80
RINGKASAN Penulisan laporan akhir praktikum ini bertujuan untuk mengetahui teknik budidaya tanaman ubi jalar dan mengetahui perlakuan varietas pada tanaman ubi jalar yang nantinya akan digunakan sebagai bahan penilaian dalam mata kuliah teknologi produksi tanaman. Dalam laporan akhir ini pencarian data dengan menggunakan pengamatan pada tanaman yang telah ditentukan sesuai dengan komoditas yang sudah ditentukan oleh asisten praktikum. Paramater pengamatan tergantung dari komoditas yang dilakukan di lahan masing-masing setiap kelompok. Pengamatan dilakukan pada saat praktikum lapang dilaksanakan dengan memilih 5 sampel pengamatan pada tanaman ubi jalar. Perlakuan yang digunakan pada komoditas ubi jalar adalah perlakuan varietas. Varietas yang dipakai pada penulisan akhir praktikum ini adalah varietas Beta-1 sesuai dengan ketentuan dari asisten praktikum teknologi produksi tanaman.

LAPORAN TPT(2) (1).docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN TPT(2) (1).docx

RINGKASAN

Penulisan laporan akhir praktikum ini bertujuan untuk mengetahui teknik

budidaya tanaman ubi jalar dan mengetahui perlakuan varietas pada tanaman ubi jalar

yang nantinya akan digunakan sebagai bahan penilaian dalam mata kuliah teknologi

produksi tanaman.

Dalam laporan akhir ini pencarian data dengan menggunakan pengamatan

pada tanaman yang telah ditentukan sesuai dengan komoditas yang sudah ditentukan

oleh asisten praktikum. Paramater pengamatan tergantung dari komoditas yang

dilakukan di lahan masing-masing setiap kelompok. Pengamatan dilakukan pada saat

praktikum lapang dilaksanakan dengan memilih 5 sampel pengamatan pada tanaman

ubi jalar.

Perlakuan yang digunakan pada komoditas ubi jalar adalah perlakuan varietas.

Varietas yang dipakai pada penulisan akhir praktikum ini adalah varietas Beta-1

sesuai dengan ketentuan dari asisten praktikum teknologi produksi tanaman.

Page 2: LAPORAN TPT(2) (1).docx

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan

berkah yang telah diberikan kepada kami. Terima kasih kasih kepada asisten

praktikum lapang dan praktikum ruang atas bimbingannya selama penelitian.

Kelompok U3 telah menyelesaikan tugas akhir praktikum tentang teknologi

produksi tanaman pada komoditas ubi jalar. Hasil yang kami sajikan dalam laporan

akhir praktikum. Harapan terhadap laporan ini dapat menjadi sumber bagi mahasiswa

fakultas pertanian mengenai teknologi produksi tanaman pada komoditas ubi jalar.

Akhir kata, tiada gading yang tak retak, demikian pula dengan laporan akhir

praktikum ini, masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang

sifatnya membangun tetap dinantikan demi kesempurnaan laporan akhir praktikum

ini.

Malang, 10 November 2015

Tim Penyusun

Page 3: LAPORAN TPT(2) (1).docx

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................................iii

DAFTAR TABEL........................................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................v

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................vi

I. PENDAHULUAN..................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1

1.2 Tujuan Praktikum................................................................................................2

II. TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................3

2.1 Produksi Tanaman Ubi Jalar di Indonesia.....................................................3

2.2 Botani Tanaman Ubi Jalar...............................................................................5

2.3 Teknik Budidaya Tanaman Ubi Jalar.............................................................6

2.4 Perlakuan Varietas Pada Tanaman Ubi Jalar..............................................21

III. BAHAN DAN METODE.................................................................................23

3.1 Waktu dan Tempat.............................................................................................23

3.3 Cara Kerja..........................................................................................................24

3.4 Parameter pengamatan.......................................................................................28

3.5 Denah Petak Praktikum.....................................................................................31

4.2.4 Intensitas Serangan Penyakit..........................................................................41

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................46

LAMPIRAN................................................................................................................48

Page 4: LAPORAN TPT(2) (1).docx

DAFTAR TABEL

Table 1. luas Panen,Produksi, dan Produktivitas Ubi Jalar di Indonesia...........3

Table 2. Provindi dan kabupaten sentra produksi ubi jalar Di IndonesiaTable 3. Panjang Sulur Ubi Jalar................................................................32

Table 4. Jumlah Daun Ubi Jalar.................................................................33

Table 5. Jumlah Bunga Ubi Jalar................................................................35

Table 6. Intensitas Serangan Penyakit..........................................................36

Page 5: LAPORAN TPT(2) (1).docx

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Ubi Jalar......................................................................................................5

Gambar 2. Manfaat Ubi Jalar sebagai bahan makanan................................................7

Gambar 3. Pola Tanam Ubi Jalar................................................................................11

Gambar 4. Hama Boleng atau Lanas..........................................................................15

Gambar 5. Hama Tikus...............................................................................................16

Gambar 6. Penyakit kudis pada ubi jalar....................................................................17

Gambar 7. Penyakit Layu Fusarium...........................................................................17

Gambar 8. Yellow Dwarf...........................................................................................18

Page 6: LAPORAN TPT(2) (1).docx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. 28 september...........................................................................................33

Lampiran 2. 05 oktober...............................................................................................33

Lampiran 3. 12 oktober...............................................................................................34

Lampiran 4. 09 november............................................................................................34

Lampiran 5. 12 november.......................................................................................... 34

Page 7: LAPORAN TPT(2) (1).docx

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ubi jalar (Ipomoea batatas) merupakan komoditas sumber karbohidrat utama

setelah padi, jagung dan ubi kayu, serta mempunyai peranan penting dalam

penyediaan bahan pangan, bahan baku industri maupun pakan ternak. Ubi jalar

dikonsumsi sebagai bahan makanan tambahan atau sampingan, kecuali Irian Jaya dan

Maluku, ubi jalar digunakan sebagai bahan makanan pokok.Kandungan karbohidrat

dalam ubi jalar dapat digunakan sebagai sumber karbon oleh bakteri L.plantarum

(Rukmana, 2001).

Karakteristik fisik ubi jalar seperti ukuran, bentuk dan warna ubi perlu

diketahui, karena berkaitan erat dengan pemanfaatannya.Ukuran ubi jalar terdiri dari

tiga jenis yaitu, besar, sedang dan kecil, sedangkan bentuk dari ubi jalar bulat sampai

lonjong dengan permukaan rata sampai tidak rata (Rukmana, 2001).Warna kulit dan

daging ubi jalar tidak selalu sama. Ubi jalar mempunyai warna kulit putih, kuning,

jingga dan ungu tua.Warna daging ubi jalar yaitu putih, krem, orange, dan jingga,

tergantung jenis dan pigmen yang terdapat didalamnya.

Dalam kegiatan praktikum teknologi produksi pertanian yang dilakukan

adalah membandingkan hasil produksivitas tanaman ubi jalar varietas beta-1 dengan

tanaman ubi jalar varietas lain. Jarak tanam yang digunakan 50 cm dan tinggi

bedengan 30 cm pada varietas beta-1. Pengaruh akan penggunaan varietas beta-1

akan dibahas dalam laporan akhir praktikum ini mulai dari panjang sulur, jumlah

daun dan jumlah bunga.

Page 8: LAPORAN TPT(2) (1).docx

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan

varietas beta 1 terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman ubi jalar, menerapkan cara

pengolahan lahan sebelum penerapan penananam dan penanaman tanaman yang tepat

agar dihasilkan tanaman yang baik, merawat ubi jalar dengan tepat seperti pemberian

pupuk anorganik sesuai takaran, pemberian agen hayati agar produksi ubi jalar

meningkat, menganalisa hasil pengamatan dari perkembangan pertumbuhan ubi jalar

di lahan percobaan Karangploso Malang.

2

Page 9: LAPORAN TPT(2) (1).docx

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Produksi Tanaman Ubi Jalar di Indonesia

Luas areal panen ubi jalar pada tahun 2007 berdasarkan data statistik terjadi

penurunan sebesar 20.523 ha atau sekitar 10,4% dari luas panen tahun 2003. Namun

penurunan tersebut kemungkinan lebih disebabkan oleh fluktuasi musiman terkait

dengan curah hujan.Ketersediaan air yang cukup mendorong petani memilih

bertanam padi. Produksi selama lima tahun terakhir mengalami penurunan sekitar

3,2% (4626 ton), produktivitas meningkat 0,56 t/ha atau sekitar 5,6% (Tabel 1)

dengan rata-rata peningkatan 3,7% per tahun. Peningkatan produktivitas

mengindikasikan kemampuan petani dalam menerapkan teknologi budi daya ubi jalar

ke arah yang lebih baik (Damardjati dan Widowati 2001).

Table 1. Luas panen, Produuksi, dan Produktivitas ubi jalar di Indonesia

Sentra produksi ubi jalar di Indonesia dengan luas areal di atas 10.000 ha

berturut-turut adalah Jawa Barat,Papua, Nusa Tenggara Timur, Jawa Timur, Jawa

Tengah, dan Sumatera Utara (Tabel 2). Provinsi-provinsi tersebut memberikan

pangsa produksi ubi jalar sampai 63,3% dari produksi nasional (1.856.969 ton).

Kontribusi terbesar diberikan oleh Jawa Barat 390.386 ton, diikuti oleh Papua

273.876 ton, dan Jawa Timur 150.564 ton.Data luas areal dan produksi ubi jalar

disarankan untuk divalidasi dan dimutakhirkan agar lebih akurat dan tepat.

3

Page 10: LAPORAN TPT(2) (1).docx

Kabupaten sentra produksi ubi jalar masih sangat sedikit, padahal ubi jalar

dapat tumbuh dan beradaptasi baik di seluruh dataran Indonesia. Peluang

pengembangan bisnis ubi jalar masih sangat besar pada kabupaten lain, karena

pengembangan tanaman ini tidak memerlukan input yang besar (Hafsah 2004). Di

sentra produksi, ubi jalar merupakan komoditas memiliki keunggulan komparatif dan

kompetitif dibandingkan dengan palawija lainnya, sehingga ubi jalar layak di

kembangkan di sentra produksi atau kawasan andalan yang telah ditetapkan (Diperta

Jabar 2008).

