Upload
laila-fitrotuz-zahroh
View
233
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/29/2019 Laporan Sgd Lbm 6 Blok 17
1/17
Pendahuluan
Bismillahirrohmanirrohim
Alhamdulillahirrobbilalamin, segala puji bagi Allah, Rob seluruh alam yang telah
memberikan karunia kepada kami hingga kami dapat menyelesaikan blokManagement Of
Dental And Supporting Tissues Diseases.
Dengan adanya blokManagement Of Dental And Supporting Tissues Diseases,
diharaapkan dapat membantu mahasiswa memahami penyakit-penyakit pada gigi dan jaringan
penyangga serta tata laksana perawatanya.
Kami menyadari masih banyak kekurangn dalam penyusunan makalah lbm 6 blok 17 ini.
Oleh karena itu saran-saran baik dari tutor maupun anggota sgd akan kami terima dengan
terbuka. Semoga makalah ini bermanfaat bagi siapa saja yang membutuhkan.
Jazzakumullhahhi khoiro jaza
7/29/2019 Laporan Sgd Lbm 6 Blok 17
2/17
Bab I
Dasar Teori
Penyakit Periodontal dan Diabetes Mellitus
I. Penyakit PeriodontalPenyakit periodontal adalah suatu inflamasi kronis pada jaringan pendukung gigi
(periodontium).Penyakit periodontal dapat hanya mengenai gingiva (gingivitis) atau
dapat menyerang struktur yang lebih dalam (periodontitis). Gambaran klinis yang
membedakan antara gingivitis dan periodontitis adalah ada tidaknya kerusakan
jaringan periodontal destruktif umumnya dihubungkan dengan keberadaan dan atau
meningkatnya jumlah bakteri patogen spesifik seperti Phorphyromonas gingivalis
(P.g), prevotella intermedia (P.i), bacteriodes forsytus (Bi) dan actinobacillus
actinomycetemcomitans (A.a).
Etiologi Penyakit Periodontal
Faktor PrimerPenyebab primer dari penyakit periodontal adalah iritasi bakteri. Menurut teori
non-spesifik murni bakteri mulut terkolonisasi pada leher gingiva untuk membentuk
plak pada keadaan tidak ada kebersihan mulut yang efektif. Semua bakteri plak
dianggap mempunyai beberapa faktor virulensi yang menyebabkan inflamasi gingival
dan kerusakan periodontal keadaan ini menunjukkan bahwa plak akan menimbulkan
penyakit tanpa tergantung komposisinya. Namun demikian, sejumlah plak biasanya
tidak mengganggu kesehatan gingiva dan periodontal dan beberapa pasien bahkan
mempunyai jumlah plak yang cukup besar yang sudah berlangsung lama tanpa
mengalami periodontitis yang merusak walaupun mereka mengalami gingivitis.
Faktor SekunderFaktor sekunder dapat lokal atau sistemik. Beberapa faktor lokal pada lingkungan
gingiva merupakan predisposisi dari akumulasi deposit plak dan menghalangi
pembersihan plak. Faktor ini disebut sebagai faktor retensi plak
Faktor Lokal1. Restorasi yang keliru
7/29/2019 Laporan Sgd Lbm 6 Blok 17
3/17
2. Kavitas karies
3. Tumpukan sisa makanan
4. Geligi tiruan sebagian yang desainnya tidak baik
5. Pesawat ortodonti
6. Susunan gigi geligi yang tidak teratur
7. Kurangnya seal bibir atau kebiasaan bernapas melalui mulut
8. Merokok tembakau
9. Groove perkembangan pada enamel servikal atau permukaan akar
Macam- Macam Penyakit Periodontal
GingivitisKarena plak berakumulasi dalam jumlah sangat besar di regio interdental yang
terlindungi, inflamasi gingiva cenderung dimulai pada daerah papilla interdental dan
menyebar dari daerah ini ke sekitar leher gigi.Histopatologi dari gingivitis kronis dijabarkan dalam beberapa tahapan: lesi awal
timbul 2-4 hari diikuti gingivitis tahap awal, dalam waktu 2-3 minggu akan menjadi
gingivitis yang cukup parah.
