28
“ Sistem Pengumpulan Sampah di kawasan komersial di Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang “ I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Kita tahu masalah sampah di Inonesia saat ini sudah mencapai tingkat permasalahan yang cukup serius,dan sungguh sangat memprihatinkan. Hal tersebut terjadi bukan hanya karena masalah pengelolaan yang minim, tapi juga karena suatu budaya buruk akan masyarakat yang senantiasa tidak peduli akan kebersihan lingkungan. Bagi sebagian besar orang, sampah adalah masalah yang tidak menarik untuk dibicarakan, karena ada banyak hal lain yang lebih menarik dan lebih penting. Sudah bertahun-tahun lamanya, bahkan sejak dulu kala, masalah sampah dianggap bukanlah sebagai masalah. Bagi mereka, jika sampah sudah dibuang, maka masalah sudah selesai. Tapi, benarkah jika sampah sudah dibuang maka masalah selesai? Mereka lupa bahwa tempat dimana sampah dibuang itu sangat penting, karena sebenarnya sampah yang tidak dibuang pada tempatnya akan menimbulkan banyak masalah. Sampah yang dibuang secara sembarangan di jalan, akan membuat kota menjadi kotor. Sampah yang dibuang di sungai akan mencemari air sungai dan menimbulkan banjir. Bahkan sampah yang dibuang di Tempat Pembuangan Akhir pun bisa menjadi masalah Pengelolaan sampah itu sendiri ada berbagai macam cara. Ada dengan diangkut menggunakan mobil sampah, gerobak sampah, dan sebagainya yang kemudian ditampung di TPS (Tempat Pengelolaan Sampah) terlebih dahulu sebelum dibuang ke TPA (Tempat Pengelolaan Sampah). Di TPS inilah sampah dipisahkan antara organik dan anorganik. Sampah yang bisa diuraikan dijadikan kompos, sementara yang tidak dapat dijadikan kerajinan atau daur ulang, yang nantinya dapat menghasilkan uang. Laporan ini akan membahas masalah pengelolaan sampah di Kecamatan Jatinangor, khususnya kawasan komersial yang ada di Jatinangor seperti diketahui pada Kecamatan Jatinangor terdapat 4 Perguruan Tinggi besar di Jawa Barat yaitu IPDN, UNPAD, ITB & IKOPIN serta berada di tengah-tengah komplek perumahan besar dan menengah serta industri berskala besar. Hal ini menjadikan Kecamatan Jaatinangor sebagai tempat yang potensial untuk berwirausaha serta berkembang menjadi kawasan komersil.

Laporan Sampah kawasan komersial

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laporan Sampah kawasan komersial

Citation preview

Page 1: Laporan Sampah  kawasan komersial

“ Sistem Pengumpulan Sampah di kawasan komersial di Kecamatan Jatinangor,

Kabupaten Sumedang “

I. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Kita tahu masalah sampah di Inonesia saat ini sudah mencapai tingkat permasalahan

yang cukup serius,dan sungguh sangat memprihatinkan. Hal tersebut terjadi bukan hanya

karena masalah pengelolaan yang minim, tapi juga karena suatu budaya buruk akan

masyarakat yang senantiasa tidak peduli akan kebersihan lingkungan. Bagi sebagian besar

orang, sampah adalah masalah yang tidak menarik untuk dibicarakan, karena ada banyak hal

lain yang lebih menarik dan lebih penting.

Sudah bertahun-tahun lamanya, bahkan sejak dulu kala, masalah sampah dianggap

bukanlah sebagai masalah. Bagi mereka, jika sampah sudah dibuang, maka masalah sudah

selesai. Tapi, benarkah jika sampah sudah dibuang maka masalah selesai? Mereka lupa

bahwa tempat dimana sampah dibuang itu sangat penting, karena sebenarnya sampah yang

tidak dibuang pada tempatnya akan menimbulkan banyak masalah. Sampah yang dibuang

secara sembarangan di jalan, akan membuat kota menjadi kotor. Sampah yang dibuang di

sungai akan mencemari air sungai dan menimbulkan banjir. Bahkan sampah yang dibuang di

Tempat Pembuangan Akhir pun bisa menjadi masalah

Pengelolaan sampah itu sendiri ada berbagai macam cara. Ada dengan diangkut

menggunakan mobil sampah, gerobak sampah, dan sebagainya yang kemudian ditampung di

TPS (Tempat Pengelolaan Sampah) terlebih dahulu sebelum dibuang ke TPA (Tempat

Pengelolaan Sampah). Di TPS inilah sampah dipisahkan antara organik dan anorganik.

Sampah yang bisa diuraikan dijadikan kompos, sementara yang tidak dapat dijadikan

kerajinan atau daur ulang, yang nantinya dapat menghasilkan uang.

Laporan ini akan membahas masalah pengelolaan sampah di Kecamatan Jatinangor,

khususnya kawasan komersial yang ada di Jatinangor seperti diketahui pada Kecamatan

Jatinangor terdapat 4 Perguruan Tinggi besar di Jawa Barat yaitu IPDN, UNPAD, ITB

& IKOPIN serta berada di tengah-tengah komplek perumahan besar dan menengah serta

industri berskala besar. Hal ini menjadikan Kecamatan Jaatinangor sebagai tempat yang

potensial untuk berwirausaha serta berkembang menjadi kawasan komersil.

Page 2: Laporan Sampah  kawasan komersial

1.2. Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud :

Penelitian ini dimaksudkan untuk memenuhi Tugas 2 Mata Kuliah Perencanaan

Sistem Persampahan, dengan tema / pokok bahasan mengenai sistem pengumpulan sampah.

1.2.2 Tujuan :

Tujuan dari penelitian ini yaitu :

Mengetahui cara penanganan sampah di sebuah kawasan komersial ( non –

permukiman) mulai dari pewadahan di sumbernya sampai dengan pengumpulan

sampah ke lokasi transfer (TPS).

Melakukan evaluasi untuk mengetahui efektifitas pengumpulan sampah yang telah

dilaksanakan, serta mencari alternatif solusi bagi permasalahan yang terjadi dalam

pengelolaan sampah di kawasan tersebut, khususnya yang terkait dengan

pengumpulan sampah.

1.3. Pembatasan Masalah

Mengingat keterbatasan waktu yang tersedia, maka penulis membatasi ruang lingkup

yang menjadi fokus penelitian ini hanya pada dua titik kegiatan komersial utama di

Kecamatan Jatinangor, yakni Jatinangor Town Square (Jatos) dan Pusat Perbelanjaan Serba

Ada (Puserba) Jatinangor Resik (nama di papannya emang gini ..hehe). Sementara, untuk

bagian lain dari kawasan komersial di Jatinangor hanya akan dilakukan pengamatan dan

kemudian secara kualitatif dideskripsikan kondisi kegiatan pengumpulan sampahnya.

