Upload
ishmahaa
View
497
Download
47
Embed Size (px)
DESCRIPTION
teknik sediaan
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUIDA DAN SEMISOLIDA
GEL NEOMYCIN SULFAT
Disusun oleh:
Ishmah Athifah Al Muqaffa
P17335113036
POLITEKNIK KESEHATAN FARMASI
2014
GEL NEOMYCIN SULFAT
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan formulasi yang tepat dalam pembuatan sediaan Gel
Neomycin Sulfat.
2. Mampu membuat sediaan Gel Neomycin Sulfat dengan baik dan
benar.
3. Menentukan hasil evaluasi sediaan Gel Neomycin Sulfat.
II. PENDAHULUAN
Pengertian.
Gel didefinisikan sebagai suatu sistem setengah padat yang
terdiri dari suatu disperse yang tersusun baik dari partikel anorganik
yang kecil atau molekul organik yang besar dan saling diresapi cairan.
Gel dalam mana makro molekulnya disebarkan ke seluruh cairan
sampai tidak terlihat ada batas di antaranya, cairan ini disebut gel satu
fase. Dalam hal di mana massa gel terdiri dari kelompok-kelompok
partikel kecil yang berbeda, maka gel ini dikelompokkan sebagai
sistem dua fase dan sering pula disebut magma atau susu. Gel
dianggap sebagai disperse koloid oleh karena masing-masing
mengandung partikel-partikel dengan ukuran koloid.
Dispers Koloid.
Koloid lipofilik umumnya adalah molekul-molekul organik
yang besar dan dapat dilarutkan atau disatukan dengan molekul dari
fase pendispersi. Bahan-bahan ini tersebar dengan cepat segera setelah
ditambahkan fase pendispersi membentuk dispers koloid. Dengan
lebih banyaknya molekul fase dari bahan-bahan ditambahkan kedalam
sol, viskositasnya secara khusus meningkat dan apabila konsentrasi
dari molekul-molekul cukup tinggi, sol yang cair dapat menjadi
dispers setengah padat atau padat yang dinamakan gel. Gel
mempunyai kekakuan yang disebabkan oleh jaringan yang saling
menganyam dari fase terdispers yang mengurung dan memegang
medium pendispersi. Perubahan dalam temperatur dapat menyebabkan
gel tertentu mendapatkan kembali bentu sol atau bentuk cairnya. Juga
beberapa gel menjadi encer setelah pengocokan dan segera menjadi
setengah padat atau padat kembali setelah dibiarkan tidak terganggu
untuk beberapa waktu tertentu, peristiwa ini dikenal sebagai
tiksotropi.
Pembuatan dari gel.
Banyak gel dibuat segar dengan pengendapan fase terdispers,
agar mendapatkan suatu derajat kehalusan dari bagian-bagian partikel
dan sifat seperti gelatin dari partikel-partikel tersebut. Endapan
bersifat gelatin yang diinginkan, dihasilkan apabila larutan unsur
anorganik bereaksi membentuk suatu senyawa kimia yang tidak larut,
mempunyai daya tarik-menarik yang tinggi dengan air. Sebagaimana
dengan partikel-partikel mikro kristal dari endapan mengembang,
menarik air dengan kuat untuk memperoleh partikel seperti gelatin
yang bergabung membentuk endapan yang bersifat seperti gelatin. Gel
lainnya dapat dibuat dengan cara hidrasi langsung dalam air dari zat
kimia anorganik, bentuk yang hidrasi terdiri dari fase terdispers dari
suatu dispers.
Tujuan pemilihan bentuk sediaan gel adalah karena sediaan gel
memiliki kemampuan penyebaran yang baik pada kulit, daya lekat
tinggi yang tidak menyumbat pori, mudah dicuci dengan air, dan
pelepasan obatnya yang baik.
Gel Neomycin sulfat adalah salah satu jenis sediaan semi
solida yang merupakan campuran yang mengandung bahan aktif
Neomycin sulfat, air dan gelling agent.
Efek Farmakologi Neomycin sulfat : Pengunaan teurapetik
Neomycin sulfat telah digunakan secara luas untuk penggunaan
topikal pada sebagian infeksi kulit dan membran mucus yang
disebabkan oleh mikroorganisme yang rentan terhadap obat ini.
Infeksi ini meliputi infeksi luka bakar, luka ulser dan dermatosis
terinfeksi.
Pengertian Luka bakar.
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan oleh kontak dengan sumber panas seperti api, air panas,
bahan kimia, listrik dan radiasi (Moenandjat, 2001).
Kerusakan pada kulit akibat luka bakar sering kali
digambarkan pada kedalaman cedera dan didefinisikan dalam istilah
cedera ketebalan parsial (yang mengenai lapisan epidermis atau
lapisan dedermis) dan cedera ketebalan penuh (mengenai lapisan
epidermia, dedermis dan lapisan lemak) (Hudak & Gallo, 1994).
Tanda dan gejala.
Tanda dan gejala yang terdapat pada luka bakar dipengaruhi
oleh berbagai faktor, menurut kedalamannya dibagi dengan 4 derajat.
1. Luka bakar derajat I
Kerusakan pada lapisan epidermis superfisial, kulit kering
hiperemik, berupa eritema, tidak dijumpai bula nyeri karena
ujung-ujung syaraf sensorik teriritasi, penyembuhan terjasi secara
spontan dalam waktu 5 – 10 hari.