PeriodontitisPeriodontitis adalah inflamasi jaringan periodontal yang ditandai dengan migrasi
epitel jungsional ke arah apikal, kehilangan perlekatan tulang dan resorpsi tulang
alveolar. Kebanyakan penelitian menyatakan bahwa respon imun lebih berperan terhadap
destruksi periodontal pada periodontitis. Bakteri dan produknya memiliki peran secara
tidak langsung dalam merangsang inflamasi sehingga menghasilkan mediator inflamasi
seperti prostaglandin E2 (PGE2) atau sitokin meliputi Tumor Necrosis Factor-alpha
(TNF-) dan Interleukin-1 (IL-1). Mediator ini akan merangsang produksi dan aktivasi
7/29/2019 Laporan Sgd Lbm 6 Blok 17
4/17
enzim yang merusak jaringan ikat gingiva serta produksi osteoklas yang akan meresorpsi
tulang. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari model hewan dan manusia
ditunjukkan bahwa hal yang sama terjadi pada awal kehilangan perlekatan jaringan ikat
pada permukaan gigi dan resorpsi tulang alveolar. Terlebih lagi risiko dan keparahan
periodontitis juga dipengaruhi oleh penyakit sistemik seperti diabetes.Pada pemeriksaan
klinis terdapat peningkatan kedalaman probing, perdarahan saat probing (ditempat
aktifnya penyakit) yang dilakukan dengan perlahan dan perubahan kontur fisiologis.
Dapat juga ditemukan kemerahan, pembengkakan gingiva dan biasanya tidak ada rasa
sakit.
Periodontitis KronisPeriodontitis kronis merupakan penyakit dengan tipe progresif yang lambat.
Dengan adanya faktor sistemik, seperti diabetes, perokok, atau stress, progres penyakit
akan lebih cepat karena faktor tersebut dapat merubah respon host terhadap akumulasi
plak.
Periodontitis kronis adalah hasil dari respon host pada agregasi bakteri di
permukaan gigi. Mengakibatkan kerusakan irreversibel pada jaringan perlekatan, yang
menghasilkan pembentukan poket periodontal dan kehilangan tulang alveolar pada
akhirnya. Sementara gingivitis dikenal kondisi yang sangat umum di antara anak-anakdan remaja, periodontitis jarang terjadi pada anak-anak dan remaja. Terjadinya
periodontitis severe pada orang dewasa muda memiliki dampak buruk terhadap gigi
mereka tapi dalam beberapa perawatan kasus penyakit periodontal dapat berhasil.
Pembentukan Poket Periodontitis Kronis
Poket adalah pendalaman sulkus gingiva secara patologis karena penyakit
periodontal. Poket periodontal mengandung debris terutama terdiri dari mikroorganisme
dan produk-produknya (enzim, endotoksin, dan hasil metabolisme lainnya), cairan
gingiva, sisa makanan, mucin salivari, desquamasi sel epitelial, dan leukosit. Plak atau
kalkulus biasanya menutupi permukaan gigi. Pendalaman sulkus dapat terjadi karena tiga
hal.
1. Pergerakan tepi gusi bebas ke arah koronal, seperti pada gingivitis
7/29/2019 Laporan Sgd Lbm 6 Blok 17
5/17
2. Perpindahan epitel jungsional ke arah apikal, bagian koronal epitel terlepas dari
permukaan gigi; dan
3. Kombinasi keduanya.
Poket dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Poket gingiva (pseudopocket/poket semu) adalah pendalaman sulkus gingiva sebagai
akibat dari pembesaran gingiva. Tidak terjadi migrasi epitel jungsional ke apikal atau
resorpsi puncak tulang alveolar
2. Poket supraboni adalah pendalaman sulkus gingiva disertai dengan kerusakan serabut
gingiva di dekatnya, ligamen periodonsium, dan puncak tulang alveolar, yang dikaitkan
dengan migrasi epitel jungsional ke apikal. Dasar poket dan epitel jungsional lebih
koronal dibandingkan puncak tulang alveolar. Poket supraboni dihubungkan dengan
resorpsi tulang horizontal, yaitu penurunan ketinggian puncak alveolar keseluruhan,
umumnya puncak tulang dan permukaan akar membentuk sudut siku-siku.
3. Poket infraboni adalah pendalaman sulkus gingiva dengan posisi dasar poket dan epitel
jungsional terletak lebih ke apikal dibandingkan puncak tulang alveolar. Poket infrabonidihubungkan dengan resorpsi tulang vertical (resorpsi tulang angular), yaitu kehilangan
tulang yang membentuk sudut tajam terhadap permukaan akar.
II. Diabetes MellitusDiabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia (kadar gula darah yang tinggi) yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Hal ini mengakibatkan ketidakmampuan
glukosa untuk masuk ke jaringan dari pembuluh darah sehingga terjadi peningkatan kadar
gula darah yang tinggi dan sekresi glukosa melalui urine.
