13
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH “PRODUKSI BENIH LAPANG” OLEH : NAMA : FRELYTA A. Z. KELAS : G NIM : 115040201111290 KELOMPOK : Jumat,11.00 ASISTEN : Dasa Novi UNIVESITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI MALANG 2013

Laporan Teknologi Produksi Benih (Lapang)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Teknologi Produksi Benih

Citation preview

  • LAPORAN PRAKTIKUM

    TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH

    PRODUKSI BENIH LAPANG

    OLEH :

    NAMA : FRELYTA A. Z.

    KELAS : G

    NIM : 115040201111290

    KELOMPOK : Jumat,11.00

    ASISTEN : Dasa Novi

    UNIVESITAS BRAWIJAYA

    FAKULTAS PERTANIAN

    PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

    MALANG

    2013

  • 1. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) termasuk suku polong-polongan (fabaceae)

    yang memiliki manfaat sebagai sumber bahan pangan berprotein nabati tinggi. Seiring

    dengan meningkatnya pertambahan penduduk dan semakin beraneka ragam produk olahan

    yang berbahan baku kacang hijau, maka kebutuhan akan kacang hijau akan terus meningkat

    dari waktu ke waktu. Terdapat kendala dalam membudidayakan tanaman ini terutama

    masalah lahan, padahal untuk mencukupi kebutuhan permintaan kacang hijau dalam negeri

    sendiri dibutuhkan dalam jumlah besar. Belum lagi jika terjadi gagal panen, yang berarti

    akan menururnkan hasil pertanian pada komoditas tersebut.

    Tanaman kacang hijau masih kurang mendapat perhatian petani, meskipun hasil tanaman

    ini mempunyai nilai gizi yang tinggi dan harga yang baik. Keterbatasan lahan pertanian pada

    komoditas kacang hijau merupakan salah satu masalah dalam upaya peningkatan produksi

    Dibanding dengan tanaman kacang-kacangan lain, kacang hijau memiliki kelebihan ditinjau

    dari segi agronomi maupun ekonomis seperti: lebih tahan kekeringan, serangan hama

    penyakit lebih sedikit, dapat dipanen pada umur 55-60 hari, dapat ditanam pada tanah yang

    kurang subur, dan cara budidayanya mudah. Dengan demikian, kacang hijau mempunyai

    potensi yang tinggi untuk dikembangkan. Untuk mempercepat perkembangan, ketersediaan

    benih yang memadai dari varietas unggul yang sudah dilepas merupakan kunci

    keberhasiIan.Hal ini karena melalui varietas yang unggul dapat diperoleh hasil yang baik,

    dilihat dari segi kualitas maupun kuantutasnya. Untuk itu pengetahuan mengenai produksi

    benih lapang ini akan sangat membantu dalam menghasilkan benih kacang hijau bermutu

    tinggi sehingga mampu meningkatkan produksi.

    1.2 Tujuan

    Tujuan dari praktikum produksi benih lapang ini adalah:

    1. Mengetahui klasifikasi dan morfologi tanaman kacang hijau

    2. Mengetahui cara budaya tanaman kacang hijau

    3. Mengetahui teknologi produksi benih kacang hijau

    4. Mengatahui cara penyimpanan benih kacang hijau setelah pemanenan

  • II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Klasifikasi dan Morfologi

    Dalam dunia tumbuh-tumbuhan, tanaman kacang hijau meliliki klasifikasi divisio :

    Spermatophyta, subdivisi : Angiospermae, kelas : Dicotyledonae, ordo : Rosales, famili :

    Papilionaceae, genus : Vigna, spesies : Vigna radiata L. (Soeprapto dan Marzuki, 2004).