II. Tinjauan Pustaka

2. 1. Definisi Sampah dan Pengelolaan Sampah

Definisi sampah menurut UU-18/2008 tentang Pengelolaan Sampah adalah sisa

kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Pengelolaan

sampah (UU-18/2008) adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan

yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.

Dalam paradigma lama pengelolaan persampahan terdiri dari sumber sampah,

pewadahan, pengumpulan/pemindahan, pengangkutan dan pembuangan akhir. Jelas terlihat

dan dirasakan tentang sampah hanya pantas untuk dibuang begitu saja tanpa ada tanggapan

dan langkah lain yang dapat dilakukan. Pengelolaan sampah diidentikkan sebagai tanggung

jawab satu pihak yang terkait saja.

Page 3: Laporan Sampah  kawasan komersial

Dalam paradigma baru berbagai potensi kelembagaan dipacu untuk aktif berperan

dan juga sekaligus mengawasi pengelolaan sampah. Kegiatan dan penanganan persampahan

bukan hanya menjadi tugas dan kewajiban dari Dinas PU (Pekerjaan Umum) Cipta Karya atau

Kebersihan, tapi juga masyarakat memegang peranan yang sama.

Pengelolaan sampah adalah suatu upaya untuk mengurangi volume sampah atau

merubah bentuk menjadi lebih bermanfaat antara lain dengan cara pembakaran,

pengomposan, penghancuran, pengeringan dan pendaur ulangan. (SNI T-13-1990-F)

2. 2. Klasifikasi Sampah

Sampah dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara tergantung dari kondisi yang

dianut oleh kebijakan negara setempat. Penggolongan ini dapat didasarkan atas sumber

sampah, komposisi, bentuk, lokasi, proses terjadinya, sifat, dan jenisnya. Penggolongan ini

sangat penting dalam penentuan penanganan dan pemanfaatan sampah.

2.2.1 Klasifikasi sampah berdasarkan sumbernya, yaitu:

a. Sampah Domestik/Pemukiman Penduduk

Jenis sampah yang dihasilkan biasanya berupa sisa makanan, bahan-bahan sisa dari

pengolahan makanan atau samapah basah (garbage), dan sampah kering (rubbish).

b. Sampah Komersil

Sampah yang berasal dari toko, restoran, hotel, dan perkantoran. Jenis sampah yang

dihasilkan berupa sampah makanan, kertas, karton, plastik, kaca, logam, sampah

khusus, dan kadang-kadang sampah B3.

c. Sampah Institusi

Sampah institusi antara lain sekolah, rumah sakit, penjara, dan pusat pemerintahan.

Jenis sampah yang dihasilkan berupa sampah makanan, kertas, karton, plastik, kaca,

logam, sampah khusus, dan kadang-kadang sampah B3.

d. Sampah Konstruksi dan Pemugaran

Sampah yang berasal dari kegiatan konstruksi, remodeling, perbaikan perumahan, dan

perbaikan bangunan komersil. Sampah yang dihasilkan berupa batu bara, beton,

plester, dan lain-lain. Sampah pemugaran adalah sampah yang berasal dari reruntuhan

bangunan, jalan retak, trotoar, dan jembatan. Jenis sampah yang dihasilkan adalah

kaca, plastik, baja, dan juga sama dengan sampah konstruksi.

e. Sampah Pelayanan Kota

Sampah pelayanan kota terdiri atau sampah penyapuan jalan, sampah taman, pantai,

dan sampah sarana rekreasi. Lumpur instalasi pengolahan dan sisa-sisa lain yang

Page 4: Laporan Sampah  kawasan komersial

termasuk ke dalam jenis ini berasal dari pengolahan air minum, pengolahan air

buangan, dan pengolahan limbah indusri.

f. Sampah Industri

Macam dan jenis sampah yang dihasilkan tergantung kepada jenis industri.

g. Sampah Pertanian

Sampah jenis ini berasal dari aktifitas pertanian seperti kegiatan penanaman, panen,

peternakan, dan pemupukan. Pada umumnya sampah jenis ini bukan merupakan

tanggung jawab dari pihak persampahan kota.

2.2.2 Klasifikasi sampah berdasarkan kandungan organik dan anorganik, yaitu:

a. Sampah Basah (Garbage)

Sampah basah adalah sampah yang mengandung unsur-unsur organik, sifatnya mudah

terurai dn membusuk, dan akan menghasilkan air lindi. Sampah golongan ini

merupakan sisa-sisa makanan dari rumah tangga, hasil sampingan kegiatan pasar.

b. Sampah kering

Sampah kering adalah sampah yang mengandung unsur-unsur anorganik, tidak

membusuk, tidak mudah terurai, dan tidak mengandung air. Sampah kering terdiri

atas:

Sampah yang mudah terbakar (combustible) seperti kayu, kertas, kain, dan lain-

lain.

Sampah tidak mudah terbakar (non combustible) seperti logam, kaca, keramik,

dan lain-lain.

Abu (Dust/Ash) Abu adalah sampah yang mengandung unsur organik dan

anorganik yang berasal dari proses atau kegiatan pembakaran.

2.2.3 Klasifikasi sampah bersasarkan komposisinya

a. Sampah yang berseragam

Sampah yang berasal dari kegiatan industri pada umumnya termasuk pada sampah

seragam serta sampah perkantoran yang terdiri atas kertas, karton, dan kertas karbon.

b. Sampah yang tidak seragam (campuran)

Sampah campuran berasal dari pasar atau sampah dari tempat-tempat umum.

III. Metodologi Penelitian

3.1 Lokasi Pengukuran

Page 5: Laporan Sampah  kawasan komersial

Pengukuran dilakukan pada 3 lokasi yakni :

- Jatinangor Town Square

- Pasar Resik

- Kawasan Komersial yang ada dari Jatinangor Town Square hingga pasar resik.

3.2 Metode pengukuran

Pengambilan sampel sampah dilakukan dengan mengacu pada SNI 19- 3964-1995

dan SNI M 36-1991-03 tentang Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan

Komposisi Sampah

Data didapat melalui data primer yakni pengamatan langsung dilapangan serta data

sekunder dari studi literatur serta didapat dari UPTD BLH Kabupaten Sumedang. Data-data

yang telah dikumpulkan dianalisis untuk kemudian dievaluasi. Evaluasi yang dilakukan

meliputi 5 subsistem pengelolaan persampahan yang meliputi subsistem peraturan,

manajemen dan organisasi, teknis operasional, pembiayaan, dan peran serta sektor

informal

IV. Pembahasan

4. 1. Sistem Pengelolaan Sampah di Jatinangor

Saat ini Jatinangor dikenal sebagai salah satu kawasan pendidikan di Jawa Barat. Pencitraan ini

merupakan dampak langsung pembangunan kampus beberapa institusi perguruan tinggi di

kecamatan ini. Perguruan tinggi yang saat ini memiliki kampus di Jatinangor yaitu :

1. Universitas Padjadjaran (UNPAD) di Desa Hegarmanah dan Desa Cikeruh.

2. Institut Pemerint ahan Dalam Negeri (IPDN) di Desa Cibeusi. Sebelumnya institut ini

bernama Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN).

