Upload
annisa-rahma
View
251
Download
8
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ya
Citation preview
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu kelompok senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan, hewan
atau manusia dan yang sangat berguna bagi kehidupan manusia adalah lipid.
Senyawa yang termasuk lipid tidak mempunyai rumus struktur yang serupa atau
mirip. Sifat kimia dan fungsi biologinya juga berbeda-beda. Walaupun demikian,
para ahli biokimia bersepakat bahwa lemak dan senyawa organik yang
mempunyai sifat fisika seperti lemak, dimasukkan dalam satu kelompok yang
disebut lipid. Adapun sifat kimia yang dimaksud ialah: (1) tidak larut dalam air,
tetapi larut dalam satu atau lebih dari satu pelarut organik misalnya, eter, aseton,
kloroform, benzena yang sering juga disebut pelarut lemak; (2) ada hubungan
dengan asam-asam lemak atau esternya; (3) mempunyai kemungkinan digunakan
oleh makhluk hidup. Berdasarkan pada sifat fisika tadi, lipid dapat diperoleh dari
hewan atau tumbuhan dengan cara ekstraksi menggunakan alkohol panas, eter
atau pelarut lemak yang lain.
Suatu senyawa dapat larut dalam pelarut tertentu apabila mempunyai polaritas
yang sama. Senyawa non polar akan larut dalam pelarut non polar, dan lemak
merupakan senyawa non polar sehingga senyawa ini mudah larut dalam pelarut
non polar, seperti kloroform, karbon disulfida, karbon tetraklorida, dan
sebagainya. Kelarutan dari lemak perlu diketahui untuk menentukan dasar
pemilihan pelarut dalam pengambilan lemak dengan ekstraksi lemak dari bahan
yang diduga mengandung lemak. Penentuan kolesterol dari berbagai bahan
makanan menjadi sangat penting mengingat perhatian terhadap kesehatan yang
menyangkut artegonik plasma dan berkaitan dengan label pada makanan. Oleh
karena itu penentuan kadar lipid pada suatu makanan menjadi penting, sehingga
dilakukkannya praktikum ekstraksi dan pemisahan lipid kompleks ini.
1.2 Tujuan
Menentukan kadar lipid dalam kacang tanah
1.2 Manfaat
1. Mengetahui cara melakukan ekstraksi soxhletasi
2. Mengetahui kadar lemak/lipid dalam kacang tanah
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan
menggunakan pelarut yang sesuai. Proses ekstraksi dihentikan ketika tercapai
kesetim-bangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi
dalam sel tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel
dengan penyaringan. Ekstrak awal sulit dipisahkan melalui teknik pemisahan
tunggal untuk mengisolasi senyawa tunggal. Oleh karena itu, ekstrak awal perlu
dipisahkan ke dalam fraksi yang memiliki polaritas dan ukuran molekul yang
sama (Mukhriani, 2014).
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair
dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak
substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material 9 lainnya. Ekstraksi padat-
cair atau leaching adalah transfer difusi komponen terlarut dari padatan inert
kedalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang bersifat fisik karena
komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi keadaan semula tanpa mengalami
perubahan kimiawi. Ekstrak dari bahan padat dapat dilakukan jika bahan yang
diinginkan dapat larut dalam pelarut pengekstraksi (Irawan, 2010).
Menuriut Irawan (2010), Ekstraksi tergantung dari beberapa faktor antara lain
yaitu :
1. Ukuran partikel
2. Jenis zat pelarut
3. Suhu
4. Pengadukan
Ekstraksi adalah suatu metoda operasi yang digunakan dalam proses
pemisahan suatu komponen dari campurannya dengan menggunakan sejumlah
massa bahan (solvent) sebagai tenaga pemisah. Sebagai tenaga pemisah, solvent
harus dipilih sedemikian hingga kelarutannya terhadap salah satu komponen
murninya adalah terbatas atau sama sekali tidak saling melarutkan. Karenanya,
dalam proses ekstraksi akan terbentuk dua fase cairan yang saling bersinggungan
dan selalu mengadakan kontak. Fase yang banyak mengandung diluen disebut
fase rafinat sedangkan fase yang banyak mengandung solvent dinamakan ekstrak
(Maulida dan Naufal, 2010).
2.2 Soxhletasi
Soxhletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang
umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan
jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Biomassa
ditempatkan dalam wadah soklet yang dibuat dengan kertas saring, melalui alat ini
pelarut akan terus direfluks. Alat soklet akan mengosongkan isinya ke dalam labu
dasar bulat setelah pelarut mencapai kadar tertentu. Setelah pelarut segar melewati
alat ini melalui pendingin refluiks, ekstraksi berlangsung sangat efisien dan
senyawa dari biomassa secara efektif ditarik ke dalam pelarut karena konsentrasi
awalnya rendah dalam pelarut (Istiqomah, 2013).
Menurut Hudayani (2008), Soxhletasi adalah cara yang sering dipakai dalam
laboratorium penelitian untuk mengekstraksi tumbuhan. Soxhletasi membutuhkan
pelarut dalam jumlah 19 sedikit dan karena penyarian terjadi berulang, maka zat
tersari di dalam pelarut lebih banyak.
Metode ini dilakukan dengan menempatkan serbuk sampel dalam sarung
selulosa (dapat digunakan kertas saring) dalam klonsong yang ditempatkan di atas
labu dan di bawah kondensor. Pelarut yang sesuai dimasukkan ke dalam labu dan
suhu penangas diatur di bawah suhu reflux. Keuntungan dari metode ini adalah
proses ektraksi yang kontinu, sampel terekstraksi oleh pelarut murni hasil
kondensasi sehingga tidak membutuhkan banyak pelarut dan tidak memakan
banyak waktu. Kerugiann-ya adalah senyawa yang bersifat termolabil dapat
terdegradasi karena ekstrak yang diperoleh terus menerus berada pada titik didih
(Mukhriani, 2014).
2.3 Destilasi
Menurut Paryanto (2007), Destilasi adalah suatu proses penguapan dan
pengembunan kembali, yaitu untuk memisahkan campuran dua atau lebih zat cair
ke dalam fraksi-fraksinya berdasarkan perbedaan titik didihnya. Pada pemisahan
hasil fermentasi glukosa menggunakan sistem uap-cairan, dan terdiri dari
komponen-komponen tertentu yang mudah tercampur. Campuran-campuran
tersebut dapat memiliki titik didih yang tetap dan minimum.
Destilasi merupakan suatu perubahan cairan menjadi uap dan uap tersebut di
dinginkan kembali menjadi cairan. Unit operasi distilasi merupakan metode yang
digunakan untuk memisahkan komponen-komponen yang terdapat dalam suatu
larutan atau campuran dan tergantung pada distribusi komponen-komponen
tersebut antara fasa uap dan fasa air. Destilasi sederhana atau destilasi biasa
adalah teknik pemisahan kimia untuk memisahkan dua atau lebih komponen yang
memiliki perbedaan titik didih yang jauh. Suatu campuran dapat dipisahkan
dengan destilasi biasa ini untuk memperoleh senyawa murni. Berikut adalah jenis
destilasi yang dikemukakan oleh Walangare (2013) :
1. Destilasi Sederhana
Destilasi sederhana atau destilasi biasa adalah teknik pemisahan kimia
untuk memisahkan dua atau lebih komponen yang memiliki perbedaan titik didih
yang jauh.
2. Destilasi Fraksionasi (Bertingkat)
Sama prinsipnya dengan destilasi sederhana, hanya destilasi bertingkat ini
memiliki rangkaian alat kondensor yang lebih baik, sehingga mampu memisahkan
dua komponen yang memiliki perbedaan titik didih yang berdekatan.
3. Destilasi Azeotrop
Memisahkan campuran azeotrop (campuran dua atau lebih komponen
yang sulit di pisahkan), biasanya dalam prosesnya digunakan senyawa lain yang
dapat memecah ikatan azeotrop tersebut atau dengan menggunakan tekanan
tinggi.
4. Destilasi Uap
Destilasi uap adalah istilah yang secara umum digunakan untuk destilasi
campuran air dengan senyawa yang tidak larut dalam air, dengan cara
mengalirkan uap air kedalam campuran sehingga bagian yang dapat menguap
berubah menjadi uap pada temperature yang lebih rendah dari pada dengan
pemanasan langsung.
5. Destilasi Vakum
Memisahkan dua kompenen yang titik didihnya sangat tinggi, motode
yang digunakan adalah dengan menurunkan tekanan permukaan lebih rendah dari
1 atm, sehingga titik didihnya juga menjadi rendah, dalam prosesnya suhu yang
digunakan untuk mendistilasinya tidak perlu terlalu tinggi.
2.4 n-heksana
Menurut Irawan (2010), Heksana adalah senyawa hidrokarbon golongan
alkana dengan rumus C6H14 merupakan fraksi petroleum eter dengan kisaran
titik didih 65-70°C. Keuntungan pelarut ini yaitu bersifat selektif dalam
melarutkan zat, menghasilkan jumlah 19 kecil lilin, albumin, dan zat warna,
namun dapat mengekstrak zat pewangi dalam jumlah besar.
Menurut Meulida dan Naufal (2010), Karakteristik n – heksana adalah
sebagai berikut :
1. Nama lain : caproyl hydride, hexyl hydride
2. Rumus molekul : CH3(CH2)4CH3
3. Berat molekul : 86,17 kg/mol
4. Warna : berwarna
5. Melting point : - 94 °C
6. Boiling point : 69 ( P = 1 atm)
7. Spesific gravity : 0,659
8. Kelarutan dalam 100 bagian air : 0,014 ( 15 °C )
Heksana dapat digunakan untuk mengekstraksi minyak nilam yang dapat
digunakan sebagai minyak atsiri. Selain itu, heksana dapat digunakan sebagai
solven untuk mengekstraksi karotenoid dari CPO. Solven campuran antara
heksana dan benzena dapat digunakan untuk mengekstraksi minyak dari kopra.
Sedangkan solvent campuran antara heksana dan isopropanol dapat digunakan
dalam penurunan kadar limbah sintetis asam phosphat dengan ekstraksi cair – cair
(Maulida dan Naufal, 2010).
2.5 Lipid
Menurut Susanti (2011), Lipid adalah sekumpulan senyawa dalam tubuh yang
memiliki ciri-ciri yang serupa dengan malam, gemuk (grease), atau minyak lipid
merupakan ester asam lemak yang tersebar di alam dalam bentuk nabati maupun
hewani. Kegunaan lipid sebagai pelindung seluler karena lipid merupakan bagian
integral dari membrane sel dan lipid sebagai pelindung aseluler karena lipid
merupakan pelindung organism dalam bentuk jaringan integument. Sifat asam
lemak ditentukan oleh rantai hidrokarbonnya. Ada asam rantai lurus dan rantai
bercabang yag ditemukan di alam dalam bentuk siklis baik yang jenuh maupun
tidak jenuh. Senyawa-senyawa yang termasuk lipid ini dapat dibagi dalam
beberapa golongan, ada beberapa cara penggolongan yang dikenal.
Lipid dalam tiga golonggan besar yakni, lipid sederhana, yaitu ester asam
lemak dengan berbagai alkohol, contohnya lemak atau gliserida dan lilin (waxes),
lipid gabungan yaitu ester asam lemak yangmempunyai gugus tambahan,
contohnya fosfolipid, serebrosida, derivatlipid, yaitu senyawa yang dihasilkan
oleh proses hidrolisis lipid, contohnya asam lemak, gliserol, dan sterol.
Komponen integral lipid terdiri dari alcohol tinggi dan lipoprotein larut dalam air,
dan proteolipid tidak larut dalam air tetapi dapat membentuk emulsi yang stabil
bila ada bahan lain yang berfungsi sebagai emulgator. Sebagai penyusun lipid,
asam lemak memiliki sifat ampifatik dimana memiliki ujung rantai karbon
bermuatan (polar; hidrofilik), dan ujung rantai karbon lainnya tidak bermuatan
(nonpolar; hidrofobik) (Susanti, et. al., 2011).
2.6 Kadar Lemak dan Rendemen
Lemak adalah salah satu komponen makanan multifungsi yang sangat penting
untuk kehidupan. Selain memiliki sisi positif, lemak juga mempunyai sisi negatif
terhadap kesehatan.1 Fungsi lemak dalam tubuh antara lain sebagai sumber
energi, bagian dari membran sel, mediator aktivitas biologis antar sel, isolator
dalam menjaga keseimbangan suhu tubuh, pelindung organ-organ tubuh serta
pelarut vitamin A, D, E, dan K. Penambahan lemak dalam makanan memberikan
efek rasa lezat dan tekstur makanan menjadi lembut serta gurih. Di dalam tubuh,
lemak menghasilkan energi dua kali lebih banyak dibandingkan dengan protein
dan karbohidrat, yaitu 9 Kkal/gram lemak yang dikonsumsi (Sartika, 2008).
2.6.1 Kadar Lemak
Menurut Amelia (2005), Kadar lemak dalam suatu bahan pangan dapat
diketahui dengan cara mengekstraksi lemak. Metode ekstraksi lemak terdiri dari
ekstraksi lemak kering dan ekstraksi lemak basah. Ekstraksi lemak kering dapat
dilakukan dengan menggunakan metode soxhlet. Pada prinsipnya metode soxhlet
ini menggunakan sampel lemak kering yang diekstraksi secara terus-menerus
dalam pelarut dengan jumlah yang konstan.
Penentuan kadar lemak dengan metode ekstraksi dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya persiapan sampel, waktu ekstraksi, kuantitas pelarut, suhu
pelarut, dan tipe pelarut. Analisis lemak dalam suatu bahan pangan penting
dilakukan khususnya untuk mahasiswa gizi. Hal tersebut karena dalam penentuan
nilai gizi suatu bahan pangan harus diketahui pula kandungan lemak dalam bahan
pangan tersebut (Amelia, et. al., 2005).
2.6.2 Kadar Lemak pada Kacang Tanah
Tanaman kacang tanah (Arachishipogea L) termasuk tanaman polong-
polongan atau legium kedua terpenting setelah kedelai di Indonesia. Tanaman ini
merupakan salah satu tanaman palawija jenis leguminoceae yang memiliki
kandungan gizi cukup tinggi antara lain protein, karbohidrat dan minyak.
Sekarang pemanfaatan kacang tanah makin luas dari minyak nabati hingga selai.
Kandungan minyak yang terdapat di dalam kacang tanah cukup tinggi yaitu
berkisar antara 40-50% dan merupakan minyak nabati yang bebas kolesterol.
Karena kandungan minyaknya cukup tinggi maka kacang tanah merupakan
sumber minyak yang penting (Andaka, 2011).
Minyak kacang tanah seperti juga minyak nabati lainnya merupakan salah
satu kebutuhan manusia, yang dipergunakan baik sebagai bahan pangan (edible
purpose) maupun bahan non pangan. Sebagai bahan pangan minyak kacang tanah
digunakan untuk minyak goreng, bahan dasar pembuatan margarin mayonaise,
salad dressing, mentega putih (shortening) dan mempunyai keunggulan bila
dibandingkan dengan minyak jenis lainnya karena dapat dipakai berulang-ulang
untuk menggoreng bahan pangan. Sebagai bahan non pangan, minyak kacang
tanah digunakan dalam industri sabun, face cream, shaving cream, pencuci
rambut dan bahan kosmetik lainnnya. Dalam bidang farmasi minyak kacang tanah
dapat dipergunakan untuk campuran pembuatan adrenalin dan obat asma
(Andaka, 2011).
Tabel 1. Komposisi kacang tanah
Komposisi Jumlah (%)
Kadar air 4,6 - 6,0
Protein kasar 25,0 - 30,0
Lemak 46,0 - 52,0
Serat kasar 2,8 – 3,0
Ekstrak 10,0 – 13,0
Abu 2,5 – 3,0
Sumber : Carolina (2008)
2.6.3 Rendemen
Rendemen ekstrak dihitung berdasarkan perbandingan berat akhir (berat
ekstrak yang dihasilkan) dengan berat awal (berat biomassa sel yang digunakan)
dikalikan 100%. Rendemen yang cukup tinggi ini diperoleh karena pada metode
sonikasi, terjadi kavitasi saat diberi perlakuan gelombang ultrasonik untuk
memecah dinding sel bahan. Kavitasi adalah proses pembentukan gelembung-
gelembung mikro (microbubbles) karena meningkatnya tekanan pada saat
ekstraksi sebagai akibat dari adanya gelombang ultrasonik. Gelembung-
gelembung ini tidak stabil sehingga mudah pecah ketika gelembung tersebut
mencapai volume yang tidak cukup lagi menyerap energi. Pecahnya gelembung-
gelembung ini melibatkan energi yang besar dan menghasilkan efek panas yang
membantu kontak antara pelarut dan bahan dalam ekstraksi sehingga hasil
ekstraksi lebih maksimal (Maligan, et. al., 2014).
III. MATERI DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Hari, tanggal :Rabu, 13 April 2016
Waktu :13.00 s.d. selesai WIB
Tempat :Laboratorium Kimia Gedung E Lantai 1 Fakultas
Perikanan dan ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro,
Semarang.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat Praktikum
Tabel 1. Alat Praktikum
No Nama Alat Gambar Fungsi1 Alat soxhlet
lengkapUntuk melakukan ekstraksi pada kacang tanah
2 Alat destilasi sederhana
Untuk memisahkan pelarut dan zat yang akan diteliti kadarnya
3 Statif Sebagai penyangga alat soxhlet dan alat destilasi
4 Neraca timbang Untuk menimbang kacang tanah seberat 20 gr
5 Corong Untuk menuang n-heksana ke erlenmeyer dan boiling flash
6 Erlenmeyer Sebagai penampung n-heksana sebelum dimasukkan ke boiling flash
7 Termometer Untuk mengukur suhu setelah proses soxhletasi selesai
8 Panci Untuk tempat air saat proses soxhletasi
9 Kompor Untuk memanaskan air saat proses soxhletasi
3.2.2 Bahan Praktikum
Tabel 2. Bahan Praktikum
No Nama Bahan Gambar Fungsi1 Kacang tanah Sebagai bahan yang
akan diekstraksi
2 n-heksana/petroleum eter
Sebagai pelarut pada ekstraksi lipid
3 Kertas saring Sebagai pembungkus kacang tanah yang akan diekstraksi
3.3 Metode
3.2.1 Diagram Alir
a. Soxhletasi
- Alat soxhlet dirangkai
- Kacang dibungkus dengan kertas
saring, bentuk silinder, bagian
atas terbuka
- Bungkusan kacang diletakkan di
soxhlet pada bagian timbel
- Panci diisi dengan air, diletakkan
diatas kompor dengan pembatas
penangas, alat soxhlet dipasang
diatasnya
- Selang air dipasang di water in
dan water out
- Kompor dinyalakan, tunggu n-
heksana mendidih
- Proses soxhletasi jika terdapat
uap air dan proses ektraksi mulai
berjalan
Gambar 1. Diagram alir soxhletasi
Sampel kacang dihaluskan dan ditimbang sebanyak 20 gr
Selesai
Mulai
b. Destilasi
- n-heksana dipindah ke labu
destilasi
- Labu destilasi dipasang pada alat
destilasi
- Kompor dinyalakan, ditunggu
sampai n-heksana menguap
- Ketika tetesan n-heksana
memelan, kompor dimatikan
- Gelas beaker ditimbang sebelum
dan sesudah diisi dengan lipid
hasil ekstraksi
Gambar 2. Diagram alir destilasi
Kadar lipid dihitung menggunakan rumus
Kadar lipid= berat ekstrakberat awal sampel
×100 %
Hasil ekstraksi lipid 34,35 %
Sampel kacang dihaluskan dan ditimbang sebanyak 20 gr
Selesai
Mulai
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Diketahui : Berat sampel dan wadah = 60,60 gr
Berat wadah kosong = 53,37 gr
Berat awal sampel = 20 gr
Ditanya : Kadar lipid
Jawab :
Berat ekstrak=berat sampeldan wadah−berat wadahkosong
¿60,60−53,73
¿6,87 gr
Kadar lipid= berat ekstrakberat awal sampel
×100%
Kadar lipid=6,8720
×100 %
Kadar lipid=34,35 %
4.2 Pembahasan
Gambar 1. Alat soxhletasi
Prinsip kerja soxhletasi adalah ekstraksi
menggunakan pelarut yang selalu baru yang
umumnya dilakukan dengan alat khusus
sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan
jumlah pelarut yang relatif konstan dengan
adanya pendingin balik (Istiqomah, 2013).
Cara kerjanya mula-mula sampel kacang tanah
yang sudah dihaluskan dimasukkan ke dalam
kertas saring, kemudian dimasukkan ke dalam
pipa vapor, selanjutnya pelarut n-heksana
dimasukkan kedalam boiling flask sebanyak
150 ml dan diberi batu didih yang dipanaskan dalam panci berisi air. Selanjtunya,
proses ekstraksi dimulai dengan n-heksana yang menguap dan menyalurkan uap
airnya ke pipa vapor. Kemudian uap airnya akan naik yang disebabkan karena
sifat gas yang akan selalu bergerak ke atas dan menekan segala arah yang kosong.
Untuk mencegah agar uap tersebut tidak keluar, maka ada kondensor dengan air
yang selalu dingin. Ketika uap panas bertemu dengan air dingin terjadilah
kondensasi dan uap berubah menjadi air (fase gas menjadi cair). Selajutnya turun
ke timbal dan mengenai
sampel menyebabkan adanya
titik-titik air. Dan hasil
ekstraksi yang didapat, akan
naik ke siphon arm sampai
penuh. Selanjutnya, akan
turun dengan sendirinya ke
boiling flask, menjadi titik-
titik di sekitar pelarut.
Fungsi bagian-bagian soxhlet :
1. Condensor : sebagai pendingin dan
mempercepat proses kondensasi
2. Extraction chamber : berfungsi
3. Timble : sebagai tempat untuk
menaruh sampel yang akan diekstraksi
4. Siphon arm : sebagai tempat
menampung hasil ekstraksi
5. Vapour : sebagai saluran untuk msuknya uap air ke timble
6. Extract solvent : n-heksana yang
berfungsi sebagai pelarut
7. Boiling flask : sebagai tempat pelarut
Gambar 2. Alat destilasi sederhana
Fungsi bagian-bagian destilasi sederhana :
1. Statif : untuk menyangga rangkaian alat destilasi
2. Klem : untuk menyangga bagian-bagian dari peralatan destilasi sederhana
sehingga tidak jatuh atau goyang.
3. Air pendingin keluar : untuk saluran keluarnya air pendingin
4. Labu destilasi : sebagai wadah untuk penyimpanan sampel yang akan
didestilasi
5. Kondensor : untuk mendinginkan uap destilat yang melewati kondensor
sehingga menjadi cair
6. Pemanas : untuk memanaskan pelarut beserta sampel yang ada dalam labu
destilasi
7. Air pendingin masuk : untuk saluran masuknya air pendingin
8. Labu penampung : sebagai wadah untuk menampung destilat yang
diperoleh dari proses destilasi
Prinsip kerja destilasi adalah suatu proses penguapan dan pengembunan
kembali, yaitu untuk memisahkan campuran dua atau lebih zat cair ke dalam
fraksi-fraksinya berdasarkan perbedaan titik didihnya (Paryanto, 2007). Mula-
mula labu destilasi dipanaskan dengan kompor sampai n-heksana mendidih.
Pendidihan ini dilakukan agar komponen antara pelarut dengan ekstrat dapat
menguap dan terpisahkan. Proses pendidihan erat hubungannya dengan adanya
udara permukaan. Pendidihan akan terjadi pada suhu dimana tekanan uap dari
larutan sama dengan tekanan udara di permukaan cairan. Selanjutnya terjadi
kondensasi uap dalam kondensor. Air pendingin tetap dialirkan. Hal ini untuk
mencegah menguapnya pelarut n-heksana. Hasil ekstraksi akan turun dengan
sendirinya dan masuk ke labu penampung. Kemudian residu dikeluarkan dari alat
destilasi dengan air pendingin dalam kondensor. Dan residu ditampung dalam
sebuah bejana.
Penggunaan n-heksana sebagai pelarut dalam proses ekstraksi lipid pada
kacang tanah karena n-heksana mudah menguap, dan mempunyai titik didih yang
lebih rendah dibandingkan lipid. Titik didih n-heksana adalah 65-70oC dan titik
didih lipid diatas 105oC. Sehingga n-heksana cocok utnuk digunakan sebagai
pelarut. Sedangkan batu didih yang digunakan dalam ekstraksi berfungsi untuk
meratakan panas yang ada di dalam boiling flask.
Pada praktikum kali ini hanya kadar lemak yang diukur dan hasil yang didapat adalah sebesar 34,35%. Hasil ini jauh dari hasil yang seharusnya mengingat hanya dilakukan 1 kali siklus dan belum semua pelarut n-heksana menguap. Mengakibatkan hasil rendemen ekstraksi kali ini menjadi banyak karena masih tercampur banyak dengan n-heksana.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada praktikum ini, kadar lipid dari hasil
ekstraksi lipid yaitu 34,35 %.
5.2 Saran
Dalam praktikum tentang ekstraksi lipid diperlukan untuk menghindari
kesalahan dalam hasil praktikum seperti berikut :
1. Sebaiknya praktikan membaca terlebih dahulu modul praktikum yang ada,
agar mengerti praktikum yang akan dilaksanakan.
2. Praktikan harus berhati-hati saat menuangkan larutan ke dalam sampel,
agar tidak terjadi kesalahan.
3. Praktikan harus menaati tata tertib yang ada di laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, M. R., et. Al. 2005. Analisis Kadar Lemak Metode Soxhlet (AOAC
2005). Institut Pertanian Bogor : Bogor.
Andaka, G. 2011. Optimasi Proses Ekstraksi Minyak Kacang Tanah Dengan
Pelarut N-Heksana. Institut Sains & Teknologi AKPRIND : Yogyakarta.
Carolina, D. 2008. Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas dan Bilangan dari
Minyak Hasil Ekstraksi Kacang Tanah dengan Pelarut
n-heksana.Universitas Sumatera Utara : Sumatera Utara.
Hudayani, M.,. 2008. Efek Antidiare Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit (Curcuma
Domestica Val.) pada Mencit Jantan Galur Swiss Webster. Universitas
Negeri Surakarta : Surakarta.
Irawan, B.,. 2010. Peningkatan Mutu Minyak Nilam Dengan Ekstraksi dan
Destilasi Pada Berbagai Komposisi Pelarut. Universitas Diponegoro :
Semarang.
Istiqomah. 2013. Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi dan Sokletasi terhadap
Kadar Piperin Buah Cabe Jawa (Priperis retrofracti fructus). UIN Syarif
Hidayatullah : Jakarta.
Maligan, J. M., et. Al. 2014. Analisis Rendemen Dan Skrining Fitokimia Ekstrak
Etanol Mikroalga Laut Tetraselmis Chuii. Universitas Brawijaya : Malang.
Maulida, D. dan Noval Z.,. 2010. Ekstraksi Antioksidan ( Likopen ) dari Buah
Tomat dengan Menggunakan Solven Campuran, N – Heksana, Aseton,
dan Etanol. Universitas Diponegoro : Semarang.
Mukhriani. 2014. Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, dan Identifikasi Senyawa Aktif.
UIN Alauddin : Makassar.
Walangare, K.B.A., et. Al. 2013. Rancang Bangun Alat Konversi Air Laut
Menjadi Air Minum dengan Proses Destilasi Sederhana Menggunakan
Pemanas Elektrik. Universitas Sam Ratulangi : Manado.
Paryanto, et. Al. 2007. Pengaruh Kondisi Fermentasi Terhadap Yield Etanol pada
Pembuatan Bioetanol dari Pati Garut. Universitas Negeri Surakarta :
Surakarta.
Sartika, R. A. D. 2008. Pengaruh Asam Lemak Jenuh, Tidak Jenuh dan Asam
Lemak Trans terhadap Kesehatan. Universitas Indonesia : Depok.
Susanti, W., et. Al. 2011. Kelarutan Lipid Serta Pengaruh Emulgator Terhadap
Kelarutan Lipid. UIN Syarif Hidayatullah : Jakarta.