28
LAPORAN SINGKAT PROSES PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG. TENTANG OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINSI PAPUA Tahun Sidang Masa Persidangan Rapat ke Jenis Rapat Deng an Sifat Rapat Hari/tanggal Pukul Temp at Ketua Rapat Sekretaris Rapat Acara Hadir 2000-2001 9 (sembilan) Rapat Dengar Pendapat Umum ke 3 Tim Asfstensi Pemda Provinsi Irian Jaya Terbuka Senin, 3 September 2001 11.30 WIB sampai dengan 13.55 WIB Ruang Rapat Komisi V Gedung Nusantara I, Lt. I Komplek Gedung MPR/DPR-RI Sabam Sirait Juliasih, S.H. Penjelasan Tim Asistensi Pemda Provinsi Irian Jaya 1. Anggota Panitia Khusus : 33 dari 50 orang anggota 2. Tim Asistensi Selaku Ketua Rapat, Ketua Panitia Khusus (Sabam Sirait) membuka Rapat pada pukul 11.30 WIB dan dinyatakan terbuka untuk umum, serta mempersilakan kepada Ketua Tim Asistensi Otonomi Khusus Papua (Ir. Frans A. Waspakrik, M.Sc.) untuk menyampaikan penjelasannya. 299

LAPORAN SINGKAT PROSES PEMBAHASAN RANCANGAN …

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN SINGKAT PROSES PEMBAHASAN RANCANGAN …

LAPORAN SINGKAT PROSES PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG.

TENTANG OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINSI PAPUA

Tahun Sidang

Masa Persidangan

Rapat ke

Jenis Rapat

Deng an

Sifat Rapat

Hari/tanggal

Pukul

Temp at

Ketua Rapat

Sekretaris Rapat

Acara

Hadir

2000-2001

9 (sembilan)

Rapat Dengar Pendapat Umum ke 3

Tim Asfstensi Pemda Provinsi Irian Jaya

Terbuka

Senin, 3 September 2001

11.30 WIB sampai dengan 13.55 WIB

Ruang Rapat Komisi V Gedung Nusantara I, Lt. I Komplek Gedung MPR/DPR-RI

Sabam Sirait

Juliasih, S.H.

Penjelasan Tim Asistensi Pemda Provinsi Irian Jaya

1. Anggota Panitia Khusus :

33 dari 50 orang anggota

2. Tim Asistensi

Selaku Ketua Rapat, Ketua Panitia Khusus (Sabam Sirait) membuka Rapat pada pukul 11.30 WIB dan dinyatakan terbuka untuk umum, serta mempersilakan kepada Ketua Tim Asistensi Otonomi Khusus Papua (Ir. Frans A. Waspakrik, M.Sc.) untuk menyampaikan penjelasannya.

299

Page 2: LAPORAN SINGKAT PROSES PEMBAHASAN RANCANGAN …

KESIMPULAN I KEPUTUSAN :

Ketua Tim Asistensi menyampaikan penjelasan secara umum hal­hal sebagai berikut :

Tujuan Pernaparan

Tujuan pemaparan adalah dalam rangka memberikan gambaran utuh tentang Rancangan Undang-Undang Otonomi Khusus Papua sebagai usulan mumi Rakyat Papua, dengan harapan agar dapat menyelesaikan permasalahan sosial, ekonomi, politik, hak asasi manusia, dan kebudayaan di tanah Papua.

Kondisi Rakyat Papua

Terdapat empat permasalahan mendasar yang dihadapi oleh Rakyat Papua, yaitu :

1 . Ketertinggalan dalam berbagai bidang pembangunan sehingga dalam banyak hal status sosial ekonomi rakyat Papua sangat tertinggal, hal ini terbukti dengan rendahnya kualitas masyarakat Papua dalam bidang pendidikan, kesehatan, partisipasi dalam pasar, persaingan memperoleh pekerjaan, dan lain sebagainya sehingga mengakibatkan timbulnya perasaan teraliansi di atas tanah sendiri yang sangat mudah dirasakan di tanah Papua.

2. Kurang terakomodasinya identitas sosial dan kebudayaan rakyat dalam sistem perpolitikan negara dan pembangunan pada umumnya. Belakangan terutama sesudah tahun 1970-an, terdapat berbagai pro­gram yang dirancang dan dilaksanakan dari Pusat yang kurang memberikan ruang untuk mengakomodasikan ciri-ciri khas kebudayaan dan adat istiadat masyarakat setempat, dan bahkan nama Papua pun dijadikan stigma politik. Padahal adalah suatu hal yang tidak dapat dibantah dan merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa, bahwa kebudayaan rakyat Indonesia di Tanah Papua berbeda dengan sebagian terbesar Saudara-saudaranya di bagian lain di Nusantara.

3. Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) sejak berintegrasinya Irian Jaya dengan Republik Indonesia, masih belum diselesaikan dengan baik dan karenanya tetap menjadi persoalan utama sarnpai saat ini. Stigma gerakan sparatis/Organisasi Papua Merdeka yang cenderung diberlakukan di waktu lalu terhadap upaya-upaya rakyat Papua yang

300

Page 3: LAPORAN SINGKAT PROSES PEMBAHASAN RANCANGAN …

secara damai memperjuangkan hak-haknya, mengakibatkan terjadinya pelanggaran HAM.

4. Keinginan untuk dapat mengatur diri sendiri dan mengelola sendiri potensi yang dimiliki, hingga saat ini belum terwujud dengan baik karena banyaknya campur tangan yang begitu kuat dari kekuatan­kekuatan luar. temtama dalam hal pengelolaan dan pehgolahan surnber daya alarn.

Mengucapkan syukur kepada Tuhan, bahwa dengan bergulimya reformasi, permasalahan tersebut mendapat perhatian yang besar dari Pemerintah Pusat, melalui Ketetapan Majelis Perrnusyawaratan Rakyat (MPR) diamanatkan untuk diselesaikan secara bermartabat dalam rangka mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Otonomi Khusus bagi Provinsi Irian Jaya sebagai solusi politik

Ketetapan MPR Nomor IV /MPR/1999 rnengamanatkan bahwa: .... "integrasi bangsa dipertahankan di dalarn wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan tetap menghargai kesetaraan dan keragaman kehidupan sosial budaya masyarakat Irian Jaya melalui penetapan daerah otonomi khusus yang diatur dengan undang-undang", dan " .... menyelesaikan kasus pelanggaran HAM di Irian Jaya melalui proses pengadilan yang jujur dan bermartabat ........ "

Ketetapan terscbut pada dasarnya mengamanatkan tiga hal yang tidak terpisahkan satu sama lain :

1. Bahwa Otonomi Khusus bagi Irian Jaya yang diatur dengan undang­undang, hams diterapkan untuk mempertahankan integrasi bangsa di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia;

2. Otonomi Khusus bagi Irian Jaya berarti bahwa keragaman kehidupan sosial budaya masyarakaf hams dapat diakomodir dengan sebaik­baiknya;

3. Diakui bahwa telah terjadi pelanggaran HAM di Irian Jaya, dan karenanya harus diselesaikan melalui proses pengadilan yang jujur dan bermartabat.

Rekornendasi MPR kepada Pemerintah dan DPR sebagairnana yang dicantumkan Ketetapan MPR tadi menyatakan bahwa "Undang-undang tentang Otonomi Khusus bagi Daerah Istirne\\'.a Aceh dan Irian Jaya, sesuai amanat Ketetapan MPR Nomor IV /MPR/1999 tentang Garis-garis

301

Page 4: LAPORAN SINGKAT PROSES PEMBAHASAN RANCANGAN …

Besar Haluan Negara Tahun 1999-2004, agar, dikeluarkan selambat­lambatnya tanggal 1 Mei 200 I, dengan memperhatikan aspirasi masyarakat daerah yang bersangkutan"

Dalam kaitan itulah kami sangat menghargai sikap Anggota DPR Rl yang telah bersedia menerima dengan baik RUU Otonomi Khusus Papua yang diusulkan oleh rakyat dan mengajukannya sebagai usul inisiatif sesuai dengan hak inisiatif yang dimiliki oleh DPR RI.

RUU Otonomi Khusus Usulan Rakyat Papua sebagai Pengejawantahan Ketetapan MPR

Tidak bisa disangkal bahwa akibat berbagai persoalan mendasar yang telah diderita oleh rakyat Papua dalam kurun waktu yang lama, sebagian terbesar mereka menuntut untuk merdeka, memisahkan diri dan ke luar dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tuntutan itu telah disampaikan dalam berbagai kesempatan secara terhormat dan damai kepada Pemerintah. Dalam pada itu, kita mengetahui pula bahwa tuntutan itu tidak mungkin dikabulkan karena komitmen Pemerintah bagi keutuhan NKRI sangat tegas dan mutlak.

Pemerintah Provinsi Irian Jaya dalam rangka mencapai dua hal yang tidak terpisahkan satu sama lain adalah menjaga keutuhan NKRI dan mensejahterakan masyarakat dalam pengertian yang seluas-luasnya, kemudian berinisiatif untuk memulai dialog dengan rakyat Papua dan menyusun RUU Otonomi Khqsus Papua.