2. Luka bakar derajat II dangkal
Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis organ-organ
kulit seperti polikel rambut, kelenjar, kelenjar sebasea masih utuh,
dijumpai pula nyeri karena ujung-ujung syaraf sensorik teriritasi,
dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi
diatas kulit normal. Penyembuhannya terjadi secara spontan dan
dalam waktu 10 – 14 hari.
3. Luka bakar derajat III dalam
Kerusakan mengenai seluruh bagian dermis organ-organ kulit
seperti folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea
sebagian masih utuh, dijumpai bula. Nyeri karena ujung-ujung
syaraf sensorik teriritasi, dasar luka berwarna merah atau pucat.
Penyembuhannya lebih lama, tergantung sel epitel yang tersisa.
Penyembuhannya lebih dari satu bulan.
4. Luka bakar derajat IV
Kerusakan meliputi seluruh dermis dan lapisan yang telah dalam,
organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat dan
kelenjar sebasea mengalami kerusakan, tidak dijumpai bula, kulit
yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat, terletak lebih rendah
dibanding kulit sekitar, terjadi koagulasi protein pada epidermis
dan dermis yang dikenal eskar, tidak dijumpai rasa nyeri dan
hilang sensori karena ujung-ujung syaraf sensorik mengalami
kerusakan dan kematian. Penyembuhannya terjadi lama karena
ada proses epitelisasi spontan dari dasar luka (Moenandjat, 2001).
Patofisiologi.
Tingkat keperawatan perubahan tergantung kepada luas dan
kedalaman luka bakar yang menimbulkan kerusakan dimulai dari
terjadinya luka bakar dan berlangsung sampai 48 – 72 jam pertama.
Kondisi ditandai dengan pergeseran cairan dari komponen vaskuler ke
ruang interstitium. Bila jaringan terbakar, vasodilatasi meningkatkan
permeabilitas kapiler, dan timbul perubahan permeabilitas sel pada
yang luka bakar dan di sekitarnya. Dampaknya jumlah cairan yang
banyak berada pada ekstra sel, sodium chloride dan protein lewat
melalui daerah yang terbakar dan membentuk gelembung-gelembung
dan oedema atau keluar melalui luka terbuka. Akibat adanya oedema
luka bakar lingkungan kulit mengalami kerusakan. Kulit sebagai
barier mekanik berfungsi sebagai mekanisme pertahanan diri yang
penting, dari organisme yang mungkin masuk. Terjadinya kerusakan
lingkungan kulit akan memungkinkan mikroorganisme masuk dalam
tubuh dan menyebabkan infeksi luka yang dapat memperlambat
proses penyembuhan luka. Dengan adanya oedema juga berpengaruh
terhadap peningkatan peregangan pembuluh darah dan syaraf yang
dapat menimbulkan rasa nyeri juga dapat mengganggu mobilitas
pasien.
Target obat Gel Neomycin Sulfat adalah di permukaan kulit /
epidermis, karena Neomycin Sulfat berfungsi untuk obat infeksi kulit,
berarti obat tersebut tidak sampai menembus ke lapisan kulit, hanya
untuk dipermukaan kulit saja karena sediaan ini digunakan untuk luka
yang terbuka, maka dalam pembuatan sediaan tidak harus
ditambahkan Penetrant enhancer.
Dosis : Neomycin 5mg/g untuk digunakan 2-3 kali sehari.
Karena sediaan yang dibuat adalah Neomycin sulfat, maka dosis harus
dikonfersikan. Diketahui dalam Formularium Nasional, bahwa 1,43g
Neomycin Sulfat setara dengan lebih kurang 1g Neomycin.
Jadi, dosis yang Neomycin Sulfate adalah = 5mg×1,43=7,15 mg / g
dengan cara pemakaian Sehari 2-3 kali dioleskan pada permukaan
luka.
III. FORMULASI
1. Neomycin Sulfat
Zat Aktif Neomycin Sulfat
Sinonim Fradiomycin Sulfate
(JP15, hal. 705)
Struktur
(JP15, hal. 705)
Rumus
molekul
C23H46N6O13.3H2SO4
(JP15, hal. 705)
Pemerian Serbuk, putih sampai agak kuning atau padatan
kering mirip es; tidak berbau atau praktis tidak
berbau; higroskopik; larutannya memutar bidang
polarisasi ke kanan. (FI IV hal. 606)
Kelarutan Mudah larut dalam air; sangat sukar larut dalam
etanol; tidak larut dalam aseton, dalam kloroform,
dan dalam eter. (FI IV hal. 606)
Stabilitas pH antara 5,0 dan 7,0; lakukan penetapan
penggunaan larutan yang mengandung 33 mg per
ml. (FI IV hal. 607)
Keterangan
lain
Mengandung neomycin sulfat tidak kurang dari
jumlah yang setara dengan 60% neomycin, dihitung
terhadap yang dikeringkan. (FI III hal. 429)
Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.
