80
LAPORAN TUGAS AKHIR MEKANISME PENGENAAN DAN PEMUNGUTAN PAJAK HIBURAN DI DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN O L E H NAMA : APRIL YOSEFIN SIMAMORA NIM : 102600069 Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

LAPORAN TUGAS AKHIR MEKANISME PENGENAAN …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/Afril Yosifin.pdf · LAPORAN TUGAS AKHIR MEKANISME PENGENAAN DAN PEMUNGUTAN PAJAK HIBURAN

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN

TUGAS AKHIR

MEKANISME PENGENAAN DAN PEMUNGUTAN PAJAK HIBURAN DI DINAS

PENDAPATAN KOTA MEDAN

O

L

E

H

NAMA : APRIL YOSEFIN SIMAMORA

NIM : 102600069

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III

Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN PKLM INI TELAH DISETUJUI UNTUK DIPRESENTASIKAN OLEH

Nama : April Yosefin Simamora

NIM : 102600069

Program Studi : Diploma III Administrasi Perpajakan

Judul : Mekanisme Pengenaan dan Pemungutan Pajak

Hiburan Pada Dinas Pendapatan Kota Medan

Ketua Program Studi Diploma III

Administrasi Perpajakan,

Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si

NIP. 195608311986011001

Dosen Pembimbing,

Drs. M. Husni Thamrin Nst, M.Si

NIP. 196401081991021001

Supevisor,

Kasi Pemeriksaan

Lindamora, SSTP

NIP. 198311022002122001

Dekan,

Prof. Dr. Badaruddin, M.Si

NIP. 196805251992031002

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, Tuhan dan Juru Selamat pribadiku,

yang dengan kasih karuniaNya dan pertolonganNya penulis dapat menyelesaikan

Laporan Praktik Kerja Lapangan ini.

Laporan Praktik Kerja Lapangan yang berjudul “ MEKANISME

PENGENAAN DAN PEMUNGUTAN PAJAK HIBURAN PADA DINAS

PENDAPATAN KOTA MEDAN “ ini disusun untuk memenuhi sebagian dari

syarat-syarat menyelesaikan studi di Program Studi Diploma III Administrasi

Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara tahun

2012/2013.

Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini masih jauh dari

kesempurnaan dan masih terdapat kekurangan-kekurangan baik dalam hal penyajian

materi maupun bahasa penyampaiannya. Oleh karena itu, dengan segala hormat dan

setulus hati serta kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si selaku Ketua Program Studi Diploma

III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara.

3. Ibu Arlina, SH selaku Sekretaris Jurusan Diploma III Administrasi Perpajakan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. M Husni Thamrin Nst, Msi selaku Dosen Pembimbing yang telah

bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan menyumbangkan pikiran kepada

penulis kearah yang lebih sempurna sehingga selesainya laporan tugas akhir ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staf dan pegawai Fakultas Ilmu Sosial Dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu,

mendidik, membimbing penulis selama perkuliahan.

6. Kepada Tax Centre Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Sumatera Utara yang

telah menyediakan tempat buat kami beristirahat, mengumpulkan tenaga

sebelum melakukan aktivitas kembali, terutama buat bang Firman Logos

Tarigan yang telah memperkenalkan bang Andrew Sitepu sehingga saya bisa

sangat terbantu dalam penyusunan TA ini.

7. Bapak Muhammad Husni, SE, MSi selaku Kepala Dinas Pendapatan Kota

Medan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan

riset pada Dinas Pendapatan Kota Medan.

8. Bapak Dr. Nawawi selaku Kepala Sub Bagian Pendataan dan Penetapan Dinas

Pendapatan Kota Medan.

9. Bapak Ibu Lindamora SSTP, Popy maya Syafira, SP. MM, Pak Asnul, Kak

Umi dan beserta seluruh staf dan pegawai kantor Dinas Pendapatan Kota

Medan yang telah membantu penulis dalam pengambilan data.

10. Teristimewa buat Bapak, Mama, kakak, Abang dan adikku dan keluargaku

yang lainnya atas dukungan dan doanya yang tak ada hentinya buatku.

Terimakasih juga telah memberikan yang terbaik buatku. Kalian semua adalah

kekuataan buatku dan anugerah terindah yang Tuhan berikan padaku.

11. Buat Ebo (Eki), Akong (Windra Edok), Agen (Alfan), Benu (Rezki), Bapak

Etika (Alex), Muntah Kawat (Bagus), Sumar (Restu), Kak Lobang (Winda),

Mamih (Henny), Della, Fitry Aprilia, Puri (Puput Risol), Gondit (Samuel),

Tabo (Tasya), Rina Febriani, Lek Os (Olan), Yuyor, Raja Wina, Mamak

(Fanny), Abidah, Corlina, dll terimakasih atas semua hal yang telah kita lewati,

suka maupun duka. Terimakasih atas Doa dan Kerjasamanya kawan kawan.

Aku sayang kalian. Kalian Luar Biasa..

12. Buat teman-teman Adm. Perpajakan 2010 khususnya buat teman-teman kelas B

yang selama perkuliahan selalu buat senang ya walaupun ada beberapa yang

sering buat silap sih. Kepada Novitalia, Nurma dan Uun Terimakasih banyak

telah membantu dalam pengambilan data TA ku. Makasi semua

13. Buat Sutri, dan Berlin Terimakasih juga atas bantuannya selama ini, kalian

banyak membantuku sayang sayangku .

14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas segala bantuan

dan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung yang membantu

penulis selama penyusunan laporan ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari

kesempurnaan, karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari

pembaca. Akhirnya, penulis berharap agar laporan yang telah penulis susun dapat

memberikan sumbangan pikiran dan menambah bahan referensi yang bermanfaat

bagi semua pihak yang membacanya.

Medan, 2013

Penulis

April Yosefin Simamora

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................ 1

B. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ................................... 1

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ........................... 5

C. Uraian Teoritis .......................................................................................................... 8

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)................................. 10

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) .............................................. 10

F. Metode Pengumpulan Data .................................................................................... 12

G. Sistematika Penulisan Laporan PKLM ................................................................. 13

BAB II STRUKTUR ORGANISASI DAN FUNGSI ............................................... 15

A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan ............................... 15

B. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan ...................................... 18

C. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Kota Medan ................. 19

D. Gambaran Umum Pegawai Di Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan ....... 34

BAB III GAMBARAN DATA PAJAK HIBURAN ................................................. 37

A. Ketentuan Umum ............................................................................................. .37

B. Subjek dan Objek Pajak Hiburan ..................................................................... 39

C. Dasar Pengenaan, Tarif dan Cara Perhitungan Pajak Hiburan ...................... 41

D. Mekanisme Pemungutan Pajak Hiburan ......................................................... 47

E. Penetapan Pajak Hiburan ................................................................................. 53

F. Tata Cara Pembayaran Pajak Hiburan............................................................. 55

G. Tata Cara Penagihan Pajak .............................................................................. 57

H. Ketentuan Pidana .............................................................................................. 59

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI ....................................................................... 60

A. Analisa Masalah yang dihadapi ....................................................................... 60

B. Upaya Yang Dilakukan Dalam Meningkatkan Pajak Hiburan ...................... 62

C. Target dan Realisasi Pajak Hiburan Kota Medan ........................................... 64

D. Jumlah Wajib Pajak Hiburan Dengan Self Dan Official Assesment ............. 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 68

A. KESIMPULAN ................................................................................................. 68

B. SARAN ............................................................................................................. 69

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN - LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel II. 1 Jumlah Pegawai Berdasarkan Jabatan ............................................. 34

Tabel II. 2 Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan .......................................... 35

Tabel III. 1 Tarif pajak Hiburan Kota Medan Tahun 2013 ................................. 43

Tabel IV. 1 Target dan Realisasi Pajak Hiburan Kota Medan ............................ 65

Tabel IV. 2 Jumlah WP Pajak Hiburan Kota Medan .......................................... 67

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Indonesia sebagai negara berkembang terus menggalakkan pembangunan di

segala bidang kehidupan dengan tujuan mengejar ketertinggalan dari negara lain dan

untuk mewujudkan kehidupan bermasyarakat yang adil dan sejahtera bagi masyarakat

sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945. Untuk menyukseskan

pelaksanaan pembangunan tersebut diperlukan dana yang cukup besar. Sumber dana

yang digunakan untuk melaksanakan pembangunan tersebut berasal dari berbagai

sumber, salah satunya berasal dari partisipasi masyarakat dalam bentuk pembayaran

pajak.

Sekarang pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang paling

diandalkan. Hingga saat ini, penerimaan negara dari sektor perpajakan mencapai

lebih dari 70% dari total penerimaan negara. Kedepan kontribusi penerimaan pajak

diharapkan terus meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan negara serta

untuk mewujudkan kemandirian ekonomi yang dicanangkan pemerintah.

Usaha yang dapat dilakukan untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa

atau negara dalam pembiayaan pembangunan yaitu dengan cara menggali sumber-

sumber dana yang berasal dari dalam negeri berupa pajak dan retribusi daerah yang

telah menjadi sumber penerimaan yang dapat diandalkan bagi daerah. Pada saat ini,

sektor perpajakan memegang peran penting sebagai sumber penerimaan utama

negara, baik untuk penerimaan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

Tanggung jawab atas kewajiban pelaksanaan pemungutan pajak sebagai

pencerminan kewajiban dibidang perpajakan berada pada anggota masyarakat Wajib

Pajak sendiri. Pemerintah dalam hal ini sebagai aparatur perpajakan sesuai dengan

fungsinya berkewajiban melakukan pembinaan, pelayanan, dan pengawasan terhadap

pemenuhan kewajiban perpajakan berdasarkan ketentuan yang telah digariskan dalam

peraturan perundang-undangan perpajakan.

Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, disebutkan bahwa

Pemerintah Daerah memiliki Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang berasal dari Hasil

Pajak Daerah, Hasil Retribusi Daerah, Hasil Perusahaan Milik Daerah (BUMD),

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan, dan lain-lain Pendapatan

Daerah yang sah. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 juga menjelaskan tentang

perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah, Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah bersumber dari Pendapatan Asli Daerah dan Penerimaan berupa Dana

Perimbangan yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara,

Pendapatan Daerah, yang berupa Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, diharapkan

menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan

pembangunan daerah, untuk meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan

masyarakat. Dengan demikian, daerah mampu melaksanakan otonomi, yaitu mampu

mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa salah satu sumber

Pendapatan Asli Daerah (PAD) berasal dari pajak daerah. Pajak daerah adalah

pungutan daerah menurut peraturan yang ditetapkan guna pembiayaan pengeluaran

daerah sebagai badan hukum publik yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2009 sebagai perubahan atas Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Dimana pajak daerah terbagi menjadi 2 (dua)

jenis, yaitu pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota terdiri dari:

1. Pajak Provinsi:

a. Pajak Kendaraan Bermotor

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

d. Pajak Air Permukaan

e. Pajak Rokok

2. Pajak Kabupaten/Kota

a. Pajak Hotel

b. Pajak Restoran

c. Pajak Hiburan

d. Pajak Reklame

e. Pajak Penerangan Jalan

f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

g. Pajak Parkir

h. Pajak Air Tanah

i. Pajak Sarang Burung Walet

j. Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan

k. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

Berdasarkan jenis Pajak Daerah di atas, yang menjadi pembahasan adalah

Pajak Hiburan, dimana pajak hiburan sangat potensial dalam meningkatan

penerimaan daerah, maka dalam menyelenggarakan Pajak Hiburan tersebut

Pemerintah Daerah melalui Dinas Pendapatan Kota harus mengawasi proses

pelaksanaan Pajak Hiburan ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Daerah yang telah

ditetapkan.

