Laporan Tut 3

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/2/2019 Laporan Tut 3

    1/24

    Laporan Skenario III Blok Pediatri

    Mengapa Belum Bisa Jalan?

    Kelompok B11 :

    G0009086 FITRIA MARIZKA K

    G0009002 ABDULLAH M AZAM

    G0009018 ANISA FEBRINA D

    G0009026 ARDININGSIH

    G0009042 CAESARIA SARAH S

    G0009080 FEBRIAN KANTATA JN

    G0009116 KRISMAWARNI G

    G0009160 NURRINI S Y

    G0009182 RIANI DWI HASTUTI

    G0009186 RIZAL TAHTA M

    G0009204 STEFANNY C N

    Tutor :

    Pendidikan Dokter Semester VI

    Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

    Surakarta 2012

  • 8/2/2019 Laporan Tut 3

    2/24

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar BelakangTumbuh kembang anak merupakan hal yang sangat penting pada

    anak. Hal itu berpengaruh terhadap kualitas hidup di masa mendatang.

    Tumbuh kembang anak dapat dinilai dan dipantau secara dini dan

    intensif sejak bayi lahir. Kompetensi dokter umum salah satunya

    adalah memberikan konseling kepada tumbuh kembang anak,

    mendeteksi gejala keterlambatan tumbuh kembang anak secara dini

    menggunakan metode yang telah ditetapkan, mempelajari gangguan

    tumbuh kembang angk baik dalam tingkatan somatik, genetik,

    maupun epigenetik. Pada skenario ini akan membahas tentang tumbuh

    kembang anak secara mendalam.

    B. SkenarioSuryadi, bocah berusia 2,5 tahun itu hanya bergelayut manja di

    gendongan sang ibu. Ia belum bisa merangkak apalagi berjalan dan

    sampai saat ini belum sepatah kata pun bisa diucapkannya, hanya

    rengekan pelan yang keluar dari mulutnya. Berdasarkan hasil

    pemeriksaan Denver II oleh dokter didapatkan adanjya keterlambatan

    di semua domain perkembangan.

    C. Tujuan1. Menjelaskan empat domain perkembangan anak menurut Denver

    (motorik kasar, motorik halus, bahasa dan perkembangan sosial)

    2. Menjelaskan kelainan perkembangan yang ditemukan pada hasilskrining (contoh: developmental delay, autism, pervasive

    develeopmental delay, retardasi mental)

  • 8/2/2019 Laporan Tut 3

    3/24

    BAB II

    DISKUSI

    LANGKAH TUTORIAL

    1. Jump 1. Klarifikasi Istilaha. Perkembangan : bertambahnya fungsi tubuh yang lebih kompleks;

    Hasil pematangan, diferensiasi organ yang berkembang sehingga dapat

    berfungsi, termasuk emosi, intelektual, dan tingkah laku.

    b. Doamin perkembangan : Aspek-aspek perkembangan pada anak yangbisa dinilai, yaitu: 1.) motorik, 2.) sosial, 3.) emosional, 4.) language/

    bahasa, 5.) cognition.

    c. Denver II : Merupakan revisi dari DDDST dan DDSTR, berupaskrining kelainan perkembangan anak.

    2. Jump 2. Menentukan dan Mendefinisikan Masalah-

    Keadaan pasien: Bocah laki-laki 2,5 tahun Belum bisa merangkak dan berjalan Belum keluar sepatah kata Hanya merengek dan bergelayut manja

    - Pemeriksaan Denver II: Ada keterlambatan di semua domain perkembangan

    3. Jump 3 : Menganalisis Permasalahan dan Membuat PenyataanSementara Mengenai Permasalahan (tersebut dalam langkah 2)

    - Setiap anak memiliki tahap-tahap pertumbuhan dan perkembanganyang harus dilaluinya sesuai dengan pertambahan usia

    - Ditemukannya keterlambatan perkembangan pada anak harus diperiksasampai sejauh mana keterlambatan tersebut terjadi dengan

    menggunakan pemeriksaan-pemeriksaan tertentu

  • 8/2/2019 Laporan Tut 3

    4/24

    - Adanya keterlambatan dalam tugas perkembangan anak harus ditinjaulagi apa penyebabnya

    4. Jump 4: Menginventarisasi Permasalahan Permasalahan padaLangkah 3

    1. Bagaimana tumbuh kembang anak yang normal?2. Bagaimanakah yang disebut Pemeriksaan Denver II?3. Bagaimana kriteria keterlambatan pada pemeriksaan Denver II?4. Apakah pemeriksaan lain untuk menilai tumbuh kembang anak?5. Apakah kemungkinan penyebab keterlambatan tumbuh kembang

    anak?

    6. Apakah hal-hal yang mempengaruhi tumbuh kembang anak?7. Bagaimana penatalaksanaan keterlambatan tumbuh kembang?8. Bagaimana prognosis pada anak dengan tumbuh kembang yang

    terlambat?

    5. Jump 5: Merumuskan Tujuan Pembelajaran1. Mengetahui tahap-tahap tumbuh kembang anak yang normal2. Mengetahui kriteria keterlambatan tumbuh kembang anak3. Mengetahui pemeriksaan untuk memeriksa keterlambatan tumbuh

    kembang anak

    4. Mengetahui penyebab keterlambatan tumbuh kembang anak5. Mengetahui penatalaksanaan keterlambatan tumbuh kembang anak

    6. Jump 6 : Mengumpulkan Informasi BaruMahasiswa secara aktif dan mandiri mempelajari tujuan

    pembelajaran dan pertanyaan yang belum sempat terjawab di pertemuan

    pertama.

