Upload
paul-coleman
View
164
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Laporan Sosialisasi Pangan Lokal TPQ An Roudhotul Jannah
Citation preview
LAPORAN SOSIALISASI PANGAN LOKAL
TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN LOKAL
oleh Kelompok 6
THP B1. Dyah Nur Arida 121710101052
2. Siti Rohmatussiamah 121710101061
3. Ahmad Fauzi Ghouts 121710101065
4. Radik Faizun 121710101067
5. Himmatul Faiqoh 121710101068
6. Joko Cahyono 121710101075
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pangan merupakan hal yang sangat penting bagi keberlangsungan hidup
umat manusia. Kebutuhan manusia akan pangan merupakan hal yang sangat
mendasar, sebab konsumsi pangan adalah salah satu syarat utama penunjang
kehidupan. Untuk memenuhi kebutuhan pangan maka ketahanan pangan
harus diperhatikan. Ketahanan pangan merupakan kondisi tersedianya pangan
yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata
dan terjangkau.
Salah satu upaya untuk mempertahankan dan mewujudkan ketahanan
pangan yaitu dengan diversifikasi pangan (penganekaragaman pangan).
Diversifikasi pangan tidak hanya sebagai upaya mengurangi ketergantungan
pada beras tetapi juga upaya peningkatan perbaikan gizi. Akan tetapi di
Indonesia ini tingkat diversifikasi pangan masih cukup rendah.
Penganekaragaman pangan perlu digalakkan untuk mewujudkan
ketahanan pangan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan
mengadakan sosialisasi kepada masyarakat. Sosialisasi ini lebih diutamakan
pada anak-anak karena generasi muda yang sangat berpotensi untuk
mengembangkan pangan lokal yang ada di daerahnya masing-masing.
Pada mulanya, kami ingin sosialisasi di posyandu. Karena kami berfikir
jika kami sosialisasi di posyandu kami tidak hanya berbagi ilmu mengenai
pangan lokal kepada anak –anak saja tetapi juga kepada ibu – ibu. Namun,
karena suatu hal, kami melakukan sosialisasi kepada adik – adik di TPQ An –
Roudhotul Jannah. Karena anak – anak merupakan generasi muda penerus
bangsa. Selain itu anak – anak mudah terpengaruh oleh lingkungan. Dari hal
itu kami ingin mengajak dan menanamkan kebiasaan untuk mengkonsumsi
makanan yang beranekaragam. Dengan demikian secara tidak langsung,
mereka telah mendukung pengembangan pangan lokal dan diversifikasi
pangan yang merupakan pilar ketahanan pangan.
1.2 Tujuan
Tujuan pengadaan sosialisasi pengenalan pangan lokal antara lain :
1. Mengenalkan tentang arti pangan lokal kepada siswa TPQ An Roudhotul
Jannah.
2. Mengenalkan diversifikasi pangan kepada siswa TPQ An Roudhotul
Jannah.
3. Mengenalkan jenis-jenis pangan lokal yang ada didaerah kepada siswa
TPQ An Roudhotul Jannah.
1.3 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari sosialisasi pangan lokal antara
lain :
1. Siswa TPQ dapat mengetahui potensi kekayaan lokal yang ada di
Indonesia khususnya Jember.
2. Mengetahui pengertian diversifikasi pangan.
3. Mengetahui jenis-jenis pangan lokal yang ada didaerah.
BAB 2 REVIEW LITERATUR
2.1 Pengertian Pangan
Menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 28 tahun 2004 pangan adalah
segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah
maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau
minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan
baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan,
pengolahan dan atau pembuatan makanan atau minuman.
Pangan dibedakan atas pangan segar dan pangan olahan :
a. Pangan segar
Pangan segar adalah pangan yang belum mengalami
pengolahan. Misalnya beras, gandum, segala macam buah, ikan,
air segar.
b. Pangan olahan tertentu
Makanan / pangan olahan tertentu adalah pangan olahan yang
diperuntukkan bagi kelompok tertentu dalam upaya memelihara
dan meningkatkan kualitas kesehatan kelompok tersebut.
c. Pangan siap saji
Pangan siap saji adalah makanan atau minuman yang sudah diolah dan
bisa langsung disajikan di tempat usaha atau di luar tempat usaha atas
dasar pesanan.