Table 2. Provindi dan kabupaten sentra produksi ubi jalar Di Indonesia

Kawasan andalan agribisnis ubi jalar di Jawa Barat meliputi Kabupaten

Sumedang, Kuningan, Garut, Cianjur, Bogor, Tasikmalaya, dan Ciamis.Usahatani

yang permanen dan stabil di suatu wilayah menunjukkan bahwa usaha produksi ubi

jalar dapat memberikan keuntungan yang layak.Hingga saat ini belum ada program

pemerintah untuk pembinaan dan fasilitasi produksi ubi jalar seperti untuk tanaman

padi.Hal ini menunjukkan bahwa usahatani ubi jalar berjalan atas dasar ekonomi

pasar.

4

Page 11: LAPORAN TPT(2) (1).docx

2.2 Botani Tanaman Ubi Jalar

Gambar 1. Ubi Jalar

Ubi jalar atau ketela rambat atau “sweet potato” diduga berasal dari benua

Amerika.Para ahli botani dan pertanian memperkirakan daerah asal tanaman ubi jalar

adalah Selandia Baru, Polinesia, dan Amerika bagian tengah.Ubi jalar menyebar ke

seluruh dunia terutama negara-negara beriklim tropika, diperkirakan pada abad ke-

16.Orang-orang Spanyol dianggap berjasa menyebarkan ubi jalar ke kawasan Asia

terutama Filipina, Jepang dan Indonesia.Menurut Rukmana (2001) tanaman ubi jalar

diklasifikasikan sebagai kingdom plantae, divisi spermatophyta, kelas dicotyledonae,

ordo convolvulales, famili convolvulaceae, genus ipomoea, spesies ipomoea batatas.

Ubi jalar adalah tanaman yang tumbuh baik di daerah beriklim panas dan

lembab, dengan suhu optimum 27°C dan lama penyinaran 11-12 jam per

hari.Tanaman ini dapat tumbuh sampai ketinggian 1.000 meter dari permukaan

laut.Ubi jalar tidak membutuhkan tanah subur untuk media tumbuhnya (Rukmana,

2001).

Ubi jalar merupakan komoditas sumber karbohidrat utama setelah padi,

jagung dan ubi kayu, serta mempunyai peranan penting dalam penyediaan bahan

pangan, bahan baku industri maupun pakan ternak. Ubi jalar dikonsumsi sebagai

makanan tambahan atau sampingan, kecuali di Irian Jaya dan Maluku, ubi jalar

digunakan sebagai makanan pokok.Ubi jalar dikawasan dataran tinggi Jayawijaya

5

Page 12: LAPORAN TPT(2) (1).docx

merupakan sumber utama karbohidrat dan memenuhi hampir 90 % kebutuhan kalori

penduduk (Wanamarta, 2003).

Ubi jalar sebagai bahan baku pada pembuatan tepung mempunyai keragaman

jenis yang cukup banyak, yang terdiri dari jenis-jenis lokal dan beberapa varietas

unggul. Jenis-jenis ubi jalar tersebut mempunyai perbedaan yaitu pada bentuk,

ukuran, warna daging umbi, warna kulit, daya simpan, komposisi kimia, sifat

pengolahan dan umur panen (Antarlina, 2005).

Bentuk ubi biasanya bulat sampai lonjong dengan permukaan rata sampai

tidak rata.Kulit ubi berwarna putih, kuning, ungu atau ungu kemerah-merahan,

tergantung jenis varietasnya.Daging ubi berwarna putih, kuning atau jingga sedikit

ungu.Kulit ubi maupun dagingnya mengandung pigmen karotenoid dan antosianin

yang menentukan warnanya.Kombinasi dan intesitas yang berbeda-beda dari

keduanya menghasilkan warna putih, kuning, oranye, atau ungu pada kulit dan daging

ubi (Woolfe, 2001).

2.3 Teknik Budidaya Tanaman Ubi Jalar

Varietas atau kultivar atau klon ubi jalar yang ditanam di berbagai daerah

jumlahnya cukup banyak, antara lain: lampeneng, sawo, cilembu, rambo, SQ-27,

jahe, kleneng, gedang, tumpuk, georgia, layang-layang, karya, daya, borobudur,

prambanan, mendut, dan kalasan. Varietas yang digolongkan sebagai varietas unggul

harus memenuhi persyaratan seperti berdaya hasil tinggi yaitu diatas 30 ton/ha,

berumur pendek sekitar antara 3-4 bulan, rasa ubi enak dan manis, tahan terhadap

penggerek ubi (Cylas sp) dan penyakit kudis oleh cendawan Elsinoe sp, kadar karotin

tinggi diatas 10 mg/100 gram dan keadaan serat ubi relatif rendah.

6

Page 13: LAPORAN TPT(2) (1).docx

A. Manfaat Tanaman

Gambar 2. Manfaat Ubi Jalar sebagai bahan makanan

Di beberapa daerah tertentu, ubi jalar merupakan salah satu komoditi bahan

makanan pokok.Ubi jalar merupakan komoditi pangan penting di Indonesia dan

diusahakan penduduk mulai dari daerah dataran rendah sampai dataran

tinggi.Tanaman ini mampu beradaptasi di daerah yang kurang subur dan

kering.Dengan demikian tanaman ini dapat diusahakan orang sepanjang tahun

Ubi jalar dapat diolah menjadi berbagai bentuk atau macam produk olahan.

Beberapa peluang penganeka-ragaman jenis penggunaan ubi jalar antara lain dari

daun yang dapat dijadikan sayuran dan pakan ternak, dari batang digunakan

sebagai bahan tanam dan pakan ternak, dari kulit ubi digunakan sebagai pakan

ternak, buah ubi segar digunakan sebagai bahan makanan, tepung digunakan

sebagai makanan dan patinya digunakan untuk fermentasi, pakan ternak dan

asam sitrat.

B. Syarat Pertumbuhan

1. Iklim

Tanaman ubi jalar membutuhkan hawa panas dan udara yang lembab. Daerah

yang paling ideal untuk budidaya ubi jalar adalah daerah yang bersuhu 21-27

derajat C. Daerah yang mendapat sinar matahari 11-12 jam/hari merupakan

daerah yang disukai. Pertumbuhan dan produksi yang optimal untuk usaha tani

ubi jalar tercapai pada musim kering (kemarau).Di tanah yang kering (tegalan)

waktu tanam yang baik untuk tanaman ubi jalar yaitu pada waktu musim hujan,

7

Page 14: LAPORAN TPT(2) (1).docx

sedang pada tanah sawah waktu tanam yang baik yaitu sesudah tanaman padi

dipanen.Tanaman ubi jalar dapat ditanam di daerah dengan curah hujan 500-5000

mm/tahun, optimalnya antara 750-1500 mm/tahun.

2. Media Tanam

Hampir setiap jenis tanah pertanian cocok untuk membudidayakan ubi

jalar.Jenis tanah yang paling baik adalah pasir berlempung, gembur, banyak

mengandung bahan organik, aerasi serta drainasenya baik. Penanaman ubi jalar

pada tanah kering dan pecah-pecah sering menyebabkan ubi jalar mudah

terserang hama penggerek (Cylas sp). Sebaliknya, bila ditanam pada tanah yang

mudah becek atau berdrainase yang jelek, dapat menyebabkan pertumbuhan

tanaman ubi jalar kerdil, ubi mudah busuk, kadar serat tinggi, dan bentuk ubi

benjol. Derajat keasaman tanah adalah pH=5,5-7,5. Sewaktu muda memerlukan

kelembaban tanah yang cukup.Ubi jalar cocok ditanam di lahan tegalan atau

sawah bekas tanaman padi, terutama pada musim kemarau.Pada waktu muda

tanaman membutuhkan tanah yang cukup lembab.Oleh karena itu, untuk

penanaman di musim kemarau harus tersedia air yang memadai.

3. Ketinggian Tempat

Tanaman ubi jalar membutuhkan hawa panas dan udara yang

lembab.Tanaman ubi jalar juga dapat beradaptasi luas terhadap lingkungan

tumbuh karena daerah penyebaran terletak pada 300 LU dan 300 LS.Di

Indonesia yang beriklim tropik, tanaman ubi jalar cocok ditanam di dataran

rendah hingga ketinggian 500 m dpl.Di dataran tinggi dengan ketinggian 1.000 m

dpl, ubi jalar masih dapat tumbuh dengan baik, tetapi umur panen menjadi

panjang dan hasilnya rendah.

C. Pedoman Budidaya Pembibitan Tanaman ubi jalar dapat diperbanyak secara generatif dengan biji

dan secara vegetatif berupa stek batang atau stek pucuk.Perbanyakan tanaman

secara generatif hanya dilakukan pada skala penelitian untuk menghasilkan

varietas baru.

8

Page 15: LAPORAN TPT(2) (1).docx

1. Persyaratan Bibit

Teknik perbanyakan tanaman ubi jalar yang sering dipraktekan adalah dengan

stek batang atau stek pucuk. Bahan tanaman (bibit) berupa stek pucuk atau stek

batang harus memenuhi syarat yaitu bibit berasal dari varietas atau klon unggul,

bahan tanaman berumur 2 bulan atau lebih, pertumbuhan tanaman yang akan

diambil steknya dalam keadaan sehat, normal, tidak terlalu subur, ukuran panjang

stek batang atau stek pucuk antara 20-25 cm, ruas-ruasnya rapat dan buku-

bukunya tidak berakar, mengalami masa penyimpanan di tempat yang teduh

selama 1-7 hari.

Bahan tanaman (stek) dapat berasal dari tanaman produksi dan dari tunas-

tunas ubi yang secara khusus disemai atau melalui proses penunasan.

Perbanyakan tanaman dengan stek batang atau stek pucuk secara terus-menerus

mempunyai kecenderungan penurunan hasil pada generasi-generasi berikutnya.

Oleh karena itu, setelah 3-5 generasi perbanyakan harus diperbaharui dengan cara

menanam atau menunaskan umbi untuk bahan perbanyakan.

2. Penyiapan Bibit Tata cara penyiapan bahan tanaman (bibit) ubi jalar dari tanaman produks

antara lain memilih tanaman ubi jalar yang sudah berumur 2 bulan atau lebih,

keadaan pertumbuhannya sehat dan normal, memotong batang tanaman untuk

dijadikan stek batang atau stek pucuk sepanjang 20-25 cm dengan menggunakan

pisau yang tajam, dan dilakukan pada pagi hari, mengumpulkan stek pada suatu

tempat, kemudian buang sebagian daun-daunnya untuk mengurangi penguapan

berlebihan, mengikat bahan tanaman (bibit) rata-rata 100 stek/ikatan, lalu simpan

di tempat yang teduh selama 1-7 hari dengan tidak bertumpuk.

