Upload
lutfi-alfianto
View
43
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
mASTER
Citation preview
LAPORAN PRAKTIUM
TEKNIK PENGUJIAN MUTU HASIL PERIKANAN
“ Uji Quantity Descriptive Analysis (QDA)”
”
Disusun oleh:
Ahmad Tafrizi
12376
Disusun oleh :
Arif Rohman Hakim
12304
Asisten : Fitri Ramadhani
LABORATORIUM TEKNOLOGI IKAN
JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014
I. PENDAHULUAN
A. Tinjauan Pustaka
Analisis sensori deskriptif adalah metode analisis sensori dimana atribut sensori suatu
produk atau bahan pangan diidentifikasi, dideskripsikan dan dikuantifikasi dengan
menggunakan panelis yang dilatih khusus untuk tujuan ini. Analisis ini dapat dilakukan untuk
semua parameter sensori dan beberapa aspek dalam penentuan profil cita – rasa (flavor) atau
profil tekstur (texture profiling).Panelis yang digunakan harus dipilih secara hati – hati,
dilatih dan dipertahankan kemampuannya di bawah pengawasan pengawas yang
berpengalaman.Uji deskriptif dapat digunakan untuk pengembangan produk, quality control,
dan monitor competition( Setyaningsih, Dwi, dkk. 2010).
Analisis deskriptif kuantitatif (QDA) adalah salah satu uji analisis sensori deskriptif
yang didasarkan pada kemampuan panelis dalam mengekspresikan persepsi produk dengan
kata – kata menggunakan cara yang terpercaya. Analisis ini meliputi seleksi panelis,
pelatihan, metode pengembangan bahasa atau kata – kata sebagai wujud ekspresi terhadap
contoh, pemberian skor pada contoh, dan akhirnya pengolahan data – data yang telah
diperoleh secara statistic. Unsur – unsure pada metode QDA meliputi kesepakatan panel
dalam pengembangan atribut sensori, arutan kemunculan atribut, pengukuran intensitas relatif
dari masing – masing atribut, analisis statistik (sensometrik) (Soekarto, ST. 1985).
Seleksi panelis terdiri dari 3 tahap, yaitu pengenalan, kemampuan membedakan, dan
uji kemampuan.Tahapan yang harus dilalui oleh calon panelis pada saat pelatihan terdiri dari
fase penyaringan, kualifikasi, dan verifikasi. Tahapan terlebih dahulu diawali dengan proses
pengembangan bahasa deskripsi (Setyaningsih, Dwi, dkk. 2010).
Metode QDA memerlukan panelis terlatih. Oleh karena itu, panelis diseleksi dari
sejumlah besar kandidat menurut kemampuan mereka untuk mendeteksi perbedaan sensori
diantara contoh dari jenis produk yang dilatih. Pada pelatihan panelis, panelis memerlukan
produk atau ingredient acuan untuk melatih bahasa flavor dan skala tidak terstruktur dalam
berlatih menilai intensitas. Penilaian contoh dilakukan pada skala tidak terstruktur sepanjang
6 inci atau 15 cm. Evaluasi dilakukan beberapa kali untuk produk yang sama oleh panelis
yang sama (dilakukan pada waktu yang berbeda) (Soekarto, ST. 1985).
Data QDA diolah secara statistik dan hasilnya harus ditampilkan dalam bentuk yang
mudah dimengerti.Hasil QDA umumnya dilaporkan dalam bentuk grafik jaring laba – laba
(spider web) dengan nilai nol pada titik pusat untuk setiap atribut.Selain ditampilkan dalam
spider web, dapat juga menggunakan Principal Component Analysis (PCA) yang termasuk
dalam multivariate analysis(Rahayu, WP. 1998).
B. Tujuan
1. Mengetahui langkah - langkah pengujian QDA pada produk hasil perikanan
2. Mengetahui cara analisis dan hasil pengujian QDA pada produk hasil perikanan
II.METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Wadah mika/plastik
b. Scorsheet
c. Alat tulis
2. Bahan
a. Tepung tulang ikan
B. Cara Kerja
1. Panelis berdiskusi menilai aroma tepung tulang ikan dengan cara mendiskripsikan
aroma tersebut dengan aroma produk makanan lain
2. Penyaji/asisten mengkualifikasi dan memverifikasi aroma hasil deskripsi panelis yaitu
berupa sampel ikan lele mentah, ikan lele goreng, susu vanilla, pindang mentah, dan
teri asin.