(FI IV hal. 607)
Kadar
penggunaan
Kadar penggunaan Neomycin sulfate pada Gel yang
di buat adalah 0,715 %
2. CMC Na
Zat CMC Na
Sinonim Akucell; Aqualon CMC; Aquasorb; Blanose; Carbose D; carmellosum natricum; Cel-O-Brandt; cellulose gum; Cethylose; CMC sodium; E466; Finnfix; Glykocellan; Nymcel ZSB; SCMC; sodiumcarboxymethylcellulose; sodium cellulose glycolate; Sunrose; Tylose CB; Tylose MGA; Walocel C; Xylo-Mucine. (HOPE 6th Ed. 2009, hal. 118)
Struktur
(HOPE 6th Ed. 2009, hal. 118)
Titik lebur Coklat sekitar 227oC, dan gosong di sekitar 252oC.
(HOPE 6th Ed. 2009, hal. 119)
Pemerian Putih atau hampir putih, tidak berbau, hambar,
bubuk granular. Higroskopis setelah pengeringan.
(HOPE 6th Ed. 2009, hal. 119)
Kelarutan Praktis tidak larut dalam aseton, etanol (95%), eter,
dan toluen. Mudah terdispersi dalam air pada semua
suhu, membentuk jelas, larutan koloid. Kelarutan air
bervariasi dengan derajat substitusi (DS). (HOPE 6th
Ed. 2009, hal.119 - 120)
Stabilitas Natrium karboksimetilselulosa stabil, meskipun
material higroskopis. Dalam kondisi kelembaban
tinggi, karboksimetilselulosa sodium dapat
menyerap jumlah besar (> 50 %) air. Larutan air
stabil pada pH 2-10; pengendapan dapat terjadi
bawah pH 2, dan viskositas larutan menurun dengan
cepat di atas pH 10. Umumnya, larutan
menunjukkan viskositas maksimum dan stabilitas
pada pH 7-9.
Larutan berair disimpan untuk jangka waktu yang
lama harus berisi pengawet antimikroba.
(HOPE 6th Ed. 2009, hal. 120)
Inkompabilitas Natrium karboksimetilselulosa tidak kompatibel
dengan larutan asam kuat dan dengan garam larut
besi dan beberapa logam lainnya, seperti
aluminium, merkuri, dan seng. Hal ini juga
kompatibel dengan gum xanthan. Pengendapan
dapat terjadi pada pH < 2, dan juga bila dicampur
dengan etanol (95%).
(HOPE 6th Ed. 2009, hal. 120)
Keterangan
lain
Natrium karboksimetilselulosa digunakan dalam
oral, topikal, dan beberapa formulasi parenteral. Hal
ini juga banyak digunakan dalam kosmetik, mandi,
dan produk makanan, dan umumnya dianggap
sebagai beracun dan nonirritant material. Namun,
konsumsi oral sejumlah besar natrium
karboksimetilselulosa dapat memiliki efek laksatif;
terapi, 4-10 g dalam dosis terbagi sehari-hari nilai
menengah dan tinggi viskositas
karboksimetilselulosa sodium telah digunakan
sebagai obat pencahar massal.
(HOPE 6th Ed. 2009, hal. 120)
Penyimpanan Harus disimpan dalam wadah tertutup baik di
tempat yang sejuk dan kering . (HOPE 6th Ed. 2009,
hal. 120)
Kadar
penggunaan
Penggunaan Konsentrasi (%)
Emulsifying agen 0,25-1,0
Pembentuk gel 3,0-6,0
Injeksi 0,05-0,75
Larutan oral 0.1-1.0
Pengikat tablet 1,0-6,0
(HOPE 6th Ed. 2009, hal. 119)
3. Methyl paraben
Zat Methyl Paraben
Sinonim Aseptoform M; CoSept M; E218; 4-hydroxybenzoic
acid methyl ester; metagin; Methyl Chemosept;
methylis parahydroxybenzoas; methyl p-
hydroxybenzoate; Methyl Parasept; Nipagin M;
Solbrol M; Tegosept M; Uniphen P-23.
(HOPE 6th Ed. 2009, hal. 441)
Struktur
(HOPE 6th Ed. 2009, hal. 441)
Rumus
molekul
C8H8O3 (HOPE 6th Ed. 2009, hal. 441)
Titik lebur 125–128oC (HOPE 6th Ed. 2009, hal. 443)
Pemerian Kristal tak berwarna atau Kristal putih bubuk. Tidak
berbau atau hamper tidak berbau dan memiliki
sedikit rasa pembakaran.
(HOPE 6th Ed. 2009, hal. 442)
Kelarutan Kelarutan di 25oC
Pelarut Kelarutan
Ethanol 1:2
Ethanol (95%) 1:3
Ethanol (50%) 1:6
Eter 1:10
Glycerin 1:60
Minyak mineral Praktis Tidak Larut
Minyak kacang 1:200
Propylene Glycol 1:5
Air 1:400 ; 1:50 (50oC)
1:30 (80oC)
(HOPE 6th Ed. 2009, hal. 443)
Stabilitas Larutan air pada pH 3-6 stabil (kurang dari 10%
dekomposisi) sampai sekitar 4 tahun pada suhu
kamar, sementara larutan air pada pH 8 atau di atas
tunduk pada hidrolisis cepat (10% atau lebih setelah
penyimpanan sekitar 60 hari pada suhu kamar).
