118
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B BLOK 21 Tutor : dr. Chani Sinaro Kelompok A2 Bella Melinda 04011281320041 Nabilla Faradilla 04011181320085 Hana Yuniko 04011281320025 Nova Pebi Putri 04011281320005 Haidar Adib Balma 04011381320033 Tri Kurniati 04011181320065 Nyayu Aisyah 04011181320099 Diana Astria 04011281220039 Patima Sitompul 04011181320069 Qonita Farah Faadhilah 04011281320047 Margaretha Carolina 04011281320045 Stefanie Angeline 04011381320005 Rofaqo Hakki 04011281320049

Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

k2

Citation preview

Page 1: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO B BLOK 21

Tutor : dr. Chani Sinaro

Kelompok A2

Bella Melinda 04011281320041

Nabilla Faradilla 04011181320085

Hana Yuniko 04011281320025

Nova Pebi Putri 04011281320005

Haidar Adib Balma 04011381320033

Tri Kurniati 04011181320065

Nyayu Aisyah 04011181320099

Diana Astria 04011281220039

Patima Sitompul 04011181320069

Qonita Farah Faadhilah 04011281320047

Margaretha Carolina 04011281320045

Stefanie Angeline 04011381320005

Rofaqo Hakki 04011281320049

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2015

Page 2: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya

penulis dapat menyelesaikan laporan tutorial skenario b blok 21 sebagai tugas kompetensi

kelompok. Shalawat beriring salam selalu tercurah kepada junjungan kita, nabi besar

Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di masa

mendatang. Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, penulis banyak mendapat bantuan,

bimbingan dan saran. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan

terima kasih kepada :

1 Allah SWT.

2 Kedua orang tua yang memberi dukungan materil maupun spiritual.

3 dr. Chani Sinaro selaku tutor.

4 Teman-teman sejawat dan seperjuangan.

5 Semua pihak yang membantu penulis.

Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang diberikan

kepada semua orang yang telah mendukung penulis dan semoga laporan tutorial ini

bermanfaat tidak hanya untuk penulis tetapi juga untuk orang lain dalam perkembangan ilmu

pengetahuan di masa yang akan datang.

Palembang, 11 November 2015

Penyusun

Kelompok Tutorial 2

2

Page 3: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................2

DAFTAR ISI..................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.........................................................................................4

1.2 Maksud dan Tujuan..................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial.............................................................................................5

2.2 Skenario B Blok 21..................................................................................6

2.3 Paparan.....................................................................................................6

I. Klarifikasi Istilah....................................................................................6

II. Identifikasi Masalah..............................................................................7

III. Analisis Masalah..................................................................................8

IV. Hipotesis..............................................................................................31

V. Kerangka Konsep..................................................................................49

BAB III SINTESIS

3.1 Anatomi, fisiologi otak dan neurotransmiter............................................50

3.2 Autisme....................................................................................................64

3.3 PDD..........................................................................................................74

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan...............................................................................................77

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................78

3

Page 4: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Blok Jiwa dan Fungsi Luhur adalah blok 21 pada semester 5 dari Kurikulum Berbasis

Kompetensi (KBK) Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Palembang.

Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus sebagai bahan pembelajaran untuk

menghadapi tutorial yang sebenarnya pada waktu yang akan datang.

Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari tutorial ini, yaitu :

Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem

pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.

Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis dan

pembelajaran diskusi kelompok.

Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial dan memahami konsep dari

skenario ini.

4

Page 5: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

BAB II

PEMBAHASAN

Data

Tutorial B

Tutor : dr. Chani Sinaro

Moderator : Haidar Adib Balma

Sekretaris : Tri Kurniati

Waktu : Senin, 09 November 2015

Rabu, 11 November 2015

Peraturan tutorial :

1. Alat komunikasi dinonaktifkan.

2. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat dengan cara mengacungkan tangan

terlebih dahulu dan apabila telah dipersilahkan oleh moderator.

3. Tidak diperkenankan meninggalkan ruangan selama proses tutorial berlangsung.

4. Tidak diperbolehkan makan dan minum.

5

Page 6: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

Skenario B Blok 21

Bimo, laki-laki, usia 26 bulan, dibawa ke klinik karena belum bisa bicara. Bimo hanya bisa

mengoceh dengan kata-kata yang tidak di mengerti oleh orang tuanya dan orang lain. Bila

dipanggil sering kali tidak bereaksi terhadap panggilan. Bimo juga selalu kesana kemari

tanpa tujuan. Bimo tidak suka bermain dengan anak lain, senang membalik- balik buku

gambar atau kalender berwarna.

Bimo anak pertama dari ibu usia 25 tahun. Lahir spontan pada kehamilan 40 minggu. Selama

hamil ibu sehat dan periksa kehamilan 3x ke bidan. Segera setelah lahir langsung menangis.

Berat badan waktu lahir 3.500 gram. Bimo bisa tengkurap pada usia 4 bulan dan berjalan

pada usia 14 bulan.

Tidak ada riwayat kejang. Sepupu bimo, laki-laki usia 5 tahun juga menderita seperti ini.

Pemeriksaan fisik dan pengamatan: berat badan 15 kg, tinggi badan 89 cm, lingkar kepala

50cm. Tidak ada gambaran dismorfik. Anak sadar, tetapi tidak mau melihat adan tersenyum

kepada pemeriksa. Tidak menoleh dipanggil namanya. Anak selalu bergerak kesana kemari

tanpa tujuan. Ketika diberi bola, dia melempar ke lantai dan dilakukan berulang-ulang. Tidak

ada gerakan-gerakan aneh yang diulang-ulang. Tidak mau bermain dengan anak lain, tetapi

sangat tertarik dan senang membalik-balik kalender bergambar. Bila memerlukan bantuan,

dia menarik tangan ibunya untuk melakukan. Tidak bisa bermain pura-pura. Tidak melihat

benda yang ditunjuk. Tidak bisa menunjuk benda yang ditanyakan. Tidak ada kelainan

neurologis. Tes pendengaran bisa mendengar pada 25 dB.

I. Klarifikasi Istilah

No Istilah Pengertian

1. Dismorfik Kelainan perkembangan morfologi tubuh

2. Kejang ledakan aktivitas listrik abnormal di otak

3. Kelainan neurologis Kelainan pada sistem saraf pusat

6

Page 7: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

II. Identifikasi Masalah

Masalah Konsen

1. Bimo, laki-laki, usia 26 bulan, dibawa ke

klinik karena belum bisa bicara. Bimo

hanya bisa mengoceh dengan kata-kata

yang tidak di mengerti oleh orang tuanya

dan orang lain. Bila dipanggil sering kali

tidak bereaksi terhadap panggilan. Bimo

juga selalu kesana kemari tanpa tujuan.

Bimo tidak suka bermain dengan anak

lain, senang membalik- balik buku gambar

atau kalender berwarna.

VVVV

2. Bimo anak pertama dari ibu usia 25 tahun.

Lahir spontan pada kehamilan 40 minggu.

Selama hamil ibu sehat dan periksa

kehamilan 3x ke bidan. Segera setelah

lahir langsung menangis. Berat badan

waktu lahir 3.500 gram. Bimo bisa

tengkurap pada usia 4 bulan dan berjalan

pada usia 14 bulan.

V

3. Tidak ada riwayat kejang. Sepupu bimo,

laki-laki usia 5 tahun juga menderita

seperti ini.

VVV

4. Pemeriksaan fisik dan pengamatan: berat

badan 15 kg, tinggi badan 89 cm, lingkar

kepala 50cm. Tidak ada gambaran

dismorfik. Anak sadar, tetapi tidak mau

melihat adan tersenyum kepada

pemeriksa. Tidak menoleh dipanggil

VV

7

Page 8: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

namanya. Anak selalu bergerak kesana

kemari tanpa tujuan. Ketika diberi bola,

dia melempar ke lantai dan dilakukan

berulang-ulang. Tidak ada gerakan-

gerakan aneh yang diulang-ulang. Tidak

mau bermain dengan anak lain, tetapi

sangat tertarik dan senang membalik-balik

kalender bergambar. Bila memerlukan

bantuan, dia menarik tangan ibunya untuk

melakukan. Tidak bisa bermain pura-pura.

Tidak melihat benda yang ditunjuk. Tidak

bisa menunjuk benda yang ditanyakan.

Tidak ada kelainan neurologis. Tes

pendengaran bisa mendengar pada 25 dB.

III. Analisis Masalah

1. Bimo, laki-laki, usia 26 bulan, dibawa ke klinik karena belum bisa bicara. Bimo

hanya bisa mengoceh dengan kata-kata yang tidak di mengerti oleh orang

tuanya dan orang lain. Bila dipanggil sering kali tidak bereaksi terhadap

panggilan. Bimo juga selalu kesana kemari tanpa tujuan. Bimo tidak suka

bermain dengan anak lain, senang membalik- balik buku gambar atau kalender

berwarna.

a. Apa hubungan usia, jenis kelamin pada kasus?

Jawab:

Onset terjadinya ASD pada umumnya sebelum usia 3 tahun.

Rasio terjadinya ASD pada pria dan wanita adalah 4:1. Perempuan mampu

menahan mutasi gen dibanding laki-laki. Anak laki-laki lebih banyak memproduksi

testosteron, sementara perempuan lebih banyak memproduksi estrogen. Kedua

hormon itu memiliki efek bertolak belakang terhadap suatu gen pengatur fungsi

otak yang disebut retinoic acid-related orphan receptor-alphaatau RORA.

Testosteron menghambat kerja RORA, sementara estrogen justru meningkatkan

8

Page 9: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

kerjanya. Terhambatnya kinerja RORA menyebabkan berbagai masalah koordinasi

tubuh, antara lain terganggunya jam biologis atau circardian rhythm yang

berdampak pada pola tidur. Meski bukan menjadi penyebab langsung, kadar

testosteron yang tinggi berhubungan dengan resiko autisme karena gangguan pola

tidur serta kerusakan saraf akibat inflamasi di otak merupakan beberapa keluhan

yang sering dialami para penyandang autis. Aktivitas RORA cenderung lebih

rendah pada penyandang autis dibanding pada orang normal.

b. Bagaimana anatomi dan fisiologi organ yang terganggu?

Jawab:

Area Asosiasi Otak

1 2, dan 3 - Korteks

Somatosensorik (sering disebut area 3, 1, 2).

4 - Korteks Motorik Primer 5 - Korteks Asosiasi

Somatosensorik 6 - Korteks Pra-motorik dan

Motorik Suplementaris 7 - Korteks Asosiasi

Somatosensorik 8 - Daerah Mata Frontal 9 - Korteks Prafrontal

Dorsolateralis 10 - Area Frontopolar 11 - Area Orbitofrontal

12 - Area Orbitofrontal (sering disebut area 11A)

13 - Korteks Insularis 17 - Korteks Visual Primer 18 - Korteks Asosiasi Visual 19 - Korteks Asosiasi Visual 20 - Gyrus Temporalis Inferior 21 - Gyrus Temporalis Media 22 - Gyrus Temporalis Superior 23 - Korteks Cinguli Posterior

Ventral 24 - Korteks Cunguli Anterior

Ventral 25 - Korteks Subgenualis 26 - Area Ektosplenialis

9

Page 10: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

28 - Korteks Entorhinalis Posterior

29 - Koreks Cinguli Retrosplenialis

30 - Bagian dari korteks cinguli 31 - Korteks Cinguli Posterior

Dorsal 32 - Korteks Cinguli Anterior

Dorsal 34 - Korteks Entorhinalis

Anterior 35 - Korteks Perirhinalis

36 - Korteks Parahippocampalis

(di gyrus parahippocampal)

37 - Gyrus Fusiformis

38 - Area Temporopolar

39 - Gyrus Angularis (bagian

dari Area Wernicke)

40 - Gyrus Supramarginalis

(bagian dari Area Wernicke)

41, 42 - Korteks Asosiasi Primer

dan Auditorius

43 - Area subcentral

44 - Pars Triangularis dari Area

Broca

45 - Pars Opercularis dari Area

Broca

46 - Korteks Prefrontalis

Dorsolateral

47 - Gyrus Prefrontalis Inferior

48 - Area Retrosubicularis

10

Page 11: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

Daerah motorik, sensorik dan bahasa membentuk hanya sekitar separuh dari

korteks serebri total. Daerah sisanya yang disebut daerah asosiasi, terlibat dalam

fungsi-fungsi luhur. Area ini disebut sebagai daerah asosiasi karena area-area

tersebut menerima dan menganalisis sinyal-sinyal secara bersamaan dari berbagai

regio, baik dari korteks motorik dan sensorik. Terdapat tiga daerah asosiasi:

1. Korteks asosiasi prafrontal

Merupakan bagian depan lobus frontalis tepat anterior dari korteks premotorik. Ini

adalah bagian dari otak yang mempunyai ide cemerlang. Secara spesifik, peran

yang dikaitkan pada bagian ini adalah

perencanaan aktivitas volunter

11

Page 12: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

pengambilan keputusan (yaitu menimbang akibat dari tindakan yang akan

dilakukan)

memilih antara berbagai opsi untuk beragam situasi sosial dan fisik

kreativitas

sifat kepribadian

Stimulasi ke korteks prafrontal ini tidak menghasilkan efek yang dapat diamati,

tetapi defisit di daerah ini mengubah kepribadian dan perilaku sosial.

2. Korteks asosiasi parietal-temporal-oksipital

Daerah ini terletak di pertemuan ketiga lobus otak parietal, temporal dan oksipital.

Di lokasi yang strategik ini, daerah ini mengumpulkan dan mengintegrasikan

sensasi somatik, pendengaran dan penglihatan yang diproyeksikan dari ketiga

lobus ini untuk pemrosesan yang lebih kompleks. Bagian ini memungkinkan kita

memperoleh gambaran lengkap tentang hubungan berbagai tubuh anda dengan

dunia luar.

Analisis keserasian spasial tubuh

Area ini menerima informasi sensoris penglihatan dari korteks oksipitalis dan

secara bersamaan juga informasi somatosensoris dari korteks parietalis aterior.

Dari informasi ini, area tersebut menghitung koordinasi penglihatan, pendengaran

dan sekeliling tubuh.

Area untuk pemahaman bahasa

Area utama untuk pemahaman bahasa disebut area Wernicke, terletak di belakang

korteks auditorik primer pada bagian posterior girus temporalis di lobus temporalis.

Bagian ini penting dalam pemahaman lisan dan tulisan. Selain itu derah Wernicke

bertanggung jawab dalam memformulasikan pola koheren bicara yang disalurkan

melalui berkas-berkas serat ke daerah broca yang pada gilirannya mengontrol

artikulasi bicara. Daerah Wernicke juga menerima input dari korteks penglihatan

dan pendengaran di lobus temporalis untuk memahami suatu lisan dan benda yang

dilihat.

12

Page 13: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

Area untuk melakukan proses awal bahasa penglihatan (membaca)

Pada bagian posterior area pemahaman bahasa, terutama di regio anteriolateral

lobus oksipitalis terdapat area asosiasi penglihatan yang mencerna informasi

penglihatan dari kata-kata yang dibaca di buku ke dalam area Wernicke. Girus

yang dinamakan girus angularis diperlukan untuk mengartikan kata-kata yang

diterima secara visual. Bila area ini tidak ada, seseorang masih dapat memiliki

pemahaman bahasa yang baik dengan cara mendengar, namun tidak dengan

membaca.

Area untuk penamaan objek

Di daerah paling lateral lobus oksipitalis anterior dan lobus temporalis posterior,

terdapat area untuk memberi nama suatu objek. Nama-nama ini terutama dipelajari

melalui input pendengaran, sedangkan sifat fisik suatu objek dipelajari melalui

input visual.

3. Korteks asosiasi limbik

Daerah ini terutama terletak di bagian paling bawah dan berbatasan dengan bagian

dalam kedua lobus temporalis. Daerah ini terutama berkaitan dengan motivasi,

emosi serta berperan besar dalam ingatan.

Dalam kasus Bimo, Bimo menderita autism sehingga terjadi masalah dalam bicara

dan bahasa. Terdapat 2 hal proses terjadinya bicara, yaitu proses sensoris dan

motoris. Aspek sensoris meliputi pendengaran, penglihatan, dan rasa raba

berfungsi untuk memahami apa yang didengar, dilihat dan dirasa. Aspek motorik

yaitu mengatur laring, alat-alat untuk artikulasi, tindakan artikulasi dan laring yang

bertanggung jawab untuk pengeluaran suara.

13

Page 14: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

Di dalam otak terdapat 3 pusat yang mengatur mekanisme berbahasa, dua pusat

bersifat reseptif yang mengurus penangkapan bahasa lisan dan tulisan serta satu

pusat lainnya bersifat ekspresif yang mengurus pelaksanaan bahsa lisan dan tulisan.

Ketiganya berada di hemisfer dominan dari otak atau sistem susunan saraf pusat.

c. Bagaimana penyebab dan mekanisme keluhan pada kasus?

belum bisa bicara

Jawab:

Dalam suatu penelitian dicari perbedaan fungsi otak secara

keseluruhan, menggunakan teknologi yang disebut magnetic resonance

imaging (MRI) untuk mengidentifikasi bagian mana dari otak yang

menggunakan energi selama tugas mental tertentu. Dalam sebuah studi dari

remaja laki-laki, para peneliti mengamati bahwa remaja dengan autisme tidak

hanya kurang berhasil dibandingkan rekan-rekan tanpa autisme, tetapi gambar

MRI dari otak mereka menunjukkan aktivitas kurang. Peneliti juga mengamati

rendahnya tingkat aktivitas di daerah parietal dan corpus callosum.

