68
Laporan Kasus DHF Oleh : Daniel Yoseph P NIM. I1A003087 Pembimbing : dr. Ari Yunanto, Sp .A (K) IBCLC BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN ANAK FK UNLAM – RSUD ULIN

Lapsus Dhf Finished

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Lapsus Dhf Finished

Laporan Kasus

DHF

Oleh :

Daniel Yoseph PNIM. I1A003087

Pembimbing :

dr. Ari Yunanto, Sp .A (K) IBCLC

BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN ANAKFK UNLAM – RSUD ULIN

BANJARMASIN

Juli, 2008

PENDAHULUAN

Page 2: Lapsus Dhf Finished

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue (DBD)

adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (DEN). Virus ini terdiri dari 4

serotipe yakni DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4. Virus ini ditularkan melalui gigitan

nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.1

DHF menyerang baik orang dewasa maupun anak-anak, tetapi lebih banyak

menimbulkan korban pada anak-anak di bawah 15 tahun. DHF yang disertai dengan

perdarahan dapat menimbulkan renjatan (syok) yang dapat menyebabkan kematian. 2

DHF merupakan masalah kesehatan di Indonesia, hal ini tampak dari kenyataan

bahwa seluruh wilayah Indonesia mempunyai risiko untuk terjangkit penyakit demam

berdarah dengue, sebab baik virus penyebab maupun nyamuk penularnya sudah tersebar

luas di perumahan penduduk maupun fasilitas umum di seluruh Indonesia. Sejak Januari

sampai dengan 5 Maret 2004 total kasus DHF di seluruh propinsi di Indonesia sudah

mencapai 26.015, dengan jumlah kematian sebanyak 389 orang, sedangkan diprovinsi

Kalimantan Selatan selama periode Januari-April 2006 tercatat 51 orang warga

menderita demam berdarah dengue dan dua orang balita meninggal dunia. 3,4

Berikut akan dilaporkan sebuah kasus Observasi Dengue Hemorrhagic Fever

pada seorang anak laki-laki berumur 9 tahun 7 bulan yang dirawat di Ruang Anak RSUD

Ulin Banjarmasin.

1

Page 3: Lapsus Dhf Finished

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS

1. Identitas penderita :

Nama penderita : An. W

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 9 tahun 7 bulan

2. Identitas Orang tua/wali

AYAH : Nama : Tn. R

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Pedagang

Alamat : Jl. Sutoyo S Gg.Kita RT37 No82

IBU : Nama : Ny. K

Pendidikan : SPG

Pekerjaan : PNS (Guru)

Alamat : Jl. Sutoyo S Gg.Kita RT37 No82

II. ANAMNESIS

Kiriman Dari : Dokter Praktek Swasta

Diagnosa : Observasi Febris

Aloanamnesis dengan : Ibu kandung penderita

Tanggal/jam : 9 November 2007/ 17.00 WITA

1. Keluhan Utama : Panas

2

Page 4: Lapsus Dhf Finished

2. Riwayat penyakit sekarang :

Anak mulai mengalami panas tinggi sejak 4 hari sebelum masuk RS,

panas terus menerus dan disertai sakit kepala. Panas tidak disertai kejang, batuk,

pilek ataupun sesak nafas. Panas juga tidak disertai keluarnya keringat dingin,

menggigil ataupun mengigau pada saat tidur. Anak diberi obat penurun panas dan

pereda sakit kepala oleh perawat dekat rumah. Selang beberapa saat panas dan

sakit kepala berkurang tetapi kemudian muncul kembali.

Anak juga mengalami mual dan muntah pada hari ke 4 dan ke 3 (2x pada

malam hari) sebelum masuk RS. Muntahan berisi makanan yang dimakan + ½

gelas aqua, tidak ada lendir dan darah.

Anak merasa badannya pegal dan mengeluh sakit perut di daerah perut

bagian atas sejak 2 hari sebelum masuk RS. Anak diketahui BAB 1 hari sebelum

masuk RS. BAB sebanyak 1 kali pada malam hari, lembek dan berwarna cokat

kehitaman. Tidak ada keluhan mimisan, gusi berdarah ataupun bintik-bintik

merah pada kulit.

Anak dibawa ibu ke dokter 5 jam sebelum masuk RS, saat itu panas mulai

turun (tanpa pemberian obat), tetapi masih terlihat lemah. Oleh dokter anak

dirujuk ke RSUD ULIN. Tiga jam sebelum anak masuk ruangan (saat masih di

IGD), anak kembali berak coklat kehitaman, satu kali, lunak,+3 sendok makan.

Tidak ada orang terdekat, teman sekolah ataupun tetangga yang mengeluh

sakit seperti anak. Anak tidak ada riwayat bepergian ke luar kota dalam 4 bulan

terakhir.

3

Page 5: Lapsus Dhf Finished

Selama sakit, BAK seperti biasa, berwarna kuning jernih, tidak ada nyeri

dan darah. Sejak sakit nafsu makan anak berkurang dan hanya mau makan bubur

dengan telur sebanyak +1/2 piring /hari.

3. Riwayat Penyakit dahulu

Anak pernah menderita diare, batuk dan pilek. Anak tidak pernah masuk RS

sebelumnya.

4. Riwayat Kehamilan dan Persalinan

Riwayat antenatal :

Ibu pasien rutin memeriksakan kehamilan ke bidan setiap bulan selama hamil.

Selama hamil ibu mendapat pil penambah darah dan suntikan TT sebanyak 2 kali.

Riwayat Natal :

Spontan/tidak spontan : Spontan

Nilai APGAR : Ibu tidak tahu

Berat badan lahir : 3000 gr

Panjang badan lahir : Ibu lupa

Lingkar kepala : Ibu tidak tahu

Penolong : Bidan

Tempat : Di rumah bidan

Riwayat Neonatal

Lahir segera menangis, kulit kemerahan, BAB pertama kali (+)

5. Riwayat Perkembangan

Tiarap : 4 bulan

Merangkak : 6 bulan

4

Page 6: Lapsus Dhf Finished

Duduk : 7 bulan

Berdiri : 12 bulan

Berjalan : 15 bulan

Saat ini : Anak duduk di kelas 2 SD, tidak pernah tinggal kelas,

aktif bermain, dan bisa bersepeda.

6. Riwayat Imunisasi : Imunisasi Dasar Lengkap

Nama Dasar(umur dalam hari/bulan)

Ulangan(umur dalam bulan)

BCG 0 hari -Polio 0 2 4 6 -Hepatitis B 0 1 6 -DPT 2 4 6 -Campak 9 -

6. Makanan

0 - 6 bulan : ASI, jadwal sesuai kemauan anak. Lama menyusu 10 –

15 menit.

6 bulan– 18 bulan : ASI + 4x/hari. Lama menyusu 15 menit.

Bubur saring dengan kuning telur yang dihaluskan, satu

mangkuk kecil 3x sehari.

18 bulan – 2 tahun : ASI, 4x/hari. Lama menyusu 15 menit

Susu Formula (SGM®) 1-2 kali sehari sebanyak 120 ml

setiap kali minum

Bubur nasi dengan lauk pauk, ½ piring kecil 3x sehari.

2 tahun – 4tahun :Susu Formula (DANCOW®) 2-3 kali sehari sebanyak

240 ml setiap kali minum

5

Page 7: Lapsus Dhf Finished

Makanan keluarga (Nasi + telur+sayur) 3 kali sehari

sebanyak 1 sendok nasi tiap kali makan

4 tahun – 7 tahun :Susu Formula (DANCOW®)3 kali/minggu sebanyak

240 ml setiap kali minum.

Makanan keluarga (nasi + ikan + sayur) 3 kali sehari

sebanyak ½ piring tiap makan.

7 tahun – sekarang : Makanan keluarga (nasi, sayur, ikan, kadang dengan

buah) ½ - 1 piring besar 3x sehari.

Susu Formula (DANCOW®) 3 kali /minggu sebanyak 240

ml/x setiap kali minum.

8. Riwayat Keluarga

Ikhtisar keturunan :

Garis Ayah Garis Ibu

Ket :

: Perempuan : Laki-laki

† †

6

Page 8: Lapsus Dhf Finished

: Pasien : Meninggal karena stroke

Susunan keluarga :

No. Nama Umur L/P Keterangan1. Tn R 50 th L Sehat2. Ny K 42 th P Sehat3. Nn N 18 th P Sehat4. An W 9 th 7 bln L Sakit

9. Riwayat Sosial Lingkungan

Anak tinggal bersama orang tua dan kakaknya dirumah kayu berukuran

12 x 10 m2, terdiri dari 3 kamar tidur, 1 dapur, dan 1 kamar mandi beserta WC.

Terdapat 3 pintu dan 8 jendela yang sering dibuka. Sumber air minum dan

MCK dari PDAM. Penampungan air dikamar mandi dikuras 1x seminggu.

Sampah rumah tangga dibuang ke TPA. Jarak antar rumah 1 meter.

Sekolah anak sedang mengalami renovasi. Bangunan sekolah berbentuk

panggung dengan banyak sampah dibawahnya. Penampungan air di sekolah

dalam tempat tertutup. Selama musim hujan, genangan air dalam tatakan pot

bunga dan kaleng bekas dibiarkan. Tidak ada orang terdekat, tetangga maupun

teman 1 sekolah yang sakit seperti anak.

III. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Komposmentis

GCS : 4 – 5- 6

2. Pengukuran

Tanda vital : Tensi : 100/70 mmHg

7

Page 9: Lapsus Dhf Finished

Nadi : 84 x/menit, reguler, kuat angkat

Suhu : 37 °C

Respirasi : 24 x/menit

Berat badan : 25 kg (83,33% standar BB/U)

Panjang/tinggi badan : 125 cm (92,38% standar TB/U )

: (90,20% standar BB/TB)

Lingkar Lengan Atas (LLA) : 20 cm

3. Kulit : Warna : Coklat

Sianosis : Tidak ada

Turgor : Cepat kembali

Kelembaban : Cukup

Pucat : Tidak ada

4. Kepala : Bentuk : Mesosefali

UUB : Sudah menutup

UUK : Sudah menutup

- Rambut : Warna : Hitam

Tebal/tipis : Tebal

Distribusi : Merata

- Mata : Palpebra : Edema (-)

Alis dan bulu mata : Tidak mudah dicabut

Konjungtiva : Tidak anemis

Sklera : Tidak ikterik

Produksi air mata : Cukup

8

Page 10: Lapsus Dhf Finished

Pupil : Diameter : 3 mm/ 3mm

Simetris : Isokor

Reflek cahaya : +

Kornea : Jernih

- Telinga : Bentuk : Simetris

Sekret : Tidak ada

Serumen : Minimal

Nyeri : Tidak ada Lokasi : -

- Hidung : Bentuk : Simetris

Pernafasan cuping hidung : Tidak ada

Epistaksis : Tidak ada

Sekret : Tidak ada

- Mulut : Bentuk : Simetris

Bibir : Mukosa bibir kering

Gusi : Tidak mudah berdarah

Gigi-geligi : Gigi tumbuh lengkap

- Lidah : Bentuk : Simetris

Pucat/tidak

Tremor/tidak

Kotor/tidak

Warna : Merah muda

- Faring : Hiperemi : Tidak ada

Edem : tidak ada

9

Page 11: Lapsus Dhf Finished

Membran/pseudomembran : tidak ada

4. Leher :

- Vena Jugularis : Pulsasi : tidak terlihat

Tekanan : tidak meningkat

- Pembesaran kelenjar leher : tidak ada

- Kaku kuduk : tidak ada

- Massa : tidak ada

- Tortikolis : tidak ada

5. Toraks :

a. Dinding dada/paru

Inspeksi : - Bentuk : simetris

- Retraksi : tidak ada

- Dispnea : tidak ada Lokasi : -

- Pernafasan : thorakoabdominal

Palpasi : Fremitus fokal : simetris normal

Perkusi : Sonor/sonor

Auskultasi : Suara Napas Dasar : vesikuler

Suara Tambahan : tidak ada

b. Jantung ;

Inspeksi : Iktus : tidak terlihat

Palpasi : Apeks : teraba Lokasi : ICS V LMK kiri

Thrill + / - : -

Perkusi : Batas kanan : ICS II –IV LPS Kanan

10

Page 12: Lapsus Dhf Finished

Batas kiri : ICS II LPS kiri- ICS V LMK Kiri

Batas atas : ICS II LPS Kanan

ICS II LPS Kiri

Auskultasi : Frekuensi : 92 X/menit, Irama : Reguler

Suara Dasar : S1 dan S2 Tunggal

Bising : tidak ada Derajat : -

Lokasi : -

Punctum max : -

Penyebaran : -

6. Abdomen :

Inspeksi : Bentuk : datar

Palpasi : Hepar teraba 2 cm BAC dan 2 cm BPX. Ginjal,

lien, massa tidak teraba. Nyeri tekan positif di

epigastrium dan regio hipokandriaka kanan.

Perkusi : Timpani/pekak : timpani

Asites : tidak ada

Auskultasi : bising usus positif normal

7. Ekstremitas :

- Umum : akral hangat, tidak edema dan tidak ada parese

- Neurologis

11

Page 13: Lapsus Dhf Finished

8. Susunan Saraf : tidak ada kelainan

9. Genitalia : Laki-laki, tidak ada kelainan

10. Anus : positif, tidak ada kelainan

IV. RESUME

Nama : An. W

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 9 tahun 7 bulan

Berat badan : 25 kg

Keluhan Utama : Panas

12

Lengan Tungkai

Kanan Kiri Kanan Kiri

Gerakan Normal normal normal Normal

Tonus Eutoni eutoni eutoni Eutoni

Trofi Eutrofi eutrofi eutrofi Eutrofi

Klonus Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Reflek fisiologis BPR(+)

TPR(+)

BPR(+)

TPR(+)

KPR (+)

APR (+)

KPR (+)

APR (+)

Reflek patologisH/T(-)

LM (-)

H/T(-)

LM (-)

Babb (-)

Chadd (-)

Opp (-)

Babb (-)

Chadd (-)

Opp (-)

Sensibilitas Normal normal normal Normal

Tanda meningeal Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Page 14: Lapsus Dhf Finished

Uraian : Anak febris, kontinu sejak 4 hari sebelum masuk

RS. Febris disertai nausea, vomitus dan sakit

kepala. Dengan antipiretik panas turun kemudian

naik lagi. Febris semakin tinggi 3 hari SMRS, turun

naik sesuai jadwal pemberian obat. 2 hari sebelum

masuk RS, atralgia (+), nyeri perut (+). 1 hari

SMRS perdarahan GI (+). Selama febris anak juga

mengalami anoreksia (+), BAK normal, batuk (-),

pilek (-), sesak nafas (-), kejang (-), gusi berdarah

(-), epistaksis (-), petechiae(-). Riwayat bepergian

ke luar kota (-). Lingkungan sekolah anak terkesan

kotor, dengan kebiasaan membuang sampah di

kolong sekolah dan genangan air dalam tatakan pot

bunga dan kaleng bekas yang dibiarkan. Di sekitar

tempat tinggal dan sekolah anak tidak terdengar ada

yang terkena penyakit seperti anak.

Pemeriksaaan Fisik

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : komposmentis GCS : 4 - 5 - 6

Tensi : 100/60 mmHg

Nadi : 84 kali/menit, reguler, kualitas kuat angkat

Pernafasan : 24 kali/menit

Suhu : 37 °C

13

Page 15: Lapsus Dhf Finished

Kulit : Terdapat petechiae di volar lengan kiri

Kepala : Masosefali

Mata : Anemis (-/-), ikterik (-/-)

Telinga : Sekret (-)

Mulut : Mukosa bibir kering

Toraks/Paru : Simetris, retraksi (-)

Jantung : S1 dan S2 tunggal, bising (-)

Abdomen : Supel, hepar 2 cm BAC, 2 cm BPX. Ginjal, lien,

massa tidak teraba, nyeri tekan (+), tanda asites (-)

Ekstremitas : akral hangat

Susunan saraf : N I – N II tidak ada kelainan

Genitalia : laki-laki, tidak ada kelainan

Anus : ada, tidak kelainan

V. DIAGNOSA

1. Diagnosa banding : 1. DHF Grade II

2. Malaria

3. Demam Tifoid

4. Chikungunya Haemorrhagic Fever

2. Diagnosa Kerja : DHF Grade II

3. Status Gizi : Normal

NCHS : BB/U = (25 – 30)/4,3 = -1,16 (N)

TB/U = (125-135,3)/6 = 1,7 sd (N)

BB/TB = (25-24,3)/2,9 = 2,24sd (N)

14

Page 16: Lapsus Dhf Finished

CDC 2000 = 25/24 x 100%=104,16%(N)

VI. USULAN PEMERIKSAAN

Darah rutin

Pemeriksaan apusan tebal darah tepi

Serologi widal

VII. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

(8Nopember 200 RS SUAKA INSAN)

Jenis pemeriksaan Satuan Nilai Normal Jumlah

Hemoglobin

Eritrosit

Leukosit

Hematokrit

Trombosit

gr/dl

juta /u l

ribu /u l

vol%

ribu /u l

11.0 – 15.0

3.90 – 5.50

4.0 – 10.5

35 – 45

150 – 350

14.4

-

2.8

43

67

B. PEMERIKSAAN APUSAN DARAH TEBAL

PARASIT MALARIA =NEGATIF

C. SEROLOGI WIDAL

Antigen Titer

Typhoid O : 1/40

Typhoid H : 1/40

Paratyphoid A (O) : 1/40

Paratyphoid A (H) : 1/40

15

Page 17: Lapsus Dhf Finished

Paratyphoid B (O) : 1/80

Paratyphoid B (H) : 1/40

VIII. PENATALAKSANAAN

IVFD RL 6 cc/kg BB/jam = 150 cc/jam = 37 tetes/menit. Hasil evaluasi 2 jam

kemudian keadaan mulai membaik (TD 100/60 mmHg, nadi 87 kali/menit

kuat angkat, RR 24 kali/menit, melena (-), kesadaran composmentis).

Dilanjutkan IVFD RL 3 cc/kg BB/jam = 75 cc/jam = 18 tetes/menit. Setelah

6 jam kemudian baru dilanjutkan IVFD RL 3 cc/kgBB/jam = 75 cc/jam =18

tetes/menit sebagai maintenance.

Tirah Baring

PCT Syrup 3 x 1 P-0 (jika T > 37,5 C)

Observasi KU, TV, balans cairan, tanda-tanda perdarahan tiap 6 jam.

Cek Trombosit, Hematokrit tiap 24jam

IX. PROGNOSIS

Quo ad vitam : Dubia ad bonam

Quo ad functionam : Dubia ad bonam

Quo ad sanationam : Dubia ad bonam

X. PENCEGAHAN

1. Hindari gigitan nyamuk.

2. Pemberantasan sarang nyamuk dengan 3 M.

3. Abatesasi tiap 3 bulan.

16

Page 18: Lapsus Dhf Finished

4. Makan makanan bergizi (4sehat 5 sempurna) untuk menjaga daya tahan tubuh.

17

Page 19: Lapsus Dhf Finished

XI. FOLLOW UP

9 Nopember 200710 Nop 2007 11 Nop 2007 12 Nop 2007 13 Nop 2007

(00.01 WITA) (00.06 WITA) (12.00 WITA) (18.00 WITA)SUBJEKTIFPanas - - + - - - - -Muntah - - - - - - - -BAB - - - - - (+) kuning - (+) kuning BAK - - 1x, kuning jernih 1x, kuning jernih 2x, kuning jernih 2x, kuning jernih 2x, kuning jernih 2x, kuning jernihMakan - - - sedikit sedikit sedikit cukup cukupMinum + - + + + + + +Nyeri perut + + + - - - - -OBJEKTIFTanda vitalN (x/mnt) 87 100 102 100 90 100 96 100RR (x/mnt) 24 28 30 28 28 24 28 28T (0C) 37 36,8 37,7 36,8 36,8 36,3 36,5 36TD (mmHg) 100/60 100/60 100/60 100/60 110/70 100/60 110/70 100/60Pemeriksaan FisikKulit Turgor Cepat kembali Cepat kembali - - -

petechiae Volar lengan kiri Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Mata Anemis - - - - - Ikterik - - - - - epistaksis - - - - -Mulut

Perdarahan gusi - - - - - Mukosa bibir Kering Basah Basah Basah BasahAbdomen Supel Supel - - -

Bising usus +, normal +, normal - - -Hati Hati teraba 2 cm BAC, 2 cm BPX Tidak teraba - - -Limpa Tidak teraba Tidak teraba - - -

18

Page 20: Lapsus Dhf Finished

Nyeri tekan (+) epigastrium dan hipokondriaca dextra Tidak ada - - -Ekstremitas

Akral Hangat Hangat Hangat Hangat HangatASSESMENT DHF grade II DHF grade II DHF grade II DHF grade II DHF grade IIPLANNING - IVFD RL 18

tts/mnt- PCT 250 mg bila

panas- Monitor Vital

Sign tiap 6jamCek Hb,Ht,

Trombosit tiap 24jam

- IVFD RL 18 tts/mnt

- PCT 250 mg bila panas

- Monitor Vital Sign tiap 6jam

Cek Hb,Ht, Trombosit tiap 24jam

- IVFD RL 18 tts/mnt

- PCT 250 mg bila panas

- Monitor Vital Sign tiap 6jamCek Hb,Ht,

Trombosit tiap 24jam

- IVFD RL 18 tts/mnt

- PCT 250 mg bila panas

- Monitor Vital Sign tiap 6jamCek Hb,Ht,

Trombosit tiap 24jam

- IVFD RL 18 tts/mnt

- PCT 250 mg bila panas

- Ampicillin 3x500 mg

- Cek lab Darah Rutin/hari

- IVFD RL 18 tts/mnt

- PCT 250 mg bila panas

- Ampicillin 3x500 mgCek lab Darah

Rutin/hari

- IVFD RL 18 tts/mnt

- PCT 250 mg bila panas

- Ampicillin 3x500 mg

Cek lab Darah Rutin/hari

Pasien Boleh Pulang

19

Page 21: Lapsus Dhf Finished

XII. PEMERIKSAAN DARAH RUTIN (8Nop’07-12Nop’07)

Jenis pemeriksaan

SatuanNilai

Normal

8 Nop’07 RS.Suaka

Insan

9 Nop’07RSUD ULIN06.00 WITA

10 Nop,07 RSUD ULIN10.24 WITA

11 Nop’07 RSUD ULIN11.30 WITA

12 Nop’07 RSUD ULIN08.27 WITA

Hemoglobin

Eritrosit

Leukosit

Hematokrit

Trombosit

RDW-CV

MCV

MCH

MCHC

Hitung Jenis

neutrofil %

Limfosit %

MXD %

neutrofil #

Limfosit #

MXD #

gr/dl

juta /u l

ribu /u l

vol%

ribu /u l

%

fl

pg

%

%

%

%

ribu/ul

ribu/ul

ribu/ul

11.0 – 15.0

3.90 – 5.50

4.0 – 10.5

35 – 45

150 – 350

11.5 – 14.7

80.0 – 97.0

27 – 32

32.0 – 38.0

50.0-70.0

25.0 – 40.0

4.0 – 11.0

2.50-7.00

1.25 – 4.00

-

14.4

-

2.8

43

67

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

9.9

3.77

2.3

28

41

12.9

74.0

26.3

35.5

0.0

36.6

0.0

0.00

0.80

0.00

11.7

4.51

3.3

34

84

13.2

75.2

25.9

34.5

43.0

32.6

24.4

1.40

1.10

0.80

11.5

4.30

3.9

33

176

13.3

75.6

26.7

35.4

37.1

36.5

26.4

1.50

1.40

1.00

11,2

4,16

3,1

33

260

13.4

78.6

26.9

34.3

25.0

47.6

-

0.78

1.48

-

20

Page 22: Lapsus Dhf Finished

TINJAUAN PUSTAKA

I. Definisi

DHF adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue tipe

I-IV dengan manifestasi klinis demam 2 – 7 hari disertai gejala perdarahan dan

bila timbul renjatan, angka kematiannya cukup tinggi. Pada keadaan yang lebih

parah bisa terjadi kegagalan sirkulasi darah dan penderita jatuh dalam keadaan

syok akibat kebocoran plasma. Keadaan ini disebut Dengue Shock Syndrome

(DSS).4

Bagan 1. Dengue virus infection.14

II. Etiologi

Penyakit Demam Berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah

penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (DEN). Virus ini terdiri atas 4

serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Virus ini ditularkan melalui

21

Page 23: Lapsus Dhf Finished

gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.

Selama ini secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda,

tergantung dari serotipe virus Dengue. 5

Virus Dengue merupakan virus RNA untai tunggal. Struktur antigen ke-4

serotipe ini sangat mirip satu dengan yang lain, namun antibodi terhadap masing-

masing serotipe tidak dapat saling memberikan perlindungan silang. Variasi

genetik yang berbeda pada ke-4 serotipe ini tidak hanya menyangkut antar

serotipe, tetapi juga didalam serotipe itu sendiri, tergantung waktu dan daerah

penyebarannya. Pada masing-masing segmen codon, variasi diantara serotipe

dapat mencapai 2,6 – 11,0 % pada tingkat nukleotida dan 1,3 – 7,7 % untuk

tingkat protein. Perbedaan urutan nukleotida ini ternyata menyebabkan variasi

dalam sifat biologis dan antigenitasnya. 5

Virus Dengue yang genomnya mempunyai berat molekul 11 Kb tersusun

dari protein struktural dan non-struktural. Protein struktural yang terdiri dari

protein envelope (E), protein pre-membran (prM) dan protein core (C) merupakan

25% dari total protein, sedangkan protein non-struktural merupakan bagian yang

terbesar (75%) terdiri dari NS-1 – NS-5. Dalam merangsang pembentukan

antibodi diantara protein struktural, urutan imunogenitas tertinggi adalah protein

E, kemudian diikuti protein prM dan C. Sedangkan pada protein non-struktural

yang paling berperan adalah protein NS-1. 6

Nyamuk mendapatkan virus ini pada saat melakukan gigitan pada manusia

(makhluk vertebrata) yang pada saat itu sedang mengandung virus dengue

didalam darahnya (viraemia). Virus yang sampai kedalam lambung nyamuk akan

22

Page 24: Lapsus Dhf Finished

mengalami replikasi (memecah diri/kembang biak), kemudian akan migrasi yang

akhirnya akan sampai di kelenjar ludah. Virus yang berada di lokasi ini setiap saat

siap untuk dimasukkan ke dalam kulit tubuh manusia melalui gigitan nyamuk. 7, 8

Virus memasuki tubuh manusia melalui gigitan nyamuk yang menembus

kulit. Setelah itu disusul oleh periode tenang selama kurang lebih 4 hari, dimana

virus melakukan replikasi secara cepat dalam tubuh manusia. Apabila jumlah

virus sudah cukup, maka virus akan memasuki sirkulasi darah (viraemia), dan

pada saat ini manusia yang terinfeksi akan mengalami gejala panas. Dengan

adanya virus dengue dalam tubuh manusia, maka tubuh akan memberi reaksi.

Bentuk reaksi tubuh terhadap virus ini antara manusia yang satu dengan manusia

yang lain dapat berbeda, dimana perbedaan reaksi ini akan memanifestasikan

perbedaan penampilan gejala klinis dan perjalanan penyakit. 7, 8

III. Epidemiologi

Sejak Januari sampai dengan 5 Maret 2004 total kasus DHF di seluruh

propinsi di Indonesia sudah mencapai 26.015, dengan jumlah kematian sebanyak

389 orang (CFR=1,53%). Kasus tertinggi terdapat di Propinsi DKI Jakarta

(11.534 orang) sedangkan CFR tertinggi terdapat di Propinsi NTT (3,96%)1. KLB

DBD terbesar terjadi pada tahun 1998, dengan Incidence Rate (IR) = 35,19 per

100.000 penduduk dan CFR = 2%. Pada tahun 1999 IR menurun tajam sebesar

10,17%, namun tahun-tahun berikutnya IR cenderung meningkat yaitu 15,99

(tahun 2000); 21,66 (tahun 2001); 19,24 (tahun 2002); dan 23,87 (tahun 2003)1.

Tidak tertutup kemungkinan peningkatan jumlah kasus dan angka kematian yang

cepat disebabkan oleh virus dengue jenis baru karena dengue adalah virus RNA

23

Page 25: Lapsus Dhf Finished

(virus yang menggunakan RNA sebagai genomnya). Virus RNA bermutasi jauh

lebih cepat dibanding dengan virus DNA. 9

IV. Mortalitas / Morbiditas

Morbiditas penyakit DHF menyebar di negara-negara Tropis dan

Subtropis. Disetiap negara penyakit DHF mempunyai manifestasi klinik yang

berbeda. Demam berdarah dengue termasuk self-limiting disease dengan angka

mortalitas yang sangat rendah. Dengan penanganan yang benar, angka mortalitas

DBD sebesar 5%, dan bila tidak dilakukan penangan maka angka mortalitas DHF

meningkat sampai dengan 50%. 10, 11

V. Patogenesa Dengue Hemorrhagic Fever

Menurut sejarah perkembangan patogenesis DHF kurun waktu hampir

seratus tahun ini dapat dibagi menjadi dua teori patogenesis, yaitu: pertama, virus

dengue mempunyai sifat tertentu, dan yang ke dua, pada manusia yang terinfeksi

mengalami suatu proses imunologi yang berakibat kebocoran plasma, perdarahan,

dan pelbagai manifestasi klinik. Dapat pula kemungkinan patogenesis campuran

dari kedua mekanisme tersebut. 13

Patogenesis DHF belum sepenuhnya dapat dipahami, namun terdapat dua

perubahan patofisiologis yang mencolok, yaitu : 12, 13

1) Meningkatnya permeabilitas kapiler yang mengakibatkan bocornya

plasma, hipovolemia, dan terjadinya syok. Pada DHF terdapat kejadian

unik yaitu terjadinya kebocoran plasma ke dalam rongga pleura dan

rongga peritoneal. Kebocoran plasma terjadi singkat (24-48 jam).

24

Page 26: Lapsus Dhf Finished

Infeksi virus dengue

Demam, anoreksia,

muntah Manifestasi perdarahan

hepatomegali trombositopenia

Dehidrasi

Permeabilitas vaskular naik

Kebocoran plasma: hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi pleura, dan asites.

hipovolemia

syok

anoksia

meninggal

Perdarahan saluran cerna

2) Hemostasis abnormal yang disebabkan oleh vaskulopati, trombositopeni,

dan koagulopati, mendahului terjadinya manifestasi perdarahan.

Bagan 2. Patogenesa infeksi virus dengue.

Patogenesis terjadinya renjatan berdasarkan the secondary heterologous

infection hypothesis dapat dilihat pada bagan 3. Hipotesis ini menyatakan bahwa

DHF dapat terjadi apabila seseorang setelah terinfeksi dengue pertama kali

mendapat infeksi berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan. Akibat

25

Page 27: Lapsus Dhf Finished

infeksi ke-2 oleh tipe virus dengue yang berlainan pada seorang penderita dengan

kadar antibodi anti dengue yang rendah, respon antibodi anamnestik yang akan

terjadi dalam waktu beberapa hari mengakibatkan proliferasi dan transformasi

26

Page 28: Lapsus Dhf Finished

limf osit imun dengan menghasilkan titer tinggi antibodi Ig G anti dengue. 15

27

Page 29: Lapsus Dhf Finished

SHOCK

Hypovolemia

Anoxia Acidosis ┼

Bagan 3. Patogenesis syok pada Dengue Hemorrhagic Fever.

VI. Klasifkasi Klinis

Derajat penyakit DHF dalam 4 derajat, yaitu sebagai berikut:14

Derajat 1: demam diikuti gejala tidak khas. Satu-satunya tanda perdarahan adalah

tes torniquet positif atau mudah memar.

Derajat 2: gejala derajat 1 ditambah dengan perdarahan spontan. Perdarahan bisa

terjadi di kulit atau di tempat lain.

Derajat 3: terjadi kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan denyut nadi yang

cepat dan lemah , hipotensi, suhu tubuh yang rendah, kulit lembab dan penderita

gelisah.

Derajat 4: terjadi syok berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah

yang tidak dapat diperiksa.

VII. Diagnosis.5, 13, 15

Diagnosis DHF ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis menurut WHO

tahun 1997, terdiri dari kriteria klinis dan laboratoris. Penggunaan kriteria ini

dimaksudkan untuk mengurangi diagnosis yang berlebihan (overdiagnosis).

Kriteria Klinis

1. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab jelas, berlangsung terus menerus

selama 1-7 hari.

2. Terdapat manifestasi perdarahan yang ditandai dengan :

Petekia, ekimosis, purpura

Perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi

Hematemesis dan atau melena

Hematuria

28

Page 30: Lapsus Dhf Finished

Uji tourniquet positif

3. Pembesaran hati (hepatomegali).

4. Manifestasi syok / renjatan

Kriteria Laboratoris :

1. Trombositopeni (trombosit < 100.000/ml)

2. Hemokonsentrasi (kenaikan Hematokrit > 20%)

Ditemukannya dua atau tiga gejala klinis yang disertai dengan

trombositopenia dan peningkatan hematokrit dapat digunakan sebagai dasar untuk

menegakkan diagnosa demam berdarah dengue.

VIII. Diagnosis Banding

Diagnosis banding mencakup demam chikungunya,malaria dan tipoid 16, 17

IX. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan DHF tanpa penyulit antara lain :17, 18, 19

1. Tirah baring

2. Makanan lunak. Bila belum ada nafsu makan dianjurkan minum banyak 1,5-2

liter dalam 24 jam (susu, air dengan gula atau sirop) atau air tawar ditambah

dengan garam saja.

3. Medikamentosa yang bersifat simtomatis. Untuk hiperpireksia dapat diberikan

kompres kepala, ketiak, dan inguinal. Antipiretik sebaiknya bukan dari

golongan asetosal dan ibupropen.

4. Antibiotik diberikan bila terdapat kekhawatiran infeksi sekunder.

29

Page 31: Lapsus Dhf Finished

Terapi cairan DHF derajat II : 19

Inisial kristaloid 6 cc/kgbb/jamSelama 1-2 jam

Membaik Tidak Membaik

Hentikan cairan IVdalam 24 jam

Turunkan 6cc/kgbb/jam kemudian 3cc/kgbb/jamHentikan setelah 48 jam

Membaik

Turunkan 3cc/kgbb/jamKristaloid selama 6-12 jam

Naikkan 10cc/kgbb/jamKristaloid selama 2 jam

Tidak Membaik Membaik

Hematokrit naik Hematokrit turun

IV koloid Dextran 40 atau plasma 10cc/kgbb/jam

selama 1 jam

Transfusi darah10cc/kgbb/jamselama 1 jam

Membaik

Ganti dengan kristaloidTurunkan 10 ke 6 ke 3cc/kgBB/jam

Dan hentikan setelah 48 jam

30

Page 32: Lapsus Dhf Finished

- Monitor vital sign tiap 4-6 jam

- Monitor hematokrit dan trombosit minimal tiap hari

- Balans cairan ketat

Kriteria membaik dan tidak membaik:

Membaik :

1. Tidak gelisah

2. Nadi kuat

3. Tekanan darah stabil

4. Diuresis cukup

(12 ml/kgbb/jam)

5. Ht turun (2 kali pemeriksaan)

Tidak Membaik

1. Distress pernafasan

2. Frekuensi nadi meningkat

3. Hematokrit tetap tinggi/meningkat

4. Tekanan darah <20 mmHg

5. Diuresis kurang/tidak ada

X. Prognosis.

Prognosa penderita demam berdarah dengue tergantung pada beberapa

faktor seperti: 20

31

Page 33: Lapsus Dhf Finished

1) Lama dan beratnya renjatan, waktu, metode, serta adekuat tidaknya

penangan.

2) Ada tidaknya rekuren syok yang terutama terjadi dalam 6 jam pertama

setelah pemberian cairan parenteral dimulai.

3) Adanya demam selama renjatan berlangsung, menunjukkan prognosa

yang lebih buruk.

4) Ada tidaknya tanda-tanda penurunan fungsi serebral, dimana

mengarahkan pemikiran kita pada terjadinya ensefalopati.

XI. Pencegahan

Belum ada vaksin untuk mencegah penyakit demam berdarah dengue, dan

belum ada obat-obatan khusus untuk penyembuhannya. Dengan demikian

pengendalian Dengue Fever / Dengue Hemorrhagic Fever tergantung pada

pemberantasan nyamuk Aedes aegypty. 13

Untuk mencapai program pemberantasan vektor yang optimal, sangat

penting untuk memusatkan pembersihan pada sumber larva dan harus

bekerjasama dengan sektor non-kesehatan seperti organisasi non-pemerintahan,

organisasi swasta, dan kelompok masyarakat, untuk memastikan pemahaman dan

keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaannnya. 13

Atas dasar itu maka dalam pemberantasan penyakit demam berdarah

dengue ini yang paling penting adalah upaya membasmi jentik nyamuk

penularnya di tempat perindukannya dengan melakukan “3M”, yaitu: 13

1. Menguras tempat-tempat penampungan air secara teratur sekurang-

kurangnya seminggu sekali atau menaburkan bubuk abate ke dalmnya.

32

Page 34: Lapsus Dhf Finished

2. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air.

3. Mengubur / menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung

air hujan seperti kaleng bekas, plastik, dan lainnya.

33

Page 35: Lapsus Dhf Finished

DISKUSI

Pada kasus ini, seorang anak laki-laki berumur 9 tahun 7 bulan dengan berat

badan 25 kg dirujuk oleh dokter untuk mendapatkan perawatan di RSUD ULIN

Banjarmasin . Anak dirawat mulai tanggal 8 Oktober 2007 dengan keluhan utama

demam tinggi yang terjadi mendadak sejak 4 hari sebelum dirawat.

Pada kasus ini, berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan

penunjang, sebagian besar mengarah pada penyakit DHF. Anak didiagnosis DHF

karena memenuhi kriteria diagnosis DHF dari WHO (minimal dua gejala klinis

ditambah satu gejala laboratorium). Kriteria diagnosis DHF dari WHO yang

terpenuhi dari kasus ini, yaitu:

Klinis :

1. Demam tinggi dan bersifat akut sejak 4 hari sebelum pasien dirawat di RS.

Demam disertai sakit kepala, sakit perut, mual, muntah, dan mialgia.

2. Dari anamnesa diketahui terjadi perdarahan gastro intestinal berupa melena.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan petechiae pada volar lengan kiri.

3. Pada Palpasi ditemukan pembesaran hati 2 cm di bawah arcus costae dan 2

cm di bawah processus xypoideus.

Laboratorium : Trombositopenia (< 100.000/ul), nilai trombosit pada pasien ini

ketika dirujuk ke Rumah Sakit adalah 67.000/ul.

Berdasarkan pembagian derajat DHF menurut WHO (1999), pasien dalam

kasus ini termasuk penderita DHF derajat II. Hal ini didasari oleh adanya manifestasi

klinis berupa terdapatnya gejala-gejala derajat II yaitu demam dengan gejala umum

34

Page 36: Lapsus Dhf Finished

yang tidak khas disertai petechiae pada volar lengan kiri serta manifestasi perdarahan

yang lebih berat berupa perdarahan gastrointestinal yaitu melena.

Chikungunya haemorragic fever (CHF) dijadikan diagnosa banding karena

dari anamnesa pasien mengalami demam mendadak selama 4 hari dan badan pegal

serta adanya petechiae dari pemeriksaan fisik. CHF dapat disingkirkan karena CHF

hampir selalu diikuti dengan ruam makulopapular, injeksi konjungtiva dan lebih

sering dijumpai nyeri sendi, tidak pernah didapati terjadinya melena dan pada

laboratorium sedikit dijumpai kasus dengan trombositopenia. 22

Malaria dijadikan sebagai diagnosa banding, karena dari anamnesa dan

pemeriksaan ditemukan gejala yang mirip dengan klinis malaria antara lain demam,

lemah, nyeri kepala, dan nafsu makan menurun. Diagnosis banding malaria dapat

disingkirkan karena pada kasus ini demam tidak disertai menggigil. Pada malaria bisa

ditemukan pucat/anemia, splenomegali, kadang ikterik, kencing berwarna coklat

(black water fever) sedangkan pada kasus ini gejala tersebut tidak ditemukan.

Pemeriksaan darah tebal dan tipis dilakukan untuk memastikan sekaligus

menyingkirkan malaria sebagai diagnosa pada kasus ini. Dari hasil pemeriksaan

laboratorium tidak ditemukan adanya parasit plasmodium.

Demam tifoid dijadikan sebagai diagnosa banding karena dari anamnesa

pasien diketahui mual, muntah, adanya nyeri perut, dan nafsu makan yang menurun.

Berdasarkan pemeriksaan fisik juga ditemukan hepatomegali. Diagnosis banding

tifoid dapat disingkirkan dengan melihat pola demam yang bersifat mendadak dan

baru 4 hari, dimana pada tifoid demam > 7 hari dengan tipe stepladder temperature.

35

Page 37: Lapsus Dhf Finished

Uji serologi Widal dilakukan untuk memastikan sekaligus menyingkirkan tifoid

sebagai diagnosa pada kasus ini. 22

Demam yang terjadi pada infeksi virus dengue timbulnya mendadak, tinggi

(dapat mencapai 39-40°celcius). Demam ini hanya berlangsung untuk 2-7 hari.

Dikenal istilah pola demam biphasik, yaitu demam yang berlangsung selama

beberapa hari kemudian sempat turun mendadak menjadi normal, disertai dengan

berkeringat banyak dan keadaan tampak lemah. Kemudian suhu naik lagi dan baru

turun kembali saat fase penyembuhan (gambaran kurva panas seperti pelana kuda)6,22,

.

Gambar.1 Pola Demam Bifasik

Pola demam pada kasus ini timbulnya mendadak dan tinggi. Lima jam

sebelum masuk RS, penderita dibawa ke dokter yang kemudian dirujuk ke RSUD

ULIN. Saat dibawa ke dokter sampai dirujuk ke UGD RSUD ULIN panas anak

sempat turun tanpa pemberian antipiretik, tetapi anak masih terlihat lemah.

36

Page 38: Lapsus Dhf Finished

Ketika anak sampai di ruangan Anak RSUD ULIN, pola demam bifasik yang

menurut teori akan naik kembali setelah turun mendadak hampir tidak ditemukan

pada kasus ini. Hal ini dapat disebabkan karena anak telah mendapatkan antipiretik

sehingga suhu badan dapat dijaga tetap dalam batas yang normal. Sedangkan pada

kepustakaan yang lain dikatakan bahwa bentuk kurve ini tidak ditemukan pada semua

penderita DHF sehingga tidak dapat dianggap patognomonik. 22

Pasien mendapatkan terapi sesuai standar pelayanan medis anak penderita

DHF grade II, yaitu dengan pemberian cairan parenteral berupa RL sebanyak 6

cc/KgBB/jam selama 2 jam. Dilihat dari tanda vital yang membaik dan perdarahan

gastrointestinal tidak ada lagi, maka terapi cairan diturunkan menjadi 3 cc/KgBB/jam

selama 6 jam. Selanjutnya diteruskan dengan 3 cc/KgBB/jam sebagai maintenance.

Sebagai terapi suportif, anak dianjurkan untuk minum banyak , tirah baring, dan

pemberian antipiretik parasetamol jika suhu badan meningkat. Pemeriksaan Hb, Ht

dan trombosit juga dilakukan minimal tiap 24 jam.19

Pada hari pertama perawatan, anak di ruang observasi, didapatkan

hepatomegali 2 cm di bawah arcus costae dan 2 cm di bawah processus xypoideus.

Hepatomegali tidak berkorelasi dengan berat ringannya penyakit, tetapi banyak

dijumpai pada keadaan syok. Selama follow tiap 6 jam di ruang observasi, pasien

tidak mengalami demam. Frekuensi nafas, tekanan darah dan nadi juga dalam rentang

nilai normal. Anak tidak ada BAB berwarna hitam lagi, akan tetapi petechiae masih

terlihat di bagian volar lengan kiri. Hal hal ini merupakan manifestasi klinik

terjadinya perdarahan oleh karena kelainan hemostasis. 23

37

Page 39: Lapsus Dhf Finished

Pada hari kedua perawatan tanda vital dalam kisaran normal, keadaan umum

juga membaik dilihat dari hilangnya petechiae, tidak adanya nyeri perut , sudah

mulai BAK serta pada palpasi abdomen, hepar sudah tidak teraba. Sayangnya anak

masih malas makan. Selain mendapatkan terapi cairan maintenance 3 cc/KgBB/jam,

antipiretik parasetamol (jika demam), anak juga mendapatkan antibiotik Ampicillin

3x500mg tiap 6 jam. Antibiotik diberikan jika terdapat kekhawatiran terjadinya

infeksi sekunder.19

1 2 3 4 50

20

40

60

80

100

120

N (x/mnt)

T (0C)

RR (x/mnt)

Gambar 2. Grafik Nadi, suhu, dan Frekuensi Pernafasan Selama Follow Up

Mulai hari ketiga sampai hari ke lima perawatan tanda vital dalam kisaran

nilai normal. Keadaan umum anak semakin membaik.Terlihat dari nafsu makan anak

yang mulai meningkat, anak sudah mulai BAB seperti biasa (berwarna kuning).

Anak juga tidak ada demam 1x24 jam tanpa pemberian antipiretik.

Pemeriksaan laboratorium yang penting ialah hemokonsentrasi dan

trombositopeni. Dari hasil pemeriksaan darah rutin, trombosit terus mengalami

peningkatan sampai mencapai nilai normal pada hari ke-3 dan ke-4 perawatan. Hal

38

Page 40: Lapsus Dhf Finished

ini menggambarkan kelainan hemostasis pada DHF berupa agregasi trombosit mulai

mengalami perbaikan.

11/8 11/9 11/10 11/11 11/120

50

100

150

200

250

300

Trombosit (ribu/ul)

Gambar 3. Grafik Nilai Trombosit /Hari

Bukti adanya kebocoran plasma karena meningkatnya permeabilitas vaskuler

dapat diketahui dari adanya hemokonsentrasi. Hemokonsentrasi sendiri dilihat dari

meningginya nilai hematokrit (> 20 %) sebelum mendapat terapi parenteral

dibandingkan dengan nilai hematokrit pada masa konvalesen. Cara perhitungan

seperti berikut :22,23

(nilai Ht sebelum terapi – nilai Ht konvalesen)

Kenaikan Ht = -------------------------------------------------------- x 100%

nilai Ht konvalesen

(43 – 33)

= ---------------- X 100%

33

= 30,30 %.

39

Page 41: Lapsus Dhf Finished

Dari hasil tersebut didapatkan kenaikan Ht > 20 %, artinya pada kasus ini

memang terjadi hemokonsentrasi. Selain itu, dari grafik serial hematokrit terlihat

adanya penurunan nilai hematokrit dari hari ke hari sampai menetap pada 2 kali

pemeriksaan laboratorium terakhir dengan nilai hematokrit 33 %. Diperkirakan fase

ini merupakan fase konvalesen, dimana permeabilitas dinding vaskuler mulai

membaik, dan kebocoran plasma berhenti.

11/8 11/9 11/10 11/11 11/120

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

Hct (vol/%)

Gambar 4. Grafik Nilai Hematokrit /Hari

Pada kasus ini juga didapatkan nilai leukosit berupa neutrofil di bawah

normal. Kemudian terlihat adanya kenaikan seiring dengan keadaan anak yang

semakin membaik, walaupun masih di bawah kisaran normal. Terjadinya

leukositopenia berupa neutropenia umum terjadi selama beberapa hari pertama

infeksi (biasanya virus) dan biasanya menetap selama 3-6 hari. Mekanisme terjadinya

neutropeni yang disebabkan infeksi masih belum dapat dimengerti dengan baik.

Tampaknya bervariasi pada berbagai jenis infeksi. 24

40

Page 42: Lapsus Dhf Finished

Penatalaksanaan DHF bersifat suportif simptomatik dengan tujuan

memperbaiki sirkulasi dan mengatasi syok. Penatalaksanaan pada pasien ini adalah

terapi cairan sesuai untuk DHF derajat II, tirah baring, diet lunak, pemberian

antipiretik dan pemberian antibiotik jika dikhawatirkan terjadi infeksi sekunder.

Pada kasus ini pasien dipulangkan dari RS setelah perawatan selama 5 hari

dengan alasan secara klinis membaik yaitu tanda perdarahan tidak ditemukan lagi,

demam satu hari tanpa antipiretik., tanda vital stabil, serta turunnya nilai hematokrit.

41

Page 43: Lapsus Dhf Finished

PENUTUP

Telah dilaporkan kasus dengue haemorrhagic fever (DHF) derajat II pada

seorang anak laki-laki berusia 9 tahun 7 bulan yang dirawat di ruang anak RSUD

Ulin Banjarmasin. Pasien datang dengan keluhan badan panas. Tanda klinis, fisik dan

laboratorium mengarah pada dengue haemorrhagic fever (DHF) derajat II.

Penatalaksanaan pasien selama perawatan di Rumah Sakit Ulin Banjarmasin,

adalah terapi cairan sesuai untuk DHF grade II, tirah baring, diet lunak, pemberian

antipiretik. Pasien dipulangkan dari RS setelah perawatan selama 5 hari dengan

alasan keadaan secara klinis membaik.

42

Page 44: Lapsus Dhf Finished

DAFTAR PUSTAKA

1. Mansjoer, A. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2 Edisi 3. Jakarta: EGC, 2000; 432-4.

2. R, Marshall JS. Dengue Virus Selectively Induces Human Mast Cell Chemokine Production. Jour of virology 2002; 76 (16): 8408–19

3. Sri RHH dan Hindra IS. Demam berdarah dengue. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999.h.1-64.King CA, Anderson

4. Ditjen PP&PL. DBD terus ancam warga Banjarmasin, dua balita meninggal, (online) (www.ppmplp.depkes.go.id, diakses 4 November 2006)

5. Warta Mikael. Demam berdara dengue, (online) (http://wartamikael, diakses 5 Februari 2002)

6. World Health Organization. Dengue haemorrhagic fever : diagnosis, treatment, prevention, and control. 2nd Ed. Geneva: WHO Library Cataloguing in Publication Data, 1997.p.1-42.

7. Henchal, Erik A., J. Robert Putnak. 1990. “The Dengue Virus”.Clinical Microbiology Reviews. Vol.3 No.4. p.376-396..

8. John GA. Dengue fever. Inf. Dis [serial online] 2004 April [cited 2004 Feb 5;11screens]. Available from: http://www.emedicine.com/derm/dengue_fever.htm

9. Robert W T. Viral haemorrhagic fever. Inf Dis [serial online] 2003 December [cited 2004 March 5; 8 screens]. Available from: http://www.emedicine.com/derm/viral haemorrhagic fever.htm

10. Kristina, Isminah, Leni Wulandari. “Kajian Kesehatan Demam Berdarah Dengue”. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Jakarta, 2004.

11. World Health Organization. Communicable disease bulletin. Available from: http://www.who.com/communicable_disease.htm

Page 45: Lapsus Dhf Finished

12. Rebecca George. Consensus statement on the management of dengue infection in the paediatric population. Malaysia: Chapter of paediatric, Academy of Medicine of Malaysia, 2002.p.1-14.

13. Agus Sjahrurachman. Kinetika respon imun pada infeksi dengue : suatu kajian serosurvai pada kasus infeksi dengue sekunder. Dalam: Agus Sjarurachman, Pemeriksaan serologi pada penyakit infeksi, penyunting. Jakarta: Bagian Mikrobiologi FKUI, 1994.h.63-73.

14. Thomas Suroso et al. Pencegahan dan penanggulangan penyakit demam dengue dan demam berdarah dengue. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000.h.13-71.

15. Goel A, et al. Dengue Fever – A Dangerous Foe. Review Article JIACM 2004; 5(3): 247-58

16. Sumarmo S.P.S. Demam berdarah (dengue) pada anak. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1988.h.29-33.

17. Hadinegoro SRH, Satari HI. Demam berdarah dengue naskah lengkap pelatihan bagi pelatih dokter spesialis anak dan dokter spesialis dalam dalam tatalaksana kasus DBD. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2005.

18. Mansjoe A, Triyanti, Savitri R, Warhani WI, Setiowulan W, ed. Demam Berdarah Dengue. Dalam : Kapita Selekta Kedokteran jilid 1. Jakarta : Media Auesculapius, FKUI, 2000

19. Hendarwanto. Dengue. Dalam :Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 1998

20. Yunanto A, Hartoyo E, Andayani P. Standar pelayanan medis pedoman diagnosa dan terapi bagian/smf.ilmu kesehatan anak edisi II. Banjarmasin : Bagian/ SMF Anak FK. UNLAM/RSUD Ulin, 2006

21. Nelson, WE. Demam Berdarah Dengue. Dalam: Ilmu Kesehatan Anak (Nelson Text Book of Pediatrics). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2000.h.296-8.

22. Affandi MB, Agusman S, Dahlan A, Aminullah A, Bakry F, Hassan R, dkk. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 2. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI,1997; 593-8.

23. Samsi T K. Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue di RS Sumber Waras Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara, Jakarta Cermin Dunia Kedokteran. 2000; 126: 5-13.

24. Brahm U (et al). Pedoman Klinis Pediatri/ M Schwartz (editor). Jakarta: EGC, 2004; 432-4.

Page 46: Lapsus Dhf Finished
Page 47: Lapsus Dhf Finished

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ……………………………………………............... i

DAFTAR ISI ……………………………………………………............... ii

PENDAHULUAN ……………………………………………………….. 1

LAPORAN KASUS ……………………………………………................ 2

I. IDENTITAS ....................................................................................... 2

II. ANAMNESIS ..................................................................................... 2

III. PEMERIKSAAN FISIK .................................................................... 7

IV. RESUME...................................................................... ..................... 12

V. USULAN PEMERIKSAAN................................................................ 14

VI. PEMERIKSAAN LABORATORIUM................................................ 15

VII. DIAGNOSA..................... ................................................................... 15

VIII. PENATALAKSANAAN..................................................................... 16

IX. PROGNOSIS ....................................................................................... 16

X. PENCEGAHAN .................................................................................. 16

XI. FOLLOW UP ...................................................................................... 18

TINJAUAN PUSTAKA................................................................................ 21

DISKUSI ....................................................................................................... 33

PENUTUP ………………………………………………………….........…….. 41

DAFTAR PUSTAKA

ii