Tim Asistensi Pemerintah Daerah Provinsi Irian Jaya yang terdiri dari para intelektual dari Perguruan Tinggi, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan tokoh-tokoh masyarakat dibentuk dalam rangka menyerap aspirasi masyarakat serta menuangkan di dalam naskah Rancangan Undang-Undang. Tim mempelajari secara baik aspirasi masyarakat, Undang-Undang Dasar 1945 berikut perubahannya, dan Ketetapan­ketetapan MPR Nomor IV /MPR Tahun 1999 dan 2000, menuangkannya di dalarn draft naskah Rancangan Undang-Undang Otonorni Khusus yang kernudian didialogkan dengan segala lapisan rnasyarakat Papua sarnpai menentukan bentuk naskah (rnerupakan draft ke 14) sebagaiinana telah diserahkan kepada DPR.

Diyakini bahwa Rancangan Undang-Undang Otonomi Khusus ini. dengan segala kekhususannya rnemuat dua hal sekaligus, yaitu rnernpertahankan hahkan sernakin mernperkokoh integritas NKRI dan

302

Page 5: LAPORAN SINGKAT PROSES PEMBAHASAN RANCANGAN …

menjawab tuntutan masyarakat Papua akan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang karena hak-hak mereka terakomodasi secara baik dan bermartabat.

Isi Rancangan Undang-Undang Otonomi Khusus Papua

Rancangan Undang-Undang Otonomi Khusus Papua memiliki sejumlah nilai dasar yang tercermin dalam pasal-pasalnya, nilai-nilai dasar tersebut adalah perlindungan hak-hak dasar penduduk asli, demokrasi dan kedewasaan berdemokrasi, penghargaan, terhadap etika dan moral penghormatan terhadap HAM, supremasi hukum, penghargaan, terhadap pluralisme, dan kebersamaan kedudukan, hak dan kewajiban sebagai warga negara. Nilai-nilai dasar ini pada hakikatnya bersumber dari nilai-nilai adat, agama, dan falsafah dasar negara kita yaitu Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan menjadi roh dari penyusunan pasal­pasal yang terdapat di dalam Rancangan Undang-Undang.

Rancangan Undang-Undang Otonomi Khusus Papua yang terdiri dari 23 Bab dan 76 Pasal, pada dasarnya terdiri dari tema-tema pokok berikut:

1. Pembagian kewenangan pusat dan provinsi;

2. Tanggungjawab untuk mengurus diri sendiri;

3. Identitas Provinsi Papua di dalam NKRI;

4. Perlindungan Hak-hak Penduduk Asli;

5. Komitmen untuk melindungi, menegakkan, dan menyelesaikan pelanggaran HAM serta mencegahnya di kemudian hari;

6. Penataan kembali pembangunan Papua dalam rangka meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) Papua dan kesejahteraan rakyat pada umumnya;

7. Pemberdayaan rakyat; Aktualisasi Pengawasan, penegakan hukum dan demokrasi.

Rancangan Undang-Undang ini sungguh-sungguh bertujuan untuk mempertahankan dan memperkokoh integritas negara kita Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan hal itu dapat dilihat dari ciri-ciri Rancangan Undang-Undang tersebut, antara lain : 1. Komitmen menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

dimuat dengan tegas : 2. Kewenangan Pusat diakui, dihormati dan ditunjang;

303

Page 6: LAPORAN SINGKAT PROSES PEMBAHASAN RANCANGAN …

---- --------------

3. Identitas nasional tetap dijunjung tinggi, dan identitas daerah tidak dimaksudkan untuk mengganti atau merendahkan martabat identitas nasional;

4. Sistem hukum nasional tetap berlaku;

5. · Komitmen ikut mendukung pembiayaan pusat dimuat secara tegas;

6. Sistem dan pola pemerintahan mengacu pada sistem nasional;

7. Kebudayaan provinsi dikembangkan untuk memperkaya khazanah kebudayaan nasional;

8. Penyelenggaraan pembangunan pendidikan, kesehatan dan pelayanan sosial lainnya dilakukan untuk memenuhi cita-cita nasional dengan berpedoman pada standar. kebijakan nasional;

9. Pembangunan berwawasan lingkungan dan berkelanjutan sejalan dengan kebijakan nasional;

I 0. Perlindungan Hak Asasi Manusia sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 dan ratifikasi nasional;

11. Jaminan sosial dan kesejahteraan berdasarkan prinsip-prinsip yang digariskan oleh Undang-Undang Dasar 1945;

12. Keberadaan dan kebebasan pemeluk agama-agama nasional dijamin dan dipelihara.

Dinamika Sosial di Papua dalam kaitannya dengan diterimanya Rancangan Undang-Undang Otonomi Khusus Papua sebagai Usul Inisiatif DPR RI

Ketika awal berlangsungnya pembahasan Rancangan Undang­Undang ini di Papua tepatnya di Wasior terjadi kekerasan berdarah terhadap warga masyarakat, kekerasan berdarah yang memprihatinkan dan mernilukan bagi kita sernua. Darah rnungkin akan rnengucur lebih banyak dan lebih deras bila wakil-wakil rakyat tidak memiliki kepekaan dan kearifan terhadap realitas kehidupan masyarakat, bila ada distorsi antara aspirasi rakyat dengan apa yang dibicarakan oleh wakil-wakil rnereka, dan bila dinamika yang berlangsung di tengah-tengah rakyat berbeda dengan dinamika yang terserap oleh wakil-wakilnya yang bersidang rnenentukan nasib rnereka.

Tim Asistensi prihatin dengan keadaan ini, dan mengajak kita semua untuk sungguh-sungguh rnernaharni bahwa situasi dan kondisi yang kita hadapi bukan sesuatu yang biasa, dan kita sedang berada pada titik

304

Page 7: LAPORAN SINGKAT PROSES PEMBAHASAN RANCANGAN …

persimpangan yang menentukan masa depan kesatuan kebangsaan dan negara kesatuan kita.

Banyak pihak yang berterima kasih atas kesediaan DPR RI untuk memperhatikan dengan sungguh-sungguh aspirasi rakyat, mereka juga berterima kasih atas sikap Anggota DPR RI dan Pemerintah yang pemah mengatakan, bahwa "apa yang terbaik bagi Rakyat Papua, itu yang terbaik bagi DPR RI dan boleh minta apa saja asal jangan minta merdeka".

Akibat berbagai pengalaman di masa lalu, sikap was-was dan curiga terns mengental dan belum hilang hingga sekarang, sebab ada kekuatiran bahwa usulan mereka itu akan diubah substansinya atau bahkan ditolak sama sekali.

Banyak elemen masyarakat yang bersikap bahwa Rancangan Undang­Undang Otonomi Khusus Papua usulan mereka itu merupakan jalan terakhir, untuk membuktikarl apakah pergumulan rakyat Papua sungguh­sungguh diperhatikan oleh Pemerintah Pusat dan DPR RI.

Rakyat Papua juga mengetahui bahwa Undang-Undang Otonomi Khusus Aceh dalam bentuk Undang-Undang Nanggroe Aceh Darussalam telah disahkan, dan banyak hal substansial yang terkandung di dalamnya. Intinya Rakyat Papua menuntut bahwa apabila Provinsi dan rakyat Aceh diberikan hak-hak untuk mengelola sendiri berbagai aspek kehidupan mereka, maka Rakyat Papua pun harus memperoleh perhatian yang sama untuk menjawab masalah-masalah spesifik mereka.

Rakyat Papua mengetahui bahwa terdapat dukungan yang kuat dari pihak luar negeri, terutama negara-negara tetat'l.gga di Pasifik Selatan, terhadap pemberlakuan status Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua.

Situasi sosial politik dan keamanan yang relatif stabil di Papua sekarang ini juga diakibatkan oleh harapan bahwa Rancangan Undang­Undang Otonomi Khusus yang telah berusaha mengakomodir aspirasi rakyat Papua di dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia dapat diterima dan disahkan oleh DPR RI dan Pemerintah Pusat menjadi undang-undang.

Dukungan Anggota Panitia Khusus DPR RI sangat diperlukan agar aspirasi masyarakat melalui Rancangan Undang-Undang Otonomi Khusus dapat diterima dan diperkaya

Dengan telah diterimanya Rancangan Undang-Undang Otonomi

305

Page 8: LAPORAN SINGKAT PROSES PEMBAHASAN RANCANGAN …

Khusus usulan rakyat Papua sebagai usul inisiatif DPR RI, ada harapan besar dari rakyat Papua bahwa Rancangan Undang-Undang tersebut akan memperoleh apresiasi, diterima bahkan diperkaya, dan tidak sebaliknya. Harapan rakyat Papua sekarang ada pada para wakilnya sendiri yaitu seluruh Anggota DPR RI. Rakyat Papua juga telah mengetahui bahwa batas waktu penyelesaian pembahasan dan pengesahan Rancangan Undang-Undang Otonomi Khusus Papua ini pada bulan Oktober 2001. Oleh karena itu segenap Tim Asistensi menghimbau kepada para Anggota Panitia Khusus Rancangan Undang-Undang Otonomi Khusus Papua DPR RI untuk memberikan apresiasi terhadap kepercayaan dan harapan Rakyat Papua.