Sehingga dapat saya simpulkan bahwa “mungkin” rendahnya aktivitas

pada daerah parietal yang berfungsi dalam kontrol pendengaran, bicara, dan

bahasa inilah yang menyebabkan gangguan-gangguan bicara pada kasus.

hanya bisa mengoceh dengan kata-kata yang tidak dimengerti oleh orang

tuanya dan orang lain

Jawab: Neuroanatomi bahasa dilakukan oleh dua daerah di otak yaitu area

broca dan area wernicke (Pembentukan bahasa, konstruksi / penyusunan

kalimat terjadi di area wernicke yang terdapat pada lobus temporal). Pada

penderita autism dalam hasil pemeriksaan MRI banyak didapatkan

abnormalitas atau kerusakan dari lobus temporalis sehingga bila kerusakan ini

mencakup area wernicke akan terjadi gangguan pembentukan bahasa pada

pasien autism. Maka dari itu, pertumbuhan abnormal pada kedua daerah

tersebut menyebabkan Bimo mengalami keterlambatan berbicara.

Suara yang di keluarkan hanyalah bahasa planet yang tidak bisa dimengerti

(gangguan komunikasi). Ada 2 kemungkinan penyebab pada gangguan

komunikasi berupa keterlambatan bahasa, yaitu gangguan pada pusat bahasa

14

Page 15: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

(area Broca dan Wernicke) atau tidak adanya stimulus pembelajaran bahasa

karena pada anak autism biasanya memiliki sikap antisosial.

dipanggil sering kali tidak bereaksi terhadap panggilan

Jawab:

Mungkin disebabkan oleh :

a. Pada anak autis terdapat abnormalitas pada area Wernicke di lobus

temporal,sehingga anak tidak dapat mengerti apa yang diucapkan oleh orang

lain dan tidak menoleh jika dipanggil

b. Respon terhadap suara merupakan bagian dari interaksi sosial yang

disebabkan oleh gangguan pada pada korteks prefrontalis medialis (respon

abnormal terhadap stimulus sensoris). Gangguan ini menyebabkan individu

memiliki perhatian yang kurang terhadap keadaan disekelilingnya sehingga

tidak menghiraukan orang lain yang sedang berbicara dengannya.

c. Sebuah teori mengemukakan bahwa kelainan ini muncul dari gangguan

mekanisme atensi atau dari berlebihnya jumlah striatal beta endorphin.

d. Berkurangnya sel Purkinye di otak kecil yang merangsang pertumbuhan

akson, glia (jaringan penunjang pada sistem saraf pusat), dan mielin sehingga

terjadi pertumbuhan otak secara abnormal atau sebaliknya, pertumbuhan akson

secara abnormal mematikan sel Purkinye. Penurunan sel purkinje di serebelum

mungkin menyebabkan kelainan atensi, kesadaran dan proses sensorik.

Kelainan atensi ini menyebabkan anak tidak menoleh ketika dipanggil

namanya.

selalu bergerak kesana kemari tanpa tujuan

Jawab:

Beberapa studi menunjukkan, adanya abnormalitas pada beberapa area di otak

penyandang autis: lobus frontalis dan ganglia basalis yang berperan dalam

representasi dalam action plans, motoric plans, dan working memory, sehingga

terjadi gangguan pengaturan motorik dan pada beberapa anak bermanifestasi

sebagai hiperaktivitas ataupun sebaliknya, tergantung dangan mekanisme

gangguan yang terjadi.

15

Page 16: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

tidak suka bermain dengan anak lain, senang membalik-balik buku gambar

atau kalender berwarna

Jawab:

Kelainan anatomis otak ditemukan khususnya di lobus parietalis,

serebelum serta pada sistem limbiknya. Sebanyak 43% penyandang autism

mempunyai kelainan di lobus parietalis otaknya, yang menyebabkan anak

tampak acuh terhadap lingkungannya. Kelainan juga ditemukan pada otak

kecil (serebelum), terutama pada lobus ke VI dan VII. Otak kecil bertanggung

jawab atas proses sensoris, daya ingat, berfikir, belajar berbahasa dan proses

atensi (perhatian). Jumlah sel Purkinye di otak kecil juga ditemukan sangat

sedikit, sehingga terjadi gangguan keseimbangan serotonin dan dopamin,

menyebabkan gangguan atau kekacauan lalu lintas impuls di otak.

Kelainan khas juga ditemukan di daerah sistem limbik yang disebut

hipokampus dan amigdala. Kelainan tersebut menyebabkan terjadinya

gangguan fungsi kontrol terhadap agresi dan emosi. Anak kurang dapat

mengendalikan emosinya, sering terlalu agresif atau sangat pasif. Amigdala

juga bertanggung jawab terhadap berbagai rangsang sensoris seperti

pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan, rasa dan rasa takut.

Hipokampus bertanggung jawab terhadap fungsi belajar dan daya ingat.

Gangguan hipokampus menyebabkan kesulitan penyimpanan informasi baru,

perilaku diulang-ulang yang aneh dan hiperaktif.

d. Bagaimana perkembangan normal anak usia 26 bulan?

Jawab:

a) Tahap-tahap Perkembangan Psikososial Erikson:

Early childhood (1 – 3 tahun)

Autonomy vs shame, doubt (otonomi vs perasaan malu, ragu-ragu)

Anak belajar apa yang diharapkan dari dirinya, kewajiban dan haknya serta

pembatasan pada dirinya.

Tahap untuk berkembangnya pengungkapan diri dan sifat penuh kasih sayang.

Anak harus didorong untuk mengalami situasi yang menuntut otonomi dalam

melakukan pilihan bebas.

Penanaman rasa malu secara berlebihan akan menyebabkan anak tidak

memiliki rasa malu atau mencoba melarikan diri dari hal tersebut dengan

16

Page 17: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

diam-diam, tidak suka berterus terang dan serba bertindak dengan diam-diam,

akhirnya menyebabkan perasaan malu dan ragu-ragu yang menetap.

b) Perkembangan Kognitif

Usia Kemampuan dan

proses berpikir

Komunikasi Gerakan

18-24 bulan - Menyusun 6 kotak - Menyusun kalimat

dengan 2 kata

- Naik turun tangga

c) Perkembangan Perilaku Normal

Umur Motor Behavior Adaptive

2 tahun Berlari.

Menyusun tumpukan dari 6

kubus.

Meniru coretan garis

lingkaran.

d) Sosial

Umur Status Interaksi Sosial Tindakan

1-2 tahun Penyempurnaan social aktif Anak mencari

mengharapkan ada teman

bermain, mencari teman

sebaya.

Memberikan mainan bila

diminta.

e) Perkembangan Bahasa

17

Page 18: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

2. Bimo anak pertama dari ibu usia 25 tahun. Lahir spontan pada kehamilan 40

minggu. Selama hamil ibu sehat dan periksa kehamilan 3x ke bidan. Segera

setelah lahir langsung menangis. Berat badan waktu lahir 3.500 gram. Bimo bisa

tengkurap pada usia 4 bulan dan berjalan pada usia 14 bulan.

a. Bagaimana keadaan normal pada bayi yang baru lahir?

Jawab:

1. Berat badan 2500 – 4000 gram

2. Panjang badan 48 – 52 cm

3. Lingkar dada 30 – 38 cm

4. Lingkar kepala 33 – 35 cm

5. Frekuensi jantung 120 – 160 kali/menit

6. Pernafasan ± – 60 40 kali/menit

7. Kulit kemerah – merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup

18

Page 19: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

8. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna

9. Kuku agak panjang dan lemas

10. Genitalia;

Perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora

Laki – laki testis sudah turun, skrotum sudah ada

11. Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik

12. Reflek morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik

13. Reflek graps atau menggenggan sudah baik

14. Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium

berwarna hitam kecoklatan

b. Berapa lama usia kehamilan normal?

Jawab:

Usia kehamilan normal 37-42 minggu

c. Bagaimana perkembangan motorik anak?

Jawab:

Masa Bayi Baru Lahir (Neonatal: 0–2 minggu)

Masa bayi baru lahir merupakan periode tersingkat (2 minggu) dari semua periode

perkembangan.

1. Perkembangan Fisik

Pada masa ini, biasanya terjadi penurunan berat badan akibat kesulitan bayi

baru lahir untuk menyesuaikan diri secara cepat dengan lingkungan baru (luar

rahim). Penyesuaian diri ini mencakup perubahan suhu, mengisap dan menelan,

bernapas, dan pembuangan kotoran.

19

Page 20: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

Seringkali terdapat rambut-rambut halus di kepala dan punggung, tetapi yang di

punggung biasanya akan segera menghilang.

Proporsi kepala dengan panjang tubuh kira-kira 1:4 (bandingkan dengan pada

orang dewasa kira-kira 1:7).

2. Perkembangan Motorik

Gerakan-gerakan bayi baru lahir bersifat acak dan tidak berhubungan dengan

kejadian-kejadian di lingkungan. Secara umu, gerakan tersebut dapat dibagi

menjadi 2 kategori, yaitu:

Gerakan menyeluruh.

Gerakan menyeluruh terjadi di seluruh tubuh bila salah satu bagian tubuh

distimulasi, walaupun gerakan yang paling menonjol terjadi pada bagian yang

diberi stimulasi. Biasanya gerakan menyeluruh semakin meningkat dan semakin

sering terjadi dari hari ke hari. Gerakan terbesar biasanya terjadi pada pagi hari

setelah tidur yang relatif lama, sedangkan paling sedikit di siang hari mungkin

lelah karena dimandikan dan dikenakan pakaian pada pagi harinya. Rasa lapar,

sakit, dan perasaan tidak enak juga akan menimbulkan banyak gerakan.

Gerakan khusus

Gerakan khusus meliputi bagian-bagian tubuh tertentu. Gerakan ini termasuk gerak

refleks, yang merupakan tanggapan terhadap rangsangan indria khusus dan yang

tidak berubah dengan pengulangan rangsang yang sama.

3. Perkembangan Bahasa

Bahasa pada masa ini lebih tepat dikatakan sebagai vokalisasi, yang dapat dibagi

menjadi dua kategori yaitu suara tangis dan suara eksplosif.

Menangis

Selama masa neonatal dan bulan-bulan pertama masa bayi, tangis merupakan

bentuk suara yang menonjol. Menangis pada waktu lahir merupakan gerak refleks

yang terjadi ketika udara masuk ke dalam tali suara yang meyebabkan tali suara

bergetar, yang berguna memompa paru-paru sehingga memungkinkan pernapasan

dan memberikan oksigen yang cukup untuk darah. Ostwald dan Peltzman

20

Page 21: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

menguraikan nilai sosial dari tangisan bayi, dengan mengatakan bahwa tangisan

bayi merupakan perilaku pertama yang mempunyai nilai sosial, yang menandakan

ketergantungan total pada satu makhluk – yaitu ibu hamil – pada kemungkinan

berkomunikasi dengan sekelompok manusia di dalam lingkungan.

Menangis dapat terjadi setiap saat, tetapi yang paling sering dan paling kuat terjadi

adalah dari pukul enam sore sampai tengah malam.

Suara eksplosif

Kadang-kadang bayi baru lahir mengeluarkan suara eksplosif seperti napas yang

berat. Suara itu merupakan ucapan tanpa arti atau tujuan dan terjadi secara

kebetulan kalau otot-otot suara mengerut. Biasanya bunyi-bunyi itu disebut

“dekutan”, “degukan”, atau “dengkuran”. Lambat laun bunyi-bunyi tersebut

diperkuat dan berkembang menjadi ocehan yang selanjutnya menjadi bicara.

4. Perkembangan Kesadaran dan Emosi

Kesadaran bayi baru lahir masih kabur, artinya bayi baru lahir tidak menyadari

sepenuhnya tentang apa yang terjadi di sekitarnya. Reaksi emosional pun belum

berkembang secara khusus. Reaksi emosional hanya berkaitan dengan keadaan

yang menyenangkan (ditandai oleh tubuh yang tenang) dan tidak menyenangkan

(ditandai oleh tubuh yang tegang).

Masa Bayi (Usia 2 Minggu–2 Tahun)

Masa bayi merupakan masa di mana perubahan dan pertumbuhan berjalan sangat

cepat, terutama yang terpesat adalah dalam tahun pertama.

1. Perkembangan Fisik

Selama enam bulan pertama, pertumbuhan terus terjadi dengan pesat, kemudian

mulai menurun, dan dalam tahun kedua tingkat pertumbuhan cepat menurun.

Selama tahun pertama, peningkatan berat tubuh lebih besar daripada

peningkatan tinggi, sedangkan pada tahun kedua terjadi sebaliknya.

21

Page 22: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

Proporsi tubuh: Pertumbuhan kepala berkurang sedangkan pertumbuhan badan

dan tungkai meningkat, sehingga bayi berangsur-angsur menjadi kurang berat di

atas, dan pada masa akhir bayi tampak lebih ramping dan tidak gempal.

Selama tahun kedua, ketika proporsi tubuh berubah, bayi mulai memperlihatkan

kecenderungan bangun tubuh yang khas, seperti ektomorfik, mesomorfik, atau

endomorfik.

2. Perkembangan Motorik

Gerak refleks tersenyum muncul pada minggu pertama, sedangkan senyum

sosial (reaksi terhadap senyum orang lain) mulai antara bulan ketiga dan keempat.

Dalam posisi tengkurap, bayi dapat menahan kepala secara tegak dalam usia 1

bulan, dalam posisi telentang pada usia 5 bulan, dan dalam posisi duduk pada usia

4 atau 6 bulan.

Pada usia 2 bulan, bayi dapat berguling dari samping ke belakang, pada 4 bulan

dari tengkurap ke samping, dan pada usia 6 bulan dapat berguling sepenuhnya.

Pada usia 4 bulan, bayi dapat ditarik ke posisi duduk, usia 5 bulan dapat duduk

dengan dibantu, tujuh bulan dapat duduk tanpa dibantu sebentar, dan duduk tanpa

bantuan selama sepuluh menit atau lebih pada usia 9 bulan.

Gerakan ibu jari menjauhi jari-jari lain dalam usaha menggenggam muncul pada

usia 3 atau 4 bulan, dan dalam usaha mengambil benda antara 8 – 10 bulan.

Pada akhir minggu kedua, bayi dapat memindahkan tubuh dengan cara

menendang. Pada usia 6 bulan, dapat bergerak dalam posisi duduk. Bayi bisa

merangkak pada usia sekitar 8 – 10 bulan, menarik diri sendiri ke posisi berdiri

pada usia 10 bulan, berdiri dengan bantuan pada 11 bulan, berdiri tanpa bantuan

pada usia 1 tahun, dan berjalan tanpa bantuan pada usia 13 atau 14 bulan.

3. Perkembangan Bahasa

Komunikasi dapat dilakukan dalam berbagai bentuk bahasa - tertulis, lisan, isyarat

tangan, ungkapan musik, dan sebagainya. Dalam komunikasi, orang harus mampu

mengerti apa yang disampaikan orang lain (fungsi reseptif) dan mampu

mengutarakan pikiran dan perasaannya kepada orang lain (fungsi ekspresif).

22

Page 23: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

Ada kesenjangan fungsi reseptif dan ekspresif. Kemampuan mengerti apa yang

disampaikan orang lain sudah mulai berkembang pada tahun pertama masa bayi,

sedangkan kemampuan mengutarakan pikiran/perasaan baru berkembang

kemudian.

Ekspresi muka pembicara, nada suara, dan isyarat-isyarat tangan membantu

bayi untuk mengerti apa yang dikatakan padanya. Pada usia 3 bulan, bayi sudah

mengerti ungkapan rasa marah, takut, dan senang.

Pada usia 6 bulan, sebagian besar bayi bisa mengucapkan “ma-ma, da-da, na-na,

ta-ta” (babling)

Pada usia 12 – 18 bulan, bayi sudah mengerti kata-kata, misalnya ibu-bapak,

makananmainan, bagian badan-binatang.

Pada usia 18 bulan, bayi memasuki tahapan dua kata, yaitu sudah mulai mampu

mengucapkan dua kata, tetapi masih terpotong, misalnya: mama pergi

mama ..gi. tahapan dua kata ini terdiri atas open class words (dalam contoh di atas

adalah kata mama), dan pivot words (dalam contoh tadi adalah kata ..gi). Open

class words biasanya merupakan kata-kata yang lebih dulu dikenal, sedangkan

pivot words diperoleh kemudian.

4. Perkembangan Sosial

Attachment (kelekatan, hubungan kasih sayang/mesra yang dibentuk seseorang

dengan orang lain) merupakan bentuk sosialisasi dini (early socialization).

Biasanya, pengalaman pertama sosialisasi bayi adalah dengan ibunya. Usia 2 bulan

(social period), bayi responsif terhadap manusia dan bukan manusia. Usia 7 bulan

terjadi generalisasi pada semua orang (indiscriminate attachment). Pada usia 7 –

12 bulan terbentuk specific attachment, dimana bayi mulai takut terhadap orang

asing dan attachment terarah kepada ibu (atau orang yang paling dekat

hubungannya).

Sekitar usia 6 bulan, mulai muncul senyum sosial, yaitu senyum yang ditujukan

pada seseorang (termasuk kepada bayi lain), bukan senyum refleks karena reaksi

tubuh terhadap rangsang.

Pada usia 9 – 13 bulan, bayi mencoba menyentuh pakaian, wajah, rambut bayi

lain, dan meniru perilaku dan suara mereka.

23

Page 24: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

Pada usia 16 – 18 bulan, bayi mulai menunjukkan negativisme, barupa keras

kepala tidak mau mengikuti perintah/permintaan orang dewasa.

Usia 18 – 24 bulan, bayi berminat bermain dengan bayi lain dan menggunakan

bahan-bahan permainan untuk membentuk hubungan sosial dengannya.

Usia 22 – 24 bulan, bayi mau bekerjasama dalam sejumlah kegiatan rutin,

seperti mandi, makan, berpakaian.

