Laporan Udara Fix

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangUdara sebagai komponen lingkungan yang paling penting setelah air dalam memberikan kehidupan di permukaan bumi, selain memberikan oksigen, juga berfungsi dalam menghantar bunyi-bunyian, pendingin benda-benda yang panas sehingga perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat menunjang kehidupan manusia yang sehat serta makhluk hidup lainnya. (Agusnar, 2007) Pencemaran udara dewasa ini semakin menampakkan kondisi yang sangat memprihatinkan. Terutama di negara-negara industri seperti Indonesia yang banyak memiliki pabrik, tingginya penggunaan kendaraan bermotor yang memang merupakan faktor kontribusi terbesar terjdainya pencemaran udara. (Darmono, 2001)Dengan berkembangnya kegiatan industri dan transportasi maka mendorong peningkatan volum emisi gas buang dari kegiatan manusia tersebut. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik tentang perkembangan jumlah kendaraan bermotor di Indonesia, pada tahun 2007-2012 terus mengalami peningkatan yaitu dari 54.802.680 94.373.324 unit. (BPS, 2012).Perlu diketahui bahwa pada proses pembakaran pada kendaraan bermotor tidak ada yang berlangsung secara sempurna. Proses pembakaran tidak sempurna ini yang akan menghasilkan partikulat debu (TSP), SO2 (sulfur oksida), nitrogenoksida (NO), Oksidan (Ox), Karbonmonoksida (CO), hidrokarbon (HC), Karbon dioksida (CO2), gas hidrogen (H), gas dan timbal (Pb). (Mursyid, 2009)Apabila zat-zat pencemar tersebut melebihi nilai ambang batas maka akan berdampak pada kualitas udara dan dapat mengganggu kesehatan manusia, seperti gangguan pernafasan, ISPA, pneumonia, asma serta iritasi mata. Selain itu, pencemaran udara juga dapat menimbulkan dampak kerugian ekonomi jika dihitung dari jumlah kematian, kehilangan hari kerja, keterbatasan waktu kerja, biaya perawatan rumah sakit, biaya pengobatan rawat jalan, penurunan IQ anak, biaya pengobatan pneumonia, asma dan masih banyak lagi kerugian bagi masyarakat. (Pusat pendidikan dan pelatihan KNLH, 2009).Mengingat dampak pencemaran udara terhadap kesehatan sebagaimana kasus-kasus tersebut diatas, maka perlu bagi petugas kesehatan di daerah untuk mengetahui berbagai parameter pencemar seperti : sifat bahan pencemar, sumberdan distribusi, dan dampak yang mungkin terjadi juga cara pengendalian, maka diperlukan suatu pedoman atau acuan dalam rangka meminimalkan terjadi dampak terhadap kesehatan.

1.2. Tujuan1. Mampu menguji kadar SO2, NO2, Ox, CO dan debu total dalam udara ambien2. Mengetahui standar baku mutu SO2, NO2, Ox, CO dan debu total dalam udara ambien 1.3. Manfaat1. Mengetahui kadar SO2, NO2, Ox, CO dan debu total dalam udara ambien di lokasi pengambilan sampel (parkir depan FKM) 2. Mengetahui dampak dari adanya kadar SO2, NO2, Ox, CO dan debu di dalam udara ambien

