24
LAPORAN KEGIATAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI DI RS JIWA SURAKARTA Untuk Memenuhi Sebagian Tugas Profesi Stase Keperawatan Jiwa Oleh: DISUSUN OLEH : WIWIN NUR’AENI,. S.Kep EVI SUPRIATUN,. S.Kep DYAH ROFI,. S.Kep IWAN HERMAWAN,. S. Kep YUDI SETYAWAN,. S.Kep PROGRAM PROFESI NERS UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

LAPORAN SENAM LANSIA

Embed Size (px)

DESCRIPTION

keperawatan komunitas lansia tentang kesehatan lansia

Citation preview

PENDAHULUAN

LAPORAN KEGIATAN

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASIDI RS JIWA SURAKARTAUntuk Memenuhi Sebagian Tugas Profesi Stase Keperawatan Jiwa

Oleh:

DISUSUN OLEH :

WIWIN NURAENI,. S.KepEVI SUPRIATUN,. S.KepDYAH ROFI,. S.KepIWAN HERMAWAN,. S. KepYUDI SETYAWAN,. S.Kep PROGRAM PROFESI NERSUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATANJURUSAN KEPERAWATANPURWOKERTO2010

BAB IPENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan dibidang kesehatan sudah demikian pesatnya hingga berdampak pada sumber daya manusia yang menuntut pelayanan prima. Fenomena ini merupakan hal yang positif dan tantangan bagi setiap tenaga kesehatan untuk meningkatkan skill dan science dalam memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Bidang pelayanan kesehatan psikiatri juga terus mengembangkan mutu pelayanan antara lain dengan adanya berbagai terapi baik medis, modalitas, konseling, psikoterapeutik, pendidikan kesehatan, perawatan berkelanjutan, perawatan mandiri Activity Daily Living (ADL).

Terapi aktivitas kelompok merupakan terapi medik yang terarah bagi pasien baik fisik maupun mental dengan mempergunakan aktivitas sebagai media terapi. Terapi aktivitas kelompok memegang peranan penting dalam proses penyembuhan klien dan meningkatkan mutu pelayanan. Melalui aktivitas pasien diharapkan dapat berkomunikasi lebih baik untuk mengekspresikan dirinya dan kemampuan pasien dapat diketahui secara baik oleh terapis maupun oleh pasien itu sendiri.

Mengingat pentingnya peranan terapi aktivitas kelompok maka diharapkan mahasiswa mampu mempunyai keahlian dan ilmu konsep terapi aktivitas kelompok dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan terutama dalam pelayanan kesehatan psikiatri.

BAB II

TINJAUAN TEORI

TAK SOSIALIASIA. Pengertian TAK SosialisasiIsolasi sosial adalah rasa terisolasi, tersekat, terkunci, terpencil dari masyarakat, rasa ditolak, tidak disukai oleh orang lain, rasa tidak enak bila berkumpul dengan orang lain, lebih suka menyendiri. Sedangkan menarik diri adalah menunjukkan tingkah laku dan sikap dari isolasi sebagai pembelaan psikologik (WF Maramis, 1997). Penarikan diri (withdrawal) adalah suatu tindakan pelepasan diri baik dari perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri). Penarikan diri sebagai pola tingkah laku (Direktorat Kesehatan jiwa, 1983).

Caplan dkk (1997) mengemukakan individu yang menarik diri dari lingkungan umumnya mempunyai gangguan konsep diri dan proses pikir. Pada mulanya pasien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga tidak aman dalam berhubungan dengan orang lain. Biasanya pasien berasal dari lingkungan yang penuh dengan permasalahan, ketegangan, kecemasan, dimana tidak mungkin mengembangkan kehangatan emosional dalam hubungan yang positif dengan orang lain terutama dengan tokoh ibu. Dalam situasi lingkungan yang demikian, seorang anak tidak mungkin mempunyai penghayatan diri (self image) rasa percaya diri, menentukan identitas diri, mengembangkan kepercayaan dalam berhubungan dengan orang lain dan mempelajari cara berhubungan dengan orang lain yang menimbulkan rasa aman (Direktorat Kesehatan Jiwa, 1983).

Terapi aktivitas kelompok merupakan terapi medik yang terarah bagi pasien baik fisik maupun mental. Terapi aktifitas kelompok merupakan salah satu tindakan keperawatan untuk klien gangguan jiwa. Terapi ini adalah terapi yang pelaksanaannya merupakan tanggung jawab penuh dari seorang perawat.