3. Institut Manajemen Koperasi Indonesia (IKOPIN) di Desa Cibeusi.

4. Institut Teknologi Bandung (ITB) di Desa Sayang. Sebelumnya kompleks Kampus ITB

Jatinangor merupakan kompleks Kampus Universitas Winaya Mukti (UNWIM).

Seiring dengan hadirnya kampus-kampus tersebut, Jatinangor juga mengalami perkembangan

fisik dan sosial yang pesat sehingga menjadikan sebagian daerah jatinagor merupakan daerah

komersial. Jenis sampah yang ditimbulkan di daerah komersial Jatinagor antara lain kertas,

kardus, plastik, kayu, sisa makanan, kaca, logam, limbah berbahaya dan beracun, dan

sebagainya.

Pengelolaan sampah di Jatinangor di bawah tanggung jawab oleh pihak UPT BLH Kabupaten

Sumedang, dengan sistem yang masih menganut paradigma lama yakni kupul – angkut – buang.

Pengelolaan sampah yang dilakukan dapat dibagi kedalam empat sektor yaitu

Page 6: Laporan Sampah  kawasan komersial

1. secara formal yaitu dengan melibatkan UPT BLH Jatinagor dimana Retribusi persampahan

merupakan bentuk konkrit partisipasi masyarakat dalam membiayai program pengelolaan

persampahan. Bentuk penarikan retribusi dibenarkan bila pelaksananya adalah badan formal

yang diberi kewenangan oleh pemerintah.

2. secara informal yaitu melibatkan sektor informal, seperti pedagang sampah (tukang loak),

tukang servis alat-alat elektronika, petugas sampah, pemulung, bandar/lapak dsb.

3. Pembakaan sampah ini biasa dilakukan dikawasan permukiman

4. Dikelola sendiri

ALUR PERJALANAN SAMPAH KAWASAN JATINAGOR

4.1.1 UPT Kabupaten Sumedang

Penanganan sampah dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis (UPTD) Jatinagor yaitu Badan

Lingkungan Hidup (BLH) Sumedang dimana sebelumnya yang bertindak mengelola sampah

jatinangor adalah Komunitas Peduli Sampah Jatinangor (KPSJ). Namun karena swadaya tersebut

tidak berbadan hukum, maka pengelolaan sampah Jatinangor diambil alih oleh UPT BLH

Kabupaten Sumedang. Walaupun demikian personil/petugas yang pakai untuk mengelola

kebersihan kawasan Jatinagor adalah personil/petugas dari KPSJ (mantan anggota KPSJ). Dalam

melaksanakan fungsi UPTD BLH Jatinangor didukung tenaga lapangan yang terdiri dari

1. Sopir : 2 Orang dengan gaji sebesar Rp 900.000/ bulan

2. Kernet : 5 Orang dengan gaji sebesar Rp 800.000/ bulan

3. Tenaga Pengangkut sampah dengan gerobak = 2 Orang dengan gaji sebesar Rp 800.000/

bulan

4. Penyapu sampah = 4 Orang dengan gaji sebesar Rp 750.000/ bulan

Page 7: Laporan Sampah  kawasan komersial

Alat pendukung sarana penunjang/ peralatan mobilitas persampahan yang di miliki sebagai

berikut :

1. Dump Truck = 2 Unit

2. Gerobak = 2 Unit

3. Motor Gandeng = 1 Unit

4.12 Pengumpulan

Pelaksanaan pengumpulan sampah dilakukan oleh petugas kebersihan dari UPTD BLH

Jatinangor. Cara pengumpulan sampah di kawasan Jatinagor yaitu :

1. Mengunakan Gerobak dan Motor Gandeng

Untuk penanganan sampah diwilayah yang tidak terjangkau oleh mobil truck seperti

lingkungan perumahah, gang atau lorong. Dengan cara mengumpulkan sampah di depan

rumah masing-masing dengan kantong plastik yang kemudian petugas kebersihan

mengangkut sampah dengan mengunakan gerobak.

2. Mengunakan Dump Truck

Untuk daerah yang terdapat di kanan dan kiri jalan utama yaitu jalan raya jatinagor yang

dilalui oleh kendaraan truck maka sampah dimasukkan kedalam kantong plastic dan

diletakkan di depan rumah. Selanjutnya petugas kebersihan mengambil dan dimasukkan ke

dalam truck sampah.

Selanjutnya sampah yang terkumpul dan telah penuh dalam bak/bucket truck kemudian

dibuang ke TPA Sumedang yang terletak 47 Km dari Kecamatan Jatinangor. Pengangkutan

sampah ke TPA dilakakukan 1 kali perhari tiap truck. Jadi sampah yang menuju TPA dan yang

kelolah oleh UPT Kebersihan BLH Jatinagor hanya 2 ret perhari. Disamping disebabkan oleh

keterbatasan sarana hal ini juga di picu oleh kemacetan yang sering terjadi di jalan kearah

Sumedang. Selain itu mobil sampah juga dimanfaatkan untuk mengangkut sampah yang

memiliki volume sampah yang besar seperti penghasil sampah mall, hotel, pasar, dan serta

toko-toko lain yang berada di jalan raya Jatinagor.

3. Penyapuan Jalan

Penyapuan jalan dilakukan oleh petugas kebersihan UPTD BLH Jatinangor Setiap penyapu

jalan memiliki tanggung jawab membersihkan satu bagian area yang telah ditentukan

disepanjang jalan utama Jatinagor. Penyapuan jalan dilakukan setiap hari dengan waktu

kerja efektif 6 jam. Umumnya yang menyapu jalan adalah wanita. Sarana yang digunakan

yaitu Sapu lidi, sendok sampah dan karung. Metode pengumpulan sampah di jalan yaitu

sampah disapu dan dikumpul kemudian dimasukkkan kedalam karung. Setelah karung

tersebut penuh maka karung sampah tersebut diletakan di pinggir jalan yang selanjutnya

sampah tersebut di ambil oleh mobil truck sampah. Rata-rata sampah yang di peroleh sehari

berkisar 7 karung sampah. Komposisi sampah umumnya berupa plastic, daun, dan kertas.

Page 8: Laporan Sampah  kawasan komersial

Kendala yang dihadapi oleh pihak UPTD yaitu masih minimnya fasiltas TPS berupa countener atau

pun bak sampah yang akan di gunakan masyarakat untuk membuang sampah. Hal ini menyebabkan

masyarakat jatinagor membuang sampah sembarang. Seperti yang terlihat di berapa titik lokasi

dimana sampah bertumpuk di atas jembatan. Menyebabkan ketidaknyamanan para penjalan kaki

maupun masyarakat yang ada disekitar jembatan.