Dinas Pendapatan Kota mempunyai peranan yang sangat besar dalam

menyelenggarakan Pajak Hiburan. Pajak Dinas Pendapatan Kota dituntut untuk dapat

meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Dalam melaksanakan Pajak Hiburan

tersebut Pemerintah tentunya mendapat permasalahan. Oleh karena itu, petugas yang

berwenang dalam pelaksanaan Pajak Hiburan ini harus meningkatkan kinerjanya,

sehingga dapat mengatasi permasalahan yang timbul. Apabila permasalahan tersebut

dapat diatasi, tentunya akan meningkatkan penerimaan daerah, sehingga dapat

membiayai pembangunan daerah. Banyaknya tugas yang dilakukan oleh Dinas

Pendapatan Kota Medan dalam mengelola Pajak Hiburan ini tentunya bukanlah

merupakan pekerjaan yang mudah, karena itu mahasiswa merasa perlu untuk

mengetahui lebih dalam apa saja yang harus dilakukan oleh Dinas Pendapatan Kota

Medan dalam mengelola Pajak Hiburan di Kota Medan. Hal inilah yang menjadikan

penulis memilih Dinas Pendapatan Kota Medan sebagai tempat praktik, dan

“MEKANISME PENGENAAN DAN PEMUNGUTAN PAJAK HIBURAN

PADA DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN”. sebagai objek yang menarik

untuk dijadikan wadah PKLM.

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Praktik Kerja Lapangan Mandiri merupakan suatu kegiatan intrakulikuler

yang dilaksanakan oleh mahasiswa secara mandiri yang dimaksudkan untuk

memberikan pengalaman praktis dilapangan yang secara berhubungan dengan teori-

teori keahlian yang diterima dibangku perkuliahan untuk salah satu persyaratan dalam

menyelesaikan pendidikan Program Studi Diploma Administrasi Perpajakan FISIP

USU. Setiap usaha atau kegiatan sudah tentu mempunyai tujuan dan manfaat yang

ingin dicapai.

1. Tujuan dari Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini adalah : a. Untuk mendidik dan melatih penulis agar mempunyai kemampuan dalam

berpikir secara sistematis dan kritis khususnya dalam memecahkan

permasalahan serta secara alternatif pemecahan yang terbaik.

b. Untuk meningkatkan pengetahuan penulis dibidang perpajakan terutama

dibidang Pengenaan dan Pemungutan Pajak Hiburan pada Dinas Pendapatan

kota Medan.

c. Untuk membandingkan antara teori yang diperoleh pada bangku perkuliahan

dengan kenyataan dilapangan selama mengikuti praktik kerja lapangan.

d. Untuk Mengetahui Kendala-kendala yang dihadapi Dispenkot dalam

pengenaan dan pemungutan Pajak Hiburan

e. Untuk Mengetahui Realisasi penerimaan Pajak Hiburan Tahun 2010-2012

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

a. Bagi Mahasiswa

1) Mengaplikasikan disiplin ilmu yang telah dipelajari seperti

permasalahan yang timbul selama melaksanakan Praktik Kerja

Lapangan Mandiri.

2) Meningkatkan profesionalisme, memperluas wawasan dan

memantapkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam

menerapkan ilmunya khususnya dibidang perpajakan.

3) Guna merangsang mahasiswa untuk beraktifitas dalam melakukan

pekerjaan secara efesien dan efektif melalui Praktik Kerja Lapangan.

4) Menguji dan mengukur kemampuan yang dimiliki oleh mahasiswa

dalam menghadapi situasi dunia kerja yang sebenarnya.

b. Bagi Dinas Pendapatan Kota Medan

1) Sebagai sarana untuk mempererat hubungan yang positif antara Dinas

Pendapatan Kota Medan dengan lembaga pendidikan khususnya

Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

2) Guna memenuhi kebutuhan akan tenaga-tenaga terampil yang sesuai

dengan keahliannya dan nantinya merupakan tenaga ahli yang siap

dipakai sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuni.

3) Dengan dilaksanakannya Praktik Kerja Lapangan Mandiri bagi

mahasiswa dituntut terhadap instansi Dinas Pendapatan Kota Medan

baik berupa saran maupun kritikan yang bersifat membangun yang

menjadi sumber masukan untuk meningkatkan kinerja dilingkungan

Instansi Dinas Pendapatan Kota Medan.

c. Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

1) Membuka interaksi antara dosen dengan Instansi Dinas Pendapatan

Daerah Kota Medan yang bersangkutan dalam memberikan uji nyata

mengenai ilmu pengetahuan yang diterima mahasiswa melalui Praktik

Kerja Lapangan Mandiri

2) Mempertinggi pandangan masyarakat terhadap Sumber Daya Manusia

(SDM) yang dihasilkan dari Lembaga Pendidikan Nasional khususnya

untuk Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

3) Guna meningkatkan profesionalisme, memperluas wawasan serta

memantapkan pengetahuan dan keterampilan Mahasiswa dalam

menerapkan ilmu khususnya dibidang perpajakan.

C. Uraian Teoritis

Menurut Rochmat Sumitro, pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat

kepada kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan

untuk simpanan publik (public saving) yang merupakan sumber utama untuk

membiayai investasi publik (public investment). Pemungutan adalah suatu rangkaian

kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan subjek pajak atau Retribusi,

penentuan besarnya pajak atau Retribusi yang terutang sampai kegiatan penagihan

pajak atau retribusi kepada Wajib Pajak atau Wajib Retribusi serta pengawasan

penyetorannya (Suandy, 2005 : 2).

Berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang perubahannya

Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

tentang pajak yang dimaksud dengan pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada

daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang yang bersifat memaksa

berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan

digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

Daerah Otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-

batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi

masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia (Siahaan, 2008 : 51).

Hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan, dan/atau

keramaian yang dinikmati dengan pungutan bayaran. Pajak hiburan adalah pajak atas

penyelenggaraan hiburan.

Selain itu pajak hiburan dapat pula diartikan sebagai pungutan daerah atas

penyelenggaraan hiburan. Pajak hiburan tidak mutlak ada pada seluruh daerah

kabupaten atau kota yang ada di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan kewenangan

yang diberikan kepada pemerintah kabupaten atau kota untuk mengenakan atau tidak

mengenakan suatu jenis pajak kabupaten/kota. Mengingat kondisi kabupaten dan kota

di Indonesia tidak sama, termasuk dalam hal jenis hiburan yang diselenggarakan,

maka untuk dapat diterapkan pada suatu daerah kabupaten/ kota pemerintah daerah

setempat harus mengeluarkan peraturan daerah tentang Pajak Hiburan yang akan

menjadi landasan hukum operasional dalam teknis pelaksanaan pengenaan dan

pemungutan Pajak Hiburan di daerah kabupaten/ kota yang bersangkutan.

Objek Pajak Hiburan adalah jasa penyelenggaraan Hiburan dengan di pungut

bayaran, termasuk antara lain : tontonan film, pergelaran kesenian, musik, tari,

dan/atau busana, kontes kecantikan, binaraga dan sejenisnya, pameran, diskotik,

karaoke, club malam dan sejenisnya, sirkus, akrobat, dan sulap, permainan bilyard,

golf, dan boling, pacuan kuda, kendaraan bermotor dan permainan ketangkasan

adalah termasuk penyelenggaraan wisata air antara lain : rafting, waterboom,

parasailling, dan sejenisnya, panti pijat, refleksi, mandi uap,/spa, pusat kebugaran

(fitness centre) dan pertandingan olahraga. Dan subjek Pajaknya adalah orang pribadi

atau badan yang menikmati Hiburan.

Dasar pengenaan pajak hiburan adalah jumlah pembayaran atau yang

seharusnya dibayar untuk menonton atau menikmati hiburan sebagaimana ditetapkan

dalam Harga Tiket Masuk (HTM).

Besarnya pokok pajak hiburan yang terhutang dihitung dengan cara

mengkalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak. Secara umum perhitungan

pajak hiburan adalah sesuai dengan rumus berikut:

Pajak Terhutang = Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak

= Tarif Pajak x Jumlah Pembayaran Untuk Menonton /

Menikmati Hiburan

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun yang menjadi ruang lingkup dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri

(PKLM) ini adalah:

1. Mekanisme pengenaan dan pemungutan pajak hiburan di Dinas Pendapatan

Daerah Kota Medan.

2. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pemungutan pajak hiburan.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan Pajak Hiburan

4. Upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kota Medan dalam

meningkatkan pajak hiburan

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Untuk memperoleh data-data dan informasi yang berhubungan dengan

Mekanisme Pengenaan dan Pemungutan Pajak Hiburan pada Dinas Pendapatan Kota

Medan, digunakan beberapa metode yaitu :

1. Tahap Persiapan

Yaitu dimulai dari kegiatan yang harus dilakukan oleh mahasiswa sebelum

melakukan PKLM ke objek PKLM yang meliputi kegiatan seperti pemilihan

objek PKLM, lokasi PKLM, pengajuan proposal PKLM, dan surat pengantar

PKLM dari pihak fakultas atau Program Diploma III Administasi Perpajakan.

2. Studi literatur

Merupakan kegiatan studi mencari data dan informasi dengan membaca landasan

teori, menelaah buku-buku literatur, peraturan perundang-undangan dibidang

perpajakan, majalah, surat kabar, internet, catatan-catatan, maupun bahasa tertulis

yang ada hubungannya dengan laporan PKLM.

3. Studi Observasi Lapangan

Melakukan pengamatan secara langsung untuk mengetahui keadaan kinerja pada

Dinas Pendapatan Kota Medan untuk mendapat gambaran mengenai masalah

yang akan diteliti.

4. Pengumpulan Data

Didalam melaksanakan PKLM, penulis juga mengumpulkan data yang diperlukan

dalam menyusun laporan akhir dari kegiatan PKL. Data tersebut diperoleh baik

dari hal-hal yang sudah dilihat dan tentu saja dari data-data yang diberikan pihak

dinas pendapatan daerah baik tertulis maupun data lisan. Metode pengumpulan

data terbagi dua, yaitu:

a. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh melalui wawancara terhadap orang-orang yang

dianggap mampu memberi masukan dan informasi serta observasi penulis ke

lapangan tempat objek PKLM.

b. Data Sekunder

Yaitu data atau informasi yang diperoleh melalui studi literatur melalui

sumber-sumber pustaka, undang-undang, dokumentasi maupun literatur lain

yang berhubungan dengan objek PKLM.

5. Analisis dan Evaluasi Data

Yaitu setelah data yang diperlukan telah terkumpul secara lengkap maka penulis

sudah dapat ,melakukan analisis sesuai dengan metode analisis yang tepat dan

mengevaluasi data secara kualitatif yang kemudian diinterpretasikan secara

objektif, jelas, dan sistematis.

F. Metode Pengumpulan Data

Adapun cara-cara pengumpulan data di atas adalah sebagai berikut :

1. Pengamatan (Observation Guide)

Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan cara langsung

maupun tidak langsung terjun ke lapangan untuk melakukan peninjauan

dengan mengamati, mendengar dan bila perlu membantu mengerjakan tugas

yang diberikan oleh pihak instansi dengan memberikan petunjuk atau arahan

dahulu dengan berpedoman kepada ketentuan yang berlaku pada instansi dan

tidak boleh melakukan pekerjaan yang menjadi rahasia dan memiliki resiko

yang tinggi.

2. Wawancara (Interview Guide)

Melalui metode ini penulis malakukan wawancara langsung kepada pihak-

pihak yang berkompeten dibidangnya, serta pihak-pihak lain yang dianggap

memiliki pengetahuan tentang permasalahan yang diajukan penulis.

