35
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Benih bermutu merupakan kunci keberhasilan pertanaman dilapangan.Penampilan tanaman yang baik juga akan berpengaruh terhadap hasil panen.Benih bermutu dapat diperoleh dengan melakukan penanganan pasca panen yang tepat seperti:panen pada saat masak fisiologis,pengeringan hingga kadar air yang aman disimpan,melakukan sortasi tongkol dan biji,penyimpanan dengan kemasan yang kedap udara dan bebas dari hama gudang.Biji jagung termasuk dalam golongan biji ortodoks yang dalam penyimpanannya dibutuhkan kadar air yang rendah untuk mempertahankan masa simpannya sehingga vaibilitas dan vigornya tidak cepat menurun.Untuk itu diperlukan proses pengeringan dan penyimpanan yang baik,agar benih dapat disimpan dengan kadar air yang rendah.Pada umumnya semakin lama benih disimpan maka viabilitasnya akan semakin menurun. Mundurnya viabilitas benih merupakan proses yang berjalan bertingkat dan kumulatif akibat perubahan yang diberikan kepada benih.Pemahaman petani terhadap benih bermutu masih sangat kurang,selain itu fasilitas untuk melakukan prosesing benih tidak memenuhi standar yang diharapkan sehingga pada umumnya petani hanya melakukannya dengan fasilitas yang sederhana.Tingkat pengetahuan yang masih rendah juga menyebabkan penanganan panen dan pascapanen pada jagung dilakukan dengan tidak maksimal.Permintaan akan benih jagung 1

Laporan teknelogi benih

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan teknelogi benih

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Benih bermutu merupakan kunci keberhasilan pertanaman dilapangan.Penampilan

tanaman yang baik juga akan berpengaruh terhadap hasil panen.Benih bermutu dapat

diperoleh dengan melakukan penanganan pasca panen yang tepat seperti:panen pada saat

masak fisiologis,pengeringan hingga kadar air yang aman disimpan,melakukan sortasi

tongkol dan biji,penyimpanan dengan kemasan yang kedap udara dan bebas dari hama

gudang.Biji jagung termasuk dalam golongan biji ortodoks yang dalam penyimpanannya

dibutuhkan kadar air yang rendah untuk mempertahankan masa simpannya sehingga

vaibilitas dan vigornya tidak cepat menurun.Untuk itu diperlukan proses pengeringan dan

penyimpanan yang baik,agar benih dapat disimpan dengan kadar air yang rendah.Pada

umumnya semakin lama benih disimpan maka viabilitasnya akan semakin menurun.

Mundurnya viabilitas benih merupakan proses yang berjalan bertingkat dan kumulatif

akibat perubahan yang diberikan kepada benih.Pemahaman petani terhadap benih bermutu

masih sangat kurang,selain itu fasilitas untuk melakukan prosesing benih tidak memenuhi

standar yang diharapkan sehingga pada umumnya petani hanya melakukannya dengan

fasilitas yang sederhana.Tingkat pengetahuan yang masih rendah juga menyebabkan

penanganan panen dan pascapanen pada jagung dilakukan dengan tidak

maksimal.Permintaan akan benih jagung semakin meningkat dari tahun ketahun,sehingga

pengadaan benih jagung pun perlu ditingkatkan.

1.2 Tujuan

- Untuk mengetahui sejarah infestasi serangga pasca panen

- Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi preferensi serangga terhadap

inang

- Untuk mengetahui sumber infestasi patogen benih

- Untuk mengetahui tujuan dan manfaat evaluasi kesehatan benih

- Untuk mengetahui patogen penting pada benih jagung dan kedelai

1.3 Manfaat

Diharapkan mahasiswa mampu memahami dan mengerti materi tentang preferensi

Sitophilus oryzae terhadap beberapa jenis beras serta evaluasi kesehatan benih jagung dan

kedelai terhadap patogen benih.

1

Page 2: Laporan teknelogi benih

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hama (Serangga) Pasca Panen

2.1.1 Sejarah Infestasi Serangga Pasca Panen

Dahulu pada saat petani bercocok tanam dengan cara nomaden hama

pasca panen sangat sedikit sekali ditemui mereka bertahan hidup dengan

tumbuh pada biji-bjian, seresah, kayu bekas pohon ,kotoran binatang,tanah dan

terbawa oleh binatang lain seperti burung dan tikus. Pada saat itu nenek

moyang kita bertani hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, jadi hasil

panen mereka tidak memerlukan perlakuan khusus dalam system

penyimpanannya. Namun seiring dengan berkembangnya jaman yang

menyebabkan hasil pertanian tidak hanya untuk kebutuhan sehari- hari

melainkan juga karena desakan ekonomi yang didukung melimpahnya pakan,

terjadinya kelangkaan air dan berkembangnya perlakuan dalam system

penyimpanan, para petani mulai menyimpan hasil panen mereka pada tempat

penyimpanan yang biasa kita sebut gudang.

Pengertian gudang dapat dikemukakan bahwa gudang tidak hanya

terbatas pada wujud suatu bangunan yang dapat dipergunakan untuk

menyimpan produk pertanian yang biasanya tertutup rapat, melainkan pula

meliputi setiap tempat penyimpanan, tempat apapun tanpa memperdulikan

bentuk, ukuran serta letaknya yang ada kaitannya dengan hama gudang dapat

dianggap sebagai gudang. Menurut Franklin G. Moore dalam “Production

Control” (1961), gudang pada umumnya terbagi atas gudang terbuka dan

gudang tertutup. Pada gudang terbuka biasanya ditempatkan bahan-bahan yang

baru diambil, guna melindunginya sebelum dilakukan proses pemilihan atau

sebelum dilemparkan pada pedagang dan konsumen, nilai dari bahan-bahan di

sini dapat dianggap masih dalam transisi untuk dipersiapkan agar dapat

dimasukkan gudang tertutup. Gudang tertutup adalah suatu tempat tertutup

yang keadaan di dalamnya lebih terpelihara, bahan-bahan yang disimpan

ditempat ini biasanya yang telah disortir dan memperoleh pengolahan-

pengolahan, seperti pengeringan, pembersihan dari berbagai kotoran dan

biasanya ditempatkan lagi dalam tempat-tempat yang khusus (bakul, peti,

karung, belek dan lain sebagainya). Jadi hama gudang akan tetap ada walaupun

2

Page 3: Laporan teknelogi benih

bahan disimpan dalam gudang tertutup dan telah mengalami beberapa

pengolahan sebelumnya.