4.1.3 Sektor Informal

Perkembangan kawasan jatinagor yang menyebabkan naiknya produksi sampah salah satu dampak

yang terlihat yaitu munculnya para pemulung/ ban dar untuk menampung sampah khususnya

sampah anorganik. Hal ini dilakukan karena sampah anorganik masih memiliki nilai ekonomis. Dari

hasil wawancara dari salah seorang Bandar/ penampung sampah tersebut bapak telah menjelaskan

bahwa sampah yang di terima adalah sampah yang tidak mudah terurai/ seperti botol, plastic, karet,

besi, dll. Perolehan yang di dapatkan perhari berkisar 5-10 Kg sampah. Biasanya para Bandar

membeli barang dari para pemulung dimana para pemulung mendapatkan barang anorganik tersebut

di kanan-kiri jalan. Biasanya juga berasal dari tempat-tempat sampah. Dari hasil pemulung diperoleh

lah berbagai jenis sampah di dalam karung. Tugas dari Bandar memilah sampah tersebut sesuai

dengan jenisnya dan di bersikan. Setelah sampah tersebut di pilah maka selanjutnya sampah tersebut

di bawa ke Bandar yang lebih besar untuk di jual. Hasil dari penjualan ini menurut sumber cukup

dapat menghidupi kebutuhan keluarga mereka. Namun terkendala karna harga jual dari Bandar

kepada pemulung tidak tetap.

Adapun jenis sampah yang di terima oleh Bandar sampah adalah

No. Jenis Barang Harga Beli Harga Jual

1 Botol Rp. 2000 Rp 4000

2 Gelas plastic bening Rp. 2000 Rp 7000

3 Gelas plastic tidak bening Rp. 1000 Rp.2000

4 Plastik Rp. 500 Rp. 1000

5 Kardus Rp. 1000 Rp 1300

6 Kertas Rp. 300 Rp. 500,-

7 Besi Rp. 2500 Rp. 3500,-

4.1.4 Pembakaran Sampah

Pembakaran sampah biasa dilakukan oleh warga pemukiman. Sampah dibakar pada lahan kosong

yang terdapat di lahan kosong ataupun tempat sampah pribadi masyarakat. Kebiasaan membakar

sampah kebanyakan dianggap sebagai metoda paling praktis, dimana volume sampah berkurang,

hasil bakar dapat dijadikan pupuk, serta tidak perlu mengeluarkan retribusi ataupun iuran untuk

kebersihan.Padahal membakar sampah seperti itu selain dapat mencemari lingkungan juga berbahaya

bagi kesehatan

Page 9: Laporan Sampah  kawasan komersial

BULAN

TANGGAL JUMLAH

( M3 )

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

Januari 18 6 12 12 6 18 12 17 6 12 12 6 18 12 16 6 12 12 6 18 12 17 6 12 12 5 14 11 15 4 11 356.00

Februari 11 5 16 13 19 6 12 12 5 22 16 18 11 12 18 5 23 17 18 17 12 18 4 20 15 15 11 10 381.00

Maret 18 6 25 16 17 12 11 17 7 24 18 18 12 11 12 5 22 15 17 11 10 17 6 21 19 18 15 12 16 5 19 452.00

April 17 17 12 11 17 6 22 18 18 11 18 17 6 23 17 18 11 18 17 6 23 15 16 11 11 12 6 22 11 11 438.00

Mei 12 11 18 4 25 18 18 12 10 10 6 23 19 18 12 7 6 33 20 28 27 18 12 11 7 23 12 21 12 12 12 477.00

Juni 7 14 18 18 12 10 10 5 21 16 17 12 11 17 7 22 17 18 12 10 10 6 23 19 18 12 7 23 392.00

Juli 24 21 17 16 21 7 23 19 24 14 14 14 6 24 18 18 17 6 23 7 23 19 18 12 7 6 7 23 22 470.00

Agustus 23 16 8 25 18 18 18 16 18 9 24 18 23 22 18 23 6 24 19 23 22 19 24 4 26 20 23 21 19 21 568.00

September 24 21 23 18 18 22 7 24 18 18 12 18 23 8 23 19 24 14 14 14 6 33 20 28 27 28 504.00

Oktober 0.00

Nopember 0.00

Desember 0.00

Sumber : UPT Kabupaten Sumedang

Keterangan :

~ Termasuk Angkutan Sampah dari Jatos dan Puskopad

Tabel Volume Timbulan Sampah Terangkut Dari Sumber Sampah / TPSS Di Jatinangor Ke TPA Tahun 2014

Page 10: Laporan Sampah  kawasan komersial

Berikut grafik angkutan sampah dari TPSS menuju TPA di Kecamatan Jatinangor pada bulan

september sampai dengan tanggal 26 September 2014 ( pada saat pengambilan data) :

4. 2. Sistem Pengelolaan Sampah di Jatos

Jatinangor Town Square JATOS adalah pusat perbelanjaan pertama, terlengkap dan

terbesar diwilayah Timur Bandung, terletak di lokasi yang sangat strategis, tepatnya di Jalan

Raya Jatinangor No. 150 yang merupakan jalan utama provinsi Jawa Barat. Jatinangor

Town Square atau yang lebih dikenal dengan nama JATOS adalah salah satu pusat

perbelanjaan/mall yang dibangun di atas area seluas 30.000 m² yang terdiri dari 4 lantai

(LGF, GF, FF, SF) dengan luas bangunan ± 24.000 m² yang berada di lokasi sangat

strategis, di Jalan Raya Jatinangor No. 150 Sumedang,

Di awal tahun mulai beroperasinya pada tahun 2006, Jatinangor Town Square dikenal

sebagai ” pusat hiburan & belanja keluarga ”. Sebagai salah satu member dari PT. Bandung

Inti Graha,Grup, JATOS memiliki keunikan tersendiri sebagai pusat hiburan, belanja dan

rekreasi keluarga dengan puluhan ribu mahasiswa yang sedang berstudi di Jatinangor.

Mengingat bahwa Mall merupakan ruang publik, tempat berkembangnnya informasi,

sosial, budaya dan teknologi, ini tidak terlepas dari pelayanan terhadap public, yaitu

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32

Vo

lum

e T

imb

ula

n s

amp

ah (

m3

) Volume Timbulan sampah di Jatinangor Bulan

September 2014

Tanggal

Rata-rata volume sampah

Page 11: Laporan Sampah  kawasan komersial

customer. JATOS pun menjadi pionir pusat perbelanjaan terlengkap di Jatinangor, daerah

timur Bandung yang berbatasan dengan Sumedang. JATOS hadir di tengah-tengah

masyarakat sebagai tempat dimana kebutuhan akan barang dan jasa seputar gaya hidup,

dapat dengan mudah diperoleh dan dinikmati dengan suasana yang nyaman, bersih dan

aman.