3. Dokumentasi (Optional Guide)

Yaitu pengumpulan daftar-daftar dokumentasi yang diperlukan dalam

instansi yang bersangkutan unutuk menambah okjektifitas yang dibutuhkan

untuk melengkapi laporan PKLM. Dokumen tersebut berupa struktur

organisasi, peraturan-peraturan daerah, rencana kerja, surat keputusan.

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Dalam pembahasan penulisan laporan ini penulis menyajikan pembahasan

kedalam lima bab. Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan Laporan

Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis menjelaskan secara singkat latar belakang yang

menjadi pemikiran dalam pemilihan judul perumusan masalah,

tujuan, uraian teoritis, serta ruang lingkup Praktik Kerja Lapangan

Mandiri.

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM

Pada bab ini penulis akan menjelaskan gambaran umum Dinas

Pendapatan Kota Medan.

BAB III GAMBARAN DATA PAJAK HIBURAN

Pada bab ini penulis menguraikan secara sistematis dan terperinci

tentang peranan Dinas Pendapatan Kota dalam Pajak Hiburan,

Objek dan Subjek Pajak Hiburan, ketentuan-ketentuan yang harus

dipenuhi, dan Mekanisme Pengenaan dan Pemungutan Pajak

Hiburan.

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI

Pada bagian ini diuraikan mengenai penganalisaan masalah yang

timbul dan alternatif pemecahan masalah juga evaluasi terhadap

alternatif pemecahan masalah.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini penulis akan mengemukakan kesimpulan yang

diperoleh dari hasil-hasil pembahasan atau analisa pada bagian

diatas serta saran-saran yang diajukan oleh penulis.

DAFTAR PUSTAKA

BAB II

STRUKTUR ORGANISASI DAN FUNGSI

A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Kota Medan

Pada mulanya DISPENDA Kota Medan adalah suatu suatu sub bagian pada

bagian keuangan yang mengelola bidang penerimaan dan pendapatan daerah. Pada

sub bagian ini tidak terdapat lagi sub seksi, karena pada saat itu wajib pajak atau

wajib retribusi yang berdomisili di daerah Kota Medan belum begitu banyak.

Mempertimbangkan perkembangan pembangunan dan laju pertumbuhan

penduduk di kota Medan melalui peraturan daerah sub bagian keuangan tersebut

dirubah menjadi bagian pendapatan. Pada bagian pendapatan dibentuklah beberapa

seksi yang mengelola penerimaan Pajak dan Retribusi yang merupakan kewajiban

para Wajib Pajak atau Wajib Retribusi dalam kota Medan yang terdiri dari 21

Kecamatan, diantaranya Kecamatan Medan Tuntungan, Medan Johor, Medan

Amplas, Medan Denai, Medan Tembung, Medan Kota, Medan Area, Medan Baru,

Medan Polonia, Medan Maimun, Medan Selayang, Medan Sunggal, dan lainnya.

Sehubungan dengan instruksi Menteri Dalam Negeri KPUD No.7/12/41-10

tentang penyeragaman struktur organisasi Dinas Pendapatan Daerah diseluruh

Indonesia, maka Pemerintah Daerah Kota Medan berdasarkan PERDA no.12 Tahun

1978 menyesuaikan atau membentuk struktur organisasi Dinas Pendapatan yang baru.

Didalam struktur organisasi yang baru ini dibentuklah seksi-seksi administrasi Dinas

Pendapatan serta bagian tata usaha yang membawahi 3 (tiga) Kepala sub bagian yang

merupakan sub Sektor Perpajakan, Retribusi Daerah, dan Pendapatan Daerah lainnya

yang merupakan kontribusi yang cukup penting bagi pemerintahan daerah dalam

mendukung serta memelihara hasil-hasil pembangunan dari peningkatan pendapatan

daerah.

Bagian Tata Usaha terdiri dari 3 Kepala Sub Bagian. Peningkatan penerimaan

pendapatan daerah melalui Sub Sektor Perpajakan, Retribusi Daerah, Pendapatan

Daerah lainnya serta peningkatan pemungutan Pajak Hiburan yang merupakan

kontribusi yang cukup penting bagi Pemerintah Daerah

Meningkatnya pendapatan daerah hendaknya tidak harus ditempuh dengan

cara kebijaksanaan menaikan tarif saja, tetapi yang lebih penting dengan

memperbaiki atau menyempurnakan administrasi, sistem dan prosedur serta

organisasi dari Dinas Pendapatan Kota yang ada sekarang. Namun pada kondisi saat

ini, dirasakan tuntutan untuk perlunya meninjau kembali dan penyempurnaan Manual

Pendapatan Daerah (MAPATDA). Seiring dengan tuntutan gerak pembangunan yang

sedang berjalan terutama dari pola pendekatan yang selama ini dilakukan secara

sektoral perlu dirubah secara fungsional dan disesuaikan dengan kebijaksanaan

pemerintah yang paling akhir dibidang perpajakan, maka penyempurnaan telah

dilaksanakan secara bersungguh-sungguh sehingga berhasil disusun Manual

Pendapatan Daerah (MAPATDA).

Adapun penyempurnaan dimaksud dituangkan dalam :

1. Keputusan Menteri Dalam Negeri No.973/442 Tahun 1988 pada tanggal 26 Mei

1988, tentang sistem prosedur perpajakan, retribusi daerah, dan pendapatan

daerah lainnya serta pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan.

2. Instruksi Menteri Dalam Negeri No.10 tanggal 26 Mei 1988, tentang

pelaksanaan keputusan Menteri Dalam Negeri No.973/442 Tahun 1988.

3. Surat Menteri Dalam Negeri No.23 Tahun 1989 tanggal 26 Mei 1988, tentang

organisasi dan tata kerja Dinas Pendapatan Kota Medan.

Pendapatan Daerah Kota Medan atau Manual Pendapatan Daerah

(MAPATDA) yang dilaksanakan bertahap dan penyempurnaannya sebagai tahap

awal untuk Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan secara efektif. Berdasarkan Surat

Edaran Menteri Dalam Negeri No. 061/1861/PUOD, tanggal 2 Mei 1988, instruktur

Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara No.188.342/790/SK/1991,

tentang pelaksanaan PERDA No.16 Tahun 1991 tentang susunan organisasi dan tata

kerja Dinas Pendapatan Kota Medan.

B. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan

Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan terdiri dari :

1. Kepala Dinas

2. Sekretariat, terdiri dari :

a. Sub bagian Keuangan

b. Sub bagian Umum

c. Sub bagian Penyusunan Program

3. Bidang Pendataan Dan Penetapan terdiri dari :

a. Seksi Pendapatan dan Pendaftaran

b. Seksi Pemeriksaan

c. Seksi Penetapan

d. Seksi Pengelolaan Data dan Informasi

4. Bidang Penagihan terdiri dari :

a. Seksi Pembukuan dan Verifikasi

b. Seksi Penagihan dan Perhitungan

c. Seksi Pertimbangan dan Restitusi

5. Bidang Bagi Hasil Pendapatan terdiri dari :

a. Seksi Bagi Hasil Pajak

b. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak

c. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil

d. Seksi Peraturan Perundang-undangan dan Pengkajian Pendapatan

6. Bidang Pengembangan Pendapatan daerah :

a. Seksi Pengembangan Pajak

b. Seksi Pengembangan Retribusi

c. Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-lain

7. Unit Pelaksana Teknis (UPT)

8. Kelompok Jabatan Fungsional

C. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Kota Medan

Sesuai dengan keputusan Walikota Medan No.35 Tahun 2002 tentang Tugas

Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Kota Medan, dalam keputusan ini yang

dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kota Medan.

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintahan Kota Medan.

3. Kepala Daerah adalah Walikota Medan.

4. Wakil Kepala Daerah adalah Wakil Walikota Medan.

5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Kota

Medan.

6. Perangkat Daerah adalah organisasi/lembaga pada Pemerintahan Daerah yang

bertanggung jawab kepada Kepala Daerah dan membantu Kepala Daerah dalam

penyelenggaraan pemerintah yang terdiri atas Sekretariat Daerah, Dinas Daerah

dan Lembaga Teknis Daerah, Kecamatan dan Kelurahan sesuai dengan

kebutuhan daerah.

7. Sekretariat Daerah adalah unsur staf Pemerintah Daerah Kota Medan.

8. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kota Medan.

9. Dinas Daerah adalah Dinas Daerah Kota Medan sebagai unsur pelaksana

Pemerintah Kota Medan.

10. Dinas Pendapatan adalah Dinas Pendapatan Kota Medan.

11. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pendapatan Kota Medan.

12. Unit Pelaksana Teknis (UPT) adalah unsur pelaksana teknis pada Dinas yang

berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas.

13. Kelompok Jabatan Fungsional adalah pemegang jabatan fungsional yang

mempunyai tugas khusus sesuai dengan bidang keahliannya dan jumlahnya

disesuaikan dengan kebutuhan.

Adapun tugas pokok dari Dinas dan masing-masing seksi pada Kantor Dinas

Pendapatan Kota Medan adalah sebagai berikut :

a. Dinas

Dinas Pendapatan adalah unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam

bidang pemungutan Pajak, Retribusi dan Pendapatan Daerah lainnya yang dipimpin

oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada

Kepala Dinas melalui Sekretariat Daerah.

Dinas Pendapatan mempunyai tugas melaksanakan sebagian urusan rumah

tangga daerah dalam bidang pendapatan daerah dan melaksanakan tugas pembantuan

dengan bidang tugasnya.

Untuk melaksanakan tugas tersebut, Dinas Pendapatan mempunyai fungsi :

1) Merumuskan dan melaksanakan kebijakan tekhnis dibidang pendapatan daerah.

2) Melakukan pembukuan dan pelaporan atas pekerjaan penagihan pajak daerah,

retribusi daerah dan penerimaan asli daerah lainnya, serta penagihan PBB.

3) Melaksanakan koordinasi dibidang pendapatan daerah dengan unit dan instansi

terkait dalam rangka penetapan besarnya pajak dan retribusi.

4) Melakukan penyuluhan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah

lainnya serta PBB.

5) Melaksanakan seluruh kewenangan yang ada sesuai dengan bidang tugasnya.

6) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.

b. Sekretariat

Sekretariat dipimpin oleh sekretaris, yang berada di bawah dan bertanggung

jawab kepada Kepala Dinas. Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan

sebagian tugas pokok dibidang ketatausahaan.

Dinas lingkup kesekretariatan meliputi pengelolaan administrasi umum,

keuangan, perlengkapan, penyusunan program, kepegawaian, kerumahtanggaan dan

unsur umum lainnya.

Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, sekretariat memiliki fungsi :

1) Menyusun rencana kegiatan kerja.

2) Melaksanakan pengelolaan urusan surat menyurat dan urusan umum lainnya.

3) Mengelola urusan keuangan dan perbendaharaan serta rencana penyusunan

laporan keuangan.

4) Mengelola urusan administrasi kepegawaian dan mengelola urusan

perlengkapan kerumahtanggaan dan pengadaan barang dinas.

5) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai

dengan bidang tugasnya.

Bagian Tata Usaha terdiri dari :

a) Sub Bagian Keuangan

b) Sub Bagian Umum

c) Sub Bagian Penyusunan Program

Setiap sub bagian dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang dalam

melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris :

1) Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas mengelola keuangan dan

pembendaharaan serta menyusun laporan keuangan yang meliputi kegiatan

penyusunan rencana, penyusunan bahan, pemprosesan, pengusulan dan

verifikasi serta penyusunan laporan keuangan dinas.

2) Sub Bagian Umum, mempunyai tugas mengelola administrasi umum yang

meliputi pengelolaan tata naskah dinas, penataan kearsipan, perlengkapan, dan

penyelenggaraan kerumahtanggaan dinas serta melakukan pengelolaan

administrasi kepegawaian.