Tim Asistensi memberikan tambahan penjelasan tentang isi Rancangan Undang-Undang Otonomi Khusus, dengan harapan dapat lebih memberikan tambahan infonnasi bagi Panitia Khusus dalam pembahasan di hari-hari mendatang. Perlu diingatkan bahwa Tim Asistensi tidak dapat mengambil alih hak rakyat Papua, karena telah diberikan kepada para Anggota DPR RI dan Tim Asistensi tidak berada pada posisi untuk melakukan "tawar menawar" dengan DPR RI maupun Pemerintah. Kewenangan itu berada pada masyarakat Papua melalui tokoh-tokohnya, DPR Provinsi dan Kabupaten/Kota, serta Gubernur dan para Bupati/ Walikota se Papua.

Demikian pokok-pokok pemaparan sebagai pendahuluan dalam memahami muatan Rancangan Undang-Undang Otonomi Khusus Papua. Tim Asistensi yakin dan percaya bahwa apa yang dirasakan dan diinginkan oleh rakyat Papua, juga diinginkan dan dirasakan oleh para Anggota DPR RI yang terhormat. Terciptanya kehidupan yang layak dan bennartabat atas dasar kebersamaan dan kesetaraan dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan dambaan Rakyat Papua dan seluruh Rakyat Indonesia, dan sejarah akan mencatat bahwa melalui kebijaksanaan para Anggota DPR RI yang dilandasi :dengan hati nurani, akan rnenghantar rakyat Papul,l memasuki suatu era baru. .

Sernoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberkati keinginan baik kita be rs am a.

BAGIAN IDENTITAS, POLITIK DAN PEMERINTAHAN

Anggota Tim Assistensi (Benny Giay) menjelaskan tentang indentitas yang terdiri nama, bendera dan lagu, sebagai berikut:

306

Page 9: LAPORAN SINGKAT PROSES PEMBAHASAN RANCANGAN …

Nama Papua, sebenarnya sudah dipakai sejak abad ke-16 dan sudah menjadi bagian dari sejarah masa lampau karena memang identitas itu merupakah salah satu aspek sejarah. Setelah Reformasi, masyarakat meminta pengakuan nama tersebut sebagai salah satu bukti dan hakekat Reformasi. Nama Irian tidak aspifatif, mulai dipakai sejak tahun 1960-an dan berdasarkan fakta pemakaian kata Makassar dan Aceh dengan rnudah maka pemakaian nama Papua juga pasti akan dengan mudah supaya diberlakukan secara resmi.

Bendera, sebenarnya bendera merupakan bagian dari tradisi dan methologi orang Papua. Bintang kejora yang ada di bendera itu merupakan lambang pagi yang sebenarnya berarti pertanda dimulainya jaman baru atau jaman bahagia. Methologi hampir terdapat di semua suku di Papua, ini pun berhubungan dengan identitas. Penyangkalan bendera, penyangkalan bintang sarna saja penyangkalan terhadap hakekat orang Papua, dan hal ini patut dipertimbangkan oleh Dewan yang terhormat mengingat etika global. Bendera juga berhubungan dengan demokrasi, dan ini dibuat berdasarkan sandiwara yang dibuat oleh orang-orang Papua.

Lagu, sebenarnya berhubungan dengan agama dan gereja yang dikarang oleh seorang harnba Tuhan (Pendeta) maknanya sebagai ungkapan, pujian dan penyembahan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa (Theologis) serta bermakna ekologis penghargaan terhadap Papua yang sangat indah. Tujuannya adalah ajakan kepada orang Papua untuk menghargai, penyembahan dan penghormatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah menciptakan lingkungan hidup yang menjadi sumber kehidupan manusia.

BAGIAN PEMBAGIAN KEWENANGAN

Moh. Musa' ad selaku Anggota Tim Asistensi memberikan penjelasan tentang Bab III Pembagian Kewenangan.

Maknanya mengajak untuk menangkap suasana kebatinan ketika undang-undang dirumuskan. Pada salah satu kerangka dasar yang mendasari Iahirnya undang-undang ini adalah menginginkan adanya power sharing, ada pembagian kewenangan.

Pada Bab III pembagian kewenangan yang difokuskan kepada pembagian wilayah atau daerah.

Pasal 5 mengatur bagaimana susunan pemerintah dari Provinsi Papua. Dalam rurnusan terlihat bahwa dari Provinsi, Papua susunan

307

Page 10: LAPORAN SINGKAT PROSES PEMBAHASAN RANCANGAN …

pemerintahannya terbentuk atas Provinsi. Kabupaten. Distrik dan Kampung.

Kalau dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 ada perubahan substansial sebab pada undang-undang ini susunan Pemerintah Provinsi, Kabupaten tersusun secara hirarki ada hubungan hirarki antara antara Provinsi dan Kabupaten dan ini merupakan perbedaan yang mendasar. Rumusan ini dikedepankan karena ada beberapa hal yang dapat mendorong yaitu :

Pertama, kita mengetahui benar karena di dalam UUD 1945 Perubahan II Pasal 18 disebabkan bahwa "wilayah Republik Indonesia ini terdiri atas provinsi yang terbagi menjadi Kabupaten dan Kota". Secara implisit memberi gambaran bahwa sebenarnya provinsi adalah bagian dari Pusat, Kabupaten bagian dari Provinsi sehingga ada hirarki kewenangan antara pusat kepada provinsi dan provinsi kepada kabupaten/ kota. Oleh karena itu maka perbedaan yang mendasar karena dalam undang-undang ini tidak diatur secara detail bagaimana kedudukan, struktur dan pengaturan Pemerintah pada tingkat kabupaten dan kota. Karena diyakini bahwa seharusnya rumusan ini hanya mengatakan tentang Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat.

Pasal 6. pembagian kewenangan dipergunakan pendekatan residen yang berarti mempergunakan teori sisa, menyerahkan kewenangan tertentu yang ditetapkan Pemerintah Pusat dan sisanya menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi. Tidak berarti Pemerintah provinsi menjadi superior atau menjadi yang terkuat tanpa mengindahkan kabupaten. Sekali lagi yang diinginkan adalah hubungan kewenangan Pemerintah Pusat ditetapkan dalam undang-undang, sisanya menjadi kewenangan Provinsi yang nantinya kewenangan Provinsi ini akan diatur bersama Kabupaten/ Kota sehingga akan terbagi lagi antara kewenangan Provinsi dan kewenangan Kabupaten/Kota.

Bab V Bentuk dan Susunan Pemerintahan Di sini dikedepankan sistem bikameral di dalam penyelenggaraan

Pemerintah. sistem ini temyata pada negara yang berbentuk kesatuan ataupun negara yang berbentu~ federasi, sistem ini dimungkinkan untuk dilaksanakan. Telah dicoba dikaji secara teoritis, sedangkan dari sisi lain mengingat ada tuntutan faktual dari hasil riset yang telah dilakukan, temyata ditemukan keterwakilan politik penduduk asli di dalam lembaga­lembaga politis sangat minim. Berdasarkan data, dari hasil kajian

308"

Page 11: LAPORAN SINGKAT PROSES PEMBAHASAN RANCANGAN …

diketemukan bahwa pada tingkat Provinsi pada PEMILU Tahun 1999 jumlah parlemen yang berasal dari daerah Papua hanya berjumlah 46 % dan ini hasil tertinggi selama Papua menjadi bagian NKRI. Di salah satu kabupaten dari Provinsi Papua tepatnya di Kabupaten Sarong, orang Papua yang menjadi anggota DPRD hanya 36 %, ini adalah sesuatu yang nyata dan luar biasa, oleh karenanya dicoba mencari solusi bagaimana ada perlindungan terhadap hak-hak politis masyarakat asli Papua.

Tidak bisa juga mengindahkan bahwa semua warga negara yang hidup di tanah Papua punya hak politis sama, karena itu untuk mengedepankan demokrasi tidak dipergunakan quota bahwa di dalam parlemen sekian banyak hams orang Papua. Hal ini merupakan keinginan yang sangat jauh untuk menegakkan demokrasi. Oleh karena itu dicoba untuk mengedepankan suatu format . baru yang dikenal dengan sistem bikameral. Sistem bikameral ini ada dua kamar dari dalam parlemen, yaitu Majelis Rakyat Papua dan Deputi Perwakilan Papua.

MPR terdiri 3 komponen yang merupakan wakil masyarakat ada:t, yaitu komponen adat dan wakil-wakil adat, wakil-wakil agama, wakil­wakil perempuan yang menjadi Anggota Parlemen Provinsi hanya 7 % dan ada di beberapa kabupaten tidak ada wakil presiden.

DPR terdiri hasil PEMILU secara nasional; memberikan peluang untuk membentuk PARPOL Lokal. Kalau mengkaji Undang-Undang Politik dan memprediksi ke depan dengan mempergunakan sistem distrik maka diyakini bahwa pembentukan PARPOL Lokal bukan merupakan sesuatu hal yang luar biasa, karena pada sistem distrik setiap orang dapat mencalonkan diri untuk dipilih oleh masyarakat apalagi di kelompok masyarakat membentuk Partai Politis. Ini berbeda dengan undang-undang politis yang ada tetapi untuk mengajak kita semua untuk mencoba menangkap suasana kebatinan dan ini merupakan kekhususan yang dicoba dikedepankan. Kalau tidak dapat menampilkan kekhususan maka diyakini bersama bahwa banyak permasalahan di tanah Papua yang tidak dapat diselesaikan.