(HOPE 6th Ed. 2009, hal. 443)
Inkompabilitas Tidak kompatibel dengan bentonite, magnesium
trisiikat, bedak, tragacanth, natrium alginate,
minyak esensial, sorbitol, dan atropine. Methyl
paraben berubah warna dengan adanya besi dan
tunduk pada hidrolisis oleh basa lemah dan asam
kuat. (HOPE 6th Ed. 2009, hal. 443)
Keterangan
lain
Methylparaben sodium dapat digunakan sebagai
pengganti Methylparaben karena kelarutan air yang
lebih besar. Namun, dapat menyebabkan pH
formulasi untuk menjadi lebih alkali.
(HOPE 6th Ed. 2009, hal. 444)
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. (FI III th 1979 hal 378)
Kadar
penggunaan
Penggunaan Konsentrasi (%)
IM, IV, SC injeksi 0,065-0,25
Larutan inhalasi 0,025-0,07
Injeksi intradermal 0,10
Larutan hidung 0,033
Mata 0,015-0,2
Larutan oral dan
suspense
0,015-0,2
Rektal 0,1-0,18
Topical 0,02-0,3
Vaginal 0,1-0,18
(HOPE 6th Ed. 2009, hal. 442)
4. Propyl paraben
Zat Propyl Paraben
Sinonim Aseptoform P; CoSept P, E216 , 4 - hidroksibenzoat
asam propil ester, Nipagin P, Nipasol M, propagin,
Propyl Aseptoform, propil butex, Propyl
Chemosept, propylis parahydroxybenzoas, propil
phydroxybenzoate, Propyl Parasept, Solbrol P,
Tegosept P; Uniphen P - 23. (HOPE 6th Ed 2009 hal
596)
Struktur
(HOPE 6th Ed. 2009, hal. 596)
Rumus
molekul
C10H12O3 (HOPE 6th Ed. 2009, hal. 596)
Titik lebur 95o – 98oC. (FI III 1979, hal. 535)
Pemerian Bubuk putih , kristal , tidak berbau , dan hambar.
(HOPE 6th Ed. 2009, hal. 596)
Kelarutan Pelarut Kelarutan di 20oC
Aceton Mudah larut
Ethanol (95%) 1 : 1
Ethanol (50%) 1 : 5,6
Eter Mudah larut
Glycerin 1 : 250
Minyak mineral 1 : 3330
Minyak kacang 1 : 70
Propylene Glycol 1 : 3,9
Propylene Glycol
(50%)
1 : 110
Air 1 : 4350 di 15oC
1 : 2500
1 : 225 di 80oC
(HOPE 6th Ed. 2009, hal. 597)
Stabilitas Larutan propil paraben pada pH 3-6 dapat
disterilkan dengan autoklaf, tanpa dekomposisi.
Pada pH 3-6, larutan stabil (kurang dari 10 %
dekomposisi) sampai sekitar 4 tahun pada suhu
kamar, sementara solusi pada pH 8 atau di atas
tunduk pada hidrolisis yang cepat (10 % atau lebih
setelah sekitar 60 hari pada suhu kamar).
(HOPE 6th Ed. 2009, hal. 597)
Inkompabilitas Aktivitas antimikroba propil paraben berkurang jauh
di hadapan surfaktan nonionik sebagai akibat dari
micellization. Penyerapan propylparaben oleh
plastik telah dilaporkan, dengan jumlah yang diserap
tergantung pada jenis plastik dan kendaraan.
Magnesium silikat aluminium, magnesium trisilikat,
oksida besi kuning, dan biru laut biru juga telah
dilaporkan untuk menyerap propil paraben, sehingga
mengurangi efektivitas pengawet. Propylparaben
berubah warna dengan adanya besi dan tunduk pada
hidrolisis oleh basa lemah dan asam kuat. (HOPE 6th
Ed. 2009, hal. 597)
Keterangan
lain
Khasiat dan penggunaan : zat pengawet
(FI III, hal. 535)
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. (FI III th 1979. Hal,
535)
Kadar
penggunaan
Penggunaan Konsentrasi (%)
IM, IV, SC, injections 0.005–0.2
Larutan inhalasi 0.015
Larutan hidung 0.017
Mata 0.005–0.01
Larutan oral dan
suspense
0.01–0.02
Rektal 0.02–0.01
Topical 0.01–0.6
Injeksi intradermal 0.02–0.26
Vaginal 0.02–0.1
(HOPE 6th Ed. 2009, hal. 596)
5. Propylene Glycol
Zat Propylene Glycol
Sinonim 1,2-Dihydroxypropane; E1520; 2-hydroxypropanol;
methyl ethylene glycol; methyl glycol; propane-1,2-
diol; propylenglycolum.
(HOPE 6th Ed. 2009, hal. 592)
Struktur
(HOPE 6th Ed. 2009, hal. 592)
Rumus C3H8O2 (HOPE 6th Ed. 2009, hal. 592)
molekul
Titik lebur -59oC (HOPE 6th Ed. 2009, hal. 592)
Pemerian Jernih, tidak berwarna, kental, praktis, tidak berbau,
agak manis, rasa sedikit tajam menyerupai gliserin.
(HOPE 6th Ed. 2009, hal. 592)
Kelarutan Terlarut campur dengan aseton, kloroform, etanol
(95%), gliserin, dan air, larut dalam 6 bagian eter,
tapi akan melarutkan beberapa minyak esensial.
(HOPE 6th Ed. 2009, hal. 592)
Stabilitas Stabil pada suhu dingin, stabil dalalm wadah
tertutup baik, tapi pada suhu tinggi ditempat terbuka.