5. Perkembangan Emosi

Reaksi emosional bayi selalu disertai dengan aspek fisiologis.

Menangis, dilakukan dengan penuh semangat disertai ekspresi dari seluruh

tubuh.

Tertawa/tersenyum merupakan indikator dari rasa senang.

Pada masa bayi mulai muncul rasa takut terhadap sesuatu yang asing atau tidak

menyenangkan, misalnya takut terhadap orang yang baru bertemu, takut jatuh,

takut mendengar suara dentuman yang keras.

Kecemasan juga mulai muncul pada masa bayi ini, terutama kalau bayi harus

menghadapi situasi baru atau memenuhi tuntutan orangtua, misalnya cemas karena

penyapihan dan toilet training.

Pada usia 1-2 tahun, anak mulai menunjukkan kemarahan dan agresi.

6. Perkembangan Mental/Intelektual

Kemampuan intelektual/kognitif berkaitan dengan thinking, perceiving, dan

understanding. Untuk mengenal lingkungan, bayi menggunakan sistem

penginderaan dan gerakan motorik. Namun karena saraf-saraf otaknya belum

matang, maka pengenalan terhadap lingkungan tersebut (berpikir, mempersepsi,

memahami lingkungan) seringkali tidak logis dan tidak realistis.

3. Tidak ada riwayat kejang. Sepupu bimo, laki-laki usia 5 tahun juga menderita

seperti ini.

a. Apa makna klinis tidak adanya riwayat kejang dengan kasus?

24

Page 25: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

Jawab:

Diperkirakan sebanyak 1/3 dari individu dengan gangguan spektrum autisme

juga memiliki epilepsi. Epilepsi adalah gangguan otak yang ditandai dengan

kejang berulang, atau kejang.

Orrin Devinsky, direktur New York University Comprehensive Epilepsy

Center, menyatakan ada kemungkinan bahwa kejang parah dalam frekuensi

sering adalah sebenarnya 'cedera otak' yang mengarah ke autisme -. Analog

dengan gegar otak berulang menyebabkan masalah memori jangka pendek"

Anak-anak yang pertama kejang terjadi sebelum usia 2 memiliki dua kali risiko

terkena autisme dan epilepsi di kemudian hari.

Meskipun bukti menunjukkan hubungan sebab akibat, banyak penelitian lebih

lanjut diperlukan untuk memahami bagaimana dua gangguan yang terkait.

b. Apa hubungan faktor genetik dengan kasus?

Jawab:

Faktor genetik merupakan salah satu faktor resiko dari autisme pada kasus. Banyak

kasus autisme ditemukan dengan kelainan genetik yaitu sekitar 10-15%. Juga

ditemukan keterkaitan autisme ini sendiri dengan Fragile X syndrome yang akan

menjelaskan mengapa perbandingan pria lebih banyak terkena daripada

perempuan. Ditemukan juga banyak kasus autisme dengan abnormalitas kromosom

15.

4. Pemeriksaan fisik dan pengamatan: berat badan 15 kg, tinggi badan 89 cm,

lingkar kepala 50cm. Tidak ada gambaran dismorfik. Anak sadar, tetapi tidak

mau melihat adan tersenyum kepada pemeriksa. Tidak menoleh dipanggil

namanya. Anak selalu bergerak kesana kemari tanpa tujuan. Ketika diberi bola,

dia melempar ke lantai dan dilakukan berulang-ulang. Tidak ada gerakan-

gerakan aneh yang diulang-ulang. Tidak mau bermain dengan anak lain, tetapi

sangat tertarik dan senang membalik-balik kalender bergambar. Bila

memerlukan bantuan, dia menarik tangan ibunya untuk melakukan. Tidak bisa

bermain pura-pura. Tidak melihat benda yang ditunjuk. Tidak bisa menunjuk

25

Page 26: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

benda yang ditanyakan. Tidak ada kelainan neurologis. Tes pendengaran bisa

mendengar pada 25 dB.

a. Mengapa tes pendengaran normal, tetapi kalau dipanggil tidak menoleh?

Jawab:

Pasien yang tidak bereaksi dengan panggilan kemungkinan besar menderita tuli.

Oleh karena itu diperlukan pemeriksaan telinga. Pada kasus ini hasil tes

pendengaran normal sehingga tidak bereaksi terhadap panggilan bisa disimpulkan

sebagai gangguan tingkah laku.

Respon terhadap suara merupakan bagian dari interaksi sosial yang disebabkan

oleh gangguan pada pada korteks prefrontalis medialis. Gangguan ini

menyebabkan individu memiliki perhatian yang kurang terhadap keadaan

disekelilingnya sehingga tidak menghiraukan orang lain yang sedang berbicara

dengannya.

b. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal:

berat badan, tinggi badan, lingkar kepala

Jawab:

Berat badan berdasakan WHO

26

Page 27: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

Berat Badan Normal ( 1 – 6 tahun)

BB = (2 x usia) + 8 = (2 x 2 ) + 8 = 12 kg

(berat badan Bimo 15kg normal)

Tinggi Badan Normal ( 2 – 12 tahun)

TB = (6 x usia ) + 77 = ( 6 x 2 ) + 77 = 89 cm

(Tinggi badan Bimo 89 cm normal)

27

Page 28: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

Lingkar Kepala Bimo 50 cm normal

tidak mau melihat dan tersenyum kepada pemeriksa

Jawab:

Lobus parietal adalah lobus yang berperan dalam fungsi pemusatan

perhatian. Pada anak autis, lobus parietal terganggu sehingga anak terlihat

acuh tak acuh. Selain itu, diduga peningkatan neuron ini akan memicu

terjadinya apoptosis sel purkinje (sel saraf tempat keluar hasil pemrosesan

indera dan impuls saraf) di otak kecil pada autisme. Bertambahnya neuron

ini memicu terjadi degenerasi dari sel purkinje.

melakukan gerakan yang berulang-ulang

Jawab:

Karena kelainan pada hipokampus sehingga terjadi kesulitan penyimpanan

informasi baru dan perilaku diulang-ulang.

Melibatkan sistem limbik, dengan penurunan jumlah neuron, penurunan

fungsi dendrit, dan peningkatan densitas neuron di amigdala, hipokampus,

septum, anterior cingulated dan mammilary bodies. Regio ini saling

berhubungan dan merupakan bagian dari sistem limbik yang mendukung

fungsi dari masing-masing struktur anatomis, contohnya hipokampus yang

28

Page 29: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

yang menjadi pusat penyimpanan informasi (memori) dan fungsi bagian

limbik yang lain dalam proses sosial, kognitif, dan persepsi (pemahaman).

- Anak autis akan mengalami play skill impairment, yang normalnya

anak yang berkembang normal akan mendemonstrasikan kemampuan

bermainnya secara fungsional ataupun simbolik pada usia 2 tahun.

- Defisit dalam kemampuan bermain meliputi kegagalan dalam

mengembangkan pola simbolik-imaginatif permainan. Contohnya, andaikan

ia memperhatikan satu benda, misal mobil-mobilan, ia hanya akan

memperhatikan satu bagian saja dan tidak bisa memainkan mobilan itu

secara fungsional. Kemudian ia akan cenderung mengeksplorasi aspek

nonfungsional dari suatu benda (cth, bau atau rasa).Sedangkan kenapa

cenderung dijejerkan, karena pada anak autis memiliki ketertarikan khas

pada suatu hal yang sifatnya berulang.

menarik tangan ibunya ketika memerlukan bantuan

Jawab:

Gangguan sulcus temporalis superior mengakibatkan penderita sulit untuk

memahami suatu pembelajaran, khususnya komunikasi, baik verbal ataupun

non verbal.Gangguan komunikasi inilah yang membuat penderita

mengambil tangan pendamping bila memerlukan sesuatu.

tidak bisa bermain pura-pura

Jawab:

Karena kurangnya social play atau social imitation (qualitative impairment

of communication),serta adanya gangguan interaksi social dan perilaku.

Pada kasus ini, Gangguan ataupun kemungkinan kerusakannya ada pada

bagian amygdala dan hippocampus yang fungsi utamanya adalah untuk

pengaturan terhadap long term memory .Sehingga, Bimo tidak bisa bermain

pura-pura atau imajinatif.

tidak melihat benda yang ditunjuk

Jawab:

29

Page 30: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

Tidak dapat melihat benda yang ditunjuk merupakan bagian dari gangguan

interaksi sosial. Karena adanya gangguan pada system mirror. Sistem ini

berasal dari bagian korteks prefrontal (korteks premotorik), korteks motorik

primer, dan korteks sensori primer. Kemungkinan lain, karena Bimo tidak

memiliki atensi terhadap orang lain akibat terlalu asyik dengan dunia nya

sendiri,sehingga ia tidak merespon terhadap perintah yang ditujukan

kepadanya. Hal ini bisa berkaitan dengan teori penurunan atau pun atrofi sel

purkinje di cerebellum yang dapat menyebabkan kelainan atensi.

tidak bisa menunjuk benda yang ditanyakan

Jawab:

Karena kurangnya spontaneous sharing (qualitative impairment of social

interaction), serta adanya gangguan interaksi social dan perilaku yang

disebabkan karena adanya ganguan organic atau gangguan perkembangan

otak tepatnya di daerah sistem limbic (amygdala dan hippocampus). Pada

penderita ASD sel-sel saraf dalam amygdale mengalami hipoplasi

(mengecil) dimana amygdale yang berfungsi sebagai pusat emosi tidak

mampu untuk menyampaikan neurotransmitter dengan baik ke sel-sel saraf

berikutnya, impuls saraf terganggu, pusat emosi terganggu, tidak bisa

mengendalikan emosi, interaksi sosial terganggu (tidak bisa melihat benda

yang ditunjuk dan tidak bisa menunjuk benda yang diperintahkan).

Kemungkinan lain, karena Bimo tidak memiliki atensi terhadap orang lain

akibat terlalu asyik dengan dunianya sendiri,sehingga ia tidak merespon

terhadap perintah yang ditujukan kepadanya. Hal ini bisa berkaitan dengan

teori penurunan atau pun atrofi sel purkinje di cerebellum yang dapat

menyebabkan kelainan atensi.

c. Apa makna klinis tidak ada kelainan neurologis?

Jawab:

Untuk memastikan bahwa gangguan bicara tidak disebabkan oleh kelainan

neurologis yang terjadi.

30

Page 31: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

Pada anak autis terlihat seperti tidak mendengar ucapan orang lain, kurang atensi,

gangguan bicara. Hal ini bisa juga ditemukan pada sindrom PKU (phenilketonuria)

dan juga tunarungu (tuli) yang melibatkan kelainan neurologis pada penderita.

IV. Hipotesis

Bimo, anak laki-laki 26 bulan, mengalami gangguan perkembangan pervasif tipe

autisme

a. Bagaimana cara mendiagnosis pada kasus?

Jawab:

a. Anamnesis

- Total 6 hal (atau lebih) dari criteria gangguan interaksi sosial,

gangguan komunikasi, dan pola perilaku dengan sekurang-kurangnya

2 dari kriteria gangguan interaksi sosial, 1 dari criteria gangguan

komunikasi, dan 1 dari criteria gangguan pada pola perilaku.

1. Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial timbal balik:

a. gangguan yang nyata dalam berbagai tingkah laku non verbal seperti

kontak mata, ekspresi wajah, dan posisi tubuh;

b. kegagalan dalam mengembangkan hubungan dengan teman sebaya

sesuai dengan tingkat perkembangan;

c. kurangnya spontanitas dalam berbagi kesenangan, minat atau

prestasi dengan orang lain; dan

d. kurang mampu melakukan hubungan sosial atau emosional timbal

balik.

2. Gangguan kualitatif dalam komunikasi:

a. keterlambatan perkembangan bahasa atau tidak bicara sama sekali;

b. pada individu yang mampu berbicara, terdapat gangguan pada

kemampuan memulai atau mempertahankan percakapan dengan orang

lain;

c. penggunaan bahasa yang stereotip, repetitif atau sulit dimengerti;

dan

d. kurangnya kemampuan bermain pura-pura

31

Page 32: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

3. Pola-pola repetitif dan stereotip yang kaku pada tingkah laku, minat

dan aktivitas:

a. preokupasi pada satu pola minat atau lebih;

b. infleksibilitas pada rutinitas atau ritual yang spesifik dan non

fungsional;

c. gerakan motor yang stereotip dan repetitif; dan

d. preokupasi yang menetap pada bagian-bagian obyek.

Seorang anak dapat didiagnosis memiliki gangguan autistik bila

simtom-simtom di atas telah tampak sebelum anak mencapai usia 36

bulan.

- Riwayat selama kehamilan apakah pernah mengalami infeksi

TORCH (Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan Herpes

simplex virus)

- Apakah ada riwayat ibu merokok, minum alcohol atau

mengkonsumsi obat-obatan tertentu selama kehamilan

- Bagaimana pemeriksaan fisik postnatal, ada abnormal atau tidak.

- Apakah anak menderita infeksi setelah kelahiran seperti ensefalitis,

meningitis

- Riwayat keluarga adakah yang menderita gejala autistic juga

b. Pemeriksaan Fisik

- Sensorium, Berat badan, panjang badan, lingkar kepala dan bentuk

muka normal

- Tes Denver : gangguan bahasa dan perilaku

- Tidak ada kontak mata, flapping hand, stereotipik, echolalia, daya

imajinasi tidak ada, melakukan sesuatu berulang-ulang dan monoton,

tidak mau disentuh atau dipeluk, menarik tangan orang lain jika butuh

bantuan (tidak meminta dengan suara), mengeluarkan suara yang tidak

dimengerti orang lain.

c. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium:

- Tes logam berat pada rambut

32

Page 33: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

- Tes alergi

- Analisis asam amino

- Analisis sistem pencernaan

b. Apa diagnosis banding pada kasus ini?

Jawab:

Klinis AutismeSindrom

Asperger

Sindrom

Rett

Gangguan

disintegrasi

anak

PDD-NOS

Usia (bulan) 0–36Biasanya

>365–30 >24 Variasi

Jenis kelamin ♂>♀ ♂>♀ ♀ ♂>♀ ♂>♀

Hilang

kemampuanVariasi

Umumnya

tidakBerat Berat

Umumnya

tidak

Kemampuan

socialSangat buruk Buruk Variasi

Sangat

BurukVariasi

Ketertarikan

khusus

Variasi

(mekanikal)Berat (fakta) - - Variasi

Riwayat Kadang SeringUmumnya

tidakTidak

Tidak

diketahui

Bangkitan Awam Tidak awam Sering Awam Tidak awam

Deselerasi

pertumbuhan

kepala

Tidak Tidak Ya Tidak Tidak

Rentang IQRM berat-

normal

RM ringan-

normal

RM berat-

normalRM berat RM berat

Keluaran Buruk-biasa Biasa-baik Sangat buruk Sangat buruk Biasa-baik

Diadaptasi dari: Volkmar FR, Pauls D. Autism. The Lancet 2003;362:1133-42.

33

Page 34: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

c. Apa pemeriksaan penunjang yang diperlukan?

Jawab:

Pemeriksaan Penunjang

Bila terdapat gangguan pendengaran harus dilakukan beberapa pemeriksaan

Audiogram and Tympanogram

EEG untuk memeriksa gelombang otak yang menunjukkan gangguan kejang,

diindikasikan pada kelainan tumor dan gangguan otak

Skrening gangguan metabolik, (pemeriksaan darah dan urine untuk melihat

metabolisme makanan di dalam tubuh dan pengaruhnya pada tumbuh kembang

anak)

MRI (Magnetic Resonance Imaging) dan CAT Scans (Computer Assited Axial

Tomography): untuk mendiagnosis kelainan struktur otak

Pemeriksaan genetik (melalui pemeriksaan darah adalah untuk melihat kelainan

genetik, yang dapat menyebabkan gangguan perkembangan. Beberapa

penelitian menunjukkkan bahwa penyandang autism telah dapat ditemukan pola

DNA dalam tubuhnya)

d. Apa diagnosis kerja pada kasus?

Jawab:

Pervasive developmental disorder (gangguan perkembangan pervasif) tipe autism F84.0

e. Apa definisi diagnosis kerja pada kasus?

Jawab:

Istilah autisme berasal dari kata “autos” yang berarti diri sendiri dan “isme”

yang berarti suatu aliran, sehingga dapat diartikan sebagai suatu paham tertati

pada dunianya sendiri (Suryana, 2004). Autisme pertama kali ditemukan oleh

Leo Kanner pada tahun 1943. Kanner mendeskripsikan gangguan ini sebagai

ketidakmampuan untuk berinteraksi dengan orang lain, gangguan berbahasa

yang ditunjukkan dengan penguasaan bahasa yang tertunda, echolalia, mutism,

pembalikan kalimat, adanya aktivitas bermain repetitif dan stereotip, rute

34

Page 35: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

ingatan yang kuat dan keinginan obsesif untuk mempertahankan keteraturan di

dalam lingkungannya (Dawson & Castelloe dalam Widihastuti, 2007).

f. Bagaimana epidemiologi pada kasus?

Jawab:

Gangguan autisme dapat terjadi dengan angka 2-5 kasus/100.000 anak (0,02-

0,05%) di bawah usia 12 tahun. Jika retardasi mental berat dengan ciri autistik

dimasukkan, angka dapat meningkat sampai setinggi 20/10.000. Pada sebagian

kasus autisme mulai sebelum 36 bulan tetapi mungkin tidak terlihat oleh

orangtua, tergantung pada kesadaran mereka dan keparahan gangguan. Jumlah

anak yang terkena autisme semakin meningkat pesat di berbagai belahan dunia.