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori yang Mendukunga. SO2Sulfur dioksida (SO2) merupakan gas yang sangat mudah terlarut dalam air, tak berwarna, menimbulkan rasa jika konsentrasinya 0,3 ppm dan menghasilkan bau yang kuat pada tingkat konsentrasi yang lebih besar dari 0,5 ppm. Sulfur dioksida merupakan salah satu dari gas-gas sulfur oksida (SOx). Gas ini merupakan bagian dari pencemar udara, kadarnya sampai 18%. (Jacobson and A. Tresna)Sulfur Dioksida (SO2) berasal dari sisa pembakaran bahan bakar fosil baik minyak tanah atau bahan bakar premium dari kendaraan bermotor. (3) SO2 yang dihasilkan dari kegiatan industri pengguna batubara juga belum bisa ditangani karena membutuhkan biaya yang amat mahal. Selain itu, pembangkit listrik yang menggunakan bahan minyak atau batubara juga menimbulkan pencemaran udara dengan SO2. Batubara mengandung belerang antara 1-8%. (2)SO2 adalah gas yang dapat diserap oleh selaput lendir hidung dan saluran pernapasan. Gas SO2 dan H2SO4 (aq) dengan konsentrasi tinggi dapat merusak paru-paru. Paparan jangka panjang dari SO2 (g) dari pembakaran batubara dapat mengganggu fungsi paru-paru atau menimbulkan penyakit pernapasan lainnya. (Jacobson, 2002).Pengaruh lain dari pencemar SO2 terhadap manusia adalah iritasi sistem pernapasan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan terjadi jika kadar SO2 5 ppm atau lebih, bahkan pada beberapa individu yang sensitif iritasi terjadi pada kadar 1-2 ppm. SO2 dianggap pencemar yang berbahaya bagi kesehatan terutama orang tua dan penderita penyakit kronis pada sistem pernapasan kardiovaskular. (Depkes, 2007). SO2 adalah gas yang bersifat iritasi kuat bagi kulit dan selaput lendir pada konsentrasi 6-12 ppm. Dalam kadar rendah SO2 dapat menimbulkan spasme termporer otot-otot polos pada bronchioli. Bila kadar SO2 rendah, akan tetapi terpapar dalam kadar yang berulangkali, dapat menimbulkan iritasi selaput lendir. (Slamet, J.S, 1994).Penambahan konsentrasi SO2 juga berdampak pada lingkungan yaitu akan merubah kondisi lingkungan menjadi tidak sehat, disamping menimbulkan bau yang menyengat juga akan menyebabkan peningkatan kerusakan tanaman. Senyawa belerang ini juga mengancam kehidupan di air. Hujan dan salju akan membawanya ke tanah, sungai, danau dan kolam. Organisme yang hidup dalam air akan mati jika pH terlalu rendah di bawah 4,0. Ikan salmon akan mati jika pH air turun sampai 5,5. (A.Tresna dan Mursyid)b. NO2Gas nitrogen dioksida (NO2) adalah salah satu pencemar yang timbul akibat proses pembakaran. Gas NO2 ini merupakan gas yang sangat toksik, berbau tajam seperti asam nitrat, iritatif dan berwarna merah kecoklatan serta bersifat oksidator. (Mukono, 2005). Kadar nitrogen dioksida (NO2) di udara daerah perkotaan yang berpenduduk padat lebih tinggi dari pada daerah pedesaan yang berpenduduk sedikit, hal ini disebabkan karena berbagai macam kegiatan yang menunjang kehidupan manusia yang akan menambah kadar nitrogen dioksida (NO2) di udara, seperti transportasi, generator pembangkit listrik, pembuangan sampah dan lain-lain (Wardhana, 2001).Apabila udara tercemar oleh gas nitrogen dioksida (NO2) dan bereaksi dengan uap air di udara atau dalam tubuh manusia, maka akan terbentuk HNO3 yang sangat merusak tubuh. Karena itulah NO2 akan terasa pedih jika mengenai mata, hidung, saluran napas, dan jantung. Konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kematian. (A.Tresna, 2009).Nitrogen dioksida (NO2) merupakan gas yang toksik