Pasal 7 s/d Pasal 22 Bentuk dan Susunan Pemerintahan

Dikenal adanya sistem pemilihan Gubernur seperti biasanya tetapi dengan melibatkan MPR, fungsi dan peran Papua berbeda dengan DPRP. MPR hanya melaksanakan fungsi-fungsi strategis dan terfokus pada

309

Page 12: LAPORAN SINGKAT PROSES PEMBAHASAN RANCANGAN …

kegiatan yang lebih terkait pada masalah hal-hal adat. Oleh karena kalau dilihat dalam rumusan fungsi dan peran MPR berbeda dengan DPRP.

Pasal 23 Kebijakan Kepegawaian

Diinginkan kepegawaian di wilayah Provinsi Papua dilaksanakan oleh Pemerintah setempat, sebab berdasarkan data pada waktu mempergunakan sistem secara nasional maka sangat merugikan orang Papua baik dalam proses rekrutmen, proses penempatan maupun pada proses pengembangan nasional. Sebab secara riil dikatakan bahwa masyarakat Papua terintegrasi dalam NKRI pada tahun 1960-an. Jika dibandingkan dengan Saudara-saudaranya yang sudah sekian lama hidup di tanah ini dan pada saat terjadi persaingan dilakukan maka yakinlah bahwa ketika Undang-undang Nasional kita pergunakan maka pada proses rekrutmen, penempatan merupakan pada proses pengembangan karier, maka pasti posisi orang Papua juga akan terbelakang, artinya tidak bisa mencapai posisi-posisi yang diinginkan dan akan bermuara pada konflik sosial (kecemburuan sosial).

Dalam RUU ini juga diklarifikasikan produk hukum di daerah dalam kelompok, yaitu : I . Peraturan dasar; 2. Peraturan Provinsi; dan 3. Keputusan Gubemur.

Peraturan dasar bukan diartikan sebagai konstitusi, tetapi tidak beda dengan Peraturan Daerah, demikian pula dengan Peraturan Provins_i tidak beda dengan Peraturan Daerah, dipergunakan istilah provinsi. Sebenamya yang paling cocok adalah Peraturan Provinsi dan bukan Peraturan Daerah, memang ada kesenjangan bahwa Ketetapan MPR Nomor III Tahun 2000 ada rumusan Peraturan Daerah, tetapi hams kita pahami bersama bahwa Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tidak menganut paham terminologi Daerah Tingkat I maupun Tingkat II oleh karena itu kita mempergunakan Peraturan Provinsi.

Peraturan Dasar adalah bagian Peraturan Provinsi yang memuat hal­hal pokok, jadi kalau ketiga struktur ini kita rumuskan maka kita tetap mengakui bahwa Pancasila adalah yang tinggi, kemudian berturut-turut Undang-Undang Dasar 1945, Ketetapan MPR, Undang-Undang Otonomi Khusus, undang-undang lain, Peraturan Dasar dan Peraturan Provinsi, kemudian Keputusan Gubemur.

310

Page 13: LAPORAN SINGKAT PROSES PEMBAHASAN RANCANGAN …

Sebenamya kalau kita melihat dengan hati yang tenang dan kepala dingin, maka dalam ha! ini tidak ada yang luar biasa, tetapi hanya terminologi yang dipergunakan agak berbeda dengan terminologi yang umum digunakan.

Anggota Tim Assistensi (Agus Sumule), menjelaskan tentang Bab IX tentang Ekonomi dan Bab X Tentang Perekonomian

Otonomi Khusus Papua bertujuan untuk meningkatkan tataf hidup masyarakat, melalui peningkatan dan perubahan mendasar berbagai kegiatan pembangunan. Aki bat ketertinggalan selama ini maka. dana yang diperlukan tentu tidak sedikit. Penerimaan dana sangat terkait dengan sistem perpajakan yang ditetapkan dan diterapkan di Tanah Papua.

Apabila akan herbicara pembangunan Tanah Papua, setidak-tidaknya kita berbicara tentang 25 tahun, satu masa kita dapat mempersiapkan suatu generasi rakyat Papua, yang pada saatnya nanti dapat menolong generasi berikutnya. ·

Perhitungan sementara, diperlukan dana kurang lebih Rp.172 trilyun untuk dapat menciptakan perubahan mendasar atau agar setiap orang Papua dapat mengembangkan potensi yang dikaruniakan oleh Tuhan kepada masing-masing, dan alam di sekitar mereka. Oleh karena itu supaya dapat memahami keperluan angka sebesar Rp.172 trilyun kepada kita, dapat dirinci sebagai berikut:

Sektor Perhubungan, dalam rangka penerobosan jalan isolasi dan masalah yang kita hadapi, yaitu penduduk Papua 74,24% hidup terisolir. Masalah isolasi ini antara lain mengakibatkan sulitnya kita memperoleh tenaga guru, tenaga bidan, tenaga kesehatan dan tenaga lain yang sangat dibutuhkan.

Di Papua tidak ada jalan darat yang menghubungkan antar kabupaten, kalau dibandingkan dengan Jawa Barnt seluas kurang dari I 0% wilayah Papua dengan jalan darat sepanjang 22.464 km sementara Papua yang jauh lebih luas hanya memiliki jalan darat sepanjang 15.844 km dengan kualitas seadanya.

Perhubungan udara hanya mampu melayani 35% permintaan penduduk, padahal ada 246 buah lapangan terbang, dan sebagian terbesar dibangun dengan swadaya masyarakat dengan mempergunakan tenaga dan alat-alat yang sangat sederhana. Sampai saat ini kita tidak memiliki

311

Page 14: LAPORAN SINGKAT PROSES PEMBAHASAN RANCANGAN …

kapal-kapal cepat, yang dapat menghubungkan kampung-kampung di daerah pesisir dan kampung-kampung di pinggiran sungai besar.

Diperlukan Rp.13,51 trilyun untuk menyelesaikan masalah keterisolasian wilayah atau kurang lebih setengah trilyun setiap tahun, karena itu dirumuskan di dalam Pasal 33 yang menyatakan bahwa seluruh pajak dan bukan pajak yang obyeknya di dalam Provinsi itu harus disetor di kas daerah. Berbicara masalah pajak diperlukan waktu yang khusus, karena sistem perpajakan kita dibedakan antara dua macam pajak. Pajak Nasional dan Pajak Daerah, dan hal ini terbukti dengan angka-angka tadi bahwa kalau kita akan mengeleminir pajak nasional maka sesungguhnya sangat berbahaya bagi pelaksanaan pembangunan di Tanah Papua. Pada saat yang sama Papua tetap harus memenuhi tanggungjawabnya kepada NKRI dan diusulkan sebesar 20% dari total penerimaan daerah.

Sebagai contoh kita pergunakan PT Freport Indonesia, menyetor royalty kepada negara sebesar Rp.84 milyar dan ini tidak termasuk di dalam kelompok pajak. Papua sudah memperoleh 78,9% sehingga dengan 80% dalam dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 hanya mengakibatkan kenaikan 1, I%. Pajak penghasilan badan yang disetor besamya Rp. 504 milyar dan kembali ke Papua hanya Rp. 0,- Pajak­Pajak lain sebesar Rp. 332 milyar kemudian pajak penghasilan dari gaji dan upah dengan potongan rata-rata 15% sekitar Rp.47 ,25 milyar sehingga jumlah keseluruhan sebesar Rp.957 (catatan tahun terakhir). Kalau misalnya 80% dari seluruh jumlah tersebut, maka kita barn memperoleh uang sebesar Rp.765,8 milyar.

Kehutanan, Perikanan Laut, Minyak dan Gas, kami sulit memperoleh data karena semuanya berada di Pusat dan kalau dikira-kira, kurang lebih Rp. 1 trilyun.

Pendapatan Asli Daerah di Papua sangat rendah, jika dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia bahkan di dalam catatan ada kabupaten yang sama sekali tidak punya PAD, yaitu Kabupaten Paniai, dan Kabupaten Puncak Jaya. Kabupaten Pegunungan Jayawijaya sekitar Rp.427 juta rupiah, hanya sedikit kabupaten yang punya PAD di atas Rp.2 milyar dan itu hanya Manokwari, Merauke, Sorong dan Jayapura. Jadi pendapatan total sebesar Rp. 41,6 milyar ini dibandingkan dengan kebutuhan yang tadi sangat jauh memadai.

Kesimpulannya, kemampuan keuangan daerah sangat terbatas dibandingkan dengan perhubungan sekitar 0,5 trilyun setahun, pertanian

312

Page 15: LAPORAN SINGKAT PROSES PEMBAHASAN RANCANGAN …

dan ekonorni kerakyatan 1,02 trilyun setahun, pendidikan dasar (kalau ingin rnernperbaiki) 1,5 trilyun setahun, dan jangan lupa mengenai birokrasi. Sebelurn Undang-Undang Nornor 22 Tahun 1999 dilakukan, belanja pegawai seluruh Papua sekitar Rp.344 milyar, tetapi sesudahnya yaitu ketika semua pegawai · Pusat menjadi tanggungjawab daerah, diperkirakan meningkat menjadi Rp.650 milyar dan nanti kalau Pemerintah rnelakukan pemekaran kabupaten kami duga akan mencapai Rp.1,03 trilyun per tahun hanya untuk belanja pegawai belum termasuk untuk kegiatan pembangunan.

