelitian, di bawah ini adalah penjelasan mengenai definisi operasional yang digunakan penulis. 1.3.1. Kemampuan siswa dalam menyusun teks

Siswa mampu mengimplementasikan ide dan gagasannya dalam menyusun kalimat acak menjadi teks yang padu berbentuk procedure. 1.3.2. Procedure text Teks procedure bertujuan untuk memberikan petunjuk tentang langka hlangkah/metoda/cara-cara melakukan sesuatu (Otong Setiawan Djuharie, 2006 :38). 1.3.3. Model Pembelajaran Make a Match Penerapan model pembelajaran ini dimulai dari teknik yaitu siswa diminta mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin.

1.6.Batasan Masalah Permasalahan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini dibatasi pada perbaikan kualitas pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Make a Match yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam menyusun teks Bahasa Inggris berbentuk procedure.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1.

Kajian Pustaka 2.1.1. Teks Procedure Teks procedure merupakan salah satu Genre text selain dari beberapa genre

yang dipelajari di tingkat SMP. Teks procedure bertujuan untuk memberikan petunjuk tentang langkah- langkah/metoda/cara-cara melakukan sesuatu (Otong Setiawan Djuharie, 2006 :38). Teks procedure umumnya berisi tips atau serangkaian tindakan atau langkah dalam membuat suatu barang atau melakukan suatu aktifitas. Teks procedur dikenal pula dengan istilah directory. Teks procedure umumnya memiliki struktur : 1. 2. Goal, tujuan kegiatan, Materials, bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat suatu

barang/melakukan suatu aktifitas yang sifatnya opsional, 3. Steps, serangkaian langkah.

2.1.2. Contextual Teaching and Learning (CTL) Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari- hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya. CTL disebut pendekatan kontekstual karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara

materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat. Hal ini senada dengan Mulyasa (2003: 188) siswa memiliki rasa ingin tahu dan memiliki potensi untuk memenuhi rasa ingin tahunya. Oleh karena itu tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan belajar yang menyenangkan agar dapat membangkitkan rasa ingin tahu semua siswa sehingga tumbuh minat atau siswa termotivasi untuk belajar. Mulyasa (2006:103) juga mengemukakan : pentingnya lingkungan belajar dalam pembelajaran kontekstual; (1) belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yangberpusat pada siswa. Dari guru akting di depan kelas, siswamenonton ke s iswa aktif bekerja dan berkarya, guru mengarahkan; (2) pembelajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan baru mereka. Strategibelajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya; (3) umpan balik amat penting bagi siswa; (4) menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting. 2.1.3. Coope rative Learning (CL) Pendekatan Kooperatif (Cooperative Learning) merupakan suatu pendekatan pengajaran yang mengutamakan siswa untuk saling bekerjasama satu dengan lainnya untuk memahami dan mengerjakan segala tugas belajar mereka. Kegiatan bekerjasama dapat mengembangkan tingkat pemikiran yang tinggi, keterampilan komunikasi yang penting, meningkatkan minat, percaya diri, kesadaran bersosial dan sikap toleransi terhadap perbedaan individu. Menurut Anita Lie (1:10) ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam cooperative learning, : Pengelompokan, semangat Gotong Royong, penataan ruang kelas

Belajar

kelompok,

memiliki

kesempatan

mengungkapkan

gagasan,

mendengarkan pendapat orang lain, serta bersama-sama membangun pengertian, menjadi sangat penting dalam belajar karena memiliki unsur yang berguna menantang pemikiran dan meningkatkan harga diri seseorang. Dengan pengalaman belajarnya siswa dapat mengkonstruk pengetahuannya sendiri. Lundgren mendeskripsikan keterampilan kooperatif yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran kooperatif sebagai keterampilan interpersonal dalam belajar. Keterampilan kooperatif tersebut meliputi tiga (3) tingkatan, yaitu tingkat awal, tingkat menengah dan tingkat mahir, dalam setiap tingkat terdapat beberapa keterampilan yang perlu dimiliki oleh siswa agar dapat melaksanakan pembelajaran kooperatif dengan baik. Keterampilan tersebut antara lain menggunakan kesepakatan, menghargai kontribusi, mengambil giliran dan berbagi tugas, mendorong partisipasi (tingkat awal), mendengarkan dengan aktif, menunjukkan penghargaan dan simpati, bertanya, menerima tanggung jawab, dan membuat ringkasan (tingkat menengah), mengelaborasi, memeriksa dengan cermat, menanyakan kebenaran dan berkompromi (tingkat mahir). Cooperative Learning merupakan satu strategi pembelajaran yang terbaik yang telah diteliti. Hasilnya menunjukkan bahwa siswa memiliki kesempatan untuk bekerja bersama-sama, belajar lebih cepat dan efisien, memiliki daya ingat yang lebih besar dan mendapat pengalaman belajar yang lebih positif. Pembelajaran kooperatif siswa belajar dan membentuk pengalaman dan pengetahuannya sendiri secara bersama-sama dalam kelompoknya. Penulis sepakat bahwa pendekatan kooperatif sangat cocok untuk digunakan dalam pembelajaran di era KTSP ini, hanya saja tujuh pilar kooperatif ini dianggap

terlalu berat jika akan dilaksanakan semua dalam pembelajaran di SMPN Pasundan Banjar Kelas IX A. Maka dari itu, penulis mendesain satu teknik pembelajaran yang lebih sederhana tanpa mengurangi esensi dari kooperatifitu sendiri. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan model pembelajaran Make A Match. 2.1.4. Model Pembelajaran Make a Match Guna meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam kelas, guru menerapkan model pembelajaran make a match. Metode make a match atau mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin. Model pembelajaran make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Langkah- langkah penerapan metode make a match sebagai berikut: 1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban. 2. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban. 3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang. 4. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Pemegang kartu yang bertuliskan penggalan kalimat prosedur A akan berpasangan dengan

kalimat berikutnya yang dipegang oleh siswa di kelompok lain yang memegang kalimat prosedur B dan seterusnya. 5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. 6. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama. 7. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya. 8. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok. 9. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.

2.2.

Rencana Tindakan Rencana tindakan yang dapat digunakan untuk mengatasi pembelajaran Writing

agar dapat menarik, siswa menjadi termotivasi, minat belajar siswa tinggi adalah dengan metode pembelajaran kooperatif. Dengan optimalisasi pembelajaran Bahasa Inggris melalui Teknik Kooperatif merupakan alternatif proses pembelajaran agar lebih menyenangkan dan bermakna. Dalam hal ini penulis menggunakan model pembelajaran Make a Match. Teknik metode pembelajaran make a match atau mencari pasangan

dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa

mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Langkah- langkah penerapan metode make a match sebagai berikut: 1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban. 2. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban. 3. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Pemegang kartu yang bertuliskan penggalan kalimat prosedur A akan berpasangan dengan kalimat berikutnya yang dipegang oleh siswa di kelompok lain yang memegang kalimat procedure B dan seterusnya. 4. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. 5. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama. 6. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya. 7. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok. 8. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

3.1.