    7. Jump 7 : Melaporkan, Membahas, dan Menata Kembali InformasiBaru yang Diperoleh

  • 8/2/2019 Laporan Tut 3

    5/24

    BAB III

    TINJAUAN PUSTAKA DAN PEMBAHASAN

    A. Tahap Tumbuh Kembang Anak NormalPerkembangan dan kepandaian psikomotor

    1. Motorik Kasar- Tangan mengepal : 1 bulan- Miring : 3 bulan- Tengkurap : 8 bulan- Merangkak : 10 bulan- Berjalan tak jatuh : 18 bulan- Berlari : 24 bulan- Berdiri dengan 1 kaki : 36 bulan- Berjinjit : 48 bulan2. Motorik Halus- Melihat sekitar : 1 bulan- Memegang benda : 4 bulan- Memindah benda : 12 bulan- Menggambar garis : 18 bulan- Menggambar lingkaran : 24 bulan- Menggambar silang : 36 bulan- Menggambar orang : 48 bulan3. Bahasa- Bersuara : 1 bulan- Tertawa : 4 bulan- Berteriak : 7 bulan- Ucapkan 1 kata : 10 bulan- Ucapkan 2 kata : 12 bulan- Tanpa arti : 18 bulan- Bicara jelas : 36 bulan- Bicara lancar : 48 bulan4. Sosial- Melihat orang : 1 bulan- Mengenal orang : 4 bulan- Bermain : 7 bulan

  • 8/2/2019 Laporan Tut 3

    6/24

    - Berikan mainan : 12 bulan- BAB/ BAK teratur : 18 bulan- Ada kehendak BAB/BAK : 24 bulan- Pakai sepatu sendiri : 36 bulan- Bermain bersama : 48 bulan

    B. Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anaka. Faktor genetik

    Merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses

    tumbuh kembang anak. Melalui instruksi genetik yang terkandungdi dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan

    kuantitas pertumbuhan. Potensi genetik yang bermutu hendaknya

    dapat berinteraksi dengan lingkungan secara positif sehingga

    dapat diperoleh hasil akhir yang optimal. Penyakit keturunan

    yang disebabkan oleh kelainan kromosom seperti Sindrom

    Down, Sindrom Turner, dll.

    b. Faktor lingkungan 1) Lingkungan prenatal

    Yang termasuk faktor lingkungan prenatal adalah gizi ibu

    saat hamil, adanya toksin atau zat kimia, radiasi, stress,

    anoksia embrio, imunitas, infeksi dan lain-lain.

    2) Lingkungan post natalc. Faktor biologis

    Yang termasuk didalamnya adalah ras (suku bangsa), jenis

    kelamin, umur, gizi, perawatan kesehatan, kepekaan terhadap

    penyakit, penyakit kronis, fungsi metabolisme, hormon.

    d. Faktor fisikYang termasuk di dalamnya adalah cuaca (musim, keadaan

    geografis), keadaan rumah, sanitasi, radiasi, dll.

  • 8/2/2019 Laporan Tut 3

    7/24

    e. Faktor psikososialYang termasuk di dalamnya adalah stimulasi, ganjaran/hukuman

    yang wajar, motivasi belajar, keluarga sebaya, sekolah, stress,

    cinta dan kasih sayang, kualitas interaksi anak dan orang tua.

    f. Faktor keluarga dan adat istiadatYang termasuk di dalamnya adalah pekerjaan/ pendapatan

    keluarga, pendidikan ayah dan ibu, jumlah saudara, jenis kelamin

    dalam keluarga, stabilitas rumah tangga, kepribadian ayah dan

    ibu, adat istiadat, norma, agama, dll.

    Kebutuhan Dasar Anak:

    a. Kebutuhan fisik-biomedis (ASUH)Meliputi pangan/gizi, perawatan kesehatan dasar, pemukiman

    yang layak, higienitas perorangan, sandang, kesegaran jasmani,

    rekreasi dan lain-lain.

    b. Kebutuhan emosi/kasih sayang (ASIH)Pada tahun-tahun pertama kehidupan, hubungan yang erat, mesra

    dan selaras antara ibu/pengganti ibu dengan anak merupakan

    syarat mutlak untuk menjamin tumbuh kembang anak yang

    selaras baik fisik, mental maupun psikososial. Kasih sayang

    orang tuanya akan menciptakan ikatan yang erat (Bounding) dan

    kepercayaan (Basic trust).

    c. Kebutuhan akan stimulasi mental (ASAH)Stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses belajar

    (Pendidikan dan pelatihan) pada anak. Stimulasi mental ini

    mengembangkan perkembangan mental psikososial: kecerdasan,

    ketrampilan, kemandirian, kemandirian kreativitas, agama,

    kepribadian, moral-etika, produktivitas dan sebagainya.

  • 8/2/2019 Laporan Tut 3

    8/24

    C. Pemeriksaan untuk Menilai Tumbuh Kembang Anaka. Pemeriksaan Denver II

    Denver II adalah revisi utama dari restandardisasi Denver

    Development Screening Test (DDST) dan Revisied Denver

    Developmental Screening Test (DDST-R). DDST adalah salah

    satu dari metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak.

    Tes ini bukan tes diagnostik atau tes IQ. Waktu yang dibutuhkan

    15-20 menit. Aspek Perkembangan yang dinilai terdiri dari 125

    tugas perkembangan. Tugas yang diperiksa setiap kali skrining

    hanya berkisar 25-30 tugas. Ada 4 sektor perkembangan yang

    dinilai:

    1). Personal Social (perilaku sosial)Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri,

    bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.

    2). Fine Motor Adaptive (gerakan motorik halus)Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk

    mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan

    bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil,

    tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.

    3).Language (bahasa)Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara,

    mengikuti perintah dan berbicara spontan.

    4). Gross motor(gerakan motorik kasar)Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.

    Alat yang digunakan:

    1) Alat peraga: benang wol merah, kismis/manik-manik,Peralatan makan, peralatan gosok gigi, kartu/permainan ular

    tangga, pakaian, buku gambar/kertas, pensil, kubus warna

  • 8/2/2019 Laporan Tut 3

    9/24

    merah-kuning-hijau-biru, kertas warna (tergantung usia

    kronologis anak saat diperiksa).

    2) Lembar formulir DDST II.3) Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara

    melakukan tes dan cara penilaiannya.

    Prosedur DDST terdiri dari 2 tahap, yaitu:

    1) Tahap pertama: secara periodik dilakukan pada semua anakyang berusia: 3-6 bulan, 9-12 bulan, 18-24 bulan, 3 tahun, 4

    tahun dan 5 tahun.

    2) Tahap kedua: dilakukan pada mereka yang dicurigai adanyahambatan perkembangan pada tahap pertama. Kemudian

    dilanjutkan dengan evaluasi diagnostik yang lengkap.

    Penilaian: Jika lulus (passed = P), gagal(fail = F), ataukah anak

    tidak mendapat kesempatan melakukan tugas (no opportunity =

    NO).

    Cara pemeriksaan DDST II:

    1) Tetapkan umur kronologis anak, tanyakan tanggal lahir anakyang akan diperiksa. Gunakan patokan 30 hari untuk satu

    bulan dan 12 bulan untuk satu tahun.

    2) Jika dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan kebawah, jika sama dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan ke

    atas.

    3) Tarik garis berdasarkan umur kronologis yang memotong garishorizontal tugas perkembangan pada formulir DDST.

    4) Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang Pdan berapa yang F.

    5) Berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasikan dalam:normal, abnormal, meragukan dan tidak dapat dites.

  • 8/2/2019 Laporan Tut 3

    10/24

    a) Abnormal- Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan pada 2

    sektor atau lebih.

    - Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 ataulebih keterlambatan plus 1 sektor atau lebih dengan

    1 keterlambatan dan pada sektor yang sama

    tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang

    berpotongan dengan garis vertikal usia .

    b) Meragukan- Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau

    lebih.

    - Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1keterlambatan dan pada sektor yang sama tidak ada

    yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan

    garis vertikal usia.

    c) Tidak dapat ditesApabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes

    menjadi abnormal atau meragukan.

    d) NormalSemua yang tidak tercantum dalam kriteria di atas.

    Pada anak-anak yang lahir prematur, usia disesuaikan hanya

    sampai anak usia 2 tahun:

    Contoh perhitungan anak dengan prematur: An. Lula lahir

    premature pada kehamilan 32 minggu, lahir pada tanggal 5

    Agustus 2006. Diperiksa perkembangannya dengan DDST II pada

    tanggal 1 April 2008. Hitung usia kronologis An. Lula.

    Diketahui: Tanggal lahir An. Lula : 5-8-2006

    Tanggal periksa : 1-4-2008

  • 8/2/2019 Laporan Tut 3

    11/24

    Prematur : 32 minggu

    Ditanyakan: Berapausiakronologis An. Lula?

    Jawab: 200841 An. Lula prematur 32 minggu

    200685 Aterm = 37 minggu

    Maka 3732 = 5 minggu

    1726

    Jadi usia An. Lula jika aterm (tidak prematur) adalah 1 tahun 7

    bulan 26 hari atau 1 tahun 8 bulan atau 20 bulan. Usia tersebut

    dikurangi usia keprematurannya yaitu 5 minggu x 7 hari = 35 hari,

    sehingga usia kronologis An. Lula untuk pemeriksaan DDST II

    adalah: 1 tahun 7 bulan 26 hari35 hari = 1 tahun 6 bulan 21 hari

    atau 1 tahun 7 bulan atau 19 bulan.

    Interpretasi dari nilai Denver II:

    1) AdvancedMelewati pokok secara lengkap ke kanan dari garis usia

    kronologis (dilewati pada kurang dari 25% anak pada usia lebih

    besar dari anak tersebut).

    2) OKMelewati, gagal, atau menolak pokok yang dipotong

    berdasarkan garis usia antara persentil ke-25 dan ke-75.

    3) CautionGagal atau menolak pokok yang dipotong berdasarkan garis

    usia kronologis di atas atau diantara persentil ke-75 dan ke-90.

    4) DelayGagal pada suatu pokok secara menyeluruh ke arah kiri garis

    usia kronologis; penolakan ke kiri garis usia juga dapat

    dianggap sebagai kelambatan, karena alas an untuk menolak

    mungkin adalah ketidakmampuan untuk melakukan tugas

    tertentu.

  • 8/2/2019 Laporan Tut 3

    12/24

    Interpretasi:

    1) NormalTidak ada kelambatan dan maksimum dari satu kewaspadaan.

    2) SuspectSatu atau lebih kelambatan dan atau dua atau lebih banyak

    kewaspadaan.

    3) UntestablePenolakan pada satu atau lebih pokok dengan lengkap ke kiri

    garis usia atau pada lebih dari satu pokok titik potong

    berdasarkan garis usia pada area 75% sampai 90%.

    Rekomendasi untuk rujukan tes Suspect dan Untestable:

    Skrining ulang pada 1 sampai 2 minggu untuk

    mengesampingkan faktor temporer.

    Meskipun pemeriksaan Denver merupakan pemeriksaan

    paling tua dan paling terkenal dalam menilai perkembangan anak.

    Pemeriksaan denver kemudian harus mengalami revisi menjadi

    Denver-II. Untuk menentukan adanya masalah pekembangan,

    secara individu anak dinilai tingkat intelegensinya, kemampuan

    berbahasa, prestasi serta kemampuannya dalam beradaptasi.

    Masalah perkembangan, termasuk keterlambatan

    berbahasa, kesulitan belajar, retardasi mental ringan dan

    keterambatan perkembangan fungsional, ditemukan pada sekitar

    17% anak. Denver-II dapat mengidentifikasi dengan benar 83%

    kasus yang ada sehingga Pemeriksaan denver-II dapat dikatakan

    memiliki sensitivitas yang tinggi. Namun, hampir 50% dari anak

    dengan perkembangan normal diidentifikasi sebagai abnormal,

    meragukan dan tidak dapat ditentukan. Karenanya, pemeriksaan

    Denver-II memiliki spesifitas yang rendah yakni 43%. Selain itu,

    meskipun telah dilakukan pda 2000 anak dalam menadapatkan data

    normatif, semua anak tersebut berasal dari Colorado, sehingga

  • 8/2/2019 Laporan Tut 3

    13/24

    tidak diketahui apakah penilaian perkembangan dengan Denver

    dapat digunakan untuk anak-anak di seluruh dunia yang heterogen.

    Ditambah lagi, Denver II dipublikasikan tanpa data mengenai

    validitas, sensitivitas dan spesifitas. Hal-hal tersebut diatas lah

    yang kemudian menjadi dasar kritikan terhadap pemeriksaan

    denver II.

    b. Pemeriksaan lainPenilaian pertumbuhan dan perkembangan dapat dilakukan

    sedini mungkin sejak anak dilahirkan. Deteksi dini merupakan

    upaya penjaringan yang dilaksanakan secara komprehensif untuk

    menemukan penyimpangan tumbuh kembang dan mengetahui serta

    mengenal faktor risiko pada balita, yang disebut juga anak usia

    dini.

    Melalui deteksi dini dapat diketahui penyimpangan tumbuh

    kembang anak secara dini, sehingga upaya pencegahan, stimulasi,

    penyembuhan serta pemulihan dapat diberikan dengan indikasi

    yang jelas pada masa-masa kritis proses tumbuh kembang. Upaya-

    upaya tersebut diberikan sesuai dengan umur perkembangan anak,

    dengan demikian dapat tercapai kondisi tumbuh kembang yang

    optimal.

    Penilaian pertumbuhan dan perkembangan meliputi dua hal

    pokok, yaitu penilaian pertumbuhan fisik dan penilaian

    perkembangan. Masing-masing penilaian tersebut mempunyai

    parameter dan alat ukur tersendiri.

    Dasar utama dalam menilai pertumbuhan fisik anak adalah

    penilaian menggunakan alat baku (standar). Untuk menjamin

    ketepatan dan keakuratan penilaian harus dilakukan dengan teliti

    dan rinci. Pengukuran perlu dilakukan dalam kurun waktu tertentu

    untuk menilai kecepatan pertumbuhan.

  • 8/2/2019 Laporan Tut 3

    14/24

    Parameter ukuran antropometrik yang dipakai dalam

    penilaian pertumbuhan fisik adalah tinggi badan, berat badan,

    lingkar kepala, lipatan kulit, lingkar lengan atas, panjang lengan,

    proporsi tubuh, dan panjang tungkai. Menurut Pedoman Deteksi

    Dini Tumbuh Kembang Balita (Tim Dirjen Pembinaan Kesmas,

    1997) dan Narendra (2003) macam-macam penilaian pertumbuhan

    fisik yang dapat digunakan adalah:

    1) Pengukuran Berat Badan (BB)Pengukuran ini dilakukan secara teratur untuk memantau

    pertumbuhan dan keadaan gizi balita. Balita ditimbang setiap

    bulan dan dicatat dalam Kartu Menuju Sehat Balita (KMS

    Balita) sehingga dapat dilihat grafik pertumbuhannya dan

    dilakukan interfensi jika terjadi penyimpangan.

    2) Pengukuran Tinggi Badan (TB)Pengukuran tinggi badan pada anak sampai usia 2 tahun

    dilakukan dengan berbaring., sedangkan di atas umur 2 tahun

    dilakukan dengan berdiri. Hasil pengukuran setiap bulan dapat

    dicatat pada dalam KMS yang mempunyai grafik pertumbuhan

    tinggi badan.

    3) Pengukuran Lingkar Kepala Anak (PLKA)PLKA adalah cara yang biasa dipakai untuk mengetahui

    pertumbuhan dan perkembangan otak anak. Biasanya ukuran

    pertumbuhan tengkorak mengikuti perkembangan otak,

    sehingga bila ada hambatan pada pertumbuhan tengkorak maka

    perkembangan otak anak juga terhambat. Pengukuran

    dilakukan pada diameter occipitofrontal dengan mengambil

    rerata 3 kali pengukuran sebagai standar.

  • 8/2/2019 Laporan Tut 3

    15/24

    D. Penyebab Keterlambatan Tumbuh Kembang Anaka. Mental Retardasi (MR)

    MR (keterbelakangan mental) adalah suatu keadaan dimana

    kemampuan intelektual di bawah rata-rata dan di sertai dengan

    penurunan perilaku adaptasi dan manivestasinya selama masa

    perkembangan. Biasanya kelihatan saat umur anak di atas 3 tahun.

    MR dapat di klasifikasikan menjadi 3 :

    1. Educable (mampu untuk di didik) = IQ 50 s/d 752. Try Enable (mampu untuk di latih) = IQ 25 s/d 493. Custodial (mampu rawat) = IQ 0 s/d 24

    Penyebab MR (Mental Retardasi) adalah :

    Pre Natal (saat kehamilan) : anoxia (kurang oksigen), infeksi ibu sepertitoksoplasma rubella, sipilis, kekurangan gizi.

    Natal (saat kelahiran) : anoxia, prematur, lahir dengan di vakum, dll. Post Natal (saat pertumbuhan 0-3 tahun) : anoxia, trauma kepala, kuarang

    gizi, dll.

    2. Down Sindrome

    Down Sindrome adalah gangguan mental syndrome akibat dari jumlah kromosom

    yang tidak normal dan memiliki ciri yang khas seperti wajah mongoloid. 90%

    kasus di sebabkan karena kelebihan kromosom ke-21, perpindahan komponen

    kromosom 21 pindah ke kromosom yang lain sehingga pada manusia normal

    mempunyai 2 garis kromosom yang sama (linear) menjadi tidak seimbang karena

    salah satu kromosomnya menjadi 47 (pada normalnya 46).

    Penyebab yang lainnya adalah faktor usia pada saat ibu hamil. Berdasarkan

    penelitian dimana usia ibu melahirkan >= 40 tahun lebih beresiko melahirkan

    anak dengan down syndrome dari pada ibu-ibu muda.

    3. Autis

    Autis adalah gangguan tumbuh kembang anak pada masa kanak-kanak dengan

    karakteristik sebagai berikut :

    1. Kurang atau tidak adanya respon terhadap orang lain.2. Penurunan dalam berkomunikasi atau berbicara.

  • 8/2/2019 Laporan Tut 3

    16/24

    3. Bereaksi yang aneh terhadap berbagai aspek lingkungan.4. Gangguan berbicara seperti ecolalia.5. Melakukan sesuatu tanpa tujuan.

    Autis kelihatan di saat umur anak di atas 3 tahun.

    Penyebab autis secara pasti belum di ketahui, di duga autis disebabkan karena

    adanya gangguan reticular system aktif (system saraf pusat), faktor genetik,

    metabolic dan biochemical.

    Banyak orang tua yang melaporkan anak autis mengalami kemajuan pesat setelah

    tidak mengkonsumsi susu sapi dan terigu. Kenapa demikian ? alasannya karena

    hampir semua anak autis menderita Multiple Food Alergi / Alergi Makanan,

    sehingga perlu dilakukan pengaturan dukungan nutrisi yang sesuai dan seimbang,

    sebagai contoh yang paling sering terjadi menurut pengalaman saya, kebanyakan

    anak autis lebih sering cenderung bersikap hiperaktif bila di beri susu sapi,

    cokelat, dan makanan yang terbuat dari terigu.

    Pengaturan nutrisi dan diet untuk anak autis berikut contoh bahan makanan dan

    minuman yang dilarang, adalah :

    Diet bebas Gluten dan Kasein. Gluten : Makanan yang mengandung terigu( Mie, roti, biskuit ).Kasein : mentega,mozarella butter, butter, susu sapi,

    yoghurt, susu kambing, susu bubuk, keju, laktalbumin, cream.

    Diet bebas gula : gula pasir, soft drink, sirup, fruit juice kemasan. Diet bebas jamur/fermentasi : minuman fermentasi, kecap, vermipan,

    tauco, baking soda, keju, soft drink.

    Diet bebas zat aditif : pewarna makanan, penambah rasa, dan pengawetmakanan.

    Diet bebas fenol dan salisilat : buah berwarna cerah, anggur, apel, almond,cherry, plum, prune, jeruk, tomat.

    Diet rotasi dan eliminasi : diketahui dan dilakukan setelah melakukan testalergi.

    Pengaturan alat masak dan saat pemberian makanan : Alat masak daribahan yang tidak mengandung logam berat. Makanan yang tinggi protein

    di berikan saat makan pagi untuk mencegah anak hiperaktif.

  • 8/2/2019 Laporan Tut 3

    17/24

    Pemberian suplemen yang sesuai.Catatan : sebaiknya sebelum melakukan diet, lakukanlah test alergi terlebih

    dahulu.

    4. ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorder)

    ADHD adalah suatu kondisi yang di gunakan untuk menggambarkan anak-anak

    dengan itelegensi rata-rata atau di bawah rata-rata yang mempunyai tingkat

    perkembangan yang tidak sesuai pada area atensi dengan adanya implusive dan

    hiperaktif.

    Penyebab gangguan ini tidak di ketahui secara pasti, faktor penyebabnya mungkin

    berhubungan dengan kerusakan sistem saraf pusat selama atau sebelum

    kehamilan, faktor genetik, hiperaktif di sebabkan oleh kurangnya penyaringan

    stimulasi eksternal.

    5. Gangguan Congenital

    Gangguan Congenital adalah suatu kondisi yang di tandai dengan malformasi

    pada anggota tubuh yang terjadi selama proses kehamilan. Penyebab secara pasti

    masih belum di ketahui, kemungkinan faktor genetik atau metabolisme.

    6. Cerebral Palsy

    CP (Cerebral Palsy) adalah kelainan anggota gerak yang di sebabkan oleh

    gangguan otak/cidera otak yang sifatnya tidak progresif, sehingga berdampak

    pada sistem motorik anak.

    Penyebabnya :

    a. Prenatal (saat kehamilan)

    Infeksi seperti : Rubella, toksoplasma, cipilis.

    Anoxia (kekurangan oksigen).

    Trauma kehamilan.

    b. Natal (saat kelahiran)

    Prematur

    Lahir dengan divakum

    Anoxia

    c. Post Natal (saat pertumbuhan 0-3 tahun)

    Trauma kepala

  • 8/2/2019 Laporan Tut 3

    18/24

    Anoxia

    CP (Cerebral Palsy) ada beberapa macam, yaitu :

    - CP Spastik : kerusakan terjadi di otak besar.

    - CP Atetoik : lokasi gangguan ada di otak besar.

    - CP Ataksia : terjadi gangguan pada otak kecil.

    - CP Flaccid : gangguan pada otot.

    a. Penatalaksanaan Keterlambatan Tumbuh Kembang Anak

    Terlambat Bicara

    Diagnosis

    Menetapkan klasifikasi penyimpangan berbahasa atau bicara :

    Ekspresif, Resepsif, dan Kesukaran Bicara : biasanya merupakan

    efek jangka pendek dan jangka panjang OM (Otitis Media) pada usia

    sampai 2 tahun.

    Interval/pengobatan

    Konservatif. Aktif terhadap keadaan yang akut, bila keadaan tenang dianjurkan ke

    Rumah Sakit dengan pelayanan yang sudah lengkap dengan speech

    therapy (terapi wicara).

    Pada Autism / ADHD perlu secara multidisiplin dengan Psikolog danPsikiater dan Rehabilitasi Medik, serta peningkatan interaksi anak dengan

    orang tua.

    Konseling apabila diperlukan alat bantu dengar.Gagal Tumbuh

    Pengobatan :

    Sasaran pengobatan adalah diet dan pola makan anak, perkembangan anak,ketrampilan pengasuhnya, dan penyakit organik yang ditemukan

    Diet dengan kalori tinggi 150% dari kebutuhan kalori/BB ideal/hari. Pemantauan secara ketat selama 1-2 minggu pertama, dan memperhatikan

    kenaikan berat badan yang dicapai.

    Diperlukan pendampingan ahli gizi, kerja sama dengan tenaga lulusanAkademi Gizi bisa berperan membantu keberhasilan pengobatan.

  • 8/2/2019 Laporan Tut 3

    19/24

    Stimulasi perkembangan anak harus diajarkan pada orang tua yang kurangmemahami cara-caranya. Dukungan moril untuk pengasuh agar konsisten

    dalam mengasuh anak dengan gagal tumbuh membutuhkan kesabaran, dan

    ketekunan. Perbaikan nutrisi terlambat dapat mempengaruhi jangka

    panjang kondisi anak.

    Untuk menjamin perbaikan holistik mungkin dapat diupayakan suatutempat penitipan anak sementara (day care).

  • 8/2/2019 Laporan Tut 3

    20/24

    b. Resusitasi Bayi baru LahirResusitasi Kebutuhan bayi akan resusitasi sebagian dapat

    diantisipasi dengan memperhatikan faktor-faktor risiko yang ada misalnya

    bayi yang lahir dari ibu yang pernah mengalami abortus, ibu dengan

    penyakit kronik, kelainan letak, persalinan lama, prolaps tali pusat,

    ketuban pecah dini, pre-eklamsia, dan lain-lain. Namun, karena pada

    beberapa kasus, kebutuhan akan resusiatsi bayi baru lahir tidak dapat

    diantisipas sebelum dilahirkan sehingga penolong harus siap melakukan

    resusitasi pada setiap kelahiran. Dalam pelaksanaan resusitasi, hendaknya

    sealu melakukan pemantauan terhadap nilai APGAR yang berfungsi untuk

    menentukan keberhasilan resusitasi yang telah dilakukan dan menentukan

    prognosis.

    c. Patofisiologi bayi dengan keadaan lahir tidak menangis, apneu, dankebiruan

    Apnea adalah penghentian napas lebih dari 20 detik dengan atau

    tanpa sianosis, hipottonia atau bradikardia. Penyebabnya berkaitan dengan

    kegagalan mekanisme eksitatori untuk berfungsi secara tepat di pusat

    pernafasaan di otak. Ketidakmatangan sistem saraf pusat pada bayi sering

    menjadi faktor resiko terjadinya apnea pada bayi dan paling sering terjadi

    selama tidur aktif. Apnea juga terjadi pada bayi prematur selama aktivitas

    normal tertentu seperti menyusu.

    Insidens

    1. Apnea idiopatik pada bayi cukup bulan jarang terjadi2. Sekitar 1/3 bayi yang gestasinya kurang dari 32 minggu mengalami

    episode apnea

    3. Lebih dari 50% bayi yang berat badannya kurang dari 1,5 kgmemerlukan penanganan untuk mengatasi kekambuhan episode

    apnea jangka panjang

  • 8/2/2019 Laporan Tut 3

    21/24

    4. Apnea obstruktif paling sering disebabkan oleh hipertrofi adenoiddan tonsil.

    Manifestasi klinis

    a. Henti napas selama lebih dari 20 detik dengan atau tanpa sianosis,bradikardia ataau hipotonisitas

    b. MendengkurKomplikasi yang terjadi berkaitan dengan penyebab pokoknya. Jika

    apnea terjadi karena faktor perkembangan, kondisi ini akan kembali

    pulih seiring pertumbuhan anak. Namun apabila apnea bayi disebabkan

    oleh etiologi lain maka penanganan, diagnosis dan prognosis jangka

    panjangnya akan bergantung pada penyebabnya.

    Penatalaksanaan medis, bayi yang dicurigai apnea dipantau dengan

    menggunakan kardiorespirator. Penatalaksanaan apnea episode apnea

    segera adalah dengan memberikan stimulus halus dengan menggosok

    punggung atau kaki bayi. Jika bayi tidak berespon jalan napas harusterbuka dan resusitasi jantung paru (RJP) harus segera dimulai.

    Cecily linn betz, 2009 oleh EGC

    Sianosis yang terjadi akibat peningkatan Hb reduksi dua kali dari

    normal yang mengakibatkan kebiruan pada selaput lendir dan kulit.

    Normal Hb reduksi adalah 2,5 gr/dL darah kapiler.

    Klasifikasi sianosis

    1. Sianosis periferDisebabkan vasokonstriksi pembuluh darah , obstruksi arteri atau

    vena, dan kelainannya bersifat lokal pada daerah obstruksi

    2. Sianosis sentral, disebabkan :a). Darahnya tidak tersaturasi oksigenb). Derivat Hb yang abnormal seperti MetHbc). Hb yang memiliki afinitas rendah terhadap oksigen

    3. Gabungan

  • 8/2/2019 Laporan Tut 3

    22/24

    (Prof. dr. Hadiarto Mangunnegoro, Sp.P(K), 2012)

    Sianosis pada bayi baru lahir biasanya terjadi pada bayi dengan

    sindrom gawat napas idiopatik atau disebut juga penyakit membran hialin,

    yaitu kondisi hipoksia dan cedera paru yang terjadi akibat atelektasis

    primer yang luas. Atelektasis primer adalah keadaan kolapsnya alveolus

    secara substansial yang dijumpai pada bayi baru lahir. Kolapsnya alveolus

    mengakibatkan ventilasi berkurang kemudian terjadi hipoksia yang

    menyebaban terjadinya cedera paru yang mengakibatkan terjadinya

    sianosis atau kebiruan pada bayi akibat terhambatnya aliran darah dan

    hipoksi yang terjadi. (buku saku patofisiologi corwin-elizabeth diakses

    dari :

    (http://books.google.co.id/)

    d. NICUNICU (Neonatal Intensive Care Unit) merupakan suatu perawatan

    intensive untuk bayi baru lahir hingga usia dua bulan yang dalam keadaaan

    sakit berat, perlu perawatan khusus dan pemantauan ketat tim dokter, serta

    membutuhkan alat bantu napas dan monitoring denyut jantung.

    Prosedur NICU:

    1. Dilakukan terapi intensive2. Didukung teknologi kedokteran3. Monitoring invasive4. Perawatan paripurna5. Pemberian obat-obatan paten6. Memerlukan tindakan khususIndikasi NICU:

    1. Neonatus dari ibu dengan kehamilan 34 minggu2. Neonatus dengan berat lahir kurang dari 1800 gram3. Sepsis neonatus / meningitis pada neonatus4. Neonatus dari ibu diabetes dan dilahirkan preterm

  • 8/2/2019 Laporan Tut 3

    23/24

    5. Rhesus isomunisasi, severe jaundice6. Aspirasi mekoneum7. Kelainan bawaan, seperti: penyakit jantung bawaan, hernia

    diapraghmatika, atresia duodeni, omphalocele, gastroschisis

    8. Monitoring apneu dan bradikardi9. Distress pernapasan berat (terapi oksigen >40% atau oxyhood >6

    L/menit)

    10. Kolaps atau intabilitas sistem kardiorespirasi11. Asfiksia neonatorum berat12. Ventilator mekanin13. Kejang pada neonatus14. Hipoglikemia dengan gejala klinis atau tidak terkontrol dengan

    pemberian glukosa iv

    15. NPO (Nothing Per Oral) >3 hari yang memerlukan nutrisi parenteraltotal

    16. Transfuse tukar17. Operasi mayorhttp://www.neonatology.org/diakses pada 10 Maret 2012

    http://www.neonatology.org/http://www.neonatology.org/
  • 8/2/2019 Laporan Tut 3

    24/24

    DAFTAR PUSTAKA

    Buku saku keperawatan pediatri edisi 5 oleh cecily linn betz dan linda a sowden.

    Terbit tahun 2009 oleh EGC (diakses dari :

    Damanik, Sylviati M, 2008. Klasifikasi Bayi Menurut Berat Lahir dan Masa

    Gestasi. In: Sholeh Kosim, dkk. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta:

    Badan Penerbit IDAI

    http://books.google.co.id/books?id=0bMJ2p9GdAC&pg=PA557&lpg=PA557&d

    q=patofisiologi+sianosis+pada+neonatus&source=bl&ots=JzZRoxCA

    WW&sig=nuXCnMu8B1kxpOgMpqwWG3NI0&hl=id&sa=X&ei=H

    F9cT7n7IInZrQej9Zj7Cw&ved=0CCUQ6AEwAQ#v=onepage&q=pa

    tofisiologi%20sianosis%20pada%20neonatus&f=false

    http://books.google.co.id/books?id=j_ScFduyerMC&pg=PA16&lpg=

    PA16&dq=patofisiologi+apnea+dan+sianosis&source=bl&ots=1Li27

    PaEHL&sig=WPysuU6oMSAniQZxY5gy8gnz2Bg&hl=id&sa=X&ei

    =t1RcT57RLc_yrQf5m4WZDg&ved=0CC8Q6AEwAA#v=onepage&

    q=patofisiologi%20apnea%20dan%20sianosis&f=false)

    http://rsi.co.id

    http://www.litbang.depkes.go.id

    http://www.neonatology.org/diakses pada 10 Maret 2012

    Nakita, I. M. 2010. Lahir Prematur, Beragam Faktor Penyebabnya.

    http://anakbayi.com/artikel/lahir-prematur-beragam-faktor penyebabnya.

    Prawirohardjo, Sarwono, dkk, 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina

    Pustaka Sarwono Prawirohardjo

    Prof. dr. Hadiarto Mangunnegoro, Sp.P(K) . slide kuliah .Departemen

    Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI - RSUP

    Persahabatan Jakarta

    http://books.google.co.id/books?id=0bMJ2p9GdAC&pg=PA557&lpg=PA557&dq=patofisiologi+sianosis+pada+neonatus&source=bl&ots=JzZRoxCAWW&sig=nuXCnMu8B1kxpOgMpqwWG3NI0&hl=id&sa=X&ei=HF9cT7n7IInZrQej9Zj7Cw&ved=0CCUQ6AEwAQ#v=onepage&q=patofisiologi%20sianosis%20pada%20neonatus&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=0bMJ2p9GdAC&pg=PA557&lpg=PA557&dq=patofisiologi+sianosis+pada+neonatus&source=bl&ots=JzZRoxCAWW&sig=nuXCnMu8B1kxpOgMpqwWG3NI0&hl=id&sa=X&ei=HF9cT7n7IInZrQej9Zj7Cw&ved=0CCUQ6AEwAQ#v=onepage&q=patofisiologi%20sianosis%20pada%20neonatus&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=0bMJ2p9GdAC&pg=PA557&lpg=PA557&dq=patofisiologi+sianosis+pada+neonatus&source=bl&ots=JzZRoxCAWW&sig=nuXCnMu8B1kxpOgMpqwWG3NI0&hl=id&sa=X&ei=HF9cT7n7IInZrQej9Zj7Cw&ved=0CCUQ6AEwAQ#v=onepage&q=patofisiologi%20sianosis%20pada%20neonatus&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=0bMJ2p9GdAC&pg=PA557&lpg=PA557&dq=patofisiologi+sianosis+pada+neonatus&source=bl&ots=JzZRoxCAWW&sig=nuXCnMu8B1kxpOgMpqwWG3NI0&hl=id&sa=X&ei=HF9cT7n7IInZrQej9Zj7Cw&ved=0CCUQ6AEwAQ#v=onepage&q=patofisiologi%20sianosis%20pada%20neonatus&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=0bMJ2p9GdAC&pg=PA557&lpg=PA557&dq=patofisiologi+sianosis+pada+neonatus&source=bl&ots=JzZRoxCAWW&sig=nuXCnMu8B1kxpOgMpqwWG3NI0&hl=id&sa=X&ei=HF9cT7n7IInZrQej9Zj7Cw&ved=0CCUQ6AEwAQ#v=onepage&q=patofisiologi%20sianosis%20pada%20neonatus&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=j_ScFduyerMC&pg=PA16&lpg=PA16&dq=patofisiologi+apnea+dan+sianosis&source=bl&ots=1Li27PaEHL&sig=WPysuU6oMSAniQZxY5gy8gnz2Bg&hl=id&sa=X&ei=t1RcT57RLc_yrQf5m4WZDg&ved=0CC8Q6AEwAA#v=onepage&q=patofisiologi%20apnea%20dan%20sianosis&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=j_ScFduyerMC&pg=PA16&lpg=PA16&dq=patofisiologi+apnea+dan+sianosis&source=bl&ots=1Li27PaEHL&sig=WPysuU6oMSAniQZxY5gy8gnz2Bg&hl=id&sa=X&ei=t1RcT57RLc_yrQf5m4WZDg&ved=0CC8Q6AEwAA#v=onepage&q=patofisiologi%20apnea%20dan%20sianosis&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=j_ScFduyerMC&pg=PA16&lpg=PA16&dq=patofisiologi+apnea+dan+sianosis&source=bl&ots=1Li27PaEHL&sig=WPysuU6oMSAniQZxY5gy8gnz2Bg&hl=id&sa=X&ei=t1RcT57RLc_yrQf5m4WZDg&ved=0CC8Q6AEwAA#v=onepage&q=patofisiologi%20apnea%20dan%20sianosis&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=j_ScFduyerMC&pg=PA16&lpg=PA16&dq=patofisiologi+apnea+dan+sianosis&source=bl&ots=1Li27PaEHL&sig=WPysuU6oMSAniQZxY5gy8gnz2Bg&hl=id&sa=X&ei=t1RcT57RLc_yrQf5m4WZDg&ved=0CC8Q6AEwAA#v=onepage&q=patofisiologi%20apnea%20dan%20sianosis&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=j_ScFduyerMC&pg=PA16&lpg=PA16&dq=patofisiologi+apnea+dan+sianosis&source=bl&ots=1Li27PaEHL&sig=WPysuU6oMSAniQZxY5gy8gnz2Bg&hl=id&sa=X&ei=t1RcT57RLc_yrQf5m4WZDg&ved=0CC8Q6AEwAA#v=onepage&q=patofisiologi%20apnea%20dan%20sianosis&f=falsehttp://rsi.co.id/http://www.litbang.depkes.go.id/*http://www.neonatology.org/http://anakbayi.com/artikel/lahir-prematur-beragam-faktor%20penyebabnyahttp://anakbayi.com/artikel/lahir-prematur-beragam-faktor%20penyebabnyahttp://www.neonatology.org/http://www.litbang.depkes.go.id/*http://rsi.co.id/http://books.google.co.id/books?id=j_ScFduyerMC&pg=PA16&lpg=PA16&dq=patofisiologi+apnea+dan+sianosis&source=bl&ots=1Li27PaEHL&sig=WPysuU6oMSAniQZxY5gy8gnz2Bg&hl=id&sa=X&ei=t1RcT57RLc_yrQf5m4WZDg&ved=0CC8Q6AEwAA#v=onepage&q=patofisiologi%20apnea%20dan%20sianosis&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=j_ScFduyerMC&pg=PA16&lpg=PA16&dq=patofisiologi+apnea+dan+sianosis&source=bl&ots=1Li27PaEHL&sig=WPysuU6oMSAniQZxY5gy8gnz2Bg&hl=id&sa=X&ei=t1RcT57RLc_yrQf5m4WZDg&ved=0CC8Q6AEwAA#v=onepage&q=patofisiologi%20apnea%20dan%20sianosis&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=j_ScFduyerMC&pg=PA16&lpg=PA16&dq=patofisiologi+apnea+dan+sianosis&source=bl&ots=1Li27PaEHL&sig=WPysuU6oMSAniQZxY5gy8gnz2Bg&hl=id&sa=X&ei=t1RcT57RLc_yrQf5m4WZDg&ved=0CC8Q6AEwAA#v=onepage&q=patofisiologi%20apnea%20dan%20sianosis&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=j_ScFduyerMC&pg=PA16&lpg=PA16&dq=patofisiologi+apnea+dan+sianosis&source=bl&ots=1Li27PaEHL&sig=WPysuU6oMSAniQZxY5gy8gnz2Bg&hl=id&sa=X&ei=t1RcT57RLc_yrQf5m4WZDg&ved=0CC8Q6AEwAA#v=onepage&q=patofisiologi%20apnea%20dan%20sianosis&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=j_ScFduyerMC&pg=PA16&lpg=PA16&dq=patofisiologi+apnea+dan+sianosis&source=bl&ots=1Li27PaEHL&sig=WPysuU6oMSAniQZxY5gy8gnz2Bg&hl=id&sa=X&ei=t1RcT57RLc_yrQf5m4WZDg&ved=0CC8Q6AEwAA#v=onepage&q=patofisiologi%20apnea%20dan%20sianosis&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=0bMJ2p9GdAC&pg=PA557&lpg=PA557&dq=patofisiologi+sianosis+pada+neonatus&source=bl&ots=JzZRoxCAWW&sig=nuXCnMu8B1kxpOgMpqwWG3NI0&hl=id&sa=X&ei=HF9cT7n7IInZrQej9Zj7Cw&ved=0CCUQ6AEwAQ#v=onepage&q=patofisiologi%20sianosis%20pada%20neonatus&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=0bMJ2p9GdAC&pg=PA557&lpg=PA557&dq=patofisiologi+sianosis+pada+neonatus&source=bl&ots=JzZRoxCAWW&sig=nuXCnMu8B1kxpOgMpqwWG3NI0&hl=id&sa=X&ei=HF9cT7n7IInZrQej9Zj7Cw&ved=0CCUQ6AEwAQ#v=onepage&q=patofisiologi%20sianosis%20pada%20neonatus&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=0bMJ2p9GdAC&pg=PA557&lpg=PA557&dq=patofisiologi+sianosis+pada+neonatus&source=bl&ots=JzZRoxCAWW&sig=nuXCnMu8B1kxpOgMpqwWG3NI0&hl=id&sa=X&ei=HF9cT7n7IInZrQej9Zj7Cw&ved=0CCUQ6AEwAQ#v=onepage&q=patofisiologi%20sianosis%20pada%20neonatus&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=0bMJ2p9GdAC&pg=PA557&lpg=PA557&dq=patofisiologi+sianosis+pada+neonatus&source=bl&ots=JzZRoxCAWW&sig=nuXCnMu8B1kxpOgMpqwWG3NI0&hl=id&sa=X&ei=HF9cT7n7IInZrQej9Zj7Cw&ved=0CCUQ6AEwAQ#v=onepage&q=patofisiologi%20sianosis%20pada%20neonatus&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=0bMJ2p9GdAC&pg=PA557&lpg=PA557&dq=patofisiologi+sianosis+pada+neonatus&source=bl&ots=JzZRoxCAWW&sig=nuXCnMu8B1kxpOgMpqwWG3NI0&hl=id&sa=X&ei=HF9cT7n7IInZrQej9Zj7Cw&ved=0CCUQ6AEwAQ#v=onepage&q=patofisiologi%20sianosis%20pada%20neonatus&f=false