46
LAPORAN TUTORIAL PEDODONSIA Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Tutorial Oral Diagnosa dan Rencana Perawatan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember Pembimbing : Drg. Dyah Setyorini, M. Kes

Laporan Tutorial Pedodonsia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

asasdsfsthkumvh

Citation preview

LAPORAN TUTORIAL

PEDODONSIADiajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Tutorial

Oral Diagnosa dan Rencana Perawatan

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember

Pembimbing :

Drg. Dyah Setyorini, M. Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS JEMBER

2015DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK

Tutor

: drg. Dyah Setyorini, M. KesKetua

: Duati Mayangsari

(131610101039)

Scriber Meja : Rachel P.L Warinussy

(131610101049)

Scriber Papan : Iman Santoso Adji

(131610101060)

Anggota :

1. Afifannisa Dienda Rifani

(131610101013)

2. Jerry Daniel

(131610101018)

3. Hesti Rasdi Setiawati

(131610101020)

4. Arini Al Haq

(131610101040)

5. Pungky Anggraini

(131610101042)

6. Fatimatuz Zahroh

(131610101051)7. Cholida Rachmatia

(131610101056)

8. Lusi Hesti Pratiwisari

(131610101058)

9. Primawati Dyah

(131610101077)KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah NYA sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan yang berjudul Pedodonsia. Laporan ini disusun untuk memenuhi hasil diskusi tutorial kelompok V pada skenario pertama.

Penulisan makalah ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:

1. drg. Dyah Setyorini, M. Kes selaku tutor yang telah membimbing jalannya diskusi tutorial kelompok V Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember dan memberi masukan yang membantu bagi pengembangan ilmu yang telah didapatkan.

2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.

Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan-perbaikan di masa yang akan datang demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat berguna bagi kita semua.

Jember, 19 April 2015

Tim Penyusun

DAFTAR ISIKata Pengantar................................................................................................3Daftar Isi...........................................................................................................4Skenario.............................................................................................................5BAB I. Pendahuluan.........................................................................................6

1.1 Latar Belakang.......................................................................................6BAB II. Pembahasan .........................................................................................7

Step I. Klarifikasi Istilah...............................................................................7

Step II. Menetapkan Masalah.......................................................................7

Step III. Menganalisis Masalah ....................................................................7

Step IV. Mapping .........................................................................................9

Step V. Learning Object...............................................................................9

Step VII......................................................................................................10

Cara Anamnesis....................................................................................10

Pemeriksaan Klinis IO dan EO...............................................................11

Pemeriksaan Penunjang........................................................................16

Etiologi...................................................................................................18

Diagnosis..............................................................................................22

Rencana Perawatan ...............................................................................23BAB III. Penutup..............................................................................................26

3.1 Kesimpulan.............................................................................................26Daftar Pustaka ..................................................................................................27

SKENARIO IVPasien laki-laki usia 8 tahun datang ke RSGM diantar ibunya dan menginginkan untuk mengontrolkan putranya, dokter memeriksa keadaan rongga mulutnya, secara klinis gigi-giginya belum ada yang karies, dokter menyarankan untuk melakukan pencegahan terhadap gigi-giginya yang bagus supaya tidak terjadi karies. Apa yang dilakukan oleh drg tersebut untuk mencegah supaya gigi tidak karies. BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Pedodonsia merupakan salah satu cabang ilmu kedokteran gigi yakni praktek ilmu kedokteran gigi anak yang harus dikelola dengan suatu filosofi sederhana tetapi mendasar. Apa yang terkandung dalam filosofi ini merupakan suatu tekad untuk mempertimbangkan perasaan anak, untuk membentuk rasa percaya dan kerja sama anak untuk melakukan perawatan dengan cara simpatik dan baik serta tidak hanya memberikan perawatan yang diberikan sekarang tetapi juga mengusahakn masa depan kesehatan gigi anak dengan membentuk sikap dan tingkah laku yang positif terhadap perawatan gigi.

Kunjungan pertama digunakan untuk menarik perhatian anak atau merupakan tahap pengenalan anak terhadap dokter gigi dan lingkungannya dan diharapkan pada kunjungan pertama ini didapatkan dasar yang tepat yang diperlukan guna melakukan perawatan pada gigi anak tersebut.

Rencana perawatan pada saat menangani pasien merupakan suatu tindakan yang dilakukan agar mampu menyembuhkan atau memulihkan kondisi atas keluhan yang dikatakan oleh pasien terutama pasien yang dihadapi adalah pasien anak-anak. Sebelum melakukan rencana keperawatan tentunya banyak prosedur yang harus dilakukan sebelum menghasilkan suatu rencana perawatan, diantaranya adanya pemeriksaan penunjang, obyektif maupun subyektif dan itu semua dilakukan agar memperoleh rencana perawatan dan diagnosa yang tepat serta pada nantinya akan memperoleh suatu kepuasan pada diri pasien.

BAB IIPEMBAHASAN

Step 1: Klarifikasi Istilah

-Step 2 : Menetapkan masalah

1. Apa saja gigi yang sudah muncul pada usia 8 tahun?2. Bagaimana cara menentukan diagnosa yang benar pada kasus Pedodonsia?

3. Bagaimana cara menentukan rencana perawatan yang tepat bagi pasien Pedodonsia serta indikasai dan kontraindikasi perawatan pada pasien tersebut?

4. Apa tujuan perawatan yang akan diberikan dokter gigi bagi pasien?

Step 3 :Menganalisis masalah

1. Gigi permanen yang pertama kali muncul pada usia 6-7 tahun adalah gigi molar pertama rahang atas dan gigi insisiv pertama rahang bawah, pada usia 7-8 tahun adalah gigi insisiv pertama rahang atas dan gigi insisiv kedua rahang bawah dan pada usia 8-9 tahun adalah gigi insisiv kedua rahang atas.2. Diagnosa berdasarkan keluhan utama yang berasal dari sang ibu, alasan sang ibu membawa anaknya mengontrol kesehatan gigi. Dokter gigi pun melakukan anamnesis terlebih dahulu kepada pasien yang meliputi riwayat keluarga, riwayat perawatan termasuk obat-obat yang pernah dikonsumsi, riwayat sosial, serta motivasi pasien memeriksa giginya.3. Perawatan yang dianjurkan dengan menyikat gigi dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor, menggunakan obat kumur untuk mengurangi bakteri, konsultasi ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali, menggunakan fissure sealant, pemberian fluor melalui obat-obatan, fluoridasi air minum kurang dari 40-50% (1-1,2ppm), fluoridasi makanan, modifikasi kebiasaan buruk, serta mengkonsumsi makanan-makanan yang berserat.4. Tujuan perawatan :

- Untuk mencegah karies

- Untuk mencegah segala penyakit di rongga mulut

- Untuk memberikan edukasi (DHE)Step 4 : Mapping

Step 5 :Learning Object1. Mahasiswa mampu memahami cara pemeriksaan klinis baik secara ektra oral maupun intra oral untuk bidang pedodonsia2. Mahasiswa mampu memahami diagnosa dalam bidang pedodonsia3. Mahasiswa mampu memahami rencana perawatan dalam pedodonsiaStep 71. PEMERIKSAAN KLINIS (IO, EO)Pemeriksaan klinis / pemeriksaan objektif dilakukan dengan pengamatan intraoral maupun ekstraoral. Pemeriksaan obyektif terdiri dari:Pemeriksaan Ekstra Oral Anak a. Penampilan umum, besar dan berat badan

Secara umum tinggi badan seorang anak dapat diamati dengan cepat sewaktu anak memasuki ruang praktek. Untuk memastikannya dapat diukur dan membandingkannya dengan tabel yang memuat perbandingan antara tinggi badan, usia dan berat badan anak. Faktor yang mempengahi keadaan tinggi, berat badan dalam masa perkembangan adalah herediter, lingkungan, penyakit sistemik dan gangguan endokrin.

b. Kulit

Adanya perubahan atau kelainan pada kulit di wajah atau tangan dapat dipakai sebagai petunjuk adanya kelainan atau penyakit. Lesi yang primer atau sekunder dapat terjadi pada kulit muka, bila terdapat herpes pada bibir atau muka yang disertai rasa sakit dan juga disertai sakit gigi, sebaiknya perawatan gigi ditunda atau diberi premedikasi dan pasien dirujuk ke dokter kulit terlebih dulu.

c. Mata

Infeksi/abses pada gigi rahang atas dapat menyebar ke mata me nyebabkan pembengkakan atau conjuctivitis pada mata. Bila perawatan gigi telah selesai dan pembengkakan pada mata belum hilang, sebaiknya pasien dirujuk ke dokter mata.

d. Bibir

Pemeriksaan bibir dilakukan dengan mengamati ukuran, bentuk, warna dan tekstur permukaan. Dipalpasi dengan ibu jari dan telunjuk. Pada bibir sering dijumpai abrasi, fisur, ulserasi atau crust. Trauma sering menyebabkan memar pada bibir, reaksi alergi juga dapat terlihat.e. Tipe Kepala

Ada 3 macam : tipe brachycephalic mempunyai tipe muka lebar dan pendek, sedangkan bentuk lengkung geliginya lebar, tipe dolicocephalic mempunyai tipe muka dan bentuk lengkung geligi yang panjang dan sempit, tipe mesocephalic mempunyai tipe muka dan bentuk lengkung geligi yang berbentuk parabola.f. Simetris Wajah

Asimetris wajah dapat terjadi secara fisiologis atau patologis. Secara fisiologis misalnya kebiasaan tidur bayi terutama yang lahir prematur sehingga meyebabkan perubahan bentuk wajah yang permanen. Asimetris wajah patologis dapat disebabkan tekanan abnormal dalam intra uterus, paralise saraf kranial, fibrous displasia atau gangguan perkembangan herediter. Selain itu asimetris wajah patologis pada anak anak sering juga disebabkan karena infeksi atau trauma. Pemeriksaan dan riwayat pembengkakan penting diketahui untuk menentukan diagnosa dan etiologi. Bila terdapat asimetris wajah tanpa rasa sakit dan penyebabnya tidak diketahui dengan pasti serta tidak berhubungan dengan gigi lebih baik merujuk pasien ke dokter anak.g. Pemeriksaan TMJa. Inspeksi: merupakan pemeriksaan secara visual.

b. Palpasi: pemeriksaan dilakukan dengan cara meraba daerah sekitar TMJ pasien, apabila terdapat sesuatu yang abnormal seperti benjolan atau fluktuasi, maka kemungkinan terdapat kelainan pada TMJ-nya.

c. Auskultasi

Untuk metode ini diperlukan suatu alat bantu, yaitu stetoskop. Dilakukan dengan cara meletakkan ujung stetoskop pada daerah tragus, kemudian mendengarkan dengan seksama apakah terdapat bunyi (berupa klik atau yang lainnya) yang abnormal atau tidak Apabila terdapat bunyi abnormal tersebut, maka kemungkinan terdapat kelainan pada TMJ.

Pemeriksaan Intra Oral Anak

1. Pipi dan bibir bagian dalam

Diperiksa dengan menarik pipi dan bibir, akan terlihat mukosa labial, dilanjutkan dengan memeriksa mukosa bukal, apakah terdapat pembengkakan atau perubahan lain.

2. Gingiva

Pemeriksaan gingiva meliputi warna, ukuran, bentuk dan konsistensinya. Sewaktu erupsi gigi, gingiva dapat membengkak, sakit (terutama bila terkena trauma gigi antagonisnya) dan meradang. Pada anak-anak gigi yang mengalami gangren pulpa sering disertai fistel padagingiva karena abses paradontal.

3. Lidah dan Tonsil

Untuk memeriksa lidah, anak diminta menjulurkan lidahnya ke depan. Periksa ukuran, bentuk, warna dan pergerakannya. Daerah di bawah lidah harus diperiksa karena sering terjadi pembengkakan atau ulserasi yang dapat mengganggu bila berbicara dan sewaktu lidah digerakkan. Selain itu frenulum lingualis yang pendek dapat menahan gerakan lidah ke depan, sehingga mengganggu anak berbicara. Dasar lidah diperiksa perlahan-lahan dengan menggunakan kain kasa yang diletakkan diantara ibu jari dan telunjuk.

Permukaan lidah anak umumnya licin, halus dan papila filiformis relatif pendek. Pada awal penyakit exantematous, lidah berselaput putih keabu-abuan atau putih kecoklatan. Selaput itu berisi sel yang mengalami desquamasi, sisa makanan dan bakteri. Keadaan ini sering juga terlihat pada anak yang sedang demam. Avitaminosis tertentu, anemi atau stress dapat menyebabkan desquamasi papila yang ditandai dengan peru- bahan warna dan pembengkakan.

Adanya pembesaran lidah yang patologis dapat disebabkan cretinisme, mongolism atau tumor. Kebiasaan jelek pada lidah dapat menimbulkan maloklusi.

Untuk memeriksa tonsil, lidah ditekan dengan kaca mulut atau tongue blade, dilihat apakah ada perubahan warna, ulserasiatau pembengkakan.

4. Palatum

Untuk melihat langsung bentuk, warna dan lesi padajaringan lunak dan keras palatum, kepala pasien direbahkan ke belakang. Pembengkakan, kelainan bentuk dan konsistensinya dapat diketahui dengan palpasi.

5. Gigi

Pengamatan gigi secara menyeluruh dapat dilakukan dengan cepat sebelum masing-masing gigi didiagnosa secara teliti. Pemeriksaan gigi dilakukan dengan memakai kaca mulut, ekskavator danpinset. Perlu diketahui apakah ada gigi yang dicabut sebelum waktunya (prematur loss), gigi yang sudah waktunya tanggal atau gigi persistensi (gigi penggantinya sudah erupsi tetapi gigi sulung belum tanggal). Gigi persistensidan gigi yang mengalami prematur loss akan mengganggu susunan gigi dan perkembangan lengkung rahang.

Kelainan akibat pertumbuhan dan perkembangan dicatat, yaitu meliputi kelainan jumlah, waktu erupsi, struktur, warna dan bentuk gigi. Gigi berlebih (supernumerary) dicatat regio dan jenisnya (mesiodens, laterodens atau paramolar). Kondisi pada saat pemeriksaan perlu dipertimbangkan apakah gigi berlebih tersebut perlu segera dicabut, menunggu waktu yang tepat atau tidak perlu dicabut.Selain itu diperhatikan juga kebersihan mulut, keadaan gigi-gigi, posisi gigi (crowding, spasing, drifting), oklusi (molar pertama tetap dan kaninus, insisivus-overjet da overbite), mobilitas (eksfoliasi gigi susu, abses, periodontitis), warna (gigi non vital, staining intrinsik, karies), struktur (hipoplasi, hipomineralisasi) dan karies.2. DIAGNOSABerdasarkan skenario, pasien tidak terdapat kelainan pada rongga mulutnya.3. RENCANA PERAWATANAda beberapa perawatan preventif yang dilakukan pada masa gigi decidui, yakni :

a. Topikal Aplikasi Fluor (TAF)Topikal aplikasi fluor dilakukan untuk mencegah terjadinya karies dengan mengontrol karies primer dan karies sekunder (terjadi pada gigi yang telah direstorasi). Faktor-faktor yang dapat dipertimbangkan sebelum melakukan TAF adalah :

1. Risiko karies: tinggi, sedang, rendah

2. Angka kariogenik (berhubungan dengan diet pasien)

3. Umur pasien

4. Kandungan fluor dalam air yang sering dikonsumsi, dan

5. Kondisi sistemik pasienSediaan fluor dibuat dalam berbagai bentuk yaitu NaF, SnF, APF yang memakainya diulaskan pada permukaan gigi dan pemberian varnish fluor. NaF digunakan pertama kali sebagai bahan pencegah karies. NaF merupakan salah satu yg sering digunakan karena dapat disimpan untuk waktu yang agak lama, memiliki rasa yang cukup baik, tidak mewarnai gigi serta tidak mengiritasi gingiva. Senyawa ini dianjurkan penggunaannnya dengan konsentrasi 2%, dilarutkan dalam bentuk bubuk 0,2 gram dengan air destilasi 10 ml (Yanti, 2002).

Sekarang SnF jarang digunakan karena menimbulkan banyak kesukaran, misalnya rasa tidak enak sebagai suatu zat astringent dan kecenderungannya mengubah warna gigi karena beraksinya ion Sn dengan sulfida dari makanan, serta mengiritasi gingiva. SnF juga akan segera dihidrolisa sehingga harus selalu memakai sediaan yang masih baru (Kidd dan Bechal, 1991). Konsentrasi senyawa ini yang dianjurkan adalah 8%. Konsentrasi ini diperoleh dengan melarutkan bubuk SnF2 0,8 gramdengan air destilasi 10 ml. Larutan ini sedikit asam dengan pH 2,4-2,8.

APF lebih sering digunakan karena memiliki sifat yang stabil, tersedia dalam bermacam-macam rasa, tidak menyebabkan pewarnaan pada gigi dan tidak mengiritasi gingiva. Bahan ini tersedia dalam bentuk larutan atau gel, siap pakai, merupakan bahan topikal aplikasi yang banyak di pasaran dan dijual bebas. APF dalam bentuk gel sering mempunyai tambahan rasaseperti rasa jeruk, anggur dan jeruk nipis (Yanti, 2002).Tahapan dalam teknik langsung TAF adalah sebagai berikut:1. Menggosok gigi anak tersebut

2. Isolasi Gigi yang akan di oleskan TAF dan gigi sekitar

3. Keringkan gigi yang akan di isolasi dengan air syring (saliva akan mengencerkan larutan gel

4. Oleskan larutan fluor dengan kapas kecil yang dipegang menggunakan pinset. Ulaskan larutan pada permukaan insisal, oklusal, bukal, dan lingual.

5. Setelah 4 menit, bersihkan larutan fluor dengan kapas dengan diusap pada permukaan gigi tetapi jangan berusaha membersihkan larutan dari permukaan aproximal.

6. Intruksikan pada pasien untuk tidak makan dan minum setengah jam untuk memperpanjang kontak fluor dengan permukaan aproximal.Indikasi penggunaan APF adalah sebagai berikut (El-Samarrai, 2011) :

Pasien dengan rampan karies Pasien xerostomia Pasien dengan gigi sensitive karena penggunaan (abrasi, atrisi, erosi) atau karena akar yang terbuka Karies akar

Topikal aplikasi fluor juga merupakan pengolesan langsung fluor pada enamel dapat juga dilanjutkan dengan diberikan varnish flour. Pemberian varnish fluor dianjurkan bila penggunaan pasta gigi mengandung fluor, tablet fluor dan obat kumur tidak cukup untuk mencegah atau menghambat perkembangan karies. Pemberian varnish fluor diberikan setiap empat atau enam bulan sekali pada anak yang mempunyai resiko karies tinggi. Setelah gigi dioleskan fluor lalu dibiarkan kering selama 5 menit, dan selama 30 menit tidak boleh makan, minum atau berkumur.Periode pemberian fluor yang penting adalah dari lahir sampai usia 5 atau 6 tahun, selama waktu ini email semua gigi susu dan tetap (selain gigi M3) dibentuk. Selain itu, umur 5-6 tahun sampai usia 12-14 tahun juga penting, karena merupakan masa maturasi praerupsi dari premolar dan molar kedua. Selain diberikan dan dilakukan oleh dokter gigi, Topikal Aplikasi Fluor juga dapat dilakukan oleh pasien atau orang tua, seperti:

1). Pasta gigi yang mengandung fluor

Pada pasta gigi, umumnya terdapat kandungan fluor berupa sodium fluorida, stannous fluorida, amine fluorida dan APF. Pemakaian pasta gigi berfluor ini dapat menunjukkan pengurangan karies dari 15-30% permukaan gigi selama periode 2-3 tahun. Penyerapan fluor yang diperoleh dari pasta gigi berkisar 0,06-0,5 mg.

2). Tablet dan tetes fluor

Pemberian tablet dan tetes fluor mempunyai kelebihan dibanding fluoridasi air minum yaitu memungkinkan pemberian fluor dengan dosis tertentu. Tetes fluor mengandung sodium fluorida, dengan jumlah 0,125-0,0333 mg per tetes. Sedangkan tablet fluor mengandung 0,5 mg fluor (1,1 mg sodium fluorida) atau 1 mg fluor (2,2 mg sodium fluorida). Tablet-tablet ini dibuat dengan beberapa rasa. Pemberian tablet fluor ini lebih efektif, karena selain secara topikal, tablet fluor juga berpengaruh secara sistemik.

3). Larutan kumur fluorida

Kumur-kumur dengan larutan fluor merupakan metode yang mudah dan sederhana. Larutan yang sering digunakan adalah larutan sodium fluorida netral yang mempunyai rasa, larutan 0,05% (0,023% fluor) dianjurkan untuk pemakaian sehari-hari dan laruta 0,2% (0,09% fluor) untuk penggunaan setiap minggu atau setiap 2 minggu. Larutan dapat diperkenalkan pada anak usia 6-7 tahun dan sudah mampu berkumur dengan baik.

4). Gel

Gel bisa diaplikasikan untuk anak berusia 11-14 tahun menggunakan gel pada gigi-gigi mereka dengan memakai sendok cetak perseorangan dibawah pengawasan, selama 6 menit setiap hari selama 2 tahun. Gel yang biasa digunakan adalah gel sodium fluorida (0,5% fluor) dan gel APF (0,5% fluor). Presentasi penurunan karies pada penggunaan gel sebesar 75%-80%. Pemakaian yang lebih jarang (3x seminggu) oleh anak pada daerah terfluoridasi hanya mengalami pengurangan karies 29% setelah 30 bulan.Indikasi fluor varnish adalah sebagai berikut :

Orang dewasa yang berisiko karies yang tidak bisa dan tidak mau menggunakan obat kumur mengandung fluor Pasien dengan alat ortodonti dan gigi tiruan sebagian Anak-anak di atas 6 tahun dan orang dewasa yang mengalami perubahan pola makan yang dapat meningkatkan risiko karies karena penyakit, pekerjaan atau lingkungannya Aplikasi pada lesi awal karies dengan harapan menghentikan proses pembentukan karies dan melindungi permukaan akar yang terbuka

kontra indikasi fluor varnish adalah sebagai berikut : Anak usia di bawah 6 tahun b. Fissure sealantIndikasi pemberian sealant pada pit dan fisura adalah sebagai berikut:

Pit dan fisure dalam

Pit dan fisura dengan dekalsifikasi minimal

Karies pada pit dan fisura atau restorasi pada gigi sulung atau permanen lainnya

Tidak adanya karies interproximal

Memungkinkan isolasi adekuat terhadap kontaminasi saliva

Umur gigi erupsi kurang dari 4 tahun.

Sedangkan kontraindikasi pemberian sealant pada pit dan fisura adalah

Self cleansing yang baik pada pit dan fisura

Terdapat tanda klinis maupun radiografis adanya karies interproximal yang memerlukan perawatan

Banyaknya karies interproximal dan restorasi

Gigi erupsi hanya sebagian dan tidak memungkinkan isolasi dari kontaminasi saliva

Umur erupsi gigi lebih dari 4 tahun.

Komposisi Fissure Sealent

1. Bahan sealent berbasis resin

a. Bahan matriks resin : Bahan matriksnya adalah bisfenol A-glisidil metakrilat (bis-GMA), suatu resin dimetakrilat.

b. Partikel bahan pengisi : Penambahan bahan pengisi meliputi serpih kaca mikroskopis, partikel quartz dan bahan pengisi lainnya. Bahan ini membuat sealant lebih tahan terhadap abrasi.c. Bahan coupling : mengikat bahan pengisi dan matriks sehingga dapat meningkatkan sifat mekanis dan fisik -metakril oksipropil trimetoksisilane adalah bahan yang sering digunakan sebagai bahan couplingd. Bahan penghambat : Untuk mencegah polimerisasi spontan dari monomer, bahan penghambat ditambahkan pada sistem resin.e. Pengerasan otomatis : Proses ini kadang disebut dengan cold curing, chemical curing, atau self curing.f. Pengerasan sinar : Pemaparan terhadap sinar dengan panjang gelombang yang tepat (468 nm) merangsang foto ini siator berinteraksi dengan amin untuk membentuk radikal bebas yang mengawali polimerisasi.

2. Bahan sealent berbasis Semen Ionomer Kaca

Semen ionomer kaca adalah nama generic dari sekelompok bahan yang menggunakan bubuk kaca silicat dan larutan asam poliakrilat.a. Bubuk : Komposisi dari bubuk semen ionomer kaca adalah silica, alumina, aluminium fluoride, calsium fluoride, sodium fluoride, danaluminium phosphate. Lanthanum, strontium, barium, atau oksida seng ditambahkan untuk menimbulkan sifat radiopak.

b. Cairan : Cairan yang digunakan untuk semen ini adalah larutan asam poliakrilat dengan konsentrasi 50%. Cairannya cukup kental dan cenderung membentuk gel setelah beberapa waktu.c. Pengerasan : Ketika bubuk dan cairan dicampur Ion-ion kalsium, aluminium, natrium dan fluorin dilepaskan kedalam media yang bersifat cair. Rantai asam poliakrilat akan berikatan silang dengan ion-ion kalsium dan membentuk masa yang padat.d. Sifat : Semen ini memiliki sifat kekerasan yang baik. Semen ini memiliki sifat anti karies karena kemampuannya melepaskan fluor. dihindarkan dari saliva karena mudah larut dalam cairan dan menurunkan kemampuan adhesi. Ikatan fisiko kimiawi antara bahan dan permukaan gigi sangat baik sehingga mengurangi kebocoran tepi tumpatan

e. Indikasi : Indikasi penggunaan Fissure sealant dengan semen ionomer kaca sebagai berikut:i. Digunakan pada geligi sulung

ii. Kekuatan kunyah relatif tidak besar

iii. Pada insidensi karies tinggi

iv. Gigi yang belum erupsi sempurna

v. Area yang kontaminasi sulit dihindari

vi. Pasien kurang kooperatif

Prosedur Fissure Sealant Bahan Resin1. Brushing Permukaan Gigi Permukaaan oklusal dari gigi yang akan diberi fissure sealant harus dibersihkan dari plak dengan menggunakan pumice. Pembersihan menggunakan sedikit pumice dan air dengan sikat berkecepatan rendah untuk membersihkan fissure dan permukaan gigi sekitarnya. Syarat pumice adalah memiliki kemampuan abrasif ringan, tidak mengandung minyak, tidak mengandung flour, memiliki kemampuan poles yang bagus, tidak ada pencampur bahan perasa, mampu membersihkan dan menghilangkan debris, plak dan stain. Pumice dicuci bersih dengan semprotan air (air non-mineral atau air suling tanpa kontaminan), lalu sonde yang tajam diseretkan sepanjang fissure. Cara ini akan menghilangkan plak pada daerah yang lebih dalam yang tidak dapat dibersihkan dengan penyikatan. Kemudian gigi dicuci lagi dan dikeringkan dengan menggunakan udara bersih tanpa kelembapan.

2. Etsa Asam Bahan etsa yang dipakai umumnya terdiri dari larutan asam fosfat 37% dalam air. Beberapa etsa merupakan gel asam fosfat. Asam fosfat diaplikasikan pada bagian tengah fissure dari permukaan oklusal dengan kapas pellet kecil yang dipegang dengan pinset atau sikat halus. Larutan didiamkan pada gigi selama 60 detik sebelum pembilasan permukaan dengan sejumlah air selama 15 detik. Pembilasan penting dilakukan karena sisa-sisa asam fosfat dapat mempengaruhi ikatan fissure sealant terhadap email. Apabila gigi yang telah dietsa tersebut terkontaminasi saliva, maka prosedur etsa harus diulang.

Asam yang menyerang email meninggalkan permukaan mikroskopis yang tidak teratur. Jadi, bahan etsa membentuk microporosity pada email, yang memungkinkan resin terkunci secara mekanis pada permukaan mikroskopis tersebut. Resin tag kemudian menghasilkan suatu perbaikan ikatan resin pada gigi.

Kegunaan etsa pada email ada dua. Pertama, etsa menghilangkan debris, plak serta lapisan email tipis di permukaan superfisial, termasuk kristal-kristal kecil yang secara kimia terikat dalam email. Kedua, etsa akan menyebabkan email menjadi lebih porus.

3. Pencucian

Air yang digunakan untuk melakukan pencucian memiliki syarat tertentu, yaitu: air tersebut harus bersih, tidak mengandung mineral, dan tidak mengandung bahan kontaminan. Setelah dietsa, permukaan oklusal harus dicuci bersih. Pertama menggunakan semprotan air dari semprit tripel agar sebagian besar asam terbuang. Setelah itu diberikan semprotan air sebanyak 20ml dan udara secara kuat selama 15-20 detik. Jika menggunakan asam fosfat dalam bentuk gel, lama pencucian dan volume air harus ditambah, paling sedikit 30 detik untuk lebih memastikan bahwa gel dan produk hasil reaksi asam sudah bersih. Pencucian yang tidak memadai atau kontaminasi permukaan etsa oleh saliva akan mengganggu ikatan resin dengan email. Proses pencucian yang paling baik menggunakan air suling. Air suling tidak mengandung bahan mineral dan bahan kontaminan lainnya, sehingga tidak menggangu masuknya resin ke dalam celah-celah email gigi setelah dietsa.

4. Pengeringan Email yang telah dietsa dikeringkan dengan menggunakan aliran air compressor yang bebas dari kontaminasi minyak. Fase ini sangat penting karena setiap kelembapan pada permukaan yang sudah teretsa akan menghalangi penetrasi resin ke email. Lama pengeringan yang dianjurkan minimal 15 detik. Syarat udara yang digunakan adalah, udara harus kering, udara tidak membawa air (tidak lembab), udara tidak mengadung minyak, dan udara sebaiknya tersimpan dalam syringe udara dan dihembuskan langsung ke permukaan gigi.

Pada tahap ini daerah yang telah dietsa harus terlihat jelas dan buram. Pengeringan bisa menggunakan air compressor yang tergabung dalam dental unit atau dengan menggunakan oksigen murni yang terpisah dengan dental unit. Apabila pengeringan menggunakan air compressor, dianjurkan untuk selalu mengecek apakah saluran udara dari air compressor tidak tercemar oleh air dan minyak. Hal ini bisa dilihat dengan menyemprotkan pada permukaan kaca yang bersih. Adanya kelembapan atau minyak yang berasal dari saluran angin akan menggagalkan penggunaan fissure sealant ini. Proses pengeringan paling baik menggunakan oksigen murni atau hembusan udara dari chip blower yang dilakukan diatas lampu spiritus. Kedua cara ini menghasilkan udara yang bersifat kering, tidak lembab dan tidak mengandung minyak sehingga tidak akan menghalangi penetrasi resin ke permukaan email.

5. Isolasi Isolasi gigi idealnya dengan rubber dam, dapat juga dengan gulungan kapas atau kapas penyerap. Gunakan saliva ejector sewaktu merawat gigi bawah. Keringkan permukaan gigi dengan tiupan udara. Pertahankan posisi ejector, kapas dan kasa sampai perawatan selesai.

Isolasi dari gigi mungkin ideal digunakan rubber dam, tetapi pada gigi yang masih baru tumbuh, cengkeram mungkin berbahaya bagi gingival dan menyebabkan rasa sakit bagi anak-anak. Penggunaan cotton roll atau absorben balok dan kombinasi saliva ejector mungkin bisa dilakukan. Cara ini sangat penting untuk mengontrol dari pergerakan lidah dan pipi, yang dapat menggeser cotton roll dan saliva ejector.Dalam kaitannya dengan keberhasilan atau kegagalan upaya fissure sealant, isolasi mungkin merupakan tahap yang paling kritis. Jika pori yang dibuat oleh etsa tertutupi saliva maka ikatan yang terbentuk akan menjadi lemah. Isolator karet merupakan cara isolasi yang dapat diandalkan dan disukai daripada pemakaian gulungan kapas dan penyedot ludah. Cara yang terakhir ini sukar dilakukan dengan baik, karena gigi yang dietsa harus dicuci dengan bersih. Biasanya kapas isolator tidak dapat dihindari sehingga harus diganti. Pada saat penggantian ini, sangat mudah sekali permukaan gigi yang teretsa itu terbasahi oleh saliva dan kontaminasi ini akan merusak ikatan antara fissure sealant dengan email.

6. Aplikasi Fissure Sealant Berbasis Resin Fissure sealant diaplikasikan dengan instrumen kuas, atau aplikator lain berdasarkan fissure sealant dan pengalaman operator. Semua area dengan fissure harus ditutup, dan tepi harus di bounding rapat pada email yang telah dietsa untuk mencegah kebocoran tepi.

Pada fissure sealant polimerisasi secara kimia penambahan katalis dan basis secara cepat akan memulai polimerisasi bahan. Karena jumlah bahan yang sedikit, harus diperhatikan bahwa bahan harus dicampur semua dan menggunakan gerakan yang pelan untuk mengurangi penyatuan udara. Penyatuan udara selama pencampuran dan pemasangan secara klinik akan menimbulkan ruang kosong yang dapat berubah warna dan menjadi retensi plak. Fissure sealant harus diaplikasikan cepat setelah pencampuran selama waktu optimum dengan viskositas rendah untuk memastikan penetrasi. Berdasarkan viskositasnya dan setting time, ini baiknya diaplikasikan menggunakan kuas kecil atau syringe. Manipulasi yang terlambat saat reaksi setting dapat mengganggu polimerisasi dan mempengaruhi bond strength.

Pada fissure sealant polimerisasi cahaya, waktu kerja lebih lama daripada polimerisasi secara kimia. Fissure sealant diaplikasikan pada gigi yang telah dipersiapkan dan dioleskan dengan kuas ke dalam fissure. Jika polomerisasi pada permukaan yang lebar, tempatkan cahaya langsung pada tiap area pada permukaan oklusal sesuai dengan waktu yang ditetapkan.

Jika memakai resin sinar, sinar harus diletakkan langsung diatas bahan penutup, tetapi tidak boleh menyentuh. Sumber sinar berjarak 1-2mm dari permukaan. Penyinaran dengan sinar biasa memerlukan waktu selama 60 detik. Penting sekali untuk menyinari selama waktu yang ditentukan, karena pengerasan yang tidak lengkap akan menyebabkan kegagalan. Pada gigi molar, penyinaran dilakukan pada oklusal sisi distal dan mesial masing-masing 60 detik.

7. Pengecekan Oklusi Selanjutnya untuk memeriksa hasil fissure sealant dilakukan dengan melewatkan sonde diatas permukaan resin untuk memeriksa apakah fissure sudah tertutup semua. Jika ada bagian yang belum tertutup fissure sealant, tambahkan resin segera dan biarkan berpolimerisasi.

Pengecekan oklusi dengan kertas artikulasi dan penyesuaian oklusi dilakukan jika diperlukan. Selain itu dilakukan pembuangan bahan fissure sealant yang berlebihan yang mungkin meluber ke marginal ridge atau pada daerah servikal.c. Dental Health Education (DHE)Perawatan gigi dan mulut pada anak selain diperhatikan untuk mengurangi keluhan , juga harus diperhatikan pendidikan kesehatan gigi atau DHE ( Dental Health Education ) yang bertujuan untuk mengubah perilaku atau kebiasaan buruk anak yang turut mempengaruhi munculnya keluhan gigi. Perawatan gigi dan mulut anak harus dilakukan secara komprehensif berdasarkan keadaan anak dalam masa pertumbuhan dan perkembangan, serta peran dari ketiga elemen penting dalam perawatan gigi anak , yaitu dokter gigi, pasien dan orang tua.Penentuan suatau rencana perawatan terdapat sangat memerlukan suatu pertimbangan , yaitu :

1. Uqency ( kebutuhan utama )

2. Sequency (urutan perawatan ), yaitu :a. Perawatan medis

Perawatan ini berhubungan dengan riwayat kesehatan pasien. Informasi mengenai penyakit sistemik ini bisa diperoleh dari dokter keluarga atau dokter spesialis. Apabila orang tua kurang yakin mengenai penyakit anaknya, dokter gigi dapat bertanya kepada dokter keluarga.

b. Perawatan sistemik

Premedikasi sering dibutuhkan pada saat pasien menderita penyakit tertentu yang diberikan oleh dokter keluarga. Dokter gigi juga dapat memberikan perawatan sistemik terlebih sebelum pasien diberikan perawatan operatif di bidang kedokteran gigi.

c. Perawatan persiapan

Dokter gigi mengajarkan kepada pasien (anak ) dan orang tua cara memelihara gigi di rumah. Apabila pasien menunjukkan karies yang aktif perlu diberikan kiat diet yang terkontrol terutama untuk menghindari makanan yang menyebabkan karies.

d. Perawatan korektif

Perawatan korektif atau perawatan akhir antara lain membuat restorasi, protesa, pencabutan atau space maintainer.

e. Penggantian rencana perawatan.

Suatu rencana perawatan hendaknya diinformasikan kepada orang tua pasien. Perawatan harus segera dilaksanakan. Ada kalanya rencana perawatan diubah, misalnya saat melakukan penambalan gigi terjadi perforasi pada tanduk pulpa sehingga terpaksa dilakukan pulpektomi vital atau pulp capping.

3. Probable result ( kemungkinan keberhasilan )

Garis besar rencana perawatan digolongkan menjadi dua macam, yaitu rencana perawatan preventif dan operatif .

1. Rencana Perawatan Preventif

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam rencana perawatan preventif adalah pengalaman karies, riwayat medis, khususnya penyakit jantung kongenital atau riwayat demam rematik, kelainan perdarahan, penyakit debilitasi dengan daya tahan terhadap infeksi yang buruk , cacat mental serta fisik.

Semua tipe perawatan preventif penting bagi pasien, khususnya untuk pasien-pasien dengan pengalaman karies tinggi dan untuk pasien yang mempunyai resiko penyakit gigi.

Macam perawatan preventif diantaranya ; petunjuk kebersihan mulut ( Dental Health Education / DHE ), nasihat diet, flouridasi dan fisur sealent. Nasihat diet penting, khususnya jika kecepatan kecepatan pembentukan karies tinggi. Dalam flouridasi terdapat beberapa bentuk, yaitu tablet / tetes, larutan kumur dan topikal yang dalam pemakaiannya disesuaikan dengan umur pasien (anak), misalnya saja flouridasi bentuk larutan kumur dapat dilakuakan oleh anak usia 6-7 tahun.

2. Perawatan Operatif

Hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan operatif pada anak adalah riwayat medis pasien misalnya bila pasien menderita kelainan daarah. Perawatan operatif di antaranya adalah restorasi, pencabutan atau ekstraksi, dan perawatan ortodonti. Dalam perawatan restorasi perlu diperhatikan kedalaman karies, perluasan karies, penggunaan analgesia lokal dan urutan restorasi gigi. Perawatan ortodonti dilakukan pada kasus crowding, kelainan perkembangan atau adanya maloklusi. Selain macam-macam perawatan diatas tentunya sebelum melaksanakan suatu tindakan dibutuhkan adanya Inform Consen, hal ini dimaksudkan jika terjadi sesuatu di kemudian hari yang tidak diinginkan kita sebagai dokter gigi telah mempunyai bukti yang resmi yang telah disetujui oleh pasien atau keluarga terdekatnya, dengan sebelumnya telah menjelaskan perawatan yang akan dilakukan beserta konsekuensinya.d. ImunisasiBakteri masuk ke dalam perut melalui mulut dan usus, kemudian bersinggungan dengan limfoid khusus yang terletak di peyers pathes di sepanjang dinding usus. Sel B dan sel T tertentu menjadi peka terhadap bakteri. Sel B dan Sel T yang peka akan bermigrasi melaui sistem limfatik dalam aliran darah dan akhirnya berhenti di jaringan glandular, termasuk kelenjar ludah di rongga mulut. Disana, sel-sel yang peka ini menghasilkan imunoglobulin kelas IgA yang dikeluarkan di dalam ludah. Antibodi IgA ini dapat menggumpalkan bakteri di mulut. Penggumpalan ini mencegah perlekatan bakteri pada gigi dan struktur oral lainnya, dan bakteri akan lebih mudah dibersihkan dari mulut dengan cara menelannya. Bagi pasien dengan konsentrasi Streptococcus mutans yang tinggi, penggumpalan IgA mungkinmemiliki efek anti karies yang penting. Peristiwa immunologis ini menunjukkan adanya kemungkinan vaksinasi untuk memberantas karies. Hingga saat ini efek samping vaksin belum dapat diidentifikasi. Keamanan vaksin tersebut belum dapat dibuktikan, ada kekhawatiran akan kemungkinan terjadinya reaksi merugikan bagi jaringan hati.

BAB III

PENUTUP3.1 Kesimpulan Dalam mendiagnosa pasien anak diperlukan data yang lengkap dari pasien, kemudian dilakukan evaluasi fakta (meliputi gambaran dan keluhan utama bila telah terkumpul. Pada pemeriksaan klinik, evaluasi fakta merupakan pemeriksaan subjektif, semua yang dikeluhan pasien/orang tua tentang penyakit yang dideritanya ) dan diakhiri dengan membuat diagnosa.

Garis besar rencana perawatan digolongkan menjadi rencana perawatan peventif, meliputi petunjuk kebersihan mulut ( Dental Health Education / DHE ), nasihat diet, flouridasi dan fisur sealent, dan perawatan operatif, meliputi restorasi, pencabutan atau ekstraksi, dan perawatan ortodonti. Sebelum dilakukan suatu tindakan , tidak lupa menyertakan inform concen yang menunjukan persetujuan tindakanyang akan dilakukan dokter gigi oleh orang tua pasien.DAFTAR PUSTAKA

Andlaw, R. J., Rock, W. P. 1992. Perawatan Gigi Anak Edisi 2, Alih bahasa: Agus Djaya. Jakarta : Widya Medika.(Anusavice, Kenneth J. 1994. IlmuBahanKedokteran Gigi. Jakarta: EGC)

(Baum, Lloyd. 1997. BukuAjarIlmuKonservasi Gigi. Alihbahasaoleh Prof. Dr. drgRasintaTarigan. Jakarta: EGC)

(Departement of Health North Sidney. 2008. Pit and Fissure Sealants: Use of in Oral Health ServiceNSW. Diaksesdarihttp://www.health.nsw.gov.au/policies/pd/2008/pdf/PD2008_028.pdf pada 15 April 2015)

Yanti, S. 2002. Topikal Aplikasi Pada Gigi Permanen Anak. USU e-Repository.Kidd, E. A. M; dan S. J. Bechal. 1991. Dasar-Dasar Karies. Alih Bahasa Narlan Sumawinata dan Safrida Faruk. Jakarta : EGC. 30-31.

KELAINAN

DIAGNOSA

EKSTRAORAL

INTRAORAL

PEMERIKSAAN

KELUHAN UTAMA

ANAMNESIS

NORMAL

PENCEGAHAN

INDIKASI

KONTRAINDIKASI

RENCANA PERAWATAN

28