D. Pengolahan Media Tanam

Persiapan penyiapan lahan bagi ubi jalar sebaiknya dilakukan pada saat tanah

tidak terlalu basah atau tidak terlalu kering agar strukturnya tidak rusak, lengket,

atau keras. Penyiapan lahan dapat dilakukan dengan cara tanah diolah terlebih

dahulu hingga gembur, kemudian dibiarkan selama ±1 minggu. Tahap

9

Page 16: LAPORAN TPT(2) (1).docx

berikutnya, tanah dibentuk guludan-guludan, tanah langsung diolah bersamaan

dengan pembuatan guludan-guludan.

Pembentukan bedengan jika tanah yang akan ditanami ubi jalar adalah tanah

sawah maka pertama-tama jerami dibabat, lalu dibuat tumpukan selebar 60-100

cm. Kalau tanah yang dipergunakan adalah tanah tegalan maka bedengan dibuat

dengan jarak 1 meter. Apabila penanaman dilakukan pada tanah-tanah yang

miring, maka pada musim hujan bedengan sebaiknya dibuat membujur sesuai

dengan miringnya tanah.

Ukuran guludan disesuaikan dengan keadaan tanah. Pada tanah yang ringan

(pasir mengandung liat) ukuran guludan adalah lebar bawah ± 60 cm, tinggi 30-

40 cm, dan jarak antar guludan 70-100 cm. Pada tanah pasir ukuran guludan

adalah lebar bawah ±40 cm, tinggi 25-30 cm, dan jarak antar guludan 70-100 cm.

Arah guludan sebaiknya memanjang utara-selatan, dan ukuran panjang guludan

disesuaikan dengan keadaan lahan.

Lahan ubi jalar dapat berupa tanah tegalan atau tanah sawah bekas tanaman

padi. Tata laksana penyiapan lahan untuk penanaman ubi jalar yaituPenyiapan

lahan tegalan dengan cara membersihkan lahan dari rumput-rumput liar (gulma),

mengolahan tanah dengan cangkul atau bajak hingga gembur sambil

membenamkan rumput-rumput liar, membiarkan tanah kering selama minimal 1

minggu , membuat guludan-guludan dengan ukuran lebar bawah 60 cm, tinggi

30-40 cm, jarak antar guludan 70-100 cm, dan panjang guludan disesuaikan

dengan keadaan lahan , dan merapikan guludan sambil memperbaiki saluran air

diantara guludan.

Penyiapan lahan sawah bekas tanaman padi dengan cara membabat jerami

sebatas permukaan tanah, lalu menumpuk jerami secara teratur menjadi

tumpukan kecil memanjang berjarak 1 meter antar tumpukan. Setelah itu

mengolah tanah di luar bidang tumpukan jerami dengan cangkul atau bajak,

kemudian tanahnya ditimbunkan pada tumpukan jerami sambil membentuk

guludan-guludan berukuran lebar bawah ± 60 cm, tinggi 35 cm, dan jarak antar

guludan 70-100 cm. Panjang disesuaikan dengan keadaan lahan, dan merapikan

10

Page 17: LAPORAN TPT(2) (1).docx

guludan sambil memperbaiki saluran air antar guludan.Pembuatan guludan di

atas tumpukan jerami atau sisa-sisa tanaman dapat menambah bahan organik

tanah yang berpengaruh baik terhadap struktur dan kesuburan tanah sehingga ubi

dapat berkembang dengan baik dan permukaan kulit ubi rata.

Kelemahan penggunaan jerami adalah pertumbuhan tanaman ubi jalar pada

bulan pertama sedikit menguning, namun segera sembuh dan tumbuh normal

pada bulan berikutnya. Bila jerami tidak digunakan sebagai tumpukan guludan,

tata laksana penyiapan lahan dilakukan sepertimembabat jerami sebatas

permukaan tanah, menyingkirkan jerami ke tempat lain untuk dijadikan bahan

kompos, mengolah tanah dengan cangkul atau bajak hingga gembur, membiarkan

tanah kering selama minimal satu minggu, membuat guludan-gululdan berukuran

lebar bawah ±60 cm, tinggi 35 cm dan jarak antar guludan 80-100 cm.,

merapikan guludan sambil memperbaiki saluran air antar guludan.

Hal yang penting diperhatikan dalam pembuatan guludan adalah ukuran

tinggi tidak melebihi 40 cm. Guludan yang terlalu tinggi cenderung

menyebabkan terbentuknya ubi berukuran panjang dan dalam sehinggga

menyulitkan pada saat panen. Sebaliknya, guludan yang terlalu dangkal dapat

menyebabkan terganggunya pertumbuhan atau perkembangan ubi, dan

memudahkan serangan hama boleng atau lanas oleh Cylas sp.

E. Teknik Penanaman

Gambar 3. Pola Tanam Ubi Jalar

11

Page 18: LAPORAN TPT(2) (1).docx

Cara menanam tanaman ubi jalar dengan sistem monokultur antara lain

membuat larikan-larikan dangkal arah memanjang di sepanjang puncak guludan

dengan cangkul sedalam 10 cm, atau buat lubang dengan tugal, jarak antar lubang

25-30 cm, membuat larikan atau lubang tugal sejauh 7-10 cm di kiri dan kanan

lubang tanam untuk tempat pupuk, menananamkan bibit ubi jalar ke dalam lubang

atau larikan hingga angkal batang (stek) terbenam tanah 1/2-2/3 bagian, kemudian

padatkan tanah dekat pangkal stek (bibit).

F. Cara Penanaman

Bibit yang telah disediakan dibawa ke kebun dan ditaruh di atas bedengan.

Bibit dibenamkan kira-kira 2/3 bagian kemudian ditimbun dengan tanah

kemudian disirami air. Bibit sebaiknya ditanam mendatar, dan semua pucuk

diarahkan ke satu jurusan. Dalam satu alur ditanam satu batang, bagian batang

yang ada daunnya tersembul di atas bedengan. Pada tiap bedengan ditanam 2

deretan dengan jarak kira-kira 30 cm. Untuk areal seluas 1 ha dibutuhkan bibit

stek kurang lebih 36.000 batang. Penanaman ubi jalar di lahan kering biasanya

dilakukan pada awal musim hujan (Oktober), atau awal musim kemarau (Maret)

bila keadaan cuaca normal. Dilahan sawah, waktu tanam yang paling tepat adalah

segera setelah padi rendengan atau padi gadu, yakni pada awal musim kemarau.

G. Pemeliharaan Tanaman

1. Penjarangan dan Penyulaman

Selama 3 (tiga) minggu setelah ditanam, penanaman ubi jalar harus

harus diamati kontinu, terutama bibit yang mati atau tumbuh secara

abnormal. Bibit yang mati harus segera disulam. Cara menyulam adalah

dengan mencabut bibit yang mati, kemudian diganti dengan bibit yang baru,

dengan menanam sepertiga bagian pangkal stek ditimbun tanah. Penyulaman

sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, pada saat sinar matahari tidak

terlalu terik dan suhu udara tidak terlalu panas. Bibit (stek) untuk

penyulaman sebelumnya dipersiapkan atau ditanam ditempat yang teduh.

12

Page 19: LAPORAN TPT(2) (1).docx

2. Penyiangan

Pada sistem tanam tanpa mulsa jerami, lahan penanaman ubi jalar

biasanya mudah ditumbuhi rumput liar (gulma). Gulma merupakan pesaing

tanaman ubi jalar, terutama dalam pemenuhan kebutuhan akan air, unsur

hara, dan sinar matahaari. Oleh karena itu, gulma harus segera disiangi.

Bersama-sama kegiatan penyiangan dilakukan pembumbunan, yaitu

menggemburkan tanah guludan, kemudian ditimbunkan pada guludan

tersebut.

3. Pembubunan

Penyiangan dan pembubunan tanah biasanya dilakukan pada umur 1

bulan setelah tanam, kemudian diulang saat tanaman berumur 2 bulan. Tata

cara penyiangan dan pembumbunan meliputi tahap-tahap seperti

membersihkan rumput liar (gulma) dengan kored atau cangkul secara hati-

hati agar tidak merusak akar tanaman ubi jalar, menggemburkan tanah

disekitar guludan dengan cara memotong lereng guludan, kemudian

tanahnya diturunkan ke dalam saluran antar guludan, dan menimbunkan

kembali tanah ke guludan semula, kemudian lakukan pengairan hingga tanah

cukup basah.

4. Pemupukan

Zat hara yang terbawa atau terangkut pada saat panen ubi jalar cukup

tinggi, yaitu terdiri dari 70 kg N (± 156 kg urea), 20 kg P2O5 (±42 kg TSP),

dan 110 kg K2O (± 220 kg KCl) per hektar pada tingkat hasil 15 ton ubi

basah. Pemupukan bertujuan menggantikan unsur hara yang terangkut saat

panen, menambah kesuburan tanah, dan menyediakan unsur hara bagi

tanaman. Dosis pupuk yang tepat harus berdasarkan hasil analisis tanah atau

tanaman di daerah setempat.

Dosis pupuk yang dianjurkan secara umum adalah 45-90kg N/ha

(100-200 kg urea/ha) ditambah 25 kg P2O5/ha (±50 kg TSP/ha) ditambah 50

13

Page 20: LAPORAN TPT(2) (1).docx

kg K2O/ha (±100 kg KCl/ha). Pemupukan dapat dilakukan dengan sistem

larikan (alur) dan sistem tugal. Pemupukan dengan sistem larikan mula-mula

buat larikan (alur) kecil di sepanjang guludan sejauh 7-10 cm dari batang

tanaman, sedalam 5-7 cm, kemudian sebarkan pupuk secara merata ke dalam

larikan sambil ditimbun dengan tanah.

5. Pengairan dan Penyiraman

Meskipun tanaman ubi jalar tahan terhadap kekeringan, fase awal

pertumbuhan memerlukan ketersediaan air tanah yang memadai. Seusai

tanam, tanah atau guludan tempat pertanaman ubi jalar harus diairi, selama

15-30 menit hingga tanah cukup basah, kemudian airnya dialirkan keseluruh

pembuangan. Pengairan berikutnya masih diperlukan secara kontinu hingga

tanaman ubi jalar berumur 1-2 bulan. Pada periode pembentukan dan

perkembangan ubi, yaitu umur 2-3 minggu sebelum panen, pengairan

dikurangi atau dihentikan.

Waktu pengairan yang paling baik adalah pada pagi atau sore hari. Di

daerah yang sumber airnya memadai, pengairan dapat dilakukan kontinu

seminggu sekali. Hal Yang penting diperhatikan dalam kegiatan pengairan

adalah menghindari agar tanah tidak terlalu becek (air menggenang).