3) Sub Bagian Penyusunan Program mempunyai tugas untuk merencanakan

penerimaan pendapatan daerah, sistem dan prosedur kerja serta menyusun

kebijaksanaan teknis dan program kerja jangka pendek.

c. Bidang Pendataan dan Penetapan

Bidang Pendataan dan Penetapan dipimpin oleh seorang kepala Bidang yang

di dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada

Kepala Dinas.

Bidang Pendataan dan Penetapan mempunyai tugas melaksanakan sebagian

tugas dinas dibidang pendataan, pendaftaran, pemeriksaan penetapan, dan pengolahan

data dan informasi.

Dalam melaksanakan tugas Bidang Pendataan dan Penetapan mempunyai

fungsi :

1) Menyusun rencana kegiatan kerja serta melaksanakan pendaftaran dan

pendataan seluruh wajib pajak.

2) Melaksanakan pengelolaan data dan informasi baik dari surat pemberitahuan

pajak daerah (SPTPD), surat pemberitahuan retribusi daerah (SPRD), hasil

pemerikasaan dan informasi dari instansi yang terkait.

3) Melaksanakan penetapan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan

daerah lainnya.

4) Merencanakan dan menatausahakan hasil pemerikasaan terhadap wajib pajak

dan wajib retribusi serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Kepala Dinas sesuai dengan tugasnya.

Bidang Pendataan dan Penetapan terdiri dari :

a) Seksi Pendataan dan Pendaftaran.

b) Seksi Pemeriksaan

c) Seksi Penetapan.

d) Seksi pengelolaan Data dan Informasi.

Setiap seksi dipimpin oleh Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya

berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Pendataan dan

Penetapan.

(1) Seksi Pendataan dan Pendaftaran mempunyai tugas melaksanakan pendataan

objek pajak daerah/ retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya melalui

Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) dan surat Pemberitahuan

Retribusi Daerah (SPTRD), melaksanakan pendaftaran wajib pajak daerah/

wajib retribusi daerah melalui formulir pendaftaran, menyimpan,

mendistribusikan, memberikan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD)/

wajib retribusi daerah serta menyimpan surat perpajakan daerah lainnya yang

berkaitan dengan pendaftaran dan pendataan.

(2) Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas menyusun rencana pemeriksaan dan

melaksanakan pemerikasaan objek pajak/ retribusi, menata usaha hasil

pemeriksaan lapangan atas objek dan subjek/ retribusi serta mengirimkan

laporan hasil pemerikasaan kepada Seksi Pengelolaan Data dan Informasi.

(3) Seksi Penetapan mempunyai tugas melaksanakan perhitungan penetapan

pokok pajak daerah/ pokok retribusi daerah berdasarkan kartu data termasuk

perhitungan denda dan sanksi lainnya, menerbitkan dan mendistribusikan

serta menyimpan arsip surat perpajakan daerah/ retribusi daerah yang

berkaitan dengan penetapan, melaksanakan perhitungan jumlah angsuran

pembayaran/ penyetoran atas permohonan wajib pajak.

(4) Seksi Pengelolaan Data dan informasi mempunyai tugas melaksanakan

pengumpulan dan pengelolaan data objek pajak daerah/ retribusi daerah,

menuangkan hasil pengelolaan data informasi data kedalan kartu data serta

mengirimkan kartu data kepada seksi penetapan dan demikian sebaliknya.

d. Bidang Penagihan

Bidang Penagihan dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang dalam

melaksanakan tugasnya berasa dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala

Dinas. Bidang Penagihan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas

dibidang penagihan meliputi kegiatan pembukuan, verifikasi, penagihan dan

perhitungan restitusi, pemindah bukuan serta pertimbangan terhadap keberatan pajak

daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya.

Untuk melaksanakan tugas Bidang Penagihan mempunyai fungsi :

1) Menyusun rencana kegiatan kerja serta melaksanakan pembukuan dan

verifikasi atas pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya.

2) Melaksanakan penagihan atas tungakan pajak daerah/ retribusi daerah dan

pendapatan lainnya.

3) Melaksanakan perhitungan restitusi dan atau pemindah bukuan atas pajak

daerah/ retribusi daerah dan pertimbangan terhadap keberatan wajib pajak atas

permohonan wajib pajak.

4) Malaksanakan telaah dan saran pertimbangan terhadap keberatan wajib pajak

atas permohonan wajib pajak.

5) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai

dengan bidang tugasnya.

Bidang Penagihan terdiri dari :

a) Seksi Pembukuan dan Verifikasi.

b) Seksi Penagihan dan Perhitungan.

c) Seksi Pertimbangan dan Restitusi

Setiap seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam melaksanakan

tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Penagihan.

(1) Seksi Pembukuan dan Verifikasi mempunyai tugas melaksanakan pembukuan

dan verifikasi tentang penetapan dan penerimaan pajak daerah/ retribusi

daerah dan pendapatan daerah lainnya, melaksanakan pembukuan dan

verifikasi penerimaan dan pengeluaran benda berharga serta pendataan uang

dari hasil pungutan benda berharga kedalan kartu persediaan benda berharga,

menyiapkan laporan tentang realisasi penerimaan dan tunggakan pajak

daerah/ retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya, serta menyiapkan

laporan tentang realisasi penerimaan, pengeluaran serta sisa persediaan benda

berharga secara berkala.

(2) Seksi Penagihan dan Perhitungan mempunyai tugas melaksanakan penagihan

atas tunggakan pajak daerah/ retribusi daerah atau pendapatan daerh lainnya,

menerbitkan dan mendistribusikan serta menyimpan arsip surat perpajakan

daerah/ retribusi daerah yang berkaitan dengan penagihan.

(3) Seksi Pertimbangan dan Restitusi mempunyai tugas menerima surat keberatan

dari wajib pajak/ retribusi dan meneliti keberatan wajib pajak/ retribusi dan

mempersiapkan Surat Keputusan Kepala Dinas tentang persetujuan atas

keberatan tersebut.

e. Bidang Bagi Hasil Pendapatan

Bidang Bagi Hasil Pendapatan dipimpin oleh seorang kepala Bidang yang

dalam menjalankan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala

Dinas.

Untuk melaksanakan tugas Bidang Bagi Hasil Pendapatan mempunyai tugas,

yakni :

1) Menyusun rencana kegiatan kerja serta melaksanakan penatausahaan bagi

hasil pendapatan pajak dan bukan pajak.

2) Melaksanakan koordinasi dengan instansi pemberi bagi hasil pajak dan non

pajak.

3) Melaksanakan perhitungan penerimaan dari Dana Alokasi Umum (DAU) dan

Dana Alokasi Khusus (DAK).

4) Melaksanakan pengkajian pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan

pengkajian hasil pendapatan daerah dibidang hasil pendapat.

5) Melaksanakan tugas lain-lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai dengan

bidang tugasnya.

Bidang bagi hasil pendapatan terdiri dari :

a) Seksi Bagi Hasil Pajak.

b) Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak.

c) Seksi Penatausahaan Bagi Hasil

d) Seksi Peraturan Perundang-undangan dan Pengkajian Pendapatan.

Setiap seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam menjalan

tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas bagi hasil

pendapatan.

(1) Seksi bagi hasil pajak mempunyai tugas menerima dan mendistribusikan

Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) dan Daftar Himpunan Pokok

Pajak (DHPP), Daftar Himpunan Ketetapan Pajak (DHKP) Pajak Bumi dan

Bangunan, melaksanakan pengihan PBB, melaksanakan perhitungan

penerimaan pajak pusat dan pajak provinsi, melaksanakan perhitungan

penerimaan bagi hasil pajak lainnya serta membantu menyampaikan Surat

Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) PBB wajib pajak, menerima kembali

hasil pengisian SPOP dan mengirimkannya kepada Kantor Pelayanan PBB.

(2) Seksi bagi hasil bukan pajak mempunyai tugas melaksanakan perhitungan

penerimaan dari Dana Alokasi Khusus.

(3) Seksi penatausahaan bagi hasil pendapatan pajak dan non pajak mempunyai

tugas melaksanakan penatausahaan surat-surat ketetapan pajak bumi dan

bangunan dan menatausahakan pendapatan bagi hasil pajak dan non pajak.

(4) Seksi Peraturan Perundang-undangan dan Pengkajian Pendapatan mempunyai

tugas mengkaji tentang pelaksanaan peraturan perundang-udangan dan

melaksanakan koordinasi dengan unit terkait tentang pelaksanaan peraturan

perundang-undangan serta melaksanakan pengkajian atas penerimaan

pendapatan daerah secara periodik.

f. Bidang Pengembangan dan Pendapatan Daerah

Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah dipimpin oleh Kepala Bidang,

yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah mempunyai tugas pokok dan

fungsi, yaitu :

1) Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah mempunyai tugas pokok

melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pengembangan pajak, retribusi

dan pendapatan lain-lain.

2) Dalam melaksanakan tugas pokok Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah

menyelenggarakan fungsi :

a) penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pengembangan

Pendapatan Daerah

b) penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan pajak,

retribusi dan pendapatan lain-lain

c) pelaksanaan pengkajian potensi pajak daerah, retribusi daerah dan

pendapatan lainnya

d) penghitungan potensi pajak dan retribusi daerah

e) pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaoran lingkup bidang

pengembangan pendapatan daerah

f) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah terdiri dari :

(1) Seksi Pengembangan Pajak

(2) Seksi Pengembangan Retribusi

(3) Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-lain

Setiap seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam menjalan

tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas

Pengembangan Pendapatan Daerah.

1) Seksi Pengembangan Pajak mempunyai tugas menyiapkan rencana, program,

dan kegiatan seksi pengembangan pajak, penyusunan bahan petunjuk, teknis

lingkungan pengembangan pajak, penyiapan bahan dan data penyusunan

rencana potensi pendapatan daerah di bidang pajak Daerah.

2) Seksi Pengembangan retribusi mempunyai tugas penyiapan rencana program

dalam kegiatan seksi pengembangan retribusi, penyusunan bahan petunjuk

teknis lengkup pengembangan retribusi, penyiapan bahan dan data penyusunan

rencana potensi pendapatan daerah di bidang pengembangan daerah,

penyiapan bahan data pengkajian, pengembangan potensi retribusi daerah,

penyiapan bahan monitoring evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas,

pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang.

3) Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-lain mempunyai tugas penyiapan

rencana program dan kegiatan seksi pengembangan pendapatan lain-lain,

penyusunan bahan petunjuk teknis lingkungan pngembangan pendapatan lain-

lain, penyiapan bahan dan data penyusunan rencana potensi pendapatan lain-

lain, penyiapan bahan dan data pengkajian pengembangan potensi pendapatan

lain-lain, penyiapan bahan monitoring evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan

tugas.

g. Unit Pelaksana Teknis (UPT)

Pembentukan, nomenklatur, tugas pokok dan fungsi Unit Pelaksana Teknis

ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

h. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian

tugas Dinas Pendapatan sesuai dengan keahlian dan kebutuhan.

1) Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga dalam jenjang

jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan

keahliannya.

2) Setiap kelompok tersebut dipimpin oleh seorang tenaga fungsional senior.

3) Jumlah jabatan fungsional tersebut ditentukan berdasarkan kebutuhan daerah.

4) Jenis dan jenjang jabatan fungsional tersebut ditentukan sesuai dengan

peraturan perundang-udangan yang berlaku.