JATOS menghadirkan sebuah tempat belanja yang memberikan kesenangan dan

pengalaman berkesan dalam berbelanja. Berbelanja yang mempunyai nilai lebih bagi para

pengunjungnya, dimana pengunjung dapat memenuhi berbagai macam kebutuhannya baik

untuk pribadi maupun untuk keluarga. Berbelanja tanpa memakan banyak waktu dan lebih

efisiensi biaya karena para pengunjung tidak perlu berpindah lokasi (one stop shopping).

Dari barang-barang kebutuhan sehari-hari, gadget, handphone, produk fashion dan

penunjang gaya hidup, semuanya dapat ditemukan di satu tempat, JATOS.

JATOS tidak hanya sebagai tempat belanja tetapi juga menyediakan berbagai fasilitas

hiburan dan rekreasi keluarga seperti : game center, billiard center, cinema, foodcourt,

cafeteria, took alat olah raga, toko perlengkapan elektronik serta berbagai pilihan pusat

kecantikan dan kebugaran tubuh, relaksasi dan refleksi.

Keceriaan berbelanja tersebut ditunjang pula dengan berbagai fasilitas yang

diperuntukkan bagi kenyamanan dan kemudahan pengunjung mall seperti : safety parking,

hot spot, nursery room, lift dan escalator, toilet, mushola dan faslitas umum lainnya yang

dapat memanjakan pengunjung dalam menikmati suasana belanja dan rekreasi keluarga.

Seiring dengan banyaknya fasilitas yang di tawarkan JATOS maka sebanding dengan

jumlah sampah yang dihasilkan, hal ini juga sama dengan jumlah pengunjung. Oleh karena

itu diperlukan pengelolaan sampah yang benar dari pihak Jatinangor Town Square agar

sampah yang dihasilkan tidak menganggu estetika serta dikelola dengan baik sesuai dengan

Perda Kabupaten Sumedang.

Jenis yang digunakan sebagai sarana pengumpul yang digunakan untuk

mengumpulkan sampah dari masing-masing toko menuju ke TPS yakni Tong sampah

beroda tertutup dengan spesifikasi, Tinggi : 900 mm, Panjang : 540mm, Lebar : 470,

Kapasitas : 120 liter, Roda dua buah ukuran 7'', Bahan fibre glass tbl 5 mm.

Page 12: Laporan Sampah  kawasan komersial

Selain itu, banyak juga terdapat tong sampah yang disediakan pihak JATOS untuk pengunjung jatos

tersebut, dalam hal ini tong sampah yang disediakan sudah terpisah antara anorganik dan organik,

walaupun terdapat juga tong sampah yang tidak terpisah antara organik dan anorganik.

Berikut juga tong sampah yang terdapat di masing-masing toko yang siap diangkut oleh petugas

kebersihan yang berkeliling mengumpulkan sampah.

Gambar 1. Tong Sampah yang dipakai serta petugas yang mengumpulkan sampah

dari masing-masing sumber

Gambar. Beberapa tong sampah yang terdapat di JATOS yang

disediakan untuk pengunjung

Page 13: Laporan Sampah  kawasan komersial

Petugas yang mengumpulkan sampah dari masing-masing store yang ada di JATOS yakni 2 orang

dengan shift 1 yakni dari jam 08.00 – 14.00, serta shift 2 yakni dari jam 14.00- 20.00. Petugas

bertugas mengumpulkan sampah-sampah yang ada di setiap toko, dengan membawa daftar toko

yang ada serta mendaftar toko yang sudah membuang sampah, sehingga toko hanya membuang

sampah melalui petugas yakni 2 kali sehari, selebihnya menjadi tanggung jawab toko sendiri untuk

membuang sampah langsung ke TPS yang berlokasi di area JATOS. Lama waktu petugas berkeliling

yakni sekitar 3-4 jam dalam 1 rute, setelah itu petugas langsung membuang sampah yang telah

terkumpul ke TPS. Berikut daftar toko / fasilitas dari JATOS :

Tabel Daftar serta Jumlah Fasilitas di Jatinangor Town Square

Fasilitas tersedia Jumlah

Bank BNI 1

Toko Baju ( Fashion) 53

Toko Optik 3

Salon 1

Toko Furniture 1

Toko Sepatu 23

Fasilitas Olahraga 4

Fasilitas Foto Studio 1

Toko Buku 3

Healty Care 5

Toko Handpone 28

Toko Accessoris / perhiasan 15

Kafe/warung makan 40

Cinema 21 1

Gambar. Beberapa tong sampah yang terdapat di toko-toko yang ada

di JATOS

Page 14: Laporan Sampah  kawasan komersial

Superindo 2

Fasilitas lainnya 18

199

Berikut Toko / Fasilitas yang ada di JATOS

Gambar Beberapa Fasilitas/ Toko yang ada di JATOS

Setelah dilakukan pengumpulan oleh petugas kebersihan jatos, maka dilakukan pembuangan ke TPS

yang ada di Jatos, TPS ini berbentuk seperti bangunan dengan atap dan pintu, terdapat 2 pintu yang

ada pada bangunan tersebut, yakni 1 ruangan merupakan TPS untuk Jatos serta yang ruangan yang

satu lagi merupakan TPS dari pihak Pinewood.

Pihak jatos telah melakukan MOU dengan pihak UPT BLH kabupaten Sumedang dalam hal

pengangkutan sampah menuju ke TPA Sumedang. Pengangkutan dilakukan 3 kali seminggu, yakni

hari Senin, Rabu, dan Sabtu. Tarif yang dikenakan kepada pihak jatos dari UPT BLH kabupaten

Sumedang yakni Rp. 500.000,-/ angkut. Petugas dari UPT BLH Kabupaten Sumedang yang bertugas

Gambar. Kondisi TPS JATOS (kiri) terletak bersebelahan dengan TPS

milik apartemen Pine Wood (kanan)

Page 15: Laporan Sampah  kawasan komersial

memindahkan sampah dari TPS menuju ke mobil angkut sebanyak 4 orang, dimana 1 supir serta 3

orang yang bertugas memindahkan sampah, lamanya waktu pemindahan sampah dari TPS ke truk

yakni dari jam 05.07 sampai dengan 08.10, dimana rata-rata perhari sekitar 3 jam. Sampah

dipindahkan dengan sistem konvensional, dimana sampah yang ada di masukkan kedalam keranjang

lalu dilempar ke truk dimana terdapat petugas lainnya yang mengambil keranjang tersebut lalu

dituang kedalam truk, begitu seterusnya sampai TPS kosong dari sampah. Namun pada tahap ini

terjadi juga pemilahan yang dilakukan oleh petugas kebersihan, pemilahan yakni memilih botol

plastik/ kardus yang kemudian dapat dijual kembali oleh petugas kebersihan.