bagi manusia dan umumnya mengganggu sitem pernafasan. Nitrogen dioksida (NO2) yang masuk ke paru-paru akan membentuk asam nitrit (HNO2) dan asam nitrat (HNO3) yang akan merusak membran mokosa dan jaringan paru (Mulia, 2005). Berdasarkan studi dengan menggunakan binatang percobaan, pengaruh nitrogen dioksida (NO2) yang membahayakan yaitu meningkatnya kepekaan terhadap radang saluran pernafasan yang dapat terjadi setelah mendapat pajanan sebesar 100 g/m. Percobaan pada manusia menyatakan bahwa kadar nitrogen dioksida (NO2) sebesar 250 g/m dan 500 g/m dapat mengganggu fungsi saluran pernafasan pada penderita asma dan orang sehat (Tugaswati, 2012).Udara yang tercemar oleh gas nitrogen dioksida tidak hanya berbahaya bagi manusia dan hewan saja, tetapi juga berbahaya bagi kehidupan tanaman. Pengaruh gas NO2 pada tanaman antara lain timbulnya bintik-bintik pada permukaan daun. (A.Tresna, 2009).c. OxOksidan (O3) merupakan senyawa di udara selain oksigen yang memiliki sifat sebagai pengoksidasi. Oksidan adalah komponen atmosfir yang diproduksi oleh proses fotokimia, yaitu suatu proses kimia yang membutuhkan sinar matahari mengoksidasi komponen-komponen yang tak segera dioksidasi oleh oksigen. Senyawa yang terbentuk merupakan bahan pencemar sekunderyang diproduksi karena interaksi antara bahan pencemar primer dengan sinar.Hidrokarbon merupakan komponen yang berperan dalam produksi oksidan fotokimia. Reaksi ini juga melibatkan siklus fotolitikNO2. Polutan sekunder yang dihasilkan dari reaksi hidrokarbon dalam siklus ini adalah ozon dan peroksiasetilnitra. Ozon adalah gas berwarna biru pucat pada temperatur dan tekanan ruang, namun pada konsentrasi yang ditemukan di atmosfer, ozon tidak berwarna. Ozon terbentuk oleh adanya suatu reaksi kimia yang memerlukan sinar matahari dan melibatkan beberapa gas pencemar udara lain, misalnya nitrogen oksida (NOx), karbon monoksida (CO), zat-zat organik yang mudah menguap volatile organik compounds (VOC), metana (CH4) dan lain-lain. NOx, CO, VOC berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dari kegiatan industri, transportasi (bensin, solar) dan pemakaian tinner, terpentin, alkohol, eter dan lain-lain. Sedangkan sumber utama CH4 adalah kegiatan pertanian. (Lazuardi, 2003).Ozon yang dianggap sebagai pencemar adalah ozon yang berada pada lapisan troposfer, yaitu lapisan atmosfer yang paling dekat dengan bumi sampai yang berada sekitar 10-18 km diatas permukannya. Ozon ini dianggap berbahaya karena dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia dan juga dampak buruk lain pada tanaman, sebab ozon menganggu fotosintesis. Selain itu, ozon dapat membunuh orgamisme. (A.Kresna) Beberapa gejala yang dapat diamati pada manusia yang diberi perlakuan kontak dengan ozon, sampai dengan kadar 0,2 ppm tidak ditemukan pengaruh apapun, pada kadar 0,3 ppm mulai terjadi iritasi pada hidung dan tenggorokan. Kontak dengan ozon pada kadar 1,03,0 ppm selama 2 jam pada orang-orang yang sensitif dapat mengakibatkan pusing berat dan kehilangan koordinasi. Pada kebanyakan orang, kontak dengan ozon dengan kadar 9,0 ppm selama beberapa waktu akan mengakibatkanedema pulmonari.

