25
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ikan Teri Ikan Teri mudah didapat hampir di seluruh perairan Indonesia. Oleh karena itu, ikan teri menjadi salah satu ikan yang cukup banyak dikonsumsi sebagai lauk pauk. Ikan Teri mengandung kalsium dan fluor dalam bentuk senyawa CaF 2 dalam konsentrasi yang cukup besar. Karena ikan ini mudah rusak, perlu dilakukan suatu cara untuk mengawetkannya/penggaraman. Cara yang lazim dipakai adalah pengasinan. Salah satu jenis olahan ikan teri yaitu terasi cair. Terasi bermutu baik biasanya diolah dari rebon dan ikan teri tanpa adanya penggunaan bahan tambahan sebagai pengisi (filler). Terasi bermutu rendah biasanya diolah dari limbah ikan, ikan umpan, ikan rusak/busuk dan menggunakan filler seperti tepung tapioka dan tepung beras (Nuraini, 2008). B. Proses Pembuatan Terasi

LAPORAN Terasi Cair

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN Terasi Cair

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Ikan Teri

Ikan Teri mudah didapat hampir di seluruh perairan Indonesia. Oleh karena

itu, ikan teri menjadi salah satu ikan yang cukup banyak dikonsumsi sebagai lauk

pauk. Ikan Teri mengandung kalsium dan fluor dalam bentuk senyawa CaF2

dalam konsentrasi yang cukup besar. Karena ikan ini mudah rusak, perlu

dilakukan suatu cara untuk mengawetkannya/penggaraman. Cara yang lazim

dipakai adalah pengasinan. Salah satu jenis olahan ikan teri yaitu terasi cair.

Terasi bermutu baik biasanya diolah dari rebon dan ikan teri tanpa adanya

penggunaan bahan tambahan sebagai pengisi (filler). Terasi bermutu rendah

biasanya diolah dari limbah ikan, ikan umpan, ikan rusak/busuk dan

menggunakan filler seperti tepung tapioka dan tepung beras (Nuraini, 2008).

B. Proses Pembuatan Terasi

Terasi merupakan salah satu bumbu masakan tradisional Indonesia yang

sering digunakan oleh masyarakat. Pemakaian terasi bisa bermanfaat untuk

memberi rasa gurih dengan aromanya yang khas. Terasi dihasilkan dari

fermentasi udang atau rebon yang diolah dengan bumbu - bumbu lain.

Bentuknya padat dengan tekstur agak kasar dan berwarna cokelat keunguan.

Ciri khas terasi adalah aromanya yang agak tajam dan rasanya yang

gurih. Terasi banyak diproduksi di daerah pesisir Jawa. Tetapi ada juga sebuah

kawasan di Bangka paling populer dengan terasi yang sangat enak karena

memakai udang dan rebon segar. Biasanya dijual dalam bentuk bulat atau segi

Page 2: LAPORAN Terasi Cair

empat panjang, dibungkus daun pisang, plastik atau kertas. Kadang, ada juga

jenis terasi yang berbentuk butiran kasar dan dikemas dalam botol plastik. Ada

juga jenis terasi matang yang sudah dipanggang dalam oven. Terasi yang

bermutu baik dipengaruhi oleh kesegaran bahan mentah yang digunakan,

komposisi kimia dan nutrisi bahan mentah, metoda pengolahan, mutu garam,

ketersediaan mikroorganisma pada bahan mentah, aktivitas enzim pada bahan

mentah, penambahan karbohidrat, ketersediaan oksigen, suhu, pH, lama

fermentasi dan penanganan produk akhir ( Anonim, 2007).