D. Gambaran Umum Pegawai Di Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

Tabel 2.1 : Jumlah Pegawai Berdasarkan Jabatan Tahun 2013

No Bagian/Subdis/Bendahara/UPT/Security Jumlah

1 Kepala Dinas 1 Orang

2 Sekretaris 1 Orang

3 Kabid Penagihan 1 Orang

4 Kabid Pengembangan dan Pendapatan 1 Orang

5 Kabid Pendataan dan penetapan 1 Orang

6 Kabid Bagi Hasil Pendapatan 1 Orang

7 Kasubbag Umum 1 Orang

8 Kasubbag Penyusunan Program 1 Orang

9 Kasubbang Keuangan 1 Orang

10 Kepala Seksi 14 Orang

24 Kepala UPT Wilayah I - VII 7 Orang

25 Kasubbag TU UPT Wilayah I - VII 7 Orang

26 Staf 305 Orang

Jumlah Pegawai 342 Orang

Sumber : Dinas Pendapatan Kota Medan Tahun 2013

Tabel 2. 2 : Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan Tahun 2013

Golongan Jumlah

Golongan IV/a 7 Orang

Golongan III/d 37 Orang

Golongan III/c 37 Orang

Golongan III/b 88 Orang

Golongan III/a 100 Orang

Golongan II/d 9 Orang

Golongan II/c 15 Orang

Golongan II/b 34 Orang

Golongan II/a 14 Orang

Golongan I/a 1 Orang

JUMLAH 342 Orang

Sumber : Dinas Pendapatan Kota Medan Tahun 2013

ORGANISASI DINAS PENDAPATAN

Sumber : Dinas Pendapatan Kota Medan 2013

DINAS

BIDANG PENGEMBANGAN PENDAPATAN DAERAH

SEKSI PERATURAN PERUNDANGUNDANGAN

DAN PENGKAJIAN

SEKSI PENGOLAHAN DATA DAN INFORMASI

UPT

SEKSI PENGEMBANGAN RETRIBUSI

SEKSI PENGEMBANGAN PENDAPATAN LAIN-LAIN

SEKSI PENGEMBANGAN PAJAK

SEKSI BAGI HASIL PAJAK

SEKSI BAGI HASIL BUKAN PAJAK

SEKSI PENATAUSAHAAN BAGI HASIL SEKSI PENETAPAN

SEKSI PEMERIKSAAN

SEKSI PENDATAAN DAN PENDAFTARAN

BIDANG PENDATAAN DAN PENETAPAN

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

SEKSI PENAGIHAN DAN PERHITUNGAN

SEKSI PEMBUKUAN DAN VERIFIKASI

BIDANG PENAGIHAN

SEKSI PERTIMBANGAN DAN

RESTITUSI

BIDANG BAGI HASIL PENDAPATAN

SUB BAGIAN UMUM

SUB BAGIAN PENYUSUNAN PROGRAM

SUB BAGIAN KEUANGAN

SEKRETARIAT

PETA JABATAN PERDA KOTA MEDAN NOMOR 3 TAHUN 2009 TANGGAL 4 MARET 2009

BAB III

GAMBARAN DATA PAJAK HIBURAN

A. Ketentuan Umum

Berdasarkan Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah, yang dimaksud dengan pajak daerah adalah kontribusi wajib

kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa

berdasarkan Undang – Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung

dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Dengan demikian

pajak hiburan itu sendiri dapat diartikan secara singkat adalah pajak atau pungutan

daerah atas penyelenggara hiburan di tempat tersedianya hiburan tersebut. Pengenaan

pajak hiburan tidak mutlak ada pada seluruh daerah kabupaten atau kota yang ada di

Indonesia. Hal ini disebabkan karena penyelenggaraan daerah otonom

sehinggadaerah mempunyai kewenangan untuk mengenakan untuk atau tidak

mengenakan suatu jenis pajak Kabupaten / Kota. Pembangunan Kabupaten / Kota

diseluruh Indonesia tentu tidak sama, demikian juga dengan penyelenggaraan pajak

hiburan, oleh karena itu untuk dapat menerapkan pada suatu daerah Kabupaten / Kota

pemerintah daerah setempat harus mengeluarkan peraturan daerah tentang pajak

hiburan yang nantinya akan menjadi landasan atau pedoman hukum operasional

dalam teknis pelaksanaan pengenaan dan pemungutan pajak hiburan di daerah

kabupaten / kota tersebut.

Dalam pemungutan pajak hiburan terdapat beberapa terminologi yang perlu

diketahui, Terminologi tersebut adalah :

1. Hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan, dan/atau

keramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran.

2. Penyelenggara hiburan adalah orang pribadi atau badan yang bertindak baik

untuk atas nama sendiri atau untuk dan atas nama pihak lain yang menjadi

tanggungannya dalam menyelenggarakan suatu hiburan.

3. Penonton atau penunjang adalah setiap orang yang menghadiri suatu hiburan

untuk melihat dan/atau mendengar, menikmatinya atau menggunakan fasilitas

yang disediakan oleh penyelenggara hiburan, kecuali penyelenggaraan

karyawan, artis (para pemain), dan petugas yang menyadari untuk melakukan

tugas pengawasan.

4. Pembayaran adalah jumlah nilai uang atau yang dapat disamakan dengan itu

yang diterima atau seharusnya diterima sebagai imbalan atas penyerahan jasa

kepada penyelenggara hiburan.

5. Tanda masuk adalah semua tanda atau alat atau cara yang sah dengan nama

dan dalam bentuk apapun yang dapat digunakan untuk menonton,

menggunakan fasilitas, atau menikmati hiburan.

6. Harga tanda masuk, yang selanjutnya disingkat HTM, adalah nilai jual yang

tercantum pada tanda masuk yang harus di bayar oleh penonton atau

pengunjung.

7. Bon Penjualan atau Bill, faktur atau invoice adalah dokumen bukti

pembayaran yang sekaligus sebagai bukti pungutan pajak, yang dibuat oleh

Wajib Pajak Hiburan pada saat pengajuan pembayaran kepada subjek pajak

Adapun Dasar Hukum pemungut pajak hiburan telah diatur pada Undang –

Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. dan

Keputusan Walikota Medan Nomor 9 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan Peraturan

Daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pajak Daerah Kota Medan yang

dimana dalam isinya terdapat peryataan yang menyatakan bahwa Kepala Daerah atau

pejabat dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk mengangsur pajak

terutang dan menunda pembayaran pajak sampai batas waktu yang ditentukan setelah

memenuhi persyaratan yang ditentukan dengan dikenakan bunga sebesar 2 % (dua

persen) dari jumlah pajak yang belum kurang bayar.

B. Subjek dan Objek Pajak Hiburan

1. Subjek Pajak Hiburan

Dalam pajak hiburan yang dimaksud dengan subjek pajak adalah orang

pribadi atau badan yang menonton dan atau menikmati hiburan. Sedangkan wajib

pajak adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan hiburan. Dengan

demikian, subjek pajak dan wajib pajak tentu berbeda peranan hak maupun

kewenangan. Misalnya orang pribadi atau badan yang menikmati pelayanan tempat

hiburan merupakan subjek pajak hiburan yang membayar atau menanggung pajak,

sedangkan penyelenggara hiburan tersebut bertindak sebagai wajib pajak hiburan

yang mempunyai kewenangan untuk memungut pajak dari subjek pajak.

Namun sebelum menjadi Wajib Pajak hiburan, subjek pajak terlebih dahulu

harus mendaftar supaya dikukuhkan menjadi wajib Pajak. Adapun tata cara pendataan

dan pendaftaran menjadi Wajib Pajak hiburan adalah :

a. Pendaftaran dilakukan terhadap subjek pajak yang berdomisili di dalam

maupun di luar wilayah daerah dan memiliki objek pajak di daerah;

b. Kegiatan pendaftaran diawali dengan mempersiapkan formulir pendaftaran

dan diberikan kepada subjek pajak;

c. Subjek pajak wajib mengisi formuli rpendaftaran dengan jelas, lengkap dan

benar serta mengembalikannya ke Dinas Pendapatan Daerah;

d. Formulir pendaftaran yang dikembalikan oleh subjek pajak dicatat dalam

daftar induk Wajib Pajak secaraberurutan, yang nantinya akan digunakan

sebagai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

2. Objek Pajak Hiburan

Objek pajak hiburan adalah setiappenyelenggaraan hiburan dengan dipungut

bayaran. Objek pajak hiburan terdiri dari :

1. Tontonan Film;

2. Pagelaran Kesenian, Musik, Tari dan/atau Busana;

3. Kontes kecantikan, Binaraga dan Sejenisnya;

4. Pameran;

5. Diskotik, Karaoke, klub malam dan sejenisnya;

6. Sirkus, akrobat dan sulap;

7. Permainan Bilyard, golf, bowling;

8. Pacuan kuda, Kendaraan bermotor dan permainan ketangkasan;

9. Panti pijat, Refleksi, mandi uap/spa, dan pusat kebugaran (Fitness center),

dan;

10. Pertandingan Olah Raga;

Namun ada juga beberapa objek pajak hiburan yangidak dikenakan pajak atau

dikecualikan yaitu penyelenggaraan hiburan yang tidak dipungut bayaran, misalnya

hiburan yang diselenggarakan dalam rangka pernikahan, ucapan adat dan kegiatan

keagamaan.

C. Dasar Pengenaan, Tarif dan Cara Perhitungan Pajak Hiburan

1. Dasar Pengenaan Pajak Hiburan

Dasar pengenaan pajak hiburan adalah jumlah pembayaran atau yang

seharusnya dibayar untuk menonton dan atau menikmati hiburan.

a. Tarif Pajak Hiburan

Tarif pajak hiburan yang telah ditetapkan oleh peraturan daerah dikenakan

paling tinggi 35% ( tiga puluh lima persen ). Tarif pajak hiburan di tiap Kabupaten /

kota tentu berbeda – beda, hal ini harus disesuaikan dengan keadaan daerahnya,

asalkan tidak melebihi tarif pajak yang telah di tetapkan yaitu 35%.

Tarif pajak dapat digolongkan menjadi 2 golongan yaitu :

1) Tarif Tunggal terdiri dari :

a) Tarif pajak tetap adalah jumlah atau angkanya tetap, tidak bergantung

besarnya dasar pengenaan pajak.

b) Tarif proposional adalah tarif objek yang persentasenya tetap dan tidak

bergantung pada besarnya dasar pengenaan pajak.

2) Tarif Tidak Tunggal, terdiri dari :

a) Tarif Progresif adalah tarif pajak yang persentasenya meningkat sesuai

besarnya atau meningkatnya dasar pengenaan pajak.

b) Tarif Degresif adalah tarif pajak yang persentasenya menurun sesuai

dengan meningkatnya dasar pengenaan pajak.

Tarif Pajak Hiburan Kota Medan adalah sebagai berikut :

a. Pertunjukan Film di Bioskop :

Tabel 3.1 : Tarif Pajak Hiburan Kota Medan Tahun 2013

Klasemen Bioskop Besar Pajak

AII Utama

AII

AI

BII

BI

C

D

Keliling

30 % dari HTM

28 % dari HTM

26 % dari HTM

24 % dari HTM

20 % dari HTM

17 % dari HTM

13 % dari HTM

10 % dari HTM

Sumber : Dinas Pendapatan Kota Medan Tahun 2013

b. Ketentuan klasemen dan besarnya harga tanda masuk untuk masing – masing

bioskop di Kota Medan akan ditetapkan lebih lanjut dengan Surat Keputusan

Kepala Daerah

c. Tata cara pengadaan / perforasi tanda masuk / karcis tontonan dan

pembayaran di muka (PDM) pajak hiburan tetap dan insidentil akan

ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan Kepala Daerah.

d. Untuk menunjukkan kesenian antara lain kesenian tradisional, pertunjukan

sirkus, pameran seni :

1) Di ruangan yang memakai AC dipungut pajak sebesar 15 % dari HTM.