Ia cenderung untuk mengoksidasi sehingga
menimbulkan produk seperti propional dehide, asam
laktat, asam pirufat, dan asam asetat secara kimiawi
stabil saat dicampur dengan etanol (95%), gliserin
atau air, larutan berair dapat disterilisasi dengan
autoklaf. (HOPE 6th Ed. 2009, hal. 592)
Inkompabilitas Tidak cocok dengan reagen pengoksidasi seperti
kalium permanganate. (HOPE 6th Ed. 2009, hal.
593)
Keterangan
lain
Khasiat dan penggunaan : zat tambahan; pelarut
Bobot per ml 1,035 g sampai 1,037 g.
(FI III, hal. 534)
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. (FI III th 1979, hal.
534)
Kadar
penggunaanPenggunaan Dosis untuk
Konsentrasi
(%)
Humektan Topical 15
PengawetLarutan, semi
padat15-30
Pelarut / larutan aerosol 10-30
Larutan oral 10-25
kosolven
Parenteral 10-60
Topical 5-80
(HOPE 6th Ed. 2009, hal. 592)
6. Aqua destillata
Zat Aqua
Sinonim Aqua; aqua purificata; hydrogen oxide.
(HOPE 6th Ed. 2009, hal. 766)
Struktur
Rumus
molekul
H2O (HOPE 6th Ed. 2009, hal. 766)
Titik lebur 0oC (HOPE 6th Ed. 2009, hal. 766)
Pemerian Cairan bening, tidak berwarna, tidak berbau dan
hambar. (HOPE 6th Ed. 2009, hal. 766)
Kelarutan Terlarut campur dengan sebagian besar pelarut
polar. (HOPE 6th Ed. 2009, hal. 766)
Stabilitas Secara kimiawi stabil dalam semua keadaan fisik
(es, cair, dan uap) (HOPE 6th Ed. 2009, hal. 766)
Inkompabilitas Dapat bereaksi dengan logam alkali dan oksida,
seperti kalsium oksida dan magnesium oksida air
juga bereaksi dengan garam anhidrat untuk
membentuk hidrat dari berbagai komposisi, dan
dengan bahan organic tertentu dan kalsium karbida.
(HOPE 6th Ed. 2009, hal. 768)
Keterangan
lain
Air adalah dasar untuk berbagai bentuk kehidupan
biologis, dan keselamatan dalam formulasi farmasi
tidak diragukan lagi asalkan memenuhi standar
kualitas untuk sifat dapat diminum dan konten
mikroba. (HOPE 6th Ed. 2009, hal. 769)
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. (FI III, hal. 96)
Kadar
penggunaan
Air banyak digunakan sebagai bahan baku, bahan
dan pelarut dalam pengolahan, perumusan dan
pembuatan farmasi produk, bahan farmasi aktif dan
intermediet, dan reagen analitis. Nilai khusus air
yang digunakan untuk aplikasi tertentu dalam
konsentrasi hingga 100%.
(HOPE 6th Ed. 2009, hal. 766)
IV. PERMASALAHAN FARMASETIK DAN PENYELESAIAN
No. Permasalahan Penyelesaian
1. Diinginkan sediaan yang Maka dibuat sediaan dalam
penyebarannya baik pada
kulit, daya lekat tinggi yang
tidak menyumbat pori,
mudah dicuci dengan air,
pelepasan obatnya yang baik
dan lebih acceptable.
bentuk gel.
2. Karena sediaan dibuat gel. Dalam basis gel diperlukan suatu
bahan pembentuk gel, yaitu
gelling agent. Gelling agent
yang digunakan adalah CMC-Na
3. Karena sediaan
menggunakan pelarut air
yang cukup banyak,
sehingga memungkinkan
terkontaminasi mikroba.
Untuk menjaga kestabilannya,
maka ditambahkan pengawet
yaitu kombinasi methylparaben
dan propylparaben.
4. Karena Methyl paraben dan
Propyl paraben sukar larut
dalam air.
Ditambahkan propylene glycol
sebagai kosolven untuk
melarutkan methyl paraben dan
propyl paraben.
V. PENDEKATAN FORMULA
No
.
Nama Bahan Jumlah Kegunaan
1. Neomycin sulfat 0,715 % b/b Zat aktif
2. CMC-Na 2,5 % b/b Gelling agent
3. Methyl paraben 0,18 % b/b Pengawet
4. Propyl paraben 0,02 % b/b Pengawet
5. Propylene Glycol 10 % b/b Kosolven & Penetran
6. Aqua destillata Ad 100 % b/b Solven
VI. PENIMBANGAN
Penimbangan
Dibuat sediaan 8 botol (@ 10 gram) = 80 gram
Supaya tidak kekurangan bahan saat pengemasan, maka pembuatan
dilebihkan menjadi 120 gram.