    Tanaman kacang hijau berakar tunggang. Sistem perakarannya dibagi menjadi dua yaitu

    mesophytes dan xerophytes. Mesophytes mempunyai banyak cabang akar pada permukaan

    tanah dan tipe pertumbuhannya menyebar, sementara xerophytes memiliki akar cabang lebih

    sedikit dan memanjang ke arah bawah Batang tanaman kacang hijau berukuran kecil,

    berbulu, berwarna hijau kecokelat-cokelatan atau kemerah-merahan; tumbuh tegak mencapai

    ketinggian 30 cm - 110 cm dan bercabang menyebar ke semua arah. Daun tumbuh majemuk,

    tiga helai anak daun per tangkai. Helai daun berbentuk oval dengan ujung lancip dan

    berwarna hijau (Rukmana, 2004).

    Daun tanaman kacang hijau tumbuh majemuk dan terdiri dari tiga helai anak daun

    setiap tangkai. Helai daun berbentuk oval dengan bagian ujung lancip dan berwarna hijau

    muda hingga hijau tua (Purwono dan Purnamawati, 2009). Tangkai daun lebih panjang

    daripada daunnya sendiri. Bunga kacang hijau berkelamin sempurna (hermaprodite),

    berbentuk kupu-kupu, dan berwarna kuning. Proses penyerbukan terjadi pada malam hari

    sehingga pada pagi harinya bunga akan mekar dan pada sore hari menjadi layu (Rukmana,

    2004).

    Polong kacang hijau berbentuk silindris dengan panjang antara 6-15 cm dan biasanya

    berbulu pendek. Sewaktu muda polong berwarna hijau dan setelah tua berwarna hitam atau

    cokelat. Setiap polong berisi 10-15 biji. Biji kacang hijau berbentuk bulat dan ukurannya

    lebih kecil dibandingkan biji kacang tanah atau kedelai dengan bobot sekitar 0,5 - 0,8 mg.

    Kulitnya hijau berbiji putih. Bijinya sering dibuat kecambah atau taoge (Purwono dan

    Hartono, 2008).

    2.2 Budidaya Tanaman

    a. Penyiapan lahan

    Kacang hijau biasanya ditanam pada lahan sawah setelah panen padi dan tidak perlu

    dilakukan pengolahan tanah (tanpa olah tanah=TOT). Jerami cukup dipotong pendek atau

    rata dengan tanah. Sedangkan pada lahan sawah yang sudah agak lama tidak ditanami perlu

    dilakukan pengolahan tanah secara sempurna. Untuk menghindari air tergenang pada musim

    hujan perlu dibuat saluran drainase dengan lebar dan kedalaman 20-30 cm dan jarak antar

    saluran maksimum 4 m.

    b. Penanaman

    Penanaman dilakukan dengan sistem tugal sebanyak 2-3 biji/lubang dengan

    kedalaman 3-5 cm, Kemudian ditutup dengan abu dapur/jerami atau tanah halus atau pupuk

    kandang. Kebutuhan benih berkisar 15-20 kg/ha. Jarak tanam bervariasi, yaitu 40x10 cm

  • (populasi 300.000-400.000 tanaman/ha) pada musim hujan atau 40x15 cm (populasi

    400.000-500.000 tanaman/ha) pada musim kemarau. Penyulaman dapat dilakukan umur 7

    hari. Biasanya petani melakukan penanaman benih kacang hijau sesudah padi dengan cara

    sebar benih yang dilakukan dengan atau tanpa pembabatan jerami, dan benih yang diperlukan

    berkisar 50-75 kg/ha.

    c. Pemupukan

    Biasanya pemupukan jarang dilakukan, terutam apada tanah subur. Sedangkan pada

    tanah kurang subur diberikan pupuk sebanyak 45 kg Urea + 45- 90 kg SP36 + 50 kg KCl/ha.

    Pupuk diberikan pada saat tanam secara larikan di sisi lubang tanam sepanjang barisan

    tanaman. Bahan organik berupa pupuk kandang sebanyak 15-20 t/ha atau abu dapur/abu

    hasil pembakaran jerami sebanyak 5 t/ha sangat baik diaplikasikan untuk menutup lubang

    tanam cara ini dapat meningkatkan hasil kacang hijau mencapai 1,5 t/ha.