Di Kanada dan Jepang pertambahan ini mencapai 40 persen sejak 1980. Di

California sendiri pada tahun 2002 disimpulkan terdapat 9 kasus autisme per-

harinya. Di Amerika Serikat disebutkan autisme terjadi pada 15.000 – 60.000

anak dibawah 15 tahun. Di Inggris pada awal tahun 2002 bahkan dilaporkan

angka kejadian autisme meningkat sangat pesat, dicurigai 1 diantara 10 anak

menderita autisme. Di Indonesia yang berpenduduk 200 juta, hingga saat ini

belum diketahui berapa persisnya jumlah penderita namun diperkirakan jumlah

anak autisme dapat mencapai 150-200 ribu orang.Gangguan autisme ditemukan

lebih sering pada anak laki-laki dibandingkan pada anak perempuan. Tiga

sampai lima kali lebih banyak anak laki-laki yang memiliki gangguan autistik

dibandingkan anak perempuan. Tetapi anak perempuan yang memiliki

gangguan autistik cenderung terkena lebih serius dan lebih mungkin memiliki

riwayat keluarga gangguan kognitif dibandingkan anak laki-laki.

g. Bagaimana etiologi pada kasus?

Jawab:

Belum terdeteksi pasti faktor yang menjadi penyebab tunggal timbulnya

gangguan autisme. Namun demikian ada beberapa faktor yang di mungkinkan

dapat menjadi penyebab timbulnya autisme, diantaranya:

a. Faktor Psikososial dan keluarga

35

Page 36: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

Anak dengan autisme dapat sangat sensitif terhadap perubahan kecil di dala

keluarga serta lingkungan disekitarnya, termasuk perselisihan keluarga,

kelahiran saudara kandung, atau pindahnya keluarga.

b. Faktor Biologis

Tingginya retardasi mental pada anak dengan gangguan autistik dan angka

gangguan bangkitan yang lebih tinggi dari yang diharapkan menunjukkan

adanya dasar biologis untuk gangguan autistik. Kira-kira 75% anak dengan

gangguan autistik memiliki retardasi mental

Gangguan autistik juga dikaitkan dengan keadaan neurologis, khususnya

rubela kongenita, fenilketonuria(PKU), sklerosis tuberosa, dan gangguan

Rett.

c. Faktor Genetik

Pada beberapa survei, antara 2 dan 4 persen saudara kandung anank autistik

juga megalami gangguan autistik. Angka konkordans gangguan autistik

pada kembar adalah 40 bingga 90 persen pada kembar monozigot dan 0

hingga 25 persen pada kembar dizigot

Sindro X rapuh, yaitu suatu gangguan genetik berupa patahnya bagian

kromosom X, tampak terkait dengan gangguan autistik. Kira-kira 1 persen

anak dengan gangguan autistik juga memiliki sindrom X rapuh.

Baru-baru ini, peneliti menapis lebih dari 150 pasang DNA milik sauadara

kandung anak dengan autisme. Mereka menemukan bukti yang sangat kuat

bahwa dua regio pada kromosom 2 dan 7 mengandung gen yang terlibat di

dalam autisme. Lokasi yang lain juga ditemukan pada kromosom 16 dan 17,

mekipun kekuatan hubungan ini lebih lemah.

d. Faktor Imunologis

Ketidakcocokan imunologis (yi. antibodi maternal yang ditujukan pada

janin) dapat turut berperan di dalam gangguan autistik. Limfosit beberapa

anak autistik bereaksi dengan antibodi maternal.

e. Faktor Perinatal

36

Page 37: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

Perdarahan ibu setelah trimester pertama dan mekonium di dalam cairam

amnion dilaporkan lebih sering di dalam riwayat anak dengan gangguan

autistik dibandingkan populasi umum. Pada periode neonatus, anak autistik

memiliki insiden sindrom gawat napas serta anemia neonatus yang tinggi.

f. Faktor Neuroanatomis

Studi MRI yang membandingkan orang autistik dengan kontrol normal

menunjukkan bahwa volume total otak menigkat pada orang dengan

autisme, meskipun anak autistik dengan retardasi mental yang berat

umumnya memiliki kepala yang lebih kecil. Peningkatan persentase rerata

ukuran terbesar terdapat pada lobus oksipitalis, lobus parietalis, dan lobus

temporalis. Peningkatan volume dapat terjadi akibat tiga kemungkinan

mekanisme yang berbeda: meningkatnya neurogenesis, menurunnya

kematian neuron, dan meningkatnya produksi jaringan otak nonneuronal

seperti sel glia atau pembuluh darah. Pembesaran otak dijadikan sebagai

kemungkinan penanda biologis untuk gangguan autistik.

g. Faktor Biokimia

Pada beberapa anak autistik, meningkatnya asam homovanilat (metabolit

dopamin utama) di dalam cairan serebrospinal menyebabkan meningkatnya

stereotipe dan penarikan diri. Beberapa bukti menunjukkan bahwa

keparahan gejala berkurang ketika terjadi peningkatan rasio asam 5-

hidroksindolasetat CSF (5-HIAA, metabolit serotonin) terhadap asam

homovanilat CSF. CSF 5-HIAA meningkat pada spertiga pasien gangguan

autistik, temuan nonspesifik juga terdapat pada orang dengan retardasi

mental.

h. Bagaimana faktor risiko pada kasus?

Jawab:

- Faktor genetik

- Infeksi virus

- Perdarahan antenatal

- Hiperemisis gravidarum

37

Page 38: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

- Berat badan lahir rendah

- Trauma lahir

- Asfiksia

i. Bagaimana patofisiologi dan patogenesis pada kasus?

Jawab:

Sel saraf otak (neuron) terdiri atas badan sel dan serabut untuk mengalirkan

impuls listrik (akson) serta serabut untuk menerima impuls listrik (dendrit).Sel

saraf terdapat di lapisan luar otak yang berwarna kelabu (korteks).Akson

dibungkus selaput bernama mielin, terletak di bagian otak berwarna putih. Sel

saraf berhubungan satu sama lain lewat sinaps.

Sel saraf terbentuk saat usia kandungan tiga sampai tujuh bulan. Pada trimester

ketiga, pembentukan sel saraf berhenti dan dimulai pembentukan akson, dendrit,

dan sinaps yang berlanjut sampai anak berusia sekitar dua tahun.Setelah anak

lahir, terjadi proses pengaturan pertumbuhan otak berupa bertambah dan

berkurangnya struktur akson, dendrit, dan sinaps. Proses ini dipengaruhi secara

genetik melalui sejumlah zat kimia yang dikenal sebagai brain growth factors

dan proses belajar anak.

Makin banyak sinaps terbentuk, anak makin cerdas. Pembentukan akson,

dendrit, dan sinaps sangat tergantung pada stimulasi dari lingkungan.Bagian

otak yang digunakan dalam belajar menunjukkan pertambahan akson, dendrit,

dan sinaps.Sedangkan bagian otak yang tak digunakan menunjukkan kematian

sel, berkurangnya akson, dendrit, dan sinaps.kelainan genetis, keracunan logam

berat, dan nutrisi yang tidak adekuat dapat menyebabkan terjadinya gangguan

pada proses – proses tersebut. Sehingga akan menyebabkan abnormalitas

pertumbuhan sel saraf.

Pada pemeriksaan darah bayi-bayi yang baru lahir, diketahui pertumbuhan

abnormal pada penderita autis dipicu oleh berlebihnya neurotropin dan

neuropeptida otak (brain-derived neurotrophic factor, neurotrophin-4,

vasoactive intestinal peptide, calcitonin-related gene peptide) yang merupakan

zat kimia otak yang bertanggung jawab untuk mengatur penambahan sel saraf,

migrasi, diferensiasi, pertumbuhan, dan perkembangan jalinan sel saraf. Brain

growth factors ini penting bagi pertumbuhan otak.

38

Page 39: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

Peningkatan neurokimia otak secara abnormal menyebabkan pertumbuhan

abnormal pada daerah tertentu.Pada gangguan autistik terjadi kondisi growth

without guidance, di mana bagian-bagian otak tumbuh dan mati secara tak

beraturan.

Pertumbuhan abnormal bagian otak tertentu menekan pertumbuhan sel saraf

lain. Hampir semua peneliti melaporkan berkurangnya sel Purkinye (sel saraf

tempat keluar hasil pemrosesan indera dan impuls saraf) di otak kecil pada

autisme.Berkurangnya sel Purkinye diduga merangsang pertumbuhan akson,

glia (jaringan penunjang pada sistem saraf pusat), dan mielin sehingga terjadi

pertumbuhan otak secara abnormal atau sebaliknya, pertumbuhan akson secara

abnormal mematikan sel Purkinye. Yang jelas, peningkatan brain derived

neurotrophic factor dan neurotrophin-4 menyebabkan kematian sel Purkinye.

Gangguan pada sel Purkinye dapat terjadi secara primer atau sekunder.Bila

autisme disebabkan faktor genetik, gangguan sel Purkinye merupakan gangguan

primer yang terjadi sejak awal masa kehamilan.Degenerasi sekunder terjadi bila

sel Purkinye sudah berkembang, kemudian terjadi gangguan yang menyebabkan

kerusakan sel Purkinye.Kerusakan terjadi jika dalam masa kehamilan ibu

minum alkohol berlebihan atau obat seperti thalidomide.

Selain itu ditemukan juga adanya disfungsi dari Mirror Neuron System (MNS)

pada anak autis sehingga mencegah pasien untuk memiliki proses belajar lewat

melihat sehingga bermanifestasi menjadi abnormalitas motor, kurang atau tidak

adanya empati, dll.

Daerah yang mengalami kerusakan:

Para ilmuwan dalam riset terbaru menemukan, anak-anak autis pada umumnya

memiliki otak yang lebih berat dan sel-sel otak yang berlebihan. Para ilmuwan

mengatakan siklus tersebut membuat otak mengatur dirinya dan sel-sel otak

saling tersambung satu sama lain. Namun jika terjadi pertumbuhan berlebihan,

koneksi antar sel otak ini akan terganggu. Studi sebelumnya menunjukkan, anak

autis memiliki ukuran kepala lebih besar dan otak.Selain itu bagian otak yang

penting untuk memroses emosi, komunikasi dan sosial berkembang berlebihan.

39

Page 40: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

Amigdala

Amigdala terletak di sebelah anterior dari kornu inferius ventrikuli latealis dan

disebelah dalam dari unkus di dalam lobus temporalis.Beberapa data klinik

menunjukkan bahwa amigdala mempunyai hubungan dengan mekanisme-

mekanisme batang otak yang mengendalikan atau mengontrol agresifitas dan

emosional. Pada autism pertumbuhan sel neuron di amigdala sangat padat dan

kecil-kecil daipada sel neuron normal, sehingga fungsinya menjadi kurang baik.

Sehingga para penyandang autism pada umumnya kurang dapat mengendalikan

emosinya, sering marah bila tidak mendapatkan keinginannya, kadang-kadang

mendadak tertawa, menangis atau marah tanpa sebab yang jelas. Sering terdapat

agresivitas yang ditujukan pada orang lain maupun diri sendiri. Mereka juga

sering menunjukkan rasa takut yang tidak lazim atau menyenangi sesuatu yang

berlebihan.

Hipokampus

Terletak didalam dinding medial kornu inferius ventrikuli lateralis lobus

temporalis.Walaupun hipokampus merupakan struktur saraf yang berkembang

sempurna dan besar tapi relative hanya sedikit yang diketahui tentang

fungsinya. Lesi atau rengsangan pada hipokampus hewan percobaan

menimbulkan gejala perubahan tingkah laku yang aneh dan diulang-ulang. Data

menunjukkan bahwa hipokampus berkaitan dengan daya ingat dan belajar,

sehingga gangguan di hipokampus menyebabkan timbulnya kesulitan dalam

menyerap dan menyimpan informasi baru. Penelitian telah dilakukan terhadap

volumetri global dan regional, relaxometry, anisotropi, dan diffusometry bagian

Greymatter (otak abu-abu) dan putih pada 10 anak autisme berfungsi sebagai

kontrol kecerdasan nonverbal. Ternyata hasilnya menunjukkan volume

hipokampus normalisasi meningkat dengan usia pada individu autisme dengan

struktur limbik yang lebih besar. Demikian pula volume Hippocampus lebih

besar pada anak-anak autisme.Volume Hippocampus berkorelasi terbalik

dengan kecerdasan nonverbal seluruh individu kontrol.Pola kelainan

hippocampal menunjukkan adanya gangguan pada perkembangan otak pada

anak-anak autisme intelek independen.

Serebelum

Terletak di fosa kranialis posterior, bertanggung jawab untuk

gerakan.Pemeriksaan MRI menemukan bahwa pada anak autism didapatkan

40

Page 41: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

lobules VI-VII lebih besar (hyperplasia) daripada normal.Dari hasil otopsi

didapatkan pula pada 25-30% anak autism jumlah sel purkinye berkurang, yaitu

sel yang mempunyai kandungan serotonin yang tinggi.Akibatnya keseimbangan

antara neurotransmitter serotonin dan dopamine terganggu, menyebabkan

kacaunya lalu-lalang impuls otak

Lobus Frontalis

Lobus frontalis meluas dari ujung frontal yang berakhir pada sulkus sentralis

dan disisi samping fisura lateralis. Lobus frontalis berfungsi sebagai fungsi

perencanaan suatu tindakan, pada anak autism terdapat kelainan dalam lobus

frontalisnya sehingga anak tidak bisa merencanakan suatu tindakan

a. Pertumbuhan yang berlebihan dan disfungsi pada korteks prefrontal

serta area-area otak lainnya. Korteks prefrontal merupakan bagian lapisan

terluar kortikal otak, yang terdiri dari satu-sepertiga dari semua materi abu-abu

kortikal. Lapisan ini merupakan bagian otak yang terlibat dalam sosial, bahasa,

komunikasi, fungsi afektif dan kognitif, merupakan fungsi yang paling

mendapat gangguan pada autisme. Penelitian pencitraan otak pada anak-anak

penderita autisme telah menunjukkan pertumbuhan yang berlebihan dan

disfungsi pada korteks prefrontal serta area-area otak lainnya. Sebuah studi dari

para peneliti di University of California, Autism Center of Excellence San

Diego, menunjukkan bahwa pertumbuhan otak pada anak penderita autis

melibatkan jumlah neuron yang berlebihan di area otak yang berhubungan

dengan sosial, komunikasi dan perkembangan kognitif. studi ini menemukan

bahwa anak-anak penderita autisme memiliki kelebihan neuron hingga 67

persen pada korteks prefrontalnya. Otak anak-anak autis juga lebih berat

dibandingkan anak-anak yang bertumbuh secara normal pada usia yang sama.

Karena neuron kortikal baru tidak dihasilkan setelah kelahiran, maka

peningkatan jumlah neuron pada anak autisme telah terjadi pada proses

kehamilan. Proliferasi (perkembangan) neuron tersebut bersifat eksponensial

antara kehamilan 10 minggu dan 20 minggu, dan biasanya menghasilkan

peluapan neuron pada poin dalam perkembangan janin ini. Namun, selama

trimester ketiga kehamilan dan kehidupan awal bayi, sekitar setengah dari

neuron biasanya dikeluarkan dalam proses yang disebut apoptosis (kematian

sel). Kegagalan dari proses perkembangan awal yang penting ini akan

menciptakan kelebihan patologis neuron kortikal yang besar.

41

Page 42: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

b. Neuron pada prefrontal cortex lebih banyak.Temuan studi ini didasarkan

pada analisis post-mortem dari tujuh anak laki-laki autis yang berusia antara 2-

16 tahun yang semuanya menderita kematian karena kecelakaan. Para peneliti

memeriksa otak dari para anak laki-laki pengidap autis tersebut dan

membandingkannya dengan kelompok kontrol setengah lusin anak-anak yang

meninggal karena kecelakaan. Hasil temuan mereka mengungkap bahwa otak

dari anak laki-laki yang kena autis lebih berat 18 persen, berisi 67 persen neuron

pada prefrontal cortex dibanding otak normal berdasarkan umur. Prefrontal

cortex merupakan area di otak yang bertanggung jawab terhadap perilaku

tertentu, termasuk kemampuan sosial, perhatian, suasana hati. Banyaknya sel-sel

otak di bagian yang bertanggung jawab untuk komunikasi dan perkembangan

emosi diduga menjadi penyebab autisme. Karena cortical neurons tidak

dihasilkan pada kehidupan setelah melahirkan, peningkatan patologis pada

jumlah neuron dalam anak-anak autis mengindikasikan penyebab dalam masa

prenatal.

Lobus temporalis

Lobus temporalis terletak di bawah fisura lateralis serebri (sylvii) dan berjalan

ke belakang sampai fisura parieto-oksipitalis. Lobus parietalis berfungsi sebagai

pusat pendengaran, bicara dan daya ingat, demikian pula pada lobus temporalis

anak autis terdapat kelainan sehingga anak telambat bicara

Serotonin

Sampai sekarang belum ada petanda biologis spesifik untuk membantu mencari

penyebab gangguan autistik.Pada anak dengan gangguan autistik ditemukan

adanya abnormalitas serotonin baik.dalam darah tepi maupun otak.Pada darah

tepi ditemukan adanya platelethyperserotonemia, sedangkan pada otak

ditemukan gangguan sintesis serotonin otak baik secara keseluruhan maupun

fokal. Ganguan tersebut dapat berupa rendahnya sintesis serotonin, atau

serotonin berlebihan yang akhirnya akan mengurangi jumlah terminal

serotonergik melalui mekanisme negative-feedback.Belum diketahui dengan

pasti apakah platelethyperserotonemia pascanatal sampai anak berumur 2 tahun

menyebabkan penurunan serotonin otak, atau gangguan serotonin otak terjadi

sangat dini sebelum terlihatnya platelethiperserotonemia.