3. Penyaji menyiapkan sampel uji berupa ikan lele mentah, ikan lele goreng, susu
vanilla, pindang mentah dan teri asin.
4. Panelis diminta memberikan nilai aroma sampel dengan membandingkan standar
aroma (kontrol) terhadap aroma sampel dengan caramembaui standar aroma selama 5
detik.
5. Panelis diminta membaui aroma sampel (tepung tulang ikan) selama 5 detik dan
memberikan nilai terhadap aroma sampel dengan memberikan tanda (X) pada garis
parameter aroma
6. Panelis diminta istirahat selama 30 detik sebelum menguji sampel yang lain
7. Dilakukan rekapitulasi dan analisis data
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil Pengujian QDA Sampel Tepung Tulang Ikan
No,Nama Pan-
elisLele Men-
tahLele Goreng Susu Vanilla Pindang Men-
tahIkan Teri
asin1 Ahmad 1.1 10 4.9 9.4 92 Bobby 1.2 9.3 10.7 4.6 3.33 Ausa 4 5.9 9.6 2.1 10.64 Aprilia 2 3.8 4.4 10.7 7.85 Elka 3 5.4 9.8 6.6 116 Arif 1.3 2.2 2.6 3.4 4.77 Bhatara 2.9 1.6 8.4 5.7 3.98 Brigitta 1.1 6.4 10.4 11.5 8.79 Pipit 9 11 2.1 3.5 5.2
10 Muflikhah 2 3.2 0.6 8 11.711 Ulfa 0.7 5 10.7 2.1 1.412 Nurul 1.8 3.7 10.9 7.1 5.113 Afwa 1.9 3.5 9.7 2.1 2.314 Rinto 2.8 2.1 2.1 4.6 9.115 Median 1.4 6.5 12.9 10.7 1.416 Yusuf 3.8 7.8 10.4 6 8.117 Bekti 2.8 7.8 3.9 9.9 11.818 Reza 1.1 2.3 2.8 3.1 2.319 Imam 2.7 3.3 1.9 5.3 3.9
Rata-rata2.45263157
95.30526315
86.77894736
8 6.1263157896.38421052
6
Grafik Spider Web Pengujian QDA Sampel Tepung Tulang Ikan
lele mentah
lele goreng
susu vanillapindang mentah
ikan teri asin
0
5
10
Series1
B. PembahasanMenurut Soekarto, ST (1985) uji deskripsi digunakan untuk mengidentifikasi
karakteristik sensori yang penting pada suatu produk dan memberikan informasi mengenai
derajat atau intensitas karakteristik tersebut. Sedangkan Wagiyono, S (2003) mengatakan
bahwa uji ini dapat membantu mengidentifikasi variable bahan tambahan (ingredient) atau
proses yang berkaitan dengan karakteristik sensori tertentu dari produk. Informasi ini dapat
digunakan untuk pengembangan produk baru, memperbaiki produk atau proses dan berguna
juga untuk pengendalian mutu rutin (Soekarto, ST. 1985) Ada beberapa uji deskripsi yang
umum digunakan, diantaranya Metode Profil Flavor, Analisis Atribut profil, Analisis
Deskriptif Kuantitatif (QDA), Analisis Spektrum, dan Metode Profil Tekstur.
Metode uji deskripsi yang digunakan dalam praktikum ini adalah Metode Analisis
Deskriptif Kuantitatif (Quantitative Descriptive Analysis). Metode QDA didasarkan pada
kemampuan panelis dalam mengekspresikan persepsi produk dengan kata – kata
menggunakan cara yang terpercaya. Ciri khusus yang ditemukan pada metode QDA yaitu
penggunaan baris yang tidak berstruktur, adanya instruksi dimana panelis diminta memberi
tanda pada garis sesuai dengan intensitas persepsi yang diterima, serta panelis yang dilibatkan
adalah panelis yang telah terseleksi melalui pengujian terlebih dahulu.