Oleh sebab itu berdasarkan latar belakang masalah yang ada maka dilakukan terapi aktivitas kelompok Social Terapeutik. Dengan menggunakan aktivitas sebagai media terapi maka diharapkan pasien dapat meningkatkan hubungan interpersonal, memberi tanggapan terhadap orang lain, mengekspresikan ide dan tukar persepsi dan menerima stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan.B. Tujuan

Adapun tujuan dari dilaksanakannya terapi aktivitas kelompok ini terbagi atas:

1. Tujuan Umum

Klien dapat meningkatkan hubungan social dalam kelompok secara bertahap.2. Tujuan Khusus

a. Klien mampu memperkenalkan diri

b. Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok

c. Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok

d. Klien mampu menyampaikan dan membicarakan dengan topik percakapan.

e. Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi pada orang lain.

f. Klien mampu bekerjasama dalam permainan sosialisasi kelompok.

g. Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan TAKS yang telah dilakukan.C. Kriteria inklusi dan eksklusi terapi aktivitas kelompok

Sesuai dengan teori pada terapi aktivitas kelompok menurut Stuart dan Laraia (2001) jumlah anggota kelompok adalah 7-10 orang, maka jumlah klien yang diambil pada terapi ini adalah 7 orang dengan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:

1. Kriteria inklusi

a. Klien yang dirawat di ruang Pringgondanib. Klien berusia 20-50 tahun

c. Klien telah berada pada tahap maintenance

d. Klien mengalami gangguan menarik diri yang telah mulai melakukan interaksi interpersonale. Klien dengan kerusakan komunikasi verbal yang telah berespon sesuai stimulus2. Kriteria eksklusi

a. Klien yang mengalami tuna rungu dan tuna wicarab. Klien yang sakit fisikTAKS SESI 1

A.Tujuan

Klien mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi.

B. Waktu dan Tempat Kegiatan

Kegiatan dilakukan di ruang Pringgondani pada hari Sabtu tanggal 17Juli 2010 pukul 09.30 WIB sampai dengan selesai.

C. Setting

1. Terapis dan klien duduk bersama membentuk huruf O2. Leader berada di depan menghadap klien, fasilitator berada diantara klien dan observer berada disamping leader

3. Ruangan nyaman dan tenang

Keterangan : : Leader

: Observer

: Fasilitator

: Peserta

D. Pengorganisasian

1. Leader

: Wiwin Nuraeni2. Observer: Yudi setyawan3. Fasilitator:1. Iwan Hermawan 2. Evi Supriatun

3. Dyah Rofi P

Peserta TAK :

a.Tn. Se

b. Tn. Su

c. Tn. D

d. Tn. Md

e. Tn. Mg

f. Tn. Fg. Tn. TE. Alat

1. Handphone dengan MP32. Bola basket3. Buku catatan dan bolpoin4. Jadwal kegiatan klien

5. Kertas HVS dan salasibanF. Metode

1. Dinamika kelompok2. Diskusi dan tanya jawab3. Bermain peran / simulasiG. Langkah Kegiatan

1. Persiapan

a. Memilih klien isolasi sosial sesuai kriteria inklusi dan ekslusi b. Membuat kontrak dengan klienc. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

d. Menjalin kerjasama dengan kepala ruang Pringgondani2. Orientasi

a. Salam terapeutik

1). Terapis memberikan salam kepada klien dengan membuka kegiatan dengan baik dan memperkenalkan anggota terapis dan tugas masing-masing

b. Evaluasi/validasi

Leader menanyakan perasaan klien saat ini

c. Kontrak

1). Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu memperkenalkan diri

2) Menjelaskan aturan main berikut:a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta ijin pada terapis dengan alasan yang jelas

b) Lama kegiatan 45 menit.

c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai3. Tahap kerja

a. Menjelaskan kegiatan, yaitu lagu pada handphone dengan MP3 akan dihidupkan serta bola diedarkan berlawanan dengan arah jarum jam (yaitu kearah kiri) dan pada saat handphone dengan MP3 dimatikan, maka anggota kelompok yang memegang bola memperkenalkan dirinya.b. Menghidupkan handphone dengan MP3 untuk memutar lagu dan edarkan bola berlawanan dengan arah jarum jam.

c. Pada saat handphone dengan MP3 dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola mendapatkan giliran untuk menyebutkan: salam, nama lengkap, nama panggilan, hobi dan asal, dimulai oleh terapis sebagai contoh.d. Memotivasi klien untuk menulis nama panggilan pada kertas dan tempel atau pakai.

e. Mengulangi tahap kerja b,c,d sampai semua anggota kelompok mendapat giliran.f. Memberi reinforcement berupa pujian dan tepuk tangan untuk tiap keberhasilan anggota kelompok.4. Tahap Terminasi

a. Evaluasi

1). Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAKS.

