Upload
rijalul-u-riskil
View
84
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
POLITEKNIK TEKNIKPERKAPALAN PERMESINANNEGERI KAPALSURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 52103
3. Uji Tumbuk
( Impact Test )
3.1 Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa mampu melakukan pengujian beban mendadak (Impact test) terhadap
suatu material.
Tujuan Instruksional Khusus
Mahasiswa mampu menganalisa pengaruh takikan (notch) terhadap kekuatan
material.
Mahasiswa mampu menganalisa energi dan kekuatan impact dari hasil pengujian
suatu material.
Mahasiswa mampu menganalisa pengaruh temperatur terhadap kekuatan material.
Mahasiswa mampu menganalisa temperatur transisi suatu material.
Mahasiswa mampu menganalisa jenis patahan suatu material.
3.2 Dasar Teori
Beberapa peralatan pada otomotif dan transmisi serta bagian-bagian pada kereta
api, akan mengalami suatu beban kejutan dalam operasinya. Maka dari itu ketahanan
suatu material terhadap beban mendadak, serta faktor-faktor yang mempengaruhi sifat
material tersebut perlu diketahui dan diperhatikan. Pengujian ini berguna untuk
melihat efek-efek yang ditimbulkan oleh adanya takikan, bentuk takikan, temperatur,
dan faktor-faktor lainnya. Impact test bisa diartikan sebagai suatu tes yang mengukur
kemampuan suatu bahan dalam menerima beban tumbuk yang diukur dengan besarnya
energi yang diperlukan untuk mematahkan spesimen dengan ayunan sebagaimana
ditunjukkan pada gambar 3.1.
UJI TUMBUK 1
POLITEKNIK TEKNIKPERKAPALAN PERMESINANNEGERI KAPALSURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 52103
Bandul yang mempunyai ketinggian tertentu berayun dan memukul spesimen.
Berkurangnya energi potensial dari bandul sebelum dan sesudah memukul benda uji
merupakan energi yang diserap oleh spesimen.
UJI TUMBUK
End of swing
h0h1
l
a
2
POLITEKNIK TEKNIKPERKAPALAN PERMESINANNEGERI KAPALSURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 52103
Gambar 3.2 Sketsa perhitungan energi impact teoritis
Besarnya energi impact (joule) dapat dilihat pada skala mesin penguji. Sedangkan
besarya energi impact dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
Eo = W.ho……………………………………………………………………(3.1)
E1 = W.h1……………………………………………………………………(3.2)
∆E = Eo - E1
= W (ho- h1)…………………………………………….………………..(3.3)
dari gambar 2.2 didapatkan ho = ℓ - ℓcos α
= ℓ (1 - cos α)………………....………(3.4)
h1 = ℓ - ℓcos β
= ℓ (1 - cos β)…………………...…….(3.5)
dengan subtitusi persamaan 3.1 dan 3.5 pada 3.3 di dapatkan :
∆E = W ℓ( cos β - cos α )………………………………………………..….(3.6)
dimana Eo = Energi awal (J)
E1 = Energi akhir (J)
W = Berat bandul (N)
ho = Ketinggian bandul sebelum dilepas (m)
h1 = Ketinggian bandul setelah dilepas (m)
ℓ = panjang lengan bandul (m)
α = sudut awal (o)
β = sudut akhir (o)
Untuk mengetahui kekuatan impact /impact strength (Is) maka energi impact
tersebut harus dibagi dengan luas penampang efektif spesimen (A) sehingga :
Is = ∆E/A
= W ℓ( cos β - cos α )/A………………………………………………(3.7)
Pada suatu konstruksi, keberadaan takik atau nocth memegang peranan yang amat
berpengaruh terhadap kekuatan impact. Adanya takikan pada kerja yang salah seperti
diskotinuitas pada pengelasan, atau korosi lokal bisa bersifat sebagai pemusat
UJI TUMBUK 3
POLITEKNIK TEKNIKPERKAPALAN PERMESINANNEGERI KAPALSURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 52103
tegangan (stress concentration). Adanya pusat tegangan ini dapat menyebabkan
material brittle (getas), sehingga patah pada beban di bawah yield strength.
Ada tiga macam bentuk takikan pada pengujian impact yakni takikan V, U dan key
hole sebagaimana ditunjukkan pada gambar 3.3 di bawah ini.