Kegiatan pertama dari proses uji QDA ini yaitu panelis diminta mendiskripsikan
sampel untuk setiap atribut yang tersedia dengan melakukan diskusi kelompok. Perlu
diketahui bahwa parameter sensori yang diuji dalam praktikum ini adalah aroma sampel
tepung tulang ikan lele.Forum diskusi kelompok ini menghasilkan beberapa deskripsi aroma
sampel tepung tulang ikan lele tersebut. Selanjutnya dilakukan penyaringan, kualifikasi dan
verifikasi terhadap beberapa deskripsi aroma tersebut dan dihasilkan deskripsi aroma tepung
tulang ikan lele antara lain ikan lele mentah, ikan lele goreng, susu vanilla, ikan pindang
mentah dan ikan teri asin. Tujuan dari deskripsi dalam forum diskusi ini tidak lain untuk
mendapatkan variasi atau intensitas penilaian aroma sampel uji yang nantinya akan
dikerucutkan oleh penyaji/asisten sebagai aroma standar.
Setelah diperoleh sampel aroma standar (hasil deskripsi sampel uji), dilakukan
penilaian QDA melalui lembar penilaian QDA yang panelis diminta memberikan penilaian
aroma sampel dengan membandingkan standar aroma (kontrol) terhadap aroma sampel
dengan cara membaui standar aroma selama 5 detik, kemudian baru membaui aroma sampel
selama 5 detik dan melakukan penilaian dengan memberikan tanda (X) pada garis parameter
aroma di lembar penilaian yang disediakan. Panelis dipersilahkan istirahat selama 30 detik
sebelum menguji sampel lain tujuannya untuk menghindari kejenuhan alat sensori (indera
pencium) panelis yang disebut dengan fatik. Perlu diketahui menurut Setyaningsih (2010),
dalam persiapan uji QDA jumlah produk per sesi analisis tergantung derajat kelelahan panelis
dalam menilai dan mengisi lembar uji, biasanya 4 – 6 contoh per hari dan jika produknya
rumit atau atribut sensori yang dianalisis banyak, maka cukup 3 contoh dan jumlah panelis
yang digunakan minimum 6 – 8 orang, umumnya sebanyak 10 – 12 orang. Jika contoh
produk terlalu sedikit akan mengakibatkan variasi yang terlalu besar dan jika contoh produk
terlalu banyak akan mengakibatkan antar contoh kelihatannya berbeda tetapi sebenarnya
tidak. Setelah mendapatkan hasil penilaian aroma sampel uji, dilakukan rekapitulasi dan
analisis data menggunakan grafik spider web dengan nilai nol pada titik pusat untuk setiap
atribut.
Berdasarkan tabel data hasil pengujian, diperoleh informasi bahwa susu vanilla
mempunyai nilai rata – rata penilaian deskripsi aroma sampel uji tertinggi yaitu 6,778
sedangkan ikan lele mentah mendapatkan rata – rata penilaian deskripsi aroma sampel uji
terendah yaitu 2, 452. Dari interprestasi data hasil pengujian tersebut, sekilas dapat dinilai
bahwa kecenderungan deskripsi penilaian aroma sampel tepung tulang ikan lele ini yang
lebih mendekati aroma susu vanilla bubuk dan menjauhi dari aroma ikan lele mentah.
Padahal tentunya bahan baku pembuatan tepung tulang ikan lele adalah ikan lele mentah
sedangkan bahan baku susu vanilla bubuk diketahui tidak ada tambahan bahan baku ikan lele
sehingga terdapat perbedaan antara fakta aroma bahan baku tepung ikan yang digunakan
dengan aroma susu vanilla.
Kemungkinan yang dapat terjadi yaitu aroma yang sama antara tepung tulang ikan
lele dengan susu vanilla adalah aroma amis. Sementara itu, tingkat spesifikasi aroma amis
terhadap beberapa jenis daging masih rendah. Dapat dimungkinkan aroma amis pada susu
vanilla bubuk bukan dari daging ikan melainkan dari daging atau susu binatang ternak seperti
kambing, sapi dan lainnya. Dan dikarenakan kepekaan panelis terhadap aroma amis itu masih
rendah maka penilaian aroma amis pada susu vanila bubuk lebih mendekati aroma amis
tepung tulang ikan lele dibandingkan dengan aroma sampel standar yang lain. Perlu diketahui
bahwa kelemahan uji deskripsi ini dibanding uji yang lain yaitu kebutuhan akan panelis yang
sangat terlatih. Selain itu, diperlukan pula konsentrasi dan kepekaan yang tinggi dari panelis
yang digunakan karena atribut mutu yang dinilai cukup banyak yang satu sama lainnya
berlainan.