d. COKarbon monoksida (CO) dihasilkan karena pembakaran yang tidak sempurna bensin dalam mobil, pembakaran diperindustrian, pembangkit listrik, pemanas rumah, pembakaran di pertanian, dan sebagainya. Gas ini tidak berwarna, berbau maupun berasa namun sangat berbahaya. (2) Sumber CO terbagi dua yaitu sumber alami dan sumber antropogenik. Secara alami CO dihasilkan melalui aktivitas gunung berapi dan juga kebakaran hutan. Sementara CO juga dihasilkan sebagai produk sampingan akibat aktivitas manusia, seperti gas buang pada kendaraan bermotor. Gas karbon monoksida (CO) yang bersasal dari kendaraan bermotor terutama di daerah yang padat kendaraan bermotornya akan mencemari lingkungan sekitar. Gas karbon monoksida merupakan suatu gas beracun yang bersifat metabolis, karena bereaksi secara metabolis dengan darah (Wardhana, 2001). Karbon monoksida dihasilkan dari proses pembakaran/oksidasi yang tidak sempurna sehingga mengurangi oksigen yang berikatan dengan karbon. CO tergolong gas yang beracun dan mematikan. CO mampu berkaitan dengan hemoglobin (Hb) dalam darah sehingga menyebabkan berkurangnya kapasitas darah dalam mengangkut oksigen karbon monoksida akan berikatan dengan Hb (yang berfungsi untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh) menjadi carboxyhaemoglobin (COHb). Gas CO mempunyai kemampuan berikatan dengan Hb 240 kali lipat kemampuannya berikatan dengan O2. Secara langsung kompetisi ini akan menyebabkan pasokan O2 ke seluruh tubuh menurun tajam, sehingga melemahkan kontraski jantung dan menurunkan volume darah yang didistribusikan. Hal ini kemudian akan mempengaruhi organ-organ tubuh seperti otak, hati, pusat saraf dan janin. Kadar COHb darah di atas 60% dapat menyebabkan kematian, sekitar (30-40%) dapat menyebabkan pusing-pusing, keletihan dan pingsan. (WHO, 2000). Pada konsentrasi dibawah 100 ppm, CO dapat menyebabkan pusing dan sakit kepala. Sementara konsentrasi 667 ppm dapat menyebabkan 50% hemoglobin dalam darah terikat dengan CO membentuk karboksi-hemoglobin (HbCO). Paparan pada tahap ini dapat menyebabkan kematian. (3)

e. TSPDebu adalah partikel yang dihasilkan oleh proses mekanis sepertipenghancuran batu, pengeboran, peledakan yang dilakukan pada tambang timah putih, tambang besi, tambang batu bara, diperusahaan tempatmenggurinda besi, pabrik besi dan baja dalam proses sandblasting dan lain-lain. Debu yang terdapat dalam udara terbagi dua yaitu deposite particulate matter yaitu partikel debu yang berada sementara di udara, partikel ini segera mengendap akibat daya tarik bumi, dan suspended particulate matter yaitu debu yang tetap berada di udara dan tidak mudah mengendap. Deposit particulate matter dan suspended particulate matter sering juga disebut debu total (Partikel Tersuspensi Total/TSP). Mengkidi, Dorce. Gangguan Fungsi Paru Dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Pada Karyawan Pt. Semen Tonasa Pangkep Sulawesi Selatan. Semarang : Tesis Magister Kesehatan Lingkungan, Universitas Diponegoro. 2006.Total Suspended Paritkulates (TSP) adalah partikel berdiameter 100 mikrometer atau lebih kecil, yang bersifat tersuspensi di udara. Sumber partikulat dapat berasal dari sumber alami maupun sumber antropogenik. Beberapa muncul akibat aktivitas gunung berapi, debu, hutan dan sebagainya (yang termasuk sumber alami). Sementara aktivitas manusia seperti pembekaran bahan bakar fosil pada kegiatan industri maupun aktivitas kendaraan juga berkontribusi terhadap bertambahnya pencemar partikulat di udara.Ukuran partikel memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan lokasi menetapnya pertikulat serta dampak yang ditimbulkan saat terhisap ke dalam paru-paru. Partikel yang cukup besar, misalnya yang termasuk pada TSP biasanya akan terasing di hidung dan tenggorokan dan dapat menimbulkan gangguan pernapasan seperti iritasi, batuk, kesulitan bernapas. Kadar TSP yang melebihi ambang batas akan berdampak pada lingkungan, seperti kerusakan lingkungan akibat mengendapnya partikel yang mengandung asam pada perairan-perairan, tanah, serta hutan. Kerusakan juga terjadi pada bangunan atau monumen yang akan mengganggu keindahan karena partikel yang mengandung asam mampu menghancurkan beberapa jenis material. Kajian Baku Mutu Kualitas Udara Ambien. Serpong : Pusat Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup. 2011.