Setting Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Pasundan Banjar. Alamat

sekolah

di Jalan Tentara Pelajar No. 158 Kota Banjar. Penelitian ini merupakan

penelitian yang dilakukan melalui MGMP program BERMUTU yang pada pelaksanaannya peneliti sebagai Guru Model berkolaborasi dengan 5 orang. Guru Bahasa Inggris yang tergabung dalam kelompok 3. Subyek penelitian yang di ambil adalah kelas IX A SMP pasundan Banjar. Waktu pelaksanaan pada Bulan Februari 2010 atau pada semester 2. Kelas IX A berjumlah 41 siswa, laki- laki 17 dan perempuan 24 siswa dengan latar belakang sosial-ekonomi siswa mayoritas anak buruh dan petani dengan tingkat kesejahteraan menengah ke bawah. Buku-buku pembelajaran yang dimiliki sendiri masih terbatas. Kemampuan akademik siswa masih terbatas karena motivasi belajar siswa yang rendah. Situasi kelas saat pembelajaran masih belum optimal, siswa masih belum seluruhnya mempunyai keaktifan dalam belajar.

3.2.

Persiapan Penelitian Penelitian tindakan kelas ini menggunakan metode pembelajaran kontekstual

dengan persiapan : a. Pembuatan lembar instrumen penelitian b. Mempersiapkan materi pembelajaran untuk tugas observasi dan diskusi.

c. Mempersiapkan model pembelajaran dan media pembelajaran d. Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) agar menarik dan mudah dipahami siswa. e. Mempersiapkan dan menentukan lokasi pembelajaran sesuai dengan materi pembelajaran. f. Persiapan pre test, post tes dan pembuatan perangkat penilaian. untuk memantau keaktifan, kemandirian,

g. Lembar penilaian proses

kompetensi, kelancaran dan ketepatan. h. Membuat lembar observasi untuk memantau kegiatan proses pembelajaran dan mengetahui optimalisasi pembelajaran make a match.

3.3.

Prosedur Penelitian Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action

Research) yang dilaksanakan dengan mengikuti prosedur penelitian berdasarkan pada prinsip Kemmis dan Taggart (1988) yang mencakup kegiatan perencanaan (planning), tindakan (action), observasi (observation), refleksi (reflection) atau evaluasi. Keempat kegiatan ini berlangsung secara berulang dalam bentuk siklus. Penelitian ini dilakukan dengan cara berkolaborasi dengan guru- guru MGMP Bahasa Inggris Kelompok 1 yang mengajar di kelas IX. Penulis merencanakan pembelajaran Bahasa Inggris dengan memilih materi pembelajaran Writing Procedure Text melalui dua siklus pada semester 2 tahun pelajaran 2009-2010. Alokasi waktu yang digunakan pada siklus pertama terdiri dari 2x40 menit. Pada proses pembelajaran ini, penulis melakukan empat langkah teknik

pembelajaran yang meliputi Building Knowledge of The Field (BKOF), Modelling of the Thext (MOT), Joint Contruction of the text (JCOT) dan Individual Contstruction of the Text (ICOT). Langkah- langkah tersebut dilaksanakan juga pada siklus kedua dan seterusnya apabila diperlukan dalam penelitian ini. Pada langkah BKOF, guru memulai pembelajaran dengan melakukan apersepsi dan Tanya jawab dengan siswa tentang pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari dimana siswa sering menggunakan teks procedure atau langkah- langkah untuk menjelaskan atau mengajak orang menyusun atau membuat sesuatu. Waktu yang digunakan dalam langkah BKOF dibatasi 10 menit Pada langkah selanjutnya (MOT), guru memberikan contoh teks procedure melalui media In Focus. Siswa diminta untuk mengamati teks procedure langkahlangkah cara membuat coffee. Siswa diminta menuliskan poin-poin penting sebagai langkah membuat coffee instant. Langkah ini dibatasi waktu 10 menit. Langkah selanjutnya merupakan kerja kelompok atau JCOT. Siswa diminta mengelompokkan diri pada kelompok yang telah dibuat dua hari sebelumnya. Tiap kelompok siswa terdiri dari 5 orang siswa. Pada langkah ini Guru membagikan kartu yang berisi kalimat dari beberapa topik teks procedure kepada setiap siswa. Kartu tersebut dibagikan ke tiap kelompok. Tiap kelompok mendapatkan 1 buah kartu yang akan dicari pasangan kalimatnya di kelompok lain. Siswa diminta menyusun kembali kalimat yang disebarkan menjadi teks yang benar. Siswa yang aktif dan benar dalam penyusunan kalimat menjadi teks mendapatkan poin tertinggi. Pada langkah ini siswa dibatasi waktu 20 menit. Langkah-langkah penerapan metode make a match sebagai berikut:

1.

Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.

2. 3. 4.

Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Pemegang kartu yang bertuliskan penggalan kalimat procedure A akan berpasangan dengan kalimat berikutnya yang dipegang oleh siswa di kelompok lain yang memegang kalimat procedure B dan seterusnya.

5. 6.

Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.

7.

Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.

8.

Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok.

9.

Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.

Pada ICOT, siswa diberi kertas kerja yang merupakan lembar soal foto copy berisi kalimat acak (jumbled sentences) yang harus disusun menjadi teks procedure yang benar. Langkah ini dibatasi waktu 15 menit.

Siklus Penelitian Dalam pelaksanaannya penulis merencanakan menggunakan 2 siklus sebagai dasar penelitian tindakan kelas. SIKLUS ke-1 Tahap Perencanaan (Planning), mencakup: 1. Menganalisis Silabus/ Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

2. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan metode CTL dengan menggunakan model Pembelajaran make a match. 3. Merancang model pembelajaran klasikal.

4. Mendiskusikan penerapan model pembelajaran interaktif. 5. Menyiapkan instrumen (angket, pedoman observasi, tes akhir). 6. Menyusun kelompok belajar peserta didik. 7. Merencanakan tugas kelompok.

Tahap Melakukan Tindakan (Action), mencakup: 1. Melaksanakan langkah- langkah sesuai perencanaan. 2. Menerapkan model pembelajaran klasikal. 3. Melakukan pengamatan terhadap setiap langkah- langkah kegiatan sesuai rencana. 4. Memperhatikan alokasi waktu yang ada dengan banyaknya kegiatan yang dilaksanakan. 5. Mengantisipasi dengan melakukan solusi apabila menemui kendala saat melakukan tahap tindakan.