7/29/2019 Laporan Sgd Lbm 6 Blok 17
6/17
Diabetes melitus secara umum dapat dibagi menjadi empat tipe. Diabetes tipe 1,
disebut juga insulin dependent diabetes mellitus (IDDM), terjadi karena kerusakan sel
beta pulau Langerhans akibat penyakit autoimun menyebabkan defisiensi jumlah
produksi insulin. Penderita diabetes tipe ini cenderung mengalami ketoasidosis dan
fluktuasi kadar glukosa plasma. Jika tidak segera ditangani maka akan muncul gejala
diabetes sepertipolyuria, polydipsia, polyphagia, lemas dan kelelahan.
Diabetes tipe 2, disebut juga non-insulin dependent diabetes mellitus (NIDDM),
terjadi karena resistensi fungsi insulin dan ketidakseimbangan sekresi insulin. Diabetes
tipe 2 terjadi sekitar 90% - 95% dari kasus diabetes di Amerika Serikat. Pada awalnya
penderita diabetes tipe 2 memiliki kadar insulin normal atau lebih tinggi. Kegagalan
utamanya adalah berkurangnya sensitivitas insulin sehingga transpor glukosa dari
pembuluh darah ke seluruh tubuh, terutama sel hati dan otot terganggu. Hal ini
menyebabkan kadar gula dalam darah masih tinggi. Diabetes tipe 2 biasanya
dihubungkan dengan obesitas, karena obesitas dapat menyebabkan sel menjadi tidak
berespon baik terhadap insulin.
Pengaruh Diabetes Melitus Terhadap Periodontitis
periodontitis sangat dipengaruhi oleh faktor sistemik seperti diabetes. Diabetes
dapat meningkatkan 2 sampai 5 kali kemungkinan perkembangan penyakit
periodontal.Diabetes tipe 2 paling sering terjadi sejak masa dewasa. Banyak individu
yang menyadari telah mengalami diabetes tipe 2 setelah komplikasi parah terjadi.
Periodontitis kadang bisa menjadi tanda pertama seseorang menderita diabetes, bahkan
pada periodontitis yang parah dapat mengakibatkan kehilangan gigi.
Gambaran klinis yang harus diperhatikan dokter gigi pada pasien yang belum
terdiagnosis diabetes dan pasien diabetes dengan kontrol glikemi yang buruk yaitu:
persistensi peradangan gingiva setelah perawatan periodontal inisial (melalui skeling
supra dan subgingiva, instruksi oral higiene); respon peradangan gingiva yang parah pada
plak dan proliferasi jaringan gingiva pada margin gingiva; kehilangan tulang alveolar
yang berkelanjutan meskipun telah mendapatkan perawatan periodontal; periodontitis
agresif yang parah pada pasien berusia 20-45 tahun (peningkatan saku periodontal,
peningkatan mobiliti gigi dan migrasi gigi, gigi overerupsi atau diastema antara gigi, dan
7/29/2019 Laporan Sgd Lbm 6 Blok 17
7/17
peningkatan kehilangan tulang pada radiografi) dan pembentukan abses periodontal
multipel.
Hubungan antara diabetes melitus dan periodontitis juga ditemukan pada anak-
anak dan remaja. Penelitian Lalla dan kawan-kawan terhadap 350 anak dan remaja
diabetes dan 350 anak dan remaja tanpa diabetes (usia 6-18 tahun) menggunakan
parameter kehilangan perlekatan dan perdarahan gingiva menunjukkan bahwa
periodontitis merupakan komplikasi klinis pertama yang ditemukan pada penderita
diabetes melitus. Penelitian tersebut juga menunjukkan prevalensi penyakit periodontal
dan inflamasi jaringan yang lebih besar pada anak dengan diabetes melitus dibandingkan
anak tanpa diabetes mellitus. Pasien diabetes membutuhkan evaluasi periodontal dan
rencana perawatan khusus karena diabetes secara signifikan sangat berpengaruh terhadap
tulang dan penyakit periodontal. Ketika diagnosis penyakit periodontal telah ditegakkan,
penderita disarankan untuk segera dirawat secara aktif dan cepat. Perlu diperhatikan
bahwa penyakit periodontal harus segera dilakukan perawatan karena periodontitis yang
tidak dirawat dapat mempengaruhi keadaan diabetes.
Adanya perubahan metabolisme pada penderita diabetes melitus akan
menimbulkan serangkaian perubahan pada jaringan periodonsium yang mengarah kepada
destruksi periodontal. Destruksi terutama terjadi pada gingiva dan tulang alveolar, namun
ligamen periodontal dan sementum tidak dipengaruhi oleh keadaan diabetes.6 Beberapa
mekanisme menjelaskan bagaimana besarnya insidens dan keparahan penyakit
periodontal pada pasien diabetes.