    d. Penggunaan Mulsa Jerami

    Penggunaan mulsa jerami yang ditebar pada hamparan pertanaman kacang hijau

    secara merata dapat mengurangi serangan hama lalat bibit, menekan pertumbuhan gulma,

    dan memperlambat proses penguapan air tanah. Dianjurkan penggunaan jerami dengan

    takaran sebanyak 5 t/ha.

    e. Penyiangan

    Penyiangan dilakukan tergantung dengan pertumbuhan gulma. Penyiangan

    dianjurkan umur 10-15 hari setelah tanam (hst) dan 25-30 hst, dengan cara dikored atau

    menggunakan cangkul. Pada daerah yang langka tenaga kerja dapat menggunakan herbisida

    pra tumbuh non selektif seperti: Lasso, Paraquat, Dowpon, dan Goal dengan takaran 1-2 l/ha

    yang diaplikasikan 3-4 hari sebelum tanam.

    f. Pengairan

    Kacang hijau termasuk tanaman yang toleran terhadap kekurangan air, yang penting

    tanah cukup kelembabannya. Namun, bila tanah pertanaman kacang hijau kekeringan

    sebaiknya segera diairi terutama pada periode kritis, yaitu: saat tanam, saat berbunga (umur

    25 hst), dan saat pengisian polong (umur 45-50 hst). Untuk kacang hijau yang ditanam di

    tanah bertekstur ringan (berpasir), umumnya pengairan dilakukan dua kali yaitu umur 21

    dan 38 hst, sedangkan pertanaman di tanah bertekstur berat (lempung), biasanya diperlukan

    pengairan hanya satu kali.

    g. Pengendalian Hama dan Penyakit

    Hama yang paling sering menyerang pertanaman kacang hijau: lalat bibit Ophyomia

    phaseoli, ulat jengkal Plusia chalsites, kepik hijau Nezara viridula, kepik coklat Riptortus

    linearis, penggerek polong (Maruca testulalis dan Etiella spp.) dan kutu thrips.

    Pengendaliannya dapat dilakukan dengan menerapkan konsep Pengendalian Hama Terpadu

    (PHT). Penggunaan insektisida merupakan alternatif terakhir bila cara lain tidak mangkus

    dalam mengendalikan hama. Insektisida anjuran, antara lain adalah: Confidor, Regent,

    Curacron, Atabron, Furadan, atau Pegassus dengan dosis 2-3 ml/l air dan volume semprot

    500-600 l/ha. Untuk pengendalian penyakit sendiri, diantaranya adalah bercak daun

  • Cercospora canescens, busuk batang, embun tepung Erysiphe polygoni, dan penyakit puru

    Elsinoe glycines dilakukan dengan penyemprotan fungisida, seperti: Benlate, Dithane M45,

    Baycor, Delsene MX200, atau Daconil pada awal serangan dengan takaran 2 g/l air.

    Sementara itu penyakit embung tepung juga dapat dikendalikan dengan menggunakan

    varietas tahan, seperti: Sriti dan Kutilang (Sunantara, 2000).

    2.3 Teknologi Produksi Benih

    2.3.1 Persyaratan tanah

    Dalam pemilihan lokasi kebun kacang hijau adalah tanahnya subur, gembur, banyak

    mengandung bahan organik (humus), aerasi dan drainasenya baik, serta mempunyai

    kisaran pH 5,8 - 6,5. Untuk tanah yang ber-pH lebih rendah daripada 5,8 perlu

    dilakukan pengapuran (liming) (Rukmana, 2004). Tanaman kacang hijau menghendaki

    tanah yang tidak terlalu berat. Artinya, tanah tidak terlalu banyak mengandung tanah

    liat. Tanah dengan kandungan bahan organik tinggi sangat disukai oleh tanaman kacang

    hijau. Tanah berpasir pun dapat digunakan untuk pertumbuhan tanaman kacang hijau,

    asalkan kandungan air tanahnya tetap terjaga dengan baik. Kacang hijau menghendaki

    tanah dengan kandungan hara (fosfor, kalium, kalsium, magnesium, dan belerang) yang

    cukup. Unsur hara ini penting untuk meningkatkan produksinya (Soeprapto

    dan,Marzuki 2004).

    2.3.2 Isolasi

    1. Isolasi Jarak.

    Antara tanaman untuk benih dengan tanaman untuk konsumsi atau benih dengan

    varietas dari kelas benih berbeda isolasi dengan jalur kosong atau tanaman lain

    selebar 3 meter .

    2. Isolasi waktu.

    Minimum 30 hari, perbedaan tanggal tanam dari 2 varietas yang berbeda dan letaknya

    berdampingan harus diatur sedemikian rupa sehingga saat berbunga tidak bersamaan.

    Pemilihan penggunaan isolasi tergantung dari kondisi lapangan (Anonymousa, 2013).

    2.3.3 Roguing

    Seleksi vegetatif umur 7-15 hst. Cara : a) membuang tanaman yang berbeda

    warna hipokotilnya (hijau,hijau keunguan, ungu dan ungu tua). b) membuang tanaman

    yang berbeda bentuk daunnya (bulat runcing, oval runcing dan lain-lain). c) membuang

    tanaman yang berbeda bulu daunnya (tidak berbulu, bulunya sangat jarang dan bulunya

    lebat). Seleksi generatif yaitu scat berbunga dan setelah keluar polong. a) Membuang

    tanaman yang berbeda tipe pertumbuhannya (tegak, semi tegak dan menyebar). b)

    Membuang tanaman yang berbeda warna polong, pada saat perubahan warna

    polongnya (kuning jerami, coklat kemerahan, coklat kehitaman, hitam dan lain-lain)

    (Sunantara, 2000).

  • 2.3.4 Panen dan pascapanen

    1) Panen dilakukan apabila polong sudah berwarna hitam atau coklat. Panen dengan

    cara dipetik dan polong segera dijemur selama 2 - 3 hari hingga kulit mudah terbuka.

    2) Pembijian dilakukan dengan cara dipukul, sebaiknya di dalam kantong plastik atau

    kain untuk menghindari kehilangan hasil. Pembersihan biji dari kotoran dengan

    menggunakan nyiru (tampah) dan biji dijemur lagi sampai kering simpan yaitu kadar

    air mencapai 8 10 % (Sunantara, 2000).

    2.4 Penyimpanan Benih

    Biji yang sudah mencapai kadar air 8-9% ditampi atau diayak untuk memisahkan

    benih bogus dan benih jelek. Biji yang sudah disortir dimasukkan dalam kantong kantong

    plastik berukuran 5-10 kg, ditutup dengan sistem rapat udara (diikat kuat-kuat). Bila tidak

    tersedia kantong plastik dapat juga digunakan blek/kaleng minyak dan ditutup dengan

    parafin/lilin Sebelum disimpan dalam blek, benih dicampur dengan abu dapur atau

    insektisida. Terdapat pengaruh suhu dan lama penyimpanan terhadap viabilitas benih

    kacang hijau. Lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap viabilitas benih kacang hijau.

    Penyimpanan dalam ruang simpan dengan suhu-70C dan -5C lebih mampu

    mempertahankan viabilitas benih selama masa penyimpanan 30 hari dibandingkan benih

    yang di simpan pada suhu kamar (26C) dan 3C. (pengaruh suhu dan lama penyimpanan

    terhadap viabilitas benih kacang hijau (phaseolus radiatus l.) (Qulsum, 2011).

  • III. METODOLOGI

    3.1 Alat, Bahan & Fungsi

    Alat

    Cangkul : untuk mengolah lahan

    Tugal : untuk membuat lubang tanam

    Timba : untuk mengambil air

    Kamera : dokumentasi

    Alat tulis : mencatat hasil

    Tali rafia : untuk mengukur jarak tanam

    Meteran : untuk mengukur jarak tanam

    Bahan

    Benih kacang hijau : bahan tanam

    Air : untuk menyiram tanaman kangkung

    Pupuk : untuk memberi kebutuhan unsur hara tanaman

    Tanah : sebagai media tumbuh tanaman

    3.2 Keterangan Lahan

    3.2.1 Ketinggian Tempat

    Ketinggian tempat pada lahan BP Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya adalah 440-667

    dpl.

    3.2.2 Sejarah Penggunaan Lahan

    Sejarah penggunaan lahan pada lahan BP Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

    yaitu pernah dijadikan lahan untuk menanam jagung, timun, terong, kacang panjang. Pada

    lahan tersebut dilihat bahwa penggunaan lahan sebagian banyak sering digunakan untuk

    lahan menanam tanaman sayuran. Tetapi sempat pada lahan tersebut kosong dan tidak

    digunakan, sehingga tumbuh rumput-rumput liar dilahan tersebut.

    3.3 Waktu Pelaksanaan

    Praktikum dilaksanakan pada hari Sabtu mulai tanggal 23 Maret 2013 31 Mei 2013.

  • IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil Pengamatan (dokumetasi disertakan)

    Tabel 1: Pengamatan Tanaman

    Parameter Sampel Tanaman Ke-

    1 2 3 4 5

    A. Fase Vegetative

    - Tinggi Tanaman (cm)

    - Jumlah Daun (buah)

    - Jumlah Cabang

    (buah)

    49 55 58 77 55

    26 34 37 22 18

    5 7 9 5 4

    B. Fase Genetarive

    - Awal Berbunga (hst)

    - Berbunga 50% (hst)

    - Berbunga 75% (hst)

    - Jumlah bunga per

    tanaman

    - Jumlah polong per

    tanaman

    - Produksi buah/biji

    per petak

    20 18 17 21 20

    34 34 32 30 34

    43 48 47 47 45

    3 3 5 3 2

    6 6 9 5 4

    42 48 81 30 32

    Tabel 2: Pengamatan Roguing

    Parameter

    Hasil rouguing Jumlah

    Tanaman Off

    Type

    Jumlah Tanaman

    Volunter

    Bentuk dan warna

    daun

    Ditemukan 7 jenis

    tanaman volunter

    :

    -Borreria latifolia

    -Cyperus rotundus

    -Eleusine indica

    -Krokot mine

    -3 jenis tidak

    diketahui

    - -Borreria latifolia

    -Cyperus rotundus

    -Eleusine indica

    -Krokot mine

    -3 jenis tidak diketahui

    Warna bunga - - -

  • Bentuk dan warna

    buah

    - - -

    Waktu berbungan - - -

    4.2 Pembahasan dibandingkan literatur

    4.2.1 Pembahasan

    Berdasarkan hasil praktikum lapang ini, kelompok kami belum melakukan

    pemanenan, hal ini karena dilihat dari parameter fisiknya yang belum memenuhi syarat

    panen, hal ini juga dipengaruhi oleh varietasnya. Varietas adalah klasifikasi tumbuhan di

    bawah jenis yang menunjukkan varian jenis dengan perbedaan warna atau habitat yang

    morfologinya tanpa mengaitkan masalah distribusinya (Tim Penyusun Kamus PS, 2001).

    Warna polong pada pengamatan terakhir masih berwarna hijau, sedangkan untuk

    pemanenan seharusnya dilakukan saat polong sudah berwarna coklat kehitaman. Namun

    dari hasil yang diperoleh, tanaman kacang hijau tidak semuanya tumbuh dengan baik,

    sehingga hal ini juga akan berpengaruh terhadap hasil yang didapatkan seumpaa dilakukan

    panen. Selain itu, perlakuan ataun perawatan yang dilakukan juga berpengaruh. Rukmana

    (2004) menyebutkan bahwa hal yang penting diperhatikan dalam pemilihan lokasi kebun

    kacang hijau adalah tanahnya subur, gembur, banyak mengandung bahan organik (humus),

    aerasi dan drainasenya baik, serta mempunyai kisaran pH 5,8 - 6,5. Untuk tanah yang ber-

    pH lebih rendah daripada 5,8 perlu dilakukan pengapuran (liming). Pertumbuhan tanaman

    dengan baik sangat diperlukan apalagi jika akan dijadikan benih. Hasil yang diperoleh

    terutama kualitas benih akan berdampak pada perkecambahan benih nantinya. Sementara

    daun belum dapat berfungsi sebagai organ untuk fotosintesa maka pertumbuhan kecambah

    sangat bergantung pada persediaan makanan yang ada dalam biji (Sutopo, 2004).

    Berdasarkan data roghuing, terdapat 7 jenis voluntir yang ditemukan pada lahan

    budidaya. Ketujuh kultivar tersebut adalah Borreria latifolia (kentangan), Cyperus

    rotundus (rumput teki), Eleusine indica (rumput belulang), Krokot mine dan 3 jenis tidak

    diketahui. Tumbuhan yang ada ini mampu berperan sebagai gulma yang dapat mengganggu

    pertumbuhan tanamn kacang hijau. Kerugian yang ditimbulkan dari gulma tidak terbatas

    hanya pada produksi tanaman saja, tetapi juga mencakup usaha-usaha manusia lainnya

    didalam mencapai tujuan, termasuk nilai-nilai estetika. Tumbuhan yang lazim menjadi

    gulma mempunyai beberapa ciri yang khusus yaitu :

    Pertumbuhannya cepat

    Mempunyai daya bersaing yang kuat dalam perebutan faktor-faktor kebutuhan

    hidup.

    Mempunyai toleransi yang besar terhadap suasana lingkungan yang ekstrim.

    Mempunyai daya berkembang-biak yang besar baik secara generatif, vegetatif

    atau kedua-duanya.

    Alat perkembang-biakannya mudah tersebar melalui angin, air maupun binatang.

  • Biji mempunyai sifat dormansi yang memungkinkannya untuk bertahan hidup

    dalam kondisi yang tidak menguntungkan. (anonimousb, 2013)

    Gulma yang ditemukan di lahan memiliki cirri-ciri sebagai berikut: Eleusine

    indica (rumput belulang)memiliki bentuk daun meruncing dengan tulang daun sejajar dan

    daunnya bewarna hijau. Bunganya berwarna hijau muda dan akan berwarna coklat saat

    tua. Sedangkan Borreria latifolia (kentangan) memiliki susunan tulang daun menyirip

    berwarna hijau, memiliki buna pada dengan ukuran yang kecil pada daerah pangkal daun

    yang berwarna kuning kehijauan. Untuk Cyperus rotundus (rumput teki) memiliki ciri-

    ciri yang menyerupai dengan kentangan yaitu memilik bentuk ddaun meruncing dengan

    tulang daun sejajar dan daunnya berwarna hijau. Untuk krokot, memiliki bentuk daun

    membulat pada ujungnya dan memiliki bunga yang berwarna kuning, terkadang

    berwarna-warni tergantung jenisnya. Untuk waktu berbunga, dari data tidak dicantumkan

    lapan waktu berbunga 7 vountir ini. Hal ini karena dilakukanya penyiangan dan dan

    pengamatan tidak dilakukan setiap hari.

    4.2.2 Kondisi Lapang (alasan berhasil / tidak berhasil)

    Dari hasi pengamatan yang diperoleh, pada lahan yang dijadikan pertanaman

    mengalami pertumbuhan yang kurang maksimal. Hal ini bisa terjadi oleh bberapa faktor

    baik faktor internal mauoun faktor eksternal. Berdasarkan literatur yang diperoleh, kondisi

    lahan BP yang dijadikan lahan pertanaman dalam praktikum ini sudah memenuhi kriteria

    dari syarat tumbuh dari tanaman kacang hijau sehingga faktor-faktor pendukung dari

    tanaman kcang hijau. Marzuki dan Soeprapto (2004) mengungkapkan bahwa keberhasilan

    praktikum ini bukan hanya ditentukan oleh kondisi lahan saja, namun faktor iklim juga

    berpengaruuh. Kondisi iklim yang berubah-ubah di tengah-tengah musim pancaroba ini

    mengakibatkan tanaman menjadi tidak stabil. Selain itu, pengairan yang dilakukan juga

    menjadi faktor yang menentukan. Pada lahan praktikum, keadaan irigasinya kurang baik.