Tahap Mengamati (observation), mencakup: 1. Melakukan diskusi dengan guru Bahasa Inggris kelompok 1 MGMP Bahasa Inggris Kota Banjar dan kepala sekolah untuk rencana observasi. 2. Melakukan pengamatan terhadap penerapan model pembelajaran klasikal yang dilakukan guru kelas IX. 3. Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan model pembelajaran klasikal. 4. Melakukan diskusi dengan guru untuk membahas tentang kelemahankelemahan atau kekurangan yang dilakukan guru serta memberikan saran perbaikan untuk pembelajaran berikutnya. Tahap refleksi (Reflection), mencakup: 1. Menganalisis temuan saat melakukan observasi pelaksanaan observasi.

2. Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan model pembelajaran klasikal dan mempertimbangkan langkah selanjutnya. 3. Melakukan refleksi terhadap penerapan model pembelajaran klasikal. 4. Melakukan refleksi terhadap kreativitas peserta didik dalam pembelajaran Bahasa Inggris. 5. Melakukan refleksi terhadap hasil belajar peserta didik.

SIKLUS ke-2 Tahap Perencanaan (Planning), mencakup: 1. Mengevaluasi hasil refleksi, mendiskusikan, dan mencari upaya perbaikan untuk diterapkan pada pembelajaran berikutnya. 2. Mendata masalah dan kendala yang dihadapi saat pembelajaran. 3. Merancang perbaikan berdasarkan refleksi siklus 1. Tahap Melakukan Tindakan (Action), mencakup: 1. Melakukan analisis pemecahan masalah.

2. Melaksanakan tindakan perbaikan dengan menggunakan penerapan model pembelajaran Make a Match. Tahap Mengamati (observation), mencakup: 1. Melakukan pengamatan terhadap penerapan model pembelajaran Make a Match. 2. Mencatat perubahan yang terjadi. 3. Melakukan diskusi membahas masalah yang dihadapi saat pembelajaran dan memberikan balikan. Tahap Refleksi (Reflection), mencakup: 1. Merefleksikan proses pembelajaran make a match 2. Merefleksikan hasil belajar peserta didik dengan penerapan model pembelajaran make a match. 3. Menganalisis temuan dan hasil akhir penelitian. 4. menyusun rekomendasi.

Dari tahap kegiatan pada siklus 1 dan 2, hasil yang diharapkan adalah agar (1) peserta didik memiliki kemampuan dan kreativitas serta selalu aktif terlibat dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris; (2) guru memiliki kemampuan merancang dan menerapkan model pembelajaran interaktif dengan kerja kelompok khusus pada mata pelajaran Bahasa Inggris, dan (3) terjadi peningkatan prestasi peserta didik pada mata pelajaran Bahasa Inggris.

3.4.

Pembuatan Instrumen Pengamatan yang dilakukan secara kolaboratif yang melibatkan guru mata

pelajaran yang sejenis sebagai pengamat di kelas ini menggunakan instrumen penelitian sebagai berikut : a. Potongan kartu yang berisi kalimat procedure yang di acak dan dibagikan kepada siswa (satu kelompok diberi satu buah kartu) sebagai instrumen menyusun sebuah teks procedure. b. c. Lembar Observasi dan Lembar Cek list Lembar Kerja Siswa sebagai evaluasi atau penilaian

3.5.

Analisis dan Refleksi Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah memanfaatkan analisa

deskriptif kuantitatif dari proses dan hasil belajar. Analisis juga dilakukan dari hasil observasi. Analisis berdasarkan siklus yang secara bertahap. Analisis 1 dalam siklus 1 yang hasilnya direfleksikan ke siklus 2. Refleksi yang dilakukan sesuai dengan perencanaan yang dilakukan. Penelitian dengan metode pembelajaran kontekstual ini,

peneliti berharap siswa akan menjadi lebih termotivasi dalam proses pembelajaran. Tindak lanjut dalam penelitian ini siswa dapat menjadi lebih aktif dan pembelajaran kontekstual akan dilakukan secara berkesinambungan oleh guru.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dijelaskan dalam bab ini mencakup siklus ke satu dan siklus kedua sesuai perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Bab ini melaporkan hasil dari test writing procedure text pada tahap akhir masing- masing siklus. Hasli penelitian dapat tergambar melalui tahapan sebagai berikut.Guru Belum menggunakan media video dan teknik MAKE A MATCH dalam mengajar Teks Prosedur Siswa Hasil belajar siswa pada materi menyusun Teks Prosedure rendah

Kondisi awal

tindakan

Menggunakan media Video dan teknik MAKE A MATCH dalam Menyusun Teks Prosedur

SIKLUS I Menggunakan teknik MAKE A MATCH, tapi tidak semua siswa terlibat

kondisi akhir

Diduga melalui penggunaan Media Video dan Teknik Pembelajaran Make a Match meningkatkan hasil belajar siswa menyusun teks berbentuk prosedur

SIKLUS II

Menggunakan media Video dan Siswa diberi kartu seluruhnya secara berkelompok kecil

4.1.

Deskripsi Laporan Tindakan Siklus ke 1 4.1.1. Hasil Tindakan Pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan pada siklus ke 1 merupakan hasil dari 1

pertemuan. Pertemuan dilaksanakan pada tanggal 19 Februari 2010 jam ke 1-2 (07.00 08.20) dengan alokasi waktu 2x40 menit. Pelaksanaan tindakan pada siklus ini

mencakup perencanaan, implementasi tindakan (BKOF, MOT, JCOT, ICOT), observasi dan refleksi tindakan. Pada proses pembelajaran ini, penulis melakukan empat langkah teknik pembelajaran yang meliputi Building Knowledge of The Field (BKOF), Modelling of the Thext (MOT), Joint Contruction of the text (JCOT) dan Individual Contstruction of the Text (ICOT). Langkah- langkah tersebut dilaksanakan juga pada sikllus kedua dan seterusnya apabila diperlukan dalam penelitian ini. Pada langkah BKOF, guru memulai pembelajaran dengan melakukan apersepsi dan tanya jawab dengan siswa tentang pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari dimana siswa sering menggunakan teks procedure atau langkah- langkah untuk menjelaskan atau mengajak orang menyusun atau membuat sesuatu. Waktu yang digunakan dalam langkah BKOF dibatasi 10 menit Pada langkah selanjutnya (MOT), guru memberikan contoh teks procedure melalui media In Focus. Siswa diminta untuk mengamati teks procedure langkahlangkah cara membuat coffee. Siswa diminta menuliskan poin-poin penting sebagai langkah membuat coffee instant. Langkah ini dibatasi waktu 10 menit. Langkah selanjutnya merupakan kerja kelompok atau JCOT. Siswa diminta mengelompokkan diri pada kelompok yang telah dibuat dua hari sebelumnya. Tiap kelompok siswa terdiri dari 5 orang siswa. Pada langkah ini Guru membagikan kartu yang berisi kalimat dari beberapa topik teks procedure kepada setiap siswa. Kartu tersebut dibagikan ke tiap kelompok. Tiap kelompok mendapatkan 1 buah kartu yang akan dicari pasangan kalimatnya di kelompok lain. Siswa diminta menyusun kembali kalimat yang disebarkan menjadi teks yang benar. Siswa yang aktif dan benar dalam

penyusunan kalimat menjadi teks mendapatkan poin tertinggi. Pada langkah ini siswa dibatasi waktu 20 menit. Pada ICOT, siwa diberi kertas kerja yang merupakan lembar soal foto copy berisi kalimat acak (jumbled sentences) yang harus disusun menjadi teks procedure yang benar. Langkah ini dibatasi waktu 15 menit.