7/29/2019 Laporan Sgd Lbm 6 Blok 17
8/17
BAB II
SKENARIO
Seorang laki-laki 47 tahun dating ke RSGM dengan keluhan gusi mudah berdarah dan
gigi depan bawah goyang dan sakit. Pasien juga mengeluh bahwa giginya terdapat lapisan tebal
seperti kapur termasuk gigi yang goyang tersebut. Keadaan seperti ini menyebabkan pasien
merasa tidak nyaman. Pasien mempunyai riwayat penyakit diabetes mellitus.
Pemeriksaan objektif, didapatkan:
Ekstra oral (EO)- Tidak ditemukan adanya kelainan
Intra oral (IO)- OH buruk- Pada gigi 17,16,15, terdapat kalkulus bagian oklusal, bukal dan palatal- Pada gigi 33,32,31,41,42,43, terdapat kalkulus yang tebal bagian lingual dan labial- Pada gigi 44,45,46 terdapat kalkulus bagian oklusal, bukal dan lingual- Goyang derajat 3 pada gigi 32,31,41,42.- Karies profunda pada 35,36
Pada pemeriksaan Rontgen (Ro) didapatkan:- Terdapat resorbsi tulang alveolar pada gigi anterior bawah dan posterior bawah
sebelah kanan
Kemudian dokter gigi melakukan perencanaan perawatan.
RUMUSAN MASALAH
1. Mengapa pasien mengeluhkan gusi mudah berdarah ?2. Mengapa gigi depan bawah mudah sakit dan goyang derajat 3?3. Apakah ada hubungan DM dengan lapisan tebal seperti kapur pada gigi, kalau ada
hubunganya , hubungannya bgm?
7/29/2019 Laporan Sgd Lbm 6 Blok 17
9/17
4. Apa yang menyebabkan adanya resorbsi tulang alveolar pada gigi anterior bawahdan posterior bawah gigi sebelah kanan
5. Apakah ada hubunganny dm dengan resorbsi tulang alveolar bawah, apahubungannya
6. Diagnosis kasus7. Bagaimana perawatan untuk kasus ini8. Mekanisme terbentuknya kalkulus9. Mekanisme DM yang menyebabkan karies pada gigi 36 3510.Mengapa gigi yang goyang hanya gigi anterior RB padahal terdapat banyak
kalkulus pada gigi posterior juga
11.Mengapapeada pengukuran kalkulus indeks pada bagian labial tidak pd lingualMenjawab Pertanyaan
1. Mengapa pasien mengeluhkan gusi mudah berdarah ? Gusi berdarah yang disebabkan oleh penyakit DM
Pada penderita diabetes, Advanced Glycation End products (AGE) sebagai hasil
dari hiperglikemi, dapat memasuki jaringan mengubah fenotip makrofag dan sel lainnya
melalui reseptor permukaan sel spesifik. Makrofag merupakan sel utama dalam
patogenesis periodontitis karena kemampuannya untuk menghasilkan banyak sitokin.
Makrofag juga berpengaruh terhadap respon inflamasi, metabolisme fibroblas dan
limfosit, dan menstimulasi resorpsi tulang melalui prostaglandin E2. AGE yang
dihasilkan akan mengubah makrofag menjadi sel berfenotip destruktif, menghasilkan
sitokin pro-inflamatori yang tidak terkontrol sehingga mengakibatkan kerusakan lokal
yang parah pada jaringan periodonsium.
Perubahan lain yang terjadi pada jaringan periodonsium penderita diabetes adalah
terjadinya penebalan lamina basal pembuluh darah. Penebalan lamina basal ini akan
menghambat transportasi zat-zat makanan yang penting untuk perawatan dan
pemeliharaan jaringan, mengganggu difusi oksigen, mengganggu pembuangan sisa
metabolisme yang tidak berguna, dan mengganggu migrasi lekosit serta sel imun lainnya.
Keadaan ini memperburuk kondisi pasien sehingga memudahkan terjadinya periodontitis
pada penderita diabetes mellitus.
7/29/2019 Laporan Sgd Lbm 6 Blok 17
10/17
Gusi berdarah yang disebabkan oleh plak dan kalkulusBerkumpulnya pelikel yang berkolonisasi jadi plaque berkolonisasi dengan
bakteri dan bermineralisasi menjadi calculus sehinga terjadi perdangan pada jaringan
periodontal (gingiva) yang merupakan aksi dari system kekebalan tubuh sehingga terjadi
pembesaran (banyaknya pasokan pembuluh darah pada daerah yang terinfeksi ) sehingga
sedikit saja terdapat rangsangan dan stimulus menyebabkan mudahnya terjadi inflamasi.