2.2. Pembuatan PenjerapLarutan penjerap adalah larutan yang dapat menjerap analat. Fungsi dari larutan penjerap digunakan sebagai blanko laboratorium dan blanko lapangan. Larutan penjerap ini diperlukan sebagai kontrol kontaminasi selama preparasi dan penentuan contoh uji di laboratorium. Sedangkan sebagai blanko lapangan larutan penjerap yang diperlukan untuk kontrol kontaminasi selama pengambilan contoh uji. Pembuatan larutan penjerap ini stabil sampai 6 bulan jika tidak terbentuk endapan (BSN, 2005).a. SO2Larutan penjerap tetrakloromerkurat (TCM) 0,04 MSebanyak 10,86 g merkuri (II) klorida (HgCl2) dilarutkan dengan 800 ml air suling ke dalam gelas piala 1000 ml. Kemudian berturut-turut ditambahkan 5,96 g kalium klorida (KCl) dan 0,066 g EDTA [(HOCOCH2)2N(CH2)2N(CH2COONa)2.2H2O], lalu diaduk sampai homogen. Selanjutnya larutan tersebut dipindahkan ke dalam labu ukur 1000 ml, diencerkan dengan air suling hingga tanda tera dan dihomogenkan. Larutan penjerap ini stabil sampai 6 bulan jika tidak terbentuk endapan. b. NO2Larutan penjerap Griess SaltzmanSebanyak 5 g asam sulfanilat (H2NC6H4SO3H) dilarutkan dalam gelas piala 1000 ml dengan 140 ml asam asetat glasial, kemudian diaduk secara hati-hati dengan stirer sambil ditambahkan dengan air suling sehingga kurang lebih 800 ml. Larutan tersebut dipindahkan ke dalam labu ukur 1000 ml. Kemudian ditambahkan 20 ml karutan induk NEDA, dan 10 ml aseton, lalu ditambahkan air suling hingga tanda tera dan dihomogenkan. Pembuatan penjerap ini tidak boleh terlalu lama kontak dengan udara. Sebaiknya larutan penjerap dimasukan ke dalam botol pyrex berwarna gelap dan disimpan dalam lemari pendingin. Larutan ini akan stabil selama 2 bulan. c. OxLarutan penjerap oksidan1. Sebanyak 10 g kalium iodida (KI) dilarutkan dalam 200 ml air suling.2. Pada tempat yang lain sebanyak 35,82 g dinatrium hidrogen fosfat dodekahidrat dan 13,6 g kalium dihidrogen fosfat dilarutkan dengan 500 ml air suling dalam gelas piala. 3. Kemudian larutan kalium iodida dilarutkan sebagai larutan penyangga sambil diaduk sampai homogen.4. Larutan ini diencerkan sampai volum 1000 ml dalam labu ukur dan didiamkan selama paling sedikit 1 hari.5. pH diatur pada 6,8 0,2dengan menggunakan larutan natrium hidroksida (NaOH) 1% (b/v) atau asam fosfat (H3PO4) 1% (b/v).

2.3. Sampling/Pengambilan Contoh Ujia. SO21. Susun peralatan pengambilan contoh uji.2. Kemudian, larutan penjerap SO2 sebanyak 10 ml dimasukkan ke masing-masing botol penjerap. Botol penjerap diatur agar terlindungi dari hujan dan sinar matahari langsung.3. Pompa penghisap udara dihidupkan dan diatur kecepatan alirnya yaitu 0,8 L/menit, setelah stabil catat laju alir awal F1 (L/menit). 4. Pengambilan contoh uji dilakukan selama 1 jam, kemudian catat temperatur dan tekanan udaranya.5. Setelah 1 jam, catat laju alir akhir F2 (L/menit) dan kemudian pompa penghisap dimatikan6. Kemudian diamkan selama 20 menit setelah pengambilan contoh uji untuk menghilangkan pengganggu.b. NO21. Susun peralatan pengambilan contoh uji.2. Sebanyak 10 ml larutan penjerap Griess Saltzman dimasukkan ke dalam botol penjerap. Botol penjerap diatur agar terlindungi dari hujan dan sinar matahari langsung.3. Pompa penghisap udara dihidupkan dan diatur kecepatan alirnya yaitu 0,4 L/menit, setelah stabil catat laju alir awal F1 (L/menit). 