4.1.2. Hasil Pengamatan/ Observasi Hasil Pengamatan pada siklus ke-1 merupakan hasil pengamatan para observer pada proses pembelajaran tahap BKOF, MOT dan JCOT yang dilakukan menggunakan metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning melalui model pembelajaran make a match. Para observer yang merupakan guru Bahasa Inggris yang tergabung dalam MGMP Kota Banjar kelompok kelas 3 melakukan pengamatan dengan menggunakan lembar observasi berbentuk form check list ( ). Indikator yang diamati selama proses pembelajaran meliputi tiga indikator, yaitu perhatian siswa terhadap materi pelajaran, kerjasama kelompok, partisipasi. Pada kegiatan inti (BKOF, MOT, JCOT) guru menjelaskan struktur penyusunan teks procedure dengan menggunakan media in focus kemudian guru menyuruh siswa membentuk kelompok dan siswa diberi kartu yang berisi kalimat acak. Siswa diminta mencari pasangan kalimat yang ada di kelompok lain. Dibawah ini adalah hasil pengamatan para observer.

TABEL HASIL PENILAIAN PROSES PEMBELAJARAN MENYUSUN TEKS PROSEDUR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PERTEMUAN KE 1 SIKLUS 1

Kelas Aspek Skill No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

: IX A : Writing Nama Ade Entris Firmansyah Adis Yudistira Agus Rusdiat Arapat Sahara Asep Rianto Cici Darus Dadan Ramdani Delis Meliani Deri Gumilar Dikha Puspa W Doni Kurniawan Eli Wahyuni Enci Supriatin Endah Yulianti Erik Darusman Erna Wati Erni Euis Solihat Handi Sunantoro Hendiana Hera Cahyaningsih Ika Kartika Jenal MA Kicin Dini Lastri Muhrohil Neni Suhesti Nia Kaningsih Okfi Lestari Indikator 2 Total 1 3 1 1 0 2 3 0 3 0 2 1 0 1 1 1 1 1 3 0 2 0 0 1 3 3 3 0 2 1 Kategori Aktif Pasif

1

3

Reni Nuraeni Riyan Supriadi Risa Fatmawati Rully Nurdianti Saepul Uyun Sena Destiana Tati Sudarti Usi Veni Lutviani Wandini Srilya M Yuli Yulianti TOTAL PROSENTASE Keterangan Indikator: 1. Perhatian 2. Kerjasama 3. Pasritipasi

31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41

19 46,34

20 48,78

21 51,22

3 2 2 2 0 3 1 3 1 0 3 60 48,78

18 43,90 23 56,09

Berdasarkan hasil penilain proses dari tabel di atas dilihat bahwa sebanyak 18 orang siswa (43%) siswa aktif mengikuti proses pembelajaran melalui model pembelajaran make a match. Jumlah siswa yang pasif lebih besar yaitu sebanyak 23 orang (56%). 4.1.3. Hasil Test Performance Selain lembar penilaian proses, dalam upaya mengumpulkan data, peneliti menggunakan instrumen test tulis yang merupakan kalimat acak (jumbled sentences) dibagikan kepada siswa secara individu. Proses ini dilakukan pada akhir pembelajaran berupa evaluasi pembelajaran pertemuan ke-2. Berikut nilai hasil belajar siswa yang terangkum dalam tabel dibawah ini:

Tabel 1:

Hasil test Writing Menyusun Kalimat Siklus 1 DAFTAR NILAI SISWA KELAS IX A SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2009-2010 MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS

No1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34

NAMA Ade Entris Firmansyah Adis Yudistira Agus Rusdiat Arapat Sahara Asep Rianto Cici Darus Dadan Ramdani Delis Meliani Deri Gumilar Dikha Puspa W Doni Kurniawan Eli Wahyuni Enci Supriatin Endah Yulianti Erik Darusman Erna Wati Erni Euis Solihat Handi Sunantoro Hendiana Hera Cahyaningsih Ika Kartika Jenal MA Kicin Dini Lastri Muhrohil Neni Suhesti Nia Kaningsih Okfi Lestari Reni Nuraeni Riyan Supriadi Risa Fatmawati Rully Nurdianti

L/PL L L L L P L L P L P L P P P L P P P L L P P L P P L P P P P L P P

SCORE 60 70 60 65 50 65 75 50 65 60 75 60 65 60 55 60 65 60 70 60 70 65 55 60 70 90 65 60 70 70 60 60 75 80 50 62 60 55 60 65 60 60 60 60 70 65 60 60 60 66 60 60 65 60 65 60 55 55 65 80 65 60 65 70 60 55 70 75

JML 110 132 120 120 110 130 135 110 125 120 145 125 125 120 115 126 125 120 135 120 135 125 110 115 135 170 130 120 135 140 120 115 145 155

RATARATA 55,00 66,00 60,00 60,00 55,00 65,00 67,50 55,00 62,50 60,00 72,50 62,50 62,50 60,00 57,50 63,00 62,50 60,00 67,50 60,00 67,50 62,50 55,00 57,50 67,50 85,00 65,00 60,00 67,50 70,00 60,00 57,50 72,50 77,50

35 36 37 38 39 40 41

L 60 Saepul Uyun P 65 Sena Destiana P 60 Tati Sudarti P 60 Usi P 60 Veni Lutviani L 50 Wandini Srilya M P 65 Yuli Yulianti 2620 TOTAL 63,90 RATA-RATA Aspek Penilaian: 1. Mengidentifikasi generic structure dan language feature 2. Menyusun kalimat acak (jumbled text) menjadi sebuah text secara individu

60 65 60 55 55 50 60 2523 61,54

120 130 120 115 115 100 125 5143 125,4390

60,00 65,00 60,00 57,50 57,50 50,00 62,50 2571,5 62,72

Tabel 2:N o 1

Rekapitulasi Nilai Hasil Test performance pada Siklus 1Jumlah Siswa B C D E1 1 9 25

2

Aspek Penilaian sikap Mengidentifikasi Generic Structure dan Language Feature Menyusun Kalimat acak menjadi teks procedure Catatan: A: Excellent B: Very Good C: Good D: Fair E: Poor F: Very Poor

A0

F5

A0,00

B0,02

Presentase C D0,02 0,22

E0,61

F0,1 2

0

0

1

4

28

8

0,00

0,00

0,02

0,10

0,68

0,2 0

(10) (8.0 - 9.9) (8.0 8.9 (7.0 7.9) (6.0 6.9) (5.0 5.9)

