56
LAPORAN TUTORIAL BLOK MATA SKENARIO 3 Aduh, Ada Benjolan di Kelopak Mata Saya KELOMPOK A2 ABDURRAHMAN AFA HARIDI G0013001 AHMAD LUTHFI G0013011 ARLINDAWATI G0013039 ASMA AZIZAH G0013043 AYATI JAUHAROTUN NAFISAH G0013051 CICILIA VIANY EVAJELISTA G0013065 FHANY GRACE LUBIS G0013095 HANA INDRIYAH DEWI G0013105 KHANIVA PUTU YAHYA G0013129 RADEN ISMAIL H A G0013193 SANTI DWI CAHYANI G0013213 SHENDY WIDHA MAHENDRA G0013217 TUTOR: Endang Ediningsih dr., M.Kes FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Laporan Tutorial Skenario 3 Mata

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laptut

Citation preview

Page 1: Laporan Tutorial Skenario 3 Mata

LAPORAN TUTORIAL

BLOK MATA SKENARIO 3

Aduh, Ada Benjolan di Kelopak Mata Saya

KELOMPOK A2

ABDURRAHMAN AFA HARIDI G0013001

AHMAD LUTHFI G0013011

ARLINDAWATI G0013039

ASMA AZIZAH G0013043

AYATI JAUHAROTUN NAFISAH G0013051

CICILIA VIANY EVAJELISTA G0013065

FHANY GRACE LUBIS G0013095

HANA INDRIYAH DEWI G0013105

KHANIVA PUTU YAHYA G0013129

RADEN ISMAIL H A G0013193

SANTI DWI CAHYANI G0013213

SHENDY WIDHA MAHENDRA G0013217

TUTOR: Endang Ediningsih dr., M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

TAHUN 2015

Page 2: Laporan Tutorial Skenario 3 Mata

BAB I

PENDAHULUAN

SKENARIO I

Seorang perempuan usia 19 tahun datang ke klinik dokter umum dengan

keluhan ada benjolan di kelopak mata kiri sebelah bawah sejak dua minggu yang

lalu. Benjolan dirasakan semakin lama semakin membesar.

Pada pemeriksaan mata kiri didapatkan VOS 6/6, kelopak terlihat ada

benjolan, benjolan bulbi tenang, konjungtiva forniks dan palpebra hiperemis,

kornea tampak jernih. Kemudian dokter mendiagnosis dan memberikan terapi

pendahuluan kemudiaan merujuk pasien tersebut ke dokter spesialis mata.

Page 3: Laporan Tutorial Skenario 3 Mata

Jump 1: Membaca skenario dan memahami pengertian beberapa istilah dalam skenario.

Dalam skenario ini kami mengklarifikasi beberapa istilah antara lain sebagai berikut

a. Konjungtiva bulbi tenang: suatu keadaan di mana tidak terlihat adanya tanda-tanda inflamasi pada konjungtiva bulbi.

b. Konjungtiva forniks: daerah peralihan antara konjungtiva bulbi (konjungtiva yang melapisi bola mata) dan konjungtiva palpebra (konjungtiva yang melapisi kelopak mata).

Jump 2: Menentukan/ mendefinisikan permasalahan

1. Bagaimana anatomi, histologi, fisiologi palpebra, konjungtiva, apparatus

lakrimalis?

2. Mengapa terjadi benjolan di kelopak mata? Bagaimana patofisiologinya?

3. Diagnosis banding menyebabkan terjadinya benjolan? Bagaimana etiologi,

epidemiologi, patofisiologi, komplikasi, prognosis, dan terapi

pendahuluannya?

4. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik?

5. Pemeriksaan penunjang apa saja yang diperlukan untuk menegakkan

diagnosis?

Jump 3: Menganalisis permasalahan dan membuat pertanyaan sementara

mengenai permasalahan (tersebut dalam langkah II)

1. Menjelaskan anatomi, histologi, fisiologi palpebra, konjungtiva,

apparatus lakrimalis.

A, PALPEBRA

Palpebra atau kelopak mata mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta

mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan komea.

Palpebra merupakan alat menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata

Page 4: Laporan Tutorial Skenario 3 Mata

terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan bola mata.Dapat membuka diri

untuk memberi jalan masuk sinar kedalam bola mata yang dibutuhkan untuk

penglihatan.

Pembasahan dan pelicinan seluruh permukaan bola mata terjadi karena

pemerataan air mata dan sekresi berbagai kelenjar sebagai akibat gerakan buka

tutup kelopak mata. Kedipan kelopak mata sekaligus menyingkirkan debu yang

masuk.

Kelopak mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan sedang di bagian

belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal.

Gangguan penutupan kelopak akan mengakibatkan keringnya permukaan mata

sehingga terjadi keratitis et lagoftalmos.

Pada kelopak terdapat bagian-bagian :           

Kelenjar seperti : kelenjar sebasea, kelenjar Moll atau kelenjar keringat,

kelenjar Zeis pada pangkal rambut, dan kelenjar Meibom pada tarsus.

Otot seperti : M. orbikularis okuli yang berjalan melingkar di dalam

kelopak atas dan bawah, dan terletak di bawah kulit kelopak. Pada dekat

tepi margo palpebra terdapat otot orbikularis okuli yang disebut sebagai

M. Rioland. M. orbikularis berfungsi menutup bola mata yang dipersarafi

N. facial M. levator palpebra, yang berorigo pada anulus foramen orbita

dan berinsersi pada tarsus atas dengan sebagian menembus M. orbikularis

okuli menuju kulit kelopak bagian tengah. Bagian kulit tempat insersi M.

levator palpebra terlihat sebagai sulkus (lipatan) palpebra. Otot ini

dipersarafi oleh N. III, yang berfungsi untuk mengangkat kelopak mata

atau membuka mata.

Di dalam kelopak terdapat tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan

kelenjar di dalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara pada margo

palpebra.

Septum orbita yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita

merupakan pembatas isi orbita dengan kelopak depan.

Page 5: Laporan Tutorial Skenario 3 Mata

Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada

seluruh lingkaran pembukaan rongga orbita. Tarsus (terdiri atas jaringan

ikat yang merupakan jaringan penyokong kelopak dengan kelenjar

Meibom (40 bush di kelopak atas dan 20 pada kelopak bawah).

Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah a. palpebra.

Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal N.V,

sedang kelopak bawah oleh cabang ke II saraf ke V.

Konjungtiva tarsal yang terletak di belakang kelopak hanya dapat dilihat dengan

melakukan eversi kelopak. Konjungtiva tarsal melalui forniks menutup bulbus

okuli. Konjungtiva merupakan membran mukosa yang mempunyai sel Goblet

yang menghasilkan musin.

Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian

belakang. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel

goblet. Musin bersifat membasahi bola mata terutama kornea

B. APPARATUS LAKRIMALIS

Aparatus lakrimalis dibagi menjadi dua bagian yaitu sistem sekresi

dansistem ekskresi air mata. Berikut adalah gambar anatomi dari sistem lakrimalis

Sistem Sekresi Air Mata

Permukaan mata dijaga tetap lembab oleh kelenjar lakrimalis. Sekresi basal air

mata perhari diperkirakan berjumlah 0,75-1,1 gram dan cenderung menurun

seiring dengan pertambahan usia. Volume terbesar air mata dihasilkan oleh

kelenjar air mata utama yang terletak di fossa lakrimalis pada kuadran temporal di

atas orbita. Kelenjar yang berbentuk seperti buah kenari ini terletak didalam

palpebra superior. Setiap kelenjar ini dibagi oleh kornu lateral aponeurosis levator

menjadi lobus orbita yang lebih besar dan lobus palpebra yang lebih kecil. Setiap

lobus memiliki saluran pembuangannya tersendiri yang terdiri dari tiga sampai

dua belas duktus yang bermuara di forniks konjungtiva superior. Sekresi dari

kelenjar ini dapat dipicu oleh emosi atau iritasi fisik dan menyebabkan air mata

mengalir berlimpah melewati tepian palpebra (epiphora). Persarafan pada kelenjar

Page 6: Laporan Tutorial Skenario 3 Mata

utama berasal nukleus lakrimalis pons melalui nervus intermedius dan menempuh

jalur kompleks dari cabang maksilaris nervus trigeminus.