Sebagian besar periodontitis merupakan akibat dari penumpukan plak dan karang
gigi (tartar) diantara gigi dan gusi. Akan terbentuk kantong diantara gigi dan gusi dan
meluas ke bawah diantara akar gigi dan tulang dibawahnya.Kantong ini mengumpulkan
plak dalam suatu lingkungan bebas oksigen, yang mempermudah pertumbuhan bakteri.
jika keadaan ini terus berlanjut, pada akhirnya banyak tulang rahang di dekat kantong
yang dirusak sehingga gigi lepas. Kecepatan tumbuhnya periodontitis berbeda pada
orang-orang yang memiliki jumlah tartar yang sama. Hal ini mungkin karena plak dari
masing-masing orang tersebut mengandung jenis dan jumlah bakteri yang berbeda, dan
karena respon yang berbeda terhadap bakteri.
PENGARUH PENYAKIT DIABETES MELLITUS TERHADAP PENYAKITPERIODONTAL
Pada pasien dengan diabetes yang tidak terkontrol yang mengalami hiperglikemi
kronis terjadi pula perubahan metabolisme kolagen, dimana terjadi peningkatan aktivitas
collagenese dan penurunan collagen synthesis.
Kolagen yang terdapat di dalam jaringan cenderung lebih mudah mengalami
kerusakan akibat infeksi periodontal. Hal ini mempengaruhi integritas jaringan tersebut.
Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa DM yang disertai oleh beberapa perubahan
pada periodonsium berpotensi dan berperan dalam terjadinya periodontitis kronis.Hiperglikemia yang terjadi pada diabetes bertanggung jawab bagi terjadinya komplikasi
yang menyertai penyakit tersebut. Keadaan hiperglikemia menyebakan terbentuknya
advanced glycation and products (AGE) non enzimatik pada makromolekul jaringan.
AGE merupakan senyawa yang berasal dari glukosa, secara kimiawi irreversible dan
terbentuk secara perlahan-lahan tetapi terus-menerus sejalan dengan peningkatan kadar
7/29/2019 Laporan Sgd Lbm 6 Blok 17
11/17
glukosa darah. Penumpukan AGE bisa terjadi di dalam plasma dan jaringan gingival
penderitadiabetes.
Sel-sel pada endotelial, otot polos, neuron dan monosit mempunyai sisi pengikat
(binding site) AGE pada permukaannya, yang diberi nama reseptor AGE (RAGE).
Terikatnya AGE ke sel-sel endotelial menyebabkan terjadinya lesi vaskular, trombosis
dan vasokonsriksi pada diabetes. AGE yang terikat ke monosit akan meningkatkan
kemotaksis dan aktivasi monosit yang disertai peningkatan jumlah sitokin proinflamatori
yang dilepas, seperti TNF-, IL-1, dan IL-6. Ikatan AGE dengan RAGE pada fibroblas
menyebabkan terganggunya remodeling jaringan ikat, sedangkan ikatan AGE dengan
kolagen menyebabkan penurunan solubilitas dan laju pembaharuan kolagen. Buruknya
kontrol gula darah dan meningkatnya pembentukan AGE menginduksi stress oksidanpada gingival sehingga memperkuat kerusakan jaringan periodontal.Di samping itu,
dengan adanya peningkatan kadar sel radang dalam cairan saku gusi, menyebabkan
jaringan periodontal lebih mudah terinfeksi dan menyebabkan kerusakan tulang.
PENGARUH PENYAKIT PERIODONTAL TERHADAP PENYAKIT DIABETESMELLITUS
Sintesa dan sekresi sitokin yang berasal dari interaksi AGE dengan RAGE dapatdiperhebat oleh sintesa dan sekresi sitokin akibat infeksi yang berasal dari periodontitis,
begitu juga sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan periodontitis dengan
diabetes mellitus berlangsung dalam dua arah.Dengan demikian penyakit periodontal
yang berupa inflamasi kronis dapat memperparah status penderita diabetes mellitus
sehingga menjurus ke arah komplikasi yang lebih berat.
Peningkatan konsentrasi hemoglobin terglikosilasi diduga disebabkan oleh
periodontitis kronis yang parah pada penderita diabetes mellitus. Infeksi yang berasal dari
periodontitis selain meningkatkan produksi sitokin, diduga dapat pula meningkatkan
resistensi insulin yang pada akhirnya memperburuk kontrol glikemik penderita diabetes
yang juga menderita periodontitis di mulutnya. Hal ini diperkuat dengan adanya
penelitian berupa penelitian retrospektif terhadap pasien diabetes mellitus tipe 2
7/29/2019 Laporan Sgd Lbm 6 Blok 17
12/17
menunjukkan bahwa level HbA1c signifikan meningkat pada pasien dengan periodontitis
yang parah.