1. Identifikasi generic structure dan language feature0 5 11 9

Jumlah Siswa A Jumlah Siswa B Jumlah Siswa C Jumlah Siswa D Jumlah Siswa E

25

Jumlah Siswa F

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa tidak seorang pun siswa yang memperoleh nilai Excellent dalam mengidentifikasi generic structure teks berbentuk procedure. Satu (1)siswa (0,02%) mendapat nilai Very Good, satu (1) siswa memperoleh nilai Good (0,02%), sembilan (9) siswa (0,22%) memperoleh nilai Fair, mayoritas sebanyak 25 siswa (0,61%) mendapat nilai Poor, sebanyak 5 siswa (0,12%) siswa mendapat nilai very poor. 2. Menyusun kalimat acak berte rima0,00 0,000,02 0,10 0,68 0,20 1

menjadi teks prosedur yang

0 0A

8

4

B C D E

28

F A

Pada chart diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada stu seorang pun siswa yang memperoleh nilai Excellent dan very good satu (1) siswa (0,02%) memperoleh nilai

good, sebanyak empat (4) siswa (0,10%) memperoleh nilai fair, dua puluh delapan (28) siswa (0,68%) memperoleh nilai poordan sebanyak delapan (8) siswa (0,20%) memperoleh nilai very poor.

4.1.4. Hasil Refleksi Siklus ke-1 Yang dimaksud dengan refleksi adalah mengingat dan merenungkan

kembali suatu tindakan persis seperti yang telah d icatat dalam observasi. Lewat refleksi penulis berusaha (1) memahami proses, masalah, persoalan, dan kendala yang nyata dalam tindakan strategis, dengan mempertimbangkan ragam

perspektif yang mungkin ada dalam situasi pembelajaran di kelas, dan (2) memahami persoalan pembelajaran dan keadaan kelas di mana pembelajaran dilaksanakan. Sesuai dengan tahap perencanaan yang telah disusun, refleksi siklus ke-1 dilaksanakan pada tanggal 23 Februari 2010 bertempat di SMPN 6 Banjar yang dihadiri oleh para observer dan guru pemandu sebagai nara sumber. Para observer yang hadir memberikan evaluasi berdasarkan catatan dan pendapatnya mengenai proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Dari hasil pengamatan dapat ditemukan sebanyak 18 orang (43%) siswa saja yang secara aktif mengikuti pelajaran sesuai dengan harapan. Sedangkan mayoritas siswa, yaitu sebanyak 23 siswa (56%) masih terlihat pasif dalam proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran make a match. Nilai yang diperoleh siswa pun belum menunjukkan hasil yang signifikan, bahkan dalam indikator mengidentifikasi generic structure dan language feature tidak ada satu siswa pun yang memperoleh nilai

A (excellent). Mayoritas siswa, atau sebanyak 25 siswa (0,61) mendapat nilai E (poor), satu siwa (0,02%) mendapat nilai B (Very Good), satu siswa (0,02%) mendapat nilai C (Good), sembilan siswa (0,22%) mendapat nilai D (fair). Pada Indikator menyusun relevansi susunan kalimat menjadi sebuah text secara individu siswa masih belum menghasilkan nilai yang diharapkan. Bahkan tidak ada satu pun siswa yang mendapatkan nilai excellent dan very good. Mayoritas siswa, atau sebanyak 28 siswa (0,68%) mendapat nilai E (poor). Merujuk pada data dan hasil refleksi pelaksanaan siklus ke 1 di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran menulis menyusun kalimat menjadi teks berbentuk prosedur yang dilaksanakan pada siklus ke 1 dapat dikatakan gagal dan belum berhasil dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam menyusun kalimat acak menjadi teks padu berbentuk procedure. Hal tersebut merupakan masalah dan temuan yang harus segera dicari solusinya sebagai upaya peningkatan mutu kualitas pembelajaran. Kegagalan ini menurut para observer terjadi pada media pembelajaran yang belum optimal, efektif dan efisien. Pendapat ini muncul dari Ibu Ai, S.Pd sebagai observer yang mengatakan bahwa penggunaan media sangat penting dalam tahap BKOF dan MOT, pada tahap ini siswa seharusnya diberi penguatan materi secara spesifik mengenai langkah- langkah retorika membuat sebuah teks procedure. Senada dengan pendapat Ibu Ai, S.Pd, Ibu attin dan Pak Nana sebagai observer juga memberikan komentar, bahwa aktifitas siswa di kelas cenderung tidak disiplin dan kurang efektif mengingat tidak semua siswa diberi kartu yang berisi penggalan kalimat. Guru model hanya memberi satu buah kartu per-kelompok, dimana tidak semua siswa diberi kesempatan untuk terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Selain itu, Ibu Ina, S.Pd

dan Ibu Maya Ulfah, S.Pd memberikan pendapatnya bahwa guru model hendaknya menjelaskan secara rinci aturan main dan batasan waktu dalam tahap JCOT (kerja kelompok) sehingga siswa tidak kebingungan dan mampu mengimplementasikan perintah yang diberikan oleh guru. Pendapat dan saran para pengamat/observer merupakan dasar tindakan selanjutnya. Peneliti merasa perlu melangkah ke siklus ke 2. Dalam hal ini peneliti memutuskan untuk memperbaiki proses pembelajaran dengan menyusun rencana perbaikan pada siklus ke-2. Dengan persiapan dan perencanaan yang matang, diharapkan pada siklus ke-2 pembelajaran dapat berjalan dengan lebih baik, berhasil dalam upaya meningkatkan kualitas hasil pembelajaran siswa.

4.2.

Deskripsi Laporan Tindakan Siklus ke 2 4.2.1. Hasil Tindakan Rencana tindakan siklus ke 2 mengacu pada hasil refleksi yang dilakukan pada

siklus pertama. Perencanaan tindakan dimulai dari tahap perencanaan program pengajaran yang dilakukan oleh peneliti berkonsultasi dengan guru pemandu dan guruguru yang tergabung dalam MGMP Bermutu Bahasa Inggris kelompok kelas 3 dengan memperbaiki RPP (Rencana Program Pengajaran) sebagai skenario pembelajaran siklus kedua. Alokasi waktu yang dibutuhkan dalam siklus kedua terdiri dari satu pertemuan (2x40 menit). Siklus ke 2 dilaksanakan pada tanggal 2 maret 2010 di SMP Pasundan Banjar. Berbeda dengan siklus ke 1, pada siklus kedua ini peneliti menggunakan media video dalam tahap MOT. Peneliti membuat sebuah video dengan cara mengedit video