42

Page 43: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

Pertumbuhan otak yang terlalu cepat dan abnormal terjadi pada sel saraf

integratif di korteks frontalis (otak bagian depan).Selain itu, pertumbuhan

abnormal juga disebabkan oleh pematangan mielin terlalu cepat di daerah

frontalis dan temporalis (daerah pelipis).Kedua keadaan ini, dikombinasi dengan

perkembangan sinaps (sambungan antar sel saraf) yang tidak sempurna akan

menghasilkan otak yang lebih mementingkan strategi pemrosesan informasi

lokal, bukan informasi sebagai suatu kesatuan. Tidak heran bahwa anak dengan

gangguan autistik sangat memperhatikan detail, bukan secara menyeluruh.

Penelitian terhadap gangguan spektrum autisme (ASD) mengungkapkan adanya

disfungsi dalam sistem saraf mediasi pengolahan objek dan kognisi

sosial.Respon kortikal dalam biasanya berkembang remaja dan orang-orang

dengan ASD terhadap rangsangan dari domain konseptual yang berbeda yang

dikenal untuk mendapatkan kategori yang berhubungan dengan aktivitas dalam

sistem saraf yang terpisah. Didapatkan defisit selektif dalam rangsangan sosial

yang dinamis (video dan titik-light display orang, bergerak bentuk geometris),

tetapi tidak gambar statis, di wilayah lateral yang fungsional lokal dari gyrus

fusiform kanan, termasuk daerah fusiform wajah. Sebaliknya, tidak ada

perbedaan kelompok yang ditemukan dalam menanggapi baik gambar statis

atau rangsangan dinamis di daerah otak lain yang terkait dengan wajah dan

proses sosial (misalnya posterior sulkus temporal superior, amigdala),

menunjukkan konektivitas teratur antara daerah dan gyrus fusiform di ASD.

Kemungkinan ini diperkuat oleh analisis konektivitas fungsional.

43

Page 44: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

j. Bagaimana gejala klinis pada kasus?

Jawab:

Gangguan kualitatif interaksi sosial. Anak autistic tidak dapat

menunjukkan tanda samar keterkaitan sosial kepada orang tua dan orang lain.

Anak autism sering menghindar tatap mata. Anak austistik sering tidak

membedakan orang-orang yang penting dalam hidupnya seperti orang tua,

saudara, kandung, dan guru. Mereka sering mengalami ansietas berat saat

rutinitasnya terganggu. Secara kognitif, anak-anak autistic lebih terampil dengan

tugas visual spasial, namun buruk dengan tugas yang membutuhkan

kemampuan verbal. Satu ciri khas lain anak autis adalah mereka tidak mampu

mengubungkan motivasi atau tujuan orang lain sehingga tidak mampu

memberikan empati. Pada gangguan autistic juga ditemukan bahwa sang

penderita sulit untuk mengerti apa yang orang lain rasakan atau pikirkan, yang

dikenal dengan kurangnya theory of mind. Anak autistic juga cenderung hanya

44

Page 45: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

bisa melihat detail-detail suatu permasalahan, namun tidak bisa melihat satu

garis besarnya, yang dikenal sebagai tidak adanya central coherence.

Gangguan komunikasi dan bahasa. Pada anak autism biasanya terdapat

gangguan bahasa reseptif, eksprestif, juga terdapat keterlambatan bicara, dan

mengeluarkan bahasa planet.

Perilaku Stereotipik. Tidak terjadi permainan eksplorasi spontan yang

diharapkan. Mainan dan objek sering dimainkan dengan cara yang aneh dan

ritualistic. Anak autistic tidak menunjukkan permainan berpura-pura. Aktivitas

sering kaku, berulang, dan monotol. Manerisme, stereotipik, dan wajah

menyeringai paling sering jika seorang ditinggalkan sendiri. Anak autis

biasanya menolak perubahan.

Adanya gangguan pada Joint Attention. Joint attention adalah

kemampuan untuk menggunakan kontak mata atau tangan untuk menunjuk

suatu benda, dengan tujuan berbagi pengalaman dan kesenangan terhadap orang

lain. Pada anak autism, terjadi gangguan terhadap proses ini. Terdapat 2

kemampuan joint attention yang terganggu yaitu Protoimperative Pointing

(menunjuk sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan) dan

Protodeclarative pointing (menunjuk sesuatu agar orang lain juga melihat dan

memperhatikan objek yang sama).

Gejala Perilaku terkait. Hiperkinesis adalah masalah perilaku yang lazim

pada anak autistic yang masih kecil. Hipokinesis lebih jarang dan bergantian

dengan hiperaktivitas. Agresi dan ledakan kemarahan sering diamati, sering

disebabkan oleh perubahan atau tuntutan. Perilaku mencederai diri sering

ditemukan. Rentang perhatian pendek, kemampuan fokus yang buruk, insomnia

dan lain-lain dapat ditemukan. Pemeriksaan lingkar kepala perlu dilakukan

mengingat seperempat dari seluruh penderita autism memiliki gambaran

makrosefali. Jika disertai dengan kelainan bentuk dismorfik dan gejala

neurologis lainnya, maka diperlukan pemeriksaan neuroimaging. Pemeriksaan

kulit menggunakan lampu wood juga dapat mengidentifikasi lesi

hipopigmentasi yang mengarah ke tuberous sclerosis.

k. Bagaimana penatalaksanaan dan manajemen pada kasus?

45

Page 46: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

Jawab:

Belum ada obat yang bisa mengobati ASD. Terapi dan intervensi behavioral

didesain untuk mengatasi gejala spesifik dan dapat memperbaiki gejala tersebut.

Rencana pengobatan yang ideal harus menentukan terapi dan intervensi yang

sesuai dengan kebutuhan spesifik pada anak dengan ASD. Semakin dini

dilakukan intervensi semakin baik hasilnya.

Intervensi edukasi atau behavioral: intervensi dini telah terbukti sukses

dilakukan pada banyak anak dengan ASD. Pada intervensi ini, terapis

menggunakan sesi latihan yang berorientasi pada skill yang terstruktur dan

intensif untuk membantu anak mengembangkan skill sosial dan bahasa, seperti

analisis behavior terapan, yang mendukung sikap positif dan discourage sikap

negatif. Sebagai tambahan, konseling keluarga untuk orang tua dan saudara bisa

membantuu keluarga mengatasi tantangan dalam mengurus anak dengan ASD.

Obat-obatan: meskipun obat-obatan tidak bisa menyembuhkan ASD atau

mengatasi gejala utama, ada beberapa obat bisa membantu mengatasi gejala

yang berhubungan dengan ASD seperti anxiety, depresi, dan OCD. Obat

antipsikotik digunakan untuk mengatasi masalah behavioral berat. Kejang dapat

ditangani dengan satu atau lebih obat antikonvulsan. Obat-obatan yang

digunakan untuk menangani orang dengan attention deficit disorder dapat

digunakan secara efektif untuk membantu menurunkan impulsivitas dan

hiperaktivitas pada anak dengan ASD.

46

Page 47: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

l. Bagaimana pencegahan pada kasus?

Jawab:

- Penggunaan asam folat saat kehamilan

- Tidak menggunakan rokok, alkohol, dan obat-obatan

- Memberi ASI pada bayi secara ekslusif

- Membatasi penggunaan kasein dan glutein

- Tidak menggunakan vaksin yang mengandung merkuri

m. Bagaimana komplikasi pada kasus?

Jawab:

Ada beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada penderita autisme. Komplikasi

tersebut terutama berimbas pada gangguan tumbuh kembang dari penderita

autisme. Beberapa komplikasi tersebut adalah :

a. Gangguan Nutrisi (Gizi)

Nutrisi yang kurang atau yang lebih dikenal dengan malnutrisi adalah salah satu

komplikasi yang dapat terjadi pada penderita autism. Hal ini disebabkan karena

penderita autis tidak dapat makan makanan tertentu yang mengandung gluten

seperti : biscuit, mie, roti dan segala bentuk kemasan lain dari terigu. Penderita

autis juga tidak dapat memakan makanan atau minuman dengan kandungan

47

Page 48: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

casein seperti : susu sapi, keju, mozzarella, butter ataupun permen. Anak autis

juga cenderung malas makan sehingga asupan makanan yang masuk tidak

adekuat. Untuk itu diperlukan diet yang tepat bagi penderita autis.

b. Gangguan Metabolisme system pembuangan racun dan logam berat

c. Gangguan metabolisme khususnya terjadi pada metabolism melationin,

dimana metabolism tersebut berfungsi sebagai detoksifikasi logam berat yang

masuk kedalam tubuh. Adanya kegagalan pada metabolism melationin

mengakibatkan system pembuangan racun dan logam berat di dalam tubuh

menjadi terganggu.

d. Gangguan penyerapan dan pencernaan makanan

Gangguan ini dapat terjadi sebagai akibat lanjutan dari ketidakmatangan

(imaturitas) usus selama dalam masa kehamilan. Hal ini berkaitan dengan

nutrisi yang dikonsumsi oleh ibu hamil tersebut. Imaturitas usus tersebut

berlanjut hingga mengakibatkan gangguan pada proses mekanik pada proses

peristaltic dan penyerapan di mukosa usus.

e. Gangguan system kekebalan tubuh

Gangguan ini terjadi akibat lanjutan dari system imun tubuh yang menurun

akibat tidak adekuatnya nutrisi pada masa kehamilan dan adanya gangguan pada

system syaraf di otak.

f. Kerusakan Komunikasi Verbal Persisten

Kerusakan komunikasi verbal menetap dapat terjadi apabila gejala klinis dari

gangguan bicara baik verbal maupun non-verbal tidak dapat ditanggulangi

dengan baik. Penderita akan mengalami kesulitan untuk berinteraksi dan

berbicara dengan orang lain akibat dari keterlambatan bicara atau tidak bicara

sama sekali yang ia alami sejak usia dini dalam waktu lama.

g. Gangguan sosial

Isolasi sosial merupakan salah satu komplikasi yang terjadi akibat dari gejala

klinis pada gangguan interaksi sosial yang tidak ditindak lanjuti. Penderita akan

48

Page 49: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

Bimo, laki-laki 26 bulan

Predisposisi genetik

mengalami keterbatasan dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya dan

aktualisasi diri.

n. Bagaimana prognosis pada kasus?

Jawab:

Intervensi dini yang tepat dan perogram pendidikan terspesialisasi serta

pelayanan pendukung mempengaruhi hasil pada penderita autisme. Autisme

tidak fatal dan tidak mempengaruhi harapan hidup normal. Penderita autis yang

dideteksi dini serta langsung mendapat perawatan dapat hidup mandiri

tergantung dari jenis gangguan autistik apa yang diderita dan berapa umurnya

saat terdeteksi dan ditangani sebagai penderita autis.

o. Bagaimana SKDI pada kasus?

Jawab:

Tingkat Kemampuan 2: mendiagnosis dan merujuk

Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakittersebut dan 

menentukan rujukan yang paling tepat bagi penangananpasien selanjutnya. Lulusan dokter j

uga mampu menindaklanjuti sesudahkembali dari rujukan

V. Kerangka Konsep

49

Page 50: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

BAB III

SINTESIS

50

Page 51: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

1. Anatomi, fisiologi otak dan neurotransmiter

Anatomi dan fisiologi otak

Pada kasus anak dengan ASD, anak biasanya mengalami gangguan komunikasi verbal dan

non verbal, gangguan interaksi, gangguan perilaku dan bermain, gangguan emosi, serta

gangguan persepsi sensoris. Dengan menggunakan elektrofisiologi, neurofisiologi tes, dan

posmortemautopsi, serta brain imaging menunjukkan terdapat abnormalitas di area otak

penderita autism pada bagian korteks cerebri (khususnya lobus frontal, lobus temporal) ,

sistem limbik, dan cerebellum.

Berikut akan dibahas anatomi dari sistem saraf pusat yang kemungkinan berperan

dalam gangguan-gangguan yang menjadi gejala-gejala dari ASD:

1. Korteks Serebri

Korteks serebri dibagi menjadi 4 lobus yaitu lobus frontal, lobus temporal, lobus

parietal, dan lobus oksipital.

Ada 3 jenis area fungsional di korteks serebri:

1. Area sensoris yang menerima dan menafsirkan impuls sensorik

2. Area asosiasi yang mengintegrasikan informasi sensorik dengan emosional,

memori, pembelajaran, dan proses berpikir rasional

3. Area motoris yang menghasilkan impuls untuk menginervasi otot volunter.

Gambar:

51

Page 52: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

Area broadman di korteks serebri:

Pada ASD sering ditemukan abnormalitas pada korteks serebri khususnya area lobus

frontal dan lobus temporal. Pada lobus frontal terdapat area broca yang berfungsi dalam

aspek bicara, sedangkan di lobus temporal terapat area wernicke yang berfungsi dalam aspek

52

Page 53: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

bahasa. Abnormalitas pada area-area tersebut berhubungan dengan terganggunya fungsi

komunikasi anak penderita autis, sehingga penderita autis biasanya sering belum bisa

berbicara dengan jelas, dan sering berbicara dengan bahasa planet.

2. Sistem Limbik

Penderita ASD biasanya memiliki gangguan perilaku. Sistem limbik adalah bagian otak yang

berhubungan erat dengan perilaku. Struktur sentral serebrum basal dikelilingi korteks serebri

yang disebut korteks limbik. Korteks limbik diduga berfungsi sebagai daerah asosiasi untuk

53

Page 54: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

pengendalian fungsi tingkah laku tubuh dan sebagai gudang informasi yang menyimpan

informasi mengenai pengalaman yang lalu seperti rasa nyeri, senang, nafsu makan, bau, dan

sebagainya. Gudang informasi selanjutnya disalurkan ke daerah limbik. Asosiasi informasi

ini diduga merupakan perangsangan untuk mencetuskan jawaban tingkah laku yang sesuai

dengan kondisi yang dihadapi seperti marah dan lain-lain.

Fungsi bagian-bagian di sistem limbik:

1. Thalamus berfungsi sebagai pusat penerimaan untuk sensor data dan sinyal-sinyal motorik

2. Amigdala berfungsi sebagai pusat pengatur emosi. Jadi rangsangan dari indra tubuh

diteruskan ke otak kemudian ke talamus lalu sinaps tunggal menuju ke amigdala. Kemudian

amigdala akan memberikan reaksi/respon emosi. Emosi yang ditangkap oleh amigdala akan

dirasionalisasikan oleh korteks prefrontal, ketika amigdala mengontrol emosi, korteks

prefrontal mengendalikannya dalam proporsi seimbang. Mekanisme kerjanya, amigdala

memproses emosi secara langsung atau melalui system limbik yang lain yang sinyalnya

diberikan oleh amigdala. Untuk komponen emosi yang kerjanya dijalarkan ke hipotalamus,

maka yang menentukan komponen emosi apa yang akan timbul ( senang atau kecewa, marah

atau bahagia serta komponen lain ) ditentukan oleh amigdala. Hipotalamus hanya sebagai

tempat pembentukan, tapi konsep atau pola emosi yang akan dibentuk sudah ditentukan oleh

amigdala meskipun hipotalamus sendiri dapat menghasilkan komponen perilaku dengan

menggunakan rangsangan listrik. Terkadang rangsangan dari talamus bekerja lebih cepat

pada amigdala daripada neurokorteks sehingga terjadi emosi yang bertindak lebih cepat

sebelum otak rasional dapat berpikir.

3. Hipotalamus

Fungsi hipothalamus:

Pengaturan suhu tubuh

Pengatur nutrisi

Pengaturan agar tetap sadar

Penumbuhan sifat agresif

Tempat sekresi hormone yang memengaruhi pengeluaran hormone pafa kelenjar hipofisis

54

Page 55: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

Pengaturan dalam gerak refleks

Fisiologi denyut jantung

Berperan dalam pernapas

Perlebaran dan penyempitan pembuluh darah.

4. Hipocampus

Bagian dari medial korteks temporalis yang memanjang, melipat ke atas dan ke dalam.

Hipocampus dalam kegiatan mengingat (memori).

Aplikasi kerja sistem limbik:

Ketika Anda sendirian di rumah kemudian Anda mendengar suara berdebum dalam kamar

lain. Rangsangan sensorik ini diterima oleh telinga kemudian berjalan meuju ke batang otak

kemudian ke talamus. Dari talamus berpisahlah dua cabang: yang pertama sebuah berkas

kecil yang akan menuju amigdala dan hipocampus dan jalur lain yang lebih besar menuju

korteks cerebri. Di Hippocampus akan mencoba memilah dengan cepat "bunyi debum" yang

terdengar dengan bunyi-bunyi lain yang serupa yang pernah didengar. Sementara di korteks

cerebri akan berpikir rasional mencari tahu sumber dari bunyi itu. Misal: korteks cerebri

memberikan hipotesis bisa saja suara itu berasal dari kucing, kemudian hipotesis ini akan

dikirimkan ke hipocampus dan amigdala untuk dibandingkan dengan ingatan serupa.

Seandainya kesimpulannya meyakinkan maka keadaan siaga tidak ditingkatkan ke tahap

lebih lanjut. Tetapi, apabila Anda masih belum yakin, kumparan lain pada jaringan sirkuit

akan berpindah-pindah dari amigdala, hipocampus, dan korteks cerebri menambah

ketidakpastian Anda dan membuat Anda merasa lebih was-was. Apabila tidak ada jawaban

yang memuaskan timbul dari analisis yang lebih tajam ini, amigdala akan mengirimkan

rangsang tanda bahaya ke hipotalamus, batang otak, dan sistem saraf otonom sehingga

terbentuklah emosi dan perilaku.

Pemeriksaan post-mortem otak dari beberapa penderita autistik menunjukkan adanya dua

daerah di dalam sistem limbik yang kurang berkembang yaitu amygdala dan hippocampus

sehingga terdapat gangguan perilaku, emosi, dan atensi pada penderita ASD.