6. Hama dan Penyakit

1. Hama

a. Penggerek Batang Ubi Jalar

Stadium hama yang merusak tanaman ubi jalar adalah larva (ulat). Cirinya

adalah membuat lubang kecil memanjang (korek) pada batang hingga ke bagian

ubi. Di dalam lubang tersebut dapat ditemukan larva (ulat).

Gejala: terjadi pembengkakan batang, beberapa bagian batang mudah patah,

daun-daun menjadi layu, dan akhirnya cabang-cabang tanaman akan mati.

14

Page 21: LAPORAN TPT(2) (1).docx

Pengendalian:

1. Rotasi tanaman untuk memutus daur atau siklus hama;

2. Pengamatan tanaman pada stadium umur muda terhadap gejala serangan

hama: bila serangan hama >5 %, perlu dilakukan pengendalian secara

kimiawi;

3. Pemotongan dan pemusnahan bagian tanaman yang terserang berat;

4. Penyemprotan insektisida yang mangkus dan sangkil, seperti Curacron 500

EC atau Matador 25 dengan konsentrasi yang dianjurkan.

b. Hama Boleng atau Lanas

Gambar 4. Hama Boleng atau Lanas

Serangga dewasa hama ini (Cylas formicarius Fabr.) berupa kumbang

kecil yang bagian sayap dan moncongnya berwarna biru, namun toraknya

berwarna merah. Kumbang betina dewasa hidup pada permukaan daun sambil

meletakkan telur ditempat yang terlindung (ternaungi). Telur menetas menjadi

larva(ulat), selanjutnya ulat akan membuat gerekan (lubang kecil) padabatang

atau ubi yang terdapat di permukaan tanah terbuka. Gejala: terdapat lubang-

lubang kecil bekas gerekan yang tertutup oleh kotoran berwarna hijau dan

berbau menyengat. Hama ini biasanya menyerang tanaman ubi jalar yang sudah

berubi. Bila hama terbawa oleh ubi ke gudang penyimpanan, sering merusak

ubi hingga menurunkan kuantitas dan kualitas produksi secara nyata.

Pengendalian:

1. Pergiliran atau rotasi tanaman dengan jenis tanaman yang tidak sefamili

dengan ubi jalar, misalnya padi-ubi jalar-padi;

15

Page 22: LAPORAN TPT(2) (1).docx

2. Pembumbunan atau penimbunan guludan untuk menutup ubi yang terbuka;

3. Pengambilan dan pemusnahan ubi yang terserang hama cukup berat;

4. Pengamatan/monitoring hama di pertanaman ubi jalar secara periodik: bila

ditemukan tingkat serangan > 5 %, segera dilakukan tindakan pengendalian

hama secara kimiawi;

5. Penyemprotan insektisida yang mangkus dan sangkil, seperti Decis 2,5

EC atau Monitor 200 LC dengan konsentrasi yang dianjurkan;

6. Penanaman jenis ubi jalar yang berkulit tebal dan bergetah banyak;

7. Pemanenan tidak terlambat untuk mengurangi tingkat kerusakan yang lebih

berat.

c. Tikus (Rattus rattus sp)

Gambar5. Hama Tikus

Hama tikus biasanya menyerang tanaman ubi jalar yang berumur cukup

tua atau sudah pada stadium membentuk ubi. Hama Ini menyerang ubi dengan

cara mengerat dan memakan daging ubi hingga menjadi rusak secara tidak

beraturan. Bekas gigitan tikus menyebabkan infeksi pada ubi dan kadang-kadang

diikuti dengan gejala pembusukan ubi.

Pengendalian:

1. Sistem gerepyokan untuk menangkap tikus dan langsung dibunuh;

2. Penyiangan dilakukan sebaik mungkin agar tidak banyak sarang tikus

disekitar ubi jalar;

3. Pemasangan umpan beracun, seperti Ramortal atau Klerat.

16

Page 23: LAPORAN TPT(2) (1).docx

2. Penyakit

a. Kudis atau Scab

Gambar 6. Penyakit kudis pada ubi jalar

Penyebab: cendawan Elsinoe batatas.

Gejala:adanya benjolan pada tangkai sereta urat daun, dan daun-daun berkerut

seperti kerupuk. Tingkat serangan yang berat menyebabkan daun tidak

produktif dalam melakukan fotosintesis sehingga hasil ubi menurun

bahkan tidak menghasilkan sama sekali.

Pengendalian:

1. Pergiliran/rotasi tanaman untuk memutus siklus hidup penyakit;

2. Penanaman ubi jalar bervarietas tahan penyakit kudis, seperti daya dan

gedang;

3. Kultur teknik budi daya secara intensif;

4. Penggunaan bahan tanaman (bibit) yang sehat.

17

Page 24: LAPORAN TPT(2) (1).docx

b. Layu fusarium

Gambar 7. Penyakit Layu Fusarium

Penyebab: jamur Fusarium oxysporum f. batatas.

Gejala: tanaman tampak lemas, urat daun menguning, layu, dan akhirnya mati.

Cendawan fusarium dapat bertahan selama beberapa tahun dalam

tanah.Penularan penyakit dapat terjadi melalui tanah, udara, air, dan

terbawa oleh bibit.

Pengendalian:

1. penggunaan bibit yang sehat (bebas penyakit);

2. pergiliran /rotasi tanaman yang serasi di suatu daerah dengan tanaman yang

bukan famili;

3. penanaman jenis atau varietas ubi jalar yang tahan terhadap penyakit

Fusarium.

c. Virus

Gambar 8. Yellow Dwarf

18

Page 25: LAPORAN TPT(2) (1).docx

Beberapa jenis virus yang ditemukan menyerang tanaman ubi jalar adalah

Internal Cork, Chlorotic Leaf Spot, Yellow Dwarf.

Gejala: pertumbuhan batang dan daun tidak normal, ukuran tanaman kecil

dengan tata letak daun bergerombol di bagian puncak, dan warna daun

klorosis atau hijau kekuning-kuningan. Pada tingkat serangan yang

berat, tanaman ubi jalar tidak menghasilkan.

Pengendalian:

1. penggunaan bibit yang sehat dan bebas virus;

2. pergiliran/rotasi tanaman selama beberapa tahun, terutama di daerah basis

(endemis) virus;

3. pembongkaran/eradikasi tanaman untuk dimusnahkan.

7. Panen

1. Ciri dan Umur Panen

Tanaman ubi jalar dapat dipanen bila ubi-ubinya sudah tua (matang

fisiologis). Ciri fisik ubi jalar matang, antara lain: bila kandungan tepungnya

sudah maksimum, ditandai dengan kadar serat yang rendah dan bila direbus

(dikukus) rasanya enak serta tidak berair.

Penentuan waktu panen ubi jalar didasarkan atas umur tanaman. Jenis atau

varietas ubi jalar berumur pendek (genjah) dipanen pada umur 3-3,5 bulan,

sedangkan varietas berumur panjang (dalam) sewaktu berumur 4,5-5 bulan.

Panen ubi jalar yang ideal dimulai pada umur 3 bulan, dengan penundaan paling

lambat sampai umur 4 bulan. Panen pada umur lebih dari 4 bulan, selain resiko

serangan hama boleng cukup tinggi, juga tidak akan memberikan kenaikan hasil

ubi.

2. Cara Panen

Tata cara panen ubi jalar melalui tahapan yang pertama adalah menentukan

pertanaman ubi jalar yang telah siap dipanen, lalu memotong atau memangkas

batang ubi jalar dengan menggunakan parang atau sabit, kemudian batang-

19

Page 26: LAPORAN TPT(2) (1).docx

batangnya disingkirkan ke luar petakan sambil dikumpulkan, setelah itu menggali

guludan dengan cangkul hingga terkuak ubi-ubinya, mengambil dan

mengumpulkan ubi jalar di suatu tempat pengumpulan hasil, membersihkan ubi

dari tanah atau kotoran dan akar yang masih menempel, melakuan seleksi dan

sortasi ubi berdasarkan ukuran besar dan kecil ubi secara terpisah dan warna kulit

ubi yang seragam, memisahkan ubi utuh dari ubi terbuka ataupun terserang oleh

hama atau penyakit, memasukkan ke dalam wadah atau karung goni lalu angkut ke

tempat penampungan atau pengumpulan hasil.

8. Pascapanen

1. Pengumpulan

Hasil panen dikumpulkan di lokasi yang cukup strategis, aman dan mudah

dijangkau oleh angkutan.

2. Penyortiran dan Penggolongan

Pemilihan atau penyortiran ubi jalar sebenarnya dapat dilakukan pada saat

pencabutan berlangsung. Akan tetapi penyortiran ubi jalar dapat dilakukan

setelah semua pohon dicabut dan ditampung dalam suatu tempat. Penyortiran

dilakukan untuk memilih umbi yang berwarna bersih terlihat dari kulit umbi

yang segar serta yang cacat terutama terlihat dari ukuran besarnya umbi serta

bercak hitam/garisgaris pada daging umbi.

3. Penyimpanan

Penanganan pascapanen ubi jalar biasanya ditujukan untuk

mempertahankan daya simpan. Penyimpanan ubi yang paling baik dilakukan

dalam pasir atau abu. Tata cara penyimpanan ubi jalar dalam pasir atau abu

yaitu angin-anginkan ubi yang baru dipanen di tempat yang berlantai kering

selama 2-3 hari, lalu menyiapkan tempat penyimpanan berupa ruangan khusus

atau gudang yang kering, sejuk dan peredaran udaranya baik, menumpukkan

ubi di lantai gudang kemudian timbun dengan pasir kering atau abu setebal 20-

30 cm hingga semua permukaan ubi tertutup.

20

Page 27: LAPORAN TPT(2) (1).docx

Cara penyimpanan ini dapat mempertahankan daya simpan ubi sampai 5

bulan. Ubi jalar yang mengalami proses penyimpanan dengan baik biasanya

akan menghasilkan rasa ubi yang manis dan enak bila dibandingkan dengan

ubi yang baru dipanen.

Hal yang penting dilakukan dalam penyimpanan ubi jalar adalah

melakukan pemilihan ubi yang baik, tidak ada yang rusak atau terluka, dan

tempat (ruang) penyimpanan bersuhu rendah antara 27-30 derajat C (suhu

kamar) dengan kelembapan udara antara 85-90 %.

2.4 Perlakuan Varietas Pada Tanaman Ubi Jalar

Pada perlakuan varietas ubi jalar yang digunakan adalah varietas beta-1. Ubi

Jalar BETA-1 merupakan ubi jalar yang memilki pigmen oranye pada daging

buahnya.Ubi jalar ini juga merupakan Varietas yang masih terus di kembangkan

untuk mendukung ketahanan pangan dengan mengedepankan nilai gizi. Ubi Jalar

BETA-1 ini dapat di budidayakan seperti biasa orang membudidayakan ubi jalar yang

lain.