Gambar 3.3 Jenis takikan pada spesimen uji impact
Fracture atau kepatahan pada suatu material dapat digolongkan sebagai brittle
(getas) atau ductile (ulet). Suatu material yang mengalami kepatahan tanpa
mengalami deformasi plastis dikatakan patah secara brittle. Sedangkan apabila
kepatahan didahului dengan suatu deformasi plastis dikatakan mengalami ductile
fracture. Material yang mengalami brittle fracture hanya mampu menahan energi
yang kecil saja sebelum mengalami kepatahan. Perbedaan permukaan kedua jenis
patahan sebagaimana ditunjukkan pada gambar 3.4.
Gambar 3.4 Pola patahan pada penampang specimen uji impact
3.4 Metode Pengujian Impact
Metode pengujian impact dibedakan menjadi 2 yaitu:
a) Metode Charpy
Pada metode sebagaimana ditunjukkan pada gambar 3.5 a, spesimen
diletakkan mendatar dan kedua ujung spesimen ditumpu pada suatu landasan.
Letak takikan (notch) tepat ditengah dengan arah pemukulan dari belakang
UJI TUMBUK 4
POLITEKNIK TEKNIKPERKAPALAN PERMESINANNEGERI KAPALSURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 52103
takikan. Biasanya metode ini digunakan di Amerika dan banyak negara yang lain
termasuk Indonesia.
b) Metode Izod
Pada metode ini sebagaimana ditunjukkan pada gambar 3.5 b, spesimen
dijepit pada salah satu ujungnya dan diletakkan tegak. Arah pemukulan dari depan
takikan. Biasanya metode ini digunakan di Negara Inggris.
Gambar 3.5 Metode pengujian Charpy dan Izod
3.5 Temperatur Transisi
Kemampuan suatu material untuk menahan energi impact sangat dipengaruhi oleh
temperatur kerja. Pengaruh temperatur terhadap kekuatan impact setiap jenis material
berbeda-beda. Baja karbon merupakan salah satu contoh logam yang kekuatan
impactnya turun drastis bila berada pada temperatur yang sangat dingin (±1000 C).
Sebaliknya aluminium adalah contoh logam yang masih mempunyai kekuatan impact
yang cukup tinggi pada temperatur yang sangat dingin tersebut. Pada umumnya
kenaikan temperatur akan meningkatkan kekuatan impact logam, sedangkan
penurunan temperatur akan menurunkan kekuatan impactnya. Di antara kedua
kekuatan impact yang ekstrim tersebut ada suatu titik temperatur yang merupakan
transisi dari kedua titik ekstrim tersebut yakni suatu temperatur yang menunjukkan
perubahan sifat material dari ductile menjadi brittle. Titik temperatur tersebut disebut
‘temperatur transisi’ (gambar 3.6).
UJI TUMBUK 5
POLITEKNIK TEKNIKPERKAPALAN PERMESINANNEGERI KAPALSURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 52103
Gambar 3.6 Temperatur Transisi
Apabila temperatur operasi dari suatu peralatan berada di bawah temperatur transisi
dari material yang digunakan, maka adanya crack pada material fracture akan
menyebabkan kerusakan pada peralatan, sedangkan apabila temperatur operasi
terendah masih di atas temperatur transisi dari material, maka brittle fracture bukan
merupakan masalah.
3.6 Material
Spesimen uji impact untuk temperatur panas (1 buah)
Spesimen uji impact untuk temperatur kamar (1 buah)
Spesimen uji impact untuk temperatur dingin (1 buah)
3.7 Peralatan
Mesin Uji Impact
Cooling Chamber
Thermo couple
Kompor listrik dan panci
Stopwatch
Jangka sorong
Kikir
Stamping
Ragum
Tang
3.8 Langkah Kerja
UJI TUMBUK 6
POLITEKNIK TEKNIKPERKAPALAN PERMESINANNEGERI KAPALSURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 52103
Menyiapkan Spesimen
-Bersihkan permukaan benda kerja dengan hand grinder.
-Ulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen.
Kodifikasi
-Ambil stamping dan tandai tiap spesimen dengan kode 1 digit
-Digit menunjukkan temperature kerja :
1 = temperatur panas (88,8oC)
2 = temperatur kamar (28,40C)
3 = temperatur dingin (1,90C )
Pengukuran Dimensi
-Ambil spesimen ukur dimensinya.
-Catat kode spesimen dan data pengukurannya pada lembar kerja.
-Ulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen.
Pengkondisian Spesimen Pada Temperatur Kerja
Temperatur panas (88,8oC)
-Masukkan air ke dalam panci dan letakkan diatas kompor listrik yang telah
dinyalakan.
-Tunggu sampai air mendidih dan masukkan spesimen berkode 1 ke dalam
panci dan tunggu ±5 menit.
-Ukur temperatur air sesaat sebelum spesimen diambil untuk diuji impact.
-Catat pada lembar kerja.