Masa perkembangan, ketahanan hidup dan produksi telur serangga

hama pascapanen tergantung pada kesesuaian lingkungan dan makanan. Laju

populasi serangga dapat meningkat sebagai hasil dari masa perkembangan

yang singkat, ketahanan hidup yang meningkat atau produksi telur yang lebih

banyak. Dalam kondisi normal, gudang adalah sumber makanan sehingga

permasalahan utama bagi serangga adalah suhu dan kadar air/kelembaban.

Walaupun demikian, sebagian besar serangga hama pascapanen dapat hidup

pada berbagai bahan simpan dan terdapat variasi kelimpahan serangga pada

tiap-tiap bahan simpan.

Berbagai hama dalam gudang dapat diklasifikasikan menurut beberapa

sifat dan morfologi dari hama tersebut.Berdasarkan hasil penggolongan para

taksom, hama gudang yang penting terbatas pada serangga, burung dan

mamalia. Yang terbatas pada serangga tergolong dalam 2 ordo yaitu

Coleoptera dan Lepidoptera. Hama gudang yang tergolong dalam ordo luar

kedua ordo tersebut merupakan hama gudang yang kurang penting, artinya

sifat kerusakannya merupakan pengotoran pada bahan simpanan, seperti: Mites

(kelas Arachnoidea, ordo Acarina), Kecoak (ordo Orthoptera), Renget/gegat

(ordo Thysanura), Collembola (ordo Collembola), Semut (ordo Hymenoptera)

dan lain-lain, akan tetapi walaupun hama yang kurang penting daya

perusakannya dan hanya bersifat pengotorannya saja, kalau terlalu banyak

populasinya tentunya pengotoran yang dilakukannya akan menimbulkan

kerugian yang cukup besar.

2.1.2 Klasifikasi Sithopilus oryzae

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Coleoptera

Famili : Curculionidae

Genus : Sitophilus

Spesies: Sitophilus oryzae

3

Page 4: Laporan teknelogi benih

2.1.3 Morfologi Sithopilus oryzae

Kumbang muda dan dewasa berwarna cokelat agak kemerahan, setelah

tua warnanya berubah menjadi hitam. Terdapat 4 bercak berwarna kuningagak

kemerahan pada sayap bagian depan, 2 bercak pada sayap sebelah kiri, dan 2

bercak pada sayap sebelah kanan. Panjang tubuh kumbang dewasa ± 3,5-5 mm,

tergantung dari tempat hidup larvanya. Apabila kumbang hidup pada jagung,

ukuran rata-rata ± 4,5 mm, sedang pada beras hanya ± 3,5 mm. larva kumbang

tidak berkaki, berwarna putih atau jernih dan ketika bergerak akan membentuk

dirinya dalam keadaan agak membulat. Pupa kumbang ini tampak seperti

kumbang dewasa (Naynienay, 2008).

Kumbang betina dapat mencapai umur 3-5 bulan dan dapat menghasilkan

telur sampai 300-400 butir. Telur diletakkan pada tiap butir beras yang telah

dilubangi terlebih dahulu. Lubang gerekan biasanya dibut sedalam 1 mm dan telur

yang dimasukkan ke dalam lubang tersebut dengan bantuan moncongnya adalah

telur yang berbentuk lonjong. Stadia telur berlangsung selama ± 7 hari. Larva yng

telah menetas akan langsung menggerek butiran beras yang menjadi tempat

hidupnya. Selama beberap waktu, larva akan tetap berada di lubang gerekan,

demikian pula imagonya juga akan berada di dalam lubang selama ± 5 hari. Siklus

hidup hama ini sekitar 28-90 hari, tetapi umumnya selama ± 31 hari. Panjang

pendeknya siklus hidup ham ini tergantung pada temperatur ruang simpan,

kelembapan di ruang simpan, dan jenis produk yang diserang (Naynienay, 2008).

2.1.4 Biologi Sithopilus oryzae

S. oryzae ditemukan diberbagai negara di seluruh dunia terutama beriklim

panas. Betina sebelum meletakkan telur terlebih dahulu membuat lubang dalam

butiran beras maupun biji-bijian kemudian lubang ditutup dengan cairan pekat

(gelatinoum). Stadium telur berlangsung sekitar 7 hari, telur berwarna putih dan

panjangnya kira-kira 0,5 mm (Luh, 1980).Larva hidup dalam biji beras dengan

memakan isi biji. Fase larva merupakan fase yang merusak biji. Larva mengalami 3-

4 instar selama 18 hari, berwarna putih dan panjang tubuh berkisar 4-5 mm. Larva

instar akhir biasanya akan membentuk kokon dan tetap berada dalam bahan makanan

atau butiran beras (Anggara, 2007).

4

Page 5: Laporan teknelogi benih

Pupa dapat berubah warna tergantung pada umur pupa, dari coklat kemerah-

merahan menjadi kehitaman dan bagian kepala berwarna hitam. Panjang pupa

biasanya 2,5 mm dan masa pupa berlangsung 6 hari (Kalshoven, 1981).Setelah

menjadi pupa kemudian kumbang muda keluar dari beras. Kumbang dewasa makan

beras sebelah luar sehingga tampak berlubang-lubang. Imago dapat bertelur 300-400

butir telur selama hidupnya 4-5 bulan. Ukuran tubuh 3,3 mm, berwarna gelap

kecoklatan dengan moncong panjang dari bagian kepala. Untuk mengadakan

perkawinan imago betina bergerak di sekitar bahan makanan dengan membebaskan

seks feromon untuk menarik perhatian imago jantan. Imago jantan memiliki moncong

yang pendek, dengan gerakan lebih lambat daripada betina (Bennet, 2003).