Salah satu varian ubi jalar yang dikembangkan di Indonesia adalah varian Ubi

Jalar BETA-1 (Impomoea trifida). Ubi varian ini memiliki keistimewaan yaitu

memiliki kandungan beta keroten yang tinggi dari varian ubi yang lain dan di

bandingkan ubi varian lain tekstur ubi ini lebih berair dan kandungan kadar gulanya

relatif rendah dari varietas yang lain. Kandungan gizi pada ubi jalar oranye

(Impomoea trifida) terutama kandungan beta karotennya yang mencapai 9900 mkg

(32967 SI).

Ciri dan keunggulan ubi jalar BETA-1 :

1. Hasil Umbi/ha

Ubi jalar oranye dapat menghasilkan umbi sebanyak 25 - 35

ton/ha.untuk memperoleh hasil yang maksimal tentunya perlakuan dalam

proses budidaya sangat menentukan. pemberian pupuk tambahan

diusahakan menggunakan pupuk organik agar kesuburan tanah tetap terjaga.

21

Page 28: LAPORAN TPT(2) (1).docx

hal ini juga sangat membantu dalam proses pengendalian hama dan penyakit

dalam tanah yang dapat merusak umbi.

2. Umur Panen

Ubi jalar merupakan varietas yang telah dikembangkan dengan

mengusahakan umur panen yang genjah (pendek).Ubi jalar BETA-1 ini

memiliki umur panen 4-4.5 bulan HST.

3. Umbi

Umbi dari ubi jalar ini memiliki warna (oranye) yang sangat pekat.

kepekatan ini menunjukkan tingginya jumlah pigmen yang terdapat di dalam

umbi yang menentukan jumlah Betakaroten yang terdapat dalam umbi. Ubi

jalar oranye ini memiliki kandungan beta karoten yang tinggi yaitu 12.032

ug/100 g umbi. selain itu rasa umbi juga manis dengan kadar air yang agak

tinggi.

4. Resistensi

Ubi jalar BETA-1 ini memiliki keunggulan dalam hal ketahanan

terhadap hama dan penyakit yang menyerang umbi. Ubi jalar ini tahan

terhadap penyakit kudis dan penyakit boleng pada umbi.

22

Page 29: LAPORAN TPT(2) (1).docx

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Teknologi Produksi Tanaman, dilaksanakan pada bulan September-

Desember mulai Pukul 13.30-Selesai dan praktikum ini dilaksanakan setiap hari senin

untuk kelas U, praktikum dilakukan hingga panen. Tempat pelaksanaan praktikum

dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya di Desa

Kepuharjo, Dusun Ngijo, Kecamatan Karang Ploso, Kabupaten Malang,Jawa Timur,

Secara geografis, Desa ngijo terletak pada posisi 7°20’-7°31’ LS dan 109°08’-

110°10’ BT dengan ketinggian tempat 600 mdpl.

Tanggal Materi Lapang

21 September 2015 Pendahuluan

28 September 2015 Pupuk Dasar + Pemberian Agen Hayati

5 Oktober 2015 Penanaman

12 Oktober 2015 Pupuk SP36

19 Oktober 2015 Pupuk N, K

26 Oktober 2015 Perawatan

2 November 2015 Perawatan

9 November 2015 Penyulaman

16 November 2015 Perawatan, Pemberian Pupuk N

3.2 Alat dan Bahan

Dalam praktikum ini alat yang digunakan berupa cangkul untuk

menggemburkan tanah, cangkil untuk menyiangi gulma, penggaris/meteran untuk

mengukur panjang sulur, rafia untuk menandai jarak tanam, tugal untuk membuat

lubang untuk pemberian pupuk, ember untuk menyiram tanaman, alat tulis untuk

mencatat hasil pengamatan, kamera untuk mendokumentasikan kegiatan pengamatan,

Timbangan untuk mengkur berat umbi yang di hasilkan,Timba suntuk wadah pupuk

dan wadah agen hayati.

23

Page 30: LAPORAN TPT(2) (1).docx

Bahan yang digunakan berupa bibit ubi jalar varietas Beta 1 sebagai bahan

tanam, Agen Hayati juga di gunakan dalam praktikum ini, agen hayati di gunakan

untuk menambah mikroorganisme dalam tanah yang akan diolah, agar tanaman bisa

tumbuh subur, pupuk yang digunakan adalah pupuk KCL yang digunakan untuk

menambah unsur K, pupuk SP36 yang di gunakan untuk menambah unsur P, air

untuk menyiram, pupuk kandang untuk menambah bahan organik tanah.

3.3 Cara Kerja

Sebelum melakukan praktikum di lahan Ngijo, dilakukan briefing di kelas oleh

asisten kelas.Asisten kelas membagi kelas ke dalam beberapa komoditi.Kelompok

U3, mendapatkan bagian untuk menanam komoditi ubi jalar. Selanjutnya, materi

yang diberikan di kelas merupakan syarat tumbuh tanaman ubi jalar dan teknik

budidaya yang umum dilakukan.Pembelajaran teknik budidaya yang umum dilakukan

dimaksudkan sebagai dasar atau acuan teknik budidaya yang akan dilakukan pada

praktikum.

A. Persiapan lahan

Pada minggu pertama di lakukan persiapan lahan.Pada persiapan lahan ubi jalar

dilakukan penggemburan tanah terlebih dahulu dengan menggemburkan tanah yang

tujuannya agar tanah lebih mudah untuk dibuat guludan yang akan ditanami ubi jalar,

selain itu proses persiapan lahan juga diperlukan untuk pembalikan tanah. Tanah di

ukur dengan diberikan tanda menggunakan tali rafia merah dan potongan

kayu.Setelah itu tanah yang sudah gembur dan diberi tanda diberikan agen hayati

dengan menggunakan sprayer agar tanah memiliki organisme yang akan membantu

proses biologi di dalam tanah seperti menguraikan nitrogen dan menambah bahan

organik dalam tanah.

B. Penanaman

Penanaman dilakukan pada minggu kedua setelah pengolahan lahan.Sebelum

melakukan penanaman tanah yang sudah disiapkan dan diolah dibuat guludan dengan

24

Page 31: LAPORAN TPT(2) (1).docx

menggunakan cangkul sebagai tempat tumbuhnya ubi jalar. Guludan dibuat setinggi

mungkin ± 0,5 meter diperuntukkan agar tidak terlalu banyak air yang didapat ubi

jalar sehingga ubi jalar yang dihasilkan baik kualitasnya dan tidak busuk karena

kelebihan air.

Setelah dibuat guludan membuat jarak tanam 30 cm x 30 cm dan jarak border 15

cm dengan menggunakan meteran untuk penanaman ubi jalar dan membuat lubang

pada masing-masing guludan untuk menanam 9 bibit per guludan tersebut.

Penanaman dilakukan dengan mengikuti arah sinar matahari, setelah itu lakukan

penyiraman pada lahan yang sudah ditanami ubi jalar.

Penyiraman dilakukan pada sore hari atau pada saatmatahari sudah terbenam,

jika dilakukan pada siang hari maka sinar matahari akanmembuat air menguap

terlebih dulu sebelum terserap oleh tanaman. Sel-sel padatanaman pun akan

mengkerut karena disiram dalam keadaan panas, sel-sel tersebutakan menggelembung

terisi air lalu akan pecah. Jika hal ini terus terulang, maka lama kelamaan tanaman

akan rusak dan mati. Selain itu, air yang cepat menguap akan membuat komponen

mineral atau zat terlarut lainnya yang sebelumnya terkandung di dalam air siraman

akan tertinggal di permukaan daun atau bagian tanaman lainnya. Hal tersebut tidak

baik bagi tanaman dan dapat membuat tanaman menjadi mati karena sifatnya yang

toksik. Ditambahkanair yang tidak sempat terserap ke dalam tanah (dan tetap berada

di permukaan tanah) akan menyebabkan akar tanaman terstimulasi untuk bergerak ke

arah permukaan tanah. Pertumbuhan akar yang tidak normal itu tentunya sangat

berpengaruh pada kelangsungan hidup tanaman, sehingga tanaman bisa mati.

C. Pemupukan

Umumnya pemupukan diawali dengan mengaplikasikan pupuk organik sebagai

pupuk dasar. Pada pemupukan di komoditas tanaman ubi jalar dengan menggunakan

agen hayati yang sudah dilakukan pada pengolahan. Pupuk organik sangat bermanfaat

bagi peningkatan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi

pencemaran lingkungan, dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan.

25

Page 32: LAPORAN TPT(2) (1).docx

Kemudian setelah dilakukan pengolahan lahan dan penanaman dilakukan

pemupukan pada ubi jalar dengan mengaplikasikan pupuk kimia seperti SP36, KCL

dan Urea.Pemupukan anorganik pertama dengan mengaplikasikan SP36.Cara

pemberian pupuk pada tanaman dengan membuat lubang yang tidak terlalu dalam

sekitar ± 4cm, lalu pupuk dimasukkan kedalamnya dan di benamkan.SP36

Mengandung 36% fosfor dalam bentuk P2O5.pupuk ini terbuat dari fosfat alam dan

sulfat.Berbentuk butiran dan berwarna abu-abu.Sifatnya agak sulit larut dalam air dan

bereaksi lambat sehingga selalu digunakan sebagai pupuk dasar.Reaksi kimianya

tergolong netral, tidak higroskopis dan bersifat membakar.

Kemudian pada minggu berikutnya diberikan pupuk KCL dan Urea, cara

pemberiannya sama dengan SP36 dibuat lubang tetapi pada pemberian pupuk ini

dibuat 2 lubang, untuk KCL dan Urea.

Pada pemupukan kali ini dibuatkan 2 lubang untuk pemisahan KCL dan Urea

agar tidak terjadi pencampuran unsur kimia yang dapat membahayakan tanaman

itusendiri.KCL Mengandung 45% K2O dan khlor, bereaksi agak asam, dan bersifat

higroskopis, merupakan sumber Kalium (K) bagitanaman.Fungsi utamanya

membantu pembentukan protein dan karbohidrat.Kalium juga berperan memperkuat

tubuh tanaman agar daun, bunga dan buah tidak mudah gugur.Kalium merupakan

sumber kekuatan bagi tanaman dalam menghadapi kekeringan dan penyakit.Untuk

tanah yang liat kalium yang ditaburkan terikat oleh komponen tanah sehingga hanya

1/4 hingga 1/3 dosis yang dapat terserap tanaman.

