21
REGENERASI SIRIP IKAN NILEM (Osteochilus hasselti) Oleh : Nama : Harris Hermawan NIM : B1J012172 Rombongan :V Kelompok :1 Asisten : Ilham Amrulloh LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN HEWAN II

Laporan regenerasi sirip ikan nilem

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan regenerasi sirip pada ikan nilem

Citation preview

REGENERASI SIRIP IKAN NILEM (Osteochilus hasselti)

Oleh :

Nama

: Harris HermawanNIM

: B1J012172Rombongan

: VKelompok

: 1Asisten

: Ilham AmrullohLAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN HEWAN II

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS BIOLOGI

PURWOKERTO

2013I. PENDAHULUANA. Latar Belakang

Regenerasi ialah memperbaiki bagian tubuh yang rusak atau lepas kembali seperti semula. Kerusakan itu bervariasi, ada yang ringan, seperti luka dan memar, ada yang sedang, yang menyebabkan ujung sebagian tubuh terbuang, dan yang berat, yang menyebabkan suatu bagian besar tubuh terbuang (Yatim, 1994).Regenerasi merupakan proses yang begitu penting artinya bagi kehidupan makhluk hidup. Tanpa regenerasi maka tubuh organisme tak akan ada yang sempurna. Dalam tubuh makhluk hidup terdapat kemampuan untuk melakukan regenerasi pada tingkat sel atau jaringan sedangkan pada hewan tertentu mampu melakukan regenerasi pada tingkat organ.Manusia memiliki daya regenerasi yang rendah. Hal ini disebabkan kuatnya membra manusia sehingga sukar untuk rusak atau patah. Manusia memiliki daya regenerasi yang kecil yaitu hanya terbatas pada taraf histologist, tidak sampai anatomis. Jaringan yang dapat beregenerasi adalah tulang, tulang rawan, otot, syaraf, jaringan ikat, dan juga beberapa kelenjar pencernaan seperti hati dan pankreas. Tulang merupakan organ yang mempunyai daya penyembuhan paling tinggi. Tulang rawan sulit beregenerasi bila manusia itu sudah dewasa. Hasil regenerasi itupun tidak sempurna seperti semula, sedangkan otot jantung juga tidak bisa beregenerasi jika manusia sudah tumbuh dewasa.Kemampuan regenerasi pada hewan ada yang terbatas pada tingkat larva, pada anggota badan dan juga pada bagian ekor. Daya regenerasi pada cicak naya terbatas pada ekor yang digunakan untuk melepaskan diri dari cengkraman musuh, yaitu saat cicak tertangkap oleh musuh maka cicak dengan segera akan memutuskan ekornnya.Daya regenerasi pada setiap organisme tidaklah sama. Ada kelompok hewan yang memiliki daya regenerasi yang tinggi ada pula yang rendah sekali. Hewan vertebrata memiliki daya regenerasi yang rendah jika dibandingkan dengan hewan avertebrata yang memiliki daya regenerasi tinggi. Kelompok reptilia seperti cicak dan kadal dapat melepaskan ekornya agar terhindar dari tangkapan musuh kemudian akan meregenerasi kembali ekornya pada waktu senggang (Yatim, 1994).Setiap hewan mempunyai kemampuan hidup yang bervariasi antara makhluk yang satu dengan yang lainnya. Salah satu contoh adalah regenerasi dari organ. Regenerasi organ dapat diartikan sebagai kemampuan tubuh suatu organisme untuk menggantikan bagian tubuh yang rusak baik yang disengaja ataupun yang tidak disengaja (karena kecelakaan) dengan bagian tubuh yang baru dengan bentuk yang sama persis dengan sebelumnya. Regenerasi ada tiga macam, yaitu epimorfosis atau regenerasi epimorfik, morfolaksis atau regenerasi morfalaktit, dan regenerasi intermediet (Balinsky, 1983). Praktikum kali ini menggunakan ikan nilem sebagai bahan percobaan karena selain mudah didapat juga karena bisa meregenerasi siripnya yang bisa tumbuh kembali, sehingga proses dari tumbuh atau regenerasinya perlu untuk diamati, serta pemotongan sirip ikan nilem tiap kelompok akan berbeda dikarenakan untuk mengamati regenerasi tiap sirip. B. Tujuan

Praktikum ragenerasi ini bertujuan untuk mengetahui proses regenerasi pada sirip ikan nilem dan dan mengetahui kemampuan regenerasi pada berbagai sirip ikan nilem (Osteochilus hasselti).II. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah akuarium, gunting atau pisau, millimeter blok dan alat tulis.

Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum adalah ikan nilem (Osteochilus hasselti).B. Metode

Cara kerja pada praktikun ini yaitu :1) Ikan nilem diambil dari akuarium menggunakan seser.

2) Diukur panjang total ikan menggunakan millimeter blok.

3) Gunting salah satu bagian sirip pada ikan.

4) Ukur bagian sirip yang terpotong sehingga diketahui panjang tubuh yang tersisa.

5) Masukkan kembali ikan ke dalam akuarium dan dipelihara selama 2 minggu.

6) Setiap hari ikan diberi pakan berupa pellet ikan dan air akuarium disipon setiap 2 hari sekali.

7) Pada minggu pertama dan kedua diukur kembali panjang tubuh untuk mengetahui ada tidaknya pertumbuhan pada sirip yang dipotong.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HasilTabel 1. Foto Regenerasi

WaktuSebelum DipotongSesudah Dipotong

Awal

Minggu 1

Minggu 2MatiMati

Tabel 2. Data Regenerasi Sirip Ikan NilemRombongan V

KelompokSirip Yang DipotongPanjang Awal (mm)Panjang Sisa (mm)Panjang Hari ke-7 (mm)Panjang Hari ke-14 (mm)

1Caudal fin atas18610X

2Caudal fin bawah17101213

3Anal fin1187X

4Abdominal fin12955

5Pectoral fin745X

Keterangan :

X : ikan mati

Rombongan VIKelompokSirip Yang DipotongPanjang Awal (mm)Panjang Sisa (mm)Panjang Hari ke-7

(mm)Panjang Hari ke-14

(mm)

1Caudal fin atas

2381317

2Caudal fin bawah1981314

3Caudal fin956X

4Anal fin115814

5Pectoral fin8257

Keterangan :

X : ikan mati

B. Pembahasan

Kemampuan regenerasi yang sangat jelas dapat dijumpai pada spons, coelenterata, cacing bahkan banyak diantaranya yang mampu membentuk organisme baru yang berasal dari fragmen-fragmen tubuhnya saja. Vertebrata, kemampuan meregenerasi struktur-struktur utama tubuh terbatas pada Urodella yang dapat mengganti anggota badan atau ekor yang hilang. Beberapa Icertulia yang dapat meregenerasi bagian ekor yang hilang seperti kecebong (Adnan, 2007).

Regenerasi bila ditinjau lebih lanjut , ternyata terdiri dari berbagai kegiatan, mulai dari pemulihan kerusakan yang parah akibat hilangnya bagian tubuh utama, misalnya anggota bagian badan sampai pada penggantian kerusakan kecil yang terjadi dalam proses biasa, yaitu rontoknya rambut. Regenerasi dapat juga berbentuk sebagai poliferasi dan deferensiasi lebih sel-sel lapisan marginal. Berupa berbagai penimbunan sel-sel yang nampak belum mengalami diferensiasi pada luka tersebut disebut blastama yang akan berpoliferasi dan secara prosesif membentuk bagian yang hilang. Blastama dapat berasal dari sel cadang khusus atau neoblast sel-sel intertisial yang bermigarsi ke tempat asal luka (Sugianto, 1996).Sebagian sirip diamputasi atau terluka parah dapat untuk menyelesaikan pemulihan diri melalui proses regenerasi epimorphic. Proses ini melibatkan perekrutan sel mesenchymal untuk membentuk protoplasma yang diikuti oleh diferensiasi ini sel ke scleroblasts, sintesis dan deposisi matriks ekstraseluler, restorasi andmorphological (Anusree, 2011).Menurut Adnan (2007), bahwa regenerasi merupakan suatu peristiwa yang terjadi atas beberapa tahap yaitu :

1. Penyembuhan luka.

2. Penyembuhan jaringan.

3. Pembentukan blastoma.

4. Morfologi dan redeferensiasi.

Menurut Yatim (1994), bahwa proses regenerasi sebagai berikut :

1. Darah mengalir menutupi pernukaan luka lalu membentuk scap yang sifatnya melindungi.

2. Epitel kulit menyebar di permukaan luka di bawah scab sel epitel bergerak secara nuboid. Butuh waktu dua hari agar kulit lengkap menutupi luka.