Dewasa mengebor ke dalam biji berkulit beras dengan moncongnya yang

panjang untuk meletakkan telur-telur ke dalam biji tersebut. Waktu yang diperlukan

dari telur sampai dewasa pada kondisi yang optimum adalah 30-40 hari (Borror

dkk,1996; Bulog, 1996)

2.1.5 Penjelasan Mengenai Beberapa Jenis Beras Yang Digunakan

a. Beras IR 64

Nama varietasnya adalah IR 64. Termasuk dalam kategori Varietas unggul

nasional (released variety). Dengan tetua persilangan yaitu antara IR 5657-33-2-1

dengan IR 2061-465-1-5-5. Rataan Hasil Kurang lebih 5 ton/ha. Termasuk dalam

golongan Cere, kadang -kadang berbulu. Umur tanaman Kurang lebih 115 hari.

Bentuk tanamannya adalah Tegak. Tinggi tanaman Kurang lebih 85 cm . Warna kaki

Hijau. Warna batangnya adalah Hijau. Telinga daun Tidak berwarna, lidah daun juga

Tidak berwarna. Muka daun Kasar. Posisi daun Tegak. Daun bendera Tegak. Bentuk

gabah Ramping, panjang. Warna gabah Kuning bersih. Tahan terhadap hama wereng

coklat biotipe 1 , 2 , 3 dan wereng hijau, agak tahan bakteri busuk daun dan tahan

virus kerdil rumput.

b. Beras Raskin

Penyaluran RASKIN (Beras untuk Rumah Tangga Miskin) sudah dimulai

sejak 1998. Krisis moneter tahun 1998 merupakan awal pelaksanaan RASKIN yang

bertujuan untuk memperkuat ketahanan pangan rumah tangga terutama rumah tangga

miskin. Pada awalnya disebut program Operasi Pasar Khusus (OPK), kemudian

diubah menjadi RASKIN mulai tahun 2002, RASKIN diperluas fungsinya tidak lagi

5

Page 6: Laporan teknelogi benih

menjadi program darurat (social safety net) melainkan sebagai bagian dari program

perlindungan sosial masyarakat. Menurut warga yang telah menerima raskin kondisi

beras agak hitam serta kondisi hancur yang tidak seperti biasanya. Beras yang tidak

layak konsumsi.

2.1.6 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Preferensi Serangga Terhadap Inang

1. Faktor Makanan

Preferensi sejenis serangga terhadap jenis makanan dipengaruhi oleh stimuli

zat kimia chemotropisme yang terutama menentukan bau dan rasa, mutu gizi dan

adaptasi struktur . Tersedianya makanan yang cukup maksudnya adalah yang cocok

bagi kehidupan serangga, bila makanan tidak cocok bagi hama dengan sendirinya

populasi hama tidak akan dapat berkembang sebagaimana biasanya. Ketidak cocokan

makanan dapat timbul karenakurangnya kandungan unsur yang diperlukan, rendahnya

kadar air dalam kandungan makanan, permukaan material yang keras dan bentuk

materialnya (Kartasapoetra, 1991). Sudah merupakan hukum alam walaupun semua

faktor lingkungan cukup baik bagi kehidupan sarangga, pada akhirnya kehidupan dan

perkembangan serangga ditentukan oleh ada tidaknya faktor makanan.Syarat agar

makanan dapat memberikan pengaruh yang baik adalah tersedianya makanan dalam

jumlah yang cukup dan cocok untuk pertumbuhan serangga (Mangundihardjo, 1978).

Makanan yang cukup sangat diperlukan pada tingkat hidup yang aktif,

terutama sejak penetasan telur berlanjut pada stadium larva dan kadang-kadang pada

tingkat setelah menjadi imago (Kartasapoetra, 1991).Kumbang bubuk beras menyukai

biji yang kasar dan tidak dapat berkembang biak pada bahan makanan yang berbentuk

tepung. Kumbang ini tidak akan meletakkan telur pada material yang halus karena

imago tidak dapat merayap dan akan mati di tempat tersebut (Marbun danYuswani,

1991).

2. Faktor Kelembaban dan Suhu

Pengaruh kelembaban terhadap perkembangan kumbang bubuk beras berbeda

untuk setiap stadium. Hasil percobaan Hutomo (1972) menunjukan bahwa pada

kelembaban antara 30 – 70%, persentase kematian telur, larva dan serangga dewasa

makin tinggi dengan makin rendahnya kelembapan. Kelembapan yang terlalu rendah,

dapat menyebabkan kematian yang cukup tinggi terhadap telur, larva dan terutama

imago yaitu pada kelembapan 30, 40 dan 50% (Sitepu dkk, 2004).

6

Page 7: Laporan teknelogi benih

Pengaruh kelembaban juga sama halnya dengan temperatur, temperatur yang

baik akan sangat menentukan perkembangan serangga. Kelembaban yang optimum

berada di sekitar 75% sedangkan batas kelembaban minimum dan maksimum masing-

masing mendekati 0% dan 100% (Kartasapoetra, 1991). Perkembangan optimum

terjadi pada temperatur 30ºC dan kelembaban relatif 70%. Perkembangan pada

umumnya bisa terjadi pada temperatur 17-34º C dan kelembaban relatif 15-100%.

Apabila kelembaban melebihi 15% kumbang berkembang dengan cepat (Pracaya,

1991)

Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya populasi

serangga hama di tempat penyimpanan. Serangga termasuk golongan binatang yang

bersifat heterotermis, oleh karena itu serangga tidak dapat mengatur suhu badannya

sendiri, sehingga suhu badannya mengikuti naik turunnya suhu lingkungannya.