2) Di ruangan yang tidak memakai AC dipungut pajak sebesar 10 % dari

HTM.

e. Untuk pameran busana, kontes kecantikan, pertunjukan / pegelaran musik dan

tari :

1) Di ruangan yang memakai AC dipungut pajak sebesar 25 % dari HTM.

2) Di ruangan yang tidak memakai AC dipungut pajak sebesar 20 % dari

HTM.

e. Untuk Diskotik, Disko, Bar, Karaoke, Klab Malam, dan sejenisnya ditetapkan

sebesar 30 % dari HTM atau jumlah pembayaran untuk menonton dan atau

menikmati hiburan di luar harga makanan/minuman yang telah dikenakan

Pajak Hotel dan Pajak Restoran.

f. Untuk Diskotik, Disko, Bar, Klub Malam yang tidak menggunakan tanda

masuk dan atau tidak membayar untuk menonton dan atau menikmati hiburan

dipungut pajak sebesar Rp 2000,- untuk setiap pengunjung di luar harga

makanan/minuman yang telah dikenakan Pajak Hotel dan atau Pajak Restoran.

g. Untuk Permainan Bilyard :

1) Di ruangan yang memakai AC dipungut pajak sebesar 20 % dari HTM

atau harga koin permeja untuk sekali permainan.

2) Di ruangan yang tidak memakai AC dipungut pajak sebesar 15 % dari

HTM atau harga koin permeja untuk sekali permainan.

h. Untuk Permainan Ketangkasan, Taman Hiburan Keluarga, Permainan Anak–

Anak antara lain Video Game, Playstation, Mini Train, Kuda Pusing, Sampan

Pusing, Speed Boat, Bom–Bom Car dan sejenisnya yang dipungut pajak

sebesar 20 % dari HTM atau harga koin.

i. Usaha Panti Pijat, Mandi Uap dan sejenisnya dipungut pajak 20 % dari HTM

per jam, Salon Kecantikan dipungut sebesar 20 % dari jumlah pembayaran.

j. Pertunjukan pertandingan olah raga antar klub dalam negeri dipungut pajak

sebesar 15 % dari HTM, sedangkan pertandingan olah raga dengan dukungan

antar bangsa dipungut sebesar 20 % dari HTM.

k. Taman Rekreasi, Kolam Renang, Kolam Pancing dan sejenisnya dipungut

pajak sebesar 10 % dari HTM.

l. Untuk jenis hiburan yang tidakmenggunakan tanda masuk dipungut pajak

sebesar 20 % dari jumlah pembanyaran.

m. Untuk persewaan permainan internet dipungut pajak 10 % dari nilai sewa per

jam.

2. Cara Perhitungan Pajak Hiburan

Cara menghitung besarnya pajak hiburan yang terutang adalah dengan

mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak atau secara umum dapat dirumuskan

sebagai berikut :

Pajak terutang = Tarif pajak x Dasar pengenaan pajak

= Tarif pajak x Jumlah pembayaran

untuk menikmati hiburan

Di dalam pajak hiburan terdapat juga masa pajak yang merupakan jangka

waktu yang lamanya sama dengan tahun takwim. Tahun takwim sama dengan satu

tahun lamanya atau biasanyadihitung mulai dari bulan Januari sampai dengan

Desember.

Selanjutnya di dalam masa pajak atau tahun pajak, Wajib Pajak harus

membayar pajak yang terutang berdasarkan ketentuan Peraturan Daerah mengenai

pajak hiburan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah. pajak hiburan yang

terutang akan dipungut di wilayah atau daerah tempat hiburan tersebut

diselenggarakan. Hal ini karena kewenangan yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah

yang terbatas akan tempat hiburan yang berlokasi dan terdaftar dalam lingkup

wilayah administrasinya.

D. Mekanisme Pemungutan Pajak Hiburan

Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data

objek dan subjek pajak atau retribusi, penentuan pajak atau retribusi yang terutang

sampai kegiatan penagihan pajak atau retribusi kepada wajib pajak atau wajib

retribusi serta pengawasan penyetoran”. Untuk itu wajib pajak terlebih dahulu

melaporkan jenis usahanya kepada Dinas Pendapatan daerah dengan mekanisme

sebagai berikut :

1. Pengukuhan Wajib Pajak

Wajib pajak hiburan, wajib melaporkan usahanya kepada Dinas Pendapatan

Kota Medan dalam jangka waktu tertentu selambat –lambatnya tiga puluh hari setelah

izin penyelenggaraan hiburan diperoleh untuk dikukuhkan dan diberikan Nomor

Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD). Surat keputusan pengukuhan yang

dikeluarkan oleh Kepala Dinas Pendapatan Daerah kabupaten / kota tidak merupakan

dasar untuk menentukan mulai saat terutang pajak hiburan. Tetapi hanya merupakan

sarana dalam administrasi dan pengawasan bagi petugas atau fiskus Dinas

Pendapatan Daerah. Apabila penyelenggara hiburan tidak mendaftarkan usahanya

dalam jangka waktu yang ditentukan, Kepala Dinas Pendapatan Daerah, akan

menetapkan pengusaha atau penyelenggara hiburan tersebut sebagai wajib pajak

jabatan. Penetapan secara jabatan ini dimaksudkan untuk memberikan nomor

pengukuhan dan NPWPD dan bukan merupakan untuk penetapan besarnya pajak

terutang.

2. Pendaftaran Pendataan

Kegiatan pendaftaran diawali dengan mempersiapkan formulir pendaftaran

dan diberikan kepada Wajib Pajak. Wajib Pajak wajib mengisi formulir pendaftaran

dengan jelas, lengkap, dan benar serta mengembalikannya ke Dinas Pendapatan

Daerah. Formulir pendaftaran yang dikembalikan oleh Wajib Pajak dicatat dalam

Daftar Induk Wajib Pajak secara berurutan yang digunakan sebagai NPWPD.

3. Laporan Pajak dan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD)

Wajib pajak hiburan wajib melaporkan kepada bupati/walikota dalam praktek

sehari–hari ditujukan kepada Kepala Dinas Pendapatan Daerah kabupaten / kota,

mengenai perhitungan dan pembayaran pajak hiburan yang terutang. Wajib pajak

yang telah memiliki NPWPD, setiap awal masa pajak wajib mengisi SPTPD. SPTPD

diisi dengan jelas, lengkap, benar dan ditandatangani oleh wajib pajak atau kuasanya

dan disampaikan kepada walikota / bupati atau pejabat yang ditunjuk sesuai dengan

jangka waktu yang ditentukan. Biasanya, SPTPD harus disampaikan selambat-

lambatnya lima belas hari setelah berakhir masa pajak. Seluruh data perpajakan yang

diperoleh dari daftar isian tersebut kemudian dihimpun dan dicatat dituangkan dalam

berkas atau kartu data yang merupakan hasil akhir yang akan dijadikan sebagai dasar

dalam perhitungan dan penetapan pajak yang terutang. Keterangan dan dokumen

yang harus dicantumkan dan atau dilampirkan pada SPTPD ditetapkan oleh Walikota.

Walikota atas permohonan wajib pajak dengan alasan yang sah dan dapat

diterima dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian SPTPD untuk jangka

waktu tertentu. SPTPD dianggap tidak dimasukkan jika wajib pajak tidak sepenuhnya

melaksanakan ketentuan pengisian dan penyampaian SPTPD yang telah ditetapkan.

Wajib pajak yang tidak melaporkan atau melaporkan tidak sesuai dengan batas waktu

yang telah ditentukan akan dikenakan sanksi administrasi berupa denda sesuai dengan

ketentuan peraturan daerah dalam peraturan daerah kota Medan.

Pemungutan pajak hiburan pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan dapat

dibagi dua kegiatan yang masing - masing memiliki sistem pemungutan yang

berbeda, yaitu:

a. Penyelenggaraan hiburan rutin.

Dalam penyelenggaraan hiburan rutin dapat dibagi atas dua, yaitu:

1) Penyelenggaraan atas hiburan rutin yang menggunakan tiket masuk.

Terhadap wajib pajak yang menyelenggarakan hiburan rutin dengan

menggunakan tiket tanda masuk seperti bioskop, kolam renang umum,

penyelenggaraan tempat-tempat wisata rekreasi dan sejenisnya,

pelaksanaan pemungutan dan pembayaran wajib pajak ditetapkan dengan

sistem official assesment.

2) Penyelenggaraan hiburan rutin yang tidak menggunakan tiket tanda

masuk.

Terhadap wajib pajak yang menyelenggarakan hiburan rutin dengan tidak

menggunakan tiket tanda masuk seperti diskotik / karaoke, video game,

panti pijat dan kegiatan sejenisnya, pelaksanaan pemungutan dan

pembayaran wajib pajak hiburan ditetapkan dengan self assesment.

Dengan sistem ini wajib pajak berkewajiban untuk melakukan

pembayaran setiap bulannya ke kantor kas Dinas Pendapatan Daerah

dengan menyampaikan SPTPD.

b. Penyelenggaraan hiburan insidentil

Terhadap kegiatan peyelenggaraan hiburan insidentil sistem pemungutannya

semi self assesment, dimana pada saat peyelenggaraan hiburan wajib pajak diberi

wewenang untuk melakukan penjualan tiket dan pada masa akhir peyelenggaraan

berakhir fiskus atau petugas pemungut pajak yang telah ditunjuk Dinas

Pendapatan Daerah menentukan ketetapan pajak terutang atau menentukan

besarnya pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak dalam hal ini adalah

penyelenggaraan hiburan. Biasanya wajib pajak menyampaikan tiket untuk acara

hiburan insidentil tersebut dalam waktu minimal tujuh hari sebelum acara

dilaksanakan, juga untuk mengajukan permononan legalisasi / porporasi tiket dengan

memberikan jumlah tiket.

1. Sistem Pemungutan Pajak

a. Official Assestment system

Official Assestment System adalah suatu sistem pemungutan yang memberi

wewenang kepada pemerintah (FISKUS) untuk menentukan besarnya pajak yang

terutang oleh wajib pajak.

ciri-cirinya :

1) wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus

2) wajib pajak bersifat pasif

3) utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus

b. Self Assestment System

Self Assestment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi

wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang

terutang.

ciri-cirinya adalah :

1) wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib pajak

sendiri

2) wajib pajak aktif mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri

pajak yang terutang.

3) fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

c. With Holding System

With Holding System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi

wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak) yang

bersangkutan untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

ciri-cirinya wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak

ketiga selain fiskus dan wajib pajak.

2. Tata Cara Pemungutan Pajak

Tata Cara Pemungutan Pajak, yaitu :

a. Wajib Pajak/Penyelenggara mengajukan Surat Permohonan Perforasi Karcis

kepada Kadispenda Kota Medan

b. Subdis Datap (Sie Tapda) mempersiapkan Surat Permohonan Perforasi,

ditujukan kepada Bendaharawan Khusus Benda Berharga Dispenda Kota

Medan. Subdis Datap (Sie Tapda) memverifikasi hasil penjualan karcis

sesuai dengan Berita Acara Pemeriksaan, Laporan Hasil Penjualan dan

Pemakaian Karcis untuk dituangkan ke Kartu Data selanjutnya menerbitkan

SKPD/SKPDKB.

c. Bendaharawan Penerima Dispenda Kota Medan mempersiapkan Bukti

Tanda Terima Uang Jaminan untuk selanjutnya menyetorkan jaminan dari

penyelenggara ke Bendaharawan Penerima Dispenda Kota Medan.