55

Page 56: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

3. Cerebellum

Serebelum mempunyai peranan penting dalam fungsi motorik, mengatur pergerakan otot

secara terkoordinasi dan seimbang. Kerusakan pada daerah serebelum dapat menyebabkan

gerakan menjadi tidak terkoordinasi dan tidak bertujuan. Anak autisme biasanya melakukan

gerakan yang berulang dan tidak bertujuan. Kondisi ini mungkin juga disebabkan oleh

adanya gangguan pada bagian serebelum.

Neurotransmitter

Otak menggunakan sejumlah senyawa neurokimiawi sebagai pembawa pesan untuk

komunikasi berbagai beagian di otak dan sistem syaraf. Senyawa neurokimiawi ini, dikenal

sebagai neurotransmiter, sangat esensial bagi semua fungsi otak. Sebagai pembawa pesan,

mereka datang dari satu tempat dan pergi ke tempat lain untuk menyampaikan pesan-

pesannya. Bila satu sel syaraf (neuron) berakhir, di dekatnya ada neuron lainnya. Satu neuron

mengirimkan pesan dengan mengeluarkan neurotrasmiter menuju ke dendrit neuron di

dekatnya melalui celah sinaptik, ditangkap reseptor-reseptor pada celah sinaptik tersebut.

Neurotransmiter adalah senyawa organik endogenus membawa sinyal di antara neuron.

Neurotransmiter terbungkus oleh vesikel sinapsis, sebelum dilepaskan bertepatan dengan

datangnya potensial aksi. Neurotransmitter dalam bentuk zat kimia bekerja sebagai

penghubung antara otak ke seluruh jaringan saraf dan pengendalian fungsi tubuh. Secara

sederhana, dapat dikatakan neurotransmiter merupakan bahasa yang digunakan neuron di

otak dalam berkomunikasi. Neurotransmiter muncul ketika ada pesan yang harus di

sampaikan ke bagian-bagian lain.

Seluruh aktivitas kehidupan manusia yang berkenaan dengan otak di atur melalui tiga cara,

yaitu sinyal listrik pada neuron, zat kimiawi yang di sebut neurotransmitter dan hormon yang

dilepaskan ke dalam darah. Hampir seluruh aktivitas di otak memanfaatkan neurotransmitter.

56

Page 57: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

Beberapa neurotransmiter utama, antara lain:

Asam amino: asam glutamat, asam aspartat, serina, GABA, glisina

Monoamina: dopamin, adrenalin, noradrenalin, histamin, serotonin, melatonin

Bentuk lain: asetilkolina, adenosina, anandamida, dll.

Puluhan jenis neurotransmiter yang telah teridentifikasi di bentuk melalui asupan yang

berbeda. Bahan dasar pembentuk neurotransmiter adalah asam amino.

Asam amino merupakan salah satu nutrisi otak terpenting, yang berfungsi meningkatkan

kewaspadaan, mengurangi kesalahan, dan memacu kegesitan pikiran.

Jaringan otak terdiri atas berjuta-juta sel otak yang disebut neuron. Sel ini terdiri atas badan

sel, ujung axon dan dendrit. Antara ujung sel neuron satu dengan yang lain terdapat celah

yang disebut celah sinaptik atau sinapsis. Satu neuron menerima berbagai macam informasi

yang datang, mengolah atau mengintegrasikan informasi tersebut, lalu mengeluarkan

responsnya yang dibawa suatu senyawa neurokimiawi yang disebut neurotransmiter. Terjadi

potensial aksi dalam membran sel neuron yang memungkinkan dilepaskannya molekul

neurotransmiter dari axon terminalnya (prasinaptik) ke celah sinaptik lalu ditangkap reseptor

di membran sel dendrit dari neuron berikutnya. Terjadilah loncatan listrik dan komunikasi

neurokimiawi antar dua neuron. Pada reseptor bisa terjadi “supersensitivitas” dan

“subsensitivitas”. Supersensitivitas berarti respon reseptor lebih tinggi dari biasanya, yang

menyebabkan neurotransmiter yang ditarik ke celah sinaptik lebih banyak jumlahnya yang

berakibat naiknya kadar neurotransmiter di celah sinaptik tersebut. Subsensitivitas reseptor

adalah bila terjadi sebaliknya. Bila reseptor di blok oleh obat tertentu maka kemampuannya

menerima neurotransmiter akan hilang dan neurotransmiter yang ditarik ke celah sinaptik

akan berkurang yang menyebabkan menurunnya kadar (jumlah) neurotransmiter tertentu di

celah sinaptik.

Suatu kelompok neurotransmiter adalah amin biogenik, yang terdiri atas enam

neurotransmiter yaitu dopamin, norepinefrin, epinefrin, serotonin, asetilkholin dan histamin.

Dopamin, norepinefrin, dan epinefrin disintesis dari asam amino yang sama, tirosin, dan

diklasifikasikan dalam satu kelompok sebagai katekolamin. Serotonin disintesis dari asam

amino triptofan dan merupakan satu-satunya indolamin dalam kelompok itu. Serotonin juga

dikenal sebagai 5-hidroksitriptamin (5-HT).

57

Page 58: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

Selain kelompok amin biogenik, ada neurotransmiter lain dari asam amino. Asam amino

dikenal sebagai pembangun blok protein. Dua neurotransmiter utama dari asam amino ini

adalah gamma-aminobutyric acid (GABA) dan glutamate. GABA adalah asam amino

inhibitor (penghambat), sedang glutamate adalah asam amino eksitator. Kadang cara

sederhana untuk melihat kerja otak adalah dengan melihat keseimbangan dari kedua

neurotransmiter tersebut.

Bila oleh karena suatu hal, misalnya subsensitivitas reseptor-reseptor pada membran sel

paskasinaptik, neurotransmiter epinefrin, norepinefrin, serotonin, dopamin menurun kadarnya

pada celah sinaptik, terjadilah sindrom depresi. Demikian pula bila terjadi disregulasi

asetilkholin yang menyebabkan menurunnya kadar neurotransmiter asetilkolin di celah

sinaptik, terjadilah gejala depresi.

Monoamin dan Depresi

Penelitian menunjukkan bahwa zat-zat yang menyebabkan berkurangnya monoamin,

seperti reserpin, dapat menyebabkan depresi.Akibatnya timbul teori yang menyatakan

bahwa berkurangnya ketersediaan neurotransmiter monoamin, terutama NE dan

serotonin, dapat menyebabkan depresi. Teori ini diperkuat dengan ditemukannya obat

antidepresan trisiklik dan monoamin oksidase inhibitor yang bekerja meningkatkan

monoamin di sinap. Peningkatan monoamin dapat memperbaiki depresi.

Serotonin

Neuron serotonergik berproyeksi dari nukleus rafe dorsalis batang otak ke korteks

serebri, hipotalamus, talamus, ganglia basalis, septum, dan hipokampus. Proyeksi ke

tempat-tempat ini mendasari keterlibatannya dalam gangguan-gangguan psikiatrik. Ada

sekitar 14 reseptor serotonin, 5-HT1A dst yang terletak di lokasi yang berbeda di

susunan syaraf pusat.

Serotonin berfungsi sebagai pengatur tidur, selera makan, dan libido. Sistem serotonin

yang berproyeksi ke nukleus suprakiasma hipotalamus berfungsi mengatur ritmik

sirkadian (siklus tidur-bangun, temperatur tubuh, dan fungsi axis HPA). Serotonin

bersama-sama dengan norepinefrin dan dopamin memfasilitasi gerak motorik yang

terarah dan bertujuan. Serotonin menghambat perilaku agresif pada mamalia dan

reptilia.

Kelainan Serotonin (5HT) berimplikasi terhadap beberapa jenis gangguan jiwa yang

mencakup ansietas, depresi, psikosis, migren, gangguan fungsi seksual, tidur, kognitif,

dan gangguan makan.

58

Page 59: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

Banyak tindakan dalam perawatan gangguan jiwa adalah dengan jalan mempengaruhi

sistem serotonin tersebut.

Fungsi Utama dari Serotonin (5HT) adalah dalam pengaturan tidur, persepsi nyeri,

mengatur status mood dan temperatur tubuh serta berperan dalam perilaku aggresi atau

marah dan libido.

Gejala Defisit : Irritabilitas & Agresif, Depresi & Ansietas, Psikosis, Migren, Gangguan

fungsi seksual, Gangguan tidur & Gangguan kognitif, Gangguan makan. Obsessive

compulsive disorder (OCD)

Gejala Berlebihan : Sedasi, Penurunan sifat dan fungsi aggresi Pada kasus yang jarang:

halusinasi

Neurotransmiter serotonin terganggu pada depresi. Dari penelitian dengan alat

pencitraan otak terdapat penurunan jumlah reseptor pos-sinap 5-HT1A dan 5-HT2A

pada pasien dengan depresi berat. Adanya gangguan serotonin dapat menjadi tanda

kerentanan terhadap kekambuhan depresi.

Dari penelitian lain dilaporkan bahwa respon serotonin menurun di daerah prefrontal

dan temporoparietal pada penderita depresi yang tidak mendapat pengobatan. Kadar

serotonin rendah pada penderita depresi yang agresif dan bunuh diri.

Triptofan merupakan prekursor serotonin. Triptofan juga menurun pada pasien depresi.

Penurunan kadar triptofan juga dapat menurunkan mood pada pasien depresi yang remisi

dan individu yang mempunyai riwayat keluarga menderita depresi. Memori, atensi, dan

fungsi eksekutif juga dipengaruhi oleh kekurangan triptofan. Neurotisisme dikaitkan

dengan gangguan mood, tapi tidak melalui serotonin. Ia dikaitkan dengan fungsi kognitif

yang terjadi sekunder akibat berkurangnya triptofan.

Hasil metabolisme serotonin adalah 5-HIAA (hidroxyindolaceticacid). Terdapat

penurunan 5-HIAA di cairan serebrospinal pada penderita depresi. Penurunan ini sering

terjadi pada penderita depresi dengan usaha-usaha bunuh diri.

Penurunan serotonin pada depresi juga dilihat dari penelitian EEG tidur dan HPA aksis.

Hipofontalitas aliran darah otak dan penurunan metabolisme glukosa otak sesuai dengan

penurunan serotonin. Pada penderita depresi mayor didapatkan penumpulan respon

serotonin prefrontal dan temporoparietal. Ini menunjukkan bahw adanya gangguan

serotonin pada depresi.

Pada penderita bulimia nervosa (BN), dan terkait pesta-purge sindrom, faktor serotonin

pusat (5-hydroxytryptamine, 5-HT) berkontribusi tidak hanya untuk disregulasi

appetitive tetapi juga untuk manifestasi temperamental dan kepribadian. Pada temuan

59

Page 60: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

dari studi neurobiologis, molekul-genetik, dan otak-pencitraan, telah diungkapkan model

integratif peran 5-HT fungsi dalam sindrom bulimia.

Asetilkolin

Neuron kolinergik mengandung setilkolin yang terdistribusi difus di korteks serebri dan

mempunyai hubungan timbal balik dengan sistem monoamin. Abnormal kadar kolin

(prekursor asetilkolin) terdapat di otak pasien depresi. Obat yang bersifat agonis

kolinergik dapat menyebabkan letargi, anergi, dan retardasi psikomotor pada orang

normal. Selain itu, ia juga dapat mengeksaserbasi simptom-simptom depresi dan

mengurangi simptom mania.

Hipotesis kolinergik mengklaim bahwa penurunan fungsi kognitif pada demensia

terutama terkait dengan penurunan neurotransmisi kolinergik. Hipotesis ini telah

menyebabkan minat yang besar dalam keterlibatan putatif dari neurotransmisi kolinergik

dalam proses pembelajaran dan memori.

Fungsi asetilkolin antara lain mempengaruhi kesiagaan, kewaspadaan, dan

pemusatan perhatian. Berperan pula pada proses penyimpanan dan pemanggilan

kembali ingatan, atensi dan respon individu. Di otak, asetilkolin ditemukan pada

cerebral cortex, hippocampus (terlibat dalam fungís ingatan), bangsal ganglia

(terlbat dalam fungís motoris), dan cerebrlum (koordinasi bicara dan motoris).

Ach merupakan neurotransmitter yang tidak diproduksi didalam neuron. Ia

ditransportasikan ke otak dan ditemukan pada seluruh bagaian otak. AcH memiliki

konsentrasi tinggi di basal ganglia dan cortex motorik.

Fungsi Utama Acetylcholine (ACh) adalah mengatur atensi, memori, rasa haus,

pengaturan mood, tidur REM, memfasilitasi perilaku sexual dan tonus otot.

Gejala Defisit: Kurangnya inhibisi, Berkurangnya fungsi memori, Euphoria, Antisosial,

Penurunan fungsi bicara

Gejala Berlebihan: Over-inhibisi, Anxietas & Depresi dan Keluhan Somatic

Asetilkolin merupakan neurotransmiter hasil sintesa dari bahan utama berupa kolin. Saat

ini, sangat cukup banyak penelitian yang mengkaji peranan kolin dalam pembelajaran.

Peran asetilkolin (Ach) dalam fungsi kognitif diselidiki. Keterlibatan AcH dalam proses

pembelajaran dan memori. Terutama, penggunaan skopolamin sebagai alat farmakologis

dikritik. Dalam bidang perilaku neuroscience racun kolinergik yang sangat spesifik telah

dikembangkan. Tampaknya bahwa kerusakan yang lebih besar dan lebih spesifik

kolinergik, efek sedikit dapat diamati pada tingkat perilaku. Korelasi antara penurunan

penanda kolinergik dan penurunan kognitif pada demensia mungkin tidak tebang habis

60

Page 61: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

seperti yang telah diasumsikan. Keterlibatan sistem neurotransmitter lain dalam fungsi

kognitif secara singkat dibahas. Dengan mempertimbangkan hasil dari berbagai bidang

penelitian, gagasan bahwa AcH memainkan peran penting dalam belajar dan proses

memori tampaknya dilebih-lebihkan. Bahkan ketika peran sistem neurotransmitter

lainnya dalam belajar dan memori dipertimbangkan, tidak mungkin bahwa AcH

memiliki peran tertentu dalam proses ini. Atas dasar data yang tersedia, AcH tampaknya

lebih khusus terlibat dalam proses attentional dibandingkan dalam proses pembelajaran

dan memori

Noradrenergik atau Norepinefrin

Norepinephrine memiliki konsentrasi tinggi di dalam locus ceruleus serta dalam

konsentrasi sekunder dalam hippocampus, amygdala, dan kortex cerebral. Selain itu

ditemukan juga dalam konsentrasi tinggi di saraf simpatis.

Norepinephrine dipindahkan dari celah synaptic dan kembali ke penyimpanan melalui

proses reuptake aktif.

Fungsi Utama adalah mengatur fungsi kesiagaan, pusat perhatian dan orientasi;

mengatur “fight-flight”dan proses pembelajaran dan memory.

Gejala Defisit : Ketumpulan. Kurang energi (Fatique), Depresi

Gejala Berlebihan : Anxietas. kesiagaan berlebih. Penurunan rasa awas, Paranoia,

Kurang napsu makan. dan Paranoid

Badan sel neuron adrenergik yang menghasilkan norepinefrin terletak di locus

ceruleus(LC) batang otak dan berproyeksi ke korteks serebri, sistem limbik, basal

ganglia, hipotalamus dan talamus. Ia berperan dalam mulai dan mempertahankan

keterjagaan (proyeksi ke limbiks dan korteks). Proyeksi noradrenergik ke hipokampus

terlibat dalam sensitisasi perilaku terhadap stressor dan pemanjangan aktivasi locus

ceruleus dan juga berkontribusi terhadap rasa ketidakberdayaan yang dipelajari. Locus

ceruleus juga tempat neuron-neuron yang berproyeksi ke medula adrenal dan sumber

utama sekresi norepinefrin ke dalam sirkulasi darah perifer.

Stresor akut dapat meningkatkan aktivitas LC. Selama terjadi aktivasi fungsi LC, fungsi

vegetatif seperti makan dan tidur menurun. Persepsi terhadap stressor ditangkap oleh

korteks yang sesuai dan melalui talamus diteruskan ke LC, selanjutnya ke komponen

simpatoadrenalsebagai respon terhadap stressor akut tsb. Porses kognitif dapat

memperbesar atau memperkecil respon simpatoadrenal terhadap stressor akut tersebut.

Rangsangan terhadap bundel forebrain (jaras norepinefrin penting di otak) meningkat

pada perilaku yang mencari rasa senang dan perilaku yang bertujuan. Stressor yang

61

Page 62: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

menetap dapat menurunkan kadar norepinefrin di forbrain medial. Penurunan ini dapat

menyebabkan anergia, anhedonia, dan penurunan libido pada depresi.

Hasil metabolisme norepinefrin adalah 3-methoxy-4-hydroxyphenilglycol (MHPG).

Penurunan aktivitas norepinefrin sentral dapat dilihat berdasarkan penurunan ekskresi

MHPG. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa MHPG mengalami defisiensi pada

penderita depresi. Kadar MHPG yang keluar di urin meningkat kadarnya pada penderita

depresi yang di ECT (terapi kejang listrik).

Dopamin

Berbagai penelitian menunjukkan dopamin juga makin mendekatkan pada kesimpulan

bahwa neurotransmiter jenis ini mempengaruhi proses pengingatan. Melalui mekanisme

kompensasi yang di munculkan oleh dopamin, maka hubungan zat kimia ini dalam

proses belajar dan ingatan dapat terlihat jelas.

Dopamin di produksi pada inti-inti sel yang terletak dekat dengan sistem aktivasi

retikuler. Dopamin di bentuk dari asam amino tirosin, yang berfungsi membantu otak

mengatasi depresi, meningkatkan ingatan dan meningkatkan kewaspadaan mental.