yang di download dari www.youtube.com tentang prosedur cara menggunakan mesin ATM. Hal ini dilakukan sebagai upaya memperjelas materi sehingga diharapkan siswa dapat dengan mudah menangkap materi yang ditampilkan. Selain itu, peneliti juga membuat kartu untuk melaksanakan pembelajaran make a match yang berisi kalimat acak sebanyak 10 teks yang terbagi menjadi 5 bagian, yang masing- masing bagian diabagikan kepada seluruh siswa yang berjumlah 41 orang. Pada langkah BKOF (Buliding Knowlwdge of the Field) , guru memulai pembelajaran dengan melakukan tegur sapa dan mengabsen siswa. Guru melakukan tanya jawab tentang materi yang akan dibahas sesuai tema. Penjelasan silabus dan indikator pembelajaran dijelaskan pula dalam tahap ini. Hal tersebut dilakukan agar siswa mempunyai batasan dan tujuan dalam pembelajaran. Tahap BKOF dibatasi waktu 10 menit. Pada tahap ini ada beberapa siswa yang dapat menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan oleh guru. Hal ini membuat guru merasa terhibur dan termotivasi, guru dapat mengetahui seberapa besar siswa yang mempunyai kemampuan dasar materi yang akan dibahas dalam pertemuan kali ini. Pada langkah MOT (Modeling of the Text), guru menggunakan media Video dalam mentransfer materi pembelajaran. Sebelum film diputar, guru memberikan beberapa catatan di papan tulis berupa kata kunci dan apa saja yang harus dilakukan siswa pada saat melihat film. Selanjutnya siswa diberi kesempatan melihat dan mengamati film berisi tata cara menggunakan mesin ATM serta la ngkah- langkah menyusun teks procedure. Siswa diminta mencatat langkah- langkah pembuat teks procedure dan informasi yang tersirat dari film yang mereka lihat dan amati. Pada langkah ini, siswa terlihat antusias dan fokus pada film yang sedang di putar. Mereka

terlihat sibuk dengan temannya mendiskusikan apa saja yang mereka lihat dan mereka membuat beberapa catatan kecil. Pada langkah ini waktu dibatasi 10 menit. Setelah siswa dibekali materi pada tahap BKOF, Langkah selanjutnya merupakan kerja kelompok atau JCOT. Siswa diminta untuk menggabungkan diri pada kelompoknya. Masing masing kelompok terdiri dari 5 dan 6 orang siswa. Jumlah kelompok siswa sebanyak 8 kelompok dari 41 siswa. Sebelum membagikan kartu yang berisi kalimat acak, guru memberikan arahan dan aturan permainan make a match dimana siswa harus mencari pasangan kartu yang berisi kalimat procedure di kelompoknya masing masing. Kelompok yang dapat meyelesaikan per mainan dengan cepat dan benar mendapat poin tertinggi. Penjelasan guru dibatasi 5 menit, kemudian guru mulai membagikan kartu yang berisi kalimat dari beberapa topik teks procedure kepada setiap siswa. Kartu tersebut dibagikan ke siswa sebanyak 41 kartu. Pada langkah ini siswa dibatasi waktu 20 menit. Pada ICOT, siswa diberi kertas kerja yang merupakan lembar soal foto copy berisi kalimat acak (jumbled sentences) yang harus disusun menjadi teks procedure yang benar. Langkah ini dibatasi waktu 20 menit.

4.2.2. Hasil Pengamatan/ Observasi Pada tahap pengamatan, peneliti melakukan penilaian proses dengan cara berkeliling ke tiap kelompok dan mengamati aktifitas belajar siswa. Peneliti menggunakan form check list () untuk mengukur aktifitas siswa dalam pembelajaran. Penilaian proses ini terfokus pada indikator penilaian proses meliputi perhatian siswa terhadap materi, kerjasama siswa dalam kelompoknya dan partisifasi siswa dalam

mengerjakan tugas. Penilaian proses ini berupa check list () yang berisi nama- nama siswa. Hasil pengamatan pada siklus ke 2 dapat dilihat pada lembar penilaian dibawah ini.

TABEL HASIL PENILAIAN PROSES PEMBELAJARAN MENYUSUN TEKS PROSEDUR MENGGUNAKAN MODEL MAKE A MATCH SIKLUS 2

Kelas Aspek Skill NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

: IX A : Writing NAMA INDIKATOR 1 2 3 TOTAL 3 3 1 1 2 2 3 1 3 2 2 2 1 2 2 2 2 1 3 0 2 1 1 1 3 KATEGORI AKTIF PASIF

Ade Entris Firmansyah Adis Yudistira Agus Rusdiat Arapat Sahara Asep Rianto Cici Darus Dadan Ramdani Delis Meliani Deri Gumilar Dikha Puspa W Doni Kurniawan Eli Wahyuni Enci Supriatin Endah Yulianti Erik Darusman Erna Wati Erni Euis Solihat Handi Sunantoro Hendiana Hera Cahyaningsih Ika Kartika Jenal MA Kicin Dini

Lastri Muhrohil Neni Suhesti Nia Kaningsih Okfi Lestari Reni Nuraeni Riyan Supriadi Risa Fatmawati Rully Nurdianti Saepul Uyun Sena Destiana Tati Sudarti Usi Veni Lutviani Wandini Srilya M Yuli Yulianti TOTAL 30 22 27 PROSENTASE 73,17 53,66 65,85 Keterangan Indikator: 1. Perhatian 2. Kerjasama 3. Partispasi 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41

3 3 2 2 2 3 2 2 2 0 3 1 3 2 1 2 79 64,23

29 70,73 12 29,27

Berdasarkan data yang diperoleh pada sikus ke 2 dapat dilihat sejauh mana keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Ada peningkatan hasil pada proses pembelajaran dibandingkan dengan pelaksanaan tindakan siklus ke 1, yaitu sebanyak 29 siswa (70,73%) aktif dalam proses pembelajaran dan siswa yang pasif sebanyak 12 orang (29,27%). Siswa mengalami peningkatan dalam hasil proses pembelajaran dimungkinkan oleh situasi pembelajaran yang asyik dan tidak kaku. Siswa senang dan enjoy dengan media pembelajaran video dimana siswa dapat dengan fokus mengikuti proses pembelajaran. Melalui model pembelajaran make a match siswa tidak diberi

kesempatan untuk melakukan hal yang lain diluar kerja kelompok dengan pembatasan waktu sehingga pembelajaran berjalan dengan efektif. 4.2.3. Hasil Test Performance Siswa Hasil evaluasi siswa pada test tulis terfokus pada kemampuan siswa menyusun kalimat acak menjadi teks yang berterima. Siswa diminta mengisi instrumen berupa LKS (lembar kerja siswa) yang dibagikan secara individu. Siswa mengisi LKS yang diberikan dengan dibatasi waktu 15 menit. Test tersebut dilaksanakan pada akhir pembelajaran pada pertemuan yang sama. Hasil dari test tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini. Tabel 3: Hasil test Writing Menyusun Kalimat Siklus 2

DAFTAR NILAI SISWA KELAS IX A SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2009-2010 MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