1. Neomycin sulfate ¿0,715 g100 g
×120 g=0,858 g
2. CMC-Na ¿2,5 g100 g
×120 g=3 g
3. Methyl paraben ¿0,18 g100 g
×120 g=0,216 g
Propylene glycol ¿0,216 ×5=1,08 g 1,5 g
4. Propyl paraben ¿0,02 g100 g
×120 g=0,024 g
Propylene glycol ¿0,024 × 3,9=0,94 g 1 g
5. Propylene glycol ¿10 g
100 g×120 g=12 g
6. Aqua destillata ¿100 %−(0,715+2,5+0,18+0,02+10 ) %
¿ 86,585 g100 g
×120 g=103,902 g 104 gram
No. Nama Bahan Jumlah yang Ditimbang
1. Neomycin sulfate 0,858 gram
2. CMC-Na 3 gram
3. Methyl paraben 0,216 gram
4. Propyl paraben 0,024 gram
5. Propylene Glycol 12 gram
6. Aqua destillata 104 gram
VII. PROSEDUR PEMBUATAN
1. Siap alat dan bahan yang dibutuhkan.
2. Timbang semua bahan yang digunakan :
a. Neomycin sulfate 0,858 gram
b. CMC-Na 3 gram
c. Methyl paraben 0,216 gram
d. Propyl paraben 0,024 gram
e. Propylene glycol 12 gram
f. Aqua destillata 104 gram
3. Cara mengembangkan gelling agent CMC-Na : ditaburkan CMC-
Na 3 gram kedalam air panas sebanyak 40 ml di dalam mortir,
biarkan 15 menit sampai mengembang, kemudian gerus sampai
homogen dan terbentuk mucilago.
4. Larutkan Neomycin sulfat 0,858 gram dengan air 60 gram, di
bekker glass.
5. Larutkan Methyl paraben 0,216 gram dengan propylenglycol 1,5
gram, di bekker glass.
6. Larutkan propyl paraben dengan propylenglycol 1 gram, di bekker
glass.
7. Setelah mucilago jadi, tambahkan larutan Neomycin Sulfat
kedalam mortir, bilas bekker glass yang digunakan dengan 4 gram
air.
8. Tambahkan larutan Methyl paraben kedalam mortir.
9. Tambahkan larutan Propyl paraben kedalam mortir.
10. Ditambahkan sisa propylenglycol ssebanyak 9,5 gram ke dalam
mortir, gerus sampai homogen.
11. Gel yang sudah jadi, dimasukkan kedalam wadah / tube 10 gram,
kemas, beri etiket dan masukkan ke dalam wadah sekunder.
12. Dilakukan evaluasi sediaan setelah 7 hari.
VIII. DATA PENGAMATAN EVALUASI SEDIAAN
NoJenis
evaluasi
Prinsip
evaluasi
Jumlah
sampel
Hasil
pengamatanSyarat
1. Uji
Organoleptis
Evaluasi
organoleptika
dilakukan
dengan cara
sediaan
diamati secara
visual dengan
indera
penglihatan,
diraba dengan
menggesekkan
jari untuk
mengetahui
tekstur dari
sediaan.
3 wadah Pada pot 5,
pot 6 dan pot
7, memiliki
kesamaan
dalam hasil
uji.
Tidak
terjadi
perubahan
yang
menimbulk
an penuru-
nan mutu
dan kerusa-
kan pada
sediaan.
2. Uji pH Evaluasi uji
pH dilakukan
dengan cara
mencelupkan
pH meter ke
dalam larutan
yang akan
diuji,
kemudian
membanding-
kan perubahan
warna pada pH
meter dengan
indikator
universal
3 wadah Pada wadah
5, 6, dan 7
memiliki pH
yang stabil
dari pH 1
minggu
sebelumnya.
Perubahan
pH antara
tiap-tiap
wadah
maksimal
rentang
perbedaann
ya adalah
1.
untuk
menentukan
pH larutan.
3. Uji Isi
Minimum
Evaluasi isi
minimum
dilakukan
dengan cara
menimbang
wadah beserta
isi dan
tutupnya
sebagai berat
akhir (Wt)
kemudian
memindahkan
sediaan gel
dalam wadah
tersebut ke
dalam beaker
glass, lalu
wadah dicuci
bersih dan
dikeringkan.
Kemudian
timbang
kembali wadah
kosong dan
tutupnya
sebagai berat
awal (Wo).
Selisih dari
keduanya
3 wadah Berat sediaan
wadah 2 =
9,792 gram
Berat sediaan
wadah 3 =
9,745 gram
Berat sediaan
wadah 4 =
9,762 gram
Jika
sediaan
dipindahka
n pada
tempat lain,
jumlah
sediaan
harus
>95% dan
<100% dari
sedian
sebelum
terpindahka
n.
merupakan
berat sediaan
(Ws)
4. Uji
Homogenitas
Uji
homogenitas
dilakukan
dengan cara
mengoleskan
secara rata
sediaan gel
Neomisin
Sulfat pada
kaca arloji,
kemudian
diamati dengan
cara
diterawang.
Selanjutnya
amati sediaan
dengan
menggesekkan
jari untuk
mengetahui
teksturnya.
3 wadah Pada pot 5,
pot 6 dan pot
7, memiliki
kesamaan
dalam hasil
uji.
Sediaan gel
harus
terdispersi
secara
homogen,
artinya
tidak ada
butiran-
butiran zat
yang tidak
tercampurk
an.
Berikut adalah data evaluasi yang telah di laksanakan :
Evaluasi Uji Organoleptis
No. Pot Penampilan
1. Pot 5 Sediaan berwarna bening jernih dengan tekstur gel
yang homogen dan tidak begitu lengket sehingga
mudah tercucikan air. Namun tampilan sediaan
menjadi kurang menarik karenanya cukup banyaknya
gelembung udara.