2.2 Pengertian dan Ruang Lingkup Pangan Lokal
Pangan lokal adalah produk makanan yang diolah dengan bahan baku
dan pengembangan sesuai dengan potensi sumber daya setempat. Setiap
daerah mempunyai keunggulan produk pangan lokal yang berbeda. Produk
pangan lokal umumnya dikenal di daerahnya saja.
Pangan lokal termasuk di dalamnya pangan tradisional dan pangan
khas daerah yang mempunyai peranan strategis dalam upaya pemantapan
ketahanan pangan khususnya aspek konsumsi, dalam hal ini
penganekaragaman di daerah karena bahan baku pangan tersebut tersedia
secara spesifik dilokasi.
2.3 Pengertian dan Ruang Lingkup Ketahanan Pangan
Menurut Suryana (2004), ketahanan pangan diartikan sebagai kondisi
dimana setiap orang sepanjang waktu memiliki akses, baik secara fisik
maupun ekonomis, terhadap pangan yang cukup, aman dan bergizi, untuk
memenuhi kebutuhan gizi harian yang diperlukan agar dapat hidup dengan
aktif dan sehat. Hal ini sejalan dengan UU no. 18 tahun 2012 tentang pangan,
bahwa ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya angan bagi negara
sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang
cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan
terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya
masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara
berkelanjutan.
Ketahanan pangan nasional harus dipahami dari tiga aspek, yaitu
ketersediaan, distribusi dan akses, serta konsumsi. Ketiga aspek tersebut
saling terkait, tidak hanya cukup meningkatkan produksi pangan saja, serta
memerlukan upaya pengawalan yang harus dilakukan secara terus menerus
(Bappenas, 2011).
Upaya mewujudkan ketahanan pangan nasional harus lebih dipahami
sebagai pemenuhan kondisi :
1. Terpenuhinya pangan dengan kondisi ketersediaan yang cukup,dengan
pengertian ketersediaan pangan dalam arti luas, mencakup pangan yang
berasal dari tanaman, ternak dan ikan dan memenuhi kebutuhan atas
karbohidrat, vitamin dan mineral serta turunan, yang bermanfaat bagi
pertumbuhan dan kesehatan manusia.
2. Terpenuhinya pangan dengan kondisi aman, diartikan bebas dari
pencemaran biologis, kimia, dan benda lain yang lain dapat mengganggu,
merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia, serta aman untuk
kaidah agama.
3. Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang merata, diartikan bahwa
distribusi pangan harus mendukung tersedianya pangan pada setiap saat
dan merata di seluruh tanah air.
4. Terpenuhinya pangan dengan kondisi terjangkau, diartikan bahwa pangan
mudah diperoleh rumah tangga dengan harga yang terjangkau.
2.4 Pengertian dan Ruang Lingkup Diversifikasi Pangan
Penganekaragaman pangan atau diversifikasi yaitu proses pengembangan
produk pangan yang tidak tergantung kepada satu jenis pangan saja, tetapi
terhadap macam-macam bahan pangan mulai dari aspek produksi, aspek
pengolahan, aspek distribusi hingga aspek konsumsi pangan di tingkat rumah
tangga (Badan Ketahanan Pangan, 2006).
Menurut UU no. 18 tahun 2012 tentang pangan diversifikasi pangan
adalah penganekaragaman pangan untuk meningkatkan ketersediaan pangan
yang beragam dan yang berbasis potensi sumber daya lokal untuk:
a. memenuhi pola konsumsi Pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan
aman;
b. mengembangkan usaha Pangan; dan/atau
c. meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Diversifikasi pangan yang selama ini telah dilakukan antara lain adalah
dengan sumber pangan pokok selain beras (umbi – umbian, serealia, dan
pati), sumber protein hewani (daging, ikan, dan susu), sumber protein nabati
(koro – koroan, kacang – kacangan, dan lainnya.
2.5 Pengertian dan Ruang Lingkup Pola Konsumsi Pangan
Menurut Hoang yang dikutip oleh Aminah (2005) pola konsumsi adalah
berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jumlah dan jenis
bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan mempunyai ciri
khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu. Pola makan adalah cara
seseorang atau sekelompok orang (keluarga) dalam memilih makanan sebagai
tanggapan terhadap pengaruh fisiologi, psikologis, kebudayaan dan sosial.