Berikut merupakan catatan siklus pemuatan sampah di TPS Jatos (isi keranjang – angkat ke atas truk

–tuang – taruh keranjang)

Catatan waktu (6 kali pengambilan contoh )

1. 01 : 58

2. 01 : 38

3. 01 : 04

4. 01 : 16

5. 02 : 18

6. 01 : 58

Dari waktu tersebut didapat rata-rata yakni 102 detik/ keranjang

Gambar. Petugas kebersihan dari BLH Kabupaten Sumedang pada

saat pengangkutan sampah dari TPS kedalam truk sampah

Page 16: Laporan Sampah  kawasan komersial

Dengan, Volume keranjang untuk memuat :

D = 0,60 m

H = 0,45 m

V = ¼ π (0,60 m )2 x 0,45 m

= 0,127 m3

= 127 liter

Sehingga siklus pemindahan yakni 1,25 L/s dalam waktu pemindahan sampah dari TPS ke mobil

angkut.

Sampah yang dihasilkan oleh Jatos rata-rata yakni ¾ dari kapasitas truk, dimana Kapasitas truk :

= 1,10 m x 1,80 m x 3,50 m

= 6,93 m3 (dalam kondisi penuh normal / tidak ada kelebihan muatan di atas batas bak)

Sehingga ¾ dari 6,93 m3 yakni 5,2 m3 atau 5200 L / hari.

Berdasarkan hasil sampling yang didapat, komposisi sampah antara sampah anorganik dan sampah

organik yakni,

Keranjang kosong = 2,3kg

Keranjang penuh (campur) = 16,2 kg

Berat total sampah = 16,2 kg – 2,3 kg = 13,9 kg

Khusus non-organik = 3,3 kg

Dimana sampah organik yakni = 10, 6

Sehingga perbandingan komposisi sampah yakni

Page 17: Laporan Sampah  kawasan komersial

Gambar . Komposisi Sampah di Jatos

Gambar . Proses pengukuran komposisi sampah

Dalam hal ini, sampah lainnya seperti sampah b3 diabaikan, sehingga dianggap

sampah yang dihasilkan hanya berupa sampah organik dan sampah anorganik. Perbandingan

tersebut tidak dapat mewakili keseluruhan sampah di Jatos namun sisa sampah hasil

pemilahan yang dibuang ke TPA, dimana sampah tersebut telah melewati beberapa kali tahap

pemilahan.

Sampah anorganik yang dihasilkan oleh pihak jatos, sebelumnya telah di pilih oleh

sektor informal yang telah melakukan kerjasama dengan pihak jatos untuk mengambil

Sampah Organik

76%

Sampah Anorganik

24%

Perbandingan Kompisisi Sampah di Jatos

Page 18: Laporan Sampah  kawasan komersial

sampah plastik,botol,kardus serta sampah lainnya yang dapat dijual kembali. Waktu

pemilahan sampah dilakukan setiap hari dari pukul 21.00 – 05.00 WIB, namun jika

pengunjung ramai pemilahan dapat dilakukan hingga pukul 06.00 WIB. Petugas yang

bertugas memilih sampah yakni 2 orang, dalam hal ini sampah yang diambil yakni sampah

botol /gelas plastik serta sampah kardus. Sebenarnya sektor informal sangat diperlukan untuk

mereduksi sampah yang ada di sumber, namun keberadaan sektor informal tersebut juga

dirasa menganggu, dimana pemilahan sampah dilakukan dengan membongkar sampah yang

telah di kemas, sehingga membuat petugas yang bertugas memindahkan sampah kedalam

truk untuk diangkut kedalam TPA harus mengumpulkan kembali sampah-sampah yang telah

dibongkar oleh petugas pemilah sampah tersebut. Berdasarkan keterangan dari petugas

pemilah sampah, dalam sehari sampah botol plastik yang dihasilkan yakni 225 kg/hari, serta

sampah kardus yakni 250kg/hari yang kemudian dibawa ke pengumpul yang terdapat di

Kabupaten Bandung.

Gambar Pemilahan Sampah Plastik, Botol, Kardus serta sampah lain yang dapat dijual kembali

Page 19: Laporan Sampah  kawasan komersial

Gambar. Skema Pengangkutan sampah Jatos

Page 20: Laporan Sampah  kawasan komersial

4. 3. Sistem Pengelolaan Sampah di Pasar Resik

Pusat Perbelanjaan Serba Ada (Puserba) Jatinangor Resik merupakan salah satu titik

kegiatan komersial di kawasan Jatinangor yang terletak di ruas Jl. Raya Cirebon – Bandung.

Meskipun dibangun dengan konsep pasar tradisional, namun Puserba Jatinangor Resik

relatif tidak menampilkan kesan yang biasanya identik dengan sebuah pasar tradisional

seperti bau, becek, sampah yang berserakan, dan kesan negatif lainnya. Sebaliknya, kondisi

dalam pasar terlihat cukup bersih dan rapi. Tidak banyak ditemui sampah yang berserakan

atau dibuang tidak pada tempatnya. Konsep “pasar bersih” yang mendasari pengelolaan

pasar ini tampaknya merupakan sebuah upaya terobosan dalam mempertahankan

eksistensi pasar tradisional dari desakan pertumbuhan pasar modern.

Berdasarkan observasi lebih lanjut, kondisi relatif bersih yang sejauh ini berhasil diciptakan

di Puserba Jatinangor Resik diketahui merupakan hasil dari serangkaian pengelolaan yang

dilakukan bersama – sama oleh pedagang dan pembeli di pasar tersebut. Sebagai

penghasil sampah, mereka telah terlibat dalam upaya mengelola sampah antara lain dalam

bentuk penyediaan wadah, pembuangan pada wadah, pemilahan, dan penggunaan kembali

sampah. Sebagian dari bentuk kegiatan pengelolaan tersebut telah dapat dicatat dan

didokumentasikan secara kuantitatif, sementara sebagian lainnya baru dapat dideskripsikan

secara kualitatif.

Penyediaan wadah sampah di Puserba Jatinangor Resik dilakukan oleh masing – masing

pedagang. Bentuk yang digunakan sebagian besar berupa keranjang sampah plastik

dengan volume ± 16 liter. Ada pula yang menggunakan wadah bekas cat kemasan 25

kilogram dengan volume ± 20 liter, potongan jeriken bekas dengan volume ± 20 liter dan

kantong plastik berbagai ukuran. Dengan adanya penyediaan wadah tersebut, maka jumlah

sampah yang dibuang tidak pada tempatnya menjadi berkurang. Meskpun demikian, masih

terdapat sejumlah kecil sampah yang tercecer, atau sengaja dibuang tidak pada tempatnya,

sehingga untuk membersihkannya dibutuhkan petugas khusus yang menyapu pasar

sebanyak minimal 2 kali sehari. Penyapu sampah tersebut bertugas di pasar mulai sejak

pukul 09.00 sampai dengan pukul 14.00.