Pupuk urea mengandung 46% nitrogen (N).Karena kandungan N yang tinggi

menyebabkan pupuk ini sangat higroskopis.Urea sangat mudah larut dalam air dan

bereaksi cepat, juga menguap dalam bentuk amonia.Urea Merupakan pupuk Nitrogen

untuk pertumbuhan akar, batang dan daun. Sebelum diserap oleh akar,nitrogen

terlebih dahulu diubah menjadi nitrat melalui beberapa tahapan proses alamiah.

Pupuk urea sangat peka terhadap air / uap air dan suhu udara. Urea yang terurai oleh

air menjadi Carbon Dioksida (CO2) dan Amoniak (NH3). Keduasenyawa ini pada

suhu khatulistiwa 28º – 31º C akan menjadi gas. Pada musim kemarau hampir 55 %

dari dosis urea yang ditaburkan hilang oleh penguapan. Dan dimusim hujan, urea

26

Page 33: LAPORAN TPT(2) (1).docx

akan larut dalam air mencapai 79% dan hilang dalam proses pencucian. Maka sangat

tidak menguntungkan jika urea ditaburkan pada saat matahari sangat terik atau saat

jumlah air melimpah.Setelah pemupukan selesai dilakukan penyiraman pada saat

matahari sudah terbenam atau sore hari.

D. Pemeliharaan dan Perawatan

Pemeliharaan tanaman ubi jalar berupa irigasi, penyulaman, penyiangan gulma,

penanggulangan OPT, pembubunan dan pembalikan daun. Penyulaman dilakukan

ketika ada bibit tanaman yang mati.Penyulaman harus secepatnya dilakukan, agar

tanaman sisipan ini pertumbuhannya tidak terlalu tertinggal dari tanaman

sebelumnya. Perairan tanaman menggunakan sistem irigasi permukaan (surface)

dimana dengan  menggunakan sistem irigasi permukaan, air diberikan secara

langsung melalui permukaan tanah dari suatu saluran atau pipa yang memiliki tinggi

permukaan airnya lebih tinggi dari elevasi lahan yang akan dialiri, biasanya sekitar

10-15 cm. Air irigasi akan mengalir di permukaan tanah dari pangkal ke ujung lahan

dan meresap ke dalam tanah membasahi daerah perakaran tanaman. Syarat penting

untuk mendapatkan sistem irigasi permukaan yang efisien adalah perencanaan sistem

distribusi air untuk dapat mengendalikan aliran air irigasi dengan perataan lahan yang

baik, sehingga penyebaran air seragam ke seluruh petakan. Penyiangan gulma atau

rumput-rumput liar dikerjakan setelah 3 minggu penanaman dan dilakukan setelah

tanaman diairi selama sehari.Penyiangan gulma bertujuan untuk membersihkan

tanaman yang sakit,mengurangipersaingan penyerapan hara, mengurangi hambatan

produksi anakan, menggemburkan tanah dan mengurangi persaingan penetrasi

sinarmatahari. 

Tanaman yang ditumbuhkan harus mendapatkan semua nutrisi dan air yang

diberikan oleh petani agar mampu menghasilkan secara optimal.Pengendalian OPT

(organisme pengganggu tanaman) yang terdiri  dari hama, dan penyakit,merupakan

kendala utama dalam budidaya tanaman. Organisme pengganggu tanaman ini pada

suatu lahan pertanian sangat mengganggu laju pertumbuhan tanaman yang

dibudidayakan, ini dikarenakan antara tanaman yang dibudidayakan dengan OPT ini

27

Page 34: LAPORAN TPT(2) (1).docx

bersaing untuk mendapatkan makanan, serat dan tempat perlindungan, maka dari itu

untuk mengatasi masalah ini perlu dilakukan upaya pengendalian yang terpadu demi

menjaga kualitas tanaman tersebut. Oleh karenaitupencarian teknologi pengendalian

OPT terus berkembang sejalan  dengan perkembangan teknologi dan tuntutan sosial,

ekonomi dan ekologi. Beberpa pengendalian OPT ini yaitu dengan   menanam

varietas yang agak tahan.,  menanam stek bahan tanaman yang sehat atau mencelup

stek ke dalam larutan insektisida selama 10 meni,  rotasi tanaman

pembumbunan.Pembalikkan batang tanaman juga dianjurkan karena bisa

membantumeningkatkan hasil umbi.

Pembalikkan dan pengangkatan batangdikerjakan tiap 3 minggu sekali. Sebab

pada Tanaman yang pertumbuhannya subur  dalam  waktu  satu bulan  tanaman

akan  menjalar sepanjang 1- 1½ meter. Bila batang dibiarkan terus menjalar di

tanah,dengan segera akan tumbuh akar pada ketiak daun. Akar ini akan membentuk

umbi-umbi kecil. Umbi-umbi kecil ini jelas sangatmengurangi tabungan makanan

bagi umbi-umbi besar yang tumbuh diguludan. Itulah sebabnya batang ubi jalar

secara berkala perlu diangkatdan dibalikkan, agar akar tanaman yang tumbuh pada

ketiak daun matikering kepanasan

3.4 Parameter pengamatan

Parameter pengamatan pada komoditas ubi jalar dilakukan untuk mengetahui

pertumbuhan dan perkembangan komoditi tersebut, yaitu:

a. Jumlah daun

Pengamatan jumlah dilakukan dengan caramenghitung jumlah daun yang ada

disetiap batang tanaman itu sendiri yang masih sehat tidak terkena hama

ataupun penyakit. Daun yang sehat akan dimasukkan data hasil pengamatan.

Pengamatan Jumlah daun dilakukan untuk mengetahui hasil fotosintesis. Di

dalam daun terjadi proses penting bagi tanaman yaitu  proses  fotosintesis.

Seiring dengan pertumbuan tanaman  maka  jumlah  daun  juga  akan

bertambah. Daun berukuran lebih besar,lebihtipis dan ukuran stomata lebih

28

Page 35: LAPORAN TPT(2) (1).docx

besar,sel epidermis tipis, tetapi jumlah daun lebih sedikit, ruang antar sel lebih

banyak.Intensitas cahaya yangterlalu tinggi dapat menurunkan laju fotosintesis

hal ini disebabkanadanya fotooksidasi klorofil yang berlangsung cepat,

sehingga merusak klorofil. Intensitas cahaya yang tinggi menyebabkan

rusaknya struktur kloroplas yang membantu proses metabolisme tanaman,

sehingga menyebabkan produktifitas tanaman menurun. Bilaterjadi peningkatan

total luas daun, maka penerimaan cahaya mataharisebagai sumber utama dalam

proses fotosintesis, akan meningkat.Dengan meningkatnya fotosintesa diikuti

peningkatan respirasi,menyebabkan proses metabolisme berlangsung lebih baik

dan akanmendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

b. Pengamatan panjang sulur

Pengamatan panjang sulur dilakukan pada sulur pertama

dari pangkal sulur sampai ujung pucuk  sulur  ubi  jalar.  Panjang  pada bagian

sulur dan berat kering tanaman sebagai komponen pertumbuhan dapat

digunakan sebagai salah satu indikator kesuburan tanaman. Sulur yang

panjang dan bobot kering tanaman yang tinggi akan menghasilkan umbi

yang bagus. Panjang sulur sangat menyebar, kemampuan menutup kanopi

tanaman semua tertutup ini dapat menghasilkan umbi yang banyak setelah

lewat umur panen. Pemanfaatan sulur dan daun dilakukan pada tanaman ubi

jalar yang mencapai umur dua minggu setelah tanam sampai tanaman berumur

lima atau enam bulan untuk memenuhikebutuhan sayuran.

c. Pengamatan Bunga

Bunga ubi jalar berbentuk mirip “ terompet “ tersusun dari lima helai daun

mahkota, lima helai daun bunga, dan satu tangkai putik. Mahkota bunga

berwarna putih atau putih keungu-unguan. Bunga ubi jalar mekar pada pagi

hari mulai pukul 04.00-11.00.bila terjadi penyerbukan buatan, bunga akan

membentuk buah.

29

Page 36: LAPORAN TPT(2) (1).docx

d. IP ( Intensitas Penyakit )

Pengamatan ini dilakukan pada daun yang terserang penyakit. IP terbagi

menjadi beberapa, yaitu 0 1 2 3 4 5 masing-masing IP tersendiri memiliki

tingkat indeks terkenanya penyakit pada tanaman tersebut. IP 0 berarti dalam

tanaman tersebut tidak ada penyakit, tingkat 2 dalam tanamannya memiliki

sedikit penyakit yang tidak terlalu banyak terserang, tingkat 3 memiliki

tingkat sedang dalam penyakakit pada daun tanaman tersebut, tingkat 4

tanman tersebut memiliki tingkat terjangkitnya penyakit agak tinggi dan

sedangkan pada tingkat 5 menunjukkan bahwa dalam tanaman tersebut

memiliki tingkat penyakit yang besar pada tanaman tersebut. Dengan skala

serangan, yaitu:

0 = tidak ada daun terserang

1 = luas daun terserang 1 – 25 %

2 = luas daun terserang 26 – 50 %

3 = luas daun terserang 51 – 75 %

4 = luas daun terserang 76 – 100 %

30

Page 37: LAPORAN TPT(2) (1).docx

3.5 Denah Petak Praktikum

a. Denah Praktikum

Keterangan:

X : tanaman Ubi

Jalar

: sampel

tanaman Ubi

Jalar

5 m

30 cm

15 cm

1 m

31

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

XX

X

X

X

X

Page 38: LAPORAN TPT(2) (1).docx

4.1 HASIL

4.1.1 Panjang Sulur

Pada paraktikum teknologi produksi pertanian komoditas Ubi Jalar di

dapatkan beberapa paramerter salah satunya yaitu panjang sulur pada 4

varietas yaitu Beta-1, Beta-2, Papua Salossa dan Aantin-2 didapatkan hasil

bahwa panjang sulur tanaman tertinggi adalah pada variets pada varietas

Papua Salossa dibandingkan dengan ke tiga varietas lainnya. Pengamatan

pertama 14 hst rata-rata panjang sulur pada varietas Papua Salossa yaitu, 26,

lebih tinggi dibandingkan ketiga varietas lainnya yaitu Beta-1 20,6, Beta-2

16,6 dan Antin-2 6,6. Hal ini mengalami peningkatan hingga 49 hst.

Peningkatan panjang sulur dari ke-4 varietas dapat dilihat pada Table 3.