Pola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah pangan yang
dikonsumsi oleh seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu
(Madanijah, 2004). Pola konsumsi pangan adalah berbagai informasi yang
memberikan gambaran mengenai jenis, frekuensi dan jumlah bahan pangan
yang dimakan tiap hari oleh satu orang atau merupakan ciri khas untuk
sesuatu kelompok masyarakat tertentu (Harper, 1998).
Pangan lokal termasuk di dalamnya pangan tradisional dan pangan khas
daerah yang mempunyai peranan strategis dalam upaya pemantapan
ketahanan pangan khususnya aspek konsumsi, dalam hal ini
penganekaragaman di daerah karena bahan baku pangan tersebut tersedia
secara spesifik dilokasi. Disamping itu resep makanan yang dimiliki cukup
beranekaragaman macamnya baik yang telah diwariskan turun temurun
maupun baru diciptakan.
2.6 Pengertian dan Ruang Lingkup AKG
Angka Kecukupan Gizi (AKG) adalah suatu kecukupan rata-rata zat gizi
setiap hari bagi semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran
tubuh, aktivitas tubuh dan kondisi fisiologis khusus untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal (Kartasapoetra, 2003).
AKG (Angka Kecukupan Gizi) bermanfaat untuk:
1. Menentukan kecukupan makanan
2. Menilai tingkat konsumsi individu maupun masyarakat
3. Menilai status gizi masysrakat
4. Merencanakan bantuan makanan dalam rangka program kesejahteraan
masyarakat
5. Mengevaluasi tingkat kecukupan penyediaan pangan untuk kelompok
tertentu
6. Membuat label gizi pada produk makanan industri
7. Merencanakan kecukupan gizi institusi
8. Merencanakan fortifikasi makanan
2.7 Hubungan Pola Konsumsi Pangan dengan AKG dan Hubungan
Ketahanan Pangan dengan Diversifikasi Pangan
2.7.1 Hubungan Pola Konsumsi Pangan dengan AKG
Faktor-faktor Penyebab yang Mempengaruhi Status Gizi
1. Penyebab Langsung
Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi
kurang. Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan
makanan yang kurang, tetapi juga penyakit. Anak yang mendapat
cukup makanan tetapi sering menderita sakit, pada akhirnya dapat
menderita gizi kurang. Demikian pula pada anak yang tidak
memperoleh cukup makan, maka daya tahan tubuhnya akan melemah
dan akan mudah terserang penyakit.
2. Penyebab tidak Langsung
Ada 3 penyebab tidak langsung yang menyebabkan gizi
kurang yaitu :
a. Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai.
b. Pola pengasuhan anak kurang memadai.
c. Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai.
Pencapaian status gizi yang baik, didukung oleh konsumsi pangan yang mengandung zat gizi cukup dan aman untuk dikonsumsi. Bila terjadi gangguan kesehatan, maka pemanfaatan zat gizi pun akan terganggu.
2.7.2 Hubungan Ketahanan Pangan dengan Diversifikasi Pangan
Diversifikasi pangan menjadi salah satu pilar utama dalam mewujudkan
ketahanan pangan. Diversifikasi konsumsi pangan tidak hanya sebagai upaya
mengurangi ketergantungan pada beras tetapi juga upaya peningkatan
perbaikan gizi untuk mendapatkan manusia yang berkualitas dan mampu
berdaya saing dalam percaturan globalisasi (Himagizi, 2009).
Oleh karena itu, diversifikasi pangan merupakan aspek yang sangat
penting dalam ketahanan pangan. Diversifikasi produksi pangan bermanfaat
bagi upaya peningkatan pendapatan petani dan memperkecil resiko berusaha.
Diversifikasi produksi secara langsung ataupun tidak juga akan mendukung
upaya penganekaragaman pangan.
2.8 Faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Pangan Masyarakat, AKG,
Ketahanan Pangan, dan Diversifikasi Pangan
1. Tingkat Pendapatan masyarakat
Semakin tinggi pendapatan sebuah keluarga, maka pola konsumsi pangan
mereka cenderung meningkat dan gizinya terpenuhi.
2. Tingkat Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, maka mereka memiliki
tingkat kesadaran lebih tinggi untuk mengonsumsi makanan yang beragam
dengan tujuan mendapat gizi yang seimbang.