Kelenjar lakrimal tambahan, walaupun hanya sepersepuluh dari massa utama,

mempunya peranan penting. Kelenjar Krause dan Wolfring identik dengan

kelenjar utama yang menghasilkan cairan serosa namun tidak memiliki sistem

saluran. Kelenjar-kelenjar ini terletak di dalam konjungtiva, terutama forniks

superior. Sel goblet uniseluler yang tersebar di konjungtiva menghasilkan

glikoprotein dalam bentuk musin. Modifikasi kelenjar sebasea Meibom dan Zeis

di tepian palpebra memberi substansi lipid pada air mata. Kelenjar Moll adalah

modifikasi kelenjar keringat yang juga ikut membentuk film prekorneal

Sistem Ekskresi Air Mata

Sistem ekskresi terdiri atas punkta, kanalikuli, sakus lakrimalis, dan duktus

nasolakrimalis. Setiap berkedip, palpebra menutup mirip dengan risleting – mulai

di lateral, menyebarkan air mata secara merata di atas kornea, dan

menyalurkannya ke dalam sistem ekskresi pada aspek medial palpebra. Setiap kali

mengedip, muskulus orbicularis okuli akan menekan ampula sehingga

memendekkan kanalikuli horizontal. Dalam keadaan normal, air mata dihasilkan

sesuai dengan kecepatan penguapannya, dan itulah sebabnya hanya sedikit yang

sampai ke sistem ekskresi. Bila memenuhi sakus konjungtiva, air mata akan

masuk ke punkta sebagian karena hisapan kapiler.

Dengan menutup mata, bagian khusus orbikularis pre-tarsal yang mengelilingi

ampula mengencang untuk mencegahnya keluar. Secara bersamaan, palpebra

ditarik ke arah krista lakrimalis posterior, dan traksi fascia mengelilingi sakus

lakrimalis berakibat memendeknya kanalikulus dan menimbulkan tekanan negatif

pada sakus. Kerja pompa dinamik mengalirkan air mata ke dalam sakus, yang

kemudian masuk melalui duktus nasolakrimalis – karena pengaruh gaya berat dan

elastisitas jaringan – ke dalam meatus inferior hidung. Lipatan-lipatan mirip-katup

dari epitel pelapis sakus cenderung menghambat aliran balik air mata dan udara.

Page 7: Laporan Tutorial Skenario 3 Mata

Yang paling berkembang di antara lipatan ini adalah “katup” Hasner di ujung

distal duktus nasolakrimalis.

HISTOLOGI PALPEBRA

Lapisan terluar palpebra adalah kulit tipis. Epidermis terdiri atas epitel

berlapis gepeng dengan papilla. Di dalam dermis di bawahnya terdapat folikel-

folikel rambut dengan kelenjar sebasea terkait. Di dalam dermis juga terdapat

kelenjar keringat.

Lapisan terdalam palpebra adalah membrane mukosa, disebut konjungtiva

palpebra; lapisan ini terletak bersebelahan dengan bola mata. Epitel pelapis

konjungtiva palpebra adalah epitel berlapis silindris rendah dengan sedikit sel

goblet. Epitel berlapis gepeng kulit berlanjut ke atas tepi palpebra, kemudian

ditransformasi menjadi jenis berlapis silindris konjungtiva palpebra, lamina

propria tipis konjungtiva palpebra mengandung serat-serat kolagen dan elastin. Di

bawah lamina propria terdapat lempeng jaringan ikat kolagen, yaitu tarsus. Daerah

ini mengandung kelenjar sebacea khusus (besar), yaitu kelenjar tarsalis meibom.

Asini sekretoris kelenjar ini ke dalam sebuah duktus sentral panjang yang berjalan

paralel dengan konjungtiva palpebra dan bermuara di tepi palpebra.

Ujung bebas palpebra mengandung bulu mata yang muncul dari folikel

rambut besar dan panjang. Terdapat kelenjar sebasea kecil yang berkaitan dengan

bulu mata. Di antara folikel rambut bulu mata terdapat kelenjar keringat moll.

Palpebra mengandung tiga set otot: bagian terbesar palpebra adalah otot

rangka, orbikularis okuli; muskulus siliaris (Roilan) di daerah folikel rambut bulu

mata dan kelenjar tarsal; dan di bagian atas palpebra terdapat berkas-berkas otot

polos, yaitu muskulus tarsalis superior (Muller).

Jaringan ikat palpebra juga mengandung jaringan lemak, pembuluh darah,

dan jaringan limfatik (Eroschenko, 2003).

Page 8: Laporan Tutorial Skenario 3 Mata

SISTEM LAKRIMASI

Sistem lakrimasi di bagi

menjadi dua:

Struktur yang

mensekresikan air mata

Air mata disekresikan oleh glandula lakrimal yang berada di superior temporal

tulang orbital pada fossa lacrimal os frontale. Glandula ini tidak terlihat dan tidak

dapat dipalpasi. Glandula lacrimal yang terpalpasi menandakan keadaan patologis

seperti dacryoadenitis. Glandula lacrimal accesoria berada pada fornix superior

yang berfungsi untuk menghasilkan sekret air mata tambahan yang sifatnya

serous. Glandula lacrimal menerima persarafan dari nervus lacrimalis. Nervus

lacrimalis merupakan saraf secretomotorik parasimpatik yang berasal dari

n.intermedius. Serat saraf simpatik pada glandula lacrimal berasal dari ganglion

cervicalis superior

Struktur yang mendrainase air mata

Musculus orbicularis occuli yang diinervasi oleh nervus facialis menyebabkan

mata tertutup. Proses menutup mata ini berfungsi sebagai sistem penyapu air mata

yang menggerakan air mata ke arah medial menuju canthus medialis. Puncta

lacrimal superior et inferior mengumpulkan air mata, yang kemudian di

drainasekan melalui canaliculi lacrimalis superior et inferior ke arah saccus

lacrimalis. Kemudian air mata akan mengalir ke ductus nasolacrimalis yang

bermuara ke concha nasalis inferior

Page 9: Laporan Tutorial Skenario 3 Mata

Lapisan Air Mata ( Tear Film )

Tear film yang berfungsi untuk membasasi conjunctiva dan cornea terdiri dari tiga

lapisan:

1. Lapisan terluar, minyak (ketebalan mendekati 0.1 μm) merupakan produk

glandula meiboiman dan glandula sebaceous dan sweat glands pada tepi

kelopak mata. Fungsi utama lapisan ini adalah menstabilkan tear film.

Melalui komponen hidropobiknya membantu mencegah evaporasi.

2. Lapisan tengah, air (ketebalan mendekati 8 μm) disekresikan oleh glandula

lacrimal dan glandula lacrimalis accesoria (glandula krause dan wolfring).

Fungsinya untuk membersihkan cornea dan mendukung pergerakan palpebra

conjungtiva terhadap permukaan cornea, menjaga permukaan cornea agar

tetap rata.

3. Lapisan dalam, musin (ketebalan mendekati 0.8 μm) disekresikan sel goblet

pada conjungtiva dan glandula lacrimalis. Berfungsi membantu stabilisasi

tear film. Lapisan ini menjaga kelembapan pada seluruh lapisan kornea dan

konjungtiva

2. Menjelaskan patofisiologi terjadinya benjolan di kelopak mata?

Kelopak mata mengalami pembengkakan ketika ada peradangan atau kelebihan

cairan (edema) dalam jaringan ikat di sekitar mata. Mata bengkak bisa nyeri atau

tidak nyeri, dan mempengaruhi baik kelopak mata atas dan bawah.

Ada banyak penyebab mata bengkak, termasuk infeksi mata, cedera mata atau

trauma, dan, yang paling umum adalah alergi. Pembengkakan kelopak mata dapat

menjadi tanda dari, masalah kesehatan yang berpotensi mengancam penglihatan

yang lebih serius, seperti selulitis orbita, penyakit Graves dan herpes okular.

Pembengkakan kelopak mata adalah gejala dari penyebab yang mendasari, seperti

alergi atau infeksi. Mata bengkak biasanya disertai dengan satu atau lebih hal

berikut:

a. Iritasi mata, seperti gatal atau sensasi gatal

Page 10: Laporan Tutorial Skenario 3 Mata

b. Produksi air mata berlebih, yang mengakibatkan mata berair

c. Visus terhambat (tergantung pada sejauh mana pembengkakan

d. Kemerahan kelopak mata

e. Mata merah dan peradangan konjungtiva

f. Debit mata, atau "mattering"

g. Kekeringan kelopak mata atau mengelupas

h. Nyeri, terutama ketika kelopak mata bengkak disebabkan oleh infeksi

3. Menjelaskan penyakit yang berhubungan dengan benjolan pada

mata serta etiologi, epidemiologi, patofisiologi, komplikasi, prognosis,

dan terapi pendahuluannya.

a. Alergi

Alergi mata terjadi ketika sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan

terhadap zat asing, yang disebut alergen. Serbuk sari, debu, bulu hewan

peliharaan, tetes mata tertentu dan solusi lensa kontak adalah beberapa

alergen mata yang paling umum. Reaksi alergi terhadap riasan juga

merupakan penyebab dikenal mata bengkak. Alergi mata berkembang

ketika mata melepaskan mediator kimia untuk melindungi mata dari

alergen yang Anda sensitif. Yang paling umum adalah histamin, yang

menyebabkan pembuluh darah di mata membesar dan membengkak,

selaput lendir gatal dan mata Anda menjadi merah dan berair.

b. Konjungtivitis.

konjungtivitis adalah radang selaput yang jelas dari permukaan mata, yang

disebut konjungtiva. Alergi, bakteri dan virus semua bisa mengakibatkan

kelopak mata bengkak, antara gejala lain seperti mata berair, merah dan

gatal.

c. Styes/ hordeolum

Biasanya muncul sebagai bengkak, benjolan kemerahan di tepi kelopak

mata, styes disebabkan oleh infeksi bakteri dan peradangan kelenjar

meibom. Ketika ikelenjar penghasil minyak di blok, pembengkakan

Page 11: Laporan Tutorial Skenario 3 Mata

kelopak mata adalah gejala khas. Sebuah tembel dapat menyebabkan

seluruh kelopak mata membengkak, dan biasanya lunak untuk disentuh.

Gejala hordeolum:

- Benjolan pada kelopak mata atas/bawah berwarna merah dan nyeri

apabila di tekan

- Ada rasa mengganjal pada kelopak mata

- Visus tidak menurun

- Pseudoptosis/ptosis akibat bertambah beratnya kelopak sehingga

susah diangkat

- Sering terbentuk abses dan pecah sendiri

Klasifikasi

Hordeolum dikenal dalam bentuk :

- Hordeolum internum atau radang kelenjar meibom, dengan penonjolan

terutama ke daerah konjungtiva tarsal.

- Hordeolum eksternum atau radang kelenjar zeis atau moll, dengan

penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak.

Pengobatan

Untuk mempercepat peradangan kelenjar dapat dapat diberikan kompres

hangat, 3 kali sehari selama 10 menit sampai nanah keluar. Pengangkatan

bulu mata dapat memberikan jalan untuk drainase nanah. Diberi antibiotik

lokal terutama bila berbakat rekuren atau terjadinya pembesaran kelenjar

aurikel.

Antibiotik sistemik yang diberikan eritromisin 250 mg atau 125-250 mg

diklosasilin 4 kali sehari, dapat juga diberi tetrasiklin. Bila terdapat infeksi

stafilokokus di bagian tubuh lain maka sebaiknya diobati juga bersama-

sama. Pada nanah dan kantong nanah tidak dapat keluar dilakukan insisi.

Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesia topikal dengan

pentokain tetes mata. Dilakukan anestesi infiltrasi dengan prokain atau

Page 12: Laporan Tutorial Skenario 3 Mata

lidokain di daerah hordeolum dan dilakukan insisi yang bila : Hordeolum

internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus pada margo

palpebra. Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo

palpebra. Setelah dilakukan insisi dilakukan ekskohleasi atau kuretase

seluruh isi jaringan meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberi

salep antibiotik.

Komplikasi

Penyulit hordeolum adalah selulitis palpebra, yang merupakan radang

jaringan ikat jarang palpebra di depan septum orbita dan abses palpebra.

(akan dibahas lebih lanjut di jump 7)

d. Chalazion. disebabkan oleh kelenjar meibom diblokir, pada meniru

pertama tembel/styess tapi kemudian berkembang menjadi kista sebaceous

keras. Perbedaan lain adalah bahwa tembel terjadi di tepi kelopak mata

sedangkan Chalazion biasanya berkembang jauh dari tepi kelopak mata.

Kedua styes dan chalazia menyebabkan kelopak mata bengkak dan nyeri

dari daerah yang terkena.

Epidemiologi

Kalazion terjadi pada semua umur; sementara pada umur yang ekstrim

sangat jarang, kasus pediatrik mungkin dapat dijumpai. Pengaruh

hormonal terhadap sekresi sabaseous dan viskositas mungkin menjelaskan

terjadinya penumpukan pada masa pubertas dan selama kehamilan.

Gejala klinis

Kalazion akan memberi gejala adanya benjolan pada kelopak, tidak

hiperemik, tidak ada nyeri tekan, dan adanya pseudoptosis. Kelenjar

preaurikuler tidak membesar. Kadang-kadang mengakibatkan perubahan

bentuk bola mata akibat tekanannya sehingga terjadi kelainan refraksi pada

mata tersebut.

Patofisiologi

Page 13: Laporan Tutorial Skenario 3 Mata

Kerusakan lipid yang mengakibatkan tertahannya sekresi kelenjar,

kemungkinan karena enzim dari bakteri, membentuk jaringan granulasi

dan mengakibatkan inflamasi. Proses granulomatous ini yang

membedakan antara kalazion dengan hordeolum internal atau eksternal

(terutama proses piogenik yang menimbulkan pustul), walaupun kalazion

dapat menyebabkan hordeolum, begitupun sebaliknya. Secara klinik,

nodul tunggal (jarang multipel) yang agak keras berlokasi jauh di dalam

palpebra atau pada tarsal. Eversi palpebra mungkin menampakkan kelenjar

meibom yang berdilatasi.

Komplikasi

Rusaknya sistem drainase pada kalazion dapat menyebabkan trichiasis,

dan kehilangan bulu mata. Kalazion yang rekuren atau tampat atipik perlu

dibiopsi untuk menyingkirkan adanya keganasan. Astigmatisma dapat

terjadi jika massa pada palpebra sudah mengubah kontur kornea. Kalazion

yang drainasenya hanya sebagian dapat menyebabkan massa jaringan

granulasi prolapsus diatas konjungtiva atau kulit.

Pengobatan

Pengobatan kalazion antara lain adalah

a. Penanganan konservatif kalazion adalah dengan kompres air hangat 15

menit( 4 kali sehari). Lebih dari 50% kalazion sembuh dengan

pengobatan konservatif.

b. Obat tetes mata atau salep mata jika infeksi diperkirakan sebagai

penyebabnya

c. Injeksi 0,2 - 2 ml triamsinolon 5 mg/ml ke dalam kalazion untuk

mengurangi inflamasi, jika tidak ada bukti infeksi. Steroid

menghentikan inflamasi dan sering menyebabkan regresi dari kalazion

dalam beberapa minggu kemudian. Komplikasi dari penyuntikan

steroid meliputi hipopigmentasion, atropi, dan potensial infeksi.

d. Eksisi kalazion : insisi vertikal pada permukaan konjungtiva palpebra.

Untuk kalazion yang kecil, dilakukan kuretase pada granuloma

inflamasi pada kelopak mata. Untuk kalazion yang besar, mengiris

Page 14: Laporan Tutorial Skenario 3 Mata

granuloma untuk dibuang seluruhnya. Untuk kalazion yang menonjol

ke kulit, menginsisi permukaan kulit secara horisontal lebih sering

dilakukan daripada lewat konjungtiva untuk pembuangan seluruh

jaringan yang mengalami inflamasi.

Prognosis

Terapi bisanya berhasil dengan baik. Jika lesi baru sering terjadi, drainage

yang kurang adekuat mungkin mengikatkan lokal rekurensi ini. Kalazion

yang tidak diobati kadang-kadang terdrainase secara spontan, namun

biasanya lebih sering persisten menjadi inflamasi akut intermitten.

Bila terjadi kalazion berulang beberapa kali sebaiknya dilakukan

pemeriksaan histopatologik untuk menghindari kesalahan diagnosis

dengan kemungkinan keganasan.

(akan dibahas lebih lanjut di jump 7)

e. Cedera mata.

Setiap trauma pada area mata, termasuk memar kelopak mata (umumnya

dikenal sebagai mata hitam) dan trauma yang disebabkan oleh operasi

kosmetik (blepharoplasty, atau operasi kelopak mata), dapat memicu

peradangan dan mata bengkak.

f. Pemakaian lensa kontak. Perawatan yang tidak tepat untuk lensa kontak -

seperti memakai lensa kotor, berenang dalam lensa kontak atau

menyimpan kontak dalam kasus lensa kotor - dapat menyebabkan infeksi

mata dan kelopak mata bengkak. Menggunakan kontak yang rusak juga

dapat mengiritasi mata dan menyebabkan kelopak mata membengkak.

g. Blepharitis

Palpebra berfungsi untuk memberikan proteksi fisik untuk mata,

mempertahankan film air mata (tear film), dan drainase air mata. Penyakit

– penyakit pada kelopak mata terbagi menjadi empat, yaitu posisi palpebra

abnormal, inflamasi palpebra, pembengkakan palpebra, dan abnormalitas

bulu mata . Dari kasus pada skenario, kami lebih membahas tentang

pembengkakan palpebra dan inflamasi palpebra. Salah satu contoh

Page 15: Laporan Tutorial Skenario 3 Mata

inflamasi pada palpebra adalah blefaritis. Blefaritis merupakan inflamasi

kronis pada pelpebra yang sering terjadi. Blefaritis kadang dikaitkan

dengan infeksi Staphylococcus yang kronis. Kondisi ini menyebabkan

debris skuamosa, inflamasi tepi palpebra, kulit, dan folikel bulu mata

(blefaritis anterior). Inflamasi ini juga dapat mengenai glandula Meibom

secara tersendiri (penyakit glandula Meibom atau blefaritis posterior)

(James, Chew & Bron 2006).

Manifestasi klinis

Tanda-tanda blefaritis, yaitu skuama pada tepi palpebra, debris

berbentuk roset di sekitar bulu mata yang dasarnya dapat mengalami

ulserasi, jumlah bulu mata yang berkurang, obstruksi dan sumbatan ductus

Meibom, sekresi glandula Meibom berwarna keruh, injeksi pada tepi

palpebra, dan abnormalitas film air mata. Pada penyakit yang berat, epitel

cornea dapat terkena (blefarokeratitis). Dapat terbentuk ulkus kecil di

perifer cornea (ulserasi marjinal sekunder akibat eksotoksin

Staphylococcus). Selain itu, konjunctiva juga dapat mengalami injeksi.

Blefaritis sangat berhubungan dengan dermatitis seboroik, eksim atopic,

dan akne rosasea Pada rosasea terdapat hyperemia dan teleangiektasia kulit

wajah dan rinofima (James, Chew & Bron 2006).

PENGOBATAN:

• Kompres hangat (selama 5 menit) pada kelopak dimaksud agar dapat

meningkatkan produksi minyak dan mencairkan minyak di kelenjar

meibom. .

• melakukan scrub pada bulu mata dengan menggunakan sabun yang anti

iritasi atau sabun bayi digunakan dalam pengelolaan blepharitis anterior

dan sangat ditargetkan untuk menghilangkan kotoran bulu mata, bakteri,

bakteri racun, minyak dan ketombe. Hal ini penting untuk menekankan

bahwa pendidikan pasien, kompres hangat dan kebersihan kelopak mata

adalah elemen kunci dari manajemen blepharitis.

Page 16: Laporan Tutorial Skenario 3 Mata

• Teknik pijat kelenjar kelopak mata sering dianjurkan untuk memfasilitasi

aliran minyak meibom dari kelenjar. Hal ini dicapai dengan menerapkan

tekanan ringan dengan ujung jari

Beberapa jenis antibiotik topikal: tetes dan salep, beberapa sering

diresepkan adalah:

a. Azithromycin (AzaSite, Bausch & Lomb), biasanya diresepkan satu tetes

di saat malam sebelum tidur selama satu minggu atau

b. Salep mata Bacitracin: digunakan ½ inch strip; di oleskan pada kelopak

mata satu atau beberapa kali dalam sehari untuk beberapa hari

c. Salep mata Erythromycin : digunakan ½ inch strip; di oleskan pada

kelopak mata satu atau beberapa kali dalam sehari untuk beberapa hari

d. Topical corticosteroids: ophthalmic suspensions, gels and ointments.

Biasanya diresepkan kuran dari 14 hari

- Lotemax (loteprednol etabonate 0.5 percent, Bausch & Lomb), 1

tetes 1 atau dua kali perhari

- Prednisolone acetate 1percent, 1 tetes perhari

e. kombinasi topical corticosteroids and antibiotic

- Tobramycin/dexamethasome atau tobramycin/loteprenol

- Tetrasiklin

- Erythromycin is usually prescribed when there is a contraindication

to the tetracyclines.

h. Dakriosistitis adalah peradangan pada sakus lakrimalis akibat adanya

obstruksi pada duktus nasolakrimalis. Obstruksi pada anak-anak biasanya

akibat tidak terbukanya membran nasolakrimal, sedangkan pada orang

dewasa akibat adanya penekanan pada salurannya, misal adanya polip

hidung.

Epidemiologi

Penyakit ini sering ditemukan pada anak-anak atau orang dewasa di atas

40 tahun, terutama perempuan dengan puncak insidensi pada usia 60

Page 17: Laporan Tutorial Skenario 3 Mata

hingga 70 tahun. Dakriosistitis pada bayi yang baru lahir jarang terjadi,

hanya sekitar 1% dari jumlah kelahiran yang ada dan jumlahnya hampir

sama antara laki-laki dan perempuan. Jarang ditemukan pada orang

dewasa usia pertengahan kecuali bila didahului dengan infeksi jamur.

Klasifikasi

Berdasarkan perjalanan penyakitnya, dakriosistitis dibedakan menjadi 3

(tiga) jenis, yaitu:

a. Akut

Pasien dapat menunjukkan morbiditasnya yang berat namun jarang

menimbulkan kematian. Morbiditas yang terjadi berhubungan dengan

abses pada sakus lakrimalis dan penyebaran infeksinya.

b. Kronis

Morbiditas utamanya berhubungan dengan lakrimasi kronis yang

berlebihan dan terjadinya infeksi dan peradangan pada konjungtiva.

c. Kongenital

Merupakan penyakit yang sangat serius sebab morbiditas dan

mortalitasnya juga sangat tinggi. Jika tidak ditangani secara adekuat, dapat

menimbulkan selulitis orbita, abses otak, meningitis, sepsis, hingga

kematian. Dakriosistitis kongenital dapat berhubungan dengan

amniotocele, di mana pada kasus yang berat dapat menyebabkan obstruksi

jalan napas. Dakriosistitis kongenital yang indolen sangat sulit didiagnosis

dan biasanya hanya ditandai dengan lakrimasi kronis, ambliopia, dan

kegagalan perkembangan.

Manifestasi klinis

Gejala umum pada penyakit ini adalah keluarnya air mata dan kotoran.

Pada dakriosistitis akut, pasien akan mengeluh nyeri di daerah kantus

Page 18: Laporan Tutorial Skenario 3 Mata

medial (epifora) yang menyebar ke daerah dahi, orbita sebelah dalam dan

gigi bagian depan. Sakus lakrimalis akan terlihat edema, lunak dan

hiperemi yang menyebar sampai ke kelopak mata dan pasien juga

mengalami demam. Jika sakus lakrimalis ditekan, maka yang keluar

adalah sekret mukopurulen

Pada dakriosistitis kronis gejala klinis yang dominan adalah lakrimasi

yang berlebihan terutama bila terkena angin. Dapat disertai tanda-tanda

inflamasi yang ringan, namun jarang disertai nyeri. Bila kantung air mata

ditekan akan keluar sekret yang mukoid dengan pus di daerah punctum

lakrimal dan palpebra yang melekat satu dengan lainnya.

Pada dakriosistitis kongenital biasanya ibu pasien akan mengeluh mata

pasien merah pada satu sisi, bengkak pada daerah pangkal hidung dan

keluar air mata diikuti dengan keluarnya nanah terus-menerus. Bila bagian

yang bengkak tersebut ditekan pasien akan merasa kesakitan (epifora).

(akan dibahas lebih lanjut di jump 7)

Faktor Predisposisi Dan Etiologi

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya obstruksi duktus

nasolakrimalis:

Terdapat benda yang menutupi lumen duktus, seperti pengendapan kalsium,

atau koloni jamur yang mengelilingi suatu korpus alienum.

Terjadi striktur atau kongesti pada dinding duktus.

Penekanan dari luar oleh karena terjadi fraktur atau adanya tumor pada sinus

maksilaris.

Obstruksi akibat adanya deviasi septum atau polip.

Dakriosistitis dapat disebabkan oleh bakteri Gram positif maupun Gram

negatif. Bakteri Gram positif Staphylococcus aureus merupakan penyebab utama

terjadinya infeksi pada dakriosistitis akut, sedangkan Coagulase Negative-

Page 19: Laporan Tutorial Skenario 3 Mata

Staphylococcus merupakan penyebab utama terjadinya infeksi pada dakriosistitis

kronis. Selain itu, dari golongan bakteri Gram negatif, Pseudomonas sp. juga

merupakan penyebab terbanyak terjadinya dakriosistitis akut dan kronis.

Literatur lain menyebutkan bahwa dakriosistitis akut pada anak-anak

sering disebabkan oleh Haemophylus influenzae, sedangkan pada orang dewasa

sering disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan Streptococcus β-haemolyticus.

Pada literatur ini, juga disebutkan bahwa dakriosistitis kronis sering disebabkan

oleh Streptococcus pneumoniae.

Patofisiologi

Awal terjadinya peradangan pada sakus lakrimalis adalah adanya obstruksi

pada duktus nasolakrimalis. Obstruksi duktus nasolakrimalis pada anak-anak

biasanya akibat tidak terbukanya membran nasolakrimal, sedangkan pada orang

dewasa akibat adanya penekanan pada salurannya, misal adanya polip hidung.

Obstruksi pada duktus nasolakrimalis ini dapat menimbulkan penumpukan

air mata, debris epitel, dan cairan mukus sakus lakrimalis yang merupakan media

pertumbuhan yang baik untuk pertumbuhan bakteri.2

Ada 3 tahapan terbentuknya sekret pada dakriosistitis. Hal ini dapat

diketahui dengan melakukan pemijatan pada sakus lakrimalis. Tahapan-tahapan

tersebut antara lain:

Tahap obstruksi

Pada tahap ini, baru saja terjadi obstruksi pada sakus lakrimalis, sehingga

yang keluar hanyalah air mata yang berlebihan.

Tahap Infeksi

Pada tahap ini, yang keluar adalah cairan yang bersifat mukus,

mukopurulen, atau purulent tergantung pada organisme penyebabnya.

Tahap Sikatrik

Page 20: Laporan Tutorial Skenario 3 Mata

Pada tahap ini sudah tidak ada regurgitasi air mata maupun pus lagi. Hal

ini dikarenakan sekret yang terbentuk tertahan di dalam sakus sehingga

membentuk suatu kista.

6. Faktor risiko keluhan pasien

a. Hordeolum / khalazion

1) Miopi

2) Umur diatas 40 tahun

3) Hygine

4) Kosmetik

5) Kontak lens

b. Keganasan

1) Radiasi

2) Paparan karsinogen : rokok

c. Dakriosistitis

1) Anak- anak

2) Wanita diatas 40 tahun

7. Mengapa terdapat benjolan tapi visus masih normal ?

Page 21: Laporan Tutorial Skenario 3 Mata

Jump 4

Benjolan Kelopak Mata

Anamnesis- Wanita 19 th

- Sejak 2 minggu- Makin besar

Pemeriksaan fisik- VOS 6/6

- Konjungtiva bulbi tenang- Konjungtiva forniks dan palpebra

hiperemis- Kornea jernih

DD- Hordeolum

- Kalazion- Dakriosistitis

- Basal cell carcinoma- Konjungtivitis adenovirus

- Cellulitis preorbital, dll

Terapi pendahuluan- Antibiotik

- Kompres hangat

Rujuk

Page 22: Laporan Tutorial Skenario 3 Mata

Jump 5: Merumuskan tujuan pembelajaran

1. Bagaimanakah interpretasi pemeriksaan fisik pada skenario di atas?

2. Pemeriksaan apa saja yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis?

3. Bagaimanakah diagnosis banding pada kasus dalam skenario di atas?

4. Apakah terapi pendahuluan yang diberikan pada kasus dalam skenario di atas?

Jump 6: Mengumpulkan informasi baru

Masing-masing anggota kelompok kami telah mencari sumber – sumber ilmiah

dari beberapa buku referensi maupun akses internet yang sesuai dengan topik

diskusi tutorial ini secara mandiri untuk disampaikan dalam pertemuan

berikutnya.

Jump 7: Melaporkan, membahas, dan menata kembali informasi baru yang

diperoleh

1. Interpretasi pemeriksaan fisik pada skenario.

“Pada pemeriksaan mata kiri didapatkan VOS 6/6, kelopak terlihat ada benjolan, konjungtiva bulbi tenang, konjungtiva forniks dan palpebral hiperemis, kornea tampak jernih.”

Secara lebih terperinci hasil yang didapatkan dari pemeriksaan mata kiri pasien adalah:

a. VOS 6/6 artinya visus normal (emetropia). Pasien dapat melihat huruf pada Snellen chart dalam jarak 6 meter dan memang seharusnya huruf tersebut bisa dilihat dengan jelas oleh orang normal pada jarak 6 meter.

b. Kelopak mata terlihat ada benjolan. Benjolan yang dimaksud tidak diberikan detailnya, sehingga harus dilihat apakah fokal atau difus, konsistensinya keras atau lunak. Pasien tidak merasakan nyeri namun makin lama membesar.

Page 23: Laporan Tutorial Skenario 3 Mata

c. Konjungtiva bulbi tenang, yang artinya konjungtiva bulbi tidak mengalami inflamasi. Tidak terlihat kemerahan dan secara makroskopis terlihat normal.

d. Konjungtiva forniks dan palpebral hiperemis terjadi karena terjadi vasodilatasi vasa darah di daerah tersebut.

e. Kornea tampak jernih artinya fungsi media refraksi masih baik, memperkuat hasil visus 6/6.

2. Pemeriksaan yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis.

HORDEOLUM

Pemeriksaan Fisik Oftalmologis

Ditemukan kelopak mata bengkak, merah, dan nyeri pada perabaan.

Nanah dapat keluar dari pangkal rambut (hordeolum eksternum). Apabila

sudah terjadi abses dapat timbul undulasi.

Pemeriksaan Penunjang : Tidak diperlukan

DAKROSISTITIS

Uji anel: untuk mengetahui fungsi ekskresi sitem lakrimal

1. Beri anestesi topical dan dilakukan dilatasi pungtum lakrimal

2. Jarum anel dimasukkan pada pungtum dan kanalikuli lakrimal

3. Semprotkan garam fisiologik

4. Tanyakan apakah pasien merasa cairan masuk ke tenggorokan atau dilihat

ada tidaknya reflek menelan

5. Bila ada berarti fungsi ekskresi system lakrimal baik. Bila tidak ada berarti

ada sumbatan duktus nasolakrimal

Uji rasa: untuk mengetahui fungsi ekskresi system lakrimal

Page 24: Laporan Tutorial Skenario 3 Mata

1. 1 tetes sakarin diteteskan pada konjungtiva

2. Bila pasien merasa sesuatu yang manis setelah 5 menit berarti fungsi

ekskresi lakrimal baik. (Ilyas, 2010)

3. Diagnosis banding pada kasus dalam skenario.

HORDEOLUM

1. Pengertian

Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata.

Hordeolum biasanya merupakan infeksi staphylococcus pada kelenjar

sabasea kelopak mata. Biasanya sembuh sendiri dan dapat diberi hanya

kompres hangat. Hordeolum secara histopatologik gambarannya seperti

abses. (Bessette, 2002)

2. Klasifikasi

Hordeolum dikenal dalam bentuk :

Hordeolum internum atau radang kelenjar meibom, dengan penonjolan

terutama ke daerah konjungtiva tarsal.

Hordeolum eksternum atau radang kelenjar zeis atau moll, dengan

penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak. (Ilyas, 2010)

3. Gejala Klinis

Hordeolum memberikan gejala radang pada kelopak mata seperti

bengkak, mengganjal dengan rasa sakit, merah, dan nyeri bila ditekan.

Hordeolum internum biasanya berukuran lebih besar dibanding hordeolum

eksternum. Adanya pseudoptosis atau ptosis terjadi akibat bertambah

beratnya kelopak sehingga sukar diangkat. Pada pasien dengan hordeolum,

kelenjar preaurikel biasanya turut membesar. Sering hordeolum ini

membentuk abses dan pecah dengan sendirinya. (Ilyas, 2010)

4. Komplikasi

Page 25: Laporan Tutorial Skenario 3 Mata

Penyulit hordeolum adalah selulitis palpebra, yang merupakan radang

jaringan ikat jarang palpebra di depan septum orbita dan abses palpebra.

(Ilyas, 2010)

KALAZION

1. Pengertian

Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kelenjar meibom

yang tersumbat. Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar meibom dengan

infeksi ringan yang mengakibatkan peradangan kronis kelenjar tersebut.

(Ilyas, 2010)

Awalnya dapat berupa radang ringan dan nyeri tekan mirip

hordeolum-dibedakan dari hordeolum karena tidak ada tanda-tanda radang

akut. (Vaughan, 1996)

Gejala kalazion antara lain pembengkakan di kelopak mata,

bertambahnya produksi air mata, perasaan berat di kelopak mata, bila sudah

dalam stadium lanjut bisa terjadi photobia. Karena tonjolan kalazia dapat

menekan kornea, maka kalazion yang kronis dapat menyebabkan komplikasi

berupa astigmatisma. (Bagheri A, 2009)

2. Patofisiologi

Kalazion akan memberi gejala adanya benjolan pada kelopak, tidak

hiperemik, tidak ada nyeri tekan, dan adanya pseudoptosis. Kelenjar

preaurikuler tidak membesar. Kadang-kadang mengakibatkan perubahan

bentuk bola mata akibat tekanannya sehingga terjadi kelainan refraksi pada

mata tersebut. (Ilyas, 2010)

Kerusakan lipid yang mengakibatkan tertahannya sekresi kelenjar,

kemungkinan karena enzim dari bakteri, membentuk jaringan granulasi dan

mengakibatkan inflamasi. Proses granulomatous ini yang membedakan

antara kalazion dengan hordeolum internal atau eksternal (terutama proses

piogenik yang menimbulkan pustul), walaupun kalazion dapat menyebabkan

hordeolum, begitupun sebaliknya. Secara klinik, nodul tunggal (jarang

Page 26: Laporan Tutorial Skenario 3 Mata

multipel) yang agak keras berlokasi jauh di dalam palpebra atau pada tarsal.

Eversi palpebra mungkin menampakkan kelenjar meibom yang berdilatasi.

(Wessels, 2002)

3. Epidemiologi

Kalazion terjadi pada semua umur; sementara pada umur yang

ekstrim sangat jarang, kasus pediatrik mungkin dapat dijumpai. Pengaruh

hormonal terhadap sekresi sabaseous dan viskositas mungkin menjelaskan

terjadinya penumpukan pada masa pubertas dan selama kehamilan.

(Vaughan, 1996)

4. Penyebab

Kalazion mungkin timbul spontan disebabkan oleh sumbatan pada

saluran kelenjar atau sekunder dari hordeolum internum. Kalazion

dihubungkan dengan seborrhea, chronic blepharitis, dan acne rosacea.

(Wessels, 2002)

5. Komplikasi

Rusaknya sistem drainase pada kalazion dapat menyebabkan

trichiasis, dan kehilangan bulu mata. Kalazion yang rekuren atau tampat

atipik perlu dibiopsi untuk menyingkirkan adanya keganasan. Astigmatisma

dapat terjadi jika massa pada palpebra sudah mengubah kontur kornea.

Kalazion yang drainasenya hanya sebagian dapat menyebabkan massa

jaringan granulasi prolapsus diatas konjungtiva atau kulit. (Ilyas, 2010)

SELULITIS PRESEPTAL

Infeksi umum dari kelopak mata dan jaringan lunak periorbital yang

ditandai dengan eritema kelopak mata akut dan edema. Infeksi ini biasanya

hasil dari penuebaran lokal dakriosistitis, sinusitis dan trauma kelopak mata.

Faktor resiko : herdeolum, kalazion, dakriosistitis, varicella. Epidemiologi :

terutama didapatkan pada anak-anak, 80% dari pasien lebih muda dari 10

tahun (Medscape,201)

GRANULOMA PIOGENIK

Page 27: Laporan Tutorial Skenario 3 Mata

Tumor vasculer proliferasi jinak pada kulit dan membran mukosa

yang sering mengikuti infeksi dan trauma minor. Gambaran klinis

granuloma piogenik berupa papul atau nodul dengan soliter berwarna merah

dengan diameter 5-10mm, tumbuh cepat dalam 1-3 minggu. Epidemiologi :

terjadi pada semua umur, merupakan salah satu tumor-tumor vasculer yang

paling sering didapatkan pada bayi dan anak-anak juga dapat terjadi pada

orang dewasa. Tidak terdapat perbedaan antara pria dan wanita, tumor ini

sering tumbuh soliter tetapi bisa terjadi lesi yang multiple (Calonje E,2005 )

KARSINOMA KELENJAR SEBASEA

Karsinoma kelenjar sebasea paling sering berasal dari kelenjar

meibom dan Zeis, tetapi dapat pula muncul di kelenjar sebasea alis mata

atau caruncula. Sekitar separuhnya mirip lesi dan kelainan peradangan jinak,

seperti kalazion dan blefaritis kronik. Karsinoma ini lebih agresif dari

karsinoma sel skuamosa, sering meluas ke dalam orbita, menginvasi sistem

limfatik, dan bermetastasis. Dapat dilakukan biopsi kelenjar sentinel sebagai

bagian dari pemeriksaan pasien dengan tumor adneksa

(Vaughan&Asbury,2008).

KONJUNGTIVITIS VIRUS AKUT

Konjungtivitis demam faringokonjungtiva disebabkan infeksi virus.

Kelainan ini akan memberikan gejala demam, faringitis, sekret berair dan

sedikit, yang mengenai satu atau kedua mata. Biasanya disebabkan

adenovirus tipe 3 dan 7, terutama mengenai remaja, yang disebabkan

melalui droplet atau kolam renang. Masa inkubasi 5-12 hari, yang

menularkan selama 12 hari, dan bersifat epidemik. Mengenai satu mata yang

akan mengenai mata lainnya dalam minggu berikutnya.

Berjalan akut dengan gejala penyakit hiperemia konjungtiva, folikel

pada konjungtiva, sekret serous, fotofobia, kelopak bengkak dengan

pseudomembran. Pada kornea dapat terjadi keratitis superfisial, dan atau

subepitel dengan pembesaran kelenjar limfe preaurikuler.

Page 28: Laporan Tutorial Skenario 3 Mata

Pengobatannya hanya suportif karena dapat sembuh sendiri.

Diberikan kompres, astringen, lubrikasi, pada kasus yang berat dapat

diberikan antibiotik dengan steroid topikal. Pengobatannya biasanya

simtomatik dan antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder.

KARSINOMA SEL BASAL

Menurut adanya benjolan pada palpebra dan tidak ada nyeri pada

benjolan tersebut, kalazion dapat didiagnosis banding dengan karsinoma sel

basal dan karsinoma sel skuamosa. Karsinoma sel basal merupakan tumor

ganas yang sering terjadi. Tumor ini berkembang lambat, invasive lokal, dan

tidak bermetastasis. Pasien akan datang dengan lesi tidak nyeri pada

palpebra yang dapat nodular, sclerosis, atau ulseratif (yang disebut ulkus

roden). Lesi ini mempunyai batas khas berwarna putih pucat seperti mutiara.

Kemudian, karsinoma sel skuamosa lebih jarang namun lebih ganas dan

dapat bermetastasis ke kelenjar getah bening. Karsinoma ini dapat terjadi de

novo atau dari lesi premaligna. Benjolan pada karsinoma sel skuamosa

berupa nodul yang keras atau bercak bersisik (James, Chew & Bron 2006).

DACRIOSISTITIS

Dacriosistitis merupakan infeksi pada saccus lacrimalis yang

menyebabkan nyeri, kemerahan, pembengkakan pada kelopak mata bawah

dan epifora. Jika kelainan obstruksinya kongenital dinamakan dacriosistocel.

Umumnya disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan Streptococcus

pneumoniae. Komplikasi yang paling umum adalah ulserasi kornea yang

dihubungkan dengan S. Pneumoniae. Terapi yang dibutuhkan adalah

antibiotik, baik topikal dan atau oral, kompres hangat dan

dacryocystorhinostomy. (Yanoff & Duker, 2008)

60% kasus dacriosistitis dapat terjadi lagi. Individu dengan sistem

imun yang lemah, dacrisistitits dapat menjadi selulitis orbital yang dapat

menyebabkan neuritis optik, proptosis atau kebutaan. (Yanoff & Duker,

2008)

Page 29: Laporan Tutorial Skenario 3 Mata

BLEFARITIS

Merupakan kondisi umum pada mata yang ditandai dengan inflasi kronis kelopak mata, tempat di mana bulu mata tumbuh. Hal ini terjadi saat kelenjar minyak dekat bulu mata tidak berfungsi sebagaimana mestinya, menyebabkan inflamasi, inflamasi, gatal dan kelopak mata memerah. Biasanya blefaritis ini disebabkan karena pertumbuhan bakteri yang berlebihan yang pada umunya merupakan flora alami kulit. Tetapi, beberapa kondisi dapat berkembang menjadi blefaritis.

Blefaritis dapat diklasifikasikan sebagai seboroik, stafilokokal, mixed, posterior, meibomitis atau parasitik. Bisa akut dan kronis. Keadaan kronis dapat menjadi lebih susah untuk diterapi, dan biasanya tidak menimbulkan kerusakan permanen.

Beberapa kondisi dapat menyebabkan blefaritis, seperti rosacea, herpes simplex dermatitis, varicella-zoster dermatitis, molluscum contagiosum, allergic dermatitis, contact dermatitis, seborrheic dermatitis, staphylococcal dermatitis, dan parasitic infections (contoh : Demodex dan Phthiriasis palpebrarum). Bebrapa gejala yang dikaitkan dengan blefaritis antara lain : mata berair, mata merah, kelopak mata merah dan bengkak, terdapat crusta di bulu mata, kelopak mata yang lengket, gatal di kelopak mata, adanya sisik di kelopak mata, dan hilangnya bulu mata. (Cunningham& Riordan, 2011)

Terapi untuk blefaritis blefaritis terjadi dari beberapa tahap :

1. Mengompres kelopak mata dengan air hangat untuk menghilangkan deposit minyak padat.

2. Membersihkan kotoran di margin kelopak mata menggunakan sabun yang non iritatif.

3. Menggunakan air mata artifisial.4. Penggunaan antibiotik.5. Steroid ointment atau tetes mata steroid untuk membantu mengontrol

inflamasi.6. Pengobatan penyakit yang mendasari.7. Menghentikan penggunaan make up pada mata hingga kondisi membaik.

(Kristina, et al., 2012)

4. Terapi pendahuluan yang diberikan pada kasus dalam skenario.

Page 30: Laporan Tutorial Skenario 3 Mata

HORDEOLUM

Untuk mempercepat peradangan kelenjar dapat dapat diberikan kompres

hangat, 3 kali sehari selama 10 menit sampai nanah keluar. Pengangkatan bulu

mata dapat memberikan jalan untuk drainase nanah. Diberi antibiotik lokal

terutama bila berbakat rekuren atau terjadinya pembesaran kelenjar aurikel.

Terapi stye primer adalah pengompresan mata dengan air hangat. Insisi

dan drainase dilakukan apabila gejala tidak membaik 48 jam setelah

pengkompresan dimulai. Bagian dari perawatan adalah membersihkan crusta

menggunakan sabun bayi yang non iritatif. Antibiotik topikal berupa ointment

atau tetes mata juga bisa digunakan. (Lindsley, et al., 2013)

Antibiotik sistemik yang diberikan eritromisin 250 mg atau 125-250 mg

diklosasilin 4 kali sehari, dapat juga diberi tetrasiklin. Bila terdapat infeksi

stafilokokus di bagian tubuh lain maka sebaiknya diobati juga bersama-sama.

Pada nanah dan kantong nanah tidak dapat keluar dilakukan insisi. (Ilyas,

2010)

Penderita stye sangat tidak disarankan untuk memakai makeup mata

(misal eyeliner), lotion atau memakai kontak lensa karena dapat menyebarkan

infeksi hingga ke kornea. Pada pasien yang cenderung terkena stye disarankan

tidak berbagi kosmetik mata dan dapat secara rutin mengkompres mata dengan

air hangat untuk mencegah stye kambuh. (Lindsley, et al., 2013)

Insisi hordeolum:

1. Beri anestesi topical dengan patokain tetes mata

2. Lakukan anestesi filtrasi dengan prokain/lidokain di daerah hordeolum

3. Pada hordeolum internum, buat insisi pada daerah fluktuasi pus tegak

lurus margo palpebra. Sedangkan pada hordeolum eksternum insisinya

sejajar margo palpebra.

Page 31: Laporan Tutorial Skenario 3 Mata

4. Lakukan ekskokleasi/kuretase seluruh isi jaringan radang dalam

kantongnya

5. Beri salep antibiotic.

6. Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus

pada margo palpebral.

7. Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra. (Ilyas,

2010)

Setelah dilakukan insisi dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi

jaringan meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberi salep antibiotik.

(Ilyas, 2010)

Konseling dan Edukasi

Penyakit hordeolum dapat berulang sehingga perlu diberi tahu pasien dan

keluarga untuk menjaga higiene dan kebersihan lingkungan

Rencana Tindak Lanjut

Bila dengan pengobatan konservatif tidak berespon dengan baik, maka

prosedur pembedahan mungkin diperlukan untuk membuat drainase pada

hordeolum.

Kriteria rujukan

a. Bila tidak memberikan respon dengan pengobatan konservatif.

b. Hordeolum berulang.

Prognosis

Prognosis pada umumnya baik. (Permenkes,2014)

KALAZION

Page 32: Laporan Tutorial Skenario 3 Mata

Merupakan kista yang disebabkan oleh penyumbatan saluran pada glandula

meibom (meibomiam gland) . Kalzion berbeda dari stye karena pada kalazion

biasanya subakut dan tidak nyeri. Dan kalazion biasanya berlokasi di dalam

kelopk mata, tidak seperti hordeolum yang berlokasi di lig margin.

Gejala kalazion antara lain pembengkakan di kelopak mata, bertambahnya

produksi air mata, perasaan berat di kelopak mata, bila sudah dalam stadium

lanjut bisa terjadi photobia. Karena tonjolan kalazia dapat menekan kornea,

maka kalazion yang kronis dapat menyebabkan komplikasi berupa

astigmatisma. (Bagheri A, 2009)

Penatalaksanaan kalazion antara lain adalah:

1. Penanganan konservatif kalazion adalah dengan kompres air hangat 15

menit( 4 kali sehari). Lebih dari 50% kalazion sembuh dengan pengobatan

konservatif.

2. Obat tetes mata atau salep mata jika infeksi diperkirakan sebagai

penyebabnya.

3. Injeksi steroid ke dalam kalazion untuk mengurangi inflamasi, jika tidak

ada bukti infeksi. Steroid menghentikan inflamasi dan sering menyebabkan

regresi dari kalazion dalam beberapa minggu kemudian.

4. Injeksi 0,2 - 2 ml triamsinolon 5 mg/ml secara langsung ke pusat kalazion,

injeksi kedua mungkin diperlukan.

5. Tindakan bedah jika gumpalan tersebut tidak dapat hilang.

Komplikasi dari penyuntikan steroid meliputi hipopigmentasion, atropi, dan

potensial infeksi. (Santen, 2001)

Eksisi Kalazion

1. Jika perlu, buatlah insisi vertikal pada permukaan konjungtiva palpebra.

2. Untuk kalazion yang kecil, lakukan kuretase pada granuloma inflamasi

pada kelopak mata.

3. Untuk kalazion yang besar, iris granuloma untuk dibuang seluruhnya

Page 33: Laporan Tutorial Skenario 3 Mata

4. Cauter atau pembuangan kelenjar meibom (yang biasa dilakukan)

5. Untuk kalazion yang menonjol ke kulit, insisi permukaan kulit secara

horisontal lebih sering dilakukan daripada lewat konjungtiva untuk

pembuangan seluruh jaringan yang mengalami inflamasi. (Santen, 2001)

Eskokleasi Kalazion

1. Terlebih dahulu mata ditetes dengan anestesi topikal pentokain.

2. Obat anestesia infiltratif disuntikkan di bawah kulit di depan kalazion.

3. Kalazion dijepit dengan kelem kalazion dan kemudian klem dibalik

sehingga konjungitva tarsal dan kalazion terlihat.

4. Dilakukan insisi tegak lurus margo palpebra dan kemudian isi kalazion

dikuret sampai bersih.

5. Klem kalazion dilepas dan diberi salep mata. (Ilyas, 2010)

Prognosis

Terapi bisanya berhasil dengan baik. Jika lesi baru sering terjadi,

drainage yang kurang adekuat mungkin mengikatkan lokal rekurensi ini.

Kalazion yang tidak diobati kadang-kadang terdrainase secara spontan, namun

biasanya lebih sering persisten menjadi inflamasi akut intermitten. (Wessels,

2002).

Bila terjadi kalazion berulang beberapa kali sebaiknya dilakukan

pemeriksaan histopatologik untuk menghindari kesalahan diagnosis dengan

kemungkinan keganasan. (Ilyas, 2010)

Page 34: Laporan Tutorial Skenario 3 Mata

BAB III

KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan skenario dapat disimpulkan bahwa pasien pada

skenario kemungkinan mengalami infeksi mata atau keganasan pada mata.

Diagnosis banding ini didapatkan dari keluhan pasien yakni ada benjolan di

kelopak mata kiri sebelah bawah sejak dua minggu yang lalu dan semakin

membesar. Adapun diagnosis banding untuk infeksi mata antara lain, hordeolum,

kalazion, dakriosistitis, basal cell carcinoma, konjungtivitis adenovirus, cellulitis

preorbital, dll.

Adapun terapi pendahuluan untuk infeksi mata, antibiotik dan kompres

hangat. Namun, jika ada indikasi keganasan pasien harus segera dirujuk pada

dokter spesialis.

Page 35: Laporan Tutorial Skenario 3 Mata

BAB IV

SARAN

Saran untuk kelompok kami agar kami dapat datang tepat waktu. Hal ini

supaya diskusi tutorial dapat berjalan dengan tepat waktu sehingga banyak materi

yang dapat dibahas dalam diskusi. Selain itu, kami harus dapat memberikan

pendapat dengan lebih aktif dan tidak takut salah sehingga kami dapat saling

sharing ilmu dan belajar bersama. Kami juga harus lebih berkoordinasi tugas satu

sama lain, menghargai pendapat, dan mengerti tanggung jawab masing-masing.

Saran untuk pembaca diharap bisa mengambil informasi sebanyak-banyaknya dan

menyebarkan pada yang masyarakat lain sehingga pengetahuan mengenai masalah

gangguan pada hidung dan tenggorok dapat diketahui oleh masyarakat.

Kami menyadari bahwa tugas ini tersusun dalam bentuk yang masih

sederhana sehingga masih banyak kekurangan dan kelemahannya. Kami berharap

semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kami semua sendiri dan bahkan bagi

pembaca yang lain. Kami juga menerima kritik, saran, dan tambahan ilmu lainnya

sehingga kami dapat bersama-sama belajar dan ilmu tersebut dapat bermanfaat

bagi kami di saat ini atau masa depan.

Page 36: Laporan Tutorial Skenario 3 Mata

DAFTAR PUSTAKA

AAO. 2007. Orbit, Eyelid, and Lacrimal System. Singapore:American Academy

of Ophtalmology.

American Optometric Association (2015). Blepharitis.

http://www.aoa.org/patients-and-public/eye-and-vision-problems/glossary-

of-eye-and-visioconditions/blepharitis?sso=y diakses 4 Oktober 2015.

Bagheri A, H. H. K. F. A. M. Y. S., 2009. Effect of chalazion excision on

refractive error and corneal topography.. European Journal of

Ophthalmology.

Cunningham, E. T. & Riordan, P., 2011. Vaughan & Asbury's general

ophthalmology. 18 penyunt. New York: McGraw Hill Professional.

Ellis, Harold. 2006. Clinical Anatomy, A Revision and Applied Anatomy for

Clinical Students Eleventh Edition. Massachusetts, USA : Blackwell

Publishing, Inc .

Ho SY, L. J., 2002. Subcutaneous steroid injection as treatment for chalazion:

prospective case series.. Hong Kong Medical Journal., pp. 18-20.

Ilyas, Sidarta.2010.Ilmu Penyakit Mata Edisi 3.Balai Penerbit FK UI: Jakarta

James B, Chew C, & Bron A. 2006.Lecture Notes: Oftalmologi, Edisi 9. Erlangga:

Jakarta.

Kristina, L., H, S. & SGC, T., 2012. Interventions for chronic blepharitis.

Cochrane Database Syst Rev .

Leitman, M.W. 2007. Manual for Eye Examination and Diagnosis Seventh

Edition. Massachusetts, USA : Blackwell Publishing, Inc .

Lindsley, K., JJ, N. & K, D., 2013. Interventions for acute internal hordeolum.

Cochrane Database of Systematic Reviews, Issue 4.

Page 37: Laporan Tutorial Skenario 3 Mata

NHS Choices (2014). Eyelids problems. http://www.nhs.uk/conditions/eyelid-

problems/Pages/Introduction.aspx - diakses 4 Oktober 2015.

Yanoff, M. & Duker, J. S., 2008. Ophthalmology. 3 penyunt. Edinburgh: Mosby.