2). Terapis memberi pujian atas keberhasilan kelompok.

b. Tindak lanjut

1). Terapis menganjurkan semua klien untuk melatih memperkenalkan diri kepada orang lain di kehidupan sehari-hari2). Memasukkan kegiatan memperkenalkan diri dalam jadwal kegiatan harian klien.

c. Kontrak yang akan datang

1. Menyepakati kegiatan tersebut yaitu berkenalan dengan anggota

Kelompok2. Menyepakati waktu dan tempatEvaluasi dan DokumentasiEvaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAKS berlangsung, khususnya pada tahap kerja untuk menilai kemampuan klien dalam melakukan TAKS. Aspek yang di evaluasi adalah kemampuan klien sesuai tujuan TAKS. Untuk TAKS sesi perkenalan diri, dievaluasi kemampuan klien memperkenalkan diri secara verbal dan non verbal dengan menggunakan formulir seperti tersebut pada lampiran. DokumentasiDokumentasi kemampuan yang dimiliki oleh klien ketika TAKS pada catatan proses keperawatan tiap klien baik kemampuan memperkenalkan diri secara verbal maupun non verbal.BAB III

HASIL DAN PEMBAHASANHASIL EVALUASI MEMPERKENALKAN DIRI TAK SOSIALISASIKEMAMPUAN MEMPERKENALKAN DIRIPre TAK Sosialisasia. Kemampuan verbalNo.Aspek yang dinilaiNama klienRata-rata presentase

Tn. SeTn. SuTn. DTn.MdTn.MgTn. FTn.T

1.Menyebutkan nama lengkap------14.3 %

2.Menyebutkan nama panggilan-85,7 %

3.Menyebutkan asal---57,1 %

4.Menyebutkan hobi------14,3 %

Jumlah122322045,1 %

Persentase25%50%50%75%50%50%0%

b. Kemampuan non verbal

No.Aspek yang dinilaiNama klienRata rata persentase

Tn. SeTn. SuTn. DTn.MdTn.MgTn. FTn.T

1.Kontak mata-------0 %

2.Duduk tegak----42,8%

3.Menggunakan bahasa tubuh yang sesuai------14,3 %

4.Kemauan mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir100 %

Jumlah112312139,3 %

Persentase25%25%50%75%25%50%25%

Post TAK Sosialisasia. Kemampuan verbalNo.Aspek yang dinilaiNama klienRata-rata presentase

Tn. SeTn. SuTn. DTn.MdTn.MgTn. FTn.T

1.Menyebutkan nama lengkap100 %

2.Menyebutkan nama panggilan-85,7 %

3.Menyebutkan asal-85,7 %

4.Menyebutkan hobi-85,7 %

Jumlah444444189,3 %

Persentase100%100%100%100%100%100%25%

b. Kemampuan non verbal

No.Aspek yang dinilaiNama klienRata-rata presentase

Tn. SeTn. SuTn. DTn.MdTn.MgTn. FTn.T

1.Kontak mata-----28,6 %

2.Duduk tegak----42,8 %

3.Menggunakan bahasa tubuh yang sesuai-85,7 %

4.Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir100 %

Jumlah2234241 64,3 %

Persentase50%50%75%100%50%100%25%

PEMBAHASANTerapi aktivitas kelompok sosialisasi bertujuan untuk meningkatkan interaksi social pada klien dengan indikasi isolasi social yang dapat ditunjukkan dengan komunikasi verbal dan tanda non verbal. Kegiatan terapi aktivitas kelompok yang dilakukan pada kelompok isolasi di ruangan Pringgondani tanggal 17 Juli 2010 pukul 09.10 WIB, telah dilakukan penilaian objektif berdasarkan hasil observasi pre TAKS dan post TAKS pada peserta TAKS oleh perawat. Hasil pre TAKS menunjukkan beberapa peserta TAKS menunjukkan adanya ketidakmampuan dalam komunikasi verbal dan non verbal dalam melakukan interaksi social. Hal tersebut ditunjukkan dengan tidak konsistensinya kontak mata, duduk terbunguk atau tidak tegak, ketidaksesuaian bahasa tubuh, keengganan berpartisipasi dalam kegiatan social. Selain itu, pasien juga tidak dapat melakukan perkenalan dengan baik, dimulai dari menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi.

Hasil dari evaluasi pre TAKS menunjukkan sebagian besar peserta TAKS tidak mampu dalam komunikasi verbal dan non verbal dalam interaksi social dengan teman atau perawat. Peserta TAKS hanya mampu melakukan komunikasi verbal 45,1% dari semua kriteria kemampuan verbal pada evaluasi pre TAKS. Sedangkan, kemampuan nonverbal pada evaluasi pre TAKS, peserta hanya mampu menunjukkan 39,3%. Hasil persentase tentang kemampuan peserta TAKS pre TAKS yang minimal ini mendukung perawat untuk melakukan TAKS untuk melakukan TAKS pada Strategi Pelaksanaan (SP) 1 isolasi sosial, yaitu memperkenalkan diri.Selama dilakukan TAKS dipimpin oleh leader, dibantu oleh fasilitator yang membantu peserta TAKS untuk mengikuti kegiatan sesuai dengan aturan main TAKS. Selain itu, kegiatan TAKS juga dipantau dan dibantu oleh observer yang memantau keefektifan TAKS yang meninjau dari keminatan peserta, kemampuan peserta setelah diberikan stimulus oleh perawat dan kemampuan non verbal peserta. Kegiatan TAKS ini mengacu pada strategi pelaksanaan isolasi sosial 1. Modifikasi kegiatan ini dilakukan dengan memberikan umpan balik / feed back berupa evaluasi kemampuan peserta untuk menyebutkan nama, asal dan hobi teman di sebelah kiri dan kanannya.Berdasarkan pemantauan yang telah dilakukan oleh perawat, baik dari observer, fasilitator dan leader, evaluasi kemampuan peserta TAKS setelah dilakukan umpan balik/ feed back yaitu peserta telah meningkat kemampuan dalam berinteraksi dengan teman. Hal ini ditunjukkan dengan kemampuan verbal peserta TAKS yang meningkat menjadi 89,3%. Progresifitas peserta sebelum dan sesudah mengikuti TAKS sebesar 44,2% ini menunjukkan adanya keefektifan TAKS untuk meningkatkan kemampuan peserta dalam berkenalan dengan orang lain. Adapun kemampuan non verbal pasien meningkat menjadi 24,2% dari sebelum dilakukan TAKS dan sesudahnya.BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KesimpulanKami menyimpulkan bahwa dengan melaksanakan TAK dapat bermanfaat untuk: Melatih klien bersosialisasi dengan orang lain

Mengajarkan teknik-teknik komunikasi baik verbal maupun non verbal untuk menangani masalah klien dengan isolasi social. Meningkatkan status fungsi klien, baik kognitif, afektik, psikimotor, maupun kepribadian.

Meningkatkan harga diri serta rasa percaya diri klien

B. Saran

1. Kegiatan TAKS sebaiknya dapat dilakukan secara rutin dengan berbagai macam topik yang disesuaikan dengan kondisi klien.

2. Perawat hendaknya mengembangkan kegiatan-kegiatan yang positif untuk menstimulasi perkembangan klien

3. Sebaiknya kontrak waktu selama TAKS tidak terputus oleh aktivitas lain, sehingga klien dapat mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir dan dapat bermanfaat untuk klien. Misalnya apabila keluarga yang menjenguk, sebaiknya keluarga diminta menunggu hingga kegiatan selesai dan dijelaskan manfaat kegiatan tersebut.

Mengetahui

Kepala Ruang Pringgondani

Sutarmi, A.MKCi. Kelompok Ruang Pringgondani

Afik, S.Kep., Ns.

Daftar Pustaka

Caplan ,Harrold I; Sadock Benjamin J.1998. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta: Widya Medika,

Direktorat Kesehatan Jiwa.1983. Pedoman Perawatan Psikiatrik, Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI

Keliat ,Budi Ana. 1998. Proses Keperawatan Jiwa, Jakarta: EGC

Mc Farland, Getrude K., Mc Farlane ,A. Elisabet. 1993. Nursing Diagnosis and Intervention ( Planning For Patients Care ) second edition, Mosbysear book Inc, St Louis, Missouri

Nurjannah, Intansari. 2004. Pedoman Penanganan pada Gangguan Jiwa: Manajemen, Proses Keperawatan dan Hubungan Terapeutik Perawat-Klien. Yogyakarta: Mocomedia

Saryono, dkk. 2008. Skill lab 2 Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto: Global internusa

WF. Maramis. 1998. Catatan Ilmu Kesehatan Jiwa,. surabaya : Airlangga University PressPAGE 3

_1352251776.doc