Bendaharawan Penerimaan mempersiapkan SSPD (Surat Setoran Pajak

Daerah) sesuai dengan SKPD/SKPDKB.

d. Petugas Lapangan mengawasi penyelenggaraan acara dilapangan, antara lain

seperti peredaran karcis/tanda masuk.

e. Petugas lapangan mempersiapkan Berita Acara Pemeriksaan, Laporan Hasil

Penjualan dan Pemakaian Karcis atas penyelenggaraan acara dilapangan.

f. Wajib Pajak/Penyelenggara mengajukan Surat Laporan hasil Penjualan Tiket

kepada Kadispenda Kota Medan sekaligus menyerahkan sisa karcis ke

Bendaharawan Benda Berharga.

g. Menyetor Pajak Hiburan ke Bendaharawan Penerima Dispenda Kota Medan

dengan menyertakan SSPD dan Bukti Tanda Terima Uang Jaminan.

E. Penetapan Pajak Hiburan

1. Berdasarkan Surat Pemberitahuan Daerah, Kepala Daerah atau Pejabat

menetapkan pajak terutang dengan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah

(SKPD) yang dipersamakan dengan itu;

2. Apabila Surat Ketetapan Pajak Daerah tidak atau kurang setelah lewat waktu

paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak SKPD diterima, dikenakan sanksi

administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan dan ditagih

dengan menerbitkan SKPD;

3. Wajib Pajak Hiburan dalam menghitung, memperhitungkan, menetapkan,

membayar dan melaporkan sendiri pajak yang terutang menggunakan SPTPD;

4. Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah saat terutangnya pajak, Kepala

Dinas atau Pejabat yang dihunjuk dapat menerbitkan :

a. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB)

b. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPDKBT)

c. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil (SKPDN)

5. SKPDKB diterbitkan :

a. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang

terutang tidak atau kurang bayar, dikenakan sanksi administrasi berupa

bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang

atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh

empat) bulan sejak saat terutangnya pajak sampai dengan diterbitkanya

SKPDKB;

b. Apabila SPTPD tidak disampaikan kepada Kepala Dinas dalam jangka

wakti 15 (lima belas) hari sejak diterima dan setelah ditegur secara

tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam

surat teguran dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2%(dua

persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar

untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulansejak saat

terutangnya pajak sampai dengan diterbitkannya SKPDKB;

c. Apabila kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak terutang

dihitung secara jabatan dan dikenakan sanksi administrasi berupa

kenaikan sebesar 25% (dua puluh lima persen) sebulan dihitung dari

pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama

24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak sampai

dengan diterbitkannya SKPDKB.

6. SKPDKBT diterbitkan apabila ditemukan data baru yang semula belum

terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terutang, akan

dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% (seratus persen)

dari jumlah utang pajak tersebut;

7. SKPDN diterbitkan apabila jumlah pajak terutang sama besarnya dengan

jumlah pajak yang telah disetor;

8. Apabila kewajiban membayar pajak terutang dalam SKPDKB dan SKPKBT

tidak sepenuhnya dibayar dalam jangka waktu yang ditentukan, ditagih

dengan menerbitkan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD) ditambah dengan

sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan;

9. Penambahan jumlah pajak yang terutang tidak dikenakan pada Wajib Pajak

apabila melaporkan sendiri sebelum dilakukan pemeriksaan.

F. Tata Cara Pembayaran Pajak Hiburan

Untuk memperlancar pembayaran pajak hiburan sebaiknya, Wajib Pajak

mengetahui bagaimana tata cara pembayaranpajak hiburan. Berikut adalah tata cara

pembayaran pajak hiburan :

1. Pembayaran pajak hiburan dilakukan di Kas Daerah atau tempat yang ditunjuk

oleh Kepala Daerah dalam waktu 30 ( tiga puluh ) hari setelah diterimanya

Surat Pemberitahuan Pajak Daerah ( SPTD ), Surat Ketetapan Pajak Daerah

(SKPD), Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar ( SKPDKB ), Surat

Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan ( SKPDKBT ), Surat

Tagihan Pajak Daerah ( STPD );

2. Apabila pembayaran pajak hiburan dilakukan di tempat lain yang ditunjuk

hasil penerimaan pajak harus disetor ke Kas Daerah selambat – lambatnya 1 x

24 jam

3. Pembayaran pajak hiburan dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran

Pajak Daerah ( SSPD );

4. Pembayaran pajak hiburan dengan sistem Self Assesment system, dilakukan

di Kas Daerah atau tempatlain yang ditunjuk oleh Kepala Daerah pada tanggal

7, 14, 21 dan 28 berdasarkan SPTPD atas pajak yang telah dipungut dalam

masa pajak bila mana tanggal tersebut jatuh pada tanggal libur maka jadwal

pembayaran dimundurkan pada tanggal berikutnya;

5. Pembayaran pajak hiburan harus dilakukan sekaligus atau lunas;

6. Kepala Daerah atau Pejabat dapat memberikan persetujuan kepada wajib

pajak untuk mengangsur pajak terutang dalam kurun waktu tertentu setelah

memenuhi;

7. Angsuran pajak hiburan harus dilakukan secara teratur dan berturut – turut

dengan dikenakan bunga sebesar 2% ( dua persen ) sebulan dari jumlah pajak

yang belum atau kurang bayar;

8. Kepala Daerah dan Pejabat dapat memberikan persetujuan kepada Wajib

Pajak atau penunda pembayaran pajak sampai batas waktu yang ditentukan

setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dengan dikenakan bunga

sebesar 2% ( dua persen ) dari jumlah pajak yang belum atau kurang bayar;

9. Persyaratan untuk dapat mengangsur dan menunda pembayaran serta tata cara

pembayaran angsuran dan penundaan ditetapkan oleh Kepala Daerah atau

pejabat.

G. Tata Cara Penagihan Pajak

Apabila pajak hiburan terutang tidak dilunasi setelah jatuh tempo

pembayaran, pejabat yang ditunjuk akan melakukan tindakan penagihan pajak.

1. Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan akan memberikan surat teguran atau

surat lain yang sejenis yang dikeluarkan oleh pejabat sebagai awal tindakan

pelaksanaan penagihan atas melalaikan pajak hiburan yang dikeluarkan 7

(tujuh) hari sejak saat tanggal jatuh tempo pembayaran pajak;

2. Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari sejak surat teguran atau surat lain yang

sejenis diterbitkan, wajib pajak harus melunasi pajak yang terutang;

3. Apabila jumlah pajak terutang yang masih harus dibayar tidak dilunasi oleh

wajib pajak dalam jangka waktu sebagaimana ditetapkan dalam surat teguran

atau surat lain yang sejenis, maka jumlah pajak yang harus dibayar ditagih

dengan Surat Paksa;

4. Pejabat menerbitkan surat paksa setelah lewat 21 (dua puluh satu) hari sejak

tanggal surat teguran atau surat lain yang sejenis diterbitkan;

5. Jika pajak yang masih harus dibayar belum dilunasi dalam jangka waktu 2 x

24 jam sejak surat paksa diterbitkan, pejabat menerbitkan Surat Perintah

Melaksanakan Penyitaan (SPMP);

6. Setelah dilakukan penyitaan dan wajib pajak tetap belum juga melunasi pajak

yang masih harus dibayar, maka setelah tanggal 10 (sepuluh) hari sejak

tanggal pelaksanaan surat perintah melaksanakan penyitaan, pejabat

mengajukan permintaan penetapan tanggal pelelangan kepada Kantor Lelang

Negara;

7. Setelah Kantor Lelang Negara menetapkan hari, tanggal, jam dan tempat

pelaksanaan lelang, juru sita memberitahukan secara tertulis kepada wajib

pajak.

H. Ketentuan Pidana

1. Wajib pajak yang karena kealpaan tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi

dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang

tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah dapat dipidana dengan

pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak 2 (dua)

kali jumlah pajak yang terutang;

2. Wajib pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi

dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang

tidak benar sehigga merugikan keuangan daerah dapat dipidana dengan pidana

kurungan paling lama 2 (dua) tahun dan atau denda paling banyak 4 (empat)

kali jumlah pajak yang terutang.

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI

A. Analisa Masalah yang dihadapi

Dalam upaya meningkatkan penerimaan daerah melalui pajak hiburan masih

ditemui masalah – masalah yang harus dicari solusinya dalam rangka upaya

peningkatan penerimaan pajak daerah.

Sebagaimana hasil wawancara penulis dengan pegawai Dinas Pendapatan

Daerah Kota Medan, penulis dapat mengetahui apa yang menjadi masalah dalam

upaya yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan untuk memperoleh

data – data yang benar dari wajib pajak, permasalahan yang dihadapi adalah :

1. Sulitnya bertemu dengan Wajib Pajak, dikarenakan Wajib Pajak tidak

ingin bertemu atau memiliki kesibukan pada saat dia ingin dijumpai. Pada

saat Wajib pajak diberikan surat pemberitahun tetapi Wajib Pajak tersebut

tidak mengindahkannya, maka diberikan surat Peringatan Pertama (5 Hari)

dan apabila masih belum diindahkan maka diberi peringatan kedua (2

Hari). Karena banyaknya Wajib Pajak tidak patuh dengan surat peringatan

kedua itu maka Wajib Pajak tersebut ditetapkan secara jabatan.

2. Beberapa Wajib Pajak yang tidak mau untuk menyampaikan Surat

Pemberitahuan (SSPT) sendiri, tetapi mereka menggunakan jasa

Konsultan.

3. Keterlambatan Wajib Pajak dalam Penyampaian Surat Pemberitahuan

(SPT) Pajak Hiburan.

4. Data dari Wajib Pajak tidak lengkap seperti laporan penjualan. Kalau tidak

lengkap dilakukan penongkrongan (penjagaan) kompetensi dari Wajib

Pajak selama 30 hari kerja (1 bulan kalender).

5. Tingkat kesadaran wajib pajak yang masih rendah dalam memenuhi

kewajibannya untuk membayar pajak. Rendahnya kesadaran masyarakat

umum dalam memenuhi kewajiban perpajakannya dapat disebabkan oleh

minimnya pengetahuan mereka arti, manfaat, dan tujuan pembayaran

pajak. Apabila mereka memiliki pengetahuan yang cukup untuk itu, maka

cara pandang mereka terhadap kewajiban perpajakannya pun akan

berubah. sehingga mereka dapat memenuhi kewajiban perpajakannya

dengan baik.

6. Masih adanya beberapa wajib pajak yang memiliki tunggakan – tunggakan

pajak.

7. Masih ditemui atau masih adanya petugas Dinas Pendapatan Daerah Kota

Medan yang belum bekerja secara efektif khususnya bagi petugas yang

berkaitan dengan penyuluhan.

8. Susahnya untuk menjumpai pimpinan yang menyelenggarakan objek

hiburan guna untuk dimintai keterangan mengenai data – data penghasilan

yang didapat agar Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan dapat

mengetahui berapa besar penghasilan yang didapat dan menghindari

penyimpangan terhadap wajib pajak.

9. Kurang tegasnya peraturan daerah dalam mengatur pajak daerah.

B. Upaya Yang Dilakukan Dalam Meningkatkan Pajak Hiburan

Berdasarkan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) yang telah penulis

lakukan di Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan dan dengan melihat data yang

berhasil penulis peroleh dari Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan telah

melaksanakan kewajibannya dalam hal upaya peningkatan penerimaan pajak hiburan.

Adapun upaya yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan :

1. Melakukan pendataan terhadap wajib pajak sehingga data yang disampaikan

dapat lebih mendekati akuratisasi data.

2. Melakukan pendataan atas Usaha Game Online yang ada di Wilayah UPT se

Kota Medan dalam upaya menjaring Wajib Pajak Baru dari sektor permainan

Ketangkasan Pajak Hiburan.

3. Melakukan Koordinasi dengan bendahara SKPD yang ada dilingkungan

Pemko Medan, Selaku Wajib Pungut dalam hal pemungutan Pajak Hiburan

atas kegiatan yang dilakukan oleh SKPD terkait.