. Secara umum proses pengolahan terasi ikan adalah dengan menggarami

ikan yang telah dihaluskan, kemudian disimpan dalam wadah yang tertutup

rapat selama 1-4 sampai minggu. Selanjutnya cairan yang dihasilkan disaring

untuk mendapatkan terasi ikan bebas ampas, lalu dikemas dalam botol steril

dan dipasteurisasi. Mikroba yang ditemukan pada produk akhir fermentasi

dengan penambahan garam pada ikan terutama dari jenis Micrococci

(Micrococcus) dan penurunan pada jumlah mikroba Flavobacterium,

Achromobacter, Pseudomonas, Bacillus dan Sarcina yang semula banyak

terdapat pada ikan. Bakteri halofilik anaerobik memiliki peranan yang penting

selama fermentasi. Mikroorganisme yang dapat diisolasi dari terasi antara lain

Micrococcus, Neisseria, Aerococcus, Corynebacterium, Cytophaga,

Halobacterium, Acinobacter dan beberapa jenis kapang. Selama tujuh hari

fermentasi, jumlah bakteri total dari terasi cenderung menurun, tetapi jumlah

bakeri asam laktat tetap konstan (Rochima, 2005).

Page 3: LAPORAN Terasi Cair

C. pH Terasi Cair

Asam laktat yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat selama fermentasi

dapat menurunkan pH terasi cair. Selama fermentasi, Lactobacillus sp. yang

tergolong homofermentatif dapat mengubah 95% glukosa menjadi asam laktat.

Asam laktat terbentuk dari gula-gula sederhana yang terkandung dalam ikan.

Campuran garam, rebon dan bahan bahan lainnya pada pembuatan terasi pada

awalnya mempunyai nilai pH sekitar 6 dan selama proses fermentasi pH terasi

yang terbentuk akan naik menjadi 6,5, akhir setelah terasi selesai terbentuk

maka pH turun kembali menjadi 4,5. Apabila fermentasinya dibiarkan berlanjut

maka akan terjadi peningkatan pH dan pembentukan amonia. Apabila garam

yang digunakan selama fermentasi kurang ditambahkan maka campuran

tersebut akan terus berlanjut dan akan terjadi pembusukan karena amonia yang

terbentuk terdapat dalam jumlah yang besar (DPT, 1992).

D. Warna Terasi Cair

Salah satu hal terpenting yang diperhatikan oleh konsumen dalam memilih

suatu produk adalah warna. Warna dapat menjadi daya tarik bagi konsumen

untuk mengkonsumsi produk tersebut. Warna merupakan hasil respon oleh

tubuh yang dilakukan secara visual sehingga warna sangat menentukan kualitas

produk. Pada umumnya kenampakan warna dari terasi cair yaitu berwarna

cokelat kehitaman. Adapun warna merah yang dihasilkan berasal dari

penambahan bahan pewarna (Idh, 2007).

Page 4: LAPORAN Terasi Cair

Terasi yang berkualitas baik, salah satunya bisa ditandai oleh warnanya,

yaitu berwarna gelap atau hitam kecokelatan. Warna hitam pada terasi adalah

alami. Warna itu berasal dari pigmen ikan atau udang. Selain pigmen heme,

pada ikan maupun udang juga mengandung karotenoid, yaitu sekelompok

pigmen yang memberikan warna kuning, jingga, atau merah. Tunaxantin

merupakan pigmen ikan laut yang karakteristik, sedangkan astaxantin

merupakan pigmen terpenting yang terdapat pada udang. Warna terasi yang

kehitaman juga sering disebabkan oleh adanya penambahan gula merah (aren).

Penambahan gula merah dilakukan pada pembuatan terasi di berbagai daerah.

Penambahan gula merah tersebut menyebabkan terjadinya reaksi Maillard

(reaksi pencokelatan), yaitu antara gugus amino dari protein dengan gugus

karboksil gula pereduksi dari gula merah (Susiloningsih, 2009).

E. Aroma Terasi Cair

Terasi adalah produk awetan dari ikan atau udang rebon segar yang telah

diolah melalui proses pemeraman atau fermentasi, disertai dengan proses

penggilingan dan penjemuran yang berlangsung relatif lama (sekitar 20 hari).