3. Redeferensiasi sel-sel jaringan di sekitar luka, sehingga menjadi bersifat muda kembali dan pluripotent, untuk membentuk berbagai jenis jaringan baru.

4. Pembentukan blastoma, yakni kuncup regenerasi pada permukaan bekas luka, scab yang ada mungkin sudah lepas waktu itu.

5. Rediferensiasi sel-sel deferensiasi, serentak dengan poliferasi sel-sel blastoma itu.

Menurut Sudarwati (1990), regenerasi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :

1. Temperatur, dimana peningkatan temperatur sampai titik tertentu maka akan meningkatkan regenerasi.

2. Makanan, tingkat regenerasi akan cepat jika memperhatikan aspek makanan. Makanan yang cukup dapat membantu mempercepat proses regenerasi.3. System saraf, sel-sel yang membentuk regenerasi baru berasal dari sel sekitar luka . hal ini dapat dibuktikan dengan radisai seluruh bagian tubuh terkecuali bagian yang terpotong, maka terjadilah regenerasi dan faktor yang menentukan macam organ yang diregenerasi.Kecepatan regenerasi pada probandus dipengaruhi beberapa hal, seperti adaptasi terhadap lingkungan asing. Probandus yang teramati pada percobaan mengalami stress, mogok minum, dan selalu berusaha untuk meloloskan diri apabila tempat isolasi dibuka. Menurut Morgan (1982), regenerasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah temperatur, proses biologi dan faktor bahan makanan. Kenaikan dari temperatur, pada hal tertentu, mempercepat regenerasi. Regenerasi menjadi lebih cepat pada suhu 29,7 0C. Faktor bahan makanan tidak begitu mempengaruhi dalam proses regenerasi (Morhan, 1982).Terjadinya regenerasi perlu kehadiran urat saraf. Saraf anggota dipotong waktu larva, lalu kemudian anggota itu diamputasi, tak ada regenerasi berlangsung. Dedifferensiasi terus berlangsung, tapi sel-selnya diabsorpsi masuk tubuh, dan akhirnya proses regenerasi berhenti. Saraf saja dipotong tapi anggota tetap, anggota itu tidak akan berdegenerasi. Saraf dipotong dan anggota diamputasi, tunggulnya akan berdegenerasi (Yatim, 1994).

Menurut Yatim (1994), serat saraf tepi, kalau putus dapat juga berdegenerasi, asal perikaryon (soma neuron) tidak ikut rusak. Urat saraf potong, bagian ujung yang lepas dari perkaryon akan berdegenerasi dan debrisnya diphagocytosis makrofag. Bagian pangkal yang berhubungan dengan perikaryon tetap bertahan, dan akan beregenerasi. Terjadi proses sebagai berikut :

1. Chromatolysis, yakni melarutnya badan Nissl.

2. Perikaryon membesar.

3. Inti berpindah ke tepi.

4. Bagian ujung axon yang dekt luka berdegenerasi sedikit, lalu tumbuh lagi.

Ujung axon yang putus, setelah semua hancur dan dibersihkan makrofag, sel Schwann berproliferi membentuk batang sel-sel. Bagian proximal axon kemudian tumbuh dan bercabang-cabang mengikuti batang sel-sel Schwann ke bagian distal, sehingga mencapai alat effector (otot, kelenjar). Jarak antara proximal dengan distal yang putus jauh sekali dan batang sel-sel Schwann tak mencapai ujung bagian proximal itu, ujung proximal yang tumbuh tak sampai ke alat effector. Terbentuk gumpalan serabut saraf lepas di bawah kulit bekas luka atau amputasi, yang akan terasa nyeri sekali. Nampaklah, kehadiran batang sel-sel Schwann di bagian effector, perlu untuk mengarahkan atau jadi pedoman bagi axon untuk tumbuh. Neueron yang putus terlalu dekat ke perikaryon, tak ada reaksi sel-sel Schwann di bagian effector, dan perikaryon sendiri lama-lama akan mati. Neuroglia, termasuk sel Schwann, dapat beregenerasi dengan melakukan mitosis. Celah-celah bekas tempat neuron yang rusak dan hancur di saraf pusat (otak atau sumsum punggung), umpamanya karena penyakit atau rusak, akan diisi lagi oleh neuroglia, bukan oleh neuron baru (Morgan, 1982).