Tabel 3. Panjang Sulur varietas Antin-2

32

Varietas UmurTanaman (HST)

14 21 28 35 42 49

Beta-120.6 24 30.6 42 55,5 72

Beta-216,6 19,9 24,6 28,4 48 57

Papua Salossa

26 29,8 44,8 79 110,6 161,2

Antin-26,6 8,4 11,4 13,2 15,5 23,8

Page 39: LAPORAN TPT(2) (1).docx

Grafik Panjang Sulur Tanaman Ubi Jalar

14 Hst 21 Hst 28 Hst 35 Hst 42 Hst 49 Hst0

50

100

150

200

250

300

varietas beta 1

varietas papua salossa

varietas antin-2

varietas beta-2

4.1.2 Jumlah Daun

Pada paraktikum teknologi produksi pertanian komoditas Ubi Jalar di

dapatkan beberapa paramerter salah satunya yaitu jumlah daun pada 4

varietas yaitu Beta-1, Beta-2, Papua Salossa dan Antin-2 didapatkan hasil

bahwa rata-rata jumlh daun tertinggi pada pengamatan terakhir 49hst adalah

varietas beta 2, sebesar 261,4, pada varietas beta 1 sebesar 84,5, pada varietas

papua salosa sebesar 221, dan pada varietas antin 2 adalah 38,8. Peningkatan

panjang sulur dari ke-4 varietas dapat dilihat pada table 4.

Tabel 4. Jumlah Daun

Varietas Umur Tanaman ( HST)

14 21 28 35 42 49

33

Page 40: LAPORAN TPT(2) (1).docx

Beta-1 26,8 31,8 34,8 46 63 84,5

Beta-2 5,2 11,6 46,4 105 214 261,4

Papua Salossa 3,6 8,2 29,8 83,6 148,2 221

Antin-2 5.4 8.4 13.6 19 29 38.8

Grafik Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Ubi Jalar

14 Hst 21 Hst 28 Hst 35 Hst 42 Hst 49 Hst0

100

200

300

400

500

600

700

Varietas Beta-2

varietas Antin-2

varietas Papua sa-lossa

varietas Beta-1

4.1.3 Jumlah Bunga

Pada paraktikum teknologi produksi pertanian komoditas Ubi Jalar di dapatkan

beberapa paramerter salah satunya yaitu jumlah Bunga. Pada data semua varietas

yang diperoleh didapatkan jumlah rerata bunga semuanya 0. Hal ini dikarenakan

tanaman ubi jalar belum memasuki masa pembentukan bunga. Sementara

pengamatan yang dilakukan hanya berkisar 1,3 bulan sehingga diperkirakan bahwa

ubi jalar belum memasuki masa pembentukan bunga. Masa pembentukan dapat

dilihat pada tabel 5.

34

Page 41: LAPORAN TPT(2) (1).docx

Tabel 5. Jumlah Bunga

Varietas Umur Tanaman ( HST)

14 21 28 35 42 49

Beta-1 - - - - - -

Beta-2 - - - - - -

Papua Salossa - - - - - -

Antin-2 - - - - - -

Grafik Rata-rata Jumlah BungaTanaman Ubi Jalar

14 Hst 21 Hst 28 Hst 35 Hst 41 Hst 49 Hst rerata0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

varietas beta-2

varietas antin-2

varietas papua selossa

varietas beta-1

4.1.4 Intensitas Serangan Penyakit

Dari hasil pengamatan semua varietas yang diamati tidak ada intensitas penyakit yang terdapat pada masing-masing varietas. Berikut tabel intensitas dari semua varietas yang diamati dapat dilihat pada tabel 6

35

Page 42: LAPORAN TPT(2) (1).docx

Tabel 6. Intensitas Serangan Penyakit

Varietas Skoring

0 1 2 3 4

Beta-1 3 0 0 0 0

beta-2 4 0 0 0 0

Papua

Salossa

4 0 0 0 0

Antin-2 4 0 0 0 0

Grafik Daun Tanaman Ubi Jalar yang Terkena Penyakit

14 hst 21 hst 28 hst 35hst 42 hst 49 hst rerata 0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

0.9

1

varietas beta-2varietas antin-1varietas papua selossavarietas beta-1

36

Page 43: LAPORAN TPT(2) (1).docx

4.1.4 Keragaman Serangga

No Gambar Nama Populasi Ordo Peran1. Dokumentasi:

Gambar Literatur :

Nama Ilmiah : Valanga nigricornis / Nama Lokal : Belalang Kayu

<5 Orthoptera Hama

2. Dokumentasi:

Gambar Literatur:

Nama Ilmiah : Lycosa spNama Lokal : Laba - laba

<5 Araneceae Musuh alami

37

Page 44: LAPORAN TPT(2) (1).docx

3. Dokumentasi :

Gambar Literatur :

Nama Ilmiah : Menochilus sexmaculatus Nama Lokal : Kumbang kubah spot M

< 5 Coleoptera Musuh alami

38

Page 45: LAPORAN TPT(2) (1).docx

4.2 Pembahasan

4.2.1 Sulur Tanaman

Berdasarkan hasil pengamatan ubi jalar varietas beta 1 selama 49 HST

didapatkan hasil bahwa sulur tanaman bertambah setiap minggunya. Pertambahan

sulur tanaman pada ubi jalar varietas beta 1 memiliki rata-rata 20,6 – 72 cm hal ini

dapat disebabkan oleh faktor dari lingkungan dan juga faktor dari genotipe varietas

ubi jalar sendiri. Faktor lainnya juga dapat disebabkan oleh budidaya yang dilakukan

pada ubi jalar varietas beta 1. Perawatan dan pemberian yang salah satunya adalah

pemberian pupuk N,P,K namun pupuk yang berpengaruh pada terhadap parameter

pengamatan sulur tanaman adalah KCl yang diberikan saat melakukan penanaman

dan perawatan ubi jalar varietas beta 1.

Untuk varietas papua solossa memiliki pertumbuhan tanaman yang lebih

tinggi dibandingkan dengan ubi jalar varietas beta 1, pertumbuhan rerata ubi jalar

varietas papua salosa adalah berkisar antara 26 cm – 161 cm. Salah satu faktor yang

mendukung pertumbuhan sulur yaitu ketinggian tempat yang dijadikan lahan

penanaman ubi jalar yang merupakan dataran rendah.Pada ubi jalar varietas beta 2

juga terjadi penambahan sulur tanaman yang terus meningkat tiap pengamatan

mingguan. Pertumbuhan rerata pada ubi jalar varietas beta 2 berkisar antara 16 cm –

57 cm.

Pada ubi jalar varietas antin 1 mengalami penambahan sulur tanaman yang

tidak terlalu jauh selisihnya, pertumbuhan rerata pada ubi jalar varietas antin 1

berkisar antara 6,6 – 23,8 cm dengan selisih pertumbuhan tiap minggu berkisar antara

2 cm – 30 cm pada setiap tanaman.

39

Page 46: LAPORAN TPT(2) (1).docx

Menurut Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002) mengatakan bahwa

penambahan pupuk Kalium juga dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan

sulurtanaman. Karena kalium memiliki fungsi menaikkan pertumbuhan jaringan

meristem, memperkuat tegaknya batang sehingga tidak roboh.

4.2.2 Jumlah Daun Tanaman

Berdasarkan hasil pengamatan ubi jalar selama 7 minggu didapatkan hasil

bahwa masing-masing sampel varietas ubi jalar beta 1 memiliki perkembangan secara

terus menerus, dapat diketahui melalui pertambahan jumlah daun yang terus

menambah setiap minggunya. Berdasarkan hasil pengamaltan diketahui bahwa

pertambahan jumlah daun tiap minggu nya tidaklah sedikit, pertambahan daun tiap

minggu diketahui diantara 5-20 daun. Hal ini dapat disebabkan oleh salah satu faktor

yaitu penambahan pupuk Nitrogen yang telah diberikan selama perawatan dan juga

pengaruh dari faktor genotipe dimana ubi jalar varietas beta 1 dapat beradaptasi di

lingkungan tanah yang kering maupun basah.

Untuk ubi jalar varietas beta 2 memiliki perkembangan jumlah daun yang

lebih unggul dibandingkan dengan ubi jalar varietas beta 1, dapat dilihat berdasarkan

pertambahan daun tiap daunnya adalah 3-30 daun. Pertambahan daun ini berbeda

dengan varietas ubi jalar beta 1 yang memiliki pertambahan daun tiap minggu

diantara 5-20 daun, hal ini dikarenakan interaksi antara ubi jalar varietas beta 1 dan

papua solossa berbeda tergantung berdasarkan faktor internal dari masing-masing

varietas dengan lingkungannya.

Pada jumlah daun varietas ubi jalar papua salosa didapatkan juga terdapat

pertambahan jumlah daun yang terus bertambah setiap minggu pada pengamatan.

Pertambahan jumlah daun tiap minggunya adalah antara 3-80 daun.

Pertambahan jumlah daun ubi jalar varietas antin 1 didapatkan bahwa terdapat

pertambahan jumlah daun yang terus bertambah namun, berbeda dengan ubi jalar

40

Page 47: LAPORAN TPT(2) (1).docx

varietas lainnya, pertambahan ubi jalar varietas antin 1 memiliki pertambahan yang

cukup sedikit yaitu antara 1-15 daun tiap minggunya.

Menurut Sutedjo dan Kartasapoetra (2002) menyatakan bahwa penambahan

pupuk Nitrogen dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif, menyehatkan hijau daun,

meningkatkan kadar protein dalam tanaman, meningkatkan kualitas tanaman yang

menghasilkan daun.

4.2.3 Jumlah Bunga Tanaman

Berdasarkan hasil pengamatan ubi jalar varietas beta 1 selama 49 hari,

tanaman sampel 1 sampai sampel 5 belum mengalami pembungaan sampai pada 49

HST. Hal ini dapat dikarenakan tanaman ubi jalar belum memasuki masa

pembentukan bunga.. Sementara pengamatan yang dilakukan hanya berkisar 1,3

bulan sehingga diperkirakan bahwa ubi jalar belum memasuki masa pembentukan

bunga.

Untuk ubi jalar varietas beta 2, antin 1 dan papua solossa tidak terlihat juga

terdapat bunga yang tumbuh di sekitar lahan ubi jalar. Hal ini disebabkan pengamatan

yang dilakukan masih awal yaitu 1,3 bulan sementara umur untuk ubi jalar lebih lama

dan diperkirakan belum memasuki masa pembentukan bunga.