Sebagian besar serangga gudang hidup dan berkembang biak pada kisaran suhu 10-45º

C. Dibawah 10º C serangga tidak dapat menyelesaikan siklus hidupnya dan di atas 45º

C mortalitas serangga sangat tinggi. Pada batas 15º C ke bawah, kegiatan serangga

mulai berkurang akibat laju pertumbuhan populasi sangat lambat. Setiap spesies

mempunyai suhu optimal dimana laju pertumbuhan populasi maksimum. Untuk

kebanyakan serangga gudang di daerah tropik kisaran suhu optimumnya adalah sekitar

25-35º C. Di bawah 20º C, biasanya laju pertumbuhan populasi sangat berkurang

(Sitepu dkk, 2004).

3. Faktor kadar Air

Produk-produk pertanian yang tersimpan dalam gudang yang kadar airnya

tinggi sangat disukai hama gudang. Batas terendah kadar air bahan dalam simpanan

yang diperlukan bagi kehidupan normal kebanyakan hama gudang sekitar 8-10%

Kadar air yang berbeda menyebabkan perubahan biji akan berbeda pula. Biji yang

berukuran cukup besar dan kulit luarnya cukup keras, untuk dapat mencapai kadar air

di bawah 10-11% cukup sulit. Biji yang berukuran kecil dengan kulit permukaan yang

relatif lunak umumnya dapat mencapai kadar air yang rendah atau di bawah10%

(HeridanAsih, 1995).

4. Kondisi Fisik Gudang

7

Page 8: Laporan teknelogi benih

Kondisi fisik gudang adalah merupakan faktor penting dalam penyimpanan

komoditi pascapanen. Gudang yang baik adalah gudang yang memiliki kondisi yang

baik.Syarat-syarat gudang yang baik harus di perhatikan seperti:

• Atap gudang, perlu diamati atap gudang terbuat dari jenis apa,apakah atap gudang

mendukung pertumbuhan dan perkembangan hama tersebut.

• Dinding gudang, dinding gudang juga mempengaruhi perkembangan dan

pertumbuhan hama tersebut.Apabila dinding ada celah maka akan mempermudah

masuknya hama pada komoditi simpanan di gudang.

• Adanya alas sebelum bahan simpan diletakkanjuga mempengaruhi perkembangan

hama kareena apabila bahan simpan langsung bersinggungan dengan lantai maka

kelembaban akan meningkat.

• Ventilasi, Ventilasi juga berpengaruh pada bahan simpan karena semakin sedikit

pentilasi maka tempat pertukaran udara akan semakin kecil dapat diartikan Ventilasi

juga berpengaruh terhadap perkembangan populasi hama.

• Lampu penerangan, Lampu penerangan harus ada dalam ruangan maupun di luar

ruangan.

2.1.7 Metode Penyimpanan yang Tepat saat Pasca Panen

Penyimpanan benih pada jenis benih yang dapat dikeringkan harus

memperhatikan beberapa hal, yaitu : (1) Keringkan benih dengan tepat. Makin kering

benih ortodoks makin baik benih tersebut dapat disimpan karrena penguapannya dapat

dikurangi, (2) Simpan benih dalam keadaan kering. Benih harus disimpan dalam

wadah tertutup sehingga akan tetap kering, misal disimpan pada kantong politon yang

tebaltoples gelas atau plastik atau kaleng yang ditutup rapat, (3) Jaga benih dalam

udara lembab. Untuk benih yang dikumpulkan selama udara basah dan embun tidak

boleh ditempatkan dalam wadah tertutup karena kandungan air tinggi menyebabkan

penguapan besar, kelembaban akan tertahan pada wadah tertutup sehingga

menyebabkan benih berjamur. Namun setelah benih dikeringkan,maka penyimpanan

harus pada wadah tertutup, (4) Jaga wadah agar tetap dingin. Suhu penyimpanan benih

3-5 derajat C untuk mengurangi penguapan, serangan serangga dan jamur. Selain

harus dingin, penyimpanan juga harus kering dan sirkulasi udara yang cukup.

8

Page 9: Laporan teknelogi benih

Penyimpanan benih untuk benih yang harus dijaga kadar airnya perlu

memperhatikan hal-hal sebagai berikut : (1) Jaga kelembaban benih. Benih rekalsitran

berasal dari buah yang berdaging. Ambil dan taruh benih dalam air dan biarkan

beberapa hari sehingga benih dmenyerap banyak air dan memungkinkan benih

disimpan lama, (2) Hati-hati dengan jamur. Perlu diberikan fungisida yang cocok ke

dalam air dimana benih direndam dan harus dilakukan sebelum air habis untuk

menghindari kerusakan benih, (3) Simpan benih dalam keadaan dingin, gelap dan

cukup sirkulasi udara untuk membatasi perkecambahan, (4) Gunakan benih sesegera

mungkin. Pada umumnya penyimpanan akan tahan selama beberapa hari sampai

beberapa minggu. (PEH BPTH Sulawesi).

2.2 Patogen Benih

2.2.1 Sumber Infestasi Patogen Benih

Penyakit tidak hanya terjadi pada tanaman dewasa saja, tapi juga dapat terjadi

di benih. Hal ini dapat terjadi dapat disebabkan oleh beberapa hal.

1. Infeksi langsung dari induk tanaman

2. Infeksi melalui stigma (putik) saat terjadinya benang sari yang masuk ke

dalam putik dan terjadi pembuahan

3. Infeksi langsung dengan menembus dinding ovari atau kulit biji.

Keberadaan patogen (penyebab penyakit) pada benih bisa berada di embrio,

endosperm, kulit biji, atau hanya sebagai kontaminan saja yang terbawa tanah atau

sisa tanaman. Penyakit pada benih menjadi sangat penting untuk diuji kesehatannya,

sebab benih merupakan pembawa (carrier) potensial untuk penyebaran tanaman dari

satu generasi ke generasi lain dari satu tempat ke tempat lain.

9

Page 10: Laporan teknelogi benih

2.2.2 Tujuan dan Manfaat Evaluasi Kesehatan Benih

Tujuan dan Manfaat uji kesehatan benih antara lain :

1. Untuk mengetahui apakah dalam benih terdapat mikroorganisme yang bersifat

patogen.

2. Untuk mengetahui apakah pada benih terdapat nematoda.

3. Untuk mengetahui kesehatan benih secara fisiologis

4. Untuk membandingkan antar seed lot

5. Untuk menentukan jenis inokulum yang menginfeksi benih

6. Untuk mengevaluasi kesehatan benih sebelum disebarkan ke berbagai tempat

untuk usaha tani.

7. Untuk mengevaluasi efek dari festisida yang dipakai untuk perawatan benih

8. Untuk mengevaluasi usaha pemberantasan penyakit yang disebabkan oleh benih

di lapangan

9. Untuk survei penyakit benih tingkat regional atau nasional guna mendeteksi

penyebaranya.

10. Untuk tujuan karantina dalam rangka mencegah masuknya penyakit benih dan

sekaligus mencegah terjadinya penyebaran penyakit benih tersebut.

2.2.3 Metode Evaluasi Kesehatan Benih

Metode yang digunakan / dipilih tergantung dari jenis patogen atau keadaan yang akan

diselidiki, jenis benih tanaman dan maksud dari pengujian. Pemilihan metode yang tepat

serta evaluasi hasil, memerlukan pengetahuan dan pengalaman. Pada pengujian kesehatan

benih terdapat beberapa metode dasar yaitu :

a. Metode tanpa inkubasi

Metode pengamatan langsung terhadap benih tanpa bantuan peralatan atau dengan

menggunakan bantuan kaca pembesar (lup) dan dapat juga dibawah mikroskop stereo.

Pengujian dengan perendaman benih

Pengamatan terhadap suspensi dari pencucian benih. Pengamatan ini dilakukan

dengan menggunakan mikroskop.

b. Metode setelah inkubasi

10

Page 11: Laporan teknelogi benih

Hasil pengujian ini tidak memberikan indikasi viabilitas patogen. Jarak antar tiap – tap

benih dibuat sedemikian rupa hingga tidak saling bersinggungan satu sama lain.

Kemudian petridis tersebut dismpan pada suatu ruangan/ lemari khusus selama masa

inkubasi. Pada umumnya masa inkubasi adalah 7-8 hari pada suhu (20 ±2)ºC kecuali

pada benih tanaman tropika diprlukan suhu (28 ± 2) ºC. Dapat juga dilakukan dengan

cara benih yang telah ditabur (khususnya pada metode blotter) benih diinkubasi pada

kondisi ruang pada 24 jam pertama, kemudian benih diinkubasi pada suhu - 20 ºC

pada 24 jam berikutnya. Setelah itu benih diinkubasi suhu ruang sampai pengamatan.

Untuk merangsang sporulasi cendawan sebaiknya tempat inkubasi dilengkapi dengan

lampu NUV dan secara bergantian diatur terang gelap masing – masing 12 jam.

Setelah masa inkubasi selesai benih diperiksa dengan menggunakan mikroskop stereo

dengan pembesaran 50 – 60 kali. Benih yang sangat mudah terkena kontaminasi

dengan saprofit perlu diberikan perlakuan dengan larutan chlorine (1 - 2)% sebelum

diuji.

Pengamatan terhadap benih atau kecambah benih setelah waktu inkubasi dapat

dilakukan dengan metode :

a. Metode blotter

Metode kertas blotter dapat digunakan untuk memeriksa kesehatan benih. Patogen

yang dapat diketahui dengan metode ini adalah ari negara Alternaria, Ascochyta,

Botrytis, Colletotrichum, Drecslera, Fusarium dan Phoma. Dengan melihat gejala

penyakit dan miselium yang terbentuk kadang – kadang dapat digunakan untuk

membedakan jenis tanaman dari cendawan tersebut. Metode inti mengidentifikasi

cendawan patogen dengam cepat dan tepat karena setiap jenis tanaman

menunjukan karakteristik masing – masing seperti bentuk dan aturan dan spesifik

dari konodiospora dan sebagainya.

b. Metode agar

Di banding metode blotter metode ini memberikan kondisi yang lebih memasiai

untuk tumbuhnya sporulusai atau gejala adanya serangan penyakit. Sejumlah benih

di letakan pada media agar di dalam petridish. Media agar yang umum di gunakan

adalah malt ekstract dan potato dextract. Untuk mencegah kontaminasi dengan

jasad saprofit maka benih didisinfektan dahulu, sebelum di tempatkan pada media

agar. Masa inkubasi adalah 5-7 hari pada suhu (20±2)0C. Tempat inkubasi juga di

lengkapi dengan lampu NUV dan diatur gelap dan terang masing-masing 12 jam.

Pengamatan presentase (%) serangan dilakukan secara mikroskopis, yaitu dengan

11

Page 12: Laporan teknelogi benih

melihat bentuh dan warna dari koloni cendawan yang tumbuh dari benih tersebut.

Apabila kurang jelas dapat di lakukan pemgamatan secara mikroskopis.

c. Pengujian pada media pasir

Pengujian ini dapat memberikan informasi yang lebih mendekati pertumbuhan di

lapangan, kanya saja di butuhkan waktu pengujian yang agak lama (± 2 minggu).

Pada beberapa seed borne ada yang memerlukan masa inkubasi yang lama,

sehingga metode blotter atau agar tidak dapat memberikan gambaran adanya

patogen, untuk hal tersebut di gunakan metode lain yaitu dengan melihat gejala

serangan pada kecambah.Sebagai media di gunakan tanah, pasir atau batu bata

yang sudah di sterilisasi. Metode ini mulai di perkenalkan dan di kembangkan

sejak tahun 1971 di jerman oleh Hitner. Untuk melihat gejala serangan fusarium

nivale pada gandum di mana adanya cendawan tersebut tidak terlihat pada saat

pengujian daya berkecambah. Media yang di gunakan adalah batu bata yang di

hancurkan di mana butirannya berukuran maksimum (3-4) mm. Lalu di basahi

dengan air steril yang cukup hingga tidak memerlukan penyiraman selama masa

inkubasi. Suhu yang di perlukan kadang-kadang rendah yaitu (10-12)0C untuk

merangsang tumbuh cendawan tersebut. Dengan menggunakan teknik yang sama

dapat oula memeriksa adanya gejala serangan septoria dan drechslera pada

serealia, tapi suhu yangf di perlukan agak lebih tinggi yaitu 200C.

d. Pemeriksaan pertumbuhan tanaman atau growing plants

Pemeriksaan gejala penyakit terhadap pertumbuhan tanaman dari benih sering di

lakukan sebagai prosedur untuk mengindentifikasi adanya bakteri, cendawan atau

virus yang terbawa benih.Benih yang di uji dapat di tabur atau inokulum yang di

peroleh dapat di gunakan untuk menginfeksi tanaman yang sehat atau bagian

tanaman. Tanaman harus di lindungi dari infeksi lain yang tidak di harapkan dan

menjaga kondisi lungkungan.

2.2.4 Benih Jagung (Klasifikasi,Fisiologi dan Morfologi)

Klasifikasi :

Kingdom: Plantae (Tumbuhan)

Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

 Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)

Ordo: Poales

Famili: Poaceae (suku rumput-rumputan)

Genus: Zea

12

Page 13: Laporan teknelogi benih

Spesies: Zea mays L.

Fisiologi :

Jagung tidak memiliki cambium, tidak dapat menambah diameter batang secara

terus menerus dan tidak terjadi oertumbuhan sekunder.Selain itu cenderung lunak

dan berair.

Morfologi :

Bebih jagung memiliki cirri sebagai berikut : memiliki bentuk hilum yang

lonjong dan berlokasi di bagian pangkal biji dan posisinya menonjol. Selain itu

terlihat perbedaan warna yang membedakan antara embrio, endosperm, dan

epicarp benih jagung, ketika benih jagung dibelah. Pada benih jagung terlihat

endosperma, embrio dan posisi hilum.

2.2.5 Benih Kedelai (Klasifikasi,Fisiologi dan Morfologi)

Klasifikasi :

Kingdom: Plantae (Tumbuhan)

Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Ordo: Fabales

Famili: Fabaceae (suku polong-polongan)

Genus: Glycine

 Spesies: Glycine max (L.) Merr.

Fisiologi :

Kedelai memiliki cambium yang memungkinkannya untuk melakukan pertumbuhan

sekunder dengan pembesaran diameter batang.

Morfologi :

Benih kedelai merupakan sub kelas dikotil, dimana bentuk hilumnya bulat

lonjong, lokasi ditepi dan posisinya menjorok. Biji umumnya berbentuk

bulat/bulat pipih sampai bulat lonjong. Ukuran bijiberkisar antara kecil (6–

10g/100 biji), sedang (11–12g/100 biji), dan besar (13atau lebih/100 biji).

Warna kulit biji bervariasi, antara lain kuning, hijau, cokelat,dan hitam.

13

Page 14: Laporan teknelogi benih

2.2.6 Patogen Penting Pada Benih Jagung

a. Patogen Fusarium sp.

Gejala Serangan : Infeksi sistemik fusarium pada tanaman jagung adalah

dimulai dari konidia atau miselia yang berasal dari dalam ataupun bagian

permukaan biji kemudian berkembang pada tanaman muda dari akar ke batang

dan terakhir menginfeksi kebagian tongkol dan biji. Gejala visual khas pada

bagian yang terserang dicirikan dengan terkadang adanya kumpulan miselia

pada bagian permukaan batang, pelepah dan tongkol, berwarna merah jambu

(pink) atau dominan memperlihatkan warna keputih-putihan, pada batang

biasanya dijumpai bagian yang membusuk.

Pengendalian : - Penggunaan pupuk kimia

b. Patogen Aspergillus sp.

Gejala serangan : Gejala dapat terlihat pada biji berupa warna coklat kehitam-

hitaman dan ada juga yang menginfeksi sampai pada bagian dalam biji.

Pengendalian : - Penggunaan pupuk kimia

- pada pasca panen yang dianjurkan untuk kandungan

cemaran aflatoksin guna meminimalkan efek toksik pada

manusia dan ternak adalah pengenceran bahan yang

terkontaminasi aflatoksin.

2.2.7 Patogen Penting Pada Benih Kedelai

a. Penyakit Karat (Phakopsora pachyrrizi)

Daur Penyakit

Jamur membentuk undospora yang mudah sekali terbawa oleh angin dan percikan air

hujan dan menular ketanaman yang sehat.

Patogen bertahan dalam bentuk undespora yang tahan kering.

Gejala Serangan

Daun yang terserang terdapat bintik-bintik coklat dari uredinia atau sori cendawan.

Umumnya gejala nampak pada tanaman umur 20-30 hari.

Terjadi bintik-bintik coklat pada daun bawah dan meluas keatas (pucuk).

Bila serangan berat daun cepat gugur sebelum waktunya, polong tidak berisi penuh

atau hampa, jumlah biji berkurang dan daya kecambah biji menurun.

Cara Pengendalian

14

Page 15: Laporan teknelogi benih

Penanaman varietas tahan seperti Dempo, Kerinci, Cikuray, Pulosari, Tambora.

Sedangkan varietas Willis, Merbabu, Raung agak tahan terhadap penyakit kedelai.

Tanam serentak.

Menghindari bertanam kedelai berdekatan dengan tanaman inang lain seperti Kacang

Panjang, Kacang Kapri, Buncis, dll.

Sanitasi gulma untuk mengurangi sumber inokulum.

Perlakuan benih dengan fungisida dan penyemprotan tanaman didaerah endemis

dengan fungisida. Waktu aplikasi adalah pada saat umur tanaman 30 hari dengan

interval 15 hari.

15

Page 16: Laporan teknelogi benih

BAB III

METODE PELAKSANAAN

3.1 Waktu dan Tempat

1. Hama dan Kesehatan Benih 3. Pengamatan Mikroskop

Waktu : 3 Mei 2012 Waktu : 10 Mei 2012

Tempat : Lab. Nemathoda Tempat : Lab Nemathoda

2. Patogen Benih

Waktu : 10 Mei 2012

Tempat : Lab Nemathoda

3.2 Alat, Bahan dan Fungsi

Alat

1. PAD : media inokulasi

2. Timbangan : menimbang beras

3. Cawan petri : media tanamn benih jagung dan kedelai

4. Fialfilm : media beras

5. Mikroskop : mengamati jenis patogen benih

6. Jarum ose : mengambil koloni jamur

7. Objek dan cover glass : media pengamatan

Bahan

1. Beras IR 64, raskin dan pandan wangi, Sitophillus oryzae, benih jagung dan

kedelai : objek pengamatan

2. Wrapping : menutup cawan petri

Kain kasa : menutup fialfilm

Cara Kerja

1. Hama dan Kesehatan Benih

Beras IR 64, raskin dan pandan wangi ditimbag @10 gram

Masukkan beras ke fialfilm beserta sepasangSitophillus oryzae

Tutup dengan kain kasa

Amati selama ± 2 minggu

Timbang beras

16

Page 17: Laporan teknelogi benih

2. Patogen Benih

Benih jagung dan kedelai @5benih

Direndam aqua steril

ditiriskan

Inokulasi pada media PDA (Potato Dextrose Agar)

Ditutup dengan wrapping

Amati selama ± 2 minggu

3. Pengamatan Mikroskopis

Ambil koloni jamur dengan jarum ose

Lejtakkan di objek glass

bisa ditetesi aquades steril

Tutup dengan cover glass

Amati dengan mikroskop dengan perbesara 4,0,4,10

17

Page 18: Laporan teknelogi benih

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hama (Serangga) Pasca Panen

Tabel1. Pengamatan Intensitas Kerusakan Beras Dalam Satuan Gram

No.Waktu

Pengamatan

Bobot Beras Rusak

IR 64 RaskinPandan

Wangi

1. 06 Mei 2012 10,2 gr 10,94 gr 10,87 gr

2. 11 Mei 2012 10,21 gr 11,4 gr 10,85 gr

3. 15 Mei 2012 10,2952 gr 11,099 gr 10,968 r

Perhitungan Presentase Tingkat Kerusakan Beras

IKB = Bobot beras rusak pengamatan akhir – Bobot beras rusak pengamatan awal X 100%

Bobot total beras mula-mula

1. Beras IR 64

IKB=10,2952−10,210

x 100% = 0,95 %

2. Beras Raskin

IKB=11,099−10,9410

x 100% = 1,59 %

3. Beras Pandan Wangi

IKB=10,968−10,8710

x 100% = 0,98 %

18

Page 19: Laporan teknelogi benih

Dokumentasi pengamatan Shitopillus oryzaeTanggal

11 Mei

2012

Pandan Wangi IR 64 Raskin

Tanggal

15 Mei

2012

Pandan Wangi IR 64 Raskin

Jumlah Individu Sitophillus Oryzae

Waktu

Pengamatan

Jenis Beras Bobot Beras Jumlah Individu Sitophillus

Oryzae

Tanggal

6 Mei 2012

Pandan Wangi 10,87 gr 4 Sitophillus Oryzae

Raskin 10,94 gr 4 Sitophillus Oryzae

IR 64 10,2 gr 6 Sitophillus Oryzae mati 1 ekor

Pembahasan

Dari data di atas dapat diketahui bahwa nilai indeks kerusakan beras yang tertinggi

didapat dari beras jenis beras raskin (1,,59%). Sedangkan beras yang lain Beras IR64 0,95%

dan pandan wangi 0,98%. Dan untuk jumlah populasi Sithophillus oryzae yang paling tinggi

setelah pengamatan selama 2 minggu adalah pada beras jenis IR 64 dan Raskin. Sementara

pada beras pandan wangi hanya tersisa 4 indifidu yang di masukkan. Dari hasil tersebut

dapat dianalisis bahwa perkembangan dari Sithophillus oryzae dipengaruhi oleh ketersediaan

makanan dan juga tergantung dari jenis makanannya. Kecocokan jenis makanan dengan

individu Sithophillus oryzae juga menyebabkan turunnya populasinya di dalam wadah

percobaan. Ketidak cocokan makanan dapat timbul karena kurangnya kandungan unsur yang

diperlukan, rendahnya kadar air dalam kandungan makanan, permukaan material yang keras

dan bentuk materialnya (Kartasapoetra, 1991).

19

Page 20: Laporan teknelogi benih

4.2 Patogen Benih

Dokumentasi Patogen benih

Tanggal14 Mei 2012

JAGUNG KEDELAI

Tanggal21 Mei 2012

JAGUNG KEDELAI

Tanggal24 Mei 2012

JAGUNG KEDELAI

20

Page 21: Laporan teknelogi benih

21

Sampel Jagung Sampel Kedelai

Jagung Sampel I Kedelai Sampel I

Jagung Sampel II Kedelai Sampel II

Jagung Sampel III Kedelai Sampel III

Jagung Sampel IV Kedelai Sampel IV

Jagung Sampel V Kedelai Sampel V

Page 22: Laporan teknelogi benih

Tabel Pengamatan

Benih Koloni Patogen Kenampakan

Mikroskopis

Patogen Yang

Diduga

(Genus/Spesies)

Peran Koloni

Jagung Putih Jamur Fusarium

Kedelai Hitam Jamur Aspergilus

Coklat

Berdasarkan hasil pengamatan mikroskopis menggunakan mikroskop dengan perbesaran

40, didapatkan hasil bahwa pada benih jagung terdapat cendawan jamur jenis Rhizopus sp.

Hal ini dicirikan dengan adanya kumpulan miselia pada bagian permukaan biji jagung

menyebar hingga ke media, berwarna keputih-putihan. Sedangkan pada benih kedelai terdapat

3 jenis patogen, dimana patogen ini temasuk jenis jamur, hanya saja untuk genus Aspergillus

dicirikan dengan sporangiofor hialin dan soprangium hitam. Untuk genus Mucor dicirikan

dengan sporangium coklat kehitaman dengan bentuk kotak spora bulat.Dari hasil tersebut

maka dapat dikatakan kedua benih termasuk benih tidak sehat.Pasalnya benih dikatakan sehat

kalau benih tersebut bebas dari patogen, baik berupa bakteri, cendawan, virus maupun

nematoda.

Terdapat 3 cara bagaimana jamur bisa terbawa benih. Cara pertama adalah dengan

kontaminasi yaitu benih itu terbawa jamur di permukaan benih. Cara kedua adalah infestasi,

yaitu jamur tercampur oleh gulma atau sesuatu yang membawa jamur. Cara ketiga yaitu

infeksi, yaitu terbawanya jamur sejak masih dibenih itu sendiri

Berikut adalah ciri-ciri dari cendawan/patogen yang terdapat pada benih jagung dan

kedelai:Benih Jagung : Rhizopus sp. Gejala visual Rhizopus sp pada biji jarang ditemukan,

namun setelah ditumbuhkan pada kertas steril, akan nampak keputih-putihan, demikian pula

pada media PDA. Pertumbuhan miselia agak cepat, halus dan putih. Sporangiofor tunggal

atau dalam kelompok dengan dinding halus atau agak sedikit kasar, dengan panjang lebih

dari1000µm dan diameter 10-18µm. Sporangia globosa yang pada saat masak berwarna hitam

kecoklatan, dengan diameter 100-180µm.Benih Kedelai.Aspergillus sp. Aspergillus sangat

mudah dikenali, baik dari morfologi selnya maupun dari morfologi koloninya.Aspergillus

niger mempunyai kepala pembawa konidia yang besar,dipak secara padat, bulat dan berwarna

hitam coklat atau ungu coklat. Kapang ini mempunyai bagian yang khas yaitu hifanya

bersepta, spora yang bersifat seksual dan tumbuh memanjang di alas stigma, mempunyai sifat

22

Page 23: Laporan teknelogi benih

aerobik, sehingga dalam pertumbuhannya memerlukan oksigen yangcukup.Mucor sp, Koloni

pada media PDA dicirikan pada mulanya berwarna putih kemudian menjadi coklat keabu-

abuan dengan diameter koloni pada hari pertama 2 cm dan pada hari keempat diameter koloni

mencapai 7,8 cm (1,95 cm/hari) dan pada umur 10 hari koloni bwrwarna putih keabu-abuan

serta koloni telah memenuhi cawan petri. Sporangiofor bercabang, konidiofor berwarna hijau

muda hingga kecoklatan, dapat bercabang maupun tidak berdiameter 3,8-4,5 µm. Sporangium

berwarna kuning kecoklatan dengan diameter 6,8-7,2 µm.

(Heydecker, 1972)

23

Page 24: Laporan teknelogi benih

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Indeks Kerusakan Beras pada Beras IR 64 dan Raskin sebesar 0,95% dan untuk Beras

Pandan wangi sebesar 0,98%, beras raskin 1,59%

Pada jumlah individu Sithopillus oryzae setelah dilakukan pengamatan selama 2

minggu didapat bahwa pada beras IR 64 dan Raskin tersisa 2 individu dari 4 yang

dimasukkan.

Perkembangan Sithopillus oryzae dipengaruhi oleh jenis makanan, kekerasan

makanan, dan kandungan yang ada di dalam makanan tersebut.

Benih jagung dan kedelai yang telah di tanam di dalam media PDA ditumbuhi oleh

jamur. Jamure tersebut ada yang berupa jamur yang menguntungkan dan merugikan.

5.2 Saran Praktikum

Saran untuk praktikum agar praktikum berjalan dengan lancar dan peralatan yang ada di

laboratorium harus memadai. Materi ditambah lagi…

5.3 Kritik Praktikum atau Asisten

Lain kali untuk laporan jangan mendadak karena dan jangan terlalu banyak formatnya.

24

Page 25: Laporan teknelogi benih

DAFTAR PUSTAKA

Anonymousa. 2012. Beras IR 64. http://mutosorganik.com/produk.php?id=1. diakses pada tanggal 23 Mei 2012.

Anonymousb. 2012. Beras Raskin. http://mutosorganik.com/produk.php?id=3. diakses pada tanggal 23 Mei 2012.

Anonymousc. 2012. Beras Pandan Wangi Putih. http://mutosorganik.com/produk.php?id=2. diakses pada tanggal 23 Mei 2012.

Heydecker, W. 1972. Seed Ecology. The Pennsylvania State University Press, University Park and London. pp 1-3.

Idris, Zainal, Mohammad, Lassim, Norman dan Hashim. 1982. Evaluasi beberapa sifat biokimia dan fisiologi benih jagung (Zea mays L.) dari berbagai tingkat masak dan beberapa waktu penundaan pengeringan. Prosiding Seminar Hasil Pengkajian dan Penelitian Teknologi Pertanian Menghadapi Era Otonomi Daerah, 3-4 November di Palu, Sulteng.

Rukmana, Rahmat. 1997. Usaha Tani Jagung. Kanisius. Jogjakarta.

Sudjana, Rifin dan Sudjadi. 1991. Research on association of seed physical properties to seeds quality. Prepared for Seed Research Workshop. AARP II Project, Sukamandi, Indonesia.

Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Fakultas Pertanian UNIBRAW: Malang.

25