3. Harga Barang
Semakin tinggi harga barang, maka masyarakat akan cenderung tidak
membelinya atau hanya membeli dalam jumlah yang sedikit. Dengan
demikian, akan mengurangi jumlah pola konsumsinya.
4. Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah anggota keluarga yang semakin banyak akan menurunkan pola
konsumsi pangan masyrakat. Hal ini dikarenakan, dengan jumlah anggota
keluarga yang semakin banyak maka pendapatan akan di bagi ke dalam
kebutuhan lainnya.
5. Lingkungan
Lingkungan sangat mempengaruhi keragaman pola konsumsi pangan
seseorang, karena setiap daerah memiliki potensi pangan yang berbeda –
beda. Misalnya gandum yang tidak dapat dijadikan sumber pangan pokok
selain beras karena tidak dapat tumbuh di daerah tropis seperti Indonesia.
Masalah ketersediaan. Saat ini proses produksi dan distribusi pangan
banyak difokuskan kepada beras. Tidak mengherankan, ketersediaan
pangan alternatif seringkali dianggap sebagai pelengkap saja.
BAB 3. METODOLOGI SOSIALISASI
3.1 Waktu dan Tempat
Waktu : Sabtu, 22-02-2014 Pukul 16.00-17.00 WIB
Tempat : JL. Danau Toba, Jember
3.1 Sasaran dan Jumlah peserta
Sasaran : Santri TPQ An Roudhotul Jannah
Jumlah Peserta : 18 anak
3.2 Metode Pelaksanaan
1. Diskusi penentuan lokasi/survei
2. Mengurus perijinan
3. Persiapan bahan sosialalisasi
4. Pelaksanaan sosialisasi
Metode pelaksanaan yang kami gunakan adalah metode presentasi,
games dan metode diskusi. Pada metode prresentasi kami menggunakan
media poster untuk memaparkan materi. Selain itu kami juga mengadakan
games yang bertemakan pangan lokal agar materi yang disampaikan lebih
mengena dan mudah diingat oleh para santri. Games yang kami buat yaitu
menyusun kata-kata serta mencari gambar yang sesuai dengan kata yang
telah disusun. Selanjutnya dilakukan diskusi atau sesi tanya jawab untuk
mengetahui seberapa jauh santri memahami materi yang telah dipaparkan
dan untuk mengingatkan kembali akan materi yang telah diberikan. Santri
yang menjawab dengan benar akan mendapat hadiah.
BAB 4. HASIL PEMBAHASAN
4.1 Kronologi Sosialisasi
Pada mulanya, kelompok kami ingin mengadakan sosialisasi pangan lokal
ke salah satu posyandu di daerah Jember. Akan tetapi, karena menurut
pengelola posyandu yang telah kami konfirmasi menyatakan bahwa peserta
posyandu di tempat tersebut datangnya tidak bisa bersamaan, maka kami
memutuskan untuk melakukan sosialisasi di tempat lain. Ditemukanlah
sebuah TPQ (Taman Pendidikan Al- Qur’an) di daerah Danau Toba Jember .
TPQ tersebut bernama “An Roudhotul Jannah”. Setelah menemukan tempat
tersebut, kami melakukan konfirmasi kepada pengasuh TPQ An Roudhotul
Jannah untuk mengurus perijinan tempat serta mempersiapkan semua alat dan
bahan yang diperlukan dalam sosialisasi.
Pada tanggal 22 Februari 2014 kami melakukan sosialisasi di TPQ An
Roudhotul Jannah yang dimulai jam 16.00 sampai 17.00 WIB. Sosialisasi
dilakukan di dalam masjid dengan peserta sekitar 18 santri yang rata-rata
siswa SD (Sekolah Dasar). Pada awal sosialisasi, kami menyampaikan
penjelasan tentang poster ilmiah kami yang berisi judul, latar belakang
ketahanan pangan, contoh diversifikasi pangan, macam – macam diversifikasi
pangan dan viewer berupa gambar dari macam – macam pangan lokal di
Indonesia seperti padi, kedelai, singkong, jagung, kelapa, dan sebagainya.
Setelah itu kami memberikan permainan, dan dilanjutkan dengan tanya
jawab.