Menurut Kementrian Pertanian Badan Penyuluhan dan Pengembangan

Sumber Daya Manusia Pertanian (2015) dijelaskan bahwa umur ubi jalar varietas

memiliki umur yang berbeda-beda tergantung berdasarkan jenis varietasnya masing-

masing.

4.2.4 Intensitas Serangan Penyakit

Dari hasil pengamatan kami pada komoditas ubi jalar varietas papua salossa,

varietas antin 2, varietas beta 1 dan varietas beta 2. Ditemukan penyakit pada varietas

41

Page 48: LAPORAN TPT(2) (1).docx

papua salossa dan varietas antin 2 yakni penyakit layu fusarium . Sedangkan pada

varietas beta-1 dan varietas beta 2 tidak ditemukan penyakit.

Menurut Najiyati (2008) menyatakan bahwa varietas beta-1 dan varietas beta 2

merupakan varietas yang agak tahan penyakit layu fusarium. Kedua varietas ini akan

mudah terserang penyakit layu fusarium apabila kondisi lingkungan seperti suhu dan

kelembaban mendukung untuk pertumbuhan jamur Fusarium oxysporum f. batatas

penyebab penyakit layu fusarium. Pada pengamatan yang dilakukan di lahan tidak

ditemukan penyakit ini. Hal ini disebabkan karena setiap satu minggu sekali diadakan

perawatan dan pembersihan gulma pada komoditas ubi jalar sehingga penyakit yang

biasanya menyerang pada komoditas ubi jalar bisa diantisipasi dengan perawatan dan

pembersihan gulma.

Menurut Chandria, W (2009) menyatakan bahwa varietas papua salossa dan varietas

antin 2 merupakan varietas yang varietas yang tahan penyakit layu fusarium . Akan

tetapi pada pengamatan di lahan ditemukan penyakit layu fusarium pada kedua

varietas tersebut . Hal ini disebabkan karena karena varietas papua salossa dan

varietas antin 2 merupakan varietas yang hidup di daerah dataran tinggi. Lahan

praktikum di Ngijo termasuk dataran rendah dengan ketinggian 600 mdpl dan

merupakan daerah kering maka dari itu tanaman ubi jalar menjadi kekurangan air dan

terserang penyakit layu fusarium.

4.2.5 Keragaman Serangga

Dari hasil pengamatan di komoditas ubi jalar di lahan varietas beta-1,

ditemukan 3 spesimen serangga yaitu belalang kayu, laba – laba dan kumbang kubah

spot. Serangga yang ditemukan pada tanaman ubi jalar jumlahnya sedikit. Akan

tetapi jumlah daun yang lubang – lubang atau sisa gigitan serangga jumlahnya

sebanyak kurang lebih 150 daun.

Menurut Rosmarkam (2002) menyatakan bahwa belalang kayu merupakan

salah satu faktor penghambat dalam program  peningkatan produksi tanaman salah

42

Page 49: LAPORAN TPT(2) (1).docx

satunya tanaman ubi jalar. Belalang ini mempunyai sifat cenderung untuk membentuk

kelompok yang besar dan suka  berpindah-pindah (berimigrasi), sehingga dalam

waktu yang singkat dapat menyebar pada areal yang luas. Kelompok yang

berimigrasi dapat memakan tumbuhan yang dilewatinya selama dalam perjalanan.

Pada  pengamatan di lahan, ditemukan kerusakan yang ditimbulkan olah hama

belalang kayu. Namun pada saat dilapang hanya ditemukan satu belalang kayu saja.

Kumbang kubah spot M ini merupakan musuh alami yang membantu dalam

memberantas hama. Populasi yang ditemukan pada komoditas ubi jalar jumlahnya

lumayan sedikit. Serangga yang ditemukan lainnya adalah laba – laba yang berperan

sebagai musuh alami. Dengan adanya musuh alami ini keberadaannya cukup

membantu dalam mengatasi serangan hama.

4.2.6 Pembahasan Umum

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa perlakuan

pada ubi jalar dapat berpengaruh terhadapsetiap paramater pengamatan diantaranya

tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah bunga, intensitas serangan penyakit serta

keragaman serangga. Perlakuan pada ubi jalar ialah penggunaan varietas , diantaranya

varietas papua salossa, varietas antin-2, varietas beta-1 dan varietas beta-2. Setiap

varietas memiliki perbedaannya masing-masing, adanya perbedaan varietas ubi jalar

antara satu dengan yang lainnya dapat dilihat dari bentuk daun, panjang sulur, warna

bunga dan kedalaman perakaran. Menurut Huaman, (2001) menyatakan bahwa

ketahanan umbi terhadap hama dan penyakit pun juga akan berbeda antara varietas

yang satu dengan varietas yang lain.

Dalam pengamatan sulur tanaman, jumlah daun dan jumlah bunga pada

komoditas dengan varietas berbeda didapatkan bahwa setiap varietas mengalami

perkembangan setiap minggunya. Namun perbedaan perkembangan masing-masing

varietas ubi jalar tergantung berdasarkan dari faktor genotipe tipe varietas ubi jalar,

ada yang mengalami perkembangan dengan pertambahan selisih yang sangat banyak

namun ada juga yang mengalami perkembangan dengan pertambahan yang selisihnya

43

Page 50: LAPORAN TPT(2) (1).docx

sediki-sedikit. Namun untuk pengamatan bunga pada tiap varietas didapatkan bahwa

semua varietas ubi jalar yang ditanam belum terdapat bunga. Menurut Haslet et al

(2008) mengatakan bahwa pembungaan pada tanaman ubi jalar yang biasanya terjadi

di umur tanaman 3-6 bulan dan sangat bergantung pada genotipe serta lingkungan

tumbuh.

Pada komoditas ubi jalar dengan berbagai varietas menunjukkan adanya

perbedaan tingkat intensitas serangan penyakit. Menurut Huaman (2001) menyatakan

bahwa sifat ketahanan terhadap penyakit pada varietas papua salossa sebesar 65%,

varietas antin-2 sebesar 60%, varietas beta-1 sebesar 45 % dan varietas beta-2 sebesar

42%. Akan pada pengamatan di lahan, varietas papua salossa dan varietas antin 2

terserang penyakit sedangkan varietas beta-1 dan varietas beta-2 tidak terserang

penyakit. Hal ini membuktikan lokasi penanaman sangat mempengaruhi untuk terjadi

serangan penyakit. Jadi pertumbuhan paling tinggi adalah varietas beta-2

dibandingkan dengan varietas yang lain.

44

Page 51: LAPORAN TPT(2) (1).docx

5. Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan melalui perlakuan ubi jalar

dengan varietas yang berbeda didapatkan bahwa terjadi perbedaan pertumbuhan

dan perkembangan dari masing-masing varietas. Perbedaan hasil tersebut

didapatkan berdasarkan faktor lingkungan dan faktor genotipe dari masing-

masing varietas. Salah satunya adalah pemberian pupuk Kalium dan Nitrogen

yang berpengaruh terhadap pertumbuhan sulur dan daun tanaman. Selain itu,

perlakuan pemberian agen hayati, dan pupuk baik organik maupun anorganik

berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan ubi jalar. Sifat ketahanan tanaman

terhadap hama dan penyakit juga harus diperhatikan. Penanaman varietas tertentu

harus melihat kondisi lingkungan apabila suatu varietas tertentu ditanam pada

kondisi lingkungan pada dataran rendah akan tetapi karakteristik sifat ketahanan

dari varietas tersebut akan menurun yang mengakibatkan varietas tersebut mudah

terserang hama dan penyakit. Varietas yang paling tinggi pertumbuhannya

dibandingkan dengan varietas yang lain adalah varietas Beta-2 dengan tingkat

intensitas hama dan penyakit yang paling rendah.

45

Page 52: LAPORAN TPT(2) (1).docx

DAFTAR PUSTAKA

Antarlina, SS. 2005. Teknologi Pengolahan Tepung Kompusit Terigu-Ubi Jalar Sebagai Bahan Baku Industri Pangan.Jakarta: PR & Communication Dept. PT ISM Bogasari Flour Mills, Kumpulan Hasil Penelitian Terbaik Bogasari Nugraha 1998-2001 hal. 105-118

Barat, D. P. 2008. Laporan tahunan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat tahun 2007. Bandung: Pemda Bandung.

Damardjati, D. dan Widowati. 2001. Pemanfaatan ubi jalar dalam program diversifikasi guna mensukseskan swasembada pangan. Malang: Risalah Seminar Penerapan Teknologi Produksi dan Pascapanen Ubi jalar Mendukung Agroindustri. Balittan Malang.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat. 2008. Laporan tahunan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat tahun 2007. Bandung.

Hafsah, M. 2004. Prospek Bisnis Ubi jalar. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Najiyati, S. 1998. Palawija: budidaya dan analisis usaha tani. Jakarta: PT.Penebar Swadaya.

BIBLIOGRAPHY Barat, D. P. 2008. Laporan tahunan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat tahun 2007. Bandung: Pemda Bandung.

Damardjati, D. d. (2001). Pemanfaatan ubi jalar dalam program diversifikasi guna mensukseskan swasembada pangan. Malang: Risalah Seminar Penerapan Teknologi Produksi dan Pascapanen Ubi jalar Mendukung Agroindustri. Balittan Malang.

Hafsah, M. 2004. Prospek Bisnis Ubi jalar. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Najiyati, S. 1998. Palawija: budidaya dan analisis usaha tani. Jakarta: PT.Penebar Swadaya.

46

Page 53: LAPORAN TPT(2) (1).docx

Rukmana, R. 2001. Ubi jalar: budi daya dan pascapanen. Yogyakarta: Kanisius.

Rukmana, R. 2001. Usaha Tani Ubi Jalar. Yogyakarta: Kanisius.

Wanamarta, G. 2003. Produksi dan Kadar Protein Umbi 5 Varietas Ubi Jalar pada Tingkat Pemupukan NPK. Jakarta: Departemen Agronomi Fakultas Pertanian Institute Atlanta.

Woolfe, J. 2001. An Untapped Food Resource. New York: Cambridge University Press.

Zuraida, N. d. 2001. Usahatani Ubi Jalar Sebagai Bahan Pangan Alternatif Dan Diversifikasi Sumber Karbohidrat. Buletin AgroBio , 4 (1) : 13-23.

47

Page 54: LAPORAN TPT(2) (1).docx

LAMPIRAN

Lampiran 1. 28 september2015

Lampiran 2. 05 oktober 2015

48

Page 55: LAPORAN TPT(2) (1).docx

Lampiran 3. 12 oktober2015

Lampiran 4. 09 november2015

Lampiran 5. 12 november2015

49