Suatu organisme khususnya hewan memiliki kemampuan untuk memperbaiki struktur atau jaringan yang mengalami kerusakan. Kerusakan ini dapat disebabkan kecelakaan yang tidak disengaja karena kondisi natural atau kerusakan yang disengaja oleh manusia untuk keperluan penelitian atau experimen. Hilangnya bagian tubuh yang terjadi ini setiap saat dapat muncul kembali, dan dalam kasus ini proses memperbaiki diri ini kita sebut sebagai regenerasi (Balinsky, 1983).

Daya regenerasi tak sama pada berbagai organisme. Ada yang tinggi dan ada yang rendah sekali dayanya. Tak jelas hubungan linier antara kedudukan sistematik hewan dengan daya regenerasi. Yang terkenal tingi dayanya ialah Coelenterata, Platyhelminthes, Annelida, Crustacea, dan Urodela. Aves dan mamalia paling rendah dayanya, biasanya terbatas kepada penyembuhan luka, bagian tubuh yang lepas tak dapat ditumbuhkan kembali (Yatim, 1994).Kompleksitas struktur fisiologi mempengaruhi kemampuan regenerasi, bila kompleksitas meningkat maka kemampuan organisme beregenerasi akan berkurang, begitu juga sebaliknya. Kemampuan hewan untuk meregenerasikan bagian-bagian yang hilang sangat bervariasi dari spesies ke spesies. Hewan avertebrata seperti cacing tanah, udang, ikan ,dan kadal tidak mempunyai daya regenerasi yang dapat meregenerasi seluruh organisme, melainkan hanya sebagian dari organ atau jaringan organisme tersebut (Kimball,1983).

Proses regenerasi dalam banyak hal mirip dengan proses perkembangan embrio. Pembelahan yang cepat, dari sel-sel yang belum khusus timbullah organisasi yang kompleks dari sel-sel khusus. Melibatkan morfogenesis dan diferensiasi seperti perkembangan embrio. Satu cara proses regenerasi yang berbeda dari proses perkembangan embrio (Kimball, 1983).

Regenerasi dapat terhalang apabila luka segera ditutupi oleh kulit seperti yang ditemukan pada katak, kulit segera menutupi luka, karena itu jika kaki katak diamputasi, tidak terjadi regenerasi, karena kulit akan segera menutup luka itu. Pergerakan dermal dapat dicegah dengan memberi larutan garam. Regenerasi juga dapat terjadi kalau hanya epidermis kulit yang menutupi luka. Kulit mengandung suatu zat yang dapat memblokir proses regenerasi. Terjadinya regenerasi perlu kehadiran urat syaraf. Regenerasi tidak akan berlangsung, jika syaraf anggota dipotong pada waktu larva, kemudian anggota diamputasi. Diferensiasi terus berlangsung, tetapi sel-selnya diabsorpsi, dan akhirnya proses regenerasi berhenti (Kalthoff, 1996).Menurut Soeminto (2007), terdapat tiga macam regenerasi yaitu :

1. Regenerasi epimorfosis, yaitu regenerasi yang terjadi lewat mekanisme yang melibatkan de-diferensiasi struktur dewasa untuk membentuk masa sel yang belum terdiferensiasi, yang kemudian terspesifikassi dan ini khas pada generasi membra.

2. Regenerasi mofolakis, yaitu regenerasi yang terjadi lewat pemolaan kemmbali jaringan yang masih ada, yang tidak disertai dengan perbanyakan sel. Regenerasi ini terjadi pada Hydra.

3. Regenerasi intermediet, diduga sebagai regenerasi konpensatori. Regenerasi ini, sel-sel membelah tetapi mempertahankan fungsi sel yang telah terdiferensiasi. Mereka memproduksi sel-sel yang serupa dengan dirinya sendiri dan tidak membentuk masa jaringan yang belum terdiferensiasi. Tipe ini terjadi khusus pada hati manusia.

