23
LAPORAN KASUS GIANT CELL TUMOR STAGE 3 (ENEKING) Oleh: Aldy Valentino Maehca Rendak H1A 007 001 Pembimbing: dr. Arif Zuhan, Sp.B DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA BAGIAN/SMF BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM/RSUP NTB 2013

Lapsus Giant Cell Tumor

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Case Presentation

Citation preview

Page 1: Lapsus Giant Cell Tumor

LAPORAN KASUS

GIANT CELL TUMOR STAGE 3 (ENEKING)

Oleh:

Aldy Valentino Maehca Rendak

H1A 007 001

Pembimbing:

dr. Arif Zuhan, Sp.B

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN

KLINIK MADYA BAGIAN/SMF BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM/RSUP NTB

2013

Page 2: Lapsus Giant Cell Tumor

2

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Giant Cell Tumor Stage 3 (Eneking)

Nama : Aldy Valentino Maehca Rendak

NIM : H1A 007 001

Laporan Kasus ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian kepaniteraan

Klinik Madya pada Bagian/SMF Bedah Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat /

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram.

Mataram, Mei 2013

Pembimbing,

dr. Arif Zuhan, Sp.B

Page 3: Lapsus Giant Cell Tumor

3

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................................. 2

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ 3

LAPORAN KASUS ............................................................................................................. 4

A. Identitas Pasien ........................................................................................................ 4

B. Anamnesa (alloanamnesa) ....................................................................................... 4

C. Pemeriksaan Fisik Umum ....................................................................................... 6

D. Pemeriksaan Penunjang .......................................................................................... 9

E. Resume ...................................................................................................................... 12

F. Diagnosis ................................................................................................................... 12

G. Usulan Pemeriksaan ................................................................................................ 13

H. Rencana Terapi ........................................................................................................ 13

I. Prognosis ................................................................................................................... 13

TINJAUAN PUSTAKA (Giant cell tumor (Osteoklastoma, tumor sel raksasa)) .......... 14

Definisi ........................................................................................................................... 14

Etiologi ........................................................................................................................... 14

Patologi .......................................................................................................................... 14

Klasifikasi ...................................................................................................................... 14

Tanda dan Gejala.......................................................................................................... 15

Lokasi ............................................................................................................................. 15

Gambaran Radiologik .................................................................................................. 16

Pengobatan .................................................................................................................... 17

Prognosis ........................................................................................................................ 19

PEMBAHASAN .................................................................................................................. 20

KESIMPULAN .................................................................................................................... 22

KEPUSTAKAAN ................................................................................................................. 23

Page 4: Lapsus Giant Cell Tumor

4

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien

Nama : Mistiarah

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 19 th

Pekerjaan : Pelajar

Alamat : Kota Bima

Tanggal MRS : 28 Januari 2013

Tanggal Pemeriksaan : 11 April 2013

Rekam Medis : 07 41 65

B. Anamnesa (alloanamnesa)

Keluhan Utama

Benjolan pada paha kanan bagian bawah

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien rujukan RSUD Kota Bima dengan keluhan benjolan pada paha kanan bawah bagian

belakang. Benjolan muncul sejak sekitar satu setengah tahun yang lalu. Benjolan awalnya

kecil namun semakin lama semakin membesar. Benjolan membuat kaki kanan pasien sulit

digerakkan. Kaki kanan pasien menekuk dan sulit diluruskan. Pasien kesulitan untuk berjalan.

Benjolan terasa nyeri saat pasien tidak beraktivitas atau tidak berjalan, nyeri hilang timbul.

Pasien tidak mengeluh sering merasa lemas dan pasien juga tidak merasa berat badannya

Page 5: Lapsus Giant Cell Tumor

5

semakin menurun sejak awal sakit, pasien mengaku nafsu makannya tetap. Pasien merasakan

BAB lancar 1 kali sehari. Fesesnya berwarna kekuningan, tidak disertai darah maupun lendir

sedangkan BAK nya lancar 3-4 x/hari. Nyeri dada (-), batuk (-), dan demam (-). Lutut kanan

pasien telah dioperasi sekitar 10 hari yang lalu. Saat ini kaki pasien dapat diluruskan, dan

dapat digerakkan, namun belum dapat menekuk secara penuh. Pasien dapat berjalan

menggunakan tongkat.