Walaupun dopamin di produksi oleh otak, individu tetap membutuhkan asupan tirosin

yang cukup guna memproduksi dopamin. Tirosin di temukan pada makanan berprotein

seperti : daging, produk-produk susu (sperti keju), ikan , kacang panjang, kacang-

kacangan dan produk kedelai. Dengan 3-4 ons protein sehari, energi kita akan lebih

terjaga.

Fungsi Dopamin sebagai neururotransmiter kerja cepat disekresikan oleh neuron-neuron

yang berasal dari substansia nigra, neuron-neuron ini terutama berakhir pada regio

striata ganglia basalis. Pengaruh dopamin biasanya sebagai inhibisi

Dopamin bersifat inhibisi pada beberapa area tapi juga eksitasi pada beberapa area.

Sistem norepinefrin yang bersifat eksitasi menyebar ke setiap area otak, sementara

serotonin dan dopamin terutama ke regio ganglia basalis dan sistem serotonin ke struktur

garis tengah (midline)

Ada empat jaras dopamin di otak, yaitu tuberoinfundobulair, nigrostriatal, mesolimbik,

mesokorteks-mesolimbik. Sistem ini berfungsi untuk mengatur motivasi, konsentrasi,

memulai aktivitas yang bertujuan, terarah dan kompleks, serta tugas-tugas fungsi

eksekutif. Penurunan aktivitas dopamin pada sistem ini dikaitkan dengan gangguan

kognitif, motorik, dan anhedonia yang merupakan manifestasi simptom depresi.

Glutamate

62

Page 63: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

Asam amino glutamat dan glisisn merupakan neurotransmiter utama di SSP, yang

terdistribusi hampir di seluruh otak. Ada 5 reseptor glutamat, yaitu NMDA, kainat, L-

AP4, dan ACPD. Bila berlebihan, glutamat bisa menyebabkan neurotoksik. Obat-obat

yang antagonis terhadap NMDA mempunyai efek antidepresan.

Glutamat merupakan neurotransmitter excitatory utama pada otak dimana hampir tiap

area otak berisi glutamate. Glutamat memiliki konsentrasi tinggi di corticostriatal dan di

dalam sel cerebellar. Gangguan pada neurotrasmitter ini akan berakibat gangguan atau

penyakit bipolar afektif dan epilepsi.

Fungsi Utama Glutamat adalah pengaturan kemampuan memori dan memelihara ufngsi

automatic.

Gejala Defisit : Gangguan memori, Low energy, Distractibilitas. Schizophrenia

Gejala Berlebihan : Kindling, Seizures dan Bipolar affective disorder.

GABA

GABA merupakan neurotransmitter yang memegang peranan penting dalam gejala-

gejala pada gangguan jiwa. Hampir tiap-tiap area otak berisi neuron-neuron GABA.

GABA (gamma-aminobutyric acid) memiliki efek inhibisi terhadap monoamin,

terutama pada sistem mesokorteks dan mesolimbik.

Pada penderita depresi terdapat penurunan GABA. Stressor khronik dapat mengurangi

kadar GABA dan antidepresor dapat meningkatkan regulasi reseptor GABA.Banyak

pathway di otak menggunakan GABA dan merupakan Neurotransmitter utama untuk sel

Purkinje. GABA dipindahkan dari synaps melalui katabolism oleh GABA transaminase

Fungsi Utama adalah menurunkan arousal dan mengurangi agresi, kecemasan dan aktif

dalam fungsi eksitasi.

Gejala Defisit : Irritabilitas, Hostilitas, Tension and worry, Anxietas, Seizure.

Gejala Berlebihan : Mengurangi rangsang selular, Sedasi dan Gangguan memori

HPA aksis (Hypothalamic-Pituitary-Adrenal)

Bila pengalaman yang berbentuk stressor dalam kehidupan sehari-hari kita tercatat

dalam korteks serebri dan sistem limbik sebagai stresor atau emosi yang mengganggu,

bagian dari otak ini akan mengirim pesan ke tubuh. Tubuh meningkatkan kewaspadaan

untuk mengatasi stressor tersebut. Target adalah kelenjar adrenal. Adrenal akan

mengeluarkan hormon kortisol untuk mempertahankan kehidupan. Kortisol memegang

peranan penting dalam mengatur tidur, nafsu makan, fungsi ginjal, sistem imun, dan

semua faktor penting kehidupan. Peningkatan aktivitas glukokortikoid (kortizol)

merupakan respon utama terhadap stressor. Kadar kortisol yang meningkat

63

Page 64: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

menyebabkan “umpan balik”, yaitu hipotalamus menekan sekresi cortikotropik-

releasing hormone (CRH), kemudian mengirimkan pesan ini ke hipofisis sehingga

hipofisi juga menurunkan produksi adrenocortictropin hormon (ACTH). Akhirnya

pesan ini juga diteruskan kembali ke adrenal untuk mengurangi produksi kortisol.

Pengalaman buruk seperti penganiayaan pada masa anak atau penelantaran pada awal

perkembangan merupakan faktor yang bermakna untuk terjadinya gangguan mood pada

masa dewasa.

Sistem CRH merupakan sistem yang paling terpengaruh oleh stressor yang dialami

seseorang pada awal kehidupannya. Stressor yang berulang menyebabkan peningkatan

sekresi CRH, dan penurunan sensitivitas reseptor CRH adenohipofisis. Stressor pada

awal masa perkembangan ini dapat menyebabkan perubahan yang menetap pada sistem

neurobiologik atau dapat membuat jejak pada sistem syaraf yang berfungsi merespon

respon tersebut. Akibatnya, seseorang menjadi rentan terhadap stressor dan resiko

terhadap penyakit-penyakit yang berkaitan dengan stressor meningkat, seperti terjadinya

depresi setelah dewasa.

Stressor pada awal kehidupan seperti perpisahan dengan ibu, pola pengasuhan buruk,

menyebabkan hiperaktivitas sistem neuron CRH sepanjang kehidupannya. Selain itu ,

setelah dewasa, reaktivitas aksis HPA sangat berlebihan terhadap stressor.

Adanya faktor genetik yang disertai dengan stressor di awal kehidupan, mengakibatkan

hiperaktivitas dan sensitivitas yang menetap pada sistem syaraf. Keadaan ini menjadi

dasar kerentanan seseorang terhadap depresi setelah dewasa. Depresi dapat dicetuskan

hanya oleh stressor yang derajatnya sangat ringan.

Peneliti lain melaporkan bahwa respons sistem otonom dan hipofisis-adrenal terhadap

stressor psikososial pada wanita dengan depresi yang mempunyai riwayat penyiksaan

fisik dan seksual ketika masa anak lebih tinggi dibanding kontrol.

Stressor berat di awal kehidupan menyebabkan kerentanan biologik seseorang terhadap

stressor. Kerentanan ini menyebabkan sekresi CRH sangat tinngi bila orang tersebut

menghadapi stressor. Sekresi tinggi CRH ini akan berpengaruh pula pada tempat di luar

hipotalamus, misalnya di hipokampus. Akibatnya, mekanisme “umpan balik” semakin

terganggu. Ini menyebabkan ketidakmampuan kortisol menekan sekresi CRH sehingga

pelepasan CRH semakin tinggi. Hal ini mempermudah seseorang mengalami depresi

mayor, bila berhadapan dengan stressor.

Peningkatan aktivitas aksis HPA meningkatkan kadar kortisol. Bila peningkatan kadar

kortisol berlangsung lama, kerusakan hipokampus dapat terjadi. Kerusakan ini menjadi

64

Page 65: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

prediposisi depresi. Simptom gangguan kognitif pada depresi dikaitkan dengan

gangguan hipokampus

Hiperaktivitas aksis HPA merupakan penemuan yang hampir selalu konsisten pada

gangguan depresi mayor. Gangguan aksis HPA pada depresi dapat ditunjukkan dengan

adanya hiperkolesterolemia, resistennya sekresi kortisol terhadap supresi deksametason,

tidak adanya respon ACTH terhadap pemberian CRH, dan peningkatan konsentrasi

CRH di cairan serebrospinal. Gangguan aksis HPA, pada keadaan depresi, terjadi akibat

tidak berfungsinya sistem otoregulasi atau fungsi inhibisi umpan balik. Hal ini dapat

diketahui dengan test DST (dexamethasone supression test).

Endorphin

Endorphin adalah suatu bahan-kimia diproduksi di dalam otak dan spinal cord yang

mengurangi rasa nyeri dan meningkatkan mood. Dalam keadaan defisit adalah

Keluhan Somatic.

2. Autisme

Definisi

Autisme merupakan gangguan perkembangan pervasif yang ditandai oleh adanya kelainan

dan/atau hendaya perkembangan yang muncul sebelum usia 3 tahun, dan dengan ciri kelainan

fungsi dalam tiga bidang: interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku yang terbatas dan

berulang.

Epidemiologi

Prevalensi :

2-5 kasus per 10.000 anak (0,02-0,05%) dibawah usia 12 tahun

25% pada anak usia 1 tahun

50% pada anak usia 2 tahun

25% pada anak usia > 2 tahun

Distribusi jenis kelamin

♂ : ♀ = 3-5 : 1

Anak perempuan yang memiliki gangguan autistik cenderung terkena lebih serius dan

kebih mungkin memiliki riwayat keluarga gangguan kognitif dibandingkan anak laki-laki

Tidak ada hubungan dengan ras, etnis, dan social ekonomi

Etiologi

Etiologi pada 80-90% kasus autis tidak diketahui penyebabnya.

Faktor psikodinamika dan keluarga

65

Page 66: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

Tidak ada bukti memuaskan yang menyatakan bahwa jenis tertentu fungsi keluarga yang

menyimpang atau kumpulan factor psikodinamika yang menyebabkan perkembangan

gangguan autistic. Namun demikian, beberapa anak autistic berspon terhadap stressor

psikososial, seperti kelahiran seorang adik atau pindah kerumah baru, dengan eksaserbasi

gejala.

Kelainan organic-neurologis-biologis

Gangguan autistic dangejala autistic berhubungan dengan kondisi yang memiliki lesi

neurologis, terutama rubella congenital, fenilketinuria, sklerosis tuberosus, dan gangguan

Rett.

Empat sampai 32 % orang sutistik memiliki kejang grand mal pada suatu saat

kehidupannya, dan kira-kira 20 sampai 25 % orang autistic menunjukkan pembesaran

ventrikuler pada pemeriksaan tomografi computer. Pemeriksaan MRI menemukan

hipoplasia pada lobules vermal VI dan VII serebelar, dan penelitian MRI lain

menemukan abnormalitas kortikal, terutama polimikrogria, pada beberapa pasien

autistic.

Faktor genetika

Dalam beberapa penelitian, antara 2 dan 4 persent sanak saudara orang autistic

ditemukan terkena gangguan autistic. Laporan klinis dan penelitian menyatakan bahwa

anggota keluarga nonautistik memiliki berbagai masalah bahasa atau kognitif lainnya

yang sama dengan orang autistic tetapi dalam bentuk yang kurang parah.

Faktor imunologis

Beberapa bukti menyatalak inkompatibilitas antara ibu dan embrio atau janin dapat

menyebabkan gangguan autistic. Limfosit beberapa anak autistic bereaksi dengan

antibody maternal, yang meningkatkan kemungkinan bahwa jaringan neural embrionik

mungkin mengalami kerusakan selama kehamilan.

Faktor Perinatal

Selama gestasi, perdarahan maternal setelah trisemester pertama dan mekonium dalam

cairan amnion telah dilaporkan lebih sering ditemukan pada anak autistic dibandingkan

populasi umum. Beberapa bukti menyatakan tingginya insidensi pemakaian medikasi

selama kehamilan oleh ibu dari anak autistic.

Temuan Neuroanatomi

Lobus temporalis diperkirakan sebagai bagian penting dalam otak yang mungkin

abnormal dalam gangguan autistic. Temuan lain pda gangguan autistic adalah

66

Page 67: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

penuruanan sel purkinje di serebelum, kemungkinan menyebabkan kelainan atensi,

kesadaran, dan proses sensorik.

Temuan biokimia

Pada beberapa anak autistic, peningkatan homovanillic acid (suatu metenolit utama

dopamine) dalam cairan serebrospinalis adalah disertai dengan peningkatan penarikan

diri dan stereotipik. Beberapa bukti menyatakan keparahan gejala menurun saat rasio 5-

hydroxyindoleacettic acid (5-HIAA, metabolit serotonin) cairan serebrospinal terhadap

homovallinic acid cairan serebrospinalis meningkat.

Faktor Risiko

Toksoplasmosis

Perdarahan antenatal

Hiperemisis gravidarum

Berat badan lahir rendah

Trauma lahir

Asfiksia

Kejang demam

Mump, Measles, dan Rubella (MMR)

Manifestasi Klinis

Interaksi sosial (minimal ada 2)

komunikasi non verbal(eye contact,gesture dan ekspresi wajah)

Peer relationship(hubungan dengan anak-anak sebaya)

Spontanious sharing(pointing dan showing)

Tindakan timbale balik(social/emotional reciprocity)

Pada kasus:

Tidak suka bermain dengan anak lain

Tidak bisa menunjuk benda yang ditanyakan

Tidak melihat ke benda yang ditunjuk

Komunikasi (minimal ada 1)

Impair conversation skill

Penggunaan bahasa yang atipikal dan berulang serta stereotipikal (echolalia, pronoun

reversal)

Kurang bisa melakukan symbolic play dan social imitation

Pada kasus

Belum bisa bicara,hanya bergumam

67

Page 68: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

Tidak bisa bermain pura-pura

Keterbatasan minat dan aktivitas (minimal ada 1)

Terfokus pada satu minat dan suka menyusun suatu object

Fokus pada bagian-bagian dari suatu objek (seperti roda pada mobil-mobilan)

Kepatuhan atau ketertarikan untuk rutinitas yang non fungsional

Repetitive motor mannerism (self stimulatory behavior)

Pada kasus

Fokus bermain dengan bola

Tatalaksana

Untuk dokter umum, apabila mencurigai/ menegakkan diagnosa autistik mempunyai

kewajiban untuk merujuk ke spesialis anak (ahli tumbuh kembang anak)

Medikamentosa

Adanya abnormalitas anatomi dan kimia otak pada penyandang autisme. Terapi obat

ditujukan untuk mengurangihiperaktifitas, stimulasi diri, menarik diri, agresifitas,

gangguan tidur. Pemberian antipsikotik dalam dosis rendah dapat membantu.

Agonis serotonin-dopamin risperidone, dengan prinsip terapi dari dosis rendah

kemudian ditingkatkan hingga mempunyai efek terapi yang adekuat. Dosis : 0,5-4

mg/hari.

Psikoterapi

Tujuan :

Meningkatkan perilaku prososial

Perilaku sosial dapat diterima

Menurunkan gejala perilaku yang aneh

Memperbaiki komunikasi verbal dan nonverbal

Bertahan hidup mandiri ketika dewasa

Jenis-jenis :

Applied Behavioral Analysis (ABA)

ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai, telah dilakukan penelitian dan didisain

khusus untuk anak dengan autisme. Sistem yang dipakai adalah memberi pelatihan

khusus pada anak dengan memberikan positive reinforcement (hadiah/pujian).

Terapi Wicara

68

Page 69: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

Anak yang mengalami hambatan bicara dilatih dengan proses pemberian reinforcement

dan meniru vokalisasi terapis,terapi bicara dalam upaya meningkatkan kemampuan

komunikasi anak autis.

Terapi Okupasi

Hampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam perkembangan motorik

halus. Gerak-geriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk memegang pensil dengan

cara yang benar, kesulitan untuk memegang sendok dan menyuap makanan kemulutnya,

dan lain sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi sangat penting untuk melatih

mempergunakan otot -otot halusnya dengan benar.

Terapi Fisik /fisioterapi

Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak diantara individu

autistik mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik kasarnya.

Kadang-kadang tonus ototnya lembek sehingga jalannya kurang kuat. Keseimbangan

tubuhnya kurang bagus. Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak

menolong untuk menguatkan otot-ototnya dan memperbaiki keseimbangan tubuhnya.

Terapi Sosial

Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah dalam bidang

komunikasi dan interaksi . Banyak anak-anak ini membutuhkan pertolongan dalam

ketrampilan berkomunikasi 2 arah, membuat teman dan main bersama ditempat bermain.

Seorang terapis sosial membantu dengan memberikan fasilitas pada mereka untuk

bergaul dengan teman-teman sebaya dan mengajari cara-caranya 

Terapi Bermain

Meskipun terdengarnya aneh, seorang anak autistik membutuhkan pertolongan dalam

belajar bermain. Bermain dengan teman sebaya berguna untuk belajar bicara, komunikasi

dan interaksi social. Seorang terapis bermain bisa membantu anak dalam hal ini dengan

teknik-teknik tertentu.

Terapi Perilaku

Anak autistik seringkali merasa frustrasi. Teman-temannya seringkali tidak memahami

mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya, Mereka banyak yang

hipersensitif terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Tak heran bila mereka sering

mengamuk. Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari latar belakang dari perilaku

negatif tersebut dan mencari solusinya dengan merekomendasikan perubahan lingkungan

dan rutin anak tersebut untuk memperbaiki perilakunya.

Terapi Perkembangan

69

Page 70: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

Floortime, Son-rise dan RDI (Relationship Developmental Intervention) dianggap

sebagai terapi perkembangan. Artinya anak dipelajari minatnya, kekuatannya dan tingkat

perkembangannya, kemudian ditingkatkan kemampuan sosial, emosional dan

Intelektualnya. Terapi perkembangan berbeda dengan terapi perilaku seperti ABA yang

lebih mengajarkan ketrampilan yang lebih spesifik.

Terapi Visual

Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual learners/visual thinkers).