4. Melakukan Koordinasi dengan SKPD yang terkait perizinan, antara lain

dengan Dinas Pariwisata dan BPPT, dalam hal menjaring Wajib Pajak Baru,

yang mana arus terlebih dahulu terdaftar dan memiliki Nomor Pokok Wajib

Pajak Daerah (NPWPD) dalam rangka pengurusan Izin Usaha Baru. Untuk

Wajib Pajak Lama, terlebih dahulu harus melunasi pajak terutangnya untuk

dapat memperpanjang izin usaha.

5. Membentuk Tim Terpadu berdasarkan SK Walikota Medan No. 503/078/2013

tentang Tim Terpadu Penegakan Peraturan Daerah Terhadap Tempat –

Tempat Usaha dalam Rangka Peningkatan Pendapatan Asli Daerah. Hasil

nyata yang diperoleh sejak terbentuknya Tim Terpadu ini adalah

meningkatnya PAD yang berasal dari pembayaran pajak terutang Wajib

Pajak.

6. Memfungsikan pengawasan dari Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan dan

bekerjasama dengan administrasi terkait / Tim Terpadu ( Dinas Pariwisata,

Satpol PP, Polisi, Kejaksaan dan Kodim ) dengan tujuan untuk melaksanakan

penagihan kepada wajib pajak khususnya wajib pajak yang tidak taat

membayar pajak, bagi wajib pajak terutang, menunggak dan sekaligus

peninjauan data lapangan yang sebenarnya.

7. Mengadakan peninjauan ulang atau mendata ulang apabila terjadi kesalahan

dalam pemeriksaan. Agar tidak terjadi kesalahan dalam pendataan, apabila

dilakukan peninjauan kembali atau meneliti data dengan benar sehingga tidak

adanya lagi kesalahan – kesalahan dalam perhitungan besar pajak yang

seharusnya terutang.

8. Pemeriksaan wajib pajak secara terus dilakukan dengan menggunakan self

assessment system dan juga official assesment. Pemeriksaan secara self

assessment System digunakan untuk memeriksa objek pajak hiburan yang

tergolong hiburan mewah yang penghasilannya melebihi Rp 300.000.000,-

(tiga ratus juta rupiah) perbulan, sedangkan pemeriksaan yang menggunakan

official assessment system digunakan untuk memeriksa objek pajak hiburan

yang tergolong hiburan biasa – biasa saja atau tidak tergolong mewah yang

penghasilannya kurang atau dibawah Rp 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah)

perbulan.

9. Melakukan pengawasan secara rutin kepada wajib pajak, hal ini dilakukan

guna untuk menghindari adanya penyimpangan atau adanya data yang tidak

benar disampaikan oleh wajib pajak.

C. Target dan Realisasi Pajak Hiburan Kota Medan

Dalam penetapan Pajak Hiburan, Pemerintah Daerah menetapkan target yang

hendak dicapai. Agar lebih jelasnya, penulis akan menggambarkan penerimaan Pajak

Hiburan pada Dinas Pendapatan Kota Medan dapat dilihat pada tabel ini :

Tabel 4.1 : Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Hiburan Kota Medan

Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) Persentase (%)

2009 9.556.580.000,00 9.995.090.144,30 104,59 %

2010 15.051.561.000,00 12.944.719.326,63 86,00%

2011 25.308.417.400,00 15.612.200.659,93 61,69%

2012 33.308.417.000,00 21.262.060.747,81 63,83%

Sumber : Dinas Pendapatan Kota Medan Tahun 2013

Pada tahun 2009 target yang ditetapkan adalah sebesar Rp. 9.556.580.000,00

kenyataan dilapangan realisasi penerimaan mencapai target sebesar Rp.

9.995.090.144,30 dengan persentase 104,59 %.

Namun pada tahun anggaran 2010 s/d 2012, realisasi penerimaan Pajak

Hiburan tidak dapat mencapai target penerimaan yang telah ditetapkan dimana pada

tahun Pada tahun 2010 target yang telah ditetapkan sebesar Rp. 15.051.561.000,00

kenyataan dilapangan realisasi penerimaan mencapai target Rp. 12.944.719.326,63

dengan persentase 86,00%. Penerimaan pajak Hiburan pada tahun 2011 jauh dari

target yang ditetapkan dimana target yang ditetapkan yaitu sebesar Rp.

25.308.417.400,00 sedangkan kenyataan dilapangan realisasi penerimaan sebesar Rp.

15.612.200.659,93 dengan persentase 61,69%. Demikian juga pada tahun 2012

dimana target yang ditetapkan adalah Rp. 33.308.417.000,00 sedangkan realisasi

penerimaannya adalah Rp. 21.262.060.747,81 dengan persentase 63,83%.

Tidak tercapainya target penerimaan pajak Hiburan tahun 2010-2012

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kurangnya kesadaran wajib pajak dalam

membayar pajaknya, dimana wajib pajak cenderung berusaha menghindari

pembayaran pajaknya dengan cara menunda-nunda pembayaran pajak. Disamping itu

juga dapat disebabkan karena berkurangnya efektivitas pemungutan pajak Hiburan

yang dilakukan petugas pajak untuk lebih maksimal lagi dalam memungut pajak

Hiburan.

Melalui upaya-upaya yang telah dan sedang dilakukan oleh Dinas Pendapatan

Kota Medan, diharapkan untuk tahun-tahun berikutnya realisasi penerimaan Pajak

Hiburan dapat mencapai ataupun melebihi target penerimaan pajak Hiburan yang

telah ditetapkan. Dengan adanya peningkatan tersebut, maka akan meningkatkan

pendapatan daerah yang bersumber dari pajak, sehingga dapat mendukung

pelaksanaan pembangunan di daerah.

Oleh karena itu, diperlukan adanya kerjasama antara petugas dan masyarakat

yang menjadi wajib pajak yaitu dengan meningkatkan setoran pajak dari setoran yang

lama, melaksanakan pembayaran sesuai dengan waktu dan menuangkan temuan yang

ada dilapangan sesuai dengan hasil verifikasi agar tujuan yang ingin dicapai oleh

pemerintah daerah dapat terlaksana sesuai dengan yang telah direncanakan.

D. Jumlah Wajib Pajak Hiburan Dengan Self Assesment Dan Official

Assesment Tahun 2011

Jumlah Wajib Pajak Hiburan Tahun 2011 yang terdaftar di Dinas Pendapatan

Kota Medan adalah sebanyak 205 WP yang menggunakan Self Assesment,

sedangkan jumlah Wajib Pajak yang menggunakan Official Assesment berjumlah 494

WP.

Berikut ini adalah tabel Jumlah Wajib Pajak Hiburan yang menggunakan

System Self Assesment Maupun Official Assesment serta pembagian restorannya:

Tabel 4.2 : Jumlah Wajib Pajak Hiburan Kota Medan

No Jenis Pajak Wajib Pajak Jumlah

Self Official

1 Diskotik 20 WP - 20 WP

2 Karaoke 82 WP - 82 WP

3 Mandi Uap/Spa 69 WP - 69 WP

4 Pagelaran Seni/Musik/Tari/Busana - 73 WP 73 WP

5 Panti Pijat/Refleksi - 112 WP 112 WP

6 Permainan Bilyard - 176 WP 176 WP

7 Permainan Ketangkasan - 112 WP 112 WP

8 Pertandingan Olahraga - 6 WP 6 WP

9 Pusat Kebugaran - 12 WP 12 WP

10 Sirkus/Aeroik/Sulap - 3 WP 3 WP

11 Tontonan Film/ Bioskop 33 WP - 33 WP

12 Bowling 1 WP - 1 WP

Sumber : Dinas Pendapatan Kota Medan

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian permasalahan yang dikemukakan penulis dari hasil

Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) di Dinas Pendapatan Kota Medan dan dari

studi pustaka yang dilakukan penulis, penulis menyimpulkan :

1. Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan atau pungutan

daerah atas penyelenggaraan hiburan

2. Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan Mekanisme Pengenaan dan

Pemungutan Pajak Hiburan sudah dilakukan dengan maksimal.

3. Tarif pajak hiburan ditetapkan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan kondisi

daerahnya sehingga tarif untuk setiap daerah tidak selalu sama.

4. Hasil penerimaan pajak daerah khususnya pajak hiburan sebagian besar

diserahkan kepada Pemerintah Daerah untuk menopang otonomi daerah dan

pembangunan daerah.

5. Potensi pajak hiburan dari tahun ke tahun mengalami penurunan dikarenakan

banyaknya WP yang tidak patuh dengan Kewajibannya.

6. Adapun masalah yang dihadapi oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

yaitu : tingkat kesadaran wajib pajak yang masih rendah, masih ada beberapa

tunggakan – tunggakan pajak hiburan yang belum dibayar wajib pajak, sulit

menemui pimpinan yang menyelenggarakan objek hiburan, masih adanya

petugas Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan yang masih belum bekerja

secara efektif dan kurang tegasnya peraturan daerah dalam mengatur pajak

daerah dapat diselesaikan dengan baik.

7. Adapun upaya yang dilakukan Dinas Pendapatan Daerah untuk mengatasi

masalah yang dihadapi sehingga penerimaan meningkat adalah : melakukan

pendataan terhadap wajib pajak, memfungsikan pengawasan dari Dinas

Pendapatan Daerah Kota medan dan bekerjasama dengan Tim Terpadu (Dinas

Parawisata, Satpol PP, Polisi, Kejaksaan, Kodim) untuk melaksanakan

penagihan, mengadakan peninjauan ulang apabila terjadi kesalahan dalam

pendataan, melakukan pemeriksaan terhadap wajib pajak, melakukan

pengawasan secara rutin kepada wajib pajak untuk menghindari adanya data

yang tidak benar disampaikan wajib pajak.

B. SARAN

Dalam Rangka Menyukseskan penerimaan pajak Hiburan Kota Medan pada

masa yang akan dating, penulis memberikan saran :

1. Dinas pendapatan Daerah Kota Medan harus dapat menciptakan kerjasama

yang baik terhadap sesama pegawai maupun kepada masyarakat agar wajib

pajak tahu mereka membayar pajak berarti mereka turut serta membiayai

pembangunan daerah untuk kesejahteraan masyarakat.

2. Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan harus mengelola pajak daerah sesuai

dengan Undang – Undang Perpajakan yang berlaku dengan baik dan benar

serta selalu menjaga sifat yang jujur, sopan dan tegas dalam melakukan

pelayanan terhadap wajib pajak.

3. Harus dilakukan upaya-upaya oleh Pemerintah Kota Medan untuk

meningkatkan penerimaan pajak hiburan melalui Dinas Pendapatan Daerah

Kota Medan yaitu dengan melakukan pemeriksaan secara efektif terhadap

usaha yang dijalankan wajib pajak, penagihan tunggakan – tunggakan pajak

dan penggaliaan potensi pajak.

4. Dinas Pendapatan Kota Medan harus mensosialisasikan Peraturan

Pemerintah Kota Medan agar lebih bisa dipahami dan dilaksanakan oleh

wajib pajak.

5. Harus diadakan peningkatan kerja petugas – petugas yang berkaitan dengan

bidang penyuluhan, bidang penagihan dan pengawasan pajak.

6. Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan harus menambah sarana dan

prasarana yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Siahaan Marihot P., 2005, Pajak dan Retribusi Daerah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Suandy Erly, 2005, Hukum Pajak, Edisi Tiga, Salemba Empat, Jakarta.

Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001, tentang Pajak Daerah.

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak hiburan.

Peraturan Walikota Medan Nomor 35 Tahun 2011 Tentang Petujuk Teknis Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Sumber Lain http://hukum-pajak.blogspot.com/2010/04/tata-cara-pemungutan-pajak.html