    Hal ini ditunjukkan dengan adanya genangan air pada waktu tertentu yang menyebabkan

    tanah menjadi basah dan berarti ada indikasi bahwa tanah sudah jenuh air, sedangkan pada

    waktu tertentu juga tanah menjadi snagat kering.

  • V. PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dilahan BP, dapat disimpulkan

    bahwa pada pengamatan tanaman, petumbuhaan tanaman tidak merata. Kondisi ini dapat

    dilihat dari Fase Vegetative tanaman sendiri yaitu tinggi tanaman, jumlah tanaman dan

    jumah cabang. Kemudian dari fase generatifnya yang meliputi awal berbunga berbunga 50%

    berbunga 75% jumlah bunga per tanaman, jumlah polong per tanaman, dan produksi

    buah/biji per petak

    Sedangkan jika dilihat dari segi hasil, hasil yang diperoleh masih kurang maksimal.

    Hal ini dikarenakan banyakny akultivar-kultivar yang tumbuh di sekitar pertanaman

    sehinggga pertumbuhan tanaman budidaya yaitu kacang hijau terganggu akibat persaingan

    unsur hara dengan kutivar tersebut maupun perakaran yang terganggu karena tidak bisa

    leluasa memperluas bidang serapnya akibat hambatan dari akar tumbuhan lain. Tumbuhan

    tersebut merupakan gulma yang memiliki cirri-ciri : pertumbuhannya cepat, mempunyai

    daya bersaing yang kuat dalam perebutan faktor-faktor kebutuhan hidup, mempunyai

    toleransi yang besar terhadap suasana lingkungan yang ekstrim, mempunyai daya

    berkembang-biak yang besar baik secara generatif, vegetatif atau kedua-duanya, alat

    perkembang-biakannya mudah tersebar melalui angin, air maupun binatang, biji

    mempunyai sifat dormansi yang memungkinkannya untuk bertahan hidup dalam kondisi

    yang tidak menguntungkan.

    5.2 Saran

    - Untuk praktikum lapang

    Untuk praktikum lapang, praktikum berjalan kurang kondusif karena banyaknya

    mahasiswa yang masuk ke lahan dan jurtru merusak lahan untuk pertanaman.

    - Saran untuk praktikan (bukan asisten)

    Diharapkan semua praktikan mengikuti praktikum lapang supaya semua mengerti

    tentang langkah kerja di lahan dan mengerti tentang praktikum yang sedang dilakukan

  • DAFTAR PUSTAKA

    Anonnimousa, 2013. Pengendalian Gulma. http://puputwawan.wordpress.com/2011/06/25

    /pengendalian-gulma-pada-kelapa-sawit/. Diakses tanggal 31 Mei 2013.

    Anonymousb.2013. Isolasi .http://perbenihan.blogspot.com/2009/02/produksi-benih.html.

    Diakses 30 Mei 2013.

    Purwono dan H. Purnamawati. 2009. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Penebar

    Swadaya, Jakarta.

    Purwono dan R. Hartono. 2008. Kacang Hijau. Penebar Swadaya, Jakarta.

    Rukmana, R., 2004. Kacang Hijau: Budidaya dan Pascapanen. Kanisius, Yogyakarta.

    Suprapto, H.S., dan Marzuki Rasyid. 2004. Bertanam Kacang Hijau. Jakarta: Penebar Swadaya.

    Sunantara, I.M.M. 2000. Teknik Produksi Benih Kacang Hijau. Pusat Penelitian dan

    Pengembangan Tanaman Pangan. Denpasar.

    Sutopo, L., 2004. Teknologi Benih. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.

    Tim Penyusun Kamus PS. 2001. Kamus Pertanian Umum. Penebar Swadaya, Jakarta.

    Qulsum, Umi. 2011. Pengaruh suhu dan lama penyimpanan terhadap Viabilitas benih kacang

    hijau (phaseolus radiatus l.). Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim. Malang.

  • Dokumentasi Hasil Pengamatan

    Pengamatan Gambar

    Pengamatan pertama

    Pengamatan ke-2

    Pengamatan ke-3

    Pengamatan ke-4

    Pengamatan ke-5