Selain dengan membuang sampah pada wadah yang telah disediakan, bentuk lain

pengelolaan sampah yang dilakukan oleh para pedagang adalah dengan melakukan

pemilahan sampah. Dalam pemilahan, para pedagang secara mandiri memilah bagian

sampah yang diketahui masih memiliki nilai ekonomis seperti kantong plastik, botol plastik,

dan kardus. Barang – barang tersebut mereka kumpulkan, baik di lapak tempat mereka

berdagang maupun di tempat khusus yang digunakan bersama untuk mengumpulkan

Page 21: Laporan Sampah  kawasan komersial

barang bekas. Kemudian, setiap dua minggu sekali akan ada penampung barang bekas

yang mengambilnya. Menurut salah seorang koordinator pengelola sampah Puserba

Jatinangor Resik, dalam jangka waktu tersebut dari seluruh pasar dapat dihasilkan barang

bekas dengan kisaran berat antara 400 kg hingga 700 kg. Dengan demikian, maka dalam

sehari rata – rata berhasil dikumpulkan barang bekas dengan kisaran berat antara 28 kg

hingga 50 kg.

Berbagai jenis barang bekas tersebut dijual dengan harga yang berbeda – beda. Pada saat

dilakukan observasi dan wawancara, harga kantong plastik bekas adalah sekitar Rp.

1.000/kg, botol plastik bekas sekitar Rp. 2.000/kg, sementara untuk kardus adalah sekitar

Rp.1.500/kg. Untuk barang bekas yang dikumpulkan secara individu oleh seorang

pedagang, maka hasil penjualannya langsung menjadi milik pedagang tersebut. Sementara

untuk barang yang dikumpulkan secara kolektif, maka hasil penjualan akan dibagikan

berdasarkan kesepakatan bersama.

Bentuk lain pengelolaan sampah yang dilakukan di Puserba Jatinangor Resik adalah

dengan pemanfaatan kembali. Beberapa jenis sampah yang dimanfaatkan kembali antara

lain berbentuk sisa sayuran, makanan, serta kotoran ikan dan sisa daging. Menurut salah

Gambar 1. Berbagai bentuk dan volume wadah sampah di Puserba Jatinangor Resik

Page 22: Laporan Sampah  kawasan komersial

seorang pedagang, berbagai jenis sampah tersebut dimanfaatkan kembali untuk keperluan

pakan ternak bebek. Setiap harinya, ada peternak yang mengambil jenis sampah tersebut,

yang oleh para pedagang sengaja disisihkan. Hingga saat ini, belum diperoleh keterangan

maupun catatan yang menunjukkan besaran / kuantitas sampah organik yang dimanfaatkan

kembali tersebut.

Pengumpulan sampah di Puserba Jatinangor Resik dilakukan oleh petugas kebersihan

pasar dengan cara diangkut dengan keranjang ke tempat penampungan sementara (TPS)

yang terletak di depan bangunan pasar. Petugas kebersihan mengambil sampah dari wadah

masing – masing lapak pedagang ke sebuah keranjang bambu dengan volume ± 150 liter.

Sampah dalam keranjang tersebut selanjutnya dibawa, biasanya dengan cara diseret, ke

tempat penampungan sementara yang berupa bak tembok yang memiliki volume 600 liter.

Pada saat mobil pengangkut sampah datang untuk mengambil sampah, petugas kebersihan

pasar akan berkeliling kembali ke dalam pasar untuk mengambil sisa sampah yang belum

terkumpul. Dalam praktiknya, setiap hari sampah yang ditumpuk di TPS tersebut selalu

melampaui volume efektif bak TPS.

Berdasarkan hasil observasi, waktu siklus yang diperlukan oleh petugas kebersihan untuk

mengumpulkan dan menaruh sampah di TPS/mobil pengangkut berkisar antara 4 sampai

dengan 7 menit. Waktu siklus tersebut dihitung mulai pada saat petugas mengambil

keranjang, berkeliling dan mengumpulkan sampah, membawa sampah ke TPS/mobil

Gambar 2. Keranjang pengumpul sampah (kiri) dan kondisi TPS Puserba Jatinangor Resik sebelum pengangkutan (kanan)

Page 23: Laporan Sampah  kawasan komersial

pengangkut, menuang sampah di bak TPS, sampai dengan mempersiapkan keranjang

untuk kembali mengumpulkan sampah. Perbedaan waktu siklus antara terjadi karena

perbedaan jalur yang ditempuh petugas, ritme kerja, dan volume sampah yang

dikumpulkan. Dengan asumsi bahwa keranjang sampah pedagang terisi penuh (volume

dianggap 16 liter), maka dengan kapasitas keranjang pengumpul 150 liter, sebuah siklus

pengumpulan dapat melayani sekitar 9 unit sumber, dalam hal ini lapak pedagang. Sejauh

ini, diketahui terdapat 4 buah keranjang bambu yang digunakan untuk mengumpulkan

sampah pasar.

Jenis sampah yang ditimbulkan dari kegiatan di Puserba Jatinangor resik adalah sampah

sejenis sampah rumah tangga, yang terdiri dari sampah organik dan non-organik. Dari

pengukuran yang diperoleh pada saat observasi, diperoleh volume sampah yang akan

diangkut ke TPA adalah sekitar 2,4 m3. Apabila diasumsikan berat jenis sampah tersebut

adalah 0,20 ton/m3 (pendekatan untuk berat jenis sampah di sumber sebelum terpadatkan),

maka volume tersebut adalah setara dengan 500 kg sampah. Kemudian apabila berat

tersebut dibandingkan dengan berat sampah non-organik terpilah yang akan dijual kembali,

dalam hal ini diambil nilai tengah 40 kg/hari, maka diperoleh perkiraan komposisi sampah

non-organik terpilah dan sampah terbuang dengan perbandingan 7,41% dan 92,59% berat.

Sebagai catatan, pada dasarnya komposisi berat sampah sebagaimana disebutkan di atas

belum dapat mewakili karakteristik sampah yang ditimbulkan di pasar tersebut. Seperti yang

telah disebutkan sebelumnya, terdapat sejumlah sampah organik yang dimanfaatkan

kembali dan tidak termasuk ke dalam sampah terbuang. Kuantitas bagian sampah ini belum

dapat diketahui. Dengan demikian, bagian sampah yang terbuang merupakan sisa dari

hasil pemilahan sejumlah sampah non-organik yang akan dijual dan sampah organik yang

Gambar 3. Perkiraan komposisi non-organik terpilah dengan sampah terbuang dari Puserba Jatinangor Resik

Page 24: Laporan Sampah  kawasan komersial

akan dimanfaatkan kembali. Meskipun telah dipilah, komposisi sampah tersebut masih

mengandung komponen non-organik, yang berdasarkan pengukuran dan penimbangan

pada sampel memiliki porsi sekitar 18,57% berat.