Kita tidak dapat membedakan pajak daerah dari pajak nasional untuk kasus Papua, dan dari hasil study yang kami lakukan dan juga gambaran tadi, bahwa sebetulnya pada saat ini kemampuan Papua menghasilkan keuangan itu jauh lebih rendah dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999. Menurut catatan Bappenas memungkinkan Papua memperoleh sekitar Rp.4 trilyun, sementara kemampuan sekarang ini hanya Rp. 2,06 trilyun (mungkin data ini salah) karena masih menunggu data dari Departemen Keuangan.

Kekayaan Papua selama ini sudah diserap terlalu banyak, karena hasil minyak di daerah Sorong ~idak sedikit dan ini merupakan kontribusi yang sangat besar. Sektor kehutanan sudah sangat turun, dari target produksi sebesar 9 juta m3 per tahun sekarang menjadi kurang dari I juta m3 per tahun yang dapat dihasilkan disebabkan karena perusahaan­perusahaan yang tidak dapat bekerja dengan baik.

Diharapkan dengan seksama dan dengan simulasi angka, bisa dicarikan suatu jalan keluar apa yang sebaiknya diberikan kepada masyarakat Papua, perbandingan 80%-20% hams ada karena akan dibuktikan sebagai tanggungjawab rakyat Papua kepada Pemerintah Pusat. Namun sementara menunggu, sumberdaya lainnya dapat dikembangkan lagi, seperti cadangan gas di Bintuni, dan tempat Jainnya membutuhkan waktu yang tidak singkat dan tentunya dukungan Pemerintah Pusat bagi pembangunan Papua tetap diperlukan.

Pembangunan ekonomi selama ini tidak berpihak pada rakyat Papua, dan hingga saat ini masyarakat sekitar 75% masih hidup secara subsisten atau hasilnya hanya dapat dipakai untuk kebutuhan sehari-h4ri dan tidak berorientasi kepada pasar. Hanya 11, 42 desa yang memiliki koperasi dan dapat dipastikan desa-desa lainnya sebagai hasil transmigrasi dan bukan desa-desa asli rakyat Papua.

313

Page 16: LAPORAN SINGKAT PROSES PEMBAHASAN RANCANGAN …

99 (sembilan puluh sembilan) orang kontraktor dengan kualifikasi A hanya 1 orang Papua, sehingga dapat dibayangkan bagaimana partisipasi orang Papua dalam pembangunan ekonomi dan ini ingin diperbaiki, oleh karenanya dalam pembangunan ekonomi hams berpihak pada rakyat Papua dan ini kami muat dalam Pasal 35, Pasal 36, Pasal 37 dan Pasal 38 Rancangan Undang-Undang ini.

Anggota Tim Asistensi (Agus Rumansara), menjelaskan masalah hak asasi manusia di tanah Papua.

Sebab-sebab timbulnya keinginan rakyat Papua ingin memisahkan diri adalah karena dilanggarnya HAM di tanah Papua sejak integrasi hingga saat ini. Oleh karena maka masalah HAM di dalam rancangan ini dimasukkan, karena yang dimaksud dengan HAM Papua adalah hak-hak yang karena anugerah Tuhan Yang Maha Esa melekat secara universal pada setiap manusia ciptaannya wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan hak-hak dan martabat manusia.

Tujuan utama dengan masuknya masalah HAM ini, yaitu masalah­masalah HAM dapat diselesaikan sehingga bersama-sama dapat memasuki

Papua baru di Indonesia baru, dan untuk meletakkan dasar agar apabila terjadi pelanggaran HAM dapat diselesaikan dengan adil, jujur dan untuk mencegah kemungkinan terjadinya pelanggaran HAM di tanah Papua. Di samping itu juga ingin dibentuk Komisi HAM Provinsi Papua yang mempunyai kemungkinan menyelidik, menyidik dan rriengajukan pelanggar HAM ke Pengadilan HAM.

Menurut pengalaman apabila tidak mempunyai kewenangan untuk menyidik, maka seringkali permasalahan HAM tidak dapat terselesaikan, ada keinginan keras rakyat Papua agar Komisi mempunyai wewenang

· untuk menyidik. Dalam penegakan HAM, perlindungan terhadap perempuan diatur secara khusus karena hak-hak perempuan selama ini . kurang diperhatikan.

Sebab musabab terjadinya pelanggaran HAM adanya persepsi yang berbeda tentang imegrasi Papua ke dalam Republik ini pada tahun 1969, sehingga rakyat Papua mengatakan bahwa masalah itu belum selesai sementara sebagaimana kita ketahui hal itu sudah selesai sehingga timbul usulan agar dibentuk Komisi HAM untuk mengklarifikasi sejarah agar dapat diberikan pengertian bahwa masalah ini sudah selesai dan sebetulnya

314

Page 17: LAPORAN SINGKAT PROSES PEMBAHASAN RANCANGAN …

inilah yang terjadi. Kalau memang benar ada pelanggaran HAM, hendaknya dicarikan jalan secara damai yang ada di dalam bingkai Republik Indonesia. Dengan dicantumkannya masalah ini sebetulnya ada keinginan rekonsiliasi, sehingga kalau memang terjadi akan diselesaikan secara damai dan diharapkan. ada rekonsiliasi antara Pemerintah dan masyarakat sehingga kemungkinan-kemungkinan terjadi pelanggaran HAM dapat dicegah sedini mungkin.

Tidak perlu takut apabila hasil Komisi HAM itu sebab kita semua yakin bahwa kita semua telah terjadi dengan prosedur yang telah disetujui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan itu keyakinan kami, oleh karena itu juga maka kita berikan peluang agar dapat dimengerti oleh Saudara­saudara lainnya.

Anggota Tim Asistensi (Frans Rumbrawer), menjelaskan Bab XI Perlindungan Hak-hak Adat dan Bab XIII Kekuasaan Peradilan, Kejaksaan dan Kepolisian.

Rancangan Undang-Undang ini didasarkan pada nilai-nilai dasar tertentu, yaitu mencakup penghargaan terhadap hak-hak masyarakat asli Papua dan bertautan dengan itu pula diatur menyangkut supremasi hukum dan lembaga yang penegakan. hukum.

Hak-hak Adat berangkat dari pemahaman bahwa di dalam Republik · Indonesia yang tercinta ini nun jauh di ufuk Timur hidup sekelompok

manusia terdiri dari 250 suku bangsa yang mempunyai adat istiadat, budaya dan bahasa yang sesungguhnya merupakan satu kesatuan khasanah budaya nasional kita. Dalam identitas kepribadian mereka itu sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945, rnanusia yang hidup di tanah Papua boleh dilindungi secara sepadan sebagai sesama makhluk ciptaan Tuhan.

Atas dasar pemikiran ini maka dalam konteks dengan hak-hak yang rnelekat agar disebut sebagai manusia, kami juga memasukkan bagian dari undang-undang dengan perlindungan adat, perlindungan HAM, juga kekuasaan peradilan, kepolisian dan kejaksaan.

Tanah Papua yang mempunyai sifat khusus maka undang-undangnya bersifat khusus pula.

Hak-hak adat bertautan dengan hak-hak perorangan, karena fakta menunjukkan bahwa ketika berintegrasi dengan kondisi yang berkualitas begitu rendah, kadang-kadang kami diapusi atau ditipu. Rakyat Papua

315

Page 18: LAPORAN SINGKAT PROSES PEMBAHASAN RANCANGAN …

tidak pemah dilibatkan secara sepadan untuk duduk bersama sebagai satu saudara untuk bersama!.sama mencari solusi yang akhimya rakyat Papua semakin tersisih, bukan membuat suatu hukum tersendiri, kami tetap mengakui sebagian dari Republik Indonesia dan tetap menjadi sub sistem penyelenggaraan hukum nasional berikut dengan perangkat­perangkatnya.

Kalau Hakim Adat sudah memutuskan hendaknya Pengadilan Negeri menghormatinya, jangan sampai sudah diputuskan oleh Hakim Adat dan disidangkan kembali akhimya diputuskan lain lagi. Kami juga menuntut perlindungan terhadap peradilan adat di mana kalau hakim sudah memutuskan sesuatu barangkali perlu dihormati oleh Pengadilan Negeri sehingga tidak lagi terjadi pelanggaran azas medium itu.

Dalam rangka pemberdayaan orang Papua selama empat puluh tahun hanya ada satu hakim di Irian Jaya, dan tiga orang calon hakim. Deinikian pula dengan Jaksa hanya ada empat orang Jaksa di seluruh Papua sedangkan Polisi hanya berpendidikan selama tiga bulan yang hanya sedikit memahami nilai-nilai'budaya. Sebagai polisi dalam keadaan yang serba sulit sebab di satu pihak harus menjadi penegak hukum dan di lain pihak harus menghargai hak dan kalau tidak mempunyai pemahaman yang baik maka akan terjadi perkosaan hukum.

Menyangkut pengawasan, harus dilaksanakan dengan baik melalui cara-cara yang mencakup pengawasan hukum, pengawasan politik, dan pengawasan sosial. Pengawasan hukum dilaksanakan lembaga hukum, pengawasan politik dilakukan oleh Parlemen sedangkan pengawasan sosial dilakukan oleh Lembaga-lembaga Swadaya Masyarakat.