NAMA Ade Entris Firmansyah Adis Yudistira Agus Rusdiat Arapat Sahara Asep Rianto Cici Darus Dadan Ramdani Delis Meliani Deri Gumilar Dikha Puspa W Doni Kurniawan Eli Wahyuni Enci Supriatin Endah Yulianti Erik Darusman Erna Wati

L/P L L L L L P L L P L P L P P P L P

SCORE 65 75 75 80 65 75 80 65 75 75 85 75 70 65 75 70 70 60 70 70 70 60 70 70 60 70 70 80 70 65 60 65 65 65

JML 125 145 145 150 125 145 150 125 145 145 165 145 135 125 140 135 135

RATARATA 62,5 72,5 72,5 75 62,5 72,5 75 62,5 72,5 72,5 82,5 72,5 67,5 62,5 70 67,5 67,5

18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41

Erni Euis Solihat Handi Sunantoro Hendiana Hera Cahyaningsih Ika Kartika Jenal MA Kicin Dini Lastri Muhrohil Neni Suhesti Nia Kaningsih Okfi Lestari Reni Nuraeni Riyan Supriadi Risa Fatmawati Rully Nurdianti Saepul Uyun Sena Destiana Tati Sudarti Usi Veni Lutviani Wandini Srilya M Yuli Yulianti TOTAL RATA-RATA

P P L L P P L P P L P P P P L P P L P P P P L P

65 60 75 75 65 60 80 75 70 65 70 75 65 65 80 70 95 85 75 65 65 60 70 65 80 70 65 60 60 60 85 75 80 75 75 70 75 65 65 60 80 80 70 55 65 60 75 70 2990 2760 72,93 67,32

125 150 125 155 135 145 130 150 180 140 125 135 150 125 120 160 155 145 140 125 160 125 125 145 5750 140,24

62,5 75 62,5 77,5 67,5 72,5 65 75 90 70 62,5 67,5 75 62,5 60 80 77,5 72,5 70 62,5 80 62,5 62,5 72,5 2875 70,12

Aspek Penilaian: 1. Mengidentifikasi generic structure dan language feature 2. Menyusun kalimat acak (jumbled text) menjadi sebuah text secara individu

Tabel 4. Rekapitulasi Nilai Hasil Test performance pada Siklus 2No Aspek Penilaian sikap Jumlah Siswa B C D E 1 9 19 Presentase C D

A 0

F

A

B

E

F 0,00

Mengidentifikasi 1 generic structure dan language feature Menyusun relevansi susunan kalimat 2 menjadi sebuah text secara individu Catatan: A: Excellent (10) D: Fair (7.0 7.9)

12 0 0,00 0,02

0,22 0,46 0,29

0

0 3 17

20 1 0,00 0,00

0,07 0,41 0,49

0,02

B: Very Good (8.0 - 9.9) E: Poor (6.0 6.9)

C: Good F: Very Poor

(8.0 8.9) (5.0 5.9)

1. Identifikasi generic structure dan language featureF 0 0% B AF 0,02 0,00 0,00 0% 0% C E 9 12 21% 29% D; 19

A B C D EF A

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa tidak ada satu siswa pun yang mendapat nilai A excellent, Satu siswa (0,02%) mendapat nilai B good, 9 siswa (0,22%) mendapan nilai C good, 19 siswa (0,46%) mendapat nilai D fair, 12 siswa (0,29%) mendapat nilai E poor dan tidak ada satu pun siswa yang mendapat nilai F very poor dalam mengidentidikasi generic structure teks prosedur.

2. Menyusun kalimat acak menjadi teks procedure yang berterima0,00

1

0,00 0,07

0,410,49 0 0,02 3

0

A B C

D20 17

E F A B

Pada chart di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada satu pun siswa yang mendapat nilai A excellent dan B very good. Sebanyak 3 siswa (0,07%) mendapat nilai C good, 17 siswa (0,41%) mendapat nilai D fair, 20 siswa (0,49%) mendapat nilai E poor dan 1 siswa (0,02%) mendapat nilai F very poor. 4.2.4. Hasil Refleksi Setelah melakukan analisis data dari hasil observasi yang dilakukan melalui penilaian proses dan test writing, peneliti dan para obeserver yang terdiri dari para guru yang tergabung dalam MGMP Bahasa Inggris 1 melaksanakan refleksi. Refleksi dilaksanakan pada tanggal 12 Maret 2010 bertempat di SMP Pasundan Banjar. Refleksi ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti setelah melakukan tindakan siklus ke 2. Data akhir hasil dari pengolahan data dan analisis menunjukkan peningkatan yang signifikan bahwa 29 dari 41 siswa (70,73%) terlihat aktif dalam proses pembelajaran. Nilai siswa hasil dari evaluasi test tulis hanya 1 orang siswa (0,22%) saja yang masih belum mencapai KKM (kriteria ketuntasan minimal). Hasil tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran menggunakan model make a match dapat mengatasi masalah siswa dalam menyusun

kalimat acak menjadi teks padu berbentuk procedure dan dapat membuat siswa berpartisifasi aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini membuktikan bahwa implementasi tindakan pada siklus ke 2 mendapat respon yang positif dan siklus ke 2 ini merupakan penutup penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan.

4.3.

Pembahasan Data hasil analisis penilaian proses dan test tulis sebagai instrumen evaluasi

yang telah di refleksikan dapat dilihat bahwa pada siklus ke 1 pembelajaran menyusun kalimat menjadi teks procedure menggunakan model pembelajaran make a match tidak berhasil secara maksimal karena hasil test dan proses tidak mencapai nilai yang diharapkan. Hal ini dapat ditemukan sebanyak 18 orang (43%) siswa saja yang secara aktif mengikuti pelajaran sesuai dengan harapan. Sedangkan mayoritas siswa, yaitu sebanyak 23 orang (56%) siswa masih terlihat pasif dalam proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran make a match. Nilai yang diperoleh siswa pun belum menunjukkan hasil yang signifikan, bahkan dalam indikator mengidentifikasi generic structure dan language feature tidak ada satu siswa pun yang memperoleh nilai A (excellent). Mayoritas siswa, atau sebanyak 25 orang (0,61) mendapat nilai E (poor), satu orang siwa (0,02%) mendapat nilai B (Very Good), satu orang siswa (0,02%) mendapat nilai C (Good), sembilan orang siswa (0,22%) mendapat nilai D (fair). Dengan kata lain implementasi tindakan pada siklus ke 1 tidak berhasil dan dapat dikatakan pembelajaran tersebut mengalami kegagalan dan diperbaiki di siklus ke 2. Pada tindakan siklus ke 2 guru mulai melakukan beberapa perbaikan dari kelemahan tindakan pembelajaran. Kelemahan yang ditemukan dalam siklus ke 1