Hal inilah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode belajar komunikasi

melalui gambar-gambar, misalnya dengan metode dan PECS (Picture Exchange

Communication System). Beberapa video games bisa juga dipakai untuk

mengembangkan ketrampilan komunikasi. 

Penanganan Biomedis

Diperkenalkan oleh Paul Shattock, PhD dariuniversitas Sunderland, Inggris. Hasil

penelitian: anak ASD tidak dapat mencerna casein (protein susu) dan gluten (protein

gandum) dengan sempurna sehingga menjadi peptide yang efeknya seperti opioid.

Tujuan : memperbaiki metabolisme tubuh dengan mengatur pola makan. Pemeriksaan

sebelum melakukan diet dapat dilakukan pemeriksaan berikut :

Urin : jumlah peptide

Feses : jamur, bakteri, pencernaan

Darah : alergi makanan, sistem kekebalan tubuh

Rambut : logam berat

Diet

Diet tanpa gluten dan tanpa kasein

Berbagai diet sering direkomendasikan untuk anak dengan gangguan autisme. Pada

umumnya, orangtua mulai dengan diet tanpa gluten dan kasein, yang berarti menghindari

makanan dan minuman yang mengandung gluten dan kasein.

Gluten adalah protein yang secara alami terdapat dalam keluarga “rumput” seperti

gandung/terigu, havermuth/oat, dan barley. Gluten memberi kekuatan dan kekenyalan

pada tepung terigu dan tepung bahan sejenis, sedangkan kasein adalah protein susu. Pada

orang sehat, mengonsumsi gluten dan kasein tidak akan menyebabkan masalah yang

serius/memicu timbulnya gejala. Pada umumnya, diet ini tidak sulit dilaksanakan karena

makanan pokok orang Indonesia adalah nasi yang tidak mengandung gluten. Beberapa

contoh resep masakan yang terdapat pada situs Autis.info ini diutamakan pada menu diet

tanpa gluten dan tanpa kasein. Bila anak ternyata ada gangguan lain, maka tinggal

70

Page 71: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

menyesuaikan resep masakan tersebut dengan mengganti bahan makanan yang

dianjurkan. Perbaikan/penurunan gejala autisme dengan diet khusus biasanya dapat

dilihat dalam waktu antara 1-3 minggu. Apabila setelah beberapa bulan menjalankan diet

tersebut tidak ada kemajuan, berarti diet tersebut tidak cocok dan anak dapat diberi

makanan seperti sebelumnya.

Makanan yang dihindari adalah :

Makanan yang mengandung gluten, yaitu semua makanan dan minuman yang dibuat dari

terigu, havermuth, dan oat misalnya roti, mie, kue-kue, cake, biscuit, kue kering, pizza,

macaroni, spageti, tepung bumbu, dan sebagainya.

Produk-produk lain seperti soda kue, baking soda, kaldu instant, saus tomat dan saus

lainnya, serta lada bubuk, mungkin juga menggunakan tepung terigu sebagai bahan

campuran. Jadi, perlu hati-hati pemakaiannya. Cermati/baca label pada kemasannya.

Makanan sumber kasein, yaitu susu dan hasil olahnya misalnya, es krim, keju, mentega,

yogurt, dan makanan yang menggunakan campuran susu.

Daging, ikan, atau ayam yang diawetkan dan diolah seperti sosis, kornet, nugget, hotdog,

sarden, daging asap, ikan asap, dan sebagainya. Tempe juga tidak dianjurkan terutama

bagi anak yang alergi terhadap jamur karena pembuatan tempe menggunakan fermentasi

ragi.

Buah dan sayur yang diawetkan seperti buah dan sayur dalam kaleng.

Makanan yang dianjurkan adalah :

Makanan sumber karbohidrat dipilih yang tidak mengandung gluten, misalnya beras,

singkong, ubi, talas, jagung, tepung beras, tapioca, ararut, maizena, bihun, soun, dan

sebagainya.

Makanan sumber protein dipilih yang tidak mengandung kasein, misalnya susu kedelai,

daging, dan ikan segar (tidak diawetkan), unggas, telur, udang, kerang, cumi, tahu,

kacang hijau, kacang merah, kacang tolo, kacang mede, kacang kapri dan kacang-

kacangan lainnya.

Sayuran segar seperti bayam, brokoli, labu siam, labu kuning, kangkung, tomat, wortel,

timun, dan sebagainya.

Buah-buahan segar seperti anggur, apel, papaya, mangga, pisang, jambu, jeruk,

semangka, dan sebagainya.

Diet anti-yeast/ragi/jamur

71

Page 72: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

Diet ini diberikan kepada anak dengan gangguan infeksi jamur/yeast. Seperti telah

dijelaskan sebelumnya bahwa pertumbuhan jamur erat kaitannya dengan gula, maka

makanan yang diberikan tanpa menggunakan gula, yeast, dan jamur.

Makanan yang perlu dihindari adalah :

Roti, pastry, biscuit, kue-kue dan makanan sejenis roti, yang menggunakan gula dan

yeast.

Semua jenis keju.

Daging, ikan atau ayam olahan seperti daging asap, sosis, hotdog, kornet, dan lain-lain.

Macam-macam saus (saus tomat, saus cabai), bumbu/rempah, mustard, monosodium

glutamate, macam-macam kecap, macam-macam acar (timun, bawang, zaitun) atau

makanan yang menggunakan cuka, mayonnaise, atau salad dressing.

Semua jenis jamur segar maupun kering misalnya jamur kuping, jamur merang, dan lain-

lain.

Buah yang dikeringkan misalnya kismis, aprokot, kurma, pisang, prune, dan lain-lain.

Fruit juice/sari buah yang diawetkan, minuman beralkohol, dan semua minuman yang

manis.

Sisa makanan juga tidak boleh diberikan karena jamur dapat tumbuh dengan cepat pada

sisa makanan tersebut, kecuali disimpan dalam lemari es.

Makanan tersebut dianjurkan untuk dihindari 1-2 minggu. Setelah itu, untuk mencobanya

biasanya diberikan satu per satu. Bila tidak menimbulkan gejala, berarti dapat

dikonsumsi.

Makanan yang dianjurkan adalah :

Makanan sumber karbohidrat: beras, tepung beras, kentang, ubi, singkong, jagung, dan

tales. Roti atau biscuit dapat diberikan bila dibuat dari tepaung yang bukan tepung terigu.

Makanan sumber protein seperti daging, ikan, ayam, udang dan hasil laut lain yang

segar.

Makanan sumber protein nabati seperti kacang-kacangan (almod, mete, kacang kedelai,

kacang hijau, kacang polong, dan lainnya). Namun, kacang tanah tidak dianjurkan karena

sering berjamur.

Semua sayuran segar terutama yang rendah karbohidrat seperti brokoli, kol, kembang

kol, bit, wortel, timun, labu siam, bayam, terong, sawi, tomat, buncis, kacang panjang,

kangkung, tomat, dan lain-lain.

Buah-buahan segar dalam jumlah terbatas.

Diet untuk alergi dan inteloransi makanan

72

Page 73: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

Anak autis umumnya menderita alergi berat. Makanan yang sering menimbulkan alergi

adalah ikan, udang, telur, susu, cokelat, gandum/terigu, dan bias lebih banyak lagi. Cara

mengatur makanan untuk anak alergi dan intoleransi makanan, pertama-tama perlu

diperhatikan sumber penyebabnya. Makanan yang diduga menyebabkan gejala

alergi/intoleransi harus dihindarkan. Misalnya, jika anak alergi terhadap telur, maka

semua makanan yang menggunakan telur harus dihindarkan. Makanan tersebut tidak

harus dipantang seumur hidup. Dengan bertambahnya umur anak, makanan tersebut

dapat diperkenalkan satu per satu, sedikit demi sedikit.

Cara mengatur makanan secara umum

Berikan makanan seimbang untuk menjamin agar tubuh memperoleh semua zat gizi yang

dibutuhkan untuk keperluan pertumbuhan, perbaikan sel-sel yang rusak dan kegiatan

sehari-hari.

Gula sebaiknya dihindari, khususnya bagi yang hiperaktif dan ada infeksi jamur.

Fruktosa dapat digunakan sebagai pengganti gula karena penyerapan fruktosa lebih

lambat disbanding gula/sukrosa.

Minyak untuk memasak sebaiknya menggunakan minyak sayur, minyak jagung, minyak

biji bunga matahari, minyak kacang tanah, minyak kedelai, atau minyak olive. Bila perlu

menambah konsumsi lemak, makanan dapat digoreng.

Cukup mengonsumsi serat, khususnya serat yang berasal dari sayuran dan buah-buahan

segar. Konsumsi sayur dan buah 3-5 porsi per hari.Pilih makanan yang tidak

menggunakan food additive (zat penambah rasa, zat pewarna, zat pengawet).

Bila keseimbangan zat gizi tidak dapat dipenuhi, pertimbangkan pemberian suplemen

vitamin dan mineral (vitamin B6, vitmin C, seng, dan magnesium).

Hindari junk food seperti yang saat ini banyak dijual, ganti dengan buah dan sayuran

segar.

Komplikasi

Bebapa anak dengan autisme dapat menderita kehilangan semua atau bebrapa kemampuan

berbicara yang ada sebelumnya. Anak dengan autisme ada yang ditemukan suka menyakiti

diri sendiri, seperti melukai diri sendiri, memukul diri sendiri, bahkan memutilasi diri sendiri

tanpa merasa sakit. Jika tidak ditata laksanan dengan baik, anak dengan autisme dapat

berkembang dengan gangguan kepribadian yang lebih parah, mereka hidup dengan dunia

mereka sendiri tapi tidak menjadi skizofrenia dengan halusinasi atau delusi.

73

Page 74: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

Prognosis

Prognosis anak dengan autisme bergantung pada beberapa hal, yaitu:

Beratnya gejala atau kelainan otak,

Usia,

Kemampuan bicara,

Inteligensia atau kecerdasan,

Terapi intensif dan terpadu.

Pada usia antara 12 hingga 24 bulan, anak dengan autisme dapat kehilangan kemampuan

bicara. Sebagai aturan umum, anak dengan autistik dengan IQ di atas 70 dan

menggunakan bahasa komunikatif pada usia 5 hingga 7 tahun memiliki prognosis yang

terbaik. Dua per tiga anak dengan autistik akan menjadi sangat bergantung pada keluarga

pada usia dewasa karena mengalami kecacatan parah. Hanya 1-2% yang mencapai satatus

normal mandiri dengan pekerjaan yang mencukupi, dan 5-10% mencapai status ambang

normal.Prognosis membaik jika lingkungan bersifat suportif dan mampu memenuhi

kebutuhan anak tersebut.

Pencegahan

Pencegahan sejak kehamilan

Periksa dan konsultasi ke dokter spesialis kebidanan dan kandungan lebih awal, kalu perlu

berkonsultasi sejak merencanakan kehamilan.

Melakukan pemeriksaan skrening secara lengkap terutama infeksi virus TORCH

(Toxoplasma, Rubela, Citomegalovirus, herpes atau hepatitis).

Periksa dan konsultasi ke dokter spesialis kebidanan dan kandungan secara rutin dan

berkala, dan selalu mengikuti nasehat dan petunjuk dokter dengan baik. Bila terdapat

peradarahan selama kehamilan segera periksa ke dokter kandungan.

Menghindari paparan alergi berupa asap rokok, debu atau makanan penyebab alergi sejak

usia di atas 3 bulan. Hindari paparan makanan atau bahan kimiawi atau toksik lainnya

selama kehamilan. Jaga higiene, sanitasi dan kebersihan diri dan lingkungan. Konsumsilah

makanan yang bergizi baik dan dalam jumlah yang cukup. Sekaligus konsumsi vitamin

dan mineral tertentu sesuai anjuran dokter secara teratur.

Pencegahan saat persalinan

Bila terdapat faktor resiko persalinan seperti : pemotongan tali pusat terlalu cepat, asfiksia

pada bayi baru lahir (bayi tidak menangis atau nilai APGAR SCORE rendah < 6 ),

komplikasi selama persalinan, persalinan lama, letak presentasi bayi saat lahir tidak normal,

74

Page 75: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

berat lahir rendah ( < 2500 gram) maka sebaiknya dilakukan pemantauan perkembangan

secara cermat sejak usia dini.

3. PDD (Gangguan perkembangan pervasive)

Gangguan perkembangan pervasive merupakan gangguan perkembangan yang

dicirikan oleh kelainan yang signifikan pada perilaku dan fungsi di berbagai daerah

perkembangan.

MACAM – MACAM GANGGUAN PERVASIVE

a. Autis

Muncul pada usia kurang dari 3 tahun. Terjadi gangguan dalam proses interaksi

sosial, komunikasi, dan minat. Terdapat juga respon yang tidak normal terhadap

rangsangan sensoris.

b. Sindrom Rett

Onset gangguan ini juga dapat terjadi pada anak usia 7-24 bulan, semakin hari

kelainan yang terjadi semakin parah. Sebelum onset, anak normal dan tidak

menunjukan kelainan, sindrom ini hanya terjadi pada anak perempuan.

Pertumbuhan awal normal, namun lama kelamaan anak kehilangan keahlian yang

telah di dapatkan sebelumnya seperti berbicara, tidak mampu menggunakan

tangan kemudian justru muncul gerakan tangan berulang seperti mencucu tangan

mulai usia 1 sampai 4 tahun, otot hipotonik, sulit mengunyah, suka mengiler atau

hipersalivasi, berkembang seperti gejala-gejala yang khas pada autis. Perbedaan

rett dengan autis adalah, pada rett tidak terdapat perilaku yang mencederai diri

sendiri.

c. Childhood Disintegrative Disorder

Seperti pada rett, onset terjadi pada usia 1-2 tahun, awalnya si anak mampu untuk

melakukan sesuatu, namun lama kelamaan kehlian itu menghilang. Anak juga

tidak mampu dalam berinteraksi sosial. Terjadi regresi dalam berbahasa, bermain,

keterampilan sosial, dan perilaku adaptif, serta tidak mampu mengontrol hasrat

ingin pipis atau buang air besar. Keadaan ini timbul bersamaan dengan hilangnya

minat terhadap lingkungan, gerakan motorik yang stereotip dan berulang. Dalam

kelainan ini tidak ditemui adanya gangguan organik.

d. Sindrom Asperger’s

75

Page 76: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

Gejala yang timbul berupa gangguan interaksi sosial, komunikasi, cenderung

menjadi pemalu, serta perilaku yang terbatas dan berulang-ulang dan stereotipik.

Namun yang membedakannya dengan autis adalah tidak adanya hambatan atau

keterlambatan umum dalam berbahasa maupun kemampuan kognitif. Anak

dengan sindrom asperger’s ini memiliki IQ yang normal.

e. Not Otherwise Specified / PDD-NOS

Gejala yang timbul mirip autis, atau disebut autis ringan, bedanya untuk

mendiagnosis ini yaitu dengan DSM IV hanya saja gejala yang ditemukan kurang

dari 6 .

Autis ADHDAsperger’s

Syndrome

Rett

Syndrome

Gangguan

perkembangan

bahasa

+ - - +

Gangguan

komunikasi

non-verbal

+ - +

Inattension + + -

Hiperaktif +/- + -

Gagguan

Interaksi social+ - + +

Kontak mata-

Poor+

-

poor

Otothipotonik + - - +

Rasa empati

kurang+ + +

Impulsivitas - + -

Perkembangan

kognitifGangguan Relative normal

Stereotipik + + + +

Perhatian

mudah dialihkan- + -

Menarik diri + - +

76

Page 77: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

Gangguan

motorik

+

ringan- - +

Gangguan cara

berdiri/berjalan- +

Perilaku

menciderai diri

sendiri

++

(karenakekurangwaspadaannya)- -

Gangguan

Koordinasi

motorik

- + + +

BAB IV

77

Page 78: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

PENUTUP

Kesimpulan

Bimo, laki-laki usia 26 bulan mengalami gangguan interaksi sosial, komunikasi, dan

perilaku berulang karena gangguan perkembangan pervasif tipe autis (F84.0) yang

disebabkan faktor genetik.

DAFTAR PUSTAKA

78

Page 79: Laporan Skenario B Blok 21 Kelompok 2

Andreasen,NC. Mood disorders.2001. Dalam : Brave new brain. Conquering mental illness in

t6he era of the genome. Oxford University Press 215-240.

Blokland A. Acetylcholine: a neurotransmitter for learning and memory. Brain Res Brain Res

Rev. 1995 Nov;21(3):285-300.

Depkes RI Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis

Gangguan Jiwa di Indonesia III. Jakarta. Departemen Kesehatan. 1993.

Dorland, W.A Newman. Kamus Kedokteran Dorland edisikeduapuluhsembilan. Jakarta:

EGC. 2002.

Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri

Klinis Jilid Dua. Jakarta. Binarupa Aksara. 2010.

Staf Pengajar IKA UI. Buku kuliah Ilmu Kesehatan Anak UI. Jakarta. Percetakan

Infomedika.1997

Steiger H, Bruce KR, Groleau P. Neural circuits, neurotransmitters, and behavior: serotonin

and temperament in bulimic syndromes. Curr Top Behav Neurosci. 2011;6:125-38.

Yunan. 2009. Asuhan Keperawatan Anak dengan Autisme. Diakses dari

http://kayunanan.blogspot.com/2009/06/asuhan-keperawatan-anak-dengan-autisme.html

pada 4 Januari 2012

Viola, Stephen G.& Dominick M. Maino. 2009. "Brain Anatomy, Electrophysiology, Visual

Function/Perception in Children Within The Autistic Spectrum Disorder".

http://c.ymcdn.com/sites/www.covd.org/resource/resmgr/ovd40-3/article_children_asd.p

df.

http://nawrot.psych.ndsu.nodak.edu/courses/psych465.s.02/projects/autism/brain

%20areas.htm. "Area of the Brain Affected by Autism".

79