Temperatur kamar (28,4°C)
-Untuk temperatur kamar, spesimen berkode 2 bisa langsung diuji.
Temperatur dingin (1,90C)
-Nyalakan Cooling Chamber dan setting pada temperatur 1,90 C untuk
pengujian dingin.
-Tunggu sampai penunjuk temperatur menunjukkan angka 1,90 C.
UJI TUMBUK 7
POLITEKNIK TEKNIKPERKAPALAN PERMESINANNEGERI KAPALSURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 52103
-Masukan spesimen yang berkode 3 ke dalam Cooling Chamber dan tunggu ±
5 menit.
-Catat pada lembar kerja, temperatur sesaat sebelum spesimen diambil untuk
diuji impact.
Pengujian pada Mesin Uji Impact
-Catat data mesin pada lembar kerja.
-Tempatkan bandul pada posisi awal untuk pengujian.
-Atur jarum penunjuk pada posisi 0.
-Ambil spesimen dan letakkan pada tempatnya secara tepat dan cepat, terutama
untuk kondisi panas dan dingin.
-Letakkan tangan kanan pada pin pengunci beban dan tangan kiri pada rem.
-Tekan pin pengunci beban, sehingga bandul meluncur menimpa spesimen.
-Tekan rem ketika bandul hendak mengayun untuk yang kedua kalinya.
-Amati dan catat besarnya sudut dan besarnya energi yang ditunjukkan oleh
jarum penunjuk.
-Ulangi langkah diatas untuk seluruh spesimen.
Menentukan Panjang Lengan Bandul
-Angkat bandul sehingga membentuk sudut 100 dari garis tegak.
-Lepaskan bandul sehingga berayun.
-Hitung dengan stopwatch waktu yang dibutuhkan untuk 50 ayunan (T50).
-Hitung lengan bandul dengan menggunakan persamaan berikut :
T = 2√( ℓ/ g) …………………………………… (3.8)
Dimana T = periode (detik)
= T50 / 50
ℓ = panjang lengan bandul (m)
g = percepatan gravitasi (m/det2)
UJI TUMBUK 8
POLITEKNIK TEKNIKPERKAPALAN PERMESINANNEGERI KAPALSURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 52103
3.9 Hasil Pengujian
Menghitung kekuatan Impact ( J/mm2 ) pada tiga spesimen yang berbeda
temperatur :
Tabel 3.1 Data Spesimen Hasil Uji Impact
SpesimenTemperatur
(°c)Panjang(mm)
Lebar(mm)
Tebal (mm)
Tebal takikan (mm)
Luas Penampang (mm²)
Energi impact (joule)
SudutAkhir(ß°)
1 88,80 57,90 9,90 9,75 8,400 87,12 117,50 54,50
2 28,40 57,45 10,00 9,95 8,250 84,00 85,00 81
3 1,90 58,10 10,00 10,00 8,350 75,00 34 120
Menurut Pengujian
Spesimen 1
Diket : E = 117,50 joule
A = 87,12 mm2
Maka kekuatan impact ( Is ) = E/A
= 117,50/87,12
= 1,390 J/mm2
Spesimen 2
Diket : E = 85,00 joule
A = 84,00 mm2
Maka kekuatan impact ( Is ) = E/A
= 85,00/84,00
= 1,012 J/mm2
Spesimen 3
Diket : E = 34,00 joule
A = 75,00 mm2
Maka kekuatan impact ( Is ) = E/A
= 34,00/75,00
= 0,450 J/mm2
Menurut Teori
Mencari panjang lengan (ℓ)
UJI TUMBUK 9
POLITEKNIK TEKNIKPERKAPALAN PERMESINANNEGERI KAPALSURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 52103
Periode (T) = 89,34 detik
Periode tiap detik (T50) = 89,34/ 50 = 1,79 detik
T50 = 2.√( ℓ/ g)
1,79 = 2.√( ℓ /9 , 81)
3,20 = 42.(ℓ/9,81)
ℓ = 0,793 N
Berat bandul (W) = 96,5 N
Sudut awal ( α ) = 160,430
Spesimen 1
Sudut akhir = 54,500
Luas penampang = 87,120 mm2
Maka kekuatan impact
I = W.ℓ.(cos - cos )/A
= 96,5 N.0,793m.(cos 54,5 0 – cos 160,430 ) / 87,120 mm2
= 1,338 J/mm2
Spesimen 2
Sudut akhir = 810
Luas penampang = 84 mm2
Maka kekuatan impact
I = W.ℓ.(cos - cos )/A
= 96,5 N.0,793 m.(cos 810 – cos 160,430)/84 mm2
= 1,001 J/mm2
Spesimen 3
Sudut akhir = 1200
Luas penampang = 75 mm2
Maka kekuatan impact
I = W.ℓ.(cos - cos )/A
= 96,5 N.0,793 m.(cos 1200-cos160,430 ) /75 mm2
=0,451 J/mm2
UJI TUMBUK 10
POLITEKNIK TEKNIKPERKAPALAN PERMESINANNEGERI KAPALSURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 52103
Tabel 3.2 Data spesimen kekuatan impact
Spesimen1
(88,8°)
2
(28,4°)
3
(1,9°)
Kekuatan impact hasil percobaan (J/mm²) 1,390 1,012 0,450
Kekuatan impact hasil perhitungan (J/mm²) 1,338 1,001 0,451
Selisih 0,052 0,011 0,001
Gambar 3.7 Grafik Kekuatan impact
3.10 Gambar Hasil Pengujian
Pada temperatur 1,90C (dingin)
Jenis pola patahan yang ditimbulkan adalah brittle seperti yang ditunjukkan oleh
gambar di bawah ini :
Gambar 3.8 Pola patahan suhu dingin
Pada temperatur 28,40C (kamar)
Jenis pola patahan yang ditimbulkan adalah ulet seperti yang ditunjukkan oleh gambar
di bawah ini :
UJI TUMBUK
1.9 28.4 88.80
0.20.40.60.8
11.21.41.6
Grafik Kekuatan Impact
Hasil Pengu-jianTemperatur (°C)
Keku
atan
Impa
ct(J
/mm
2)
11
POLITEKNIK TEKNIKPERKAPALAN PERMESINANNEGERI KAPALSURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 52103
Gambar 3.9 Pola patahan suhu kamar
Pada temperatur 88,80C (panas)
Jenis pola patahan yang ditimbulkan adalah ulet seperti yang ditunjukkan oleh gambar
di bawah ini :
Gambar 3.10 Pola patahan suhu panas
3.11 Analisa pengujian
Dari data hasil percobaan dan hasil perhitungan spesimen dengan temperatur
pengujian 88,8 0C mempunyai kekuatan impact yang lebih besar dari yang lainnya.
Kekuatan impact paling rendah baik dari perhitungan maupun dari hasil percobaan
adalah spesimen 3 dengan temperatur pengujian 1,9 0C.
Terjadinya selisih antara grafik pengujian dan teoritis disebabkan karena kurangnya
keakuratan dalam pembacaan skala dalam mesin pengujian impact dan perhitungan
dalam penentuan panjang lengan.
Dari grafik temperatur transisi terdapat kesamaan trend (kecenderungan) antara
kurva kekuatan uji impact hasil perhitungan maupun percobaan dengan kurva
kekuatan uji impact temperatur transisi teoritis (kekuatan impact pada umumnya).
Pada spesimen bersuhu dingin partikel semakin merapat, maka semakin sulit partikel
untuk bergerak. Hal ini meningkatkan internal stress, sehingga apabila spesimen
UJI TUMBUK 12
POLITEKNIK TEKNIKPERKAPALAN PERMESINANNEGERI KAPALSURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 52103
menerima beban tumbuk dari luar akan mudah patah. Sebaliknya, spesimen bersuhu
panas akan sulit mengalami kepatahan apabila terjadi beban tumbuk dari luar. Hal ini
disebabkan karena partikel mengalami kerenggangan, sehingga partikel bebas
bergerak.
3.12 Kesimpulan
Uji kekuatan tumbuk ( impact test ) merupakan salah satu cara untuk mengukur
kekuatan material terhadap beban mendadak. Percobaan ini dilakukan pada tiga
keadaan yang berbeda yakni pada temperatur panas (88,80C), dingin (1,90C), dan
temperatur kamar (28,40). Dari sini dapat disimpulkan bahwa temperature
mempengaruhi kekuatan impact.
Daftar Pustaka
Budi Prasojo, ST [2002], Buku Petunjuk Praktek Uji Bahan, Jurusan Teknik
Permesinan Kapal, PPNS
Dosen Metallurgi, [1986], Petunjuk Praktikum Logam, Jurusan Teknik Mesin
FTI, ITS
Harsono, Dr, Ir & T.Okamura, Dr, [1991], Teknologi Pengelasan Logam, PT.
Pradya Paramita, Jakarta
M.M. Munir, [2000], Modul Praktek Uji Bahan, Vol 1, Jurusan Teknik Bangunan
Kapal, PPNS
Wachid Suherman, Ir, [1987], Diktat Pengetahuan Bahan, Jurusan Teknik Mesin
FTI, ITS
UJI TUMBUK 13