2. Pot 6
Sediaan berwarna bening jernih dengan tekstur gel
yang homogen dan tidak begitu lengket sehingga
mudah tercucikan air. Namun tampilan sediaan
menjadi kurang menarik karenanya cukup banyaknya
gelembung udara.
3. Pot 7
Sediaan berwarna bening jernih dengan tekstur gel
yang homogen dan tidak begitu lengket sehingga
mudah tercucikan air. Namun tampilan sediaan
menjadi kurang menarik karenanya cukup banyaknya
gelembung udara.
Evaluasi Uji pH
No. Pot pH sediaan
1. Pot 5 6
2. Pot 6 6
3. Pot 7 6
Evaluasi Uji Isi Minimum
Berat wadah 2 (Sediaan+wadah+tutup) = 12,870 gram
Wia = 12,870 gram; Woa = 3,078 gram
Berat sediaan wadah 2 = 12,870 – 3,078 = 9,792 gram
Berat wadah 3 (sediaan+wadah+tutup) = 12,701 gram
Wib = 12,701 gram; Wob = 2,956 gram
Berat sediaan wadah 3 = 12,701 – 2,956 = 9,745 gram
Berat wadah 4 (sediaan+wadah+tutup) = 12,889 gram
Wic = 12,889 gram, Woc = 3,127 gram
Berat sediaan pot 3 = 12,889 – 3,127 = 9,762 gram
Berat rata-rata sediaan ¿9,792+9,745+9,762
3=9,766gram
Persentase rata-rata isi ¿9,766 gram
10 gram×100 %=97,66 %
Evaluasi Uji Homogenitas
No. Pot Homogenitas
1. Pot 5
Sediaan homogen dan terlihat satu fase saat
diterawang pada kaca arloji, tidak ada butiran-
butiran zat yang tidak tercampur.
2. Pot 6
Sediaan homogen dan terlihat satu fase saat
diterawang pada kaca arloji, tidak ada butiran-
butiran zat yang tidak tercampur.
3. Pot 7
Sediaan homogen dan terlihat satu fase saat
diterawang pada kaca arloji, tidak ada butiran-
butiran zat yang tidak tercampur.
IX. PEMBAHASAN
Dalam praktikum ini dilakukan pembuatan sediaan gel
Neomycin Sulfate 0,715% yang ditujukan untuk obat luar atau sediaan
topical yang berfungi sebagai obat infeksi kulit oleh bakteri gram
positif dan gram negatif pada luka. Dibuat formulasi sediaan Gel
Neomycin Sulfate, dimana Neomycin sulfate sebagai zat aktifnya,
CMC-Na sebagai Gelling agent, Methyl paraben dan Propyl paraben
sebagai pengawet, Propylenglycol sebagai kosolven, dan air sebagai
pembawa.
Zat aktif yang digunakan yaitu Neomycin Sulfate yang
berfungsi untuk obat infeksi kulit, berarti obat tersebut tidak sampai
menembus ke lapisan kulit, hanya untuk dipermukaan kulit saja
karena sediaan ini digunakan untuk luka yang terbuka, maka dalam
pembuatan sediaan tidak harus ditambahkan Penetrant enhancer,
dimana Penentrant enhancer berfungsi sebagai peningkat penetrasi
dengan kata lain agar zat aktif mudah masuk atau menembus lapisan
kulit. Syarat kadar Neomycin Sulfate untuk sediaan topikal sebanyak
7,15mg/g, maka dalam percobaan ini digunakan Neomycin Sulfate
sebanyak 0,715%. Dalam pembuatan gel pasti membutuhkan basis
gel, maka untuk membuat suatu basis gel dibutuhkan bahan
pembentuk gel yang disebut Gelling agent. Gelling agent yang
digunakan yaitu CMC-Na sebanyak 2,5%, CMC-Na ini termasuk
golongan polimer yang dapat menghasilkan gel yang jernih. Sediaan
gel mudah sekali ditumbuhi mikroorganisme karena di dalam sediaan
mengandung air yang cukup banyak, oleh karena itu kedalam sediaan
ditambahkan kombinasi pengawet Methyl paraben 0,18% dan Propyl
paraben 0,02% untuk mencegah pertumbuhan mikroba dan gel dapat
stabil jika disimpan dalam jangka waktu yang lama.
Pembuatan sediaan gel meliputi pengembangan gelling agent
terlebih dahulu dengan air panas dengan jumlah tertentu yang
dibutuhkan, dan tunggu sampai dingin. Bahan – bahan yang larut
dalam air, dilarutkan terlebih dahulu dalam air dengan jumlah tertentu
yang sudah ditentukan. Lalu bahan – bahan yang sudah dilarutkan
campurkan dengan Gelling agent yang sudah dikembangkan sampai
terbentuk massa gel.