Dengan adanya pengawasan yang efektif diharapkan dapat mendorong adanya pemerintahan yang baik sehingga masyarakat akan dapat menikmati hidup yang tenang dan bahagia di masa mendatang.

Anggota Tim Asistensi (M. Ferry Kareth)

Masalah yang sangat mendasar adalah bahwa dari segi sejarah masa lampau dapat dilihat bahwa warga masyarakat maupun warga jemaat, telah timbul suatu perasaan yang mengakibatkan penyimpangan hukum dan sejarah yang perlu diklarifikasi dan ini merupakan suatu masalah yang sangat krusial. Papua menuntut untuk merdeka, walaupun ditolak dengan cara yang berbeda oleh Gus Dur dan Habibie, dan keinginan merdeka itu sangat mewamai permukaan dan akhimya mereka menerima

316

Page 19: LAPORAN SINGKAT PROSES PEMBAHASAN RANCANGAN …

tawaran Otonomi Khusus karena mereka percaya kalau ada Komisi Pelurusan Sejarah maka masa depan Papua akan jelas secara demokratis.

Dibutuhkan suatu keberanian moral oleh DPR RI untuk membentuk Komisi Pelurusan Sejarah supaya masalah Papua diselesaikan . secara terbuka dan demokratis agar masa depan Papua lebih jelas.

Kalau Papua masih tetap menjadi bagian dari NKRI maka mas kawin yang harus dibayar yaitu. meluruskan sejarah secara terbuka dan demokratis.

Anggota Tim Asistensi (August Kafiar), menjelaskan tentang keagamaan, pendidikan dan kebudayaan, kesehatan dan gizi, kependudukan dan ketenagakerjaan, serta pembangunan berkelanjutan dan lingkungan hidup, sosial.

Tidak perlu terlalu banyak yang akan dijelaskan karena sebagaimana telah dijelaskan Ketua Tim beserta segenap Anggota Tim bermuara kepada manusianya, dan berdasarkan data dan fakta menunjukkan bahwa Pemerintah dan DPR RI hendak memperhatikan dengan sungguh-sungguh dalam rangka peningkatan pemberdayaan manusia dengan memperhatikan hak-hak dasamya, sehingga kalau semua itu' dapat terwujud maka sebenarnya masalah-masalah sosial sedikit banyak dapat diatasi ..

Masalah pendidikan memang secara sadar diakui bahwa secara nasional memang masih banyak yang harus diperhatikan apalagi secara khusus di tanah Papua perlu ·lebih banyak perhatiannya karena dirasakan sangat terbelakang. Masalah pendidikan nasional adalah merupakan suatu perekat bangsa yang tidak boleh terabaikan dan tidak boleh diserahkan secara sepenuhnya kepada daerah karena menyangkut masa depan bangsa kita.

Pembiayaan yang dibutuhkan sangat besar akan tetapi betapa sedihnya kita mengikuti perkembangan pendidikan di tanah air termasuk tanah Papua. Sebagai bekas Rektor dan sekarang sebagai Dewan Pertimbangan Pendidikan Nasional mengetahui betul bahwa bidang pendidikan harus mendapat perhatian secara khusus dan harus merupakan suatu keputusan politik agar tidak dianggap sebagai hal yang rutin dan bias a.

Soal pendidikan dalam Rancangan Undang-Undang ini ditekankan sebagai masalah. yang amat sangat sentral bagi masyarakat Indonesia di Tanah Papua khusus masyarakat asli Papua yang memang sangat tertinggal, dan memuat kebijakan umum yang ditetapkan oleh Pemerintah

317

Page 20: LAPORAN SINGKAT PROSES PEMBAHASAN RANCANGAN …

Pusat juga menjadi tanggungjawab Pemerintah Daerah · termasuk pembiayaan sangat besar dengan melibatkan lembaga pendidikan swasta dan keagamaan.

Masalah budaya menjadi sangat kompleks di Tanah Papua ini yang terdiri dari berbagai suku sehingga · dalam pembinaan dan pengembangannya mencoba diangkat nilai-nilai budaya yang penting sebagai bagian budaya nasional kita.

Diharapkan budaya di tanah air menjadi perekat bangsa yang kuat apabila dibangun dengan baik, diperlukan dana yang besar, dan upaya yang sungguh-sungguh apabila akan mengangkat derajat dan harga diri manusia Papua sebagai manusia insani ciptaan Tuhan yang dilindungi oleh Undang-Undang Dasar 1945 ke taraf yang lebih baik sehingga partisipasi setiap rakyat Papua di dalam pembangunan dapat dilihat secara merata.

Masalah pendidikan, masalah kesehatan, masalah gizi dan masalah lingkungan hidup harus merupakan keputusan politik yang penting, tidak hanya tergambar pada kebijakannya tetapi juga masalah anggarannya harus disediakan oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Provinsi.

Masalah pemherdayaan dan peningkatan partisipasi penduduk asli Papua dalam semua sektor dip_ergunakan satu kebijakan ave.rmatif yang berarti diperlukan waktu tertentu dengan perlindungan terbatas untuk bisa mempercepat dan mengakselerasi perkembangan masyarakat di semua sektor sehingga akhimya akan terjawab semua yang dituntut orang Papua selama ini. tetapi tidak dimanjakan sebab kalau sudah siap berpartisipasi secara mandiri harus sudah siap sebagaimana Saudara­saudaranya orang Indonesia lainnya.

Oleh karenanya afirmative approach atau afirmative action ini jangan dilihat sebagai sesuatu yang eksklusif dan diskriminatif, sebab ini adalah merupakan suatu cara dalam jangka waktu tertentu untuk memberi kemampuan agar mereka . dapat dilepas sebagai warga negara yang mandiri.

Masalah pembangunan berkelanjutan sudah menjadi program nasional yang termasuk tanah Papua, sehingga tidak perlu diperjelas dan memang itu sangat penting untuk disepakati dijadikan satu pasal yang penting karena merupakan jaminan masa depan pembangunan Bangsa kita termasuk di Tanah Papua.

318

Page 21: LAPORAN SINGKAT PROSES PEMBAHASAN RANCANGAN …

Mengenai sosial juga dimuat agar jangan sampai permasalahan sosial ditangani secara rutin dan karena berbelas kasihan dan yang kami inginkan agar permasalahan sosial merupakan kebijakan politik dengan memperhatikan dan melayani masyarakat sebagaimana mestinya karena itu diperlukan biaya sangat besar terutama untuk saudara-saudara yang hidup di· daerah terpencil dan terisolasi.

Anggota Tim Asistensi (Frans Rumbrawer), menjelaskan tentang latar belakang dari rumusan· keagamaan pa~a Pasal 48 dan Pasal 49 secara lebih khusus.

Hasil penjaringan aspirasi masyarakat Papua, sangat menonjol pemikiran hams diutamakan agama Kristen sebagai agama mayoritas, dan hendaknya dijadikan suatu prinsip dalam upaya keagamaan seperti di Aceh. Sesuai sikap hidup orang Papua yang sangat tolerans, aspek menonjol dalam satu agama tidak diberlakukan di dalam undang-undang ini karena itu akan menyalahi prinsip-prinsip kebebasan beragama, HAM dan keagamaan itu sendiri sehingga keinginan sebagaimana Daerah Aceh ditolak.

Dalam pasal ini dalam hal kebebasan beragama dinilai sebagai hal yang sangat fundamental, setiap orang yang mempunyai agama sebagaimana diakui Pemerintah, diakui pula sebagai haknya sehingga tidak mengutamakan satu agama saja tetapi semua mempunyai hak-hak yang sama.

Kami tidak mau mengulangi pola berfikir nasional bahwa terjadi polarisasi keagamaan yang sangat kuat di dalam bangsa kita di mana satu kelompok agama sangat diutamakan, dan kami akan menjadikan berbagai agama yang diakui Pemerintah menjadi perekat kebersamaan dalam rangka kesatuan bangsa karena tidak dikehendaki agama menjadi alat pemecah bangsa.

Secara singkat dikatakan bahwa agama sebagai bagian dari kehidupan bersama diakui dan diberikan tempat dan juga ditopang oleh Pemerintah dalam arti memberi bantuan dalam kerangka program pengembangan sosial keagamaan dan bukan pengembangan agama itu sendiri tetapi pengembangan kemasyarakatan yang dibuat oleh agama.

Pengembangan agama rnenjadi tangung jawab masing-masing agama itu sendiri, dengan demikian dalam undang-undang ini Pemerintah tidak mengurus agama tetapi masing-masing agama mengembangkan agamanya

319

Page 22: LAPORAN SINGKAT PROSES PEMBAHASAN RANCANGAN …

sesuai dengan paham mereka. Namun demikian Pemerintah mempuyai kewajiban untuk menopang upaya keagamaan baik dalam bidang pendidikan, kesehatan dan lain sebagainya sebagai suatu prinsip yang dianut masyarakat Papua.