2. Mengapa gigi depan bawah mudah sakit dan goyang derajat 3? Di sebabkan adanya penyakit periodontal yaitu inflamasi kronis pada jaringan pendukung
gigi . faktor yang terlibat dalam kerusakan tulang adalah bakteri dan host si penderita .
produk bakteri plak menyebabkan differensiansi sel progenitor tulang menjadi osteoklas
dan menstimulasi sel ginggiva untuk mengeluarkan mediator yang mempunyai efek yang
sama. Faktor host yang di keluarkan sel inflamasi dapat menyebabkan resorpsi tulang
yaitu prostaglandin dan prekyrsornya IL-a dan IL-b dan TNF .
Adanya resorpsi tulang akan menyebabkan hilangnya perelakatan periodontal .
Pada pasien diabetes terdapat kecenderungan terjadinya inflamasi. Diabetesmenyebabkan produksi kadar sitokin pro-inflamatori menjadi lebih tinggi, seperti IL-1
dan TNF-, yang menyebabkan kehilangan tulang yang lebih besar.8,11Berdasarkan
penelitian terakhir pada pasien diabetes, disebutkan bahwa meskipun bakteri pada plak
dibutuhkan pada proses periodontitis akut, tetapi tidak berperan terhadap kehilangan
tulang. Bakteri plak berperan secara tidak langsung dalam menghasilkan mediator
inflamasi, seperti prostaglandin, atau sitokin yaitu IL-1 dan TNF-, yang memicu
kehilangan tulang secara akut. Diabetes melitus menyebabkan ketidakseimbangan
produksi tulang baru setelah resorpsi tulang dengan mencegah keseimbangan normal
resorpsi dan pembentukan tulang. Konsep ini menjelaskan bahwa pada jaringan ikat
produk bakteri (seperti LPS) merangsang sel (seperti makrofag) untuk memproduksi IL-1
dan TNF-. IL-1 dan TNF- merangsang produksi enzim yang merusak jaringan gingiva
dan juga menyebabkan kematian fibroblas yang memperbaiki jaringan yang rusak. Pada
tulang, bakteri dan produknya menstimulasi makrofag membentuk IL-1 atau TNF untuk
meningkatkan produksi osteoklas yang dapat meresorpsi tulang. TNF secara khusus
menyebabkan kematian sel osteoblas yang dapat memperbaiki tulang
3. Apakah ada hubungan DM dengan lapisan tebal seperti kapur pada gigi, kalau adahubunganya , hubungannya bgm?
7/29/2019 Laporan Sgd Lbm 6 Blok 17
13/17
Kadar darah yg meningkat akan mengubah lingkungan mikroflora yg menyebabkanbakteri dapat berkembang , bakteri berperan dalam pembentukan kalkulus yaitu
pengendapan garam kalsium fosfat, kalsium karbonat, dan magnesium fosfat. Komposisi
kalkulus dipengaruhi oleh lokasi kalkulus dalam mulut serta waktu pembentukan
kalkulus. Komposisi kalkulus terdiri dari 80% masa anorganik, air, dan matriks organik
(protein dan karbohidrat),sel-sel epitel deskuamasi, leukosit. Masa anorganik terutama
terdiri dari fosfat,kalsium, dalam bentuk hidroksiapatite, brushite, dan fosfat oktakalsium.
Selain itu,juga terdapat sejumlah kecil kalsium karbonat, magnesium, fosfat, dan
florida.Kandungan florida adalah beberapa lebih besar daripada pada plak.
Lapisan tebal putih itu karena adanya penumpukan kalsiumpelikelmenyebabkanpengendapan protein meningkatakan deposit materi pd permukaan gigi meningkat
terbentuk kalsium bridge
Sejumlah penelitian menunjukkan, penyebab dari beberapa masalah rongga mulut adalahdental plaque atau plak gigi. Setelah kita menyikat gigi, pada permukaan gigi akan
terbentuk lapisan bening dan tipis yang disebut pelikel.Pelikel ini belum ditumbuhi
kuman. Apabila pelikel sudah ditumbuhi kuman disebutlah dengan plak. Plak berupa
lapisan tipis bening yang menempel pada permukaan gigi, terkadang juga ditemukan
pada gusi dan lidah. Lapisan itu tidak lain adalah kumpulan sisa makanan, segelintir
bakteri, sejumlah protein dan air ludah. Plak selalu berada dalam mulut karenapembentukannya selalu terjadi setiap saat, dan akan hilang bila menggosok gigi atau
menggunakan benang khusus. Plak yang dibiarkan, lama kelamaan akan terkalsifikasi
(berikatan dengan kalsium) dan mengeras sehingga menjadi karang gigi. Mineralisasi
plak mulai di dalam 24-72 jam dan rata-rata butuh 12 hari untuk matang.
4. Apa yang menyebabkan adanya resorbsi tulang alveolar pada gigi anterior bawahdan posterior bawah gigi sebelah kanan
Kalkulus supragingiva sering ditemukan pada lingual gigi anterior rahang bawah ataupada insisivus bawah, hal ini terjadi karena insisivus rahang bawah merupakan muara
atau ekskretori utama dari kelenjar submandibula (duktus Whartoni) dan kelenjar
sublingual (duktus Bartholini). Sedangkan pada bukal gigi posterior rahang atas
merupakan ekskretori utama dari kelenjar parotis melalui duktus stenon. Karena lingual
7/29/2019 Laporan Sgd Lbm 6 Blok 17
14/17
gigi anterior rahang bawah dan bukal posterior rahang atas merupakan muara utama dari
saliva, maka pada daerah ini banyak terdapat bakteri-bakteri. Bakteri-bakteri ini tidak
semua dapat ikut larut dalam flow saliva, bakteri yang tersisa akan membentuk koloni
yang akan berakumulasi dengan plak yang ada pada muara saliva tersebut, sehingga
terjadi kalsifikasi plak ataukalkulus pada daerah muara saliva . Hal inilah yang
menyebabkan pada lingual gigi anterior rahang bawah dan bukal posterior rahang atas
sering terjadi kalkulus.
5. Apakah ada hubunganny DM dengan resorbsi tulang alveolar bawah, apahubungannya
Pada pasien diabetes terdapat kecenderungan terjadinya inflamasi. Diabetesmenyebabkan produksi kadar sitokin pro-inflamatori menjadi lebih tinggi, seperti IL-1
dan TNF-, yang menyebabkan kehilangan tulang yang lebih besar.8,11Berdasarkan
penelitian terakhir pada pasien diabetes, disebutkan bahwa meskipun bakteri pada plak
dibutuhkan pada proses periodontitis akut, tetapi tidak berperan terhadap kehilangan
tulang. Bakteri plak berperan secara tidak langsung dalam menghasilkan mediator
inflamasi, seperti prostaglandin, atau sitokin yaitu IL-1 dan TNF-, yang memicu
kehilangan tulang secara akut. Diabetes melitus menyebabkan ketidakseimbangan
produksi tulang baru setelah resorpsi tulang dengan mencegah keseimbangan normalresorpsi dan pembentukan tulang. Konsep ini menjelaskan bahwa pada jaringan ikat
produk bakteri (seperti LPS) merangsang sel (seperti makrofag) untuk memproduksi IL-1
dan TNF-. IL-1 dan TNF- merangsang produksi enzim yang merusak jaringan gingiva
dan juga menyebabkan kematian fibroblas yang memperbaiki jaringan yang rusak. Pada
tulang, bakteri dan produknya menstimulasi makrofag membentuk IL-1 atau TNF untuk
meningkatkan produksi osteoklas yang dapat meresorpsi tulang. TNF secara khusus
menyebabkan kematian sel osteoblas yang dapat memperbaiki tulang
6. Diagnosis kasusPeriodontitis agresif generalisata karena kerusakan gigi tidak hanya melibatkan gigi
anterior atas akan tetapi menyebabkan gigi I bawah , P , dan M
7/29/2019 Laporan Sgd Lbm 6 Blok 17
15/17
7. Bagaimana perawatan untuk kasus iniPada gigi 31 32 33 41 4 2 43 45 4 6 di scaling yg goyang di splinting
Karies profunda di tambal
8. Mekanisme terbentuknya kalkulus Sejumlah penelitian menunjukkan, penyebab dari beberapa masalah rongga mulut adalah
dental plaque atau plak gigi. Setelah kita menyikat gigi, pada permukaan gigi akan
terbentuk lapisan bening dan tipis yang disebut pelikel.Pelikel ini belum ditumbuhi
kuman. Apabila pelikel sudah ditumbuhi kuman disebutlah dengan plak. Plak berupa
lapisan tipis bening yang menempel pada permukaan gigi, terkadang juga ditemukan
pada gusi dan lidah. Lapisan itu tidak lain adalah kumpulan sisa makanan, segelintir
bakteri, sejumlah protein dan air ludah. Plak selalu berada dalam mulut karena
pembentukannya selalu terjadi setiap saat, dan akan hilang bila menggosok gigi atau
menggunakan benang khusus. Plak yang dibiarkan, lama kelamaan akan terkalsifikasi
(berikatan dengan kalsium) dan mengeras sehingga menjadi karang gigi. Mineralisasi
plak mulai di dalam 24-72 jam dan rata-rata butuh 12 hari untuk matang.