Berikut gambar lembar penilaian sensori tepung ikan menurut SNI 01 – 2346 – 2006.
Gambar lembar penilaian sensori tepung ikan di atas, memberikan informasi kepada
kita bahwa atribut aroma (bau) menjadi salah satu kriteria mutu tepung ikan. Selain itu, dari
gambar penilaian sensori tersebut dapat diketahui aroma tepung ikan yang menjadi kriteria
mutu setidaknya berbau harum dan spesifik tepung ikan. Jika dibandingkan dengan hasil
penilaian deskripsi aroma sampel tepung tulang ikan lele yang mendekati aroma susu vanila
bubuk ini dapat dinyatakan bahwa sampel tepung tulang ikan lele ini belum memenuhi
standar mutu aroma tepung ikan dikarenakan belum mempunyai aroma spesifik tepung ikan.
Hasil penilaian deskriptif aroma sampel uji ini lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik
spider web (bagian pembahasan). Grafik spider web merupakan salah satu grafik yang dapat
menginterprestasikan hasil penilaian uji QDA yang mana bentuknya seperti sarang laba –
laba yang dibuat dengan program Ms. Excel dengan merata – rata terlebih dahulu nilai
deskriptif aroma dari masing – masing sampel standar. Dari grafik spider web ini dapat
dilihat sampel standar susu vanila mempunyai titik paling menjauhi titik pusat/titik nol dan
mencapai ujung sarang/jaring sehingga ini menunjukkan bahwa sampel standar susu vanila
bubuk mempunyai kecenderungan aroma yang lebih dekat dengan sampel uji dibandingkan
dengan sampel standar yang lain. Hal ini berbanding terbalik dengan sampel standar lele
mentah yang mempunyai titik mendekati titik pusat atau titik nol yang menunjukkan bahwa
sampel lele mentah ini justru mempunyai kecenderungan aroma menjauhi sampel uji yaitu
tepung tulang ikan lele.
II. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
a. Pengujian analisis deskriptif kuantitatif (QDA) dilakukan melalui beberapa tahap
meliputi seleksi panelis, pelatihan, metode pengembangan bahasa atau kata – kata
sebagai wujud ekspresi terhadap contoh, pemberian skor pada contoh, dan
akhirnya pengolahan data – data yang telah diperoleh secara statistik.
b. Data analisis deskriptif kuantitatif dapat dianalisis menggunakan grafik spider
web dengan nilai nol pada titik pusat untuk setiap atribut dan hasil pengujian dari
praktikum ini yaitu aroma sampel uji tepung tulang ikan lele mendekati aroma
susu susu vanila bubuk sehingga sampel uji dianggap belum memenuhi standar
mutu karena belum mempunyai aroma spesifik tepung tulang ikan.
2. Saran
a. Praktikan lebih memperhatikan tahapan analisis deskriptif kuantitatif
b. Perlunya menguji tidak hanya satu parameter sampel uji, dan hendaknya sampel
standar yang digunakan lebih sedikit agar lebih mengerucut kepada deskripsi
sampel uji
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standar Nasional Indonesia. SNI 01-2346-2006.Petunjuk Pengujian Organoleptik dan
atau Sensori. Jakarta.
Rahayu, WP. 1998. Penuntun Praktikum Penilaian Organoleptik.Jurusan Teknologi Pangan dan
Gizi, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Setyaningsih, Dwi, dkk. 2010. Analisis Sensori Untuk Industri Pangan dan Agro. Penerbit IPB
Press: Bogor
Soekarto, ST. 1985. Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian. Bharata
Karya Aksara. Jakarta
Wagiyono, S. Wijandi (eds). 2003. Menguji Kesukaan Secara Organoleptik. Badan
Pengembangan Kurikulum Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional