150
LAPORAN WORKSHOP KEWENANGAN DPRD TERHADAP LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNG JAWABAN (LKPJ) BUPATI TAHUN 2020 UNTUK DPRD KABUPATEN KLATEN Jum’at s.d Minggu, 09 - 11 April 2021 Di Best Western Premier Solobaru - Sukoharjo LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

LAPORAN WORKSHOP KEWENANGAN DPRD TERHADAP …

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN WORKSHOP

KEWENANGAN DPRD TERHADAP

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNG

JAWABAN (LKPJ) BUPATI TAHUN 2020

UNTUK DPRD KABUPATEN KLATEN

Jum’at s.d Minggu, 09 - 11 April 2021

Di Best Western Premier Solobaru - Sukoharjo

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

WORKSHOP

KEWENANGAN DPRD TERHADAP LAPORAN

KETERANGAN PERTANGGUNG JAWABAN

(LKPJ) BUPATI TAHUN 2020

UNTUK DPRD KABUPATEN KLATEN

Jum’at s.d Minggu, 09 - 11 April 2021

Di Best Western Premier Solobaru - Sukoharjo

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

ii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Syukur alhamdulillah, kegiatan Workshop (Bimtek) tentang “Kewenangan DPRD

Terhadap Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Bupati Tahun 2020” di Best

Western Premier Solobaru - Sukoharjo pada hari Jumát s.d Minggu, tanggal 09 - 11 April 2021

dapat diselenggarakan tanpa kekurangan sesuatu apapun. Workshop dilakukan dengan tujuan

untuk meningkatkan kapasitas pengetahuan, pemahaman dan keterampilan analisis bagi anggota

DPRD, terutama tentang Kewenangan DPRD terhadap Laporan Keterangan Pertanggung

Jawaban (LKPJ) Bupati tahun 2020.

Panitia menyadari bahwa terselenggaranya Workshop dengan tertib dan lancar tidak

dapat dilepaskan dari peran serta dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan

ini, panitia mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah Pemerintah Provinsi Jawa

Tengah yang telah memberikan persetujuan/rekomendasi pelaksanaan Workshop;

2. Semua peserta, pemipinan dan anggota, serta beberapa anggota sekretariat DPRD

Kabupaten Klaten, yang telah berpartisipasi dan berperan aktif dalam Workshop;

3. Para pembicara yang telah berkenan memberikan ilmunya dengan memberikan makalah

dan penjelasan-penjelasannya dalam suasan diskusi yang mendalam dan interaktif;

4. Manajemen Best Western Premier Hotel Solobaru, yang berkenan menerima dan menjadi

tempat pelaksanaan Workshop.

Panitia juga menyadari, bahwa dalam pelaksanaan Workshop tentunya ada kekurangnya,

untuk itu Panitia mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang terlibat dalam

kegiatan Workshop. Laporan ini meski jauh dari sempurna, namun Panitia berharap agar laporan

ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang mendapatkan laporan ini. Amiin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surakarta, 11 April 2021

Penyelenggara,

LPPM Universitas Muhammadiyah Surakarta

K e t u a

ttd

Agus Ulinuha, Ph.D.

iii

DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................................. i

Kata Pengantar .................................................................................................................... ii

Daftar Isi .......................................................................................................................... iii

BAB I : PENDAHULUAN (PERENCANAAN)

A. Latar Belakang ............................................................................................ 1

B. Tujuan ........................................................................................................ 2

C. Dasar Hukum ........................................................................................... 2

BAB II : RENCANA KEGIATAN

A. Penyelenggaraan ........................................................................................ 4

B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ................................................................ 6

C. Tema dan Materi Workshop ...................................................................... 7

D. Narasumber ................................................................................................ 7

E. Anggaran .................................................................................................... 7

F. Metodologi Pembelajaran ......................................................................... 7

G. Jadwal Acara/Silabus ................................................................................. 8

BAB III : REALISASI KEGIATAN

A. Pembukaan dan Penutupan ....................................................................... 9

B. Peserta ....................................................................................................... 10

C. Materi dan Pengajar/Narasumber ............................................................... 12

D. Sarana dan Prasarana ................................................................................ 16

BAB IV : EVALUASI

A. Evaluasi Pengajar/Narasumber ................................................................. 17

B. Evaluasi terhadap Relevansi ..................................................................... 18

C. Evaluasi Fasilitas, Tempat, Konsumsi dan Media .................................... 18

P E N U T U P ................................................................................................................... 21

LAMPIRAN :

1. Surat Sekretaris DPRD Kabupaten Klaten No. 045.71/24.62/10 tanggal 4 Maret 2021

perihal Jawaban Penawaran Workshop Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten Klatem

2. Surat Rektor UMS, No. 232/C.7-VIII/BR/III/2021, tanggal 5 Maret 2021 perihal

Permohonan Rekomendasi Penyelenggaraan Workshop DPRD Kabupaten Klaten;

3. Surat Rekomendasi Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pemerintah

Provinsi Jawa Tengah No. 073.3/PT06/252.426/2021, tanggal 12 Maret 2021 perihal

Rekomendasi Penyelenggaraan Workshop Bagi Pimpinan Dan Anggota DPRD Kabupaten

Klaten.

4. Surat Kerjasama antara Sekretariat DPRD Kabupaten Klaten dengan Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

5. Daftar Hadir Peserta;

6. Daftar Hadir Narasumber/Pembicara;

7. Surat Pernyataan Tanggung Jawab untuk Memenuhi Protokol Kesehatan dalam Rangka

Pencegahan Covid-19

DOKUMENTASI WORKSHOP DPRD KABUPATEN KLATEN

Hotel Best Western Premier Solobaru, Tanggal 9 s/d 11 April 2021

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebelum reformasi, Kepala Daerah berkewajiban memberikan Laporan

Pertanggungjawaban (LPJ) kepada DPRD. Selain kewenangan tersebut DPRD

mempunyai a). hak interpelasi adalah DPRD untuk meminta keterangan kepada

kepala daerah mengenai kebijakan pemerintah daerah yang penting dan strategis

yang berdampak luas pada kehidupan masyarakat, daerah dan negara. b). hak

angket adalah pelaksanaan fungsi pengawasan DPRD untuk melakukan

penyelidikan terhadap suatu kebijakan tertentu kepala daerah yang penting dan

strategis serta berdampak luas pada kehidupan masyarakat, daerah dan negara yang

diduga bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. c). hak menyatakan

pendapat adalah hak DPRD menyatakan pendapat terhadap kebijakan kepala

daerah atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di daerah disertai dengan

rekomendasi penyelesaiannya atau sebagai tindak lanjut pelaksanaan hak

interpelasi dan hak angket.

Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 telah memberikan peluang kepada

DPRD dalam menjalankan tugas pengawasan kepada Kepala Daerah agar tidak

bertindak berlebihan dalam mengambil kebijakannya sebagai kepala

penyelenggaraan pemerintahan daerah. Pasal 46 Undang-Undang Nomor 22 tahun

1999 mengisyaratkan bahwa Kepala Daerah dapat diberhentikan oleh DPRD

apabila perbaikan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) tahunan ditolak oleh DPRD.

Namun setelah terbitnya UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah telah menggeser format legislave heavy atau peran DPRD lebih kuat

manjadi executive heavy dalam artian posisi Kepala Daerah lebih dominan, yakni

Kepala Daerah sudah tidak lagi dipilih oleh DPRD tetapi dipilih oleh rakyat secara

demokratis dan Kepala Daerah tidak memberikan laporan pertanggungjawaban

(LPJ) kepada DPRD melainkan hanya memberikan laporan keterangan

pertanggungjawaban (LKPJ) terkait pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan

daerah. Hal ini diatur pada Pasal 71 UU No. 23 Tahun 2014 yang menyatakan: (1)

Laporan keterangan pertanggungjawaban memuat hasil penyelenggaraan Urusan

Pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah. (2) Kepala daerah

menyampaikan laporan keterangan pertanggungjawaban kepada DPRD yang

2

dilakukan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun paling lambat 3 (tiga) bulan setelah

tahun anggaran berakhir. (3) Laporan keterangan pertanggungjawaban kepada

DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibahas oleh DPRD untuk

rekomendasi perbaikan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

Dengan demikian, dalam rangka meningkatkan pemahaman anggota DPRD

tentang tugas, fungsi, dan kewenangannya terutama mengenai fungsi pengawasan

DPRD Kabupaten Klaten terhadap Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban

(LKPJ) Bupati tahun 2020, kami dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada

Masyarakat (LPPM) Universitas Muhammadiyah Surakarta bermaksud

menyelenggarakan kegiatan Workshop untuk DPRD Kabupaten Klaten dengan

tema: “Kewenangan DPRD Terhadap Laporan Keterangan Pertanggung

Jawaban (LKPJ) Bupati Tahun 2020”.

B. Tujuan

Tujuan dari diselenggarakannya bimbingan teknis (Workshop) ini adalah

memfasilitasi anggota DPRD guna meningkatkan pemahaman dan kompetensi tentang

fungsi pengawasan terhadap Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Bupati

tahun 2020. Adapun sasaran yang diharapkan dari diselenggarakannya Workshop ini

yaitu:

1. Peserta mampu memahami wawasan kebangsaan tentang otonomi daerah

2. Peserta mampu memahami bentuk-bentuk pertanggungjawaban kepala daerah

menurut peraturan perundang-undangan

3. Peserta mampu memahami fungsi pengawasan DPRD kabupaten/kota terhadap

laporan keterangan pertanggung jawaban (LKPJ) bupati/walikota.

C. Dasar Hukum

Dalam penyelenggaraan kegiatan Bimtek ini LPPM UMS senantiasa

berpedoman kepada beberapa peraturan perundang-undangan, di antaranya adalah:

1. Permendagri No. 57 Tahun 2011 tentang Pedoman Orientasi dan pendalaman

Tugas Anggota DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota yang sudah dengan

Permendagri No. 34 Tahun 2013;

2. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 160/3559/SJ tentang Petunjuk Teknis

Orientasi dan Pendalaman Tugas Anggota DPRD Provinsi dan DPRD

Kabupaten/Kota

3

3. Surat Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan (Badiklat) Kemendagri No.

895.3/7330/Diklat , tanggal 27 Nopember 2012, perihal Penyelenggaraan

Orientasi dan Pendalaman Tugas Anggota DPRD;

4. Surat Sekretaris DPRD Kabupaten Klaten No. 045.71/24.62/10 tanggal 4 Maret

2021 perihal Jawaban Penawaran Workshop Pimpinan dan Anggota DPRD

Kabupaten Klatem

5. Surat Rektor UMS, No. 232/C.7-VIII/BR/III/2021, tanggal 5 Maret 2021 perihal

Permohonan Rekomendasi Penyelenggaraan Workshop DPRD Kabupaten Klaten;

6. Surat Rekomendasi Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah No. 073.3/PT06/252.426/2021, tanggal 12 Maret

2021 perihal Rekomendasi Penyelenggaraan Workshop Bagi Pimpinan Dan

Anggota DPRD Kabupaten Klaten.

7. Surat Kerjasama antara Sekretariat DPRD Kabupaten Klaten dengan Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

4

BAB II

RENCANA KEGIATAN

A. Penyelenggaraan

Tujuan negara Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-

Undang Dasar 1945 alinea empat adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan

seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Penyelenggaraan pemerintahan yang baik adalah landasan bagi penyusunan

dan penerapan kebijakan negara yang demokratis dalam era globalisasi. Fenomena

demokrasi ditandai dengan menguatnya kontrol masyarakat terhadap

penyelenggaraan pemerintahan, sementara fenomena globalisasi ditandai dengan

saling ketergantungan antara bangsa, terutama dalam pengelolaan sumbersumber

daya ekonomi dan aktivitas dunia usaha. Kedua fenomena tersebut, baik

demokratisasi maupun globalisasi, menuntut redefinisi peran pelaku-pelaku

penyelenggaraan pemerintahan. Pemerintah sebelumnya memegang kuat kendali

pemerintahan, cepat atau lambat mengalami pergeseran peran dari posisi yang serba

mengatur dan mendikte ke posisi sebagai fasilitator.

Dunia usaha dan pemilik modal, yang sebelumnya berupaya mengurangi

otoritas negara yang dinilai cenderung menghambat aktivitas bisnis, harus mulai

menyadari pentingnya regulasi yang melindungi kepentingan publik. Sebaliknya,

masyarakat yang sebelumnya ditempatkan sebagai penerima manfaat (beneficiaries),

mulai menyadari kedudukannya sebagai pemilik kepentingan yang juga berfungsi

sebagai pelaku.

Konseptualisasi good governance lebih menekankan pada terwujudnya

demokrasi, karena itu penyelenggaraan negara yang demokratis menjadi syarat

mutlak bagi terwujudnya good governance, yang berdasarkan pada adanya

tanggungjawab, transparansi, dan partisipasi masyarakat. Idealnya, ketiga hal itu akan

ada pada diri setiap aktor institusional dimaksud dengan memperhatikan nilai-nilai

kemanusiaan dan nilai moral yang menjiwai setiap langkah governance.

Good governance menunjuk pada pengertian bahwa kekuasaan tidak lagi

semata- mata dimiliki atau menjadi urusan pemerintah, tetapi menekankan pada

5

pelaksanaan fungsi pemerintahan secara bersama-sama oleh pemerintah, masyarakat

madani, dan pihak swasta.

Good governance juga berarti implementasi kebijakan sosial-politik untuk

kemaslahatan rakyat banyak, bukan hanya untuk kemakmuran orang-per-orang atau

kelompok tertentu. Fenomena demokrasi dan globalisasi berdampak pada reformasi

politik di Indonesia, khususnya pada sistem pemerintahan yang mengalami

transformasi dari sistem sentralistik menjadi desentralistik. Sistem pemerintahan

desentralistik menuntut adanya pendelegasian wewenang dari Pemerintah ke

Pemerintah Daerah, dan selanjutnya kebijakan desentralisasi ini dituangkan dalam

Undang-Undang Nomor Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Jo Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah. Kebijakan desentralisasi

dengan wujud otonomi daerah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat

melalui pemerataan pembangunan, peningkatkan daya saing daerah, keadilan,

keistimewaan dan kekhususan serta potensi dan keanekaragaman daerah dalam

sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Salah satu gema reformasi adalah sekitar penyelenggaraan pemerintahan di

daerah, terutama yang berkaitan dengan kedudukan Kepala Daerah dan optimalisasi

peran DPRD sebagai penyalur aspirasi masyarakat di daerah. DPRD berdasarkan

ketentuan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD dan

DPRD adalah mitra sejajar dengan pemerintah daerah. DPRD dalam melaksanakan

tugasnya, dibekali dengan` tiga fungsi, yaitu fungsi legislasi, anggaran dan

pengawasan. DPRD sebagai refresentasi rakyat, DPRD dituntut memiliki sensitivitas

dan kapabilitas yang mumpuni dalam menyerap, merangkum, dan menindaklanjuti

aspirasi masyarakat.

Sementara sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah, DPRD dituntut

untuk memiliki kapasitas teknokratik yang memadai sehingga dapat menjadi mitra

yang seimbang bagi eksekutif. Peran tersebut seringkali belum dibarengi dengan

pelaksanaan fungsi DPRD yang optimal.

Belum optimalnya pelaksanaan fungsi DPRD, disebabkan oleh faktor internal

dan eksternal. Sebagaimana di ketahui menguatnya peran Kepala Daerah atau

ekskutif di suatu pihak dan melemahnya peran DPRD dipihak lain dalam proses

pengambilan keputusan yang menyangkut berbagai kepentingan merupakan salah

satu alasan untuk merevisi Undang-Undang 32 Tahun 2004 dengan Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah. Berdasarkan fungsi membuat

6

peraturan, DPRD diberi kewenangan untuk membuat Peraturan Daerah di dalam

fungsi pelaksanaannya ini dapat digunakan melalui hak inisiatif atau hak prakarsa

dan hak amandemen atau hak perubahan.

Dengan dijalankannya fungsi peraturan oleh DPRD, maka kebijakan-

kebijakan pemerintah di daerah akan lebih mencerminkan kehendak rakyat di

daerahnya. Tetapi dalam prakteknya fungsi peraturan ini tidak berjalan sebagaimana

mestinya, sebab hak inisiatif tidak pernah dilaksanakan. DPRD dalam praktek

pelaksanaannya, fungsi DPRD seringkali belum berjalan secara maksimal karena

adanya hambatan. Keterbatasan kemampuan SDM merupakan hambatan yang cukup

mendasar dialami anggota DPRD. Latar belakang pendidikan anggota DPRD,

ternyata masih belum merata.

Berdasarkan hal tersebut diatas, kami dari Lembaga Penelitian dan

Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Muhammadiyah Surakarta, bersama

para pakar dan narasumber yang kompeten akan melaksanakan Workshop/

Bimbingan Teknis tentang dengan tema: “Kewenangan DPRD Terhadap Laporan

Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Bupati Tahun 2020”

Workshop ini berisi materi tentang: (1) Wawasan kebangsaan tentang

otonomi daerah (2) Bentuk-bentuk pertanggungjawaban kepala daerah menurut

peraturan perundang-undangan (3) Fungsi pengawasan DPRD kabupaten/kota

terhadap laporan keterangan pertanggung jawaban (LKPJ) Bupati/Walikota

Ada beberapa tahapan dalam penyelenggraan Workshop ini, yaitu: Pertama,

rapat koordinasi persiapan dan penyusunan proposal, rencana anggaran biaya,

penyiapan narasumber, penyiapan waktu dan tempat, serta menawaran kepada

peserta. Kedua, pelaksanaan kegiatan Workshops, dengan menghadirkan narasumber,

yaitu: (1) Drs Kunto Nugroho, HP, M.Si (BPSDMD Prov Jawa tengah) (2) Dr. Jaka

Winarna, M.Si. (Praktisi dan Akademisi UNS); (3) Andi Bawono, M.Si, P.hD

(Akademisi UMS). Ketiga, penyusunan dan penggandaan laporan hasil kegiatan.

B. Waktu dan Tempat Penyelenggaraan

Kegiatan Workshop ini direncanakan akan dilaksanakan di Best Western Premier

Solobaru - Sukoharjo Adapun waktu pelaksanaan kegiatan insya Allah dilaksanakan

selama 3 (tiga) hari, yaitu Jumat s.d Minggu, tanggal 09 -11 April 2021.

7

C. Tema dan Materi Workshops

Tema dalam Workshop ini adalah tentang “Kewenangan DPRD Terhadap

Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Bupati Tahun 2020”

Adapaun materi yang hendak disampaikan dan pembicara dalam kegiatan ini

adalah:

1. Fungsi Pengawasan DPRD Kabupaten/Kota Terhadap Laporan Keterangan

Pertanggung Jawaban (LKPJ) Bupati/Walikota.

2. Bentuk-Bentuk Pertanggungjawaban Kepala Daerah Menurut Peraturan

Perundang-Undangan

3. Wawasan Kebangsaan tentang Otonomi Daerah

D. Narasumber.

Pengajar (Narasumber) dalam kegiatan Workshop kali ini terdiri 3 (tiga) orang

tenaga yang ahli di bidang masing-masing, yiatu:

1. Drs. Kunto Nugroho, HP, M.Si (BPSDMD Prov Jawa Tengah)

2. Dr. Jaka Winarna, M.Si. (Akademisi UNS)

3. Andi Bawono,M.Si, P.hD (Akademisi UMS)

E. Anggaran

Kegiatan ini diharapkan diikuti oleh Pimpinan dan anggota DPRD Kabupaten

Klaten serta sekretaris dewan. Anggaran kegiatan ini diperoleh dari kontribusi peserta.

Yaitu sebesar Rp. 2.200.000,- (dua juta dua ratus rupiah) untuk setiap peserta. Dengan

kontribusi ini, setiap peserta akan mendapatkan fasilitas akomodasi penginapan,

makan, seminar kit, bahan-bahan Workshop, dan sertifikat dari Penyelenggara.

F. Metodologi Pembelajaran

Metode yang hendak digunakan dalam kegiatan ini adalah dengan model

partisipatoris, yakni diawali dengan ceramah secara garis besar sebagai pengantar dan

dilanjutkan dengan dialog secara aktif. Dengan model ini diharapkan akan diperoleh

pengetahuan dan pemahaman materi secara kritis dan mendalam. Lebih dari itu adalah

dicapai suatu pengetahuan dan pemahaman teoritik dan aplikatif.

8

G. Jadwal Acara/Silabus

Hari, Tanggal Waktu Keterangan, Materi Dan Narasumber

Jum’at

9 April 2021

13.00 - 18.00 Check In dan Registrasi di Hotel

18.00 - 19.30 MAKAN MALAM

20.00 - 20.30 Pembukaan (Oleh: Rektor UMS)

Penjelasan Pelaksanaan Workshop

(Pelaksana)

20.30 - 23.00 Coffee Break

Materi I:

“Fungsi Pengawasan DPRD Terhadap

Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban

(LKPJ) Bupati/Walikota”

Oleh : Drs Kunto Nugroho, HP, M.Si

(BPSDMD Prov Jawa Tengah)

Sabtu,

10 April 2021

06.00 - 08.30 MAKAN PAGI

08.30 - 10.30 Materi II:

“Bentuk-Bentuk Pertanggungjawaban Kepala

Daerah Menurut Peraturan Perundang-

Undangan”

Oleh: Dr Jaka Winarna, M.Si ( Akademisi

UNS)

10.30 - 11.00 Coffe break

11.00 - 12.00 Dilanjutkan Diskusi dan Pendalaman Materi

12.00 - 14.00 ISHOMA

14.00 - 16.00 Materi III:

“Wawasan Kebangsaan tentang Otonomi

Daerah”

Oleh : Andy Bawono, M.Si, P.hD (Akademisi

UMS)

16.00 - 16.30 Coffe break

16.30 - 17.30 Dilanjutkan Diskusi dan Pendalaman Materi

17.30 … Istirahat dan Makan Malam

Minggu,

11 April 2021

06.00 - 08.30 MAKAN PAGI

09.00 - 11.00 Evaluasi dan Penutupan

11.00 -

Selesai

Check Out

*Catatan: Sesuai dengan situasi dan kondisi yang tak terduga, jadwal acara ini dapat

berubah secara fleksibel.

9

BAB III

REALISASI KEGIATAN

A. Pembukaan dan Penutupan

Workshop dengan tema “Kewenangan DPRD Terhadap Laporan

Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Bupati Tahun 2020,” ini dibuka oleh

Prof. Dr Sofyan Anif, M.Si Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta, pada hari

Jumat 09 April 2021, pukul 20.30 WIB. Dalam sambutannya beliau menyatakan,

bahwa: “Menyampaikan rasa terima kasih kepada Pimpinan serta Anggota DPRD

Kabupaten Klaten, atas kerjasama yang telah dilakukan selama ini. Selanjutnya

beliau meyatakan: workshop kali menuju Good Government yang salah satu

indikisasinya tata Kelola keuangan yang baik, sehingga diperlukan pengawasan dari

anggota dewan atas tata Kelola ini. Selain itu beliau menyampaikan kabar baik dari

dunia bahwa angka penyevaran covid menurun 46 % .

Semoga kedepannya terus terus mengalami penurunan, sehingga peluang

perbaikan ekonomi Indonesia semakin terbuka. Hal ini sejalan dengan harapan

bangs akita bahwa Indonesia tahun 2045 ketika usia negara kita 1 abad, Indonesia

menjadi salah satu dari 8 negara terkuat ekonominya. Untuk itu penting sekali untuk

melakukan reformasi birokrasi agar tata Kelola keuangan menjadi lebih baik.

Sebelum beliau akhiri, bapak rector membuka acara ini sekali sangat berharap agar

workshop ini berjalan lancer sehingga Anggota dewan bisa menjalankan fungsinya

dengan baik.

Sebelumnya juga disampaikan sambutan dari Ketua DPRD Kabupaten

Klaten, yaitu bapak Hamenang Wajar Ismoyo, S.i.Kom. Dalam sambutannya Ketua

DPRD antara lain menyampaikan bahwa “beliau menyampaikan terima kasih kepada

LPPM UMS atas penyelenggaraan acara. Selain itu juga Menyampaikan tentang

perlunya anggota DPRD Kabupaten Klaten memahami peran dan fungsinya sebagai

anggota dewan. Melalui workshop ini diharapkan anggota dewan lebih memahami

sehingga setelah workshop ini bis akita tindak lanjutin dan semoga kita

paripurnakan Bersama sama..

Acara Workshop ditutup oleh Dr. Kuswaji Dwi Priyono, M.Si. (Wakil Ketua

Bidang Pengabdian Masyarakat Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Universitas Muhammadiyah Surakarta), mewakili Ketua Lembaga Penelitian dan

Pengabdian pada Masyarakat Universitas Muhammadiyah Surakarta. Beliau

10

menyampaikan beberapa pesan kepada peserta Workshop diantaranya adalah bahwa

ke depan, peran DPRD sangat menentukan bagi terwujudnya reformasi Birokrasi

yang baik, professional dan akuntabel..

Sebelum ditutup, ada sambutan (pesan dan kesan) dari peserta, yang diwakili

oleh Hamenang Wajar Ismoyo, S.i.Kom (Ketua DPRD Kabupaten Klaten). Acara

penutupan dilaksanakan pada hari Minggu, 11 April 2021, pukul 11.00 WIB, setelah

dilakukan evaluasi. Pada acara pembukaan maupun penutupan Workshop dihadiri

oleh para peserta.

B. Peserta

Peserta yang menghadiri Workshop ini adalah 48 (empat puluh delapan) orang

anggota DPRD Kabupaten Klaten dan 1 (satu) sekretaris dewan. Adapun nama-nama

peserta Workshop adalah sebagai berikut:

NO NAMA JABATAN

1 HAMENANG WAJAR ISMOYO,S.I.Kom. Ketua DPRD Kab. Klaten

2 H. TRIYONO, S.Pd., M.M. Wakil Ketua DPRD Kab. Klaten

3 MARJUKI, S.I.P. Wakil Ketua DPRD Kab. Klaten

4 H. HARIYANTO, S.Pd. Wakil Ketua DPRD Kab. Klaten

5 AGUS RlYANTO Anggota DPRD Kab. Klaten

6 H. EDY SASONGKO Anggota DPRD Kab. Klaten

7 ARRY SHINTA WATI Anggota DPRD Kab. Klaten

8 MULYATMINAH, S.A.P. Anggota DPRD Kab. Klaten

9 EKO PRASETYO, SE, M.Si. Anggota DPRD Kab. Klaten

10 Drs. H. SRIYANTO Anggota DPRD Kab. Klaten

11 ANDY PURNOMO, S.H. Anggota DPRD Kab. Klaten

12 Hj. HARTANTI, S.H., M.Si. Anggota DPRD Kab. Klaten

13 WIDADA GENDUT, S.H. Anggota DPRD Kab. Klaten

11

NO NAMA JABATAN

14 ARIS WIDIHARTO, S.E. Anggota DPRD Kab. Klaten

15 GIGIT SUGITO, S.Sos. Anggota DPRD Kab. Klaten

16 DIDIT RADITYA GANIS ARI WARDONO, S.P.

Anggota DPRD Kab. Klaten

17 JOKO SISWANTO Anggota DPRD Kab. Klaten

18 DIAH EVA SUBADRA, S.H. Anggota DPRD Kab. Klaten

19 H. SUTARNA, S.H. Anggota DPRD Kab. Klaten

20 FAKHRUDIN ALI AHMAD Anggota DPRD Kab. Klaten

21 MUCH. HASYIM Anggota DPRD Kab. Klaten

22 SRI MURNI Anggota DPRD Kab. Klaten

23 BAHTIAR JOKO WIDAGDO, S.P. Anggota DPRD Kab. Klaten

24 H. HERI WIBAWA, S.H., M.M. Anggota DPRD Kab. Klaten

25 BASUKI EFFENDI Anggota DPRD Kab. Klaten

26 DINDA PERMATASARI Anggota DPRD Kab. Klaten

27 Drs. DALONO Anggota DPRD Kab. Klaten

28 HAPSORO, S.H. Anggota DPRD Kab. Klaten

29 H. SUDIBYO, S.E., M.M. Anggota DPRD Kab. Klaten

30 AGUS TRI WIBOWO Anggota DPRD Kab. Klaten

31 WIDODO, SH., M.H. Anggota DPRD Kab. Klaten

32 dr. YUDI B. PRABAWA Anggota DPRD Kab. Klaten

33 H. DWI ATMAJA, S.E. Anggota DPRD Kab. Klaten

34 YUSUF EFENDI, A.Md. Anggota DPRD Kab. Klaten

35 SUYATMI Anggota DPRD Kab. Klaten

12

NO NAMA JABATAN

36 MARTHENNY Anggota DPRD Kab. Klaten

37 H. AHMAD MUTOHAR, S.Ag. Anggota DPRD Kab. Klaten

38 H. JUMARNO, S.Sos. Anggota DPRD Kab. Klaten

39 Ir. RUSLAN ROSIDI Anggota DPRD Kab. Klaten

40 MUH. ANWAR Anggota DPRD Kab. Klaten

41 H. DARMADI, S.Pd., S.H., M.H. Anggota DPRD Kab. Klaten

42 H. WIYANTO Anggota DPRD Kab. Klaten

43 H. MUHAMMAD NURCHOLIS MAJID,

S.E., M.M. Anggota DPRD Kab. Klaten

44 Hj. SRI ASTUTI, S.E. Anggota DPRD Kab. Klaten

45 HANDUNG DWIPAYANA Anggota DPRD Kab. Klaten

46 SIWI KUSUMASTUTI Anggota DPRD Kab. Klaten

47 Ir. H. HERU SISWANDONO Anggota DPRD Kab. Klaten

48 WILLY PAUL RINDORINDO Anggota DPRD Kab. Klaten

No Nama NIP JABATAN

1 ANANG WIDJATMOKO,

S.H, M.M. 19680809 199703 1 003

Sekretaris DPRD Kab.

Klaten

C. Materi dan Pengajar/Narasumber

Bimbingan teknis tentang “Kewenangan DPRD Terhadap Laporan

Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Bupati Tahun 2020” difokuskan dalam :

1. Wawasan Kebangsaan tentang Otonomi Daerah

Oleh: Andi Bawono, M.Si, P.hD ( Akademisi UMS)

2. Bentuk-Bentuk Pertanggungjawaban Kepala Daerah Menurut Peraturan

Perundang-Undangan

Oleh: Dr. Jaka Winarna, M.Si. (Praktisi/ Akademisi UNS)

3. Fungsi Pengawasan DPRD Kabupaten/Kota Terhadap Laporan Keterangan

Pertanggung Jawaban (LKPJ) Bupati/Walikota

Oleh: Drs. Kunto Nugroho HP, M.Si ( BPSDMD Prov Jawa Tengah)

13

Sessie Pertama : Wawasan Kebangsaan tentang Otonomi Daerah

Oleh: Andi Bawono, M.Si, P.hD ( Akademisi UMS)

Ringkasan materi:

➢ Visi dan Misi Bernegara Berdasarkan Pancasila: Menjadi bangsa yang merdeka,

bersatu, berdaulat, adil dan makmur:

▪ Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

▪ Memajukan kesejahteraan umum

▪ Mencerdaskan kehidupan bangsa

▪ Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi

dan keadilan sosial

➢ Peran DPRD dalam Mengembangkan Wawasan Kebangsaan

▪ Pelajari, pahami, terapkan kewajiban DPRD

▪ Serap, himpun aspirasi konstituen (kegelisahan wasbang)

▪ Tampung, tinjut aspirasi & pengaduan masy (terkait wasbang)

▪ Implementasi wasbang dalam wewenang dan tugas DPRD (legislasi, anggaran,

pengawasan)

➢ Strategi yang dapat dilakukan anggota DPRD

▪ Mengutamakan protokol kesehatan era normal baru dalam menjalankan tugas

▪ Membuka pola pikir untuk perubahan

▪ Kreatif, inovatif & kolaboratif

▪ Memanfaatkan sumber daya yang optimal melayani masyarakat

➢ Inisiasi peran DPRD

▪ Pada Masa Reses menggali apa yang menjadi kegelisahan (GAP)di masyarakat

▪ Mengoptimalkan Peran Anggota DPRD dalam berbagai Forum OPD, Musrembang

dsb dalam fungsi penganggaran dengan melakukan Identifikasi Kebutuhan dengan

berpedoman pada nilai ANEKA

▪ Inisiasi Regulasi yang menanamkan Nilai-nilai Wasbang misi: Local Wisdom, Jogo

Tonggo, Guyub Bareng

▪ Membangun Jejaring Pentahelix untuk menanamkan Nilai-nilai Wasbang misal

dengan Kesbangpol,Kominfo, konstituen, NGO.

▪ Melakukan Controlling terhadap Penanaman Nilai-Nilai Wasbang Di Masyarakat

mis; mengawasi pelaksanaan Local Wisdom bekerja sama dengan instansi terkait

14

▪ Memastikan penanaman nilai Wasbang tidak hanya pada aspek kognitif tetapi juga

afektif dan psikomotor

Sessie Kedua: Bentuk-Bentuk Pertanggungjawaban Kepala Daerah Menurut Peraturan

Perundang-Undangan

Oleh: Dr. Jaka Winarna, M.Si. (Praktisi/ Akademisi UNS)

Ringkasan materi:

➢ Pertanggungjawaban Kepala Daerah

• Laporan Keuangan

• LKPJ

• LPPD

• ILPPD

➢ Fungsi-fungsi DPRD

• Legislasi:membentuk peraturan daerah bersama kepala daerah.

• Anggaran: membahas dan menyetujui rancangan APBD bersama kepala daerah.

• Pengawasan:mengawasi pelaksanaan peraturan daerah dan APBD.

• Ketiga fungsi dijalankan dalam kerangka representasi rakyat di kabupaten/kota.

➢ Kewajiban Kepala Daerah

• Kepala daerah dan wakil kepala daerah mempunyai kewajiban melaksanakan dan

mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan daerah.

• Kepala daerah mempunyai kewajiban juga untuk memberikan laporan

penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada Pemerintah, dan memberikan

laporan keterangan pertanggungjawaban kepada DPRD, serta menginformasikan

laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada masyarakat.

➢ Ruang lingkup LKPJ

• Ruang lingkup LKPJ mencakup penyelenggaraan:

a. urusan desentralisasi;

b. tugas pembantuan; dan

c. tugas umum pemerintahan.

• LKPJ terdiri atas:

a. LKPJ Akhir Tahun Anggaran; dan

b. LKPJ Akhir Masa Jabatan.

• LKPJ disusun berdasarkan RKPD yang merupakan penjabaran tahunan Rencana

15

Pembangunan Jangka Menengah Daerah dengan berpedoman pada Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Daerah

➢ LKPJ sekurang-kurangnya menjelaskan:

a. arah kebijakan umum pemerintahan daerah;

b. pengelolaan keuangan daerah secara makro, termasuk pendapatan dan belanja

daerah;

c. penyelenggaraan urusan desentralisasi;

d. penyelenggaraan tugas pembantuan; dan

e. penyelenggaraan tugas umum pemerintahan.

Sessie Ketiga: Fungsi Pengawasan DPRD Kabupaten/Kota Terhadap Laporan

Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Bupati/Walikota

Oleh: Drs. Kunto Nugroho HP, M.Si ( BPSDMD Prov Jawa Tengah)

Ringkasan materi:

➢ Fungsi Pengawasan DPRD

• Pengawasan DPRD adalah pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan

anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi/kabupaten/kota.

• Fungsi Pengawasan DPRD adalah pengawasan terhadap Pemerintah Daerah yang

bersifat pengawasan kebijakan dan bukan pengawasan teknis.

➢ Penyampaian LKPJ

1) LKPJ Akhir Tahun Anggaran disampaikan kepada DPRD paling lambat 3 (tiga)

bulan setelah tahun anggaran berakhir.

2) LKPJ Akhir Masa Jabatan disampaikan kepada DPRD paling lambat 30 (tiga

puluh) hari setelah pemberitahuan DPRD perihal berakhir masa jabatan kepala

daerah yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3) Dalam hal penyampaian LKPJ Akhir Masa Jabatan waktunya bersamaan dengan

LKPJ Akhir Tahun Anggaran atau berjarak 1 (satu) bulan, penyampaian LKPJ

Akhir Tahun Anggaran disampaikan bersama dengan LKPJ Akhir Masa Jabatan.

4) LKPJ disampaikan oleh kepala daerah dalam rapat paripurna DPRD.

5) LKPJ dibahas oleh DPRD secara internal sesuai dengan tata tertib DPRD.

6) Berdasarkan basil pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) DPRD

menetapkan Keputusan DPRD.

7) Keputusan DPRD disampaikan paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah LKPJ

diterima.

16

8) Keputusan disampaikan kepada kepala daerah dalam rapat paripurna yang bersifat

istimewa sebagai rekomendasi kepada kepala daerah untuk perbaikan

penyelenggaraan pemerintahan daerah ke depan.

9) Apabila LKPJ tidak ditanggapi dalam jangka waktu 30 hari setelah LKPJ diterima,

maka dianggap tidak ada rekomendasi untuk penyempurnaan.

D. Sarana dan Prasarana

Kegiatan Workshop diselenggarakan di Hotel Best Western Premier Solobaru -

Sukoharjo, selama tiga hari yaitu hari Jum'at s/d Minggu, Tanggal 9 s/d 11 April 2021.

Tempat kegiatan ini menyediakan sarana dan prasarana yang representatif, yaitu yang

meliputi: 1) Kamar dengan fasilitas big bed, sofa, televisi indovision, ac, pemanas air,

dan ruang tamu; 2) Jaringan internet wifi; 3) Ruang pertemuan yang representatif; dan

4) Makan besar sehari 3 (tiga) kali serta snack dan coffee break untuk setiap

pertemuan (dua kali sehari). Peserta juga mendapatkan seminar kit dan bahan-bahan

(makalah) Workshop. Dalam bentuk soft file. Peserta akan memperoleh sertifikat yang

dikeluarkan oleh Universitas Muhammadiyah Surakarta.

17

BAB IV

EVALUASI

A. Evaluasi Pengajar/Narasumber

Menurut penilaian para peserta para Pengajar/Narasumber yang dihadirkan

dalam Workshop dengan tema “Kewenangan DPRD Terhadap Laporan Keterangan

Pertanggung Jawaban (LKPJ) Bupati Tahun 2020” ini dinilai memiliki kompeten

dalam masing-masing bidang yang disampaikan. Ketiganya tidak hanya memiliki

kemampuan yang didasarkan pada kemampuan akademisi semata, namun juga

memiliki pengalaman praktik yang cukup memadai. Penilaian ini dapat dilihat dalam

tabel I berikut:

Tabel 1

HASIL EVALUASI PESERSTA TERHADAP PARA PENYAJI/PENCERAMAH DALAM PENYAJIAN /PENYAMPAIAN MATERI

NO KEGIATAN

NAMA PENYAJI/PENCERAMAH KET

Kunto Nugroho

Jaka Winarna

Andi Bawono

1

Penguasaan materi dan pemanfaatan berbagai referensi dalam penyajian

96 95 95

2 Kesesuaian Pokok bahasan yang disajikan dengan silabi

92 94 93

3 Kesesuaian jawaban penyaji terhadap pertanyaan peserta

95 90 90

4 Kesempatan tanya jawab 92 93 92

5 Ketapan Waktu 91 92 93

6 Sistematika Penyajian 93 93 94

7 Daya simpati, gaya dan sikap terhadap peserta 93 93 92

8 Kemampuan menciptakan daya tarik dan motifasi 90 92 91

9 Penguasaan Bahasa 93 92 93

10 Kesesuaian materi dengan tujuan diklat 95 95 95

PENILAIAN RATA-RATA PESERTA

93 92,9 92,8

➢ 90 = sangat baik ➢ 80 = baik ➢ 70 = cukup baik < 70 = kurang

18

B. Evaluasi terhadap Relevansi

Ketiga materi yang disampaikan pengajar/narasumber relevan dengan

kebutuhan peserta sebagai anggota DPRD, terutama dalam memahami masalah system

inovasi daerah. Penilaian ini dapat dilihat dalam tabel 2 berikut:

Tabel 2

EVALUASI TERHADAP RELEVANSI

NO JENIS EVALUASI

JAWABAN

SM % M % CM % KM % TM % JUMLAH

PST %

1 Relevansi Materi Bimbingan teknis dengan bidang Tupokasi

44 90 5 10 0 0 0 0 49 100%

2 Kemungkinan Penerapan Materi Bimbingan teknis Dalam Praktek

43 88 4 8 2 4 0 0 49 100%

3 Kemudahan Materi Bimbingan teknis Untuk Dicerna

42 86 4 8 3 6 0 0 49 100%

Keterangan :

SM : Sangat Memuaskan

M : Memuaskan

CM : Cukup Memuaskan

KM : Kurang Memuaskan

TM : Tidak Memuaskan

C. Evaluasi Fasilitas Tempat, Konsumsi, dan Media

Sarana dan prasarana di Hotel Best Western Premier Solobaru - Sukoharjo

sangat representatif untuk menyelenggarakan berbagai pertemuan termasuk Workshop

(Bimbingan teknis). Konsumsi yang disajikan pada saat kegiatan berlangsung sesuai

dengan penawaran yang disampaikan pada panitia.

1. Evaluasi Terhadap Metode Dan Media Bimbingan teknis

Media yang menjadi fasilitas kegiatan dapat dimanfaatkan secara optimal

dalam mendukung keberlangsungan acara. Penilaian ini dapat dilihat dalam tabel 3

berikut:

19

Tabel 3

EVALUASI PESERTA TERHADAP METODE DAN MEDIA

NO JENIS EVALUASI

JAWABAN

SM % M % CM % KM % TM % JUMLAH

PST %

1 Kualitas Alat Bantu dan Media Presentasi

43 88 5 10 1 2 0 0 49 100%

2 Penataan dan Penempatan Alat Bantu

44 90 4 8 1 2 0 0 49 100%

3 Pengaturan Waktu Bimbingan teknis

40 82 9 18 3 6 0 0 49 106%

4 Kecukupan Waktu

40 82 6 12 3 6 0 0 49 100%

5 Kesempatan Berpartisipasi dalam diskusi

44 90 4 8 1 2 0 0 49 100%

2. Evaluasi Terhadap Fasilitas Bimbingan teknis

Tabel 4

EVALUASI PESERTA TERHADAP FASILITAS BIMBINGAN TEKNIS

NO JENIS EVALUASI

JAWABAN

SM % M % CM % KM % TM % JUMLAH

PST %

1 Kenyamanan Fasilitas Bimbingan teknis (Kamar, Kelas,)

42 86 4 8 3 6 0 0 49 100%

2 Penyediaan Alat Tulis/Alat Bantu

40 82 7 14 2 4 0 0 49 100%

3

Penyediaan Bahan Ajar 42 86 9

18

% 2 4 0 0 49 108%

4 Ketepatan Penyediaan Bahan Ajar

47 96 2 4 0 0 0 0 49 100%

5 Pelayanan Administrasi dan sikap Panitia

46 94 3 6 0 0 0 0 49 100%

20

3. Evaluasi Terhadap Konsumsi

Tabel 5

EVALUASI PESERTA TERHADAP KONSUMSI

NO JENIS EVALUASI

JAWABAN

SM % M % CM % KM % TM % JUMLAH

PST %

1 Pengaturan Waktu Makan dan Snack

45 92 4 8 0 0 0 0 49 100%

2 Pengaturan menu hidangan

46 94 3 6 0 0 0 0 49 100%

3 Variasi hidangan

46 94 2 4 1 2 0 0 49 100%

Keterangan Jumlah Peserta

SM : Sangat Memuaskan 47

M : Memuaskan

CM : Cukup Memuaskan

KM : Kurang Memuaskan

TM : Tidak Memuaskan

Secara umum penyelenggaraan Bimbingan teknis Kewenangan DPRD

Terhadap Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Bupati Tahun

2020 bagi anggota DPRD Kabupaten Klaten ini dapat berjalan dengan baik, dan

untuk kedepan diperlukan penyempurnaan-penyempurnaan secara komprehensif.

21

PENUTUP

Kegiatan Workshop / Bimtek dengan tema “Kewenangan DPRD

Terhadap Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Bupati Tahun

2020” ini diselenggarakan di Hotel Best Western Premier Solobaru - Sukoharjo

pada hari Jumat s.d Minggu, tanggal 09 – 11 April 2021. Kegiatan ini diikuti oleh

Pimpinan dan Anggota, DPRD Kabupaten Klaten sebanyak 48 (Empat puluh

delapan) orang peserta dan 1 (orang) Sekretaris Dewan

Materi Workshop terdiri dari tiga sub tema dan disampaikan oleh tiga

orang narasumber: (1) Drs Kunto Nuhroho, HP, M.Si (BPSDMD Prov Jawa

Tengah) (2) Dr. Jaka Winarna, M.Si. (Praktisi dan Akademisi UNS); (3) Andi

Bawono, M.Si, P.hD (Akademisi UMS). Ketiga narasumber yang menyampaikan

materi dalam kegiatan ini memiliki kompetensi pada masing-masing materi yang

disampaikan. Sarana dan prasarana pendukung kegiatan ini sangat memadai dan

relevan dengan kebutuhan peserta yang sebagia Wakil Rakyat yang akan

menentukan kebutuhan konstituennya.

Sarana dan prasarana Hotel Best Western Premier Solobaru - Sukoharjo,

sangat representatif untuk menyelenggarakan kegiatan Workshop. Konsumsi yang

disajikan pada saat kegiatan berlangsung sesuai dengan penawaran yang

disampaikan pihak hotel kepada panitia. Media yang menjadi fasilitas kegiatan

dapat dimanfaatkan secara optimal dalam mendukung keberlangsungan acara.

Pada laporan penutup ini, kami selaku penyelenggara mengucapkan terima kasih

kepada pimpinan DPRD kabupaten Klaten beserta sekretaris Dewan yang telah

mempercayai kami untuk menyelenggerakan workshop ini. Besar harapan kami,

semoga workshop ini mendatangkan manfaat bagi bapak/ibu DPRD dan warga

Klaten. Dan tidak lupa kepada pihak hotel yang telah menyiapkan segala

kebutuhan workshop dengan senang hati.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

No. : 232/C.7-VIII/BR/III/2021 Surakarta, 5 Maret 2021

Lamp. : 1 (satu) bendel 21 Rajab 1442 H

Hal : Permohonan Rekomendasi Penyelenggaraan

Workshop DPRD Kab. Klaten

Kepada Yth :

Kepala BPSDM Provinsi Jawa Tengah

Di - Semarang

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Menjadi keinginan kita bersama, bahwa penyelenggaraan pemerintahan di daerah,

khususnya oleh DPRD, dapat lebih bermakna dan bermanfaat bagi kepentingan

masyarakat secara keseluruhan, yakni terwujudnya tujuan otonomi daerah yang berupa

peningkatan kesejahteraan masyarakat. Untuk mewujudkan tujuan tersebut diperlukan

upaya peningkatan kemampuan SDM DPRD, khususnya melalui pendalaman materi.

Untuk maksud itulah, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UMS

berencana untuk menyelenggarakan Workshop untuk DPRD Kabupaten Klaten.

Workshop ini in-syaa Allah dilaksanakan besok pada:

Hari, tanggal : Jum'at s/d Minggu, Tanggal 9 s/d 11 April 2021

Tempat : Hotel Best Western Premier Solobaru - Sukoharjo.

Tema : “Kewenangan DPRD Terhadap Laporan Keterangan

Pertanggung Jawaban (LKPJ) Bupati Tahun 2020”

Besar harapan kami agar Bapak berkenan memberikan rekomendasi untuk

pelaksanaan kegiatan tersebut.

Demikianlah permohonan ini kami sampaikan, atas perkenan dan kerjasamanya

diucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

R e k t o r,

Prof. Dr. Sofyan Anif, M.Si.

Tembusan: 1. Gubernur Jawa Tengah

2. Sekwan Kabupaten Klaten

3. Arsip.

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA Jl. A.Yani Tromol Pos I Pabelan Kartasura Surakarta 57102 Telp :717417 Psw 122/162 Fax. 0271-715448

http://www.ums.ac.id E-mail: [email protected]

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAHBADAN PENGEMBANGAN

SUMBER DAYA MANUSIA DAERAHJalan Setiabudi Nomor 201 A Semarang Kode Pos 50263

Telepon 024-7473066 Faksimile 024-7473701 Laman http://bpsdmd.jatengprov.go.idSurat Elektronik [email protected]

Semarang, 12 Maret 2021Nomor : 073.3/PT06/252.426/2021 Kepada :Lampiran : 1 (satu) bendelPerihal : Rekomendasi Penyelenggaraan

Workshop Bagi Pimpinan DanAnggota DPRD Kabupaten Klaten

Rektor Universitas MuhamadiyahSurakartadi  TEMPAT

   Menunjuk Surat Rektor Universitas Muhamadiyah Surakarta Nomor 232/C.7-VIII/BR/III/, tanggal 05 Maret 2021, hal Rekomendasi Penyelenggaraan WorkshopBagi Pimpinan Dan Anggota DPRD Kabupaten Klaten, dengan hormat disampaikanbahwa kami telah memeriksa berkas kelengkapan dokumen yang telah diajukandan dengan ini menyatakan memberikan rekomendasi pelaksanaan kegiatanKewenangan DPRD Terhadap Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ)Bupati Tahun 2020 yang akan dilaksanakan pada tanggal 09 April 2021 sampaidengan 11 April 2021 bertempat di Hotel Best Western Premier Solobaru -Sukoharjo.   Sehubungan dengan itu, diminta perhatian Saudara untuk hal-hal sebagaiberikut:1. Proses penyelenggaraan kegiatan dimaksud agar berpedoman pada

Permendagri Nomor 133 Tahun 2017 sebagaimana telah diubah denganPermendagri Nomor 14 tahun 2018 tentang perubahan atas PeraturanMenteri Dalam Negeri Nomor 133 Tahun 2017 tentang Orientasi danPendalaman Tugas Anggota DPRD Provinsi dan Anggota DPRD Kabupaten/Kota;

2. Teknis penyelenggaraan kegiatan wajib berpedoman pada Keputusan MenteriDalam Negeri Republik Indonesia Nomor: 440-842 tahun 2020 tanggal 31 Mei2020 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Dalam Negeri RepublikIndonesia Nomor 440-830 Tahun 2020 dan Keputusan Menteri KesehatanRepublik Indonesia Nomor: HK.01.07/Menkes/382/2020 tanggal 19 Juni 2020antara lain, sebagai berikut:a. Tempat pelaksanaan pendalaman tugas harus dalam kategori zonasi risiko

tidak terdampak atau tidak ada kasus atau risiko rendah, berdasarkan datazonasi risiko yang dikeluarkan oleh pihak yang berwenang dalampenanganan Covid-19;

b. Jumlah peserta dalam satu kegiatan tidak boleh lebih dari 50 (lima puluh)orang dan menempati paling banyak 50% dari kapasitas ruangan serta wajibmenjaga jarak minimal 1.5 meter;

c. Akomodasi peserta 1 kamar untuk 1 orang;d. Hal-hal lain yang diatur dalam protokol kesehatan Covid-19;

3. Materi kegiatan dimaksud mengacu pada usulan proposal yang meliputi:a. Wawasan Kebangsaan tentang Otonomi Daerah;b. Bentuk-Bentuk Pertanggungjawaban Kepala Daerah Menurut Peraturan

Perundang-Undangan;c. Fungsi Pengawasan DPRD Kabupaten/Kota Terhadap Laporan Keterangan

Pertanggung Jawaban (LKPJ) Bupati/Walikota;

4. Penyelenggaraan berpedoman pada Surat Kepala BPSDM Kementerian DalamNegeri Nomor 895.3/4007/BPSDM, hal Pelaksanaan Pendalaman Tugas bagiPimpinan dan Anggota DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam TatananAdaptasi Kebiasaan Baru, tanggal 17 Juli 2020 dan menjadi tanggung jawabpihak penyelenggara;

5. Anggaran kegiatan dimaksud agar dikelola sesuai dengan ketentuanperundang-undangan yang berlaku dan administrasi pertanggungjawabankeuangan menjadi tanggung jawab pihak penyelenggara;

6. Penyelenggara harus melaporkan pelaksanaan kegiatan dimaksud secaratertulis kepada Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah(BPSDMD) Provinsi Jawa Tengah paling lambat 7 (tujuh) hari setelahpenutupan. Laporan dimaksud mendeskripsikan seluruh proses pembelajaransebagaimana diatur dalam ketentuan yang berlaku;

7. BPSDMD Provinsi Jawa Tengah akan menugaskan 1 (satu) orang PegawaiBPSDMD Provinsi Jawa Tengah guna melaksanakan tugas monitoring danevaluasi terhadap efektivitas penyelenggaraan kegiatan dimaksud. Hasilmonitoring dan evaluasi disampaikan kepada Kepala BPSDMD Provinsi JawaTengah sebagai bahan kajian untuk penyempurnaan dan penetapanpelaksanaan kegiatan sejenis berikutnya;

8. Permohonan nomor registrasi disampaikan kepada Badan PengembanganSumber Daya Manusia Kementerian Dalam Negeri yang ditandatangani olehRektor dengan melampirkan data kehadiran peserta;

9. Dalam hal pelaksanan pendalaman tugas tidak sesuai dengan ketentuanprotokol kesehatan dalam menghadapi Pandemi Covid-19 maka rekomendasitidak berlaku dan tidak akan diterbitkan nomor registrasi;

10. Informasi dan koordinasi lebih lanjut dapat menghubungi BPSDMD Provinsi JawaTengah u.p. Bidang Sertifikasi Kompetensi dan Penjaminan Mutu melaluiTelepon/Faksimile (024) 7473066 extention 108 / (024) 7473701

   Demikian untuk menjadikan perhatian dan atas kerjasamanya disampaikanterima kasih.

a.n. GUBERNUR JAWA TENGAHKepala Badan PengembanganSumber Daya Manusia Daerah

Drs. MOHAMAD ARIEF IRWANTO, M.SiPembina Utama Madya

NIP. 19680614 199001 1 001

TEMBUSAN disampaikan kepada :1. Gubernur Jawa Tengah;2. Plh. Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah;3. Bupati Klaten;4. Sekretaris DPRD Kabupaten Klaten;

PERJANJIAN KERJASAMA

ANTARA

SEKRETARIAT DPRD KABUPATEN KLATEN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA (UMS)

TENTANG

PENYELENGGARAAN BIMBINGAN TEKNIS (BIMTEK)/WORKSHOP PIMPINAN DAN

ANGGOTA DPRD KABUPATEN KLATEN

Nomor SETWAN : 045.71/2468/10

Nomor UMS : 239/C.7-VIII/BR/III/2021

Pada hari ini Rabu tanggal 05 Maret 2021 (lima maret dua ribu dua puluh satu), kami yang

bertanda tangan di bawah ini:

Nama : ANANG WIDJATMOKO, S.H, M.M.

Jabatan : Sekretaris DPRD Kabupaten Klaten

Alamat : Jl. Pemuda No. 294, Klaten.

Bertindak sebagai Pihak Pertama.

Dalam hal ini bertindak dan atas nama Sekretariat DPRD Kabupaten Klaten dan untuk

selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA.

Nama : Prof. Dr. SOFYAN ANIF, M.Si.

Jabatan : Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS)

Alamat : Jln. A. Yani Tromol Pos I Pabelan, Kartasura, Surakarta 57102

Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Universitas Muhammadiyah Surakarta,

selanjutnya disebut PIHAK KEDUA.

PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA secara bersama-sama selanjutnya disebut PARA

PIHAK

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2018

tentang Perubahan atas Permendagri Nomor 133 Tahun 2017 tentang Orientasi dan

Pendalaman Tugas Anggota DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota, dengan ini

menerangkan bahwa kami dari kedua belah pihak menyepakati untuk melakukan kerja sama

penyelenggaraan Bimtek/Workshop bagi Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten Klaten

melalui pola kemitraan dengan ketentuan sebagai berikut:

Pasal 1

MAKSUD DAN TUJUAN

Perjanjian kerja sama ini dimaksudkan untuk menyelenggarakan Bimtek/Workshop bagi

Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten Klaten dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan

dan/atau memperoleh manfaat yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak, dan

untuk lebih meningkatkan hubungan kelembagaan antara kedua belah pihak, serta untuk

meningkatkan kualitas pengetahuan dan kemampuan anggota DPRD Kabupaten Klaten serta

sebagai wujud Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam pengabdian kepada masyarakat.

Pasal 2

PEMBIAYAAN, WAKTU DAN TEMPAT BIMBINGAN

TEKNIS (BIMTEK)/WORKSHOP

Pembiayaan Kegiatan Bimtek/Workshop ini dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah Kabupaten Klaten Tahun Anggaran 2021. Bimtek/Workshop ini

dilaksanakan pada hari Jum'at s/d Minggu, Tanggal 9 s/d 11 April 2021, dan bertempat di

Hotel Best Western Premier Solobaru - Sukoharjo.

Pasal 3

HAK DAN KEWAJIBAN

Masing-masing pihak mempunyai Hak dan Kewajiban sebagai berikut:

1. PIHAK PERTAMA berhak menerima dari PIHAK KEDUA berupa seluruh aspek

pembelajaran Bimtek/Workshop Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten Klaten.

2. Hak dan Kewajiban PIHAK PERTAMA antara lain:

a. Menyiapkan Peserta Bimtek/Workshop;

b. Berhak mendapatkan fasilitas pembelajaran, makalah digital, dan sertifikat dari

Penyelenggara;

c. Wajib menyerahkan biaya kontribusi penyelenggaraan Bimtek/Workshop sebesar

Rp. 2.200.000,- (dua juta dua ratus rupiah) per peserta kepada PIHAK KEDUA;

d. Menandatangani sertifikat.

e. Memberikan data, informasi dan keterangan-keterangan yang diperlukan PIHAK

KEDUA selama dalam ruang lingkup kegiatan Bimtek/Workshop.

f. Berhak mendapatkan laporan pelaksanaan Bimtek/Workshop dari PIHAK KEDUA.

3. Hak dan Kewajiban PIHAK KEDUA antara lain:

a. Berhak mendapatkan dana kontribusi keikutsertaan Bimtek/Workshop sebesar Rp.

2.200.000,- (dua juta dua ratus rupiah) per peserta.

b. Berhak memperoleh data/informasi terkait Penyelenggaraan Bimtek/Workshop dari

Sekretariat DPRD Kabupaten Klaten.

c. Wajib melakukan permohonan rekomendasi pelaksanaan Bimtek/Workshop kepada

Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Provinsi Jawa Tengah,

memberikan fasilitas pembelajaran, makalah digital, dan sertifikat dari

Penyelenggara;

d. Wajib melakukan evaluasi dan menyampaikan laporan pelaksanaan

Bimtek/Workshop kepada Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM)

Provinsi Jawa Tengah.

e. Wajib menyampaikan laporan pelaksanaan Bimtek kepada PIHAK PERTAMA.

Pasal 4

KETENTUAN LAIN-LAIN

Hal-hal yang belum diatur dalam PERJANJIAN ini akan diatur kedua belah pihak dalam

perjanjian kerja tersendiri.

(1) Semua lampiran-lampiran, perjanjian-perjanjian tambahan (adendum) yang dibuat

sehubungan dengan PERJANJIAN ini adalah merupakan bagian dan satu kesatuan yang

tidak terpisahkan dari PERJANJIAN ini.

(2) PERJANJIAN ini diatur dan tunduk sepenuhnya pada hukum dan ketentuan

perundang-undangan yang berlaku di Negara Republik Indonesia.

(3) PERJANJIAN ini tidak akan diubah, diganti dan/atau dimodifikasi kecuali dengan

Perjanjian atau instrumen tertulis lain yang disepakati oleh PARA PIHAK dan

ditandatangani oleh wakil-wakil yang sah dari masing-masing pihak.

(4) PERJANJIAN ini atau setiap hak dan kewajiban yang tercakup di dalamnya tidak akan

dialihkan oleh masing-masing pihak tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari pihak

lainnya.

(5) PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sepakat mematuhi peraturan perundang-

undangan yang berkaitan dengan protokol kesehatan dalam rangka pencegahan dan

pengendalian Corona Virus Disease 19 (Covid-19) selama kegiatan ini berlangsung.

Pasal 5

PENYELESAIAN PERSELISIHAN

(1) Apabila terjadi perselisihan di antara PARA PIHAK, diusahakan diselesaikan dengan

musyawarah antara kedua belah pihak.

(2) Apabila musyawarah tidak menyelesaikan masalah, penyelesaian dilakukan di

Pengadilan Negeri yang disepakati oleh PARA PIHAK.

Pasal 6

KETENTUAN PENUTUP

(1) Perjanjian Kerja sama ini dibuat rangkap 2 (dua) asli, bermaterai Rp. 10.000, - masing-

masing sama bunyinya dan mempunyai kekuatan hukum yang sama. 1 (satu) rangkap

untuk PIHAK PERTAMA dan 1 (satu) rangkap untuk PIHAK KEDUA.

(2) Perjanjian Kerja sama ini dibuat dan ditandatangani oleh kedua belah pihak tanpa ada

paksaan dari pihak manapun dan oleh karena itu mengikat bagi kedua belah pihak.

PIHAK PERTAMA

Sekretaris DPRD Kabupaten Klaten

ANANG WIDJATMOKO, S.H, M.M.

Pembina Tk. I

NIP. 1968080903 1 003

PIHAK KEDUA

Rektor UMS

Prof. Dr. SOFYAN ANIF, M.Si.

Guru Besar

NIDN. 0625066301

PROPOSAL

WORKSHOP

KEWENANGAN DPRD TERHADAP

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNG

JAWABAN (LKPJ) BUPATI TAHUN 2020

UNTUK DPRD KABUPATEN KLATEN

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Hari Jum'at s/d Minggu, Tanggal 9 s/d 11 April 2021 Di Best Western Premier Solobaru - Sukoharjo

A. LATAR BELAKANG

Sebelum reformasi, Kepala Daerah berkewajiban memberikan Laporan

Pertanggungjawaban (LPJ) kepada DPRD. Selain kewenangan tersebut DPRD

mempunyai a). hak interpelasi adalah DPRD untuk meminta keterangan kepada kepala

daerah mengenai kebijakan pemerintah daerah yang penting dan strategis yang

berdampak luas pada kehidupan masyarakat, daerah dan negara. b). hak angket adalah

pelaksanaan fungsi pengawasan DPRD untuk melakukan penyelidikan terhadap suatu

kebijakan tertentu kepala daerah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada

kehidupan masyarakat, daerah dan negara yang diduga bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan. c). hak menyatakan pendapat adalah hak DPRD menyatakan

pendapat terhadap kebijakan kepala daerah atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi

di daerah disertai dengan rekomendasi penyelesaiannya atau sebagai tindak lanjut

pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket.

Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 telah memberikan peluang kepada DPRD

dalam menjalankan tugas pengawasan kepada Kepala Daerah agar tidak bertindak

berlebihan dalam mengambil kebijakannya sebagai kepala penyelenggaraan

pemerintahan daerah. Pasal 46 Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 mengisyaratkan

bahwa Kepala Daerah dapat diberhentikan oleh DPRD apabila perbaikan Laporan

Pertanggungjawaban (LPJ) tahunan ditolak oleh DPRD.

Namun setelah terbitnya UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

telah menggeser format legislave heavy atau peran DPRD lebih kuat manjadi executive

heavy dalam artian posisi Kepala Daerah lebih dominan, yakni Kepala Daerah sudah

tidak lagi dipilih oleh DPRD tetapi dipilih oleh rakyat secara demokratis dan Kepala

Daerah tidak memberikan laporan pertanggungjawaban (LPJ) kepada DPRD melainkan

hanya memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban (LKPJ) terkait pelaksanaan

penyelenggaraan pemerintahan daerah. Hal ini diatur pada Pasal 71 UU No. 23 Tahun

2014 yang menyatakan: (1) Laporan keterangan pertanggungjawaban memuat hasil

penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah. (2)

Kepala daerah menyampaikan laporan keterangan pertanggungjawaban kepada DPRD

yang dilakukan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun paling lambat 3 (tiga) bulan setelah

tahun anggaran berakhir. (3) Laporan keterangan pertanggungjawaban kepada DPRD

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibahas oleh DPRD untuk rekomendasi perbaikan

penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

Dengan demikian, dalam rangka meningkatkan pemahaman anggota DPRD

tentang tugas, fungsi, dan kewenangannya terutama mengenai fungsi pengawasan DPRD

Kabupaten Klaten terhadap Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Bupati

tahun 2020, kami dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM)

Universitas Muhammadiyah Surakarta bermaksud menyelenggarakan kegiatan Workshop

untuk DPRD Kabupaten Klaten dengan tema: “Kewenangan DPRD Terhadap Laporan

Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Bupati Tahun 2020”.

B. TUJUAN

Tujuan dari diselenggarakannya bimbingan teknis (Workshop) ini adalah

memfasilitasi anggota DPRD guna meningkatkan pemahaman dan kompetensi tentang

fungsi pengawasan terhadap Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Bupati

tahun 2020. Adapun sasaran yang diharapkan dari diselenggarakannya Workshop ini

yaitu:

1. Peserta mampu memahami wawasan kebangsaan tentang otonomi daerah

2. Peserta mampu memahami bentuk-bentuk pertanggungjawaban kepala daerah

menurut peraturan perundang-undangan

3. Peserta mampu memahami fungsi pengawasan DPRD kabupaten/kota terhadap

laporan keterangan pertanggung jawaban (LKPJ) bupati/walikota

C. MATERI DAN NARASUMBER

Materi yang disampaikan dalam Workshop ini mencakup tugas pokok dan fungsi

DPRD, dengan narasumber yang mempunyai kemampuan mendalam dan komprehensif

atas materi tersebut. Adapun materi dan narasumber tersebut adalah:

1. Wawasan Kebangsaan tentang Otonomi Daerah

(Kepala BPSDM Prov. Jawa Tengah)

2. Bentuk-Bentuk Pertanggungjawaban Kepala Daerah Menurut Peraturan

Perundang-Undangan

(Akademisi)

3. Fungsi Pengawasan DPRD Kabupaten/Kota Terhadap Laporan Keterangan

Pertanggung Jawaban (LKPJ) Bupati/Walikota

(Akademisi)

D. METODE PELAKSANAAN WORKSHOP

Metode yang hendak digunakan dalam kegiatan ini adalah dengan model

partisipatoris, yakni diawali dengan ceramah, kemudian dilanjutkan dengan dialog secara

aktif. Dengan model ini diharapkan akan diperoleh pengetahuan dan pemahaman materi

secara kritis dan mendalam. Lebih dari itu adalah dicapai suatu pengetahuan dan

pemahaman teoritik dan aplikatif.

E. PESERTA, KONTERIBUSI DAN SERTIFIKASI

Kegiatan Workshop ini diharapkan diikuti oleh Pimpinan dan anggota DPRD

Kabupaten Klaten. Setiap peserta dibebani beaya sebesar Rp. Rp. 2.200.000,- (dua juta dua

ratus rupiah) dan akan mendapatkan fasilitas pembelajaran, makalah digital, dan sertifikat

dari Penyelenggara.

F. PERSONALIA PENYELENGGARA

Personalia kegiatan Workshop adalah sebagai berikut:

Penanggung jawab : Rektor UMS

Pengarah : Agus Ulinuha, Ph.D (Ketua LPPM UMS)

Dr. Kuswaji Dwi Priyono, M.Si. (Wk. Ketua LPPM

UMS)

Koordinator : Sudaryono, S.H., M.Hum.

Sekretaris : Labib Muttaqin, S.H, M.H.

Tugiyanti, S.E.

Bendahara : Tri Raharjo

Sie. Persidangan & Protokoler : M. Junaidi, S.Ag, S.H, M.Ag.

Sie. Pembantu umum : Agung S

Aan Sofyan, S.Pt.

G. TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN KEGIATAN

Pelaksanaan kegiatan Workshop direncanakan di Hotel Best Western Premier

Solobaru - Sukoharjo. Adapun waktu pelaksanaan kegiatan insya Allah dilaksanakan selama

3 (tiga) hari, yaitu Jum'at s/d Minggu, Tanggal 9 s/d 11 April 2021.

H. JADWAL KEGIATAN*

Hari, Tanggal Waktu Keterangan, Materi Dan Narasumber

Jum’at

9 April 2021

13.00 - 18.00 Check In dan Registrasi di Hotel

18.00 - 19.30 MAKAN MALAM

20.00 - 20.30 Pembukaan (Oleh: Rektor UMS)

Penjelasan Pelaksanaan Workshop (Pelaksana)

20.30 - 23.00 Coffee Break

Materi I:

“Wawasan Kebangsaan tentang Otonomi

Daerah”

(Kepala BPSDM Prov. Jawa Tengah)

Sabtu,

10 April 2021

06.00 - 08.30 MAKAN PAGI

08.30 - 10.30 Materi II:

“Bentuk-Bentuk Pertanggungjawaban Kepala

Daerah Menurut Peraturan Perundang-

Undangan”

(Akademisi)

10.30 - 11.00 Coffe break

11.00 - 12.00 Dilanjutkan Diskusi dan Pendalaman Materi

12.00 - 14.00 ISHOMA

14.00 - 16.00 Materi III:

“Fungsi Pengawasan DPRD Terhadap Laporan

Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ)

Bupati/Walikota”

(Akademisi)

16.00 - 16.30 Coffe break

16.30 - 17.30 Dilanjutkan Diskusi dan Pendalaman Materi

17.30 … Istirahat dan Makan Malam

Minggu,

11 April 2021

06.00 - 08.30 MAKAN PAGI

09.00 - 11.00 Evaluasi dan Penutupan

11.00 - Selesai Check Out

*Catatan: Sesuai dengan situasi dan kondisi yang tak terduga, jadwal acara ini dapat berubah

secara fleksibel.

Surakarta, 1 Maret 2021

An. Ketua LPPM UMS

Koordinator Penyelenggara

SUDARYONO, S.H, M.Hum

SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB ATAS

PENYELENGGARAAN PENDALAMAN TUGAS BAGI

PIMPINAN DAN ANGGOTA DPRD TAHUN 2021

Kami yang bertanda tangan di bawah ini:

I. Nama : Hamenang Wajar Ismoyo, S.I.Kom

Jabatan : Ketua

Instansi : DPRD Kabupaten Klaten

Selanjutnya disebut Pihak I (Pertama)

II. Nama : Prof. Dr. Sofyan Anif, M.Si.

Jabatan : Rektor

Instansi : Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS)

Selanjutnya disebut Pihak II (Kedua)

MENYATAKAN

1. Bahwa bersedia menyelenggarakan kegiatan Pendalaman Tugas bagi Pimpinan dan

Anggota DPRD Kabupaten Klaten Tahun 2021 dengan berpedoman dan mematuhi

peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan protokol kesehatan dalam rangka

pencegahan dan pengendalian Corona Virus Disease 19 (Covid-19).

2. Apabila di kemudian hari terjadi hal-hal yang berdampak pada kondisi peserta, maka kami

bersedia untuk bertanggungjawab sebagaimana ketentuan perundang-undangan yang

berlaku.

Demikian surat pernyataan ini kami buat dalam keadaan sadar, tanpa paksaan dan dibuat

dengan sebenarnya.

Surakarta, 05 Maret 2021

Yang membuat Pernyataan,

1

CATATAN STRATEGIS KOMISI I DPRD Terhadap LKPJ BUPATI KLATEN

TAHUN 2020 Tentang Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan

PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN

Berikut Pembahasan Urusan penyelenggaraan pemerintahan pada Komisi I.

1. Urusan Ketentraman, Ketertiban Umum dan perlindungan Masyarakat

Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan urusan wajib

Ketrentraman, Ketertiban Umum, dan Perlindungan Masyarakat adalah:

a. Program urusan wajib pelayanan dasar di bidang Ketentraman, Ketertiban

Umum, dan Perlindungan Masyarakat dilaksanakan oleh Kantor Kesbangpol

dan Satpol PP. Urusan Wajib pelayanan dasar tersebut mendapat alokasi

Belanja Langsung sebesar Rp.6.743.978.000,- dengan realisasi anggaran

sebesar Rp. 6.364.852.426,- atau 94,38%. Adapun alokasi belanja tidak

langsung sebesar Rp. 6.284.667.000,- Dengan realisasi anggaran sebesar Rp.

5.528.099.237,- atau sebesar 87,96%.

Realisasi anggaran baik belanja langsung (94,38%) maupun belanja tidak

langsung (87,96%) sudah lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya namun

demikian untuk realisasi anggaran belanja tidak langsung masih jauh dari

anggaran yang ditetapkan. Realisasi yang tidak sesuai target bukan saja

kurang memanfaatkan dana yang telah dialokasikan yang berarti mengganggu

jalannya percepatan pembangunan, tetapi juga penyusunan perencanaan

program dan penganggaran kurang matang, sekaligus menyimpang dari

kesepakatan yang telah dituangkan dalam APBD TA 2020. Sebagai catatan

dalam pembahasan RAPBD untuk tahun-tahun mendatang, OPD pelaksana

Urusan Ketrentraman, Ketertiban Umum, dan Perlindungan Masyarakat

sebaiknya memperbaiki penyusunan anggaran sesuai dengan kebutuhannya.

b. Terdapat 2 indikator Kinerja Sasaran pada Urusan Ketentraman,

Ketertiban Umum, dan Perlindungan Masyarakat. Adapun Realisasi capaian

Kinerja Sasaran dari 2 indikator tersebut adalah bahwa semua indikator

sasaran masuk kategori “sangat tinggi”.

2

Terdapat 14 Indikator Kinerja Program dengan Capaian Kinerja Program

Kategori “Sangat Tinggi” sebanyak 10 Indikator, Capaian Kinerja “Rendah”

sebanyak 2 indikator dan Capaian Kinerja Sangat rendah sebanyak 2

Indikator.

Indikator capaian kinerja yang masih dalam kategori rendah sebanyak 2 dan

sangat rendah sebanyak 2 sudah diberikan alasan penyebab tidak tercapainya

indikator tersebut. Pada tahun mendatang penting untuk lebih memberikan

perhatian terkait pencapaian kinerja beberapa indikator tersebut.

c. Kebijakan strategis terkait penyelenggaraan urusan wajib Ketrentraman,

Ketertiban Umum, dan Perlindungan Masyarakat telah diambil dalam rangka

menyelesaikan masalah-masalah strategis selama satu tahun anggaran, namun

belum ada penjelasan terkait pelaksanaan kebijakan strategis tersebut. Oleh

karena itu, pada tahun mendatang perlu diberikan penjelasan terkait

pelaksanaan kebijakan strategis yang telah ditetapkan.

d. Rekomendasi tindak lanjut oleh DPRD pada tahun anggaran sebelumnya telah

ditindaklanjuti.

e. Uraian masalah dan solusi telah dinyatakan secara rasional hubungannya.

Solusi yang ditawarkan sudah memberikan gambaran penyelesaian atas

masalah yang dihadapi.

2. Urusan Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil

a. Pelaksanaan Program urusan Wajib bukan Pelayanan dasar yang berkaitan

dengan Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil dilaksanakan oleh

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Urusan Wajib Bukan Pelayanan

dasar tersebut mendapat alokasi Belanja Langsung sebesar Rp.

5.936.860.783,-dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 4.961.086.606,- atau

realisasi keuangan sebesar 83,56%. adapun alokasi untuk belanja tidak

langsung sebesar Rp.3.298.310.000,- dengan realisasi sebesar Rp.

2.830.940.309,- atau sebesar 85,83%.

Realisasi anggaran baik belanja langsung (83,56%) maupun tidak langsung

(85,83%) masih jauh dari anggaran yang ditetapkan. Realisasi anggaran yang

3

masih jauh dari target bukan saja kurang memanfaatkan dana yang telah

dialokasikan yang berarti mengganggu jalannya percepatan pembangunan,

tetapi juga penyusunan perencanaan program dan penganggaran kurang

matang, sekaligus penyimpangan dari kesepakatan yang telah dituangkan

dalam APBD TA 2020.

Sebagai catatan dalam pembahasan RAPBD untuk tahun-tahun mendatang,

OPD pelaksana Urusan Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil

sebaiknya memperbaiki penyusunan anggaran sesuai dengan kebutuhannya.

b. Terdapat 1 indikator Kinerja Sasaran dengan Realisasi Kinerja Sasaran

dengan Kategori Tinggi.

Terdapat 7 Indikator Kinerja Program dengan Realisasi Kinerja

Program dengan Kategori Sangat Tinggi sebanyak 7 Indikator. Keseluruhan

Capaian Kinerja inidikator Kinerja Sasaran dan Program Urusan Administrasi

Kependudukan dan Catatan Sipil Masuk Kategori Tinggi dan Sangat Tinggi.

Capaian indikator Program dengan indikator Sasaran kelihatan tidak sinkron.

Untuk mencapai sasaran diperlukan sejumlah program. Ketika capaian

program semuanya sudah mendapat kategori sangat tinggi memberikan

indikasi bahwa capaian indikator sasaran juga akan sangat tinggi. Namun

demikian pada Urusan Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil capaian

indikator program tidak sejalan dengan indikator sasaran. Perlu penjelasan

mengapa semua indikator programnya sudah sangat tinggi tetapi indikator

sasarannya masih dalam katgori tinggi.

c. Tidak terdapat Kebijakan strategis terkait penyelenggaraan urusan wajib

Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil selama satu tahun anggaran.

d. Rekomendasi tindak lanjut oleh DPRD pada tahun anggaran sebelumnya

terkait serapan anggaran belum dapat ditindaklanjuti.

e. Uraian masalah dan solusi telah dinyatakan secara rasional hubungannya.

Solusi yang ditawarkan sudah memberikan gambaran penyelesaian atas

masalah yang dihadapi.

3. Urusan Pemberdayaan Masyarakat Desa

4

Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan urusan Pemberdayaan

Masyarakat Desa adalah:

a. Perangkat daerah yang melaksankaan program terkait urusan Pemberdayaan

Masyarakat Desa mendapat alokasi Belanja Langsung sebesar Rp.

4.711.210.291 dengan realisasi anggaran sebesar Rp.4.453.470.089 atau

sebesar 94,53%. Adapun alokasi belanja tidak langsung sebesar Rp.

3.098.067.000 dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 2.876.819.266 atau

sebesar 92,86%.

Realisasi anggaran baik belanja langsung (94,53%) maupun tidak langsung

(92,86%) telah meningkat dibandingkan dengan realisasi anggaran tahun

sebelumnya dan mendekati dari anggaran yang ditetapkan. Realisasi anggaran

yang mendekati target berarti telah memanfaatkan dana yang dialokasikan dan

diharapkan membantu pencapaian sasaran dan program yang telah dituangkan

dalam APBD TA 2020.

Sebagai catatan dalam pembahasan RAPBD untuk tahun-tahun mendatang,

OPD pelaksana Urusan Pemberdayaan Masyarakat Desa sebaiknya tetap

memperbaiki meningkatkan penyusunan anggaran sesuai dengan

kebutuhannya.

b. Terdapat 3 Indikator Kinerja Sasaran dengan Capaian Kinerja Sasaran

Kategori “Sangat Tinggi” sebanyak 3 Indikator. Terdapat 6 Indikator Kinerja

Program dengan Realisasi Kinerja Program Kategori “Sangat Tinggi”

sebanyak 4 Indikator dan capaian kinerja indikator program kategori “tinggi”

sebanyak 2 Indikator.

Semua Capaian Kinerja Sasaran dan Program mendapat kategori

Sangat Tinggi dan Tinggi. Pada tahun mendatang indikator program dalam

kategori Tinggi diharapkan ditingkatkan menjadi kategori Sangat Tinggi.

c. Kebijakan strategis terkait penyelenggaraan urusan wajib Pemberdayaan

Masyarakat Desa telah diambil dalam rangka menyelesaikan masalah-masalah

strategis selama satu tahun anggaran, namun belum ada penjelasan terkait

pelaksanaan kebijakan strategis tersebut. Oleh karena itu, pada tahun

5

mendatang perlu diberikan penjelasan terkait pelaksanaan kebijakan strategis

yang telah ditetapkan.

d. Rekomendasi tindak lanjut oleh DPRD pada tahun anggaran sebelumnya telah

ditindaklanjuti.

e. Uraian masalah dan solusi telah dinyatakan secara rasional hubungannya.

Solusi yang ditawarkan sudah memberikan gambaran penyelesaian atas

masalah yang dihadapi.

4. Urusan Komunikasi dan Informatika

Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan urusan Komunikasi

dan Informatika adalah:

a. Pelaksanaan Program urusan Wajib bukan Pelayanan dasar yang berkaitan

dengan Komunikasi dan Informatika pada tahun 2020 mendapat alokasi

Belanja Langsung sebesar Rp. 12.279.265.300 dengan realisasi anggaran

sebesar Rp. 11.807.362.335,- atau 96,15%. Adapun alokasi belanja tidak

langsung sebesar Rp. 2.458.545.000 dengan realisasi anggaran sebesar Rp.

2.159.193.590 atau sebesar 87,82%.

Realisasi anggaran belanja langsung (96,15%) mengalami kenaikan dibanding

tahun sebelumnya (92,5%) sedangkan realisasi anggaran belanja tidak langsung

(87,82%) mengalami penurunan dibandingkan anggaran tahun sebelumnya

(90,5%).

Realisasi anggaran belanja tidak langsung yang tidak sesuai target bukan saja

kurang memanfaatkan dana yang telah dialokasikan yang berarti mengganggu

jalannya percepatan pembangunan, tetapi juga penyusunan perencanaan

program dan penganggaran kurang matang, sekaligus menyimpang dari

kesepakatan yang telah dituangkan dalam APBD TA 2020.

Sebagai catatan dalam pembahasan RAPBD untuk tahun-tahun mendatang,

OPD pelaksana Urusan Komunikasi dan Informatika sebaiknya memperbaiki

penyusunan anggaran belanja tidak langsungnya sesuai dengan kebutuhannya.

b. Terdapat 12 Indikator Kinerja Program dengan Capaian Kinerja Program

Kategori “Sangat Tinggi” sebanyak 7 Indikator, kategori tinggi sebanyak 3

6

indikator, Kategori “sedang” 1 indikator dan kategori “sangat rendah”

sebanyak 1 indikator.

Indikator capaian kinerja yang masih dalam kategori sedang sebanyak 1 dan

sangat rendah sebanyak 1 sudah diberikan alasan penyebab tidak tercapainya

indikator tersebut. Pada tahun mendatang penting untuk lebih memberikan

perhatian terkait pencapaian kinerja beberapa indikator tersebut.

Urusan Komunikasi dan Informatika tidak melaporkan capaian indikator

sasarannya. Tidak adanya informasi capaian indikator sasaran menyebabkan

tidak bisa menilai kontribusi dalam mencapai tujuan, visi dan misi Bupati.

Selain itu juga tidak dapat melihat apakah rekomendasi oleh DPRD pada tahun

anggaran sebelumnya telah ditindaklanjuti secara tepat.

Pada tahun anggaran berikutnya urusan Komunikasi dan Informatika diharapkan

sudah melaporkan capaian indikator sasarannya.

c. Kebijakan strategis terkait penyelenggaraan urusan wajib Komunikasi dan

Informatika telah diambil dalam rangka menyelesaikan masalah-masalah

strategis selama satu tahun anggaran, namun belum ada penjelasan terkait

pelaksanaan kebijakan strategis tersebut. Oleh karena itu, pada tahun

mendatang perlu diberikan penjelasan terkait pelaksanaan kebijakan strategis

yang telah ditetapkan.

d. Sudah ada upaya untuk menindaklanjuti rekomendasi oleh DPRD pada tahun

anggaran sebelumnya, namun demikian tindak lanjut terkait penentuan

indikator sasaran belum kelihatan dalam laporan ini.

e. Uraian masalah dan solusi telah dinyatakan secara rasional hubungannya.

Solusi yang ditawarkan sudah memberikan gambaran penyelesaian atas

masalah yang dihadapi.

5. Urusan Penanaman Modal

Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan urusan Penanaman

Modal adalah:

a. Pelaksanaan Program urusan Wajib bukan Pelayanan dasar yang berkaitan

dengan Penanaman Modal mendapat alokasi Belanja Langsung sebesar Rp.

7

1.130.589.360 dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 1.068.701.074 atau

sebesar 94,52%. Adapun alokasi belanja tidak langsung sebesar Rp.

2.023.363.000 dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 1.815.997.471 atau

sebesar 89,75%.

Realisasi anggaran baik belanja langsung (94,52%) maupun tidak langsung

(87,02%) sudah lebih baik dibandingkan realisasi anggaran tahun sebelumnya

untuk belanja langsung (86,4%) dan belanja tidak langsung (89,75%). Namun

demikian untuk realisasi belanja tidak langsung masih jauh dari anggaran

yang ditetapkan. Realisasi anggaran belanja tidak langsung yang masih tidak

sesuai target bukan saja kurang memanfaatkan dana yang telah dialokasikan

yang berarti mengganggu jalannya percepatan pembangunan, tetapi juga

penyusunan perencanaan program dan penganggaran kurang matang,

sekaligus menyimpang dari kesepakatan yang telah dituangkan dalam APBD

TA 2020.

Sebagai catatan dalam pembahasan RAPBD untuk tahun-tahun mendatang,

OPD pelaksana Urusan Penanaman Modal sebaiknya memperbaiki

penyusunan anggaran sesuai dengan kebutuhannya.

b. Terdapat 5 indikator Kinerja Sasaran dengan Realisasi Kinerja Sasaran

Kategori “Sangat Tinggi” sebanyak 1 indikator dan Kategori “sangat rendah”

sebanyak 4 indikator. Terdapat 10 Indikator Kinerja Program dengan

Realisasi Kinerja Program Kategori “Sangat Tinggi” sebanyak 5 Indikator

dan kategori “sangat rendah” sebanyak 5 indikator.

Capaian indikator sasaran dengan 80% kategori “sangat rendah” dan capaian

indikator program dengan kategori sangat rendah 50% tidak sejalan dengan

realisasi anggaran belanja langsung yang mencapai 94,52%. Mengapa

realisasi belanja langsung berbanding terbalik dengan capaian sasaran dan

program?

Terdapat beberapa nama indikator sasaran yang mempunyai kesamaan

dengan indikator program. Perlu dipertimbangkan untuk menggunakan nama

dan substansi indikator program yang berbeda dengan indikator sasarannya.

8

c. Kebijakan strategis terkait penyelenggaraan urusan wajib Komunikasi dan

Informatika telah diambil dalam rangka menyelesaikan masalah-masalah

strategis selama satu tahun anggaran, namun belum ada penjelasan terkait

pelaksanaan kebijakan strategis tersebut. Oleh karena itu, pada tahun

mendatang perlu diberikan penjelasan terkait pelaksanaan kebijakan strategis

yang telah ditetapkan.

d. Sudah ada upaya untuk menindaklanjuti rekomendasi oleh DPRD pada tahun

anggaran sebelumnya, namun demikian tindak lanjut terkait penentuan

indikator sasaran belum kelihatan dalam laporan ini.

e. Uraian masalah dan solusi telah dinyatakan secara rasional hubungannya.

Solusi yang ditawarkan sudah memberikan gambaran penyelesaian atas

masalah yang dihadapi.

6. Urusan Statistik

Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan urusan Statistik

adalah:

a. Pelaksanaan Program urusan Wajib bukan Pelayanan dasar yang berkaitan

dengan Statistik mendapat alokasi Belanja Langsung sebesar Rp. 17.500.000

dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 17.417.500 atau 99,53%.

Realisasi anggaran baik belanja langsung (99,53%) sudah hampir sama

anggaran yang ditetapkan. Realisasi anggaran yang telah mendekati target

memberikan gambaran bahwa urusan ini telah memanfaatkan dana yang

dialokasikan untuk percepatan jalannya pembangunan, penyusunan

perencanaan program dan penganggaran lebih sesuai, sekaligus berupaya

mewujudkan kesepakatan yang telah dituangkan dalam APBD TA 2020.

Sebagai catatan dalam pembahasan RAPBD untuk tahun-tahun mendatang,

OPD pelaksana Urusan Statistik sebaiknya mempertahankan penyusunan

anggaran sesuai dengan kebutuhannya.

b. Tidak terdapat indikator kinerja sasaran. Hanya terdapat 1 Indikator Kinerja

Program dengan Realisasi Kinerja Program Kategori “Sangat Tinggi”.

9

c. Tidak terdapat Kebijakan strategis terkait penyelenggaraan urusan wajib

Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil selama satu tahun anggaran.

d. Rekomendasi tindak lanjut oleh DPRD pada tahun anggaran sebelumnya telah

dapat ditindaklanjuti.

e. Uraian masalah dan solusi telah dinyatakan secara rasional hubungannya.

Solusi yang ditawarkan sudah memberikan gambaran penyelesaian atas

masalah yang dihadapi.

7. Administrasi Pemerintahan

Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan Administrasi

Pemerintahan adalah:

a. Perangkat Daerah yang melaksanakan Program urusan Pemerintahan Fungsi

Penunjang di Bidang Administrasi Pemerintahan mendapat alokasi Belanja

Langsung sebesar Rp.76.444.141.855 dengan realisasi anggaran sebesar

Rp.65.196.776.021 atau sebesar 85,28%. Alokasi belanja tidak langsung

sebesar Rp.94.778.407.000 dengan realisasi anggaran sebesar Rp.

86.337.038.329 atau sebesar Rp. 91,09%.

Realisasi anggaran baik belanja langsung (85,28%) maupun belanja tidak

langsung (91,09%) masih jauh dari anggaran yang ditetapkan. Realisasi yang

tidak sesuai target bukan saja kurang memanfaatkan dana yang telah

dialokasikan yang berarti mengganggu jalannya percepatan pembangunan,

tetapi juga penyusunan perencanaan program dan penganggaran kurang

matang, sekaligus menyimpang dari kesepakatan yang telah dituangkan

dalam APBD TA 2020.

Sebagai catatan dalam pembahasan RAPBD untuk tahun-tahun mendatang,

OPD pelaksana Administrasi Pemerintahan sebaiknya memperbaiki

penyusunan anggaran sesuai dengan kebutuhannya.

b. Terdapat 12 indikator Kinerja Sasaran dengan Realisasi Kinerja Sasaran

Kategori “Sangat tinggi” sebanyak 11 indikator dan 1 indikator kinerja yang

10

tidak tercapai (capaian kinerjanya tidak dipersentasekan karena target

merupakan jangkauan/interval angka). Terdapat 41 Indikator Kinerja Program

dengan Realisasi Kinerja Program Kategori “Sangat Tinggi” sebanyak 38

Indikator, kategori “tinggi” sebanyak 2 indikator dan 1 indIkator merupakan

kategori “sedang”.

Pada tahun mendatang diharapkan urusan administrasi memberikan perhatian

terhadap indikator sasaran yang kinerjanya belum tercapai dan indikator

program yang capaiannya mendapatkan kategori sedang.

c. Kebijakan strategis terkait penyelenggaraan urusan wajib Administrasi telah

diambil dalam rangka menyelesaikan masalah-masalah strategis selama satu

tahun anggaran, namun belum ada penjelasan terkait pelaksanaan kebijakan

strategis tersebut. Oleh karena itu, pada tahun mendatang perlu diberikan

penjelasan terkait pelaksanaan kebijakan strategis yang telah ditetapkan.

d. Rekomendasi tindak lanjut oleh DPRD pada tahun anggaran sebelumnya

telah ditindaklanjuti.

e. Uraian masalah dan solusi telah dinyatakan secara rasional hubungannya.

Solusi yang ditawarkan sudah memberikan gambaran penyelesaian atas

masalah yang dihadapi.

8. Pengawasan

Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan bidang Pengawasan

adalah:

a. Pelaksanaan Program urusan Pemerintahan Fungsi Penunjang di bidang

Pengawasan dilaksanakan oleh Inspektorat Kabupaten Klaten. Urusan tersebut

mendapat alokasi Belanja Langsung sebesar Rp.6.439.275.250 dengan

realisasi anggaran sebesar Rp.5.890.135.727 atau sebesar 91,47%. Adapun

alokasi belanja tidak langsung sebesar Rp. 6.680.993.000 dengan realisasi

anggaran sebesar Rp. 5.756.241.235 atau sebesar 86,16%.

Realisasi anggaran baik belanja langsung (91,47) maupun belanja tidak

langsung 86,16% telah mengalami peningkatan dibandingkan dengan realisasi

anggaran tahun sebelumnya yaitu belanja langsung sebesar (83,3%) dan

11

belanja tidak langsung (82,9%). Namun demikian realisasi anggaran masih

jauh dari anggaran yang ditetapkan. Realisasi yang tidak sesuai target bukan

saja kurang memanfaatkan dana yang telah dialokasikan yang berarti

mengganggu jalannya percepatan pembangunan, tetapi juga penyusunan

perencanaan program dan penganggaran kurang matang, sekaligus

menyimpang dari kesepakatan yang telah dituangkan dalam APBD TA 2020.

Sebagai catatan dalam pembahasan RAPBD untuk tahun-tahun mendatang,

OPD pelaksana Bidang Pengawasan sebaiknya memperbaiki penyusunan

anggaran sesuai dengan kebutuhannya.

b. Terdapat 2 indikator kinerja sasaran dengan capaian kinerja “sangat tinggi”

sebanyak 2 indikator dan 3 Indikator Kinerja Program dengan Capaian

Kinerja “Sangat Tinggi” sebanyak 3 Indikator atau semua capaian kinerja

sasaran dan Program urusan Pengawasan masuk kategori sangat tinggi.

Semua Capaian Kinerja Sasaran dan Program Urusan Pengawasan

mendapat kategori Sangat Tinggi, sehingga pada tahun mendatang diharapkan

Urusan Pengawasan dapat mempertahankan ataupun meningkatkan capaian

kinerja baik kinerja sasaran maupun program.

c. Tidak terdapat Kebijakan strategis terkait penyelenggaraan urusan wajib

Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil selama satu tahun anggaran.

d. Rekomendasi tindak lanjut oleh DPRD pada tahun anggaran sebelumnya

terkait serapan anggaran telah ditindaklanjuti.

e. Uraian masalah dan solusi telah dinyatakan secara rasional hubungannya.

Solusi yang ditawarkan sudah memberikan gambaran penyelesaian atas

masalah yang dihadapi.

9. Perencanaan

Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan bidang Perencanaan

adalah:

a. Pelaksanaan Program urusan Pemerintahan Fungsi Penunjang di Bidang

Perencanaan mendapat alokasi Belanja Langsung sebesar Rp. 6.303.540.000

dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 5.892.009.014 atau sebesar 93,47%.

12

Alokasi belanja tidak langsung sebesar Rp. 3.851.352.000 dengan realisasi

anggaran sebesar Rp. 3.525.715.076 atau sebesar 91,54%

Realisasi anggaran baik belanja langsung (93,47) maupun belanja tidak

langsung (91,54) lebih tinggi dibandingkan realisasi anggaran tahun

sebelumnya yaitu belanja langsung (85,6%) dan belanja tidak langsung

(84,3%). Namun demikian realisasi anggaran tersebut masih jauh dari

anggaran yang ditetapkan. Realisasi yang tidak sesuai target bukan saja

kurang memanfaatkan dana yang telah dialokasikan yang berarti mengganggu

jalannya percepatan pembangunan, tetapi juga penyusunan perencanaan

program dan penganggaran kurang matang, sekaligus menyimpang dari

kesepakatan yang telah dituangkan dalam APBD TA 2020.

Sebagai catatan dalam pembahasan RAPBD untuk tahun-tahun mendatang,

OPD pelaksana Bidang Perencanaan sebaiknya memperbaiki penyusunan

anggaran sesuai dengan kebutuhannya.

b. Terdapat 1 indikator Kinerja Sasaran dengan Realisasi Kinerja Sasaran

Kategori “Sangat tinggi” sebanyak 1 indikator. Terdapat 13 Indikator Kinerja

Program dengan Realisasi Kinerja Program Kategori “Sangat Tinggi”

sebanyak 12 Indikator dan 1 indikator merupakan kategori “rendah”.

Pada tahun mendatang diharapkan Urusan Perencanaan memberikan perhatian

terhadap indikator sasaran yang kinerjanya belum tercapai dan indikator

program yang capaiannya mendapatkan kategori “rendah”.

c. Kebijakan strategis terkait penyelenggaraan Urusan Perencanaan telah diambil

dalam rangka menyelesaikan masalah-masalah strategis selama satu tahun

anggaran, namun belum ada penjelasan terkait pelaksanaan kebijakan strategis

tersebut. Oleh karena itu, pada tahun mendatang perlu diberikan penjelasan

terkait pelaksanaan kebijakan strategis yang telah ditetapkan.

d. Rekomendasi tindak lanjut oleh DPRD pada tahun anggaran sebelumnya telah

ditindaklanjuti.

e. Uraian masalah dan solusi telah dinyatakan secara rasional hubungannya.

Solusi yang ditawarkan sudah memberikan gambaran penyelesaian atas

masalah yang dihadapi.

13

10. Keuangan

Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan bidang Keuangan

adalah:

a. Pelaksanaan Program urusan Pemerintahan Fungsi Penunjang di bidang

Keuangan dilaksanakan Badan Pengelola Keuangan Daerah. Urusan

Pemerintahan Fungsi Penunjang di bidang Keuangan tersebut mendapat

alokasi Belanja Langsung sebesar Rp.15.089.727.472 dengan realisasi

anggaran sebesar Rp.12.837.955.007 atau 85,08%. Adapun alokasi belanja

tidak langsung sebesar Rp. 1.074.421.673.061 dengan realisasi anggaran

sebesar Rp. 820.468.402.936 atau sebesar 76,36%.

Realisasi anggaran baik belanja langsung (85,08) maupun belanja tidak

langsung sebesar (76,36) lebih rendah dibandingkan realisasi anggaran tauhun

sebelumnya yaitu belanja langsung (87,3%) dan belanja tidank langsung

(96,3%).

Realisasi yang jauh dibawah target bukan saja kurang memanfaatkan dana

yang telah dialokasikan yang berarti mengganggu jalannya percepatan

pembangunan, tetapi juga penyusunan perencanaan program dan

penganggaran kurang matang, sekaligus pengabaian terhadap kesepakatan

yang telah dituangkan dalam APBD TA 2020.

Sebagai catatan dalam pembahasan RAPBD untuk tahun-tahun mendatang,

OPD pelaksana bidang Keuangan sebaiknya memperbaiki penyusunan

anggaran sesuai dengan kebutuhannya.

b. Terdapat 1 indikator Kinerja Sasaran dengan Realisasi Kinerja Sasaran

Kategori “Sangat tinggi” sebanyak 1 indikator. Terdapat 6 Indikator Kinerja

Program dengan Realisasi Kinerja Program Kategori “Sangat Tinggi”

sebanyak 5 Indikator dan 1 indikator merupakan kategori “tinggi”.

Pada tahun mendatang diharapkan Urusan Keuangan dapat mempertahankan

ataupun meningkatkan capaian kinerja baik kinerja sasaran maupun program.

c. Kebijakan strategis terkait penyelenggaraan Urusan Keuangan telah diambil

dalam rangka menyelesaikan masalah-masalah strategis selama satu tahun

14

anggaran, namun belum ada penjelasan terkait pelaksanaan kebijakan strategis

tersebut. Oleh karena itu, pada tahun mendatang perlu diberikan penjelasan

terkait pelaksanaan kebijakan strategis yang telah ditetapkan.

d. Rekomendasi tindak lanjut oleh DPRD pada tahun anggaran sebelumnya telah

ditindaklanjuti.

e. Uraian masalah dan solusi telah dinyatakan secara rasional hubungannya.

Solusi yang ditawarkan sudah memberikan gambaran penyelesaian atas

masalah yang dihadapi.

11. Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan

Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan bidang Kepegawaian

adalah:

a. Pelaksanaan Program urusan Pemerintahan Fungsi Penunjang di bidang

Kepegawaian, Pendidikan dan pelatihan dilaksanakan oleh Badan

Kepegawaian, Pendidikan Dan Pelatihan Daerah. Urusan tersebut mendapat

alokasi Belanja Langsung sebesar Rp. 4.361.912.959,- dengan realisasi

anggaran sebesar Rp.3.740.379.317,- atau 85,75%. Adapun alokasi belanja

tidak langsung sebesar Rp. 3.321.090.000 dengan realisasi anggaran sebesar

Rp.2.994.772.570,00,- atau sebesar 90,17%.

Realisasi anggaran baik belanja langsung (85,75%) maupun belanja tidak

langsung 90,17 masih jauh dari anggaran yang ditetapkan. Realisasi anggaran

yang tidak sesuai target bukan saja kurang memanfaatkan dana yang telah

dialokasikan yang berarti mengganggu jalannya percepatan pembangunan,

tetapi juga penyusunan perencanaan program dan penganggaran kurang

matang, sekaligus menyimpang dari kesepakatan yang telah dituangkan

dalam APBD TA 2020.

Sebagai catatan dalam pembahasan RAPBD untuk tahun-tahun mendatang,

OPD pelaksana bidang Kepegawaian sebaiknya memperbaiki penyusunan

anggaran sesuai dengan kebutuhannya.

b. Terdapat 1 indikator Kinerja Sasaran dengan Capaian Kinerja Sasaran

Kategori “tinggi” sebanyak 1 indikator. Terdapat 5 Indikator Kinerja Program

15

dengan Capaian Kinerja Program Kategori “Sangat Tinggi” sebanyak 3

indikator, kategori “tinggi” sebanyak 1 indikator dan kategori “Sangat

Rendah” sebanyak 1 indikator.

Pada tahun mendatang diharapkan Urusan Kepegawaian, Pendidikan dan

Pelatihan hendaknya memberikan perhatian atau meningkatkan terhadap

indikator sasaran yang kinerjanya yang masih “tinggi” dan indikator program

yang capaiannya mendapatkan kategori “rendah”.

c. Tidak terdapat Kebijakan strategis terkait penyelenggaraan Urusan

Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan selama satu tahun anggaran.

d. Rekomendasi tindak lanjut oleh DPRD pada tahun anggaran sebelumnya

telah ditindaklanjuti.

e. Uraian masalah, solusi dan tindak lanjutnya telah dinyatakan secara rasional

hubungannya. Solusi yang ditawarkan sudah memberikan gambaran

penyelesaian atas masalah yang dihadapi. Tindak lanjut juga telah

memberikan arah di masa mendatang terkait apa yang akan dilakukan atas

solusi yang dipilih.

1

CATATAN STRATEGIS KOMISI II DPRD Terhadap LKPJ BUPATI KLATEN

TAHUN 2020 Tentang Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan

PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN

Berikut Pembahasan Urusan penyelenggaraan pemerintahan pada Komisi II.

1. Urusan Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah

Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan urusan Koperasi,

Usaha Kecil dan Menengah adalah :

a. Pelaksanaan Program urusan Wajib bukan Pelayanan dasar yang berkaitan

dengan Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah dilaksanakan mendapat alokasi

Belanja Langsung sebesar Rp.1.132.000.000 dengan realisasi anggaran

sebesar Rp.917.170.799 atau sebesar 81,02%. Realisasi anggaran belanja

langsung (81,02%) tersebut masih jauh dari anggaran yang ditetapkan dan

lebih kecil dibandingkan dengan persentase capaian realisasi anggaran tahun

sebelumnya (85,7%).

Realisasi yang tidak sesuai target bukan saja kurang memanfaatkan dana yang

telah dialokasikan yang berarti mengganggu jalannya percepatan

pembangunan, tetapi juga penyusunan perencanaan program dan

penganggaran kurang matang, sekaligus menyimpang dari kesepakatan yang

telah dituangkan dalam APBD TA 2020.

Sebagai catatan dalam pembahasan RAPBD untuk tahun-tahun mendatang,

OPD pelaksana Urusan Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah sebaiknya

memperbaiki penyusunan anggaran sesuai dengan kebutuhannya.

b. Terdapat 1 indikator Kinerja Sasaran dengan Realisasi Kinerja Sasaran

Kategori “sangat tinggi” sebanyak 1 indikator. Terdapat 4 Indikator Kinerja

Program dengan Realisasi Kinerja Program Kategori “Sangat Tinggi”

sebanyak 2 Indikator, dan kategori sangat rendah sebanyak 2 indikator. Kedua

indikator dengan kategori “sangat rendah” adalah Persentase pertumbuhan

2

UMKM (19%) dan persentase promosi produk UKM pertumbuhan koperasi

(4,5%). Kedua indikator tersebut masih membutuhkan perhatian pada tahun

berikutnya.

c. Kebijakan strategis terkait penyelenggaraan urusan wajib Koperasi, Usaha

Kecil dan Menengah telah diambil dalam rangka menyelesaikan masalah-

masalah strategis selama satu tahun anggaran, namun belum ada penjelasan

terkait pelaksanaan kebijakan strategis tersebut. Oleh karena itu, pada tahun

mendatang perlu diberikan penjelasan terkait pelaksanaan kebijakan strategis

yang telah ditetapkan.

d. Rekomendasi tindak lanjut oleh DPRD pada tahun anggaran sebelumnya telah

ditindaklanjuti.

e. Uraian masalah dan solusi telah dinyatakan secara rasional hubungannya

namun belum menggambarkan secara komprehensip permasalahan pada

Urusan Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah.

2. Urusan Tenaga Kerja

Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan urusan Tenaga Kerja

adalah :

a. Pelaksanaan Program urusan Wajib bukan Pelayanan dasar yang berkaitan

dengan tenaga kerja dilaksanakan oleh Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja.

Urusan Wajib Bukan Pelayanan dasar tersebut mendapat alokasi Belanja

Langsung sebesar Rp. 1.094.654.000,- dengan realisasi anggaran sebesar Rp.

757.354.734 atau 69,19%.

Realisasi anggaran baik belanja langsung (69,19%) masih jauh dari anggaran

yang ditetapkan dan lebih rendah dibandingkan realisasi anggaran tahun

sebelumnya (86,5%). Realisasi yang tidak sesuai target bukan saja kurang

memanfaatkan dana yang telah dialokasikan yang berarti mengganggu

jalannya percepatan pembangunan, tetapi juga penyusunan perencanaan

program dan penganggaran kurang matang, sekaligus menyimpang dari

kesepakatan yang telah dituangkan dalam APBD TA 2020.

3

Sebagai catatan dalam pembahasan RAPBD untuk tahun-tahun mendatang,

OPD pelaksana Urusan Tenaga Kerja sebaiknya memperbaiki penyusunan

anggaran sesuai dengan kebutuhannya.

b. Terdapat 3 Indikator Kinerja sasaran dengan Realisasi Kinerja Sasaran

Kategori “Sangat Tinggi” sebanyak 2 Indikator dan kategori “sangat rendah”

sebanyak 1 indikator. Terdapat 4 Indikator Kinerja Program dengan Realisasi

Kinerja Program Kategori “Tinggi” sebanyak 2 Indikator, kategori “sedang”

sebanyak 1 indikator dan kategori “sangat rendah” sebanyak 1 indikator.

Adapun indikator sasaran dengan kategori rendah tersebut adalah Besaran

pekerja/ buruh yang menjadi peserta program BPJS Ketenagakerjaan

(57,49%). Indikator kinerja program dengan kategori sedang dan kategori

sangat rendah adalah Besaran kasus yang diselesaikan dengan Perjanjian

Bersama (69,02%) dan Angka sengketa pengusaha - pekerja per tahun

(11,98).

Pada tahun berikutnya diharapkan Urusan Tenaga Kerja memberikan

perhatian terhadap indikator kinerja sasaran dan kinerja program yang masih

mendapatkan kategori sedang, sangat rendah.

c. Kebijakan strategis terkait penyelenggaraan Urusan Tenaga Kerja telah

diambil dalam rangka menyelesaikan masalah-masalah strategis selama satu

tahun anggaran, namun belum ada penjelasan terkait pelaksanaan kebijakan

strategis tersebut. Oleh karena itu, pada tahun mendatang perlu diberikan

penjelasan terkait pelaksanaan kebijakan strategis yang telah ditetapkan.

d. Rekomendasi tindak lanjut oleh DPRD pada tahun anggaran sebelumnya telah

ditindaklanjuti.

e. Uraian masalah dan solusi pada Urusan Tenaga Kerja telah dinyatakan secara

rasional hubungannya. Solusi yang ditawarkan sudah memberikan gambaran

penyelesaian atas masalah yang dihadapi.

3. Urusan Kelautan dan Perikanan

Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan Urusan Kelautan dan

Perikanan adalah :

4

a. Pelaksanaan Program urusan Pilihan yang berkaitan dengan Kelautan dan

Perikanan mendapat alokasi Belanja Langsung sebesar Rp. 1.767.935.000

dengan realisasi anggaran sebesar Rp 1.168.326.159 atau sebesar 66,08%.

Realisasi anggaran baik belanja langsung 66,08% lebih kecil dibandingkan

dengan capaian realisasi anggaran tahun sebelumnya (2019) yaitu sebesar

89,85%. Realisasi anggaran sebesar 66,08% masih jauh dibawah dari

anggaran yang ditetapkan. Realisasi yang tidak sesuai target bukan saja

kurang memanfaatkan dana yang telah dialokasikan yang berarti mengganggu

jalanya percepatan pembangunan, tetapi juga penyusunan perencanaan

program dan penganggaran kurang matang, sekaligus menyimpang dari

kesepakatan yang telah dituangkan dalam APBD TA 2020.

Sebagai catatan dalam pembahasan RAPBD untuk tahun-tahun mendatang,

OPD pelaksana Urusan Kelautan dan Perikanan sebaiknya memperbaiki

penyusunan anggaran sesuai dengan kebutuhannya.

b. Terdapat 3 Indikator Kinerja Program dengan Realisasi Kinerja Program

Kategori “Sangat Tinggi” sebanyak 1 Indikator, Kategori tinggi sebanyak 1

indikator dan kategori sangat rendah sebanyak 1 indikator. Tidak ada indikator

kinerja sasaran yang dilaporkan.

Indikator program dengan kategori rendah tersebut adalah Pengembangan

perikanan tangkap sebesar 3 4 , 26%.

Pada tahun berikutnya diharapkan Urusan Kelautan dan Perikanan

memberikan alasan mengapa tidak melaporkan kinerja sasarannya dan

memberikan perhatian terhadap indikator kinerja program yang masih

mendapatkan kategori sangat rendah.

c. Tidak ada kebijakan strategis terkait penyelenggaraan Urusan Kelautan dan

Perikanan selama satu tahun anggaran.

d. Rekomendasi tindak lanjut oleh DPRD pada tahun anggaran sebelumnya telah

ditindaklanjuti.

e. Uraian masalah dan solusi telah dinyatakan secara rasional hubungannya.

Solusi yang ditawarkan sudah memberikan gambaran penyelesaian atas

masalah yang dihadapi.

5

4. Urusan Pertanian

Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan urusan Pertanian

adalah :

a. Pelaksanaan Program urusan pilihan yang berkaitan dengan Urusan Pertanian

mendapat alokasi Belanja Langsung sebesar Rp.10.803.607.000 dengan

realisasi anggaran sebesar Rp.9.447.858.769 atau sebesar 87,45%. Adapun

alokasi belanja tidak langsung sebesar Rp. 27.998.636.000 dengan realisasi

anggaran sebesarRp. 17.445.680.314 atau sebesar 62,31%.

Realisasi anggaran belanja langsung 87,45% dan tidak langsung 62,31%

masih jauh dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan.

Realisasi anggaran yang jauh dari target bukan saja kurang memanfaatkan

dana yang telah dialokasikan yang berarti mengganggu jalanya percepatan

pembangunan, tetapi juga penyusunan perencanaan program dan

penganggaran kurang matang, sekaligus menyimpang dari kesepakatan yang

telah dituangkan dalam APBD TA 2020.

Sebagai catatan dalam pembahasan RAPBD untuk tahun-tahun mendatang,

OPD pelaksana Urusan Pertanian sebaiknya memperbaiki penyusunan

anggaran sesuai dengan kebutuhannya.

b. Terdapat 1 indikator Kinerja Sasaran dengan Realisasi Kinerja Sasaran

Kategori “Tinggi” sebanyak 1 indikator atau semua capaian kinerja indikator

sasaran masuk kategori “tinggi”. Terdapat 11 Indikator Kinerja Program

dengan Realisasi Kinerja Program Kategori “Sangat Tinggi” sebanyak 8

Indikator, kategori “tinggi” sebanyak 1 indikator, kategori “rendah” sebanyak

2 indikator.

Pada tahun berikutnya Urusan Pertanian diharapkan meningkatkan capaian

indikatornya baik indikator sasaran maupun indikator program. Selain itu

Urusan Pertanian harus lebih memberikan perhatian terhadap indikator kinerja

program yang masih mendapatkan kategori rendah.

6

Adapun 2 indikator yang mempunyai kategori rendah adalah: Alokasi pupuk

bersubsidi 64,13% dan Produksi daging sapi 63,24%.

c. Kebijakan strategis terkait penyelenggaraan Urusan Pertanian telah diambil

dalam rangka menyelesaikan masalah-masalah strategis selama satu tahun

anggaran, namun belum ada penjelasan terkait pelaksanaan kebijakan strategis

tersebut. Oleh karena itu, pada tahun mendatang perlu diberikan penjelasan

terkait pelaksanaan kebijakan strategis yang telah ditetapkan.

d. Rekomendasi tindak lanjut oleh DPRD pada tahun anggaran sebelumnya telah

ditindaklanjuti.

e. Uraian masalah dan solusi telah dinyatakan secara rasional hubungannya.

Solusi yang ditawarkan sudah memberikan gambaran penyelesaian atas

masalah yang dihadapi.

5. Urusan Perdagangan

Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan Urusan Perdagangan

adalah :

a. Perangkat Daerah yang melaksanaan Program urusan perdagangan mendapat

alokasi Belanja Langsung sebesar Rp.10.767.185.000 dengan realisasi

anggaran sebesar Rp.9.493.807.124 atau sebesar 88,17% dan alokasi belanja

tidak langsung sebesar Rp.11.260.660.000 dengan realisasi anggaran sebesar

Rp. 10.452.802.576 atau 92,83%.

Realisasi anggaran baik belanja langsung (88,17%) maupun belanja tidak

langsung (92,83%) masih jauh dari anggaran yang ditetapkan.

Realisasi yang tidak sesuai target bukan saja kurang memanfaatkan dana yang

telah dialokasikan yang berarti mengganggu jalannya percepatan

pembangunan, tetapi juga penyusunan perencanaan program dan

penganggaran kurang matang, sekaligus menyimpang dari kesepakatan yang

telah dituangkan dalam APBD TA 2020.

Sebagai catatan dalam pembahasan RAPBD untuk tahun-tahun mendatang,

OPD pelaksana Urusan Perdagangan sebaiknya memperbaiki penyusunan

anggaran sesuai dengan kebutuhannya.

7

b. Terdapat 1 indikator Kinerja Sasaran dengan Realisasi Kinerja Sasaran

Kategori “Tinggi” sebanyak 1 indikator. Terdapat 5 Indikator Kinerja Program

dengan Realisasi Kinerja Program Kategori “Sangat Tinggi” sebanyak 1

Indikator, kategori “rendah” sebanyak 1 indikator dan kategori “sangat

rendah” sebanyak 2 indikator dan 1 indikator tidak tercapai. (tidak dapat

diprosentasekan dikarenakan menggunakan target jangkauan angka)

Pada tahun berikutnya Urusan Perdagangan diharapkan meningkatkan

capaian indikatornya baik indikator sasaran maupun indikator program. Selain

itu Urusan Perdagangan harus lebih memberikan perhatian terhadap indikator

kinerja program yang masih mendapatkan kategori rendah, sangat rendah dan

tidak tercapai.

Adapun indikator yang mempunyai kategori rendah, sangat rendah dan tidak

tercapai adalah: Prosentase UMKM yang memiliki sertifikasi produk SPI-

PIRT dan Halal (49,66%), Persentase Cakupan pelayanan UTTP (10%),

Prosentase PKL, Asongan yang terdaftar (52,16%), Inflasi tahunan (tidak

tercapai).

c. Kebijakan strategis terkait penyelenggaraan Urusan Perdagangan telah

diambil dalam rangka menyelesaikan masalah-masalah strategis selama satu

tahun anggaran, namun belum ada penjelasan terkait pelaksanaan kebijakan

strategis tersebut. Oleh karena itu, pada tahun mendatang perlu diberikan

penjelasan terkait pelaksanaan kebijakan strategis yang telah ditetapkan.

d. Rekomendasi tindak lanjut oleh DPRD pada tahun anggaran sebelumnya telah

ditindaklanjuti.

e. Uraian masalah dan solusi telah dinyatakan secara rasional hubungannya.

Solusi yang ditawarkan sudah memberikan gambaran penyelesaian atas

masalah yang dihadapi.

6. Urusan Perindustian

Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan Urusan Perindustrian

adalah :

8

a. Pelaksanaan Program urusan pilihan yang berkaitan dengan Perindustrian

yang dilaksanakan oleh Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja dan Bagian

Perekonomian mendapat alokasi Belanja Langsung sebesar Rp. 1.703.675.897

dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 1.504.338.526 atau sebesar 88,29%.

Adapun alokasi belanja tidak langsung sebesar Rp. 2.711.507.000 dengan

realisasi anggaran sebesar Rp. 2.527.917.141 atau sebesar 93,23%.

Realisasi anggaran baik belanja langsung (88,29%) maupun belanja tidak

langsung (93,23%) masih jauh dari anggaran yang ditetapkan.

Realisasi yang tidak sesuai target bukan saja kurang memanfaatkan dana yang

telah dialokasikan yang berarti mengganggu jalanya percepatan pembangunan,

tetapi juga penyusunan perencanaan program dan penganggaran kurang

matang, sekaligus menyimpang dari kesepakatan yang telah dituangkan dalam

APBD TA 2020.

Sebagai catatan dalam pembahasan RAPBD untuk tahun-tahun mendatang,

OPD pelaksana Urusan Perindustrian sebaiknya memperbaiki penyusunan

anggaran sesuai dengan kebutuhannya.

b. Terdapat 2 indikator Kinerja Sasaran dengan Realisasi Kinerja Sasaran

Kategori “Sangat Tinggi” sebanyak 1 indikator dan kategori “sangat rendah”

sebanyak 1 indikator. Terdapat 4 Indikator Kinerja Program dengan Realisasi

Kinerja Program Kategori “Sangat Tinggi” sebanyak 3 Indikator dan kategori

“sedang” sebanyak 1 indikator.

Pada tahun berikutnya Urusan Perindustrian diharapkan meningkatkan

capaian indikatornya baik indikator sasaran maupun indikator program. Selain

itu Urusan Perindustrian harus lebih memberikan perhatian terhadap indikator

kinerja sasaran yang mendapatkan kategori sangat rendah dan indikator

program yang memperoleh kategori sedang.

Adapun indikator sasaran yang mendapatkan kategori sangat rendah dan

indikator program yang memperoleh kategori sedang adalah: Prosentase IKM

yang memiliki daya saing (43,5%) dan Persentase IKM yang memiliki SVLK

(61,58%).

9

c. Kebijakan strategis terkait penyelenggaraan Urusan Perindustrian telah

diambil dalam rangka menyelesaikan masalah-masalah strategis selama satu

tahun anggaran, namun belum ada penjelasan terkait pelaksanaan kebijakan

strategis tersebut. Oleh karena itu, pada tahun mendatang perlu diberikan

penjelasan terkait pelaksanaan kebijakan strategis yang telah ditetapkan.

d. Rekomendasi tindak lanjut oleh DPRD pada tahun anggaran sebelumnya telah

ditindaklanjuti.

e. Uraian masalah dan solusi telah dinyatakan secara rasional hubungannya.

Solusi yang ditawarkan sudah memberikan gambaran penyelesaian atas

masalah yang dihadapi.

7. Urusan Transmigrasi

Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan Urusan Transmigrasi

adalah :

a. Pelaksanaan Program urusan Pilihan yang berkaitan dengan Transmigrasi

dilaksanakan oleh Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja mendapat alokasi

Belanja Langsung sebesar Rp.21.000.000 dengan realisasi anggaran sebesar

Rp.19.920.516 atau sebesar 94,86%.

Realisasi anggaran belanja langsung (94,86), realisasi anggaran belanja

langsung tersebut sudah mendekati dari anggaran yang ditetapkan.

Realisasi anggaran Urusan Transmigrasi tahun 2020 sebesar Rp 19.920.516

menurun drastis dibandingkan dengan tahun anggaran 2019 sebesar Rp

203.848.600. Penurunan ini dilakukan karena realokasi anggaran akibat Covid

19.

Sebagai catatan dalam pembahasan RAPBD untuk tahun-tahun mendatang,

apabila kondisi sudah normal maka OPD pelaksana Urusan Transmigrasi

sebaiknya mengajukan kembali anggarannya sesuai dengan kebutuhannya.

b. Terdapat 1 indikator kinerja sasaran dengan capaian kinerja “sangat tinggi”

sebanyak 1 indikator. Terdapat 2 indikator kinerja program dengan capaian

kinerja program “sangat rendah” sebanyak 2 indikator.

10

Indikator program mendapatkan kategori sangat rendah karena program

kegiatan terkait indikator tersebut tidak dapat dilaksanakan karena adanya

pandemi Covid 19.

c. Tidak ada kebijakan strategis terkait penyelenggaraan Urusan Transmigrasi

selama satu tahun anggaran.

d. Rekomendasi tindak lanjut oleh DPRD pada tahun anggaran sebelumnya telah

ditindaklanjuti.

e. Uraian masalah dan solusi telah dinyatakan secara rasional hubungannya.

Solusi yang ditawarkan sudah memberikan gambaran penyelesaian atas

masalah yang dihadapi.

RESUME HASIL ANALISIS KINERJA

UNTUK REKOMENDASI DRPD KOMISI III PADA LKPJ BUPATI

KLATEN

TAHUN ANGGARAN 2020

Urusan Wajib Pelayanan Dasar

1. Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan urusan Pekerjaan Umum dan

Penataan Ruang:

Keuangan:

Realisasi Belanja Tidak Langsung di Tahun 2020 sebesar 87,15%, meningkat dari capaian

realisasi tahun sebelumnya yang hanya sebesar 78,34%. Akan tetapi untuk realisasi Belanja

Langsung menurun dari sebesar 80,44% di Tahun 2019 hanya menjadi 71,37% di Tahun 2020.

Hal ini dapat dipahami karena akibat dari kondisi refocusing menghadapi COVID-19, akan

tetapi terdapat juga banyak kegiatan yang penyerapannya rendah, yang tersebar merata di

semua program yang ada. Padahal acuan anggaran yang dipakai sudah menggunakan APBD

perubahan. Hal ini membuktikan bahwa masih terdapat permasalahan pada perencanaan

anggaran, artinya, realisasi Belanja saat ini masih tetap belum optimal dan masih jauh dari

anggaran yang ditetapkan. Untuk menyikapi permasalahan pencairan/pelaksanaan DAK Fisik

yang belum terlaksana. Mitigasi terhadap kondisi tersebut baiknya dilakukan jauh-jauh hari

agar di masa mendatang terlaksana dengan baik.

Sebagai catatan dalam pembahasan RAPBD untuk tahun-tahun mendatang, OPD pelaksana

Urusan Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sebaiknya memperbaiki penyusunan anggaran

sesuai dengan kebutuhannya.

Indikator Kinerja Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang:

Beberapa pengukuran target indicator sepertinya tidak direncanakan dengan baik dan belum

memberhatikan informasi baseline indicator dan/atau capaian indicator dari tahun-tahun

sebelumnya, sehingga terlihat ada beberapa Indikator Kinerja baik sasaran maupun program

yang memiliki realisasi jauh di atas angka 100%. Di samping itu, beberapa indicator pada

urusan Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang juga perlu memperhatikan indicator-indikator

capaian SPM berdasarkan aturan perundangan. Beberapa indicator telah mencapai kriteria

sangat tinggi seperti 2 indikator sasaran dan 9 indikator program. Di Beberapa indicator

kinerja, masih terdapat capaian yang masih belum optimal, Capaian indicator perlu diperbaiki

mengingat masih ada 3 indikator program yang memiliki kategori tinggi (76% <≤ 90%), 1

kategori sangat rendah, dan 1 kategori tidak dapat dicapai yang perlu menjadi perhatian khusus.

Beberapa indicator tidak dapat dicapai karena factor realisasi anggaran yang juga bermasalah,

sehingga dalam hal ini perencanaan, penganggaran dan pengukuran kinerja harus menjadi

perhatian sehingga ketika suatu target sudah bagus, maka anggarannya dapat dialihkan untuk

pemenuhan indicator kinerja yang masih kurang baik.

Untuk itu, beberapa hal yang perlu diperhatikan dan menjadi ujung tombak dalam pelaksanaan

kegiatan di OPD Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang adalah kegiatan monitoring dan

evaluasi terhadap seluruh kegiatan-kegiatan yang ada.

Beberapa permasalahan yang muncul masih disebabkan oleh ketersediaan database yang

kurang akurat sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, untuk itu, perlu menjadi perhatian untuk

anggaran di Tahun Anggaran selanjutnya solusi perbaikan database yang dimiliki oleh OPD

terkait, di samping itu, masalah koordinasi dan integrasi pola pembangunan antar pemerintah

khususnya Pemkab dengan Pemdesa di Klaten harus menjadi perhatian bersama baik OPD

Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang maupun OPD yang membidangi Pembinaan dan

Pengawasan Desa.

2. Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman

Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan urusan Perumahan Rakyat dan

Kawasan Permukiman:

Keuangan:

Realisasi Belanja Tidak Langsung telah membaik menjadi sebesar 91.41% di tahun 2020,

meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya sebesar 87,32%. Akan tetapi untuk realisasi

Belanja Langsung menurun dengan hanya sebesar 76,98% dari tahun 2019 yang sebesar

77,81%. Hal ini disebabkan karena permasalahan pelaksanaan kegiatan yang terdampak

pandemic COVID-19. Akan tetapi kondisi realisasi Belanja yang belum optimal dan masih

jauh dari anggaran yang ditetapkan. Untuk itu, kondisi tersebut harus menjadi perhatian

sehingga langkah-langkah yang harus dilakukan oleh OPD terkait adalah memitigasi

permasalahan yang ada di tahun-tahun selanjutnya agar realisasi atas anggaran tersebut dapat

sesuai dengan targetnya. Sesuai data, target yang dimaksud berasal dari APBD Perubahan yang

sebenarnya sudah berjalan selama setengah tahun anggaran. Realisasi yang tidak sesuai target

bukan saja kurang memanfaatkan dana yang telah dialokasikan yang berarti mengganggu

jalannya percepatan pembangunan. Disamping itu, hal tersebutjuga membuktikan penyusunan

perencanaan program dan penganggaran kurang matang, sekaligus menyimpang dari

kesepakatan yang telah dituangkan dalam APBD TA 2019.

Sebagai catatan dalam pembahasan RAPBD untuk tahun-tahun mendatang, OPD pelaksana

Urusan Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman sebaiknya memperbaiki penyusunan

anggaran sesuai dengan kebutuhannya.

Indikator Kinerja Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman:

Beberapa pengukuran target indicator saat ini sudah sangat tinggi untuk 1 indicator sasaran

dan 1 indikator program, akan tetapi ditemukan masih ada 1 indicator program yang kurang

baik dengan nilai sangat rendah.

Disisi kegiatan, terlihat masih terdapat capaian realisasi anggaran yang sangat rendah di

Program pelayanan dasar Administrasi perkantoran, program pengembangan perumahan dan

program perbaikan perumahan akibat bencana alam/sosial. Hal ini sepertinya diakibatkan juga

oleh masalah koordinasi dan integrasi pola pembangunan antar pemerintah dan pihak lainnya,

untuk itu di tahun-tahun selanjutnya hal ini harus menjadi perhatian bersama.

Untuk itu, beberapa hal yang perlu diperhatikan dan menjadi ujung tombak dalam pelaksanaan

kegiatan di OPD Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman adalah kegiatan monitoring

dan evaluasi terhadap seluruh kegiatan-kegiatan yang ada.

Urusan Wajib Non Pelayanan Dasar

1. Lingkungan Hidup

Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan urusan Lingkungan Hidup:

Keuangan:

Urusan lingkungan hidup diselenggarakan oleh OPD Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan,

dan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. Secara umum, realisasi Belanja Tidak

Langsung pada TA 2020 sebesar 92,28% meningkat dengan baik dari tahun anggaran

sebelumnya yang hanya sebesar 85,8%. Akan tetapi realisasi Belanja Langsung hanya sebesar

80,89% lebih rendah dari TA sebelumnya yang sudah sebesar 82,9%. Walaupun alasan

pandemic COVID-19 menjadi kendala utama dalam proses pelaksanaan kegiatan, Realisasi

anggaran tersebut masih membuktikan bahwa realisasi Belanja masih belum optimal dan masih

jauh dari anggaran yang ditetapkan. Realisasi yang tidak sesuai target bukan saja kurang

memanfaatkan dana yang telah dialokasikan yang berarti mengganggu jalannya percepatan

pembangunan, tetapi juga penyusunan perencanaan program dan penganggaran kurang

matang, sekaligus menyimpang dari kesepakatan yang telah dituangkan dalam APBD TA

2019.

Sebagai catatan dalam pembahasan RAPBD untuk tahun-tahun mendatang, OPD pelaksana

Urusan Lingkungan Hidup sebaiknya memperbaiki penyusunan anggaran sesuai dengan

kebutuhannya.

Indikator Kinerja Lingkungan Hidup:

Beberapa pengukuran target indicator memperlihat bahwa 2 indicator kinerja sasaran memiliki

capaian sangat tinggi sedang 1 indikator sasaran hanya mencapai penilaian “tinggi”. Untuk

indikator program terdapat 9 indikator dengan penilaian sangat tinggi akan tetapi terdapat 1

indikator dengan capaian sedang dan 1 indikator capaian sangat rendah yang terkait dengan

kualitas dan ketersediaan data informasi lingkungan hidup yang dapat diakses oleh

Masyarakat. Beberapa program dengan capaian yang kurang baik tersebut, disebabkan karena

dukungan realisasi kegiatan yang masih belum optimal, khususnya di program pengendalian.

Pencemaran, dan perusakan lingkungan hidup, program pengembangan kapasitas pengelolaan

SDA dan LH, serta program persampahan yang terkait dengan pembangunan TPA. Untuk itu,

solusi atas permasalahan tersebut perlu dilaksanakan dan disinergikan dengan seluruh

Stakeholder yang ada.

2. Perhubungan

Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan urusan Perhubungan:

Keuangan:

Realisasi Belanja Tidak Langsung di TA 2020 telah mencapai 92,17%, jauh lebih baik dari

capaian tahun sebelumnya yang hanya sebesar 86,9%. Demikian juga untuk realisasi Belanja

Langsung telah mencapai sebesar 94,4% lebih tinggi dari TA sebelumnya yang hanya sebesar

89,4%. Hal ini membuktikan bahwa realisasi Belanja sudah cukup optimal dan relevan dari

anggaran yang ditetapkan.

Indikator Kinerja Perhubungan:

Target indicator yang telah ditetapkan sebelumnya juga sudah tercapai dengan baik. Dari dua

indicator sasaran semua bernilai sangat tinggi, sedangkan dari empat indicator program, 3

indikator telah tercapai sangat tinggi dan 1 masih bernilai “tinggi” jauh lebih baik dari kinerja

tahun lalu. Untuk itu, salah satu yang harus diperhatikan oleh OPD pelaksana urusan

perhubungan agar dapat mempertahankan capaian kinerja yang sudah ada dan memperbaiki

capaian yang masih belum optimal.

Urusan Wajib Non Pelayanan Dasar

1. Energi dan Sumber Daya Mineral

Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan urusan Energi dan Sumber Daya

Mineral:

Keuangan:

Urusan Energi dan Sumber Daya Mineral dilaksanakan oleh OPD Dinas Pekerjaan Umum dan

Penataan Ruang serta Bagian Perekonomian melalui dua program. Untuk Tahun Anggaran

2020, Realisasi Belanja Langsung adalah sebesar 77,4% jauh lebih rendah dari tahan

sebelumnya yang mencapai 89,4%, hal membuktikan bahwa realisasi Belanja masih belum

optimal dan masih jauh dari anggaran yang ditetapkan. Realisasi yang tidak sesuai target bukan

saja kurang memanfaatkan dana yang telah dialokasikan yang berarti mengganggu jalannya

percepatan pembangunan, tetapi juga penyusunan perencanaan program dan penganggaran

kurang matang, sekaligus menyimpang dari kesepakatan yang telah dituangkan dalam APBD

TA 2019.

Sebagai catatan dalam pembahasan RAPBD untuk tahun-tahun mendatang, OPD pelaksana

Urusan Energi dan Sumber Daya Mineral sebaiknya memperbaiki penyusunan anggaran sesuai

dengan kebutuhannya.

Indikator Kinerja Energi dan Sumber Daya Mineral:

Dari satu indicator program yaitu Jumlah penerangan jalan umum (PJU) yang terpasang dapat

terlihat bahwa realisasi indicator tersebut tidak tercapai (0%). Yang diakibatkan karena

refocusing anggaran untuk kegiatan penanganan COVID-19. Hal ini agak bertolak belakang

dengan capaian realisasi anggaran belanja langsung yang mencapai 77,4% yang menjadikan

pertanyaan untuk pembelanjaan apa sajakah belanja langsung tersebut mengingat capaian

kinerjanya tidak ada.

Pengukuran yang agak janggal ini dimungkinan disebabkan karena indicator program tidak

selaras dengan indicator kegiatannya. Perlu diketahui, bahwa kegiatan-kegiatan dalam

program pada urusan ini tidak hanya terkait dengan pemasangan jumlah penerangan jalan

umum, tetapi juga pengadaan, pemeliharaan, pendataan terkait PJU dan juga koordinasi bidang

pertambangan dan energy, sehingga indicator program mestinya bisa mencakup dan menjadi

ukuran bagi seluruh indicator kinerja kegiatan yang ada.

RESUME HASIL ANALISIS KINERJA

UNTUK REKOMENDASI DRPD KOMISI IV PADA LKPJ BUPATI

KLATEN

TAHUN ANGGARAN 2020

Urusan Wajib Pelayanan Dasar

1. Pendidikan

Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan urusan Pendidikan:

Keuangan:

Realisasi Belanja Tidak Langsung untuk tahun anggaran 2020 mencapai sebesar 90,73% jauh

lebih tinggi dari tahun anggaran sebelumnya yang hanya mencapai sebesar 80,34%. Demikian

juga untuk Belanja Langsung yang tahun sebelumnya hanya sebesar 87%, pada tahun anggaran

2020 telah mencapai 92,08%. Hal ini membuktikan bahwa realisasi Belanja telah semakin baik

walaupun belum sepenuhnya optimal dan masih memiliki gap dari anggaran yang ditetapkan.

Khusus untuk Belanja Tidak Langsung dalam Urusan Pendidikan karena sebagian besar berisi

belanja Pegawai yang memiliki database yang lebih baik, mestinya pada tahun berikutnya bisa

semakin mudah untuk direalisasikan sesuai anggarannya. Karena perlu untuk diperhatikan

apabila semakin besar realisasi yang tidak sesuai target bukan saja kurang memanfaatkan dana

yang telah dialokasikan yang berarti mengganggu jalannya percepatan pembangunan. Dan hal

tersebut juga membuktikan bahwa penyusunan perencanaan program dan penganggaran

kurang matang, sekaligus menyimpang dari kesepakatan yang telah dituangkan dalam APBD

TA 2019.

Sebagai catatan dalam pembahasan RAPBD untuk tahun-tahun mendatang, OPD pelaksana

Urusan Pendidikan sebaiknya semakin optimal dalam memperbaiki penyusunan anggaran

sesuai dengan kebutuhannya.

Indikator Kinerja Pendidikan:

Beberapa pengukuran target indicator baik sasaran maupun program walaupun telah

memperlihatkan capaian yang sangat tinggi hingga di atas 100 persen walaupun ada 1 indikator

program yang masih menunjukkan capaian tinggi. Hal ini disebabkan karena baseline

indicator yang cukup rendah, misalnya pada APK PAUD dan jumlah anak 0-6 tahun yang

mengikuti program PAUD. Hal ini membuktikan bahwa akses anak usia PAUD untuk

mengikuti program PAUD masih sangat kurang. Termasuk indicator lain seperti APK dan

APM SD/MI/Paket A, angka melanjutkan sekolah dan beberapa indicator lainnya sehingga

indicator-indikator makro semisal IPM Kab. Klaten dapat lebih meningkat. Beberapa

pengukuran perlu direvisi atau ditinjau dari aspek penggunakan indicator kinerja sehingga

dapat diukur dengan baik.

Khusus untuk PAUD, perlu ada inisiasi untuk mendorong pengembangannya lewat kerjasama

dengan Pemerintah Desa dan OPD Dispermades, sehingga dapat meningkatkan capaian kinerja

tersebut.

Beberapa permasalahan lain terkait kebutuhan guru yang telah disampaikan sebagai tindak

lanjut atas rekomendasi tahun sebelumnya, maka perlu dipertimbangkan untuk pengadaan guru

tersebut secara bertahap untuk perbaikan. Akan tetapi perlu juga dimutakhirkan dengan

kebutuhan setelah terjadi tindak lanjut Keputusan Bupati No. 421/142 Tahun 2020, tentang

Penutupan SD Negeri. Karena boleh jadi beberapa SD yang membutuhkan tersebut termasuk

kategori SD yang harus ditutup sehingga mengurangi kebutuhan guru yang dimaksud.

2. Kesehatan

Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan urusan Kesehatan:

Keuangan:

Urusan Kesehatan dilaksanakan oleh OPD Dinas Kesehatan dan RSUD Bagas Waras. Adapun

Realisasi Belanja Tidak Langsung pada tahun 2020 sebesar 91,68% meningkat drastic dari

capaian TA sebelumnya yang hanya 83,73%. Hal ini membuktikan bahwa realisasi Belanja

Tidak Langsung telah semakin baik. Sebaliknya, realisasi anggaran Belanja Langsung TA

2020 adalah sebesar 82,81% lebih rendah dari capaian sebelumnhya yang berjumlah 84,91%,

Hal ini masih membuktikan bahwa realisasi Belanja khususnya belanja langsung masih belum

optimal dan masih jauh dari anggaran yang ditetapkan. Padahal dalam kondisi penanganan Pandemi

COVID-19, Alokasi Belanja urusan kesehatan meningkat dengan drastic. Tentunya hal ini harus

dihadapi dengan realisasi yang cukup baik. sehingga dapat sesuai dengan targetnya. Realisasi

yang tidak sesuai target bukan saja kurang memanfaatkan dana yang telah dialokasikan yang

berarti mengganggu jalannya percepatan pembangunan, tetapi juga penyusunan perencanaan

program dan penganggaran kurang matang.

Sebagai catatan dalam pembahasan RAPBD untuk tahun-tahun mendatang, OPD pelaksana

Urusan Kesehatan sebaiknya memperbaiki penyusunan anggaran sesuai dengan kebutuhannya.

Indikator Kinerja Kesehatan:

Capaian indicator sasaran memperlihatkan 3 dari indicator tersebut sudah sangat tinggi

sedangkan 2 diantaranya masih pada level”tinggi”dan masih belum terpenuhi dengan baik

yaitu AKI dan prevalensi Gizi Buruk. Sedangkan untuk indicator program, 40 indikator masuk

pada kriteria sangat tinggi, 6 indikator masuk kriteria tinggi, 2 indikator sedang dan sisanya (5

indikator) masuk pada kriteria sangat rendah. Beberapa pengukuran mestinya perlu direvisi

atau ditinjau dari aspek penggunakan indicator kinerja sehingga dapat diukur dengan baik. Di

Sebagaimana tahun anggaran sebelumnya, perlu segera didesain sinergi pelayanan kesehatan

dan informasi kepada Masyarakat (khususnya Ibu Hamil) antara bidan Desa, kader-kader

kesehatan desa serta Pemerintah Desa dalam menyiapkan Desa Siaga Kesehatan dengan

integrasi anggaran dari APBDesa dan APBD.

Beberapa solusi atas permasalahan lainnya yang ditemukan perlu dilaksanakan dan

disinergikan dengan seluruh Stakeholder yang ada.

3. Sosial

Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan urusan Sosial:

Keuangan:

Urusan social diselenggarakan oleh OPD Dinas Sosial, pemberdayaan Perempuan,

Perlindungan Anak dan KB, Satpol PP, Bagian Kesra, BPBD dan Kecamatan. Secara umum,

realisasi Belanja Tidak Langsung TA 2020 sebesar 87,30% meningkat dengan pesat dari TA

sebelumnya yang sebesar 79,23%. Yang berarti sudah meningkat dengan sangat baik.

Sebaliknya realisasi anggaran Belanja Langsung TA 2020 sebesar 75,65% menurun dari TA

sebelumnya sebesar 82,37%. Hal ini membuktikan realisasi Belanja langsung masih belum

optimal dan masih jauh dari anggaran yang ditetapkan. Padahal dengan kondisi penanganan COVID-

19, urusan Sosial mendapatkan refocusing anggaran yang lebih tinggi yang mestinya dapat

direalisasikan dengan baik. Perlu diketahui, realisasi yang tidak sesuai target bukan saja kurang

memanfaatkan dana yang telah dialokasikan yang berarti mengganggu jalannya percepatan

pembangunan, tetapi juga penyusunan perencanaan program dan penganggaran kurang

matang.

Sebagai catatan dalam pembahasan RAPBD untuk tahun-tahun mendatang, OPD pelaksana

Urusan Sosial sebaiknya memperbaiki penyusunan anggaran sesuai dengan kebutuhannya.

Indikator Kinerja Sosial:

Beberapa pengukuran indicator sasaran maupun program telah terukur dengan kriteria sangat

tinggi. Jauh lebih baik dari capaian kinerja sebelumnya, hal ini mungkin juga sebagai dampak

dari penanganan program pandemi COVID-19 yang banyak menyasar ke kegiatan-kegiatan

penanganan social. Akan tetapi beberapa target indicator sepertinya masih perlu strategi

pencapaian yang lebih efektif, agar dapat tercapai secara optimal.

Beberapa solusi atas permasalahan lainnya yang ditemukan perlu dilaksanakan dan

disinergikan dengan seluruh Stakeholder yang ada misalnya Pemerintah Desa terkait dengan

pendataan dan sinkronisasi dalam pemberian bantuan.

Urusan Wajib Non Pelayanan Dasar

1. Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan urusan Pemberdayaan Perempuan

dan Perlindungan Anak:

Keuangan:

Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dilaksanakan oleh OPD Dinas

Sosial, pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan KB. Besaran realisasi Belanja

Langsung pada Tahun Anggaran 2020 mencapai 97,47%, meningkat jauh lebih baik dari TA

2019 yang hanya sebesar 88,6%. hal membuktikan bahwa realisasi Belanja telah optimal dan

relevan dari anggaran yang ditetapkan.

Akan tetapi ada beberapa kegiatan seperti missal Penanganan dan Pencegahan korban

kekerasan berbasis gender dan anak termasuk trafficking dan Peningkatan kemampuan dan

akses berusaha bagi perempuan pada sumber daya ekonomi yang belum memiliki anggaran

dan capaian kinerja, sehingga di tahun anggaran berikutnya, hal ini perlu menjadi perhatian

mengingat Kabupaten Klaten masih membutuhkan penanganan terkait hal tersebut di atas.

Indikator Kinerja Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak:

Hasil capaian indicator kinerja, 2 indikator sasaran tercapai sangat tinggi sedangkan 1 indikator

masuk pada kriteria tinggi. Artinya masih terdapat capaian yang belum mencapai nilai 100%.

Demikian juga untuk indicator program, 2 indikator sangat tinggi akan tetapi 1 indikator

dikategorisasikan tinggi dan 1 indikator kategori sangat rendah yang perlu menjadi perhatian

khusus, yaitu rasio perempuan korban kekerasan yang masih cukup tinggi.

2. Urusan Pangan

Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan urusan Pangan:

Keuangan:

Urusan Pangan dilaksanakan oleh OPD Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan

melalui program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat. Besaran

persentase realisasi anggaran belanja pada Tahun Anggaran 2020 sebesar 92,58% sedikit

meningkat dari TA 2019 yang sebesar 92,2%. Akan tetapi, hal tersebut masih membuktikan

realisasi Belanja masih belum optimal walaupun sudah di atas 90%. Realisasi yang tidak sesuai

target bukan saja kurang memanfaatkan dana yang telah dialokasikan yang berarti

mengganggu jalannya percepatan pembangunan, tetapi juga penyusunan perencanaan program

dan penganggaran kurang matang. Beberapa kegiatan perlu perhatian yang cukup serius terkait

dengan realisasinya, misalnya terkait dengan pengembangan cadangan pangan daerah, apalagi

dalam menghadapi masa pandemi.

Sebagai catatan dalam pembahasan RAPBD untuk tahun-tahun mendatang, OPD pelaksana

Urusan Pangan sebaiknya memperbaiki penyusunan anggaran sesuai dengan kebutuhannya.

Indikator Kinerja Pangan:

Terdapat hanya satu indicator kinerja pangan yaitu Skor Pola Pangan Harapan yang memiliki

capaian indicator dibawah 100% lebih rendah dari capaian TA sebelumnya. Untuk itu, masih

ada banyak permasalahan yang perlu diselesaikan dengan solusi sesuai daftar yang telah

disampaikan. Dalam pelaksanaan solusi ini, perlu adanya pembinaan dan pengawasan yang

memadai agar permasalahan serupa tidak terjadi pada waktu-waktu yang akan datang.

3. Urusan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana

Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan urusan Penduduk dan Keluarga

Berencana:

Keuangan:

Urusan Penduduk dan Keluarga Berencana dilaksanakan oleh OPD Dinas Sosial,

pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan KB (9 Program) dan Bagian Kesra (1

Program). Besaran persentase realisasi anggaran belanja pada Tahun Anggaran 2020 adalah

sebesar 70.48, jauh menurun dibandingkan realisasi TA 2019 yang mencapai sebesar 85,1%.

Hal membuktikan realisasi Belanja masih belum optimal. Realisasi yang tidak sesuai target

bukan saja kurang memanfaatkan dana yang telah dialokasikan yang berarti mengganggu

jalannya percepatan pembangunan, tetapi juga penyusunan perencanaan program dan

penganggaran kurang matang, sekaligus menyimpang dari kesepakatan yang telah dituangkan

dalam APBD TA 2020.

Sebagai catatan dalam pembahasan RAPBD untuk tahun-tahun mendatang, OPD pelaksana

Urusan Penduduk dan Keluarga Berencana sebaiknya memperbaiki penyusunan anggaran

sesuai dengan kebutuhannya.

Indikator Kinerja Penduduk dan Keluarga Berencana:

Indikator kinerja sasaran tercapai dengan cukup optimal pada rentang nilai sangat tinggi.

Demikian juga terdapat 2 indikator program dengan kategori tinggi. Akan tetapi terdapat

capaian kinerja program yang kurang optimal pada urusan Penduduk dan Keluarga Berencana

yaitu, kategori sedang sebanyak 1 indikator dan kategori sangat rendah sebanyak 2 indikator.

Untuk itu, perlu solusiyang lebih baik dan perlu dilaksanakan segera dan perlunya sistem

pembinaan dan pengawasan yang memadai agar permasalahan serupa tidak terjadi pada waktu-

waktu yang akan datang.

4. Kepemudaan dan Olahraga

Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan urusan Kepemudaan dan

Olahraga:

Keuangan:

Urusan Kepemudaan dan Olahraga dilaksanakan oleh OPD Dinas Pariwisata, Kebudayaan,

Pemuda dan Olahraga, Bagian Kesra dan Kelurahan melalui enam program. Realisasi

persentase Belanja Langsung untuk urusan ini adalah sebesar 96,72% meningkat sedikit dari

realisasi tahun anggaran sebelumnya (92,5%), hal ini membuktikan realisasi Belanja sudah

cukup optimal dan baik.

Indikator Kinerja Kepemudaan dan Olahraga:

Dari dua indicator sasaran seluruhnya berkategori sangat tinggi sedangkan dari tujuh indicator

program, terdapat satu indicator dengan nilai sedang dan empat indicator program yang

berkategori sangat rendah, disebabkan karena adanya pandemic sehingga program tersebut

tidak berjalan dengan baik. Hal ini perlu menjadi perhatian khusus pada tahun anggaran

selanjutnya mengingat pandemic COVID-19 masih berlangsung. Penting juga untuk

meningkatkan koordinasi baik daerah, provinsi maupun nasional dalam menginisiasi beberapa

kegiatan kepemudaan dan olahraga secara daring, sebagai solusi kegiatan-kegiatan

kepemudaan dan olahraga di masa pandemic.

5. Kebudayaan

Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan urusan Kebudayaan:

Keuangan:

Urusan Kebudayaan dilaksanakan oleh OPD Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan

Olahraga melalui empat program. Realisasi persentase Belanja Langsung untuk TA 2020 pada

urusan ini adalah sebesar 97,8% lebih tinggi dari TA sebelumnya yang mencapai 92,7%. Hal

ini membuktikan realisasi Belanja Langung telah cukup optimal.

Indikator Kinerja Kebudayaan:

Dari dua indicator sasaran, 1 indikator berkriteria sangat tinggi sedangkan 1 indikator lainnya

memiliki kriteria sangat rendah. Sedangkan pada empat indicator program, 1 indikator

memiliki kriteria sangat tinggi, 1 indikator tinggi dan 2 indikator lainnya sangat rendah,

sehingga dapat dikatakan, menurun secara capaian indikator dari tahun sebelumnya. Hal ini

merupakan anomaly, mengingat capaian realisasi belanjanya sangat bagus tetapi tidak bisa

mencapai indicator yang ditetapkan sebelumnya.

Artinya, perlu kajian lebih lanjut mengapa anomali tersebut terjadi dan perlu perhatian untuk

pelaksanaan solusi yang telah ditawarkan. Penting juga untuk meningkatkan koordinasi baik

daerah, provinsi maupun nasional dalam menginisiasi beberapa kegiatan kebudayaan yang

dapat dilakukan secara daring atau menyesuaikan dengan protocol kesehatan, sebagai solusi

kegiatan-kegiatan kebudayaan di masa pandemic.

6. Perpustakaan

Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan urusan Perpustakaan:

Keuangan:

Urusan Perpustakaan dilaksanakan oleh OPD Dinas Arsip dan Perpustakaan melalui satu

program yaitu Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan. Realisasi

persentase Belanja Langsung pada TA 2020 adalah sebesar 90,34% meningkat dari capaian

TA sebelumnya yang hanya mencapai 85,9%. Hal ini membuktikan realisasi Belanja telah

cukup baik walaupun belum sepenuhnya optimal. Hal ini dimungkinkan karena kondisi

pandemic COVID-19, sehingga beberapa kegiatan tidak terlaksana dengan baik.

Indikator Kinerja Perpustakaan:

Dari satu indicator sasaran dan satu indicator program, kesemuanya tidak mencapai target yang

direncanakan (sangat rendah). Hal ini dimungkinkan karena kondisi pandemi, mengingat

pandemic ini masih berlangsung, perlu ada strategi bagaimana membuat strategi pola

perpustakaan secara daring agar minat baca dan prosentase kunjungan secara online dapat

terwujud, misalnya pengembangan perpustakaan digital berbasis web atau aplikasi.

7. Kearsipan

Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan urusan Kearsipan:

Keuangan:

Urusan Kearsipan dilaksanakan oleh OPD Dinas Arsip dan Perpustakaan melalui lima

program. Persentase realisasi Belanja Tidak Langsung untuk TA 2020 sebesar 83,09%, jauh

meningkat dari TA sebelumnya yang hanya sebesar 28,8%. Akan tetapi, untuk Belanja

Langsung, capaian realisasi belanja mengalami penurunan menjadi sebesar 83,09% di bawah

TA sebelumnya yang sebesar 86,1%. Hal ini membuktikan realisasi Belanja masih belum

optimal dan masih jauh dari anggaran yang ditetapkan. Realisasi yang tidak sesuai target bukan

saja kurang memanfaatkan dana yang telah dialokasikan yang berarti mengganggu jalannya

percepatan pembangunan, tetapi juga penyusunan perencanaan program dan penganggaran

kurang matang, sekaligus menyimpang dari kesepakatan yang telah dituangkan dalam APBD

TA 2020.

Sebagai catatan dalam pembahasan RAPBD untuk tahun-tahun mendatang, OPD pelaksana

Urusan Kearsipan sebaiknya memperbaiki penyusunan anggaran sesuai dengan kebutuhannya.

Indikator Kinerja Kearsipan:

Dari satu indicator sasaran dan tiga indicator program, semua telah mencapai target di atas

100% artinya memiliki kinerja sangat tinggi. Walaupun capaian kinerja ini sangat

mengesankan, hal ini juga membuktikan bahwa perencanaan pengukuran target kinerja terlalu

rendah dan tidak berdasarkan pada potensi dan data baseline/kinerja tahun sebelumnya. Untuk

itu, perlu bagi OPD terkait untuk memperbaiki pengukuran kinerja khususnya target yang

digunakan.

8. Persandian

Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan urusan Persandian:

Keuangan:

Urusan Persandian dilaksanakan oleh OPD Dinas Komunikasi dan Informatika melalui satu

program bernama Program Peningkatan Persandian Daerah. Persentase realisasi Belanja

Langsung untuk urusan ini mencapai 99% meningkat sangat baik dari TA sebelumnya yang

sudah mencapai 91,1%.

Indikator Kinerja Persandian:

Urusan ini hanya memiliki satu indicator program bernama Persentase pengamanan informasi

persandian yang terimplementasi dengan pencapaian target sebesar 220% yang berarti sangat

baik atau bisa juga berarti bahwa target indicator terlalu rendah sehingga sangat mudah

tercapai.

9. Pariwisata

Beberapa catatan kritis berkenaan dengan penyelenggaraan urusan Pariwisata:

Keuangan:

Urusan Pariwisata dilaksanakan oleh OPD Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan

Olahraga melalui tiga program. Persentase realisasi Belanja Tidak Langsung untuk urusan ini

sebesar 89,33% lebih tinggi dari capaian TA sebelumnya yang hanya sebesar 84,8%.

Sedangkan Belanja Langsung adalah sebesar 90,76% lebih rendah dari TA sebelumnya yang

mencapai sebesar 96,4%. Tingkat realisasi yang ada masih membuktikan bahwa realisasi

Belanja Urusan Pariwisata masih belum optimal dan masih jauh dari anggaran yang ditetapkan.

Hal ini diakibatkan lebih banyak karena kondisi pandemic COVID-19, sehingga realisasi yang

ada tidak sesuai anggaran. Akan tetapi hal ini perlu menjadi perhatian bersama bagaimana

solusi penganggarannya mengingat sebenarnya anggaran yang digunakan adalah anggaran

perubahan yang sudah terealisasi separuhnya.

Sebagai catatan dalam pembahasan RAPBD untuk tahun-tahun mendatang, OPD pelaksana

Urusan Pariwisata sebaiknya memperbaiki penyusunan anggaran sesuai dengan kebutuhannya.

Indikator Kinerja Pariwisata:

Dari satu indicator sasaran capaiannya dikategorikan sangat rendah, sedangkan dari tiga

indicator program, dua indicator dikategorikan sangat tinggi sedangkan dua yang lainnya tidak

dapat mencapai target dengan kategori sangat rendah.

Mengingat kondisi pandemic masih berlangsung, perlu dilaksanakan strategi agar pariwisata

bisa lebih baik di masa datang dengan pengaturan protocol kesehatan yang ketat.

Best Western Premier SolobaruSukoharjo, 09 April 2021

Oleh : Drs. Kunto Nugroho HP, Msi.Widyaiswara Ahli UtamaBPSDMD Provinsi Jawa Tengah

"

[email protected]

1. Staf Biro Pemerintahan Daerah (1985)2. Ka Subag Pendataan Biro PemDa (1988)3. Ka Subag Penyelenggara Biro Pemda (1994)4. Kabag Otonomi Daerah Biro Pemda (1998)5. Ka Bid PemSosBud Bappeda (2003) 6. Kepala Biro Otonomi Daerah & Kerjasama (2006)7. Kepala Dinas Pendidikan & Kebudayaan (2008)8. Kepala Dinas Pendidikan (2011)9. Inspektur (2013)10.PJ Bupati Kendal (2015)11.Widyaiswara Ahli Utama (2017 - sekarang)12.Penyuluh AntiKorupsi (KPK RI) (2019 - sekarang)

If we dream alone, it’s just a dream…..If we dream together, it’s a dawn of reality.

LINGKUNGAN STRATEGIS

[email protected]

AGILEADAPTIF

INTEGRITAS

[email protected]

VIDEO : PEDULIU, 2:21”

KEBIJAKAN NASIONAL/DAERAH

[email protected]

PAN

CASI

LA(v

isik

emer

deka

an)

UU

D 1

945

(str

uktu

-sis

tem

atik

a&

bat

ang

tubu

h)r

NK

RI(k

onse

psik

etah

anan

nasi

onal

)

BHIN

EKA

TU

NG

GA

L IK

A

PERLU KEWASPADAAN NASIONAL

RASA DANWAWASAN KEBANGSAAN

EMPAT KONSENSUS NASIONAL – EMPAT PILAR (MPR RI)

PERLU PEMIMPIN BELA NEGARA DALAM KEPEMIMPINAN [email protected]

PEMERINTAHAN DAERAH

[email protected]

KUNTO

Ø Decentralisatie wet tahun 1903

Ø Bestuurs Hervorming tahun 1922

SETELAH KEMERDEKAAN RI :Ø UUD 1945, pasal 18 : “Pemerintah Daerah”

Ø UUD RIS 1949, pasal 42-67

Ø UUDS 1950, pasal 131 – 132

SEBELUM KEMERDEKAAN RI :Pasal 18 (1) UUD 45

NKRI dibagi atas daerah-daerah PROV & daerahPROV itu dibagi atas KAB/KOTA, yg tiap-tiap

PROV, KAB & KOTA itu mempunyai pemerintahandaerah yg diatur dgn UU

Pasal 18B (1) UUD 45NKRI mengakui & menghormati Satuan2 PEMDA ygBERSIFAT KHUSUS & ISTIMEWA yg diatur dgn UU.

Pasal 18 B (2) UUD 45NKRI mengakui & menghormati kesatuan2 masy

hukum adat beserta hak2 TRADISONALNYA sepanjang masih hidup & sesuai dgn perkembangan

masy & prinsip NKRI diatur dgn UU.

[email protected]

1. UU No. 1 Tahun 1945 Tentang Kedudukan KomiteNasional Daerah

2. UU No. 22 Tahun 1948 Tentang Pemerintahan Daerah

3. UU No. 44 Tahun 1950 Tentang Pemerintah Daerah Indonesia Timur

4. UU No. 1 Tahun 1957 Tentang. Pokok-pokokPemerintahan Daerah

5. UU No. 18 Tahun 1965 Tentang Pokok-pokokPemerintahan Daerah

6. UU No. 19 Tahun 1965 Tentang Desapraja7. UU No. 5 Tahun 1974 Tentang Pokok-pokok

Pemerintahan Di Daerah8. UU No. 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa9. UU No. 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah 10. UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

11. UU No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah

adalah penyelenggaraan urusanpemerintahan oleh PemerintahDaerah dan DPRD menurutasas otonomi dan tugaspembantuan dengan prinsipotonomi seluas-luasnya dalamsistem dan prinsip NegaraKesatuan Republik Indonesiasebagaimana dimaksud dalamUndang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945.[1]

Pemerintahan Daerah diIndonesia terdiri dariPemerintahan Daerah Provinsidan Pemerintahan DaerahKabupaten/Kota yang terdiri atasKepala Daerah dan DPRDdibantu oleh Perangkat Daerah.[1]

[email protected]

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

[email protected]

1.Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;2.Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan DaerahKepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada DewanPerwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan DaerahKepada Masyarakat;

3.Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;4.Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pembinaan dan PengawasanPenyelenggaraan Pemerintahaan Daerah;

5.Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2017 tentang Hak Keuangan dan Administratif PimpinanDan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;

6.Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan Tata Tertib DPRDProvinsi/Kabupaten/Kota.

7.Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah8.Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.9.Permendagri Nomor 80 Tahun 2015 jo Permendagri Nomor 120 Tahun 2018 tentangPembentukan Produk Hukum Daerah.

[email protected]

Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 2018tentang Pedoman Penyusunan Tata Tertib DPRDProvinsi, Kabupaten, dan Kota mengaturtentang Fungsi DPRD pada Pasal 2 s.d pasal 22.

[email protected]

1. Hak interpelasi, yaitu hak DPRD untuk meminta keterangan kepada KDH mengenaikebijakan Pemda yang penting dan strategis serta berdampak luas.

2. Hak angket, yaitu hak DPRD untuk melakukan penyelidikan terhadap kebijakan Pemdayang penting dan strategis serta berdampak luas yang diduga bertentangan denganketentuan per-uu.

3. Hak menyatakan pendapat, yaitu hak DPRD untuk menyatakan pendapat terhadapkebijakan Pemda mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di Daerah disertai denganrekomendasi penyelesaiannya atau sebagai tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasidan hak angket.

[email protected]

KUNTOKUNTO

[email protected]

1. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila;2. Melaksanakan UUD 1945 dan menaati ketentuan peraturan per-uu;3. Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan NKRI;4. Mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, atau golongan;5. Memperjuangkan peningkatan kesejahteraan rakyat;6. Menaati prinsip demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;7. Menaati tata tertib dan kode etik;8. Menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga lain dalam

penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kab/kota;9. Menyerap dan menghimpun aspirasi konstituen melalui kunjungan kerja secara berkala;10.Menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan masyarakat; 11.Memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada konstituen di daerah

[email protected]

Pasal 187UU Nomor 23 Tahun 2014tentNg Pemerintahan Daerah

ditetapkan dengan Peraturan DPRDpaling sedikit memuat ketentuan:

1. ketaatan dalam melaksanakan sumpah/janji;2. sikap dan perilaku Anggota DPRD;

3. tata kerja Anggota DPRD;

4. tata hubungan antarpenyelenggara pemerintahandaerah;

5. tata hubungan antar-Anggota DPRD;

7. tata hubungan antara Anggota DPRD dan pihak lain;

8. penyampaian pendapat, tanggapan, jawaban, dansanggahan;

9. kewajiban Anggota DPRD;

10. larangan bagi Anggota DPRD;

11. hal-hal yang tidak patut dilakukan oleh AnggotaDPRD;

12. sanksi dan mekanisme penjatuhan sanksi; danrehabilitasi.DPRD kabupaten/kota menyusun kode etik yang

berisi norma yang wajib dipatuhi oleh setiapanggota selama menjalankan tugas untuk menjagamartabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas DPRDkabupaten/kota

[email protected]

PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN

RAKYAT DAERAH

[email protected]

Aspek Manejemen:• Pelaks Kegiatan sesuaiKebijakan

• Tujuan dapat dicapai secaraefektif & efisien

Aspek Politik :• Segala tindakan KDH dalam

pelaksanaan tugaspemerintahan daerah sesuaidengan asas-2 dan kaidah-2hokum yang berlaku;

• Tidak terjadi penyalahgunaanwewenang

[email protected]

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGAJAWABAN

KEPALA DAERAH

[email protected]

POKOK-POKOK PERUBAHAN

31

PP 3/2007 PP 13/2019 KETERANGAN• LKPJ terdiri atas LKPJ Akhir Tahun Anggaran dan

LKPJ Akhir Masa Jabatan.• Ruang lingkup LKPJ mencakup penyelenggaraan

urusan desentralisasi, tugas pembantuan & tugasumum pemerintahan.

• LKPJ terdiri atas LKPJ Akhir Tahun Anggaran.• Ruang lingkup LKPJ meliputi hasil

penyelenggaraan urusan pemerintahan yangmenjadi kewenangan daerah yang dilaksanakanoleh Pemerintah Daerah & hasil pelaksanaantugas pembantuan dan penugasan.

• UU Nomor 23 Tahun 2014, sudah tidakmengamanahkan lagi untuk LKPJ Akhir MasaJabatan.

• Dalam hal kepala daerah berhalangan tetap atauberhalangan sementara, LKPJ disampaikan olehwakil kepala daerah selaku pelaksana tugaskepala daerah kepada Dewan Perwakilan RakyatDaerah dalam rapat paripurna.

• Dalam hal kepala daerah dan wakil kepala daerahsecara bersamaan berhalangan tetap atauberhalangan sementara, LKPJ disampaikan olehpejabat pengganti kepala daerah kepada DewanPerwakilan Ralryat Daerah dlam rapat paripurna.

• PP 3/2007 tidak ada norma yang mengatur jikaKDH berhalangan pada saat penyampaian LKPJ,sehingga pernah terjadi pada saat LKPJdisampaikan oleh Wakil KDH, DPRD menolak LKPJtersebut dan tidak mau memberikanrekomendasi karena dianggap tidak sah.

• Apabila LKPJ tidak ditanggapi dalam jangka waktu30 hari setelah LKPJ diterima, maka dianggap tidakada rekomendasi untuk penyempurnaan.

• Paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah LKPJditerima, Dewan Perwakilan Rakyat Daerahharus melakukan pembahasan LKPJ denganmemperhatikan capaian kinerja program dankegiatan & pelaksanaan Peraturan Daerahdan/atau Peraturan Kepala Daerah dalammenyelenggarakan urusan pemerintahan daerah.

• PP 3/2007 tidak mewajibkan DPRD dalam 30memberikan rekomendasi, sifatnya hanya sebagaihimbauan, sebab jika 30 DPRD tidak memberikanrekomendasi dianggap tidak ada rekomendasiuntuk penyempurnaan.

• PP 13/2019 mewajibkan DPRD dalam waktupaling lambat 30 hari “harus” memberikanrekomendasi terhadap LKPJ.

• Berdasarkan hasil pembahasan LKPJ DPRDmemberikan rekomendasi sebagai bahan dalam:a. penyusunan perencanaan pada tahun berjalandan tahun berikutnya, b. penyusunan anggaranpada tahun berjalan dan tahun berikutnya sertac. penyusunan Peraturan Daerah, PeraturanKepala Daerah, dan/atau kebijakan strategiskepala Daerah.

• Mengenai penyusunan & penyampaian LKPJdiatur dlam Peraturan Menteri.

• PP 3/2007 tidak secara spesifik menjelaskan hal-hal apa saja yang menjadi ide utama bagi DPRDdalam memberikan rekomendasi terhadap LKPJ.

• Mekanisme/tata cara pembuatan LKPJberdasarkan PP 13/2019 akan diatur lebih lanjutdalam Permendagri.

LKPJ adalah:laporan yang disampaikan oleh PemerintahDaerah kepada Dewan Perwakilan RalryatDaerah yang memuat :� hasil penyelenggaraan urusan pemerintahan

yang menyangkut pertanggungjawabankinerja yang dilaksanakan oleh PemerintahDaerah selama 1 (satu) tahun anggaran

TUJUAN :

�Mengetahui Progres (perkembangan)Kepala Daerah (keberhasilan ataukegagalan) dalam menjalankantugasnya selama 1 (satu) tahunanggaran;

�Peningkatan efisiensi, efektivitas,produktivitas dan akuntabilitaspenyelenggaraan Pemerintah Daerahmelalui pengawasan DPRD

SIFAT LKPJ :q Akan dibahas oleh DPRDq Hasil pembahasan DPRD atas LKPJ – Kepala Daerah ditetapkan dalam keputusan DPRD

berupa catatan-catatan yang sifatnya strategis untuk dipedomani oleh Kepala Daerah dalam pelaksanaan tugasnyaq LKPJ àProgress Report

[email protected]

Ruang lingkup LKPJ meliputi (Psl

15 PP 13/2019):

� hasil penyelenggaraan urusan

pemerintahan yang menjadi

kewenangan daerah yang

dilaksanakan oleh Pemerintah

Daerah; dan

� hasil pelaksanaan tugas

pembantuan dan penugasan

(Psl 19 dan 20 UU 23/2014).

(Psl 16 PP 13/2019):

capaian pelaksanaan program dan

kegiatan serta permasalahan dan

upaya penyelesaian setiap urusan

pemerintahan;

kebijakan strategis yang ditetapkan

oleh kepala daerah dan

pelaksanaannya; dan

tindak lanjut rekomendasi Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah tahun

anggaran sebelumnya

Psl 18 PP 13/2019 :

1. Kepala daerah menyusun LKPJ berdasarkan format yang ditetapkan oleh Menteri;

2. LKPJ disusun berdasarkan pelaksanaan program dan kegiatan yang ditetapkan dalam dokumen

perencanaan dan anggaran [email protected]

Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada

DPRD atas penyelenggaraan

pemerintahan daerah selama satu tahun

anggaran

LKPJ disusun berdasarkan pelaksanaan program dan kegiatan yang ditetapkan

dalam dokumen perencanaan dan anggaran

tahunan (Psl 18 PP 13/2019)

Disampaikan kepada DPRD paling lambat 3 (tiga) bulan

setelah tahun anggaran berakhir. Disampaikan dalam rapat paripurna

DPRD

Selanjutnya dilakukan penilaian sesuai dengan

mekanisme dan ketentuan yang berlaku.

LKPJ

Penyediaan data/informasi yang tidak tepat waktu baik dari OPDmaupun dukungan data dari instasi vertikal yang berwenangmengeluarkan data resmi pemerintah.

Tidak ada format baku laporan dari OPD yang akan digunakansebagai dasar dalam penyusunan LKPJ.

Tidak adanya acuan mengenai substansi masing-masing aspek dalamLKPJ sebagaimana terdapat dalam (outline) à dilakukanpenyesuaian-penyesuaian dengan melihat kondisi yang terjadimasing-masing di pemerintah kotaà Banyak variasi antar daerah.

Ketidakdisiplinan organisasi perangkat daerah (OPD) dalam bekerja à kebanyakan OPD tidak disiplin dalampencapaian target kinerja à laporan pelaksanaan kinerja tidak disusun/disampaikan secara berkala (mis: setiapbulan atau triwulan) - realisasi anggaran, target, pemetaan permasalahan, solusi à bila diminta Bappeda tidak bisalangsung disediakan.

[email protected]

PENYAMPAIAN LKPJ(Pasal 19 PP 13/2019)

KEPADA DPRD

Penyampaian paling lambat 3 bulan setelah tahun anggaranberakhir kepada DPRDAyat (1)

Dalam hal kepala daerah dan wakil kepala daerah secarabersamaan berhalangan tetap atau berhalangan sementara,

LKPJ disampaikan oleh penjabat pengganti kepada DPRD dalam rapat paripurna

Ayat (3)

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Dalam hal kepala daerah berhalangan tetap atau berhalangansementara, LKPJ disampaikan oleh wakil kepala daerah selakupelaksana tugas kepala daerah dalam rapat paripurna kepada

DPRDAyat (2)

“Paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah LKPJ diterima DPRD harus memberikan rekomendasi

kepada pemerintah daerah ”(Psl 20 PP 13/2019)

1. program, kegiatan, dan anggaran;2. peraturan daerah, peraturan kepala

daerah, dan/atau kebijakan strategiskepala daerah; dan/atau

3. hal-hal lainnya dalam rangkapenyelenggaraan urusan pemerintahanyang menjadi kewenangan daerah.

BerupaMasukanTerhadap

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

PENILAIAN LAPORAN KETERANGAN

PERTANGGUNGAJAWABAN KEPALA DAERAH

[email protected]

1. Menilai kinerja pemerintah dalam Laporan Keterangan

Pertanggungjawaban (LKPJ) merupakan akhir dari prosesi

PENGAWASAN DPRD;

2. Penilaian kinerja terhadap LKPJ, perhatian utama DPRD harus

lebih difokuskan pada tingkat capaian kinerja tujuan dan

sasaran yang telah ditetapkan dalam Rencana Stratejik

Pemerintah Daerah;

3. Hasil evaluasi atas LKPJ ini menjadi salah satu pertimbangan

penting dalam penentuan agenda pengawasan periode

berikutnya.

[email protected]

• Dalam melaksanakan fungsi pengawasan, DPRD dapat memberikanrekomendasi terhadap laporan keterangan pertanggungjawaban KepalaDaerah yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas,produktivitas, dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan daerah.• Pemberian rekomendasi dilaksanakan sesuai ketentuan peraturanperundang-undangan.

pustaka