Beberapa macam teori dikemukakan oleh para peneiti mengenai proses pembentukan
kalkulus, antara lain :
1. Teori CO
Menurut teori ini pengendapan garam kalsium fosfat terjadi akibat adanya
perbedaan tekanan CO dalam rongga mulut dengan tekanan CO dari duktus saliva, yang
menyebabkan pH saliva meningkat sehingga larutan menadi jenuh.
2. Teori protein
Pada konsentrasi tinggi,protein klorida saliva bersinggungan dengan permukaangigi maka protein tersebut akan keluar dari saliva, sehingga mengurangi stabilitas
larutnya dan terjadi pengendapan garam kalsium fosfat.
3. Teori Fosfatase
7/29/2019 Laporan Sgd Lbm 6 Blok 17
16/17
Fosfatase berasal dari plak gigi, sel-sel epitel mati atau bakteri. Fosfatase
membantu proses hidrolisa fosfat saliva sehingga terjadi pengendapan garam kalsium
fosfat.
4. Teori Esterase
Esterase terdapat pada mikrorganisme, membantu proses hidrolisis ester lemak
menjadi asam lemak bebas yang dengan kalsium membentuk kalsiumfosfat.
5. Teori Amonia
Pada waktu tidur, aliran saliva berkurang, urea saliva akan membentuk ammonia
sehingga pH saliva naik dan terjadi pengendapan garam kalsium fosfat.
6. Teori pembenihan
Plak gigi merupakan tempat pembentukan inti ion-ion kalsium dan fosfor yang
akan membentuk kristal inti hidroksi apatit dan berfungsi sebagai benih kristal kalsium
fosfat dari saliva jenuh.
7.teori rokok
Tar dalam asap rokok juga memperbesar peluang terjadinya radang gusi, yaitu
penyakit gusi yang paling sering terjadi disebabkan oleh plak bakteri dan factor lain yang
dapat menyebabkan bertumpuknya plak di sekitar gusi. Tar dapat diendapkan pada
permukaan gigi dan akar gigi sehingga permukaan ini menjadi kasar dan mempermudah
perlekatan plak. Dari perbedaan penelitian yang telah dilakukan plak dan karang gigi
lebih banyak terbentuk pada rongga mulut perokok dibandingkan bukan perokok.
Penyakit jaringan pendukung gigi yang parah, kerusakan tulang penyokong gigi dan
tanggalnya gigi lebih banyak terjadi pada perokok daripada bukan perokok. Pada
perawatan penyakit jaringan pendukund gigi pasien perokok memerlukan perawatan yang
lebih luas dan lebih lanjut. Padahal pada pasien bukan perokok dan pada keadaan yang
sama cukup hanya dilakukan perawatan standar seperti pembersihan plak dan karang
gigi.
7/29/2019 Laporan Sgd Lbm 6 Blok 17
17/17
9. Mekanisme DM yang menyebabkan karies pada gigi 36 35Pada Diabetes Mellitus dengan kondisi kebersihan mulut yang jelek dan adanya
angiopati diabetik menyebabkan suplai oksigen berkurang, sehingga bakteri anaerob
mudah berkembang. Karies gigi terjadi oleh karena bakteri-bakteri tertentu yang
mempunyai sifat membentuk asam, sehingga pH rendah bisa menyebabkan pelarutan
progresif mineral enamel secara perlahan dan membentuk fokus perlubangan. Pada
penelitian lain, dengan pasien Diabetes Mellitus yang tidak terkontrol lama berpengaruh
pada karies gigi, dan pada pasien yang terkontrol tidak terjadi karies gigi yang sangat
berarti dibandingkan orang normal
10.Mengapa gigi yang goyang hanya gigi anterior RB padahal terdapat banyakkalkulus pada gigi posterior juga
Kalkulus supragingiva sering ditemukan pada lingual gigi anterior rahang bawah atau
pada insisivus bawah, hal ini terjadi karena insisivus rahang bawah merupakan muara
atau ekskretori utama dari kelenjar submandibula (duktus Whartoni) dan kelenjar
sublingual (duktus Bartholini). Sedangkan pada bukal gigi posterior rahang atas
merupakan ekskretori utama dari kelenjar parotis melalui duktus stenon. Karena lingual
gigi anterior rahang bawah dan bukal posterior rahang atas merupakan muara utama dari
saliva, maka pada daerah ini banyak terdapat bakteri-bakteri. Bakteri-bakteri ini tidak
semua dapat ikut larut dalam flow saliva, bakteri yang tersisa akan membentuk koloni
yang akan berakumulasi dengan plak yang ada pada muara saliva tersebut, sehingga
terjadi kalsifikasi plak atau kalkulus pada daerah muara saliva . Hal inilah yang
menyebabkan pada lingual gigi anterior rahang bawah dan bukal posterior rahang atas
sering terjadi kalkulus.