Riwayat Penyakit Dahulu

Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami penyakit serupa. Sekitar 6 bulan sebelum timbul

benjolan pada pahan kanan bawah pasien (2 tahun yang lalu), pasien mengaku pernah

terjatuh ketika berolahraga, kaki terasa nyeri, namun bisa digerakkan. Pasien berobat karena

kaki nyeri ke RSUD Kota Bima, lutut kanan pasien dirontgen, disarankan untuk dirujuk ke

Mataram karena ada dugaan keganasan tulang. Satu hari setelah berobat ke RSUD Bima,

pasien berangkat ke Mataram untuk rawat rujuk. Pasien dioperasi di RSAD Bayangkara untuk

Biopsi, 4 hari kemudian pasien pulang dan tidak pernah kontrol hingga sebelum masuk RSUP

NTB (28 Januari 2013). Pasien tidak memliki riwayat batuk lama, pasien tidak memiliki

riwayat pengobatan 6 bulan di puskesmas.

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga pasien yang memiliki penyakit yang sama dengan pasien

Riwayat Pengobatan

Sejak benjolan pada lutut kanan pasien muncul satu setengah tahun yang lalu, pasien tidak

pernah mendapat pengobatan hingga pasien kembali ke RSUP NTB (28 Januari 2013).

Pasien dibiopsi lutut kanannya tanggal 19 April 2013 dengan dugaan Primary Bone Tumor

Distal Femur.

Pasien telah dioperasi tanggal 2 April 2013 dengan pemasangan Mega prostesa.

Riwayat pengobatan tradisional (-)

Page 6: Lapsus Giant Cell Tumor

6

Riwayat Alergi

Alergi terhadap obat dan makanan disangkal

C. Pemeriksaan Fisik Umum

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : compos mentis

GCS : E4V5M6

Vital sign:

Tekanan Darah : 100/70 mmHg

Nadi : 86 x/menit

Frekuensi napas : 20 x/menit

Suhu : 36,5 C

Kepala dan Leher : cephal hematoma (-), perdarahan (-), pupil isokor 3 mm, reflek pupil

langsung dan tidak langsung +/+, konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterus (-), hematoma

palpebra (-), jejas dan hematoma pada leher (-). THT : otorea (-), rinorea (-), jejas (-)

Thorax-Kardiovaskuler :

Inspeksi : bentuk dan ukuran thorax normal, gerak dinding dada simetris, jejas (-)

Palpasi : Pengembangan dinding dada simetris, nyeri tekan (-), krepitasi (-)

Perkusi : Nyeri ketok (-). Pulmo (sonor pada lapangan paru). Cor ( batas atas pada ICS II

linea parasternal dextra, batas bawah kiri pada ICS V linea midklavikula sinistra, batas kanan

bawah pada ICS IV linea parasternal kanan)

Page 7: Lapsus Giant Cell Tumor

7

Auskultasi : Pulmo (vesikuler +/+, ronki -/-, whezing -/-), cor (S1S2 tunggal reguler, murmur

-, galop -)

Abdomen-Pelvis-Inguinal

Inspeksi : Distensi (-), Jejas (-)

Auskultasi : BU (+) normal

Palpasi : Nyeri tekan (-), Hepar dan lien tak teraba

Perkusi : Timpani pada keempat kuadran

Uro-Genital : Hematom dan jejas pada regio CVA (-), Nyeri tekan suprapubik (-),

genital dalam batas normal

Anal-Perianal : dalam batas normal

Ekstremitas Atas:

Kiri : Deformitas (-), nyeri saat digerakkan (-), edema (-), akral hangat (+)

Kanan : Deformitas (-), nyeri saat digerakkan (-), edema (-), akral hangat (+)

Ekstremitas bawah:

True Leg Length: Sinistra 78 cm, Dekstra 78 cm

Apparent Leg Length: Sinistra 88 cm, Dekstra 88 cm

Kiri : Jejas (-), hematom (-), deformitas (-), gerakan terbatas (-), nyeri saat digerakkan (-),

edema (-), akral hangat (+)

Artikulasio genu:

Inspeksi: Jejas, hematom, deformitas tidak dapat dievaluasi

Page 8: Lapsus Giant Cell Tumor

8

Pergerakan: Pasif: gerakan ektensi (+) maksimal, gerakan fleksi (+) maksimal; Aktif:

gerakan ektensi (+) maksimal, gerakan fleksi (+) maksimal; nyeri pergerakan (-),

krepitasi (-).

Palpasi: nyeri tekan (-), akral hangat (+)

Kekuatan : fleksi: mampu melawan tahanan yang diberikan pemeriksa; ekstensi:

mampu melawan tahanan yang diberikan pemeriksa.

Kanan : terpasang elastis band pada regio femur hingga region cruris 1/3 proksimal;

Artikulasio genu:

Inspeksi: Jejas, hematom, deformitas tidak dapat dievaluasi

Pergerakan: Pasif: gerakan ektensi (+) maksimal, gerakan fleksi terbatas (+) hingga

45; Aktif: gerakan ektensi (+) maksimal, gerakan fleksi terbatas (+) hingga 45 derajat;

nyeri saat fleksi (+)

Palpasi: nyeri tekan (+), akral hangat (+)

Kekuatan : fleksi: tidak mampu melawan tahanan yang diberikan pemeriksa; ekstensi:

mampu melawan tahanan yang diberikan pemeriksa

Page 9: Lapsus Giant Cell Tumor

9

Gambar 1. Tampak elastis band pada region femur dan 1/3 proksimal cruris, akral hangat (+)

D. Pemeriksaan Penunjang

Hasil pemeriksaan Darah Lengkap : 02/04/2013

Parameter 02/4/2013 Normal

HGB 13,9 L : 13,0-18,0 g/dL

RBC 5,35 L : 4,5 – 5,5 [10^6/µL]

WBC 6,29 4,0 – 11,0 [10^3/ µL]

HCT 42,9 L : 40-50 [%]

MCV 83,3 82,0 – 92,0 [fL]

MCH 27,0 27,0-31,0 [pg]

Page 10: Lapsus Giant Cell Tumor

10

MCHC 32,4 32,0-37,0 [g/dL]

PLT 269 150-400 [10^3/ µL]

Radiologi

Gambar 1. Foto rontgen femur dextra AP dan lateral (Januari 2012) Didapatkan adanya

gambaran fraktur pada 1/3 distal femur dekstra dan didapatkan adanya perselubungan

pada daerah genu dan didapatkan adanya gambaran lusen pada distal femur.

Page 11: Lapsus Giant Cell Tumor

11

Gambar 2. Foto Thorax AP (4 Februari 2013) dengan hasil Cord an Pulmo normal

Pemeriksaan Biopsi 3 April 2013

Makroskopis:

DIterima 1 potong jaringan, berat 1.520 gr, ukuran 18 x 18 x 12 cm warna abu-abu kecoklatan,

irisan tampak rongga-rongga berisi cairan kecoklatan, bekuan darah, massa nekrotik dan

fragmen-fragmen tulang.

Mikroskopis:

Menunjukkan jaringan yang terdiri dari sebaran multinucleated giant cell dengan inti >20

diantara jaringan ikat dan fragmen-fragmen tulang.

Page 12: Lapsus Giant Cell Tumor

12

Tidak tampak keganasan.

Kesimpulan : Distal Femur Dextra- Operasi: Giant Cell Tumor of the Bone

E. Resume

Pasien rujukan RSUD Kota Bima dengan keluhan benjolan pada paha kanan bawah bagian

belakang. Benjolan muncul sejak sekitar satu setengah tahun yang lalu. Benjolan awalnya

kecil namun semakin lama semakin membesar. Benjolan membuat kaki kanan pasien sulit

digerakkan. Kaki kanan pasien menekuk dan sulit diluruskan. Pasien kesulitan untuk berjalan.

Benjolan terasa nyeri saat pasien tidak beraktivitas atau tidak berjalan, nyeri hilang timbul.

Pasien tidak mengeluh sering merasa lemas dan pasien juga tidak merasa berat badannya

semakin menurun sejak awal sakit, pasien mengaku nafsu makannya tetap. Lutut kanan pasien

telah dioperasi tanggal 2 April 2013 dengan pemasangan Mega prostesa. Saat ini kaki pasien

dapat diluruskan, dan dapat digerakkan, namun belum dapat menekuk secara penuh. Pasien

dapat berjalan menggunakan tongkat. Dari pemeriksaan fisik didapatkan: True Leg Length:

Sinistra 78 cm, Dekstra 78 cm; Apparent Leg Length: Sinistra 88 cm, Dekstra 88 cm.

Artikulasio genu dekstra : Pada pergerakan pasif: gerakan ektensi (+) maksimal, gerakan

fleksi terbatas (+) hingga 45; pada pergerakan aktif: gerakan ektensi (+) maksimal, gerakan

fleksi terbatas (+) hingga 45 derajat; nyeri saat fleksi (+). Kekuatan : pada saat fleksi: tidak

mampu melawan tahanan yang diberikan pemeriksa; pada saat ekstensi: mampu melawan

tahanan yang diberikan pemeriksa. Pada pemeriksaan foto rontgen femur didapatkan adanya

reaksi periosteal berupa segitiga codman dan adanya fraktur patologis. Pada pemeriksaan

biopsi tanggal 3 April 2013 didapatkan adanya Giant Cell Tumor of Bone. Pasien telah

dioperasi tanggal 2 April 2013 dengan pemasangan Mega prostesa.

F. Diagnosis :

Giant Cell Tumor Stage 3 (Eneking)

Page 13: Lapsus Giant Cell Tumor

13

G. Usulan Pemeriksaan: -

H. Rencana Terapi

• Fisioterapi sendi lutut

I. Prognosis

Prognosis et Vitam: Bonam

Prognosis et Functional: Bonam

Page 14: Lapsus Giant Cell Tumor

14

TINJAUAN PUSTAKA

Giant cell tumor (Osteoklastoma, tumor sel raksasa)

Definisi

Osteoklastoma merupakan tumor tulang yang mempunyai sifat dan kecenderungan untuk

berubah menjadi ganas dan agresif sehingga tumor ini dikategorikan sebagai tumor ganas.1

Tumor giant cell (TGC) tulang merupakan sebuah lesi yang bersifat jinak tetapi secara local

dapat bersifat agresif dan destruktif yang ditandai dengan adanya vaskularisasi yang banyak pada

jaringan penyambung termasuk proliferasi sel-sel mononuklear pada stroma dan banyaknya sel

datia yang tersebar serupa osteoklas.2

Tumor ini biasanya dijumpai pada usia dewasa, setelah terjadi fusi tulang. Kebanyakan

dijumpai pada usia 30-40 tahun, dan sangat jarang ditemukan sebelum usia 20 tahun.3, 4, 5

Tumor

ini sering terjadi pada wanita dibandingkan pria dengan usia 20-40 tahun, karena biasanya tumor

ini terjadi tulang yang sudah matur.2

Etiologi

Banyak pendapat yang berbeda mengenai neoplasma ini. Asal dari osteoklas ini tidak

diketahui; bahkan tidak ada kesepahaman yang jelas mengenai asal sel prinsipal dari

osteoklastoma merupakan sel osteoklas (giant cell).4

Patologi

Tumor sel raksasa yang konvensional merupakan lesi soliter dan ditemukan sel raksasa

yang multinukleus menyerupai osteoklas serta sel-sel stroma pada daerah epifisis (98-99%) pada

tulang orang dewasa, bersifat agresif dengan sel-sel atipik dan gambaran mitosis. Ditemukan

jaringan yang kaya vaskularisasi tapi hanya sedikit jaringan kolagen.1 Sel tumor ini merupakan

neoplasma yang bersifat destruktif untuk daerah sekitarnya. 4

Klasifikasi

Enneking mengemukakan suatu sistem klasifikasi stadium TGC berdasarkan

klinisradiologis-histopatologis sebagai berikut:2

Page 15: Lapsus Giant Cell Tumor

15

a. Stage 1: Stage inaktif/laten: (i) klinis, tidak memberikan keluhan, jadi ditemukan secara

kebetulan, bersifat menetap/tidak ada proses pertumbuhan; (ii) radiologis, lesi berbatas tegas

tanpa kelainan korteks tulang: dan (iii) histopatologi, didapat gambaran sitologi yang jinak,

rasio sel terhadap matriks rendah.

b. Stage 2: stage aktif: (i) klinis: didapat keluhan, ada proses pertumbuhan; (ii) radiologis: lesi

berbatas tegas dengan tepi tidak teratur, ada gambaran septa di dalam tumor. Didapati adanya

bulging korteks tulang; dan (iii) histopatologis: gambaran sitologi jinak, rasio sel tehadap

matriks berimbang.

c. Stage 3: stage agresif: (i) klinis: ada keluhan, dengan tumor yang tumbuh cepat; (ii)

radiologis: didapatkan destruksi korteks tulang, sehingga tumor keluar dari tulang dan

tumbuh ke arah jaringan lunak secara cepat; didapati reaksi periosteal segitiga Codman,

kemungkinan ada fraktur patologis; dan (iii) histopatologis: gambaran sitologi jinak dengan

rasio sel terhadap matriks yang tinggi, bisa didapat nukleus yang hiperkromatik, kadang

didapat proses mitosis.

Tanda dan Gejala

Gejala utama yang ditemukan berupa nyeri serta pembengkakan terutama pada lutut dan

mungkin ditemukan efusi sendi serta gangguan gerakan pada sendi (karena lesi biasanya berada

mengenai kartilago artikular), keparahan nyeri bergantung pada derajat pertumbuhan dari

neoplasma. Mungkin juga penderita datang dengan gejala-gejala fraktur (10%).1,2,4

Bila lesi tumor terletak di tulang-tulang vertebra dapat timbul gejala nerologis. Nyeri tekan

pada pemeriksaan palpasi juga didapatkan pada pasien. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan

atrofi otot dan menurunnya pergerakan sendi. TGC pada sakrum sering menimbulkan gejala low

back pain yang meluas di kedua ekstremitas bagian bawah dan dapat disertai gejala neurologis,

gangguan berkemih atau buang air besar.2

Lokasi

Lokasi yang tepat dari TGC masih menjadi kontroversi, dan menurut beberapa ahli lesi

tumor muncul di metafisis dari tulang skeletal yang matur dan meluas ke epifisis. Enam puluh

persen dari tumor ini terjadi pada tulang panjang, dan hampir seluruhnya terletak pada ujung

Page 16: Lapsus Giant Cell Tumor

16

tulang di persendian Osteoklastoma terutama ditemukan pada daerah yang sebelumnya

merupakan epifisis tulang panjang (75%) setelah lempeng epifisis telah menutup, khususnya

pada daerah lutut yaitu pada daerah tibia proksimal, femur distal, humerus proksimal, radius

distal. Sisanya dapat ditemukan pada daerah pelvis dan sakrum.1,2,3,4

TGC dapat terjadi di tulang-tulang vertebra, sebagian besar terjadi di sakrum. Tumor ini

kadang meluas sampai meliputi sendi sakroiliaka dan juga dapat mengenai diskus intervertebralis

L5 – S1 bahkan sampai pada posterior dari L5. Kadang-kadang tumor ini terdapat di tulang

rahang, proksimal humerus, proksimal femur, proksimal fibula, distal tibia, patela, ujung tulang

metakarpal, dan juga tulang jari-jari. TGC dapat juga terjadi multisentrik/lebih dari satu dan

biasanya bersifat agresif secara klinis. Pada beberapa kasus TGC terjadi di metafisis skeletal

tulang yang belum matur dan sering meluas ke diafisis daripada ke epifisis karena adanya

lempeng epifisis yang bertindak sebagai barrier terhadap pertumbuhan tumor.2

Gambaran Radiologik

Tampak daerah radiolusen pada ujung tulang panjang dengan batas yang tidak tegas. Ada

zona transisi antara tulang normal dan patologik, biasanya kurang dari 1cm. lesi biasanya

eksentrik, bersifat ekspansif sehingga korteks menjadi tipis. Tidak ada reaksi periosteal. Tumor

yang sudah besar dapat mengenai seluruh lebar tulang dan sering terjadi fraktur patologik. 1,3

Page 17: Lapsus Giant Cell Tumor

17

Gambar 1. Giant cell tumor pada tulang (osteoklastoma) pada

bagian ujung bawah dari radius seorang pria usia 32 tahun.

Perhatikan bahwa neoplasma destruktif (osteolitik) melibatkan

daerah dari bekas epifisis sebelumnya meluas ke arah tulang

subkondral. Pada kondisi stadium awal ini, lesi radius hanya mulai

meluas hingga ke bagian medial ulnar (Salter, 2008).

Pengobatan

Intervensi pembedahan adalah terapi primer dari TGC, tindakan pembedahan tergantung

dari stadium (berdasarkan Eneking) dan lokasi lesi tumor. 1,2,4

Tindakan bedah terhadap TGC dapat berupa: (i) stadium I : kuretase di mana setelah

tindakan kuret dapat disusul dengan pengisian rongga tumor dengan bone graft dan atau dengan

bone cement; (ii) stadium II : reseksi, tindakan ini dilakukan pada tulang yang expendable seperti

tulang distal ulna, proksimal fibula; (iii) stadium III : reseksi yang disusul dengan tindakan

rekonstruksi dapat dilakukan dengan cara:2

a. atrodesis sendi, biasanya dilakukan terhadap sendi lutut untuk tumor yang berlokasi di distal

femur/proksimal tibia dan disebut sebagai tindakan juvara

Page 18: Lapsus Giant Cell Tumor

18

b. penggantian dengan protese, dilakukan terhadap tumor di proksimal femur, di mana setelah

reseksi dipasang protese Austin Moore

c. penggantian dengan autograft proksimal fibula, dilakukan terhadap tumor di distal radius

atau proksimal humerus

d. sentralisasi ulna, dilakukan terhadap lesi di distal radius, bila tidak dilakukan penggantian

dengan proksimal fibula.

Pengobatan standar TGC adalah kuretase dan bone graft atau bone cement, di mana angka

rekurensi dilaporkan sampai mencapai 50% atau lebih bila reseksi intra lesi tidak dilakukan

dengan baik. Terapi menggunakan ajuvan pada TGC di daerah sakrum seperti phenol, hidrogen

peroksidase maupun nitrogen

cair harus digunakan dengan hati-hati untuk meminimalkan trauma pada nerve root di

sakrum, sehingga diperlukan pengawasan terhadap nerve root dalam pengerjaannya. Embolisasi

preoperatif harus dipertimbangkan karena tumor ini hipervaskular. Embolisasi dapat merupakan

terapi paliatif dan atau menyembuhkan pada kasus di mana tidak dapat dilakukan reseksi.2

Amputasi dilakukan terhadap TGC dengan stadium 3 yang lanjut, di mana secara teknis

sulit untuk mendapatkan daerah yang bebas tumor, sehingga satu–satunya tindakan yang dapat

menjamin jaringan bebas tumor adalah amputasi. Rekurensi pasca tindakan paling banyak

disebabkan oleh kuretase dan dapat mencapai hingga 85%. Untuk dapat menekan angka

rekurensi paska kuret maka dianjurkan tindakan kauterisasi thermal dengan menggunakan fenol

5%, alkohol 70–90%, bone cement ataupun dengan nitrogen cair dengan tujuan untuk

membersihkan dinding rongga tunor dari sel–sel tumor yang mungkin masih tertinggal. Dengan

cara ini, maka angka rekurensi paska tindakan kuret dapat ditekan hingga mencapai 20%.

Rekurensi paling sering terjadi dalam jangka waktu 2-3 tahun paska tindakan/pembedahan.

Terapi radiasi paska tindakan bedah dilakukan pada penderita TGC yang berlokasi di tulang

vertebra dan pelvis. Tindakan radiasi dapat mengakibatkan terjadinya degenerasi maligna di

kemudian hari. Angka kejadian degenerasi maligna berkisar antara 10–30% dengan interval

antara radiasi dan terjadinya proses keganasan lebih dari 10 tahun.2

Page 19: Lapsus Giant Cell Tumor

19

Gambar 2. Terapi Tumor Sel Raksasa (a) Eksisi dan graft tulang, (b) reseksi blok dan

penggantian dengan alograft yang besar (Salomon, 2001).

Prognosis

Pemeriksaan lanjutan (follow up) TGC dalam jangka waktu lama sangat diperlukan untuk

memantau keberhasilan terapi, karena proses ke arah keganasan dapat terjadi setelah 40 tahun

perawatan primer tumor. Angka rekurensi tergantung pada stadium tumor dan jenis tindakan

yang dilakukan. Makin tinggi stadium tumor, makin tinggi angka rekurensinya. Didapatkan

angka rekurensi pada stadium I sebesar 42%, stadium II 67%, sedangkan pada stadium III

besarnya 90%. Timbulnya rekurensi dari TGC, biasanya terjadi 2-3 tahun setelah terapi. Namun,

rekurensi dapat terlihat paling lama dalam jangka waktu 7 tahun. Tumor/lesi TGC dengan stroma

yang malignan lebih mengarah keganasan dan 5% pasien TGC ditemukan adanya metastase ke

paru.2

Page 20: Lapsus Giant Cell Tumor

20

PEMBAHASAN

Pada kasus diatas pasien adalah seorang wanita dengan usia 19 tahun dan keluhan benjolan

pada paha kanan bagian bawah. Benjolan pada paha kanan pasien dirasakan semakin membesar

dan menyebabkan keterbatasn gerak dan nyeri. Dari gambaran ini, bisa diperkirakan bahwa telah

terjadi pertumbuhan massa abnormal pada paha kanan pasien. Dari penjelasan pasien mengenai

kondisi benjolan pada pahanya, menurut penulis hanya dapat disimpulkan tentang keganasan.

Namun untuk jenis keganasannya tidak dapat diketahui. Berdasarkan hasil Biopsi didapatkan

bahwa adanya gambaran Giant cell tumor. Sehingga diagnose untuk benjolan pada paha kanan

pasien adalah Giant Cell Tumor.

Giant Cell Tumor merupakan tumor tulang yang mempunyai sifat dan kecenderungan

untuk berubah menjadi ganas dan agresif sehingga tumor ini dikategorikan sebagai tumor ganas.

Dimana tumor ini terutama ditemukan pada daerah yang sebelumnya merupakan epifisis tulang

panjang (75%) setelah lempeng epifisis telah menutup, khususnya pada daerah lutut yaitu pada

daerah tibia proksimal, femur distal, humerus proksimal, radius distal. Sisanya dapat ditemukan

pada daerah pelvis dan sakrum. Hal ini sesuai dengan temuan pada pasien berupa massa pada

bagian distal dari femur. Usia pasien kurang dari 20 tahun, dimana tidak sesuai dengan

kemungkinan kemunculan tumor ini, yaitu diatas usia 20 tahun karena tumor ini terjadi setelah

penutupan lempeng epifisis. Namun tidak tertutup kemungkinan untuk terjadi pada pasien

dengan usia dibawah 20 tahun, karena kemungkinan pada pasien terjadi penutupan lempeng

epifisis yang lebih cepat, dikarekan pasien rutin berolahraga. Pasien mengeluhkan nyeri pada

paha dan sulit menggerakan kaki kanan, hal ini sesuai dengan gejala klinis pada GCT dimana

jejala utama yang ditemukan berupa nyeri serta pembengkakan terutama pada lutut dan mungkin

ditemukan efusi sendi serta gangguan gerakan pada sendi (karena lesi biasanya berada mengenai

kartilago artikular). Pasien dengan GCT mungkin mengalami fraktur patologis. Pada pasien tidak

ditemukan tanda fraktur, namun dari gambaran radiologis pasien didapatkan adanya fraktus

patologis, sehingga hal ini menunjang diagnosis.

Berdasarkan hasil temuan radiologis pasien dan pemeriksaan biopsi pasien serta klinis

pasien, maka dapat ditentukan stage dari Giant Cell Tumor pasien. Pasien mengeluhkan kaki

nyeri dan sulit digerakkna, kemudian dari hasil Biopsi tanggal 3 April 2013 didapatkan bahwa

Page 21: Lapsus Giant Cell Tumor

21

pada tampakan mikroskopis menunjukkan jaringan yang terdiri dari sebaran multinucleated giant

cell dengan inti >20 diantara jaringan ikat dan fragmen-fragmen tulang. Tidak tampak

keganasan. Kemudian pada hasil pemeriksaan radiologis, ditemukan adanya gambaran fraktur

pada 1/3 distal femur kanan dan ditemukan adanya reaksi periosteal berupa segitiga codman.

Berdasarkan temuan ini maka pasien dapat didiagnosis mengalami Giant Cell Tumor Stage 3

berdasarkan kartegori Eneking, dimana pada stage 3 ini (stage agresif) dengan: (i) klinis: ada

keluhan, dengan tumor yang tumbuh cepat; (ii) radiologis: didapatkan destruksi korteks tulang,

sehingga tumor keluar dari tulang dan tumbuh ke arah jaringan lunak secara cepat; didapati

reaksi periosteal segitiga Codman, kemungkinan ada fraktur patologis; dan (iii) histopatologis:

gambaran sitologi jinak dengan rasio sel terhadap matriks yang tinggi, bisa didapat nukleus yang

hiperkromatik, kadang didapat proses mitosis.

Pada pasien dipilih tindakan untuk dilakukan operasi dan dilakukan pemasangan Mega

prostesa (berdasarkan laporan operasi 2 April 2013), hal ini sesuai dengan terapi untuk Giant

Cell Tumor Stage 3 (Eneking), dimana terapi untuk kondisi ini adalah reseksi yang disusul

dengan tindakan rekonstruksi dapat dilakukan dengan cara penggantian dengan protese. Dan

disusul dengan fissioterapi sendi lutut pasien.

Paska operasi pasien dapat menggerakkan kaki dan mulai dapat berjalan dengan tongkat,

sehingga penulis menganggap bahwa prognosis et vitam dan functional pasien adalah bonam.

Page 22: Lapsus Giant Cell Tumor

22

KESIMPULAN

1. Giant Cell Tumor tulang merupakan tumor tulang primer yang bersifat jinak tetapi secara

local dapat bersifat agresif dan destruktif. Penyebabnya belum dapat ditentukan.

2. Tumor ini sering terjadi pada wanita dibandingkan pria dengan usia 20-40 tahun, karena

biasanya tumor ini terjadi tulang yang sudah matur.

3. Enam puluh persen dari tumor ini terjadi pada tulang panjang, dan hampir seluruhnya

terletak pada ujung tulang di persendian. Umumnya tumor ini terjadi pada proksimal

tibia, distal femur, distal radius, dan proksimal humerus.

4. Intervensi pembedahan merupakan terapi primer dari Giant Cell Tumor, dan tindakan

pembedahan yang dilakukan tergantung dari stadium (berdasarkan Eneking) serta lokasi

lesi tumor.

Page 23: Lapsus Giant Cell Tumor

23

KEPUSTAKAAN

1. Rasjad C (2007), Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi, Ed.3, Yarsif Watampone: Jakarta

2. David, Arifin F. Pengobatan mutakhir giant cell tumor tulang (osteoklastoma). Universa

Medicina, April-Juni 2006, Vol.25 No.2. Dapat diunduh dari http://www.univmed.org/wp-

content/uploads/2012/04/David.pdf

3. Divisi Radiodiagnostik, Departemen Radiologi Fakultas Kedokteran Uniiversitas Indonesia

(2005), Radiologi Diagnostik, Edisi 2, Balai Penerbit FKUI: Jakarta.

4. Salter Bruce Robert, (2008), Text Book Of Disoreder and Injuries Of The Musculoskeletal

System; Thirt Edition, Williams and Wilkins: Baltimore

5. Solomon L, Warwick D, dan Nagayam D (2001), Apley’s System of orthopedics and

Fracture, 8th

ed, Arnold: London.