Hal-hal tersebut sangat mendasar dan diharapkan tidak menimbulkan banyak masalah dan mudah-mudahan mendapat dukungan penuh dari Anggota Pansus bahwa undang-undang ini menjadi contoh dari kebebasan, penghargaan dan toleransi yang sungguh-sungguh ingin dikembangkan dalam kehidupan umat beragama di Indonesia. Masalah pendidikan sebagai satu masalah besar di tanah Papua karena kalau · mengamati perkembangan pendidikan akhir-akhir ini, menjadi masalalh adalah bahwa pendidikan perlu diatur dan dalam undang-undang ini ditekankan sedemikian rupa sehingga Pemerintah Daerah dan lembaga-lembaga pendidikan yang ada di Papua baik swasta maupun negeri hendaknya diberikan hak-hak untuk mengatur pendidikannya sendiri sesuai kebutuhan dan kondisi daerah.

Dengan demikian perkembangan'-perkembangan dapat dipacu lebih banyak memberdayakan Pemerintah setempat untuk memperhatikan masalah pendidikan, baik menyangkut guru, kurikulum dan lain sebagainya.

Kita tahu secara umum bahwa pengaturan pendidikan secara sentralistik sering kali hams meminta persetujuan dari departemen untuk suatu jenjang tertentu, namun kalau universitas setempat diberi kebebasan maka program-program yang tidak dimiliki oleh daerah setempat dapat dikembangkan. Kalau mendapat pendidikan yang lebih baik, orang Papua harus membayar begitu mahal. Mahasiswa harus diterbangkan untuk belajar di daerah lain, biayanya hampir 3 atau 4 juta satu kali penerbangan dan dia masih harus membayar biaya-biaya lainnya. Untuk mendapatkan pendidikan yang layak dan lebih baik, orang Papua harus membayar mahal, dan ini merupakan pemerasan secara tidak langsung. Hal tersebut hams dipikirkan dan kami bersyukur bahwa sekarang sudah ada dua Universitas Negeri dan mudah-mudahan lembaga pendidikan tersebut dapat menciptakan program lain yang diharapkan.

Dukungan DPR sangat diharapkan melalui pengesahan Rancangan Undang-Undang ini, sehingga biaya sosial dan ekonomi yang begitu tinggi bagi Rakyat Papua dapat diatasi. Sebab salah satu faktornya adalah karena orang Papua tidak mendapat pendidikan yang baik, semuanya

320

Page 23: LAPORAN SINGKAT PROSES PEMBAHASAN RANCANGAN …

dilakukan di luar daerah terutama di Tanah Jawa yang paling baik, sehingga dapat dikatakan bahwa menjadi Warga Negara Indonesia hams mengeluarkan biaya yang mahal dan sangat tinggi. ·

Hal ini adalah persoalan mendasar dalam mendapatkan pendidikan bagi orang Papua, karena hams mengorbankan biaya yang sangat tinggi bahkan kucuran darah. Mudah-mudahan terhadap masalah pendidikan akan segera disetujui oleh. DPR, terhadap prinsip-prinsip yang dikembangkan dalam undang-undang ini karena akan terkait dengan masalah pengembangan sumber daya manusia.

Bab Ketentuan Peralihan dan Penutup

Anggota Tim Asistensi (Muhammad Musa'ad) menjelaskan Bab XXII tentang Ketentuan Peralihan yang terdiri 6 pasal, yaitu Pasal 64 sampai dengan Pasal 69.

Ada dua hal yang terkandung dalam pasal-pasal itu, yaitu :

Pasal 64 - 67, memberikan penekanan kepada pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dalam masa transisi. Pada saat undang-undang ini disahkan, yang diinginkan adalah jangan sampai ada kevacuman antara undang-undang ini disahkan sampai adanya peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya, oleh karena itu perlu ada masa transisi yang diatur dengan undang-undang.

Pasal 68 - 69, komitmen untuk melaksanakan undang-undang secara konsekuen dan ini merupakan penegasan. Komitmen yang diharapkan karena berdasarkan pengalaman, banyak hal yang tertuang secara normatif dalam undang-undang, tetapi implementasinya mengalami hambatan di sana-sini, oleh karenanya agar tidak terjadi maka komitmen ini perlu ditegaskan agar undang-undang ini dapat dilaksanakan secara konsekueil.

ltu dua hal yang terkandung di dalam Bab XXII. Kemudian di dalam Bab XXIII, juga terkandung dua hal yang

terkandung di dalam Pasal 70 sampai dengan Pasal 76 dalam Bab Penutup.

Pasal 70-76, hal yang pertama adalah bagaimana mekanisme pelaksanaan Undang-Undang tentang Otonomi Khusus, dimaksudkan sebagai pedoman baku dalam pelaksanaan atau implementasi dari undang­undang ini. Kemudian yang kcdua dan ti~ak kalah pentingnya, kita menginginkan bahwa Rancangan Undang-Undang yang dirumuskan ketika menjadi suatu

321

Page 24: LAPORAN SINGKAT PROSES PEMBAHASAN RANCANGAN …

keputusan politik hendaknya bisa stabil yang berarti bahwa perubahan­perubahan yang terjadi di dalamnya sedapat mungkin dihindarkan ketika telah disahkan. Dikhawatirkan pada saat undang-undang ini disahkan maka satu atau dua tahun kemudian akan dilakukan lagi revisi, ini suatu pertanda bahwa ada kekurangstabilan atau kekurangsehatan yang dapat mengganggu penyelenggaraan pemerintahan. Rakyat Papua menginginkan bahwa dengan mempergunak;an akal budi yang sehat, rancangan ini dapat dikaji secara mendalam, sehingga setelah disahkan dapat diberlakukan dalam waktu yang cukup lama tanpa mengalami perubahan, karena ini merupakan aspirasi rakyat, yang dicoba untuk dituangkan di dalam rumusan ini dan apabila terjadi perubahan-perubahan yang sangat mendasar dan berbeda dengan aspirasi yang diinginkan rakyat, maka sudah barang tentu perubahan tersebut harus mendengar aspirasi dan atas izin rakyat. Ini penegasan di dalam Bab XXIII Pasal 75, di mana apabila undang-undang ini mau diubah, mohon juga melibatkan rakyat dalam proses itu.

Tanggapan/ Apresiasi Anggota

KETUA PANSUS (SABAM SIRAIT):

Mengatakan bahwa ada permintaan tersirat bahwa kalau bisa Rancangan Undang-Undang ini jangan diubah, tetapi di sini juga berlaku prinsip-prinsip bahwa kita harus menghargai seluruh wilayah kita sebagai bagian Negara Kesatuan Republik Indonesia bahwa cara menghargai itu tidak harus menolak pendapat orang lain, tetapi juga menyetujui orang lain. Demokrasi itu ada the right to concern, dan the right to design, jadi kalau kita setuju, itu juga demokrasi dan kalau tidak setuju itu juga demokrasi.

Minta apa saja silakan, kecuali jangan berpisah dengan Republik Indonesia dan kita harus bersama-sama di Republik ini hal ini terbukti pada saat diselenggarakannya Persidangan Raya Dewan-dewan Gereja se-Dunia di New Delhi pada tahun 1961, Pendeta Rumainum Ketua Sinode I dari GKI Irian Jaya, pada saat ditany'l: oleh delegasi Belanda, Amerika dan beberapa negara lain dan pada saat itu belum integrasi, ditanya "apakah anda mau duduk bersama dengan Delegasi Belanda atau Dewan Gereja Indonesia", jawaban Ds. Rumanium "saya mau duduk dengan Delegasi Dr. T. B. Simatupang" itu artinya bahwa Irian akan bergabung dengan Dr. T.B .. Simatupang bekas Kepala Staf Angkatan

322

Page 25: LAPORAN SINGKAT PROSES PEMBAHASAN RANCANGAN …

Perang Republik Indonesia.

Ketertinggalan Irian itu sudah diketahui oleh semua rakyat Indonesia, waktu Presiden Soeharto memberikan Pegawai Negeri sebanyak 2000 orang berambut kriting, karena kualitas pendidikannya belum mencapai tingkat tertentu, maka hanya 500 orang yang dapat dipenuhi oleh pemuda Papua asli pada waktu itu sedangkan 1500 orang tidak diisi dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (TB Silalahi) pada waktu itu merasa sedih, saya mengatakan bahwa anda tidak perlu sedih karena ini merupakan tanggungjawab kita bersama.

Perlu diingat bahwa terdapat tiga orang Pahlawan Nasional dari Papua, yaitu Silas Papare, Ende, dan Frans Kasiepo yang ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia sebagai Pahlawan Republik Indonesia.

Tetapi memang ada peristiwa yang menyedihkan kita bersama, di mana pada saat pertemuan dan makan bersama sebanyak 23 orang yang dijamu oleh Bupati Merauke di salah satu restauran, tidak ada satupun orang Papua yang ikut serta. Di tengah-tengah jamuan tersebut, masuklah seorang Papua yang mengenakan pakaian seragam Pemerintah Daerah, kami senang dan bangga karena dia akan bersama-sa:µ-ia kami makan bersama, tetap hati kami kembali kecewa dan sedih karena orang tersebut hanya membisikkan sesuatu kepada Bupati dan dia kembali keluar tanpa makan bersama dengan kami. Inilah tragedi yang telah kita alami, mudah­mudahan kita dapat melahirkan undang-undang yang berlaku lama, sekiranya ada pembagian keuangan, bukan itu intinya, kewenangan pun tidak. ltu paling hanya berlangsung hanya 2Q atau 25 tahun sesuai tuntutannya tadi, Republik ini akan berjalan ratusan tahun bahkan kalau bisa ribuan tahun, dan dalam kerangka itulah kita melihat undang-undang ini kita selesaikan dan inilah konsensus kita.