Praktikum regenerasi yang dilakukan menggunakan hewan uji ikan nilem (Osteochilus hasselti). Adapun langkah kerja yang dilakukan selama praktikum untuk regenerasi pada sirip ikan yaitu pertama ikan nilem yang sudah disiapkan sebelumnya diambil dengan menggunakan seser dari akurium. Ikan yang sudah diambil lalu diletakkan diatas kertas milimeter blok untuk dilakukan pengukuran panjang sirip ikan awal sebelum dipotong, setelah diukur dan dicatat hasilnya sirip ikan pada bagian caudal atas dipotong dengan menggunakan gunting. Setelah dipotong, sirip ikan yang telah dipotong kembali diukur dengan milimeter blok, adapun alasan menggunakan milimeter blok untuk pengukuran yaitu untuk didapatkan hasil dalam satuan milimeter (mm). Hasil pengukuran panjang sirip setelah pemotongan dicatat dan ikan ditaruh kembali kedalam akuarium. Dilakukan pemeliharaan selama dua minggu, pemberian pakan dan pembersihan akuarium dilakukan setiap dua hari sekali. Setelah satu minggu, sirip ikan diamati perubahannya dengan mengukurnya dengan milimeter blok. Setelah dua minggu dilakukan pengukuran dengan cara yang sama. Hasil yang didapat selama praktikum digunakan untuk pembuatan laporan. Hasil yang diperoleh dari pengamatan dicatat dan difoto yang akan digunakan sebagai data dalam pembuatan laporan praktikum.

Berdasarkan hasil praktikum, perkembangan organ yang dipotong untuk sirip caudal atas ikan nilem yaitu pada minggu pertama ikan yang diamputasi sirip caudalnya tumbuh hingga 4 mm. Kemudian beberapa hari setelah pengukuran ikan mati dan pengamatan tidak dilanjutkan sesuai prosedur. Pemotongan sirip ikan nilem tiap kelompok berbeda, hal ini bertujuan untuk mengetahui pada sirip bagian mana yang proses regenerasinya lebih cepat. Proses regenerasi pada sirip ikan dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor misalkan kondisi internal ikan, peranan sirip ikan untuk pergerakan didalam air (Paxton, 1986). Menurut Paxton (1986) regenerasi sirip ikan yang paling cepat terjadi pada sirip caudal dan sirip karena fungsi sirip bagian caudal dan anal merupakan sirip yang mempunyai peranan penting dalam pergerakan ikan.IV. KESIMPULAN DAN SARANA. KesimpulanBerdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Regenerasi organ merupakan suatu proses pembentukan kembali organ yang hilang dari tubuhnya dan mengalami regenerasi organ hanya pada bagian organ tertentu 2. Ada tiga cara regenerasi yaitu regenerasi epimorfosis, regenerasi morfolaksis dan regenerasi intermediet.3. Proses regenerasi pada sirip caudal dan anal lebih cepat karena fungsinya yang penting untuk pergerakan ikan. B. Saran

Sebaiknya selama praktikum regenerasi pada ikan nilem praktikan harus lebih teliti dan taktis selama pemeliharaan ikan dan dilihat perkembangannya setiap hari serta tidak lupa untuk memberi makan sesuai porsinya dan dijaga kebersihan habitat ikan.

DAFTAR REFERENSIAdnan, Halifah pagarra, Asmawati, 2007. Penuntun Praktikum Reproduksi dan Embriologi. Makassar : Jurusan Biologi FMIPA UNM.Anusree. P, Saradamba. A, Tailor. N, Desai. I and Suresh. B. 2011. Caudal Fin Regenerationis Regulated By Cox-2 Induced PGE In Teleost Fish Poecillia Latipanna. TheMaharaja Sayajirao University of Baroda Vol. 11(2) 2795-280.

Balinsky, B. I. 1983. An Introduction to Embriology. W. B. Saunders Company, Philadelpia

Kalthoff, Klaus. 1996. Analysis of Biological Development. Mc Graw-Hill Mc, New YorkKimball, J.W. 1983. Biologi Edisi ke- 5 jilid 2. Jakarta: Erlangga.Paxton, M. J. W. 1986. Endrokrinology Biological and medical prespective. Wm. C. Brown Publisher. Dubuque. LowaMorgan, W. 1982. Comparative Anatomy. John Willey and Sons Inc., New York.

Sudarwati, 1990. Struktur Hewan. Bandung : Jurusan Biologi FMIPA ITB.

Sugianto, 1996. Perkembangan Hewan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Yatim, W. 1994. Reproduksi dan Embriologi. Bandung : Tarsito.