4. Pengambilan contoh uji dilakukan selama 1 jam, kemudian catat temperatur dan tekanan udaranya.5. Setelah 1 jam, catat laju alir akhir F2 (L/menit) dan kemudian pompa penghisap dimatikan6. Analisis dilakukan di lapangan segera setelah pengambilan contoh uji. c. Ox1. Susun peralatan pengambilan contoh uji.2. Sebanyak 10 ml larutan penjerap dimasukkan ke dalam botol penjerap. Botol penjerap diatur agar terlindungi dari hujan dan sinar matahari langsung.3. Pompa penghisap udara dihidupkan dan diatur kecepatan alirnya yaitu 1,2 L/menit, setelah stabil catat laju alir awal F1 (L/menit). 4. Pengambilan contoh uji dilakukan selama 30 menit, kemudian catat temperatur dan tekanan udaranya.5. Setelah 30 menit, catat laju alir akhir F2 (L/menit) dan kemudian pompa penghisap dimatikand. CO1. Alat EPAS HAZ SCANNER dipasang pada tripod, posisi diatur sampai kokoh2. Kemudian alat dinyalakan dengan menekan tombol START kemudian biarkan selama 4 menit3. Pilih menu function dan pilih log on untuk memulai sampling.4. Catat konsentrasi parameter yang diinginkan setiap 5 menit sekali selama 1 jam5. Matikan dengan menekan menu log off kemudian tekan tombol starte. TSP1. Filter ditempatkan pada filter holder2. Kemudian alat uji ditempatkan pada posisi dan lokasi pengukuran menurut metode penentuan lokasi titik ambien3. Alat uji dinyalakan, catat waktu dan tanggal, baca indikator laju alir dan catat laju alirnya (Q1) untuk diteruskan pembacaan hasil dari kalibrasinya. Catat temperatur dan tekanan baromatik. Selanjutnya, sambungkan pencatat waktu ke motor untuk mendeteksi kehilangan waktu karena gangguan listrik, pantau laju alir.4. Pengambilan contoh uji dilakukan selama 1 jam. Selama periode pengambilan, baca laju alir, temperatur, tekanan barometer minimal 2 kali, dikumpulkan hingga seluruh data terkumpul pada akhir pengukuran. Jika hanya pembacaan awal dan akhir dibuat, asumsikan bahwa perubahan pembacaan linier setiap waktu.5. Catat semua pembacaan seperti baca laju alir (Q2), temperatur, dikumpulkan hingga seluruh data terkumpul pada akhir pengukuran.6. Filter dipindahkan dengan hati-hati agar tidak ada partikel yang terlepas, lipat filter dengan partikulat tertangkap didalamnya. Tempatkan lipatan filter dlam alumunium foil dan tandai untuk diidentifikasi.

BAB IIIMETODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Metode Pengujiana. SO2Pengujian sampel gas SO2 menggunakan metode pararosanilin dengan peralatan impinger. Prinsip dari metode ini adalah berdasarkan pada absorbsi gas SO2 dari udara pada larutan penyerap kalium tetra kloromerkurat (TCM). Dalam hal ini terbentuk kompleks diklorosulfito merkurat yang tahan oksidasi udara. Selanjutnya kompleks tersebut kemudian direaksikan dengan pararosanilin dan formaldehida membentuk asam pararosanilin metil sulfonat yang berwarna. Intensitas warna yang terjadi diukur pada panjang gelombang 550 nm menggunakan spektrofotometer yang dihubungkan langsung dengan jumlah SO2 yang ada dalam sample udara yang telah diambil.b. NO2Gas nitrogen dioksida dijerap dalam larutan Griess Saltzman sehingga membentuk suatu senyawa azo dye berwarna merah muda yang stabil setelah 15 menit. Konsentrasi larutan ditentukan secara spektrofotometer pada panjang gelombang 550 nm.c. Ox