meliputi media pembelajaran yang kurang relevan, siswa belum terbiasa/ belum akrab dengan mode pembelajaran make a match, serta pembatasan alokasi waktu tiap tahapan belajar yang kurang diperhatikan oleh guru. Hal tersebut menjadi dasar perbaikan di siklus ke 2. Guru kemudian memperbaikinya dengan menggunakan media video berupa film yang menyajikan tata cara/ prosedur menggunakan mesin ATM, siswa terlihat antusias dan fokus pada proses pembelajaran. Selain itu, guru membagikan kartu ke tiap kelompok masing- masing, satu siswa mendapat satu buah kartu untuk di cocokkan dengan teman satu kelompok. Batasan waktu dan penjelasan permainan make a match juga disampaikan oleh guru. Setelah melaksanakan tindakan siklus ke 2, hasil pengamatan mengindikasikan bahwa 29 dari 41 siswa (70,73%) terlihat aktif dalam proses pembelajaran. Nilai siswa hasil dari evaluasi test tulis hanya 1 orang siswa (0,22%) saja yang masih belum mencapai KKM (kriteria ketuntasan minimal). Nilai post test siswa berupa evaluasi individu melalui Lembar Kerja Siswa menunjukan Sebanyak 3 siswa (0,07%) mendapat nilai C good, 17 siswa (0,41%) mendapat nilai D fair, 20 s iswa (0,49%) mendapat nilai E poor. Dengan demikian hasil pelaksanaan tindakan siklus ke 2 telah mengalami kenaikan yang cukup signifikan, walaupun peneliti belum merasa puas akan hasil yang telah ditemukan. Kenaikan hasil belajar siswa dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.

Tabel 1. Peningkatan Hasil Proses Pembelajaran Aktifitas Sis wa Prosentase keaktifan siswa dalam pembelajaran Siklus ke 1 43% Siklus ke 2 70,73%

Tabel 2. Peningkatan Hasil Test Siswa Aktifitas Sis wa Prosentase Nilai Siswa Yang Mencapai KKM (65) Prosentase Siswa yang melebihi KKM (> 70) Hasil Rata-rata Nilai Test Writing Siklus ke 1 0,22% 0,27% 62,72 Siklus ke 2 0,46% 0,71% 70,12

Berdasarkan penjelasan pada pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan penelitian yang telah dilaksanakan mengalami keberhasilan. Dengan kata lain, implimentasi tindakan pembelajaran melalui model pembelajaran make a match dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis teks berbentuk procedure dan meningkatkan aktifitas siswa dalam proses pembelajaran.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.

Kesimpulan Akhirnya, penulis dapat memeperoleh beberapa hasil temuan setelah

melaksanakan refleksi dan diskusi pada bab sebelumnya dan Penelitian Tindakan Kelas ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Penggunaan Model Pembelajaran make a match dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas IX A SMP Pasundan Banjar pada semester 2 tahun pelajaran 2009-2010. Hal tersebut dapat dibuktikan melalui evaluasi/ test tulis dengan rata-rata nilai siswa pada siklus pertama 62,72 meningkat pada siklus ke 2 menjadi 70,12. 2. Penggunaan Model Pembelajaran make a match dan media pembelajaran video dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan prosentase keaktifan siswa pada siklus pertama sebesar 40,90% meningkat pada siklus kedua menjadi 70,73%.

5.2.

Saran Proses pembelajaran yang baik dan menyenangkan adalah hal yang semestinya

diciptakan oleh guru dalam membimbing dan memberi penguatan kepada siswa di kelas. Guru tentunya memiliki keinginan bagaimana siswa dapat dengan cepat me ngerti dan mengaplikasikan apa yang menjadi tujuan pembelajaran. Hal yang paling utama adalah guru hendaknya senantiasa melakukan pengamatan sejauh mana peningkatan

belajar siswa di kelas. Penulis menyarankan guru mulai mencoba menggunakan model pembelajarankelompok seperti model pembelajaran make a match dalam pembelajaran karena siswa dapat termotivasi dan bekerjasama melalui pembelajaran yang menyenangkan disesuaikan dengan konteks yang menjadi tujuan pembelajran. Dalam penelitian ini, berdasarkan hasil refleksi kedua siklus, peneliti membuat catatan beberapa saran untuk perbaikan di masa mendatang sebagaimana berikut: 1. Perhatian guru terhadap peningkatan mutu pendidikan Bahasa Inggris khususnya perlu ditingkatkan demi keberhasilan siswa dalam pembelajaran. Keterampilan menulis sangat essensial dihubungkan dengan aspek pengembangan diri siswa ke depan. 2. Model pembelajaran yang variatif hendaknya selalu dicoba sebagai upaya menciptakan proses pembelajaran aktif, inovatif, komunikatif, efektif dan menyenangkan sesuai dengan prinsip PAIKEM. 3. Guru hendaknya mengembangkan model pembelajaran yang efektif, efisien dan menyenangkan yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris untuk meningkatkan kompetensi menulis mereka. 4. Dalam upaya Membantu memperbaiki / meningkatkan proses hasil belajar dan mengajar guru hendaknya terus menggali potensi siswa guna meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis (writing) teks bahasa inggris.

DAFTAR PUSTAKA

Anita Lie. Cooperative Learning. Jakarta: PT. Gramedia , 2005 Arikunto, Suharsimi. 2005. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Dirjen PMPTK. Kemmis, S. dan Taggart, R. 1988. The Action Research Planner. Deakin: Deakin University. Mulyana, Slamet.2007. Penelitian Tindakan Kelas Dalam Pengembangan Profesi Guru. Bandung: LPMP. Mulyasa. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan Implementasi. Bandung : Remaja Rosda karya. Suhardjono et.al. 2005. Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Di Bidang Pendidikan Dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Dirjen Dikgu dan Tentis. Stringer, R. T. 1996. Action research: A handbook for practitioners. London International Educational and Profesional Publisher. Wibawa, Basuki. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdiknas Dirjen Pendasmen Dirtendik: 2003.

PROFIL PENULIS

Friska Mahyudin Syah, S.Pd lahir di Kota Banjar Jawa Barat tanggal 01 April 1977 anak bungsu dari tiga bersaudara dari pasangan Maman Sulaeman dan Yeni Yuningsih. Menikah dengan Novy Noeraeni, S.Kep tahun 2005 dan hingga kini dikaruniai dua orang anak, yaitu Hilal Syah Fatih (3,5 tahun) serta anak yang kedua Nazila Tasya Shaumi (06 bulan). Pendidikan yang diikuti yaitu: setelah menamatkan SDN Banjar XI (1989), melanjutkan ke MTsN Banjar (1993) dan SMA Negeri Banjar (1996) melanjutkan studi ke FKIP Universitas Galuh Ciamis Program S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Jurusan Bahasa dan Seni lulus tahun 2005. Pengalaman kerja di bidang pendidikan: Sebagai pengajar di STIK Bina Putra Banjar (2005 sekarang), di SMK Pasundan 2 Banjar (2005-2008), di STIKes Muhammadiyah Ciamis (2006-2009), di SMP Pasundan Banjar (2005-sekarang).