F. PDIP (PROF. DR. DIMYATI HARTONO, S.H.) :

Mengatakan bahwa apa yang telah dipaparkan dan dijelaskan oleh Tim Asistensi telah dapat dimengerti karena dibawakan dengan bagus dan mengharukan. Sebagai Pelaku Sejarah yang tersisa dalam rangka pembebasan Irian Barat dulu, karena banyak yang sudah dipanggil Tuhan terlebih dahulu. Ucapan terima kasih disampaikan kepada Tim karena telah membuka mata dan hati, begitulah keadaan yang tidak pemah terbayangkan dan temyata Tim Asistensi bukan hanya terdiri orang-orang yang pandai, bukan hanya kumpulan orang intelektual, tetapi juga pemimpin yang memiliki kebijakan untuk melihat persoalan secara

323

Page 26: LAPORAN SINGKAT PROSES PEMBAHASAN RANCANGAN …

proporsional dan itu terlihat dari uraian dari yang telah dikemukakan bagaimana menampung aspirasi rakyat yang sedemikian ekstrim tetapi kemudian bisa secara bijak dibawa masuk ke dalam pemikiran dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. lnilah satu prestasi yang bukan main, sebagai salah satu pejuang harus menyampaikan terima kasih dan salut atas nama seluruh rakyat Indonesia. Mendengar masalah ekonomi, keuangan, pendidikan, hukum, sosial, gizi yang kesemuanya itu terjadi selama berpuluh tahun, dan ini sangat menyedihkan. Sebenarnya itu merupakan kesalahan dalam meletakkan policy di dalam membangun wilayah ini, secara jujur harus berani mengatakan bahwa penyimpangan, penyalahgunaan bahkan kesenjangan itu terjadi terutama kesenjangan psychologis, sejak mulai tahun 1966-1967, dan say a berada di sana sejak tahun 1962-1966, dan saya merupakan bagian dari Saudara-saudara di Tanah Papua, saya tidak pernah merasakan terpisah karena pada saat almarhum Bung Karno memimpin, memberikan perintah/petunjuk: "itulah Saudara-saudaramu, bawalah mereka maju bersama-sama kamu, rangkullah mereka". Pada tahun 1966 policy ini dilepaskan dan diganti dengan istilah "F_ree Competition", bagaimana mungkin akan terjadi, persaingan bebas ini dapat dilaksanakan antara mereka yang sudah dapat berlari dengan yang baru mulai berjalan, dan hal itu dibiarkan terus di bidang politik, ekonomi, sosial, pendidikan, budaya, hukum, pemerintahan, kepegawaian, usaha selama 32 tahun dan inilah yang terjadi, dan hari ini saya mengucapkan terima kasih karena semua masalah itu diangkat ke permukaan, tanpa diangkat ke permukaan tidak mungkin kita dapat memecahkannya dengan baik.

Barangkali kesalahan policy yang mendasar inilah yang terutama yang harus kita perbaiki, dan kalau policy dulu itu disampaikan secara lisan, mari kita tuangkan dalam sebuah peringkat perundang-undangan yang akhirnya mengikat semua pihak tanpa terkecuali baik para rakyat jelata, para birokrat, militernya maupun terutama Pemerintah Pusat.

Saya masih ingat di mana ditugaskan untuk membangun Universitas Cenderawasih, sebuah daerah yang perguruan tingginya harus disejajarkan dengan perguruan tinggi di daerah lain, sedangkan di daerah itu belum mempunyai SMA, tingkatnya baru SMP, tetapi karena semangat yang terkandung dalam pesan almarhum, "maju bersama kamu", kita mencari cara dengan segala kekurangannya dibentuk dan dibangun sebuah Universitas Cenderawasih, siapa yang harus menjadi gum, tidak ada yang mencukupi maka kita ambillah pegawai-pegawai yang S 1 dan S2,

324

Page 27: LAPORAN SINGKAT PROSES PEMBAHASAN RANCANGAN …

untuk menjadi guru, setelah gurunya cukup, pertanyaan berikutnya adalah siapa yang akan menjadi mahasiswa, sebab pada saat itu tidak satupun yang memenuhi syarat untuk menjadi maha;,iswa. Tetapi semangat untuk membawa maju tadilah yang akhimya memberikan peluang, kita ajak saudara-saudara yang sudah bekerja di KPS, di kabupaten, di pemerintahan dengan pendidikan yang sangat minim untuk bisa masuk perguruan tinggi, kita berikan fasilitas untuk masuk.

Apa yang saya kemukakan hanya sebuah contoh, di mana kemauan politik itu hams diwujudkan dalam rangka membangun daerah ini, maka kesalahan ini hams dihilangkan dan jangan diulang, tetapi saya percaya bahwa pimpinan daerah dan segenap Tim Asistensi sebagai kaum intelektual yang datang dan berada di tengah-tengah masyarakat mampu berpikir obyektif untuk dapat membedakan masalah ketidakadilan di satu sisi, dan masalah ketimpangan di sisi lain, hanya dapat diselesaikan secara proporsional dan masalah elemen yang, tidak sehat yang ingin melepaskan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia telah disisihkan sendiri oleh Tim Asistensi. Saya sangat menghargai keterbukaan ini dan kalau <lulu kita hanya mendengar" ajaklah Saudaramu bersama maju", saya tadi menangkap suatu ungkapan yang baik dari Tim Asistensi sebuah policy yang disebut "affirmatif policy". Saya kira dengan memberikan affirmatif policy itu kita tidak hams membedakan satu dengan yang lain, tidak lalu secara mendasar kita melanggar hak asasi manusia, hak warga negara yang sama, tetapi dengan affirmatif policy, kita beri keleluasaan lebih kepada Saudara-saudara yang saat ini menuntut namanya diakui sebagai Masyarakat Papua.

Dengan menyelesaikan undang-undang ini saya telah membayangkan, entah dalam tempo 10 tahun, 15 tahun atau juga dalam masa 20 tahun, dari sekarang kita menyiapkan diri Irian Jaya dalam pembangunannya untuk menjadi pintu gerbang Pasifik di abad ke XXL Jangan kita meminta kepada orang-orang di sekitar Pasifik tetapi ki,ta sebagai negara yang kaya raya, akan memberi kepada negara-negara di sekitar Pasifik itu untuk melihat bahwa ini Irian Jaya.

WAKIL KETUA RAPAT (DRS. FERRY MURSYIDAN BALDAN) :

Menyampaikan beberapa hal pen ting yang perlu di dalami lagi dengan pendampingan Tim Asistens'i, yaitu:

1. Pengertian masalah yang berkaitan dengan Parlemen. Majelis Rakyat Papua dan DPRD dengan kewenangan dan tugas masing-masing yang dikaitkan dengan realitas yang ada saat ini;

325

Page 28: LAPORAN SINGKAT PROSES PEMBAHASAN RANCANGAN …

2. Keperluan dalam Rancangan Undang-Undang ini yang mencantumkan adanya mata uang sendiri yang memerlukan argumen pendalaman;

3. Urgensi Partai Politik Lokal dengan kewenangan-kewenangannya dalam kaitan dan hubungannya dengan Partai Politik Besar Nasional;

4. Peraturan Dasar sebagaimana penjelasan yang telah kita mengerti, tetapi kita harus mencari jalan keluar, apakah ini peristilahan saja untuk sebuah ketentuan, karena jika kita mencanturhkan kata "peraturan dasar" tidak berada pada tata urutan perundang-undangan sesuai dengan Ketetapan MPR Nomor III Tahun 2000. Apakah kita menamakan Peraturan Daerah yang dihasilkan DPRD sebagai Peraturan Dasar.

5. Ketentuan Peralihan dan Penutup, saya kira harus ditegaskan hal­hal yang berkaitan dengan posisi dari undang-undang lainnya, karena yang menarik adalah perjanjian dan kerjasama internasional.

Tidak ada keinginan untuk mereview atau apapun, yang menghadirkan ketakutan bagi para investor tetapi kita ingin menyelesaikan persoalan yang menjadi hak atau keuntungan bagi Republik ini kita atur secara adil dalam kerangka antara Pemerintah Pusat dengan Masyarakat Papua. lnilah beberapa peristilahan yang perlu didalami. dan jangan sampai justru tidak bisa disetarakan konteks nasional.

Disamping acara tersebut, Panitia Khusus memutuskan hat sebagai berikut :

Rapat Panitia Khusus dilanjutkan pada tanggal 4 September 2001 mulai pukul 14.00 WIB dengan acara membicarakan bahan-bahan baru yang masih diperlukan, dengan pendampingan sebagian Tim Asistensi, dan kemudian dilanjutkan dengan ~apat Fraksi masing-masing. Rapat Panitia Khusus berikutnya sudah harus dengan acara pembahasan Daftar Inventarisasi Masalah.

Rapat ditutup pada pukul I 3.55 WIB.

326

SEKRETARIS RAPAT.

ttd

JULIASIH. S.H. NIP. 21 000 I 322