3.2. Bahan dan Alat3.3. Gambar Alat3.4. Cara Kerjaa. SO21. Optimalkan alat spektrofotometer sesuai petunjuk penggunaan alat.2. Tambahkan larutan penjerap sampai volum 10 ml.3. Ditambahkan 1 ml larutan asam sulfamat 0,6% dan ditunggu sampai 10 menit4. Ditambahkan 2 ml larutan formaldehida 0,2%5. Ditambahkan 5 ml larutan Pararosanilin6. Ditambahkan air suling sampai volum 25 ml, lalu dihomogenkan dan tunggu sampai 30 menit.7. Masing-masing serapan larutan standar diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 550 nm.b. NO21. Setelah melakukan pengambilan contoh uji pada titik sampling, lalu dibawa ke BLH untuk di lakukan pengujian.2. Larutan blanko dan larutan contoh uji NO2 berturut-turut dimasukkan ke dalam kuvet pada alat spektofotometer.3. Lalu ukur intensitas warna merah muda yang terbentuk pada panjang gelombang 550 nm4. Baca serapan contoh uji kemudian hitung konsentrasi dengan menggunakan kurva kalibrasic. Ox1. Setelah melakukan pengambilan contoh uji pada titik sampling, lalu dibawa ke BLH untuk di lakukan pengujian.2. Dalam jangka waktu 30 menit-60 menit setelah pengambilan contoh uji, larutan contoh uji Ox dimasukkan ke dalam kuvet pada alat spektrofotometer, 3. Lalu ukur intensitas warna kuning yang terbentuk pada gelmobang 352 nm4. Baca serapan contoh uji kemudian hitung jumlah oksidan (g) dengan menggunakan kurva kalibrasi.d. CO

e. TSP1. Setelah pengambilan sampel, filter dibungkus dalam kotak dengan lembaran antara (glassine) dan dibungkus dengan plastik selama transportasi ke BLH. 2. Kemudian Filter (contoh uji TSP) ini dikondisikan pada desikator (dengan kelembaban 50%) atau di ruang terkondisi (AC) dan biarkan selama 24 jam.3. Kemudian timbang filter sampai memperoleh berat tetap (W2)

PEMBAHASAN

DAFTAR PUSTAKABSN, 2005, Cara Pengujian Kadar SO2 dengan Metode Pararosanilin menggunakan spektrofotometer (SNI. 19-7119-7-2005).BSN, 2005, Cara Uji Kadar Debu (TSP) dengan Metode Gravimetri menggunakan High Volume Air Sampler (HVAS) (SNI. 19-7119-7-2005).BSN, 2005, Cara Uji Kadar NO2 dengan Metode Griess Saltzman menggunakan spektrofotometer (SNI. 19-7119-7-2005)BSN, 2005, Cara Uji Kadar Ox dengan Metode Neutral Buffer Kalium Iodida (NBKI) menggunakan spektrofotometer (SNI. 19-7119-7-2005)BSN, 2011, Cara Uji Kadar Karbon Monoksida (CO) menggunakan Metode Non Dispersive Infra Red (NDIR) (SNI. 7119.1m : 2011).Depkes, 2007. Parameter Pencemar Udara dan Dampaknya terhadap Kesehatan. Melalui : http://www.depkes.go.id /downloads/Udara. PDF. Jacobson, M.Z. 2002 Atmospheric Pollution.Cambridge University Press: United KingdomKajian Baku Mutu Kualitas Udara Ambien. 2011. Pusat Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup : Serpong Lazuardi. Penipisan Ozon dan Penanggulannya. Medan : Jurnal Pendidikan Science, Volume 27 No. 3. 2003Mengkidi, Dorce. Gangguan Fungsi Paru Dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Pada Karyawan Pt. Semen Tonasa Pangkep Sulawesi Selatan. Semarang : Tesis Magister Kesehatan Lingkungan, Universitas Diponegoro. 2006Mukono, H.J. Toksikologi Lingkungan. Surabaya : Airlangga University Press. 2005.Mulia, R.M. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta : Graha Ilmu. 2005.Raharjo, Mursid. Dampak Pencemaran Udara pada Lingkungan dan Kesehatan Manusia. Semarang : Badan Lingkungan Hidup Kota Semarang. 2009Sastrawijaya, A.T. Pencemaran Lingkungan. Jakarta : Rineka Cipta. 2009. Tugaswati, A.T. Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor dan Dampaknya Terhadap Kesehatan. 2012. Diakses 22 Mei 2014. http://ebookbrowse.comWardhana, W.A. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta : Penerbit Andi Offset. 2001. World Health Organization. Guidelines for Air Quality. Geneva. 2000