Salah satu kendala lain yang menyulitkan perhitungan jumlah timbulan sampah dari Puserba

Jatinangor Resik secara akurat adalah adanya tambahan sampah dari luar pasar yang ikut

masuk ke TPS pasar. Sampah tersebut berasal dari buangan orang yang melintas dan

orang yang berbelanja ke pasar dan dengan sengaja membawa serta sampah dari

rumahnya.

Biaya untuk pengelolaan sampah di Puserba Jatinangor Resik berasal dari iuran pedagang

yang dipungut setiap harinya. Masing – masing pedagang mengalokasikan Rp. 1.000 setiap

harinya untuk iuran pengelolaan sampah. Jumlah unit sumber (lapak pedagang) yang

berpartisipasi dalam iuran berkisar antara 70 – 80 lapak. Jumlah lapak yang berpartisipasi

tidak tetap setiap harinya karena Iuran yang terkumpul selanjutnya digunakan untuk

membayar upah petugas kebersihan sampah sebesar Rp. 40.000 per hari dan membayar

retribusi/jasa angkut sampah sebesar Rp. 1.200.000 per bulan. Jasa pengangkutan sampah

diselenggarakan oleh Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLH) Kabupaten Sumedang,

yang personilnya merupakan eks anggota Komunitas Peduli Sampah Jatinangor (KPSJ).

Dalam hal ini, biaya seragam, honor bulanan, dan insentif untuk petugas pengangkut

sampah dikoordinir oleh pihak BPLH Kabupaten Sumedang. Berdasarkan keterangan

Gambar 3. Perkiraan komposisi berat sampah terbuang di TPS Puserba Jatinangor Resik

Page 25: Laporan Sampah  kawasan komersial

personil pengangkutan sampah, honorarium sopir adalah Rp. 900.000 per bulan,

pengangkat sampah Rp.800.000 per bulan, dan tukang sapu Rp. 750.000 per bulan.

Kegiatan pengelolaan sampah di Puserba Jatinangor Resik ini pada dasarnya merupakan

sinergi antara sektor formal dan informal. Pengelolaan oleh sektor formal terselenggara

dalam bentuk kerjasama antara pedagang / pengelola pasar dengan BPLH Kabupaten

Sumedang untuk mengumpulkan dan mengangkut sampah terbuang. Sementara sektor

informal terselenggara dalam bentuk pemilahan sampah secara mandiri oleh pedagang

pasar, yang kemudian dilanjutkan dengan pengambilan sampah non-organik terpilah

(sampah daur ulang) oleh penampung barang bekas. Di sini, aktivitas pemulung tidak

tampak berperan dalam memilah sampah pasar. Selain itu, pemilahan sampah di Puserba

Jatinangor Resik sepenuhnya berlangsung hampir tanpa peran institusi apapun, baik

pemerintah maupun swasta. Menurut seorang perwakilan pedagang pasar, motivasi yang

mendasari kegiatan pemilahan sampah adalah karena mereka menyadari adanya nilai

ekonomis pada sampah tersebut.

4. 4. Sistem Pengelolaan Sampah di Kawasan Komersial lainnya

Gambar 4. Pengangkutan sampah oleh petugas BPLH di TPS Puserba Jatinangor Resik

Page 26: Laporan Sampah  kawasan komersial

Seperti yang telah di bahas di atas, kawasan Jatinangor mempunyai 4 perguruan tinggi besar

di Jawa Barat, hal ini menyebabkan Kecamatan Jatinangor menjadi potensial untuk sektor

wirausaha untuk mengembangkan usaha. Hal ini menyebabkan banyaknya kawasan

komersial yang ada di Jatinangor dari mulai supermarket, hotel, pasar, toko serta warung

makan yang banyak dijumpai di sepanjang jalan raya jatinangor. Seiring dengan banyaknya

kawasan komersial yang terdapat di kawasan Jatinangor membuat banyak pula sampah yang

dihasilkan dari sektor komersial tersebut. Pengelolaan sampah dari sektor komersial ini juga

merupakan tanggung jawab dari UPT BLH Kabupaten Sumedang. Pelayanan Angkutan di

berikan oleh pihak UPT BLH Kabupaten Sumedang dengan jangka waktu 1 hari sekali,

masing-masing toko / sektor komersial lainnya menyimpan sampah dari aktivitas mereka

didepan toko ( dekat dengan jalan raya) lalu pihak kebersihan dari UPT BLH Kabupaten

Sumedang akan mengambil sampah tersebut setiap pagi dengan menggunakan truk. Untuk

Pelayanan pengangkutan sampah pada kawasan komersil jatinagor, pihak BLH Jatinagor

mengeluarkan tariff pengangkutan sampah dengan rincian sebagai berikut :

No Tempat Tarif

1 Hotel Kelas I (seperti Puri Hotel) Rp. 250.000,- / bulan

2 Hotel Keas II (Seperti hotel Jatinagor) Rp. 150.000,- / bulan

3 Mall (seperti Jatinagor Town Square) Rp. 500.000,- /angkut

4 Toko-toko lain di sepanjang kawasan

jatinagor

Rp. 75.000,-/ bulan

5 Pemukiman Rp. 7.000,- / bulan

6 Pasar Resik Rp. 1.200.000,-/ bulan

Sumber : Wawancara dengan Kepala Tata Usaha Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)

Badan Lingkungan Hidup (BLH) Wilayah Sumedang Barat, Hermawan

Namun tidak semua pihak menggunakan jasa UPT BLH Kabupaten Sumedang , Untuk

Supermarket Griya melakukan pengelolaan sendiri, tanpa bekerja sama dengan UPT Kabupaten

Sumedang dalam pengangkutan sampah. Menurut Keterangan dari pihak UPT BLH Kabupaten

Sumedang pihak griya mempunyai angkutan sendiri, sehingga dalam proses pengelolaan

sampah pihak griya melakukan secara mandiri.

4. 5. Peraturan Pengelolaan sampah di Jatinangor, Kabupaten Sumedang

V. Penutup

- Kesimpulan

- Saran

Page 27: Laporan Sampah  kawasan komersial
Page 28: Laporan Sampah  kawasan komersial

DAFTAR PUSTAKA

Wahyono, Sri. 2010. Kader Lingkungan Dan Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Sumber:

http://3rindonesia.blogspot.com/2010/02/kader-lingkungan-dan-pengelolaan-sampah. html . Diakses

pada: 26 Desember 2011

Damanhuri, Enri. 2008. Diktat Kuliah Pengelolaan Sampah TL-3104. Bandung

Soma,Soekmana. 2010. Pengantar Ilmu Teknik Lingkungan. Bogor: IPB Press