18
BAB I PENDAHULUAN Kusta ( Morbus Hansen) adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh k Mycobacterium leprae yang menyerang saraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya, susunan saraf pusat . . Kusta merupakan penyakit tertua, dimana berasal dari kata khusta, dikenal sejak 1400 tahun sebelum asehi. (1) !re"alensi penderita kusta di Indonesia sebesar 0,#$ per 10.000 penduduk berd laporan dari %&' tahun 00 . !re"alensi tersebut menunjukkan Indonesia telah berhasil melakukan program eliminasi kusta yang ditetapkan oleh %&' yaitu 1 per 10.000 pendu *etapi di beberapa pro"insi di Indonesia masih belum mencapai angka progr tersebut dan sangat berisiko terhadap penyakit kusta. Indonesia memiliki 1 menjadi daerah risiko penyakit kusta dengan kasus lebih dari 10.000 kasus yaitu +a Irian +aya bagian barat, !apua, +a a *engah, +a a -arat, ula esi *enggara, ula ula esi /tara, aluku, aluku /tara, **, *-, ceh, dan 2KI +akarta. () !enemuan penderita baru di +a a *imur masih sangat tinggi. !ro"insi menempati urutan ketujuh di Indonesia dengan 3 jumlah penderita kusta nasional be +a a *imur (3) . !ada tahun 005 ditemukan penderita baru sebanyak .350 orang, dengan r jumlah Pausi Basiler (!-) sebanyak 63 orang dan Multi Basiler (-) sebanyak 4.5 $ dan yang telah selesai menjalani pengobatan (78*9 Release From Treatment ) tahunan sebanyak . 35 orang, dengan Case Detection Rate (:27) per 100.000 sebesar 1,4 , s prevalensi rate sebesar 1,6 (2inkes !ropinsi +atim, 005). !enemuan penderita baru rat per tahun mencapai 5.000;6.000 penderita. +umlah penderita usia anak seba berarti masih bisa terjadi penularan serta jumlah penderita cacat permane terbanyak berasal dari 15 Kabupaten9Kota yang berada di pulau adura dan daerah pes pantai seperti Kabupaten ampang, umenep, !robolinggo, <amongan, *uban, <umajang, -angkalan, itubondo, !amekasan, +ember dan !asuruan. () 8aktor utama sebagai penyebab penyakit kustayaitu Mycobacterium leprae perlu diidentifikasi terkait dengan pola penyakit dan kuantitas paparannya sehing permasalahan pada suatupopulasi. Mycobacterium leprae merupakan bakteri tahan asam, 1

Lapsus kulkel

Embed Size (px)

DESCRIPTION

lapsus kulkel morbus hansen

Citation preview

BAB IPENDAHULUANKusta (Morbus Hansen) adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium leprae yang menyerang saraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya, kecuali susunan saraf pusat.. Kusta merupakan penyakit tertua, dimana berasal dari kata India yaitu khusta, dikenal sejak 1400 tahun sebelum Masehi. (1)Prevalensi penderita kusta di Indonesia sebesar 0,98 per 10.000 penduduