Laporan Resmi Kimia PDF

Embed Size (px)

DESCRIPTION

untuk para maba silahkan di unduh

Citation preview

  • I. Judul Percobaan : Termokimia

    II. Hari/Tanggal Percobaan : 11 November 2015

    III. Selesai Percobaan : 11 November 2015

    IV. Tujuan Percobaan :

    1. Membuktikan bahwa setiap reaksi kimia disertai penyerapan atau

    pelepasan kalor.

    2. Menghitung perubahan kalor yang terjadi dalam berbagai reaksi kimia.

    V. Tinjauan Pustaka

    Termokimia yang merupakan bagian dari termodinamika membahas

    tentang perubahan energi yang menyertai suatu reaksi kimia yang

    dimanifestasikan sebagai kalor reaksi.

    Partikel partikel penyusun zat selalu bergerak konstan, sehungga zat

    memiliki energi kinetik. Energi kinetik rata rata suatu objek berbanding

    lurus dengan temperature absolutenya(K), ini berarti jika suatu objek dalam

    keadaan panas, atom molekul penyusunnya bergerak cepat, sehingga energi

    kinetik objek tersebut besar. Energi potensial suatu zat muncul dari gaya

    Tarik manarik dan tolak menolak antara partikel partikel penyusun zat.

    Salah satu bentuk energi yang umum dijumpai adalah energi kalor.

    Kalor adalah salah satu bentuk energi yang dapat dipertukarkan antara

    system dan lingkungan. Kalor reaksi adalah perubahan energi dalam reaksi

    kimia dalam bentuk kalor. Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor

    yang dimiliki oleh suatu benda yaitu dengan mengukur suhu benda tersebut.

    Jika suhunya tinggi maka kalor yang dikandung sedikit. Alat untuk

    mengukur kalor reaksi dari suatu reaksi kimia adalah kalorimeter.

    Kalorimeter yang menggunakan teknik pencampuran dua zat di dalam suatu

    wadah, umumnya digunakan untuk menentukan kalor jenis suatu zat. Ada

    dua jenis calorimeter yaitu, calorimeter volume datar dan calorimeter

    tekanan tetap.

    Perubahan energi dalam reaksi kimia

    Hampir dalam setiap reaksi kimia akan selalu terjadi penyerapan dan

    pelepasan energi. Apabila perubahan kimia terjadi apada wadah sekat,

  • sehingga tidak ada kalor yang masuk maupun keluar dari sistem. Dnegan

    demikian energi total yang dimiliki sistem adalah tetap. Perubahan energy

    dalam reaksi kimia ada dua yaitu perubahan endoterm dan perubahan

    eksoterm. Perubahan endoterm adalah perubahan yang mampu mengalirkan

    kalor dari sistem ke lingkungan atau melepas kalor ke lingkungan. Bila

    perubahan eksoterm terjadi temperatur sistem meningkat, energi potensial

    zat zat yang terlihat dalam reaksi menurun. Sedangkan perubahan eksoterm

    adalah kalor yang akan mengalir ke dalam sistem . Bila suatu perubahan

    endoterm terjadi temperatur sistem menurun, energi potensial zat zat yang

    terlibat dalam reaksi akan meningkat.

    Kapasitas kalor dan kalor jenis

    Kapasitas kalor (C) adalah jumlah kalor yang diperlukan untuk

    menaikkan temperatur dari suatu sampel bahan sebesar 1C. secara

    matematis dinyatakan dengan persamaan berikut :

    = .

    Kalor jenis (S) adalah jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikkan

    temperature dari 1 gram massa bahan sebesar 1C. jika kita mengetahui

    kalor jenis dan jumlah suatu zat maka perubahan temperatur zat tersebut

    (T) dapat menyatakan jumlah kalor (q) yang diserap atau dilepaskan dalam

    suatu reaksi kimia.

    = . .

    = .

    Keterangan:

    q : kalor yang dilepas atau diserap (Joule)

    : perubahan temperature (T akhir T awal ) (C)

    Kalorimeter Tekanan Tetap

    Alat ini sangat sederhana terdiri dari dua cangkir sterofoam,

    thermometer, pengaduk. Alat ini dapat digunakan untuk mengukur kalor

    reaksi, netralisasi, dan kalor reaksi pengenceran. Karena pengukuran

    dilangsungkan di bawah tekanan atmosfer, maka kalor reaksinya dinamakan

  • entalpi. Dalam pengukuran kalor reaksi dengan alat ini, tidak ada kalor yang

    dilepaskan ke lingkungan, maka kita dapat menuliskan persamaan:

    = + + =

    = ( + )

    Terdapat tiga jenis sistem, yaitu :

    a. Sistem terbuka adalah sistem yang dapat mempertukarkan massa

    dan energi (biasanya dalam bentuk kalor) dengan lingkungannya.

    b. Sistem tertutup adalah sistem yang memungkinkan pertukaran

    energi (biasanya dalam bentuk kalor) tetapi tidak mempertukarkan

    massa dengan lingkungannya.

    c. Sistem terisolasi adalah sistem yang tidak memungkinkan transfer

    massa atau energi ke atau dari lingkungan.

    Dalam mempelajari reaksi kimia dan energi perlu memahami

    hukum-hukum yang mendasari tentang perubahan dan energi.

    a. Hukum kekekalan energi

    Dalam perubahan kimia atau fisika energi tidak dapat diciptakan

    atau dimusnahkan, energi hanya dapat diubah dari satu bentuk ke

    bentu lainnya. Hukum ini merupakan hukum termodinamika

    pertama dan menjadi dasar pengembangan hukum tentang energi

    selanjutnya, seperti konversi energi.

    b. Hukum Laplace

    Hukum ini diajukan oleh Marquis de Laplace dan dia menyatakan

    bahwa jumlah kalor yang dilepaskan dalam pembentukan sebuah

    senyawa dari unsur-unsurnya sama dengan jumlah kalor yang

    dibutuhkan untuk menguraikan senyawa tersebut menjadi unsur-

    unsurnya.

    c. Hukum Hess

    Hukum ini diajukan oleh Germain Hess, dia menyatakan bahwa

    entalphi reaksi (H) hanya tergantung pada keadaan awal reaksi

    dan hasil reaksi dan tidak bergantung pada jalannya reaksi.

  • Termokimia erat kaitannya dengan termodinamika,

    termodinamika yaitu ilmu kimia yang menangani hubungan kalor, kerja

    dan bentuk lain energi, dengan kesetimbangan dalam reaksi kimia dan

    dalam perubahan keadaan. Energi dapat berubah dari satu bentuk ke

    bentuk lain, baik secara alami maupun hasil rekayasa tehnologi. Ada

    beberapa bentuk energi yang ada di alam, yaitu energi listrik,energi

    kimia, energi potensial,energi akibat gaya magnit dan lain-lain. Energi

    di alam semesta bersifat kekal, tidak dapat dibangkitkan atau

    dihilangkan, yang terjadi adalah perubahan energi dari satu bentuk

    menjadi bentuk lain tanpa ada pengurangan atau penambahan. Ini

    merupakan prinsip hukum kekekalan energi.

    Hukum Termodinamika I menyatakan bahwa energi tidak dapat

    diciptakan maupun dimusnahkan, tetapi dapat diubah dari satu bentuk

    ke bentuk lain. Oleh karena itu, jumlah energi yang diperoleh oleh

    sistem akan sama dengan jumlah energi yang dilepaskan oleh

    lingkungan. Sebaliknya, jumlah energi yang dilepaskan oleh sistem

    akan sama dengan jumlah energi yang diperoleh oleh lingkungan.

    Oleh karena energi tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan,

    maka dalam suatu reaksi kimia, energi yang dilepaskan oleh sistem

    dalam bentuk kalor akan diserap oleh lingkungan. Reaksinya disebut

    reaksi eksoterm. Sebaliknya, dalam reaksi dimana energi diserap oleh

    sistem dalam bentuk kalor akan sama dengan energi yang dilepaskan

    oleh lingkungan. Reaksinya disebut reaksi endoterm.

    a. Reaksi eksoterm adalah reaksi yang disertai dengan perpindahan

    kalor dari sistem ke lingkungan. Dalam hal ini sistem melepaskan

    kalor ke lingkungan bertanda (-). Pada reaksi eksoterm umumnya

    suhu system naik. Adanya kenaikan suhu inilah yang

    mengakibatkan sistem melepaskan kalor ke lingkungan.

    b. Reaksi endoterm adalah reaksi yang disertai dengan perpindahan

    kalor dari lingkungan ke sistem. Dalam reaksi ini, kalor diserap

    oleh sistem dari lingkungannya bertanda (+). Pada reaksi

  • endoterm umumnya ditunjukkan oleh adanya penurunan suhu.

    Adanya penurunan suhu sistem inilah yang mengakibatkan

    terjadinya penyerapan kalor oleh sistem.

    Kerja dan kalor

    Termokimia mempelajari perubahan kalor dalam suatu reaksi

    kimia. Jika suatu sistem reaksi diberikan sejumlah energi dalam bentuk

    kalor (q),maka sistem akan melakukan kerja yang maksimum.

    W = p . V

    dengan W : kerja

    P : tekanan

    V : Perubahan volume ( Vakhir Vawal )

    Kesepakatan untuk w, pemuaian gas V > 0, maka - p V bernilai

    negatif. Untuk pemampatan gas (kerja dilakukan pada sistem), V < 0

    maka p V bernilai positif.

    Entalpi

    Perubahan entalpi adalah perubahan kalor yang diukur pada

    tekanan konstan, untuk menentukan perubahan entalpi dilakukan

    dengan cara yang sama dengan penentuan perubahan kalor yang

    dilakukan pada tekanan konstan. Perubahan kalor pada suatu reaksi

    dapat diukur melalui pengukuran perubahan suhu yang terjadi pada

    reaksi tersebut. Jumlah kalor yang dipindahkan untuk suatu kalor reaksi

    yang dinyatakan dengan H. Dalam suatu reaksi kimia seperti :

    A + B C + D

    Jika reaksi berlangsung pada tekanan tetap, H = qp . Kalor reaksi

    dari perubahan kimia adalah perbedaan antara kalor hasil reaksi dan

    pereaksi dari suatu reaksi, yang secara matematis dapat di tulis :

    H = H hasil reaksi H pereaksi

  • Untuk membahas reaksi-reaksi kimia digunakan perubahan

    entalpi standar (H0), H0 merupakan perubahan entalpi sistem

    pereaksi berubah menjadi hasil reaksi dalam keadaan standar untuk

    reaksi 1 mol. Keadaan standar suatu zat adalah keadaan pada tekanan 1

    atm dan pada suhu 250C ( 298,150K ).

    Setelah kerja sistem menyimpan sejumlah energi yang disebut

    sebagai energi dalam, secara matematis,perubahan energi dalam

    dirumuskan sebagai berikut :

    U = q V

    Kalorimeter

    Kalorimeter adalah alat pengukur jumlah kalor yang dilepas atau diserap

    pada reaksi kimia. Cara penentuan kalor reaksi dengan menggunakan

    kalorimeter disebut dengan kalorimetri.Kalorimeter adalah suatu sistem

    terisolasi ( tidak ada perpindahan materi maupun energi dengan

    lingkungan di luar kalorimeter ). Kalorimeter terbagi menjadi dua, yaitu

    kalorimeter bom dan kalorimeter sederhana. Jika dua buah zat atau lebih

    dicampur menjadi satu maka zat yang suhunya tinggi akan melepaskan

    kalor sedangkan zat yang suhunya rendah akan menerima kalor, sampai

    tercapai kesetimbangan termal. Menurut azas Black adalah kalor yang

    dilepas besarnya sama dengan kalor yang diterima.Besarnya kalor yang

    menyebabkan perubahan suhu (kenaikan atau penurunan suhu) air yang

    terdapat di dalam kalorimeter dirumuskan sebagai:

    q air = m c T

    dengan:

    m = massa air dalam kalorimeter (gram)

    c = kalor jenis air dalam kalorimeter (J g1 K

    1atau J g

    1 C

    1)

    T = perubahan suhu (o

    C atau K)

  • H = q p

    Kalorimeter yang baik memiliki kapasitas kalor kecil. Artinya

    kalorimeter tersebut benar-benar sebagai sistem yang terisolasi,

    sehingga perubahan kalor yang terjadi dari reaksi dalam bom hanya

    berpengaruh terhadap perubahan suhu air atau larutan yang ada di dalam

    kalorimeter.

    Reaksi yang berlangsung dalam kalorimeter bom merupakan

    reaksi yang berlangsung pada volum konstan (V = 0), maka perubahan

    kalor yang terjadi dalam sistem akan sama dengan perubahan energi

    dalamnya.

    U = q + w , dimana w = - PV

    Jika V = 0, maka w = 0

    Perubahan energi dalam pada kalorimeter bom menjadi

    U = q v

    Pengukuran kalor reaksi selain kalor reaksi pembakaran, dapat

    dilakukan manggunakan kalorimeter pada tekanan konstan. Misalnya

    pada kalorimeter stirofoam yang dibuat dari gelasstirofoam.

    Kalorimeter jenis ini umunya dilakukan untuk mengukur kalor reaksi di

    mana reaksinya berlangsung dalam bentuk larutan, misalnya untuk

    mengukur perubahan kalor yang terjadi pada reaksi netralisasi asam-

    basa.

    Pada kalorimeter yang reaksi kimianya berlangsung pada tekanan

    konstan (P = 0), maka perubahan kalor yang terjadi dalam sistem akan

    sama dengan perubahan entalpinya.

  • Oleh karena dianggap tidak ada kalor yang diserap maupun

    dilepaskan oleh sistem ke lingkungan selama reaksi berlangsung, maka

    q reaksi + q rkalorimete + q tanlaru = q sistem

    VI. Alat dan Bahan

    Alat :

    - Kalorimeter 1 buah

    - Pipet ukur 2 buah

    - Gelas kimia 1 buah

    - Spatula 1 buah

    - Thermometer 1 buah

    Bahan :

    - CuSO4 1 M

    - NaOH 2 M

    - HCl 1 M

    - Serbuk Zn

  • VII. Cara Kerja

    Praktikum 1

    Penentuan Tetapan Kalorimeter

    Air 25 ml

    T1

    - Diambil dengan pipet ukur

    - Dimasukkan kedalam

    kalorimeter

    - Dicatat temperaturnya

    Air 25 ml

    -Diambil dengan pipet ukur

    -Dimasukkan ke dalam gelas

    kimia

    - Dipanaskan hingga kenaikan

    10C dari suhu kamar (T1)

    - Dicatat temperaturnya

    T2

    -Dicampurkan air panas (T2) ke

    dalam Klorimeter yang berisi

    (T1)

    -Dikocok dan dicatat temperatur

    maksimum yang konstan

    T

    K

    - Dihitung tetapan kalorimeternya

  • Praktikum 2

    Penentuan Kalor Reaksi Zn-CuSO4

    -Dimasukkan ke dalam

    kalorimeter yang berisi

    larutan CuSO4

    CuSO4 1 M 25 ml

    T3

    - Dimasukkan kedalam

    kalorimeter

    - Dicatat temperaturnya

    Serbuk Zn 0,2 gram

    - Dicatat temperatur maksimum

    yang konstan

    T4

    Hr

    -Dihitung kalor penetralan yang terukur

  • Praktikum 3

    Penentuan Kalor Penetralan HCl-NaOH

    HCl 0,1M 15 ml

    T5

    - Dimasukkan kedalam

    kalorimeter

    - Dicatat temperaturnya

    NaOH 0,1M 15ml

    - Dicatat temperatur campuran

    yang maksimum dan konstan

    T6

    Hn

    -Dihitung kalor penetralan yang terukur

    - Diatur temperaturnya sehingga

    sama dengan temperatur larutan

    HCl (T5)

    - Dicampurkan larutan NaOH ke

    dalam kalorimeter yang berisi

    larutan HCl

  • VIII. Hasil Pengamatan

    No

    Perc

    Prosedur Percobaan Hasil

    Pengamatan

    Dugaan /

    Reaksi

    Kesimpulan

    1 Penentuan Tetapan

    Kalorimeter

    - Dimasukkan ke

    dalam ke dalam

    kalorimeter dengan

    pipet tetes

    - Dicatat

    temperaturnya

    - Dipanaskan

    dalam gelas

    kimia sampai

    T 100 C

    dari suhu

    kamar

    - Dicatat

    temperaturnya

    - Dicampur ke dalam

    kalorimeter

    Sebelum:

    T1 = 34C

    = 307 K

    T2 = 44C

    = 317 K

    H2O(air) =

    tidak

    berwarna

    Sesudah :

    T = 38C

    = 311 K

    H2O(air) =

    tidak

    berwarna

    Suhu

    akhir

    (T) dan

    tinggi

    daripada

    T1 dan

    lebih

    rendah

    daripada

    T2

    Tetapan

    kalorimeternya

    adalah 52,5

    J/K

    25 ml air

    T 1

    25 ml air

    T 2

    T1 dan T2

  • - Di catat temperaturn

    maksimum yang

    konstan

    - Dihitung tetapan

    kalorimeternya

    2 Penentuan kalor reaksi Zn

    - CuSO

    - Dimasukkan

    ke dalam

    kalorimeter

    - Dicatat

    temperaturnya

    - Dicampurkan ke

    dalam kalorimeter

    yang berisi larutan

    CuSO

    - Dicatat

    temperatur yang

    konstan

    - Dihitung kalor

    penetralan yang

    keluar

    Sebelum :

    T3 = 35C

    = 308 K

    CuSO4 :

    biru muda

    Serbuk Zn :

    abu abu

    Setelah :

    T4 = 38C

    = 311 K

    CuSO4 + Zn

    : abu abu

    Zn(S) +

    CuSO4(aq)

    ZnSO4(aq)

    + Cu(aq)

    Karena reaksi

    Zn - CuSO4

    (Hr) = -

    54204,384

    J/mol

    T

    K

    25 ml CuSO 1 M

    T3

    0,5 gram Zn

    T4

    Hr

  • 3 Penentuan kalor penetralan

    HCl NaOH

    - Dimasukkan ke dalam

    kalorimeter

    - Dicatat temperaturnya

    - Diatur

    temperaturnya

    sehingga sama

    dengan

    temperatur HCl

    - Dicampurkan

    ke dalam

    kalorimeter

    - Dicatat temperatur

    campuran yang

    maksimum dan

    konstan

    - Dihitung kalor

    penetralan yang

    terukur

    Sebelum :

    T5 = 35C

    = 308 K

    HCl

    :bening

    V = 15 ml

    NaOH :

    bening

    V = 15 ml

    Sesudah :

    T6 = 42C

    = 315K

    HCl +

    NaOH :

    bening

    V= 30 ml

    HCl +

    NaOH

    NaCl +

    H2O

    Kalor

    penetralan

    HCl NaOH

    (Hn) = -

    163206,4

    J/mol

    10 ml HCl 1 M

    T5

    10 ml NaOH 1 M

    T6

    Hn

  • IX. Analisis Data

    Penentuan Tetapan Kalorimeter

    Pada percobaan pertama memasukkan 25 mL air dengan suhu normal

    ke dalam kalorimeter. Lalu mengukur temperaturnya (T1) dan diperoleh

    hasil sebesar 34 C = 307 K dan air jernih tidak berwarna. Setelah itu

    memanaskan air sebanyak 25 mL sampai temperaturnya naik 10 C dari

    suhu kamar. hingga suhu air mencapai titik maksimal dan didapat nilai

    sebesar 44 C = 317 K dan air jernih tidak berwarna. Selanjutnya

    mencampurkan air yang telah dipanaskan dengan air dingin yang ada dalam

    kalorimeter. Lalu diaduk hingga keduanya bercampur. Selanjutnya

    mengukur suhu campuran yang konstan () dan diperoleh nilai sebesar

    38 C = 311 K dan warna air pun tetap tidak berwarna. Pada perhitungan

    diperoleh 1 = 420 , 2 = 630 , 3 = 210 . Sehingga

    diperoleh tetapan kalorimeter sebesar 52,5 Joule/K.

    Penentuan kalor reaksi Zn-CuSO4

    Pada percobaan kedua, memasukkan 25 mL CuSO4 1M kedalam

    kalorimeter. Mengukur temperaturnya (T3) dan diperoleh hasil sebesar 35C

    = 308 K dan berwarna biru muda. Setelah itu menambahkan larutan tersebut

    dengan 0,2 gram serbuk Zn yang berwarna abu-abu dan kemudian

    mengukur temperatur campuran larutan tersebut, sehingga diperoleh nilai

    (T4) sebesar 38C = 311 K, setelah dicampur dan diukur temperaturnya

    larutan 4 tidak berwarna dan terdapat endapan Cu berwarna

    kehitaman. Pada perhitungan diperoleh 4 = 157,5 , 5 =

    5,113152 , 6 = 162,613 sehingga diperoleh kalor reaksi

    yang dihasilkan dalam 1 mol larutan (Hr) sebesar -54204,384 J/Mol,

    sehingga terjadi reaksi eksoterm. Sehingga diperoleh persamaan :

    Zn(s) + CuSO4(aq) ZnSO4(aq) + Cu(s)

  • Penentuan kalor penetralan HCl-NaOH

    Pada percobaan ketiga memasukkan 15 mL HCl 1M, jernih tidak

    berwarna kedalam kalorimeter dan kemudian mengukur temperaturnya (T5)

    dan diperoleh nilai sebesar 350 = 308 . Setelah itu menambahkan 15mL

    NaOH 1M, jernih tidak berwarna yang diukur temperature sama dengan

    temperature pada NaOH, kemudian setelah kedua larutan tersebut

    dicampur, menghitung temperatur campuran T6 dan diperoleh nilai sebesar

    420 = 315 dan warnanya berubah menjadi tetap bening. Pada

    perhitungan diperoleh q7 = 856,548 Joule ,q8 = 367,5 Joule,q9 = -1224,048

    Joule, sehingga diperoleh kalor penetralan yang dihasilkan dalam 1 mol

    larutan (Hn) sebesar -163.206,4 J/Mol, sehingga terjadi reaksi eksoterm.

    Sehingga diperoleh persamaan : HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)

    X. Pembahasan

    Pada percobaan pertama penentuan ketetapan kalorimeter telah terjadi

    kesetimbangan suhu di mana air aquades dalam kalorimeter bersuhu 34oC

    (307 K) bereaksi dengan air aquades yang dipanaskan bersuhu 44oC (317

    K) yang berada di dalam kalorimeter akan membentuk suhu yang setimbang

    yaitu 38oC (311 K). Wadah kalorimeter juga dapat menyerap panas. Oleh

    karena itu, besarnya tetapan kalorimeter harus dicari agar perubahan dalam

    reaksi dapat dihitung secara keseluruhan. Dari data yang diperoleh dapat

    diperoleh nilai K (tetapan kalorimeter) yaitu sebesar 52,5 J/K.

    Percobaan kedua yaitu antara 25 ml CuSO4 1M dan 0,2 gram Zn

    persamaannya dapat ditulis sebagai berikut:

    Zn(s) + CuSO4 (aq) ZnSO4 (aq) + Cu(s)

    Jika Zn dan CuSO4 bereaksi akan menghasilkan ZnSO4 dan endapan Cu

    yang berwarna merah kecoklatan. Warna endapan yang diperoleh dari

    percobaan telah sesuai dengan teori.

    Jika dilihat dari suhunya reaksi tersebut mengalami peningkatan suhu

    dari 35oC (308 K) menjadi 38oC (311 K) hal tersebut berarti reaksi CuSO4

    dan Zn merupakan reaksi eksoterm. Selain itu Hr yang menunjukkan

  • angka negatif yaitu -54204,384 J/mol menunjukkan bahwa reaksi tersebut

    merupakan reaksi eksoterm.

    Pada percobaan ketiga yaitu menentukan kalor penetralan HCl - NaOH.

    Persamaan reaksi tersebut dapat ditulis sebagai berikut:

    HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)

    Reaksi antara 15 ml HCl 1M dan 15 ml NaOH 1M menghasilkan NaCl

    dan air. Reaksi ini termasuk reaksi eksoterm karena terjadi kenaikan suhu

    dari 35oC (308 K) menjadi 42oC (315 K) dan Hn yang diperoleh juga

    bernilai negatif yaitu 163.206,4 J/mol.

    XI. Kesimpulan

    Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa setiap

    reaksi kimia ada pelepasan dan penyerapan kalor. Hal tersebut dapat diamati

    dengan perubahan suhu. Dari hasil percobaan diperoleh nilai tetapan

    kalorimeter yaitu sebesar 52,5 J/K. Besarnya nilai kalor reaksi Zn-CuSO4

    yaitu -54204,384 J/mol dan besarnya nilai kalor penetralan HCl-NaOH yaitu

    163.206,4 J/mol.

  • XII. Daftar Pustaka

    Brady, James E. 1998 Kimia Universitas Asas dan Struktur Edisi Kelima

    Jilid 1. Jakarta : Binarupa Aksara

    Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar Konsep-konsep Inti Edisi ketiga Jilid

    1. Jakarta: Erlangga

    Tim Kimia Dasar.2013.Petunjuk Praktikum Kimia Umum .Surabaya

    :UNESA-Unipress

    Tim Kimia Umum . 2015 . Kimia Umum . Surabaya:UNESA-Unipress

    Surabaya, 11 November 2015

    Mengetahui Praktikan,

    Dosen/Asisten Pembimbing

    (... ) (. )

  • LAMPIRAN

    1. Lampiran perhitungan

    Percobaan I

    Penentuan Tetapan Kalor

    Vair Vair panas

    25 mL

    25 cm3

    air 1 g/cm3

    m air V

    1 g/cm3 25 cm3

    = 1 gr

    T1 34 C atau 307 K

    T2 44 C atau 317 K

    T = 38 C atau 311 K

    Kalor yang diserap air dalam suhu ruang (Q1)

    Q1 mair cair T1

    25 g 4,2 J/gK (311-307) K

    420 J

    Kalor yang diserap air panas (Q2)

    Q2 mair cair T2

    25 g 4,2 J/gK (317-311) K

    630 J

  • Kalor yang diserap kalorimeter (Q3)

    Q3 Q2 Q1

    630 J 420 J

    210 J

    Tetapan kalorimeter

    K Q3

    1

    210

    311307

    210

    4

    52,5 J/K

    Percobaan II

    Penentuan Kalor Reaksi Zn-CuSO4

    V CuSO4 25 mL

    0,025 L

    Massa Zn 0,5 g

    Ar Zn 65,4

    Mr ZnSO4 161,4

    T3 35C atau 308 K

    T4 38 C atau 311 K

    Mol Zn

    0,2

    65,4

  • 0,003 mol

    Mol CuSO4 m V

    0,2 0,025 L

    0,005 mol

    Zn + CuSO4 ZnSO4 + Cu

    M : 0,003 0,005 - -

    R : 0,003 0,003 0,003 0,003

    -

    S : - 0,002 0,003 0,003

    Massa ZnSO4 mol Zn Mr ZnSO4

    0,003 161,4

    0,4842 gr

    Q4 K (T4 T3)

    52,5 J/K (311 308) K

    52,5 (3) K

    157,5 J

    Q5 m ZnSO4 C ZnSO4 T

    0,4842 g 3,52 J/gK (311-308) K

    = 0,4842 x 3,52 x 3

  • 5,113152 J

    Q6 - (Q4 + Q5)

    - (5,311315 J + 157,5 J)

    - 162,613 J

    Hr 6

    4

    162,613

    0,003

    -54204,384 J

    Percobaan III

    Penentuan Kalor Penetralan HCl(aq)-NaOH(aq)

    T5 = 35C = 308 K

    T6 = 42C = 315 K

    V = 15 ml

    larutan = 1,03 gr/cm3

    Clarutan = 3,96 J/grK

    mlarutan = Vtot x

    = 30 x 1,03 gr/cm3

    = 30,9 gr

    Q7 massalarutan Clarutan kenaikan temperatur

    30,9 g 3,96 J/gK (315 308) K

    856,548 J

    Q8 K (T6 T5)

  • 52,5 (315 308) K

    367,5 J

    Q9 - (Q7 + Q8)

    - (856,548 + 367,5)

    - 1224,048 J

    Mol HCl M V

    0,5 15 mL

    7,5 mmol

    0,0075 mol

    Mol NaOH M V

    0,5 15 mL

    7,5 mmol

    0,0075 mol

    HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)

    M : 0,0075 0,0075 - -

    R : 0,0075 0,0075 0,0075 0,0075

    -

    S : - - 0,0075 0,0075

    Hn =9

    1224,048

    0,0075

    -163206,4 J/mol

  • 2. Lampiran foto

    Percobaan 1

    Penentuan tetapan kalorimeter

    25 ml air dimasukkan ke kalorimeter

    25 ml air dimasukkan ke dalam

    kalorimeter

    25 ml air dipanaskan sampai

    suhunya naik 10C dari suhu

    ruang

    Air dingin dan air panas tadi

    dicampurkan ke dalam kalorimeter

    dan dicatat temperaturnya.

  • Percobaan 2

    Penentuan kalor reaksi Zn - CuSO

    Masukkan 0,2 gram Zn ke dalam kalorimeter yang berisi larutan CuSO

    25 ml CuSO 1 M dimasukkan ke dalam kalorimeter lalu catat temperaturnya

  • Terdapat endapan berwarna abu-abu

    Percobaan 3

    Penentuan kalor penetralan HCl - NaOH

    15 ml HCl 1 M 15 ml NaOH 1 M

    Kemudian catat temperatunya

  • Campur HCl dan NaOH ke dalam

    kalorimeter kemudian catat temperaturnya.