Terasi umumnya berbentuk padat, teksturnya agak kasar, dan mempunyai

kekhasan berupa aroma yang tajam. Aroma yang tajam ini dapat membuat

makanan menjadi lebih nikmat dan menggugah selera. proses fermentasi ikan

untuk terasi dapat menghasilkan aroma yang khas. Komponen aroma tersebut

berupa senyawa yang mudah menguap. terdiri atas 16 macam senyawa

hidrokarbon, alkohol, nitrogen dan belerang. Persenyawaan tersebut antara lain

akan menghasilkan bau amonia, asam, busuk, gurih dan bau-bau khas lainnya.

Page 5: LAPORAN Terasi Cair

Adanya campuran komponen bau yang berbeda dengan jumlah yang berbeda

pula akan menyebabkan pasta ikan mempuyai bau/aroma yang khas pula

menurut daerah asal dan proses pembuatannya. (Idh, 2007).

F. Konsentrasi Garam

Garam dalam suatu substrat bahan pangan dapat menekan kegiatan

pertumbuhan mikroba tertentu, yang berperan dalam membatasi air yang

tersedia, mengeringkan protoplasma dan menyebabkan plasmolisis atau

pengeluaran isi sel akibat dari pengeluaran air secara osmosis. Garam dalam

pembuatan terasi ini berperan utama sebagai pemberi rasa asin dan sebagai

pengawet juga untuk menghentikan pertumbuhan mikroba dan enzim penyebab

kebusukan. Mekanisme pengawetan oleh garam adalah larutan garam

mempunyai tekanan osmotik yang tinggi, dapat menyebabkan berkurangnya

kadar aw, sehingga air bebas yang dapat ditumbuhi mikroba menjadi terbatas.

Ion-ion Cl yang terdisosiasi dari NaCl dapat meracuni mikroorganisme

patogen (Rahayu, 1992)

Pada umumnya fermentasi pada hasil perikanan dengan melibatkan peran

mikroorganisme, yaitu dengan menggunakan bakteri asam laktat karena bakteri

asam laktat mampu menghasilkan asam organik berupa asam laktat dan asam

asetat, senyawa asetaldehid (meningkatkan cita rasa) serta semacam senyawa

antimikroba untuk menghambat pertumbuhan bakteri perusak. Selama proses

fermentasi, protein terhidrolisis menjadi turunannya, seperti protease, pepton,

peptida dan asam amino. Terasi yang mempunyai kadar air 26-42% adalah

terasi yang baik, karena apabila kadar air terasi terlalu rendah, maka

Page 6: LAPORAN Terasi Cair

permukaan terasi akan diselimuti oleh kristal-kristal garam dan tekstur terasi

menjadi tidak kenyal. Apabila kadar air terasi terlalu tinggi maka terasi akan

menjadi terlalu lunak. Proses fermentasi yang terjadi pada ikan merupakan

proses penguraian secara biologis atau semibiologis terhadap senyawa-

senyawa komplek terutama protein menjadi senyawasenyawa yang lebih

sederhana dalam keadaan terkontrol. Selama proses fermentasi, protein ikan

akan terhidrolisis menjadi asam-asam amino dan peptida, kemudian asam-

asam amino akan terurai lebih lanjut menjadi komponen-komponen lain yang

berperan dalam pembentukan cita rasa produk (Harjantini, 2012).

Apabila garam yang digunakan selama fermentasi kurang ditambahkan maka

campuran tersebut akan terus berlanjut dan akan terjadi pembusukan karena

amonia yang terbentuk terdapat dalam jumlah yang besar. Hal itu dapat terjadi

apabila pemberian garam kurang dari 10% (Ginte, 2013).  Penambahan garam

yang digunakan berkisar antara 20-30 % dari berat total ikan yang diolah,

bertujuan untuk mencegah penyusupan bakteri pembusuk atau lalat yang ingin

bertelur. Secara garis besar, selama proses penggaraman berlangsung terjadi

penetrasi garam dalam tubuh ikan dan keluarnya cairan dari dalam tubuh ikan

karena adanya perbedaan konsentrasi (Ulfa, 2012).