Selama presentasi, kami menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
oleh adik-adik, sehingga mereka mudah memahami materi yang kami
sampaikan dan dapat menyebutkan berbagai macam pangan lokal seperti
singkong, jagung, kedelai, padi, kelapa, dan ikan. Selain itu, mereka juga
dapat menyebutkan diversifikasi pangan seperti gethuk, tahu, marning,
kembang gula, dan sarden. Semua santri tersebut sangat antusias dalam
kegiatan sosialisasi yang kami lakukan. Mereka tidak hanya mendengarkan
penjelasan dan menjawab pertanyaan yang kami berikan, melainkan juga
aktif bertanya hal-hal yang berkaitan dengan katahanan pangan.
Kegiatan sosialisasi kami akhiri dengan pembagian hadiah bagi para santri
yang telah berhasil menjawab pertanyaan yang kami berikan. Setelah
pemberian hadiah, kami foto bersama dengan mereka dan berpamitan
sekaligus pemberian cindera mata sebagai oleh-oleh dan rasa terimakasih
kami kepada pihak TPQ yang telah berkenan dan menyambut kami dalam
kegiatan sosialisasi.
4.2 Analisa Hasil Game dan Diskusi
Hasil sosiaisasi yang telah dilakukan oleh kelompok kami mengenai
pentingnya pangan lokal dan diversifikasi pangan lokal, kami tidak hanya
memberikan pengetahuan tentang pangan lokal dan diversivikasi saja, namun
untuk mempermudah adik – adik dalam menyerap apa yang kami sampaikan
maka kita memberi game dan diskusi dari apa yang telah disampaikan. Jika
adek – adek TPQ An – Raudhotul Jannah dalam game dan diskusi ini masih
belum paham, maka kita dapat menjelaskan kembali.
Game yang kami berikan pada adek – adek yaitu menyusun sebuah kata,
sistematika permainannya yaitu menyusun 4 kata yang terdiri dari 2 nama
produk pangan lokal dan 2 nama produk olahan pangan lokalnya. Game ini
bertujuan untuk menambah wawasan dan mengetahui seberapa adek-adek
dapat mengetahui produk pangan lokal dan produk olahan pangan lokal.
Setelah selesai menyusun atau merangkai kata-kata tersebut maka adek –
adek disuruh mencari gambar. Dimana kelompok yang terlebih dahulu
menyelesikan maka kami beri hadiah atau Doorprize. Berdasarkan hasil game
yang telah dilakukan, ternyata adek-adek TPQ An – Raudhotul Jannah sangat
antusias dan bahkan mereka dalam game mampu bermain dengan waktu yang
singkat yaitu kira – kira dalam waktu ± 6 menit, padahal waktu yang kita
berikan 10 menit. Pada penyesuaian rangkaian kata produk pangan lokal
dengan produk olahan pangan lokal yang telah dilakukan adek – adek, adek –
adek telah sesuai dan juga saat mereka mencocokkan kata yang telah
dirangakai dengan gambar yang diambilnya telah sesuai pula.Metode diskusi
yang kami berikan saat sosialisasi yaitu berupa tanya jawab. Dimana metode
diskusi ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar adek – adek dapat
merespon materi yang kami sampaikan. Dalam diskusi ini kami memberi 5
pertanyaan yang berupa:
1. Sebutkan 8 produk pangan lokal yang telah kami sampaikan!
2. Sebutkan 8 produk olahan pangan lokal yang telah kami
sampaikan!
3. Apa yang dimaksud dengan pangan lokal
4. Sebutkan 3 produk olahan pangan lokal singkong selain yang
telah disampaikan!
5. Sebutkan 3 produk olahan pangan lokal jagung!
Jawaban adek – adek TPQ an raudhotul Jannah dari pertanyaan yang telah
kami berikan yaitu:
1. Singkong, kentang, jagung, ikan, kelapa, padi, kedelai, dan
kacang.
2. Gethuk, kripik, dadar, sarden, kembang gula, rengginang dan
pilus.
3. Pangan asli daerah.
4. Suwar – suwir, jemblem, utri, gatot
5. Sayur jagung, marning, dadar jagung.
Berdasarkan jawaban dari adek – adek dapat kami ketahui bahwa rata –
rata- adek – adek telah dapat merespon materi yang kami berikan. Dan
mereka dapat memberikan contoh selain produk olahan yang kami berikan.
Namun ketika kami memberi pertanyaan mengenai apakah pangan lokal dan
produk olahan pangan tersebut sering adek – adek konsumsi , mereka banyak
atau bahkan sampai semuanya menjawab tidak suka dan enggan untuk
mengkonsumsi. Kemudian kami memberi penjelasan mengenai pentingnya
kita mengkonsumsi produk – produk pangan lokal tersebut dan manfaatnya.
Kita memberikan pengarahan bahwa jika kita mengkonsumsi produk pangan
lokal maka kita akan hidup lebih sehat, dapat membuat kita tambah pintar.
Sedangkan jika kita lebih sering mengkonsumsi beras saja, maka di daerah
kita akan kehabisan kehabisan beras dan pada akhirnya kita harus membeli
beras di luar negri yang dapat kita sebut impor beras. Sehingga harapannya
dari penjelasan tersebut, mereka dapat mengkonsusi produk – produk pangan
lokal tersebut dan tidak hanya bergantung pada beras saja.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil sosialisasi yang telah dilakukan dapat disimpulakan
sebagai berikut.
1. Sosialisasi kami tujukan kepada adik – adik yang mempunyai daya
tangkap, daya ingat yang baik, mudah terpengaruh oleh lingkungan dan
merupakan generasi penerus bangsa.
2. Sosialisasi dilakukan dengan penyampaian materi dengan bahasa yang
komunikatif, yang dilanjutkan dengan permainan, dan tanya jawab.
3. Kegiatan sosialisasi berjalan cukup lancar walaupun ada sedikit hambatan
yaitu ada salah satu warga yang meninggal dan dishalatkan di masjid
sehingga waktu pelaksanaan sosialisasi mundur.
4. Adik – adik TPQ An –Roudhotul Jannah sangat antusias dalam sosialisasi
ini yang dibuktikan dengan banyaknya adik – adik yang dapat menjawab
pertanyaan dari kami dan bertanya kepada kami.
5. Sebagian besar adik – adik TPQ An Roudhotul Jannah telah mengetahui
arti pangan lokal dan jenis – jenis pangan lokal namun, mereka belum
mengetahui diversifikasi pangan.
5.2 Saran
Sebaiknya sebelum melakukan sosialisasi hendaknya mempersiapkan
segala sesuatu yang bersangkutan dengan berlangsungnya kegiatan sosialisasi
secara matang terutama dalam hal penguasaan materi dan gaya berkomunikasi
yang efektif. Selain itu, setiap asisten dalam memberi revisi hendaknya
menggunakan acuan yang sama sehingga tidak membingungkan praktikan.
DAFTAR PUSTAKA
Aminah,S. 2005. Gambaran Konsumsi Makanan dan Status Gizi Baduta (0-24 bulan) di Kelurahan Tanjung Leidong Kecamatan Kualah Leidong Kabupaten Labuhan Batu Propinsi Sumatera Utara. Skripsi, FKMUSU.
Badan Ketahanan Pangan. 2006. Direktori Pengembangan Konsumsi Pangan. Pusat Pengembangan Konsumsi Pangan. Jakarta: Departemen Pertanian.
Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas). 2011. Penjelasan Tentang Ketahanan Pangan. www.bappenas.go.id. [diakses 14 Februari 2014].
Harper, I. J. , B. J. Draton & J. A. Driskel. 1988. Pangan, Gizi dan Pertanian. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Himagizi. 2009. Diversifikasi Pangan. http://gizi.fema.ipb.ac.id/himagizi/p=83 . [diakses 14 Februari 2014].
Kartasapoetra,. 2003. Ilmu Gizi. Jakarta: Rineka Cipta.
Madanijah. 2004. Pola Konsumsi Pangan, dalam Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya.
Suryana, A. 2004. Ketahanan Pangan di Indonesia. Prosiding: Widyakarya Nasional Pangan dan GiziVIII. ”Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi”. Jakarta, tanggal 17-19 Mei 2004..
Undang – Undang Republik Indonesia. Nomor 18 Tahun 2012 Tentang PANGAN.
Lampiran Dokumentasi
Menjelaskan tentang potensi singkong sebagai bahan dasar pangan lokal
Menjelaskan dengan poster Menjelaskan dengan kartu bergambar
Permainan edukasi
Pembagian huruf untuk memulai permainan
Saat mengerjakan soal dalam permainan
Pengumuman sekaligus pembagian hadiah untuk pemenang
Pemenang kelompok tercepat Pemenang review materiFoto bersama