Sebelum dibuat sediaan gel utama, dilakukan optimasi terlebih
dahulu. Tujuannya adalah untuk mengamati ketepatan formulasi krim
agar membentuk massa gel yang homogen dan stabil. Proses
pembuatan gel optimasi sama dengan pembuatan gel utama, hanya
jumlah optimasi dibuat sebanyak 10 gram. Hasil optimasi gel yang
baik adalah tetap stabil dan homogen. Sedangkan bila terjadi
sebaliknya, maka perlu dilakukan re-formulasi atau penyusunan ulang
formulasi emulsi hingga diperoleh sediaan yang diinginkan. Pada
optimasi yang kami buat, digunakan 3 gelling agent untuk
membandingkan diantara ketiganya yang lebih baik untuk dibuat gel,
gelling agent yang digunakkan adalah Gelatin, Carbomer dan CMC-
Na. Pada optimasi yang kami buat, pengamatan optimasi gel
Neomycin Sulfate menggunakan gelling agent Gelatin menunjukkan
massa yang sangat encer dan tidak cocok dibuat sebagai gel, optimasi
menggunakan gelling agent Carbomer menunjukkan massa seperti gel
tetapi partikel yang terbentuk kasar dan tidak homogen, sedangkan
optimasi menggunakan gelling agent CMC-Na menunjukkan
kestabilan yang baik dan homogeny, partikel gel halus ketika
dioleskan, tidak meniggalkan bekas di kulit, dan tidak lengket. Setelah
dilakukan perbandingan optimasi dengan ketiga gelling agent tersebut,
maka pembuatan Gel Neomycin Sulfate yang utama sebanyak 120
gram dapat dilakukan dengan menggunakan gelling agent CMC-Na.
Setelah sediaan jadi, dilakukan Uji Organoleptis, Uji pH, Uji
Isi Minimum dan Uji Homogenitas.
Pada Uji Organoleptis, didapatkan hasil sediaan yang berwarna
bening jernih dengan tekstur gel yang homogen dan tidak begitu
lengket sehingga mudah tercucikan air. Namun tampilan sediaan
menjadi kurang menarik karenanya cukup banyaknya gelembung
udara. Hal ini dapat terjadi karena kesalahan prosedur saat
pengadukan pada pembuatan gel yaitu terlalu cepatnya pengadukan
yang menyebabkan sediaan gel menyerap udara dan menyebabkan
terdapatnya gelembung udara dan mengembangnya sediaan.
Pada Uji pH, didapatkan pH sediaan adalah 6. Maka diketahui
bahwa sediaan Krim Methyl salicylate ini memiliki pH yang stabil
dari pH 1 minggu sebelumnya.
Pada Uji Isi Minimum, berat sediaan masih memenuhi syarat
karena persentase Isi sediaan krim tidak kurang dari 95%.
Pada Uji Homogenitas, sediaan homogen dan terlihat satu fase
saat diterawang pada kaca arloji, tidak ada butiran-butiran zat yang
tidak tercampur.
X. KESIMPULAN
Formulasi yang tepat untuk sediaan yang dibuat adalah sebagai
berikut.
No
.
Nama Bahan Jumlah Kegunaan
7. Neomycin sulfat 0,715 % b/b Zat aktif
8. CMC-Na 2,5 % b/b Gelling agent
9. Methyl paraben 0,18 % b/b Pengawet
10. Propyl paraben 0,02 % b/b Pengawet
11. Propylene Glycol 10 % b/b Kosolven & Penetran
12. Aqua destillata Ad 100 % b/b Solven
XI. DAFTAR PUSTAKA
Ansel, Howard C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi
Keempat. Jakarta: UI-Press.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978. Formularium
Nasional, Jakarta: Departemen Kesehatan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope
Indonesia edisi III, Jakarta: Departemen Kesehatan.
Drs. Tan Hoan Tjay & Drs. Kirana Rahardja. 2007. Obat Obat
Penting, Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Goodman and Gilman. 2002. Dasar Farmakologi dan Terapi Volume
2. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Ministry of Health. 2006. The 15th Edition of the Japanese
Pharmacopeia. Japan: Ministry of Health.
Rowe, Raymond C. Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6th ed.,
2009 : Pharmaceutical Press.
Sean C. Sweetman. 2009. Martindale Thirty-sixth edition. UAS:
Pharmaceutical Press.
Turk J Med Sci. 2004. Systemic Responses to Burn Injury. Istanbul –
Turkey: Department of Physiology, Faculty of Medicine,
Marmara University.
Yulia R. S. D. Luka Bakar: Konsep Umum Dan Investigasi Berbasis
Klinis Luka Antemortem Dan Postmortem. Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana.
Brosur Gel Neomycin Sulfat
KOMPOSISI : Neomysin sulfat 0.715 %
FARMAKOLOGI : Pemberian topikal neomisin dalam petrolatum menghasilkan kadar obat dalam urin atau serum yang kecil tak terdeteksi.
INDIKASI : Peradangan pada kulit atau mukosa yang disertai infeksi bakteri.
KONTRA INDIKASI : Hipersensitif terhadap aminoglikosida, skin tuberculosis, herpes simplex, varicella.
EFEK SAMPING : Efek samping pada pemberian topikal (>10%), dermatologi: dermatitis kontak.
INTERAKSI OBAT : -
ATURAN PEMAKAIAN : Oleskan 2-3 kali sehari secara merata pada kulit yang terinfeksi.
KEMASAN : Dus, tube gel berisi 10 gram.
PENYIMPANAN : Simpan pada tempat yang kering dan sejuk.
PERINGATAN : Hindari kontak dengan mata. Hanya untuk pemakaian luar. Harus dengan resep dokter.
PT. BOMPOÚKIBandung - Indonesia
Neogel
Pencegah infeksi pada luka bakar.