III. METODOLOGI PRAKTIKUM

Page 7: LAPORAN Terasi Cair

A. Waktu dan Tempat

Praktikum Aplikasi Teknologi Pengolahan Hasil Laut mengenai Terasi

Cair/Bahan Kecap Ikan dilakukan pada hari Jumat, 4 Oktober 2013 pada

pukul 08.30-12.00 WITA, bertempat di Laboratorium Pengolahan Pangan,

Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Jurusan Teknologi Pertanian,

Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.

B. Alat dan Bahan

Alat - alat yang digunakan pada praktikum ini adalah :

- toples kaca - pisau

- kain saring - talenan

- sendok - blender

- wadah

Bahan - bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah :

- ikan - aluminum foil

- air mineral - sunlight

- plastik gula - tissue roll

- label - garam

C. Prosedur Praktikum

Page 8: LAPORAN Terasi Cair

Prosedur praktikum yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Dibersihkan bahan (ikan)

2. Ditimbang ikan

3. Dicuci dengan bersih dengan air mengalir, pada pencucian ketiga tambahkan

garam

4. Dicampur dengan merata

5. Masukkan kedalam plastik gula

6. Ambil plastik gula lainnya kemudian diisi air mineral secukupnya

7. Dimasukkan ke dalam toples kaca yang steril dengan terlebih dahulu

memasukkan plastik gula yang berisi air mineral kemudian plastik gula yang

berisi ikan.

8. Pastikan plastik gula tidak bocor lalu tutup rapat toples kaca

9. Difermentasi selama 1 bulan, diamati tiap minggunya

10. Dihasilkan terasi cair

11. Dilakukan uji organoleptik

(apabila tidak digunakan, dapat disimpan di refrigerator/suhu rendah)

D. Parameter Pengamatan

Parameter pengamatan pada praktikum ini adalah:

1. Rasa

2. Aroma

3. Tekstur

4. Warna

E. Perlakuan Praktikum

Page 9: LAPORAN Terasi Cair

Perlakuan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Ikan layang kecil

2. Ikan bete-bete

IV. PEMBAHASAN

Page 10: LAPORAN Terasi Cair

A. Hasil

Hasil dari praktikum prmbuatan terasi cair yaitu:

Tabel 02. Hasil pengamatan praktikum pembuatan terasi cair

No KlppH Asam laktat (%) Warna Aroma

1 2 1 2 1 2 1 21 1 - - - - - - - -

2 2 7 6 0,0307 0,309Coklat

kehitamanCoklat

kehitamanbusuk Busuk

3 3 - - - - - - - -

4 4 5 5 1 39,6Coklat

kehitamanCoklat

kehitamanAroma terasi

Busuk

5 5 - - - - - - - -

6 6 4 - 0,72 -Abu-abu

kehitaman- busuk -

Sumber: Data Primer praktikum Aplikasi Teknologi Pengolahan Hasil Laut, 2013.

B. Pembahasan

Selama proses fermentasi terasi tidak memerlukan oksigen. Proses

fermentasi pada ikan tertutup rapat. Lamanya proses fermentasi juga

mempengaruhi hasil terasi ikan tersebut. Mikroorganisme yang berkembang

selama fermentasi ikan yaitu Pseudomonas sp. dan Bacillus sp. Beberapa jenis

khamir juga diperkirakan ikut berkembang dalam fermentasi. Selama proses

fermentasi terjadi hidrolisis jaringan ikan oleh enzim protease yang dihasilkan

oleh mikroorganisme. Peran enzim ini adalah sebagai pemecah ikatan

polipeptida-polipeptida pada asam amino menjadi ikatan yang lebih sederhana..

Hal ini sesuai dengan pendapat Harjantini (2012) bahwa selama proses

fermentasi, protein ikan akan terhidrolisis menjadi asam-asam amino dan peptida,

Page 11: LAPORAN Terasi Cair

kemudian asam-asam amino akan terurai lebih lanjut menjadi komponen-

komponen lain yang berperan dalam pembentukan cita rasa produk.

Asam laktat yang diperoleh pada fermentasi terasi cair pada minggu

pertama dan minggu kedua memiliki perbedaan yang sangat signifikan. Minggu

pertama asam laktat 1% dan minggu kedua asam laktat 39,6%. Hal tersebut

karena terjadinya proses fermentasi yang lama sehingga menyebabkan gula-gula

sederhana yang terdapat pada ikan terurai menjadi asam laktat. Selain itu

perbedaan yang signifikan tersebut juga disebabkan karena proses titrasi yang

tidak sama pada minggu satu dan dua. Hal ini mengakibatkan sampel terlalu

pekat sehingga titrasi berjalan lambat. Hal ini sesuai dengan Hamdani (2013),

bahwa Selama fermentasi, Lactobacillus sp. yang tergolong homofermentatif

dapat mengubah 95% glukosa menjadi asam laktat. Asam laktat terbentuk dari

gula-gula sederhana yang terkandung dalam ikan.

pH terasi cair pada minggu pertama dan minggu kedua menunjukkan

angka yang sama yakni 5. Asam laktat yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat

selama fermentasi dapat menurunkan pH terasi cair. Namun terjadi kesalahan

pada pembacaan kertas pH karena selama proses fermentasi seharusnya pH

terasi cair naik. Hal ini sesuai dengan DPT (1992), bahwa selama proses

fermentasi pH terasi yang terbentuk akan naik setelah terasi selesai terbentuk

maka pH turun kembali. Apabila fermentasinya dibiarkan berlanjut maka akan

terjadi peningkatan pH dan pembentukan amonia.

Warna yang didapatkan pada pembuatan terasi cair yaitu berwarna

kehitaman. Warna yang didapatkan merupakan warna terasi yang berkualitas

Page 12: LAPORAN Terasi Cair

baik yaitu berwarna gelap atau hitam kecokelatan. Warna hitam pada terasi

adalah alami. Warna itu berasal dari pigmen ikan yang memberikan warna khas

pada terasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Susiloningsih (2009), bahwa Terasi

yang berkualitas baik, salah satunya bisa ditandai oleh warnanya, yaitu berwarna

gelap atau hitam kecokelatan. Warna hitam pada terasi adalah alami. Warna itu

berasal dari pigmen ikan atau udang

Pemeraman atau proses fermentasi ikan untuk terasi dapat menghasilkan

aroma yang khas. Komponen aroma tersebut berupa senyawa yang mudah

menguap. Adanya campuran beberapa senyawa pada proses fermentasi seperti

alkohol, lemak, protein akan menyebabkan terasi ikan mempuyai bau/aroma yang

khas pula. Hal ini sesuai dengan pendapat Idh (2007), bahwa Terasi umumnya

berbentuk padat, teksturnya agak kasar, dan mempunyai kekhasan berupa aroma

yang tajam. Aroma yang tajam ini dapat membuat makanan menjadi lebih nikmat

dan menggugah selera. proses fermentasi ikan untuk terasi dapat menghasilkan

aroma yang khas.

Garam dalam pembuatan terasi ini berfungsi sebagai pemberi rasa dan

sebagai pengawet alami karena garam pada proses fermentasi terasi cair,

garam dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme pembusuk dan

patogen. Karena garam merupakan suatu substrat yang dapat menekan

aktivitas pertumbuhan mikroba. Pemberian garam dengan konsentrasi tinggi

akan mencegah penyusupan bakteri pembusuk sedangkan jika konsentrasi

garam yang diberikan terlalu sedikit akan terjadi pembusukan karena amonia.

Hal ini sesuai dengan Ulfa (2012) bahwa penambahan garam yang digunakan

Page 13: LAPORAN Terasi Cair

berkisar antara 20-30 % dari berat total ikan yang diolah, bertujuan untuk

mencegah penyusupan bakteri pembusuk atau lalat yang ingin bertelur. Juga

pendapat (Ginte, 2013) bahwa apabila garam yang digunakan kurang dari 10%

selama fermentasi dan akan terus berlanjut maka akan terjadi pembusukan

karena amonia yang terbentuk terdapat dalam jumlah yang besar.

Pembuatan terasi cair pertama-tama disediakan bahan berupa ikan.

Kemudian dilakukan penggaraman pada ikan setelah dicuci. Kemudian dilakukan

proses fermentasi biasanya memakan waktu 1-4 minggu dengan suhu optimum

pada fermentasi terasi cair yaitu 20-30 oC (suhu ruang). Secara umum proses

pengolahan terasi cair adalah dengan menggarami ikan, diberi air didalam plastik,

kemudian disimpan dalam wadah yang tertutup rapat selama 3 sampai beberapa

bulan dalam botol steril dan dipasteurisasi. Hal ini sesuai dengan pendapat

Anonim (2007), bahwa Secara umum proses pengolahan terasi ikan adalah

dengan menggarami ikan yang telah dihaluskan, kemudian disimpan dalam

wadah yang tertutup rapat selama 1-4 minggu. Lalu dikemas dalam botol steril

dan dipasteurisasi.

I. PENDAHULUAN

Page 14: LAPORAN Terasi Cair

A. Latar Belakang

Ikan merupakan bahan makanan yang mudah membusuk sehingga

pengolahan dan pengawetan mutlak diperlukan, untuk menjaga agar produk

yang dihasilkan nelayan dapat sampai ditangan konsumen dalam keadaan baik

dan layak dimakan. Untuk mempertahankan mutu ikan diperlukan suatu

penanganan, yang berupa proses pengolahan baik bersifat tradisional

(pengeringan, pemindangan, pengasapan dan fermentasi) maupun secara

modern (pendinginan dan pembekuan). Manusia telah membuat berbagai

macam variasi dalam mengolah atau mengawetkan ikan, diantaranya:

pendinginan, pembekuan, pengalengan, penggaraman, pengeringan,

pengasapan, pembuatan hasil olahan khusus (bakso ikan, abon ikan, dan terasi.

Terasi adalah salah satu produk hasil fermentasi ikan (atau udang) yang

hanya mengalami perlakuan penggaraman tanpa diikuti dengan penambahan

asam, kemudian dibiarkan beberapa saat agar terjadi proses fermentasi. Terasi

yang bermutu baik dipengaruhi oleh kesegaran bahan mentah yang digunakan,

komposisi kimia dan nutrisi bahan mentah, metoda pengolahan, mutu garam,

ketersediaan mikroorganisme pada bahan mentah, aktivitas enzim.

Uraian diatas menjelaskan pentingnya dilakukan praktikum ini untuk

mengetahui cara pembuatan terasi cair yang berbahan dasar ikan dengan baik

dan benar dan pengaruh jenis ikan yang berbeda terhadap terasi ikan yang

dihasilkan.

B. Tujuan dan Kegunaan Praktikum

Page 15: LAPORAN Terasi Cair

Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah :

1. Untuk mengetahui proses pembuatan terasi cair berbahan dasar ikan

dengan baik dan benar.

2. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan jenis ikan yang berbeda sebagai

bahan dasar pada pembuatan terasi cair ika.

Kegunaan dilakukan praktikum ini adalah agar kedepannya lebih mudah

untuk mengetahui cara membuat terasi cair yang berbahan dasar ikan dengan

baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA

Page 16: LAPORAN Terasi Cair

Anonim. 2007. Terasi & Tips Pembuatannya. http://www . indocookingclub. com/%20ic_read htm?id=92,%20 . . Diakses pada hari minggu, 20 oktober 2013.

Ditjen Perikanan Tangkap. 2006. Statistik perikanan tangkap Indonesia, 2004. Ditjen Perikanan Tangkap. Jakarta

Enny Susiloningsih. 2009. Terasi. http://wanditedc.blogspot.com/2009/03/terasi.html. Diakses pada hari minggu, 20 oktober 2013

Ginte. 2013. Teknik Fermentasi. http://ginte.wordpress.com/2013/03/06/teknik-fermentasi/ . Diakses tanggal 25 Oktober 2013. Makassar.

Harjantimi, utami. 2012. Fermentasi ikan . http:/ /utamiharjantini. blogspot. com/ 2012/06/fermentasi-ikan.html. Diakses pada hari minggu, 20 oktober 2013

Idh. 2007. Pembuatan Terasi Lezat Edisi 79 Tahun IV, 25 April - 8 Mei 2007.

Nuraini, Rahma. 2008. Ikan Teri. http://kanikanpin.blogspot.com/2013/07/ternyata-ikan-teri-banyak-manfaatnya.html. Diakses pada hari Rabu, 23 oktober 2013

Rahayu, P. W., 1992. Teknologi Fermentasi Produk Perikanan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, IPB, Bogor.

Rochima, Emma .2005.. Pengaruh Garam terhadap Pembuatan Terasi http://repository ipb .ac.id/ bitstream/ handle/ 123456789/29552/ EmmaRochima_PengaruhFermentasiGaram_2005_No2_46-56. Pdf Diakses pada hari Rabu, 23 oktober 2013

Soedja, W. 2002. Terasi Segar. Mukti Masuk Swalayan: Jakarta.

Ulfa, Fara Salsabila. 2012. Ikan Peda (eknologi Hasil Perikanan). http://farasabillaulfa.blogspot.com/. Diakses tanggal 25 Oktober 2013. Makassar.

LAPORAN PRAKTIKUMAPLIKASI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL LAUT

Page 17: LAPORAN Terasi Cair

TERASI CAIR

OLEH

KELOMPOK : IV ( EMPAT )

: 1. DARMA (G311 11 2) 2. ENDAH GRACIA S (G611 11 001)

3. KHAIRAH SAKINAH JUFRI (G311 11 262) 4. NURWANA (G311 11 2) 5. ASIH SEPTIARSIH (G311 11 268) 6. NURUL ILMI MUSRA (G311 11 ) 7. NORMAN MASMUR (G311 11 26) 8. ANMAR (G311 11 2)

ASISTEN: THITIN BINALOPA

LABORATORIUM KIMIA ANALISA DAN PENGAWASAN MUTU PANGANPROGRAM ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIANFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR

2013V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Page 18: LAPORAN Terasi Cair

Berdasarkan hasil praktikum, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Proses pembuatan terasi cair dengan berbahan dasar ikan dapat dilakukan

dengan menambahkan garam pada ikan sebagai bahan pengawet, setelah itu

dilakukan proses fermentasi selama 1 bulan dengan melakukan pengamatan

tiap minggu dan dilakukan uji organoleptik terhadap rasa, tekstur, warna dan

aroma terasi cair.

2. Ikan yang digunakan pada pembuatan terasi cair adalah ikan teri dan ikan

layang. Penggunaan jenis ikan berbeda mempengaruhi fermentasi terasi cair.

Ikan teri yang berukuran kecil lebih mudah terfermentasi dibandingkan dengan

ikan layang yang memiliki ukuran yang lebih besar.

B. Saran

Untuk praktikum selanjutnya, praktikan harus memahami prosedur praktikum

sebelum praktikum berlangsung agar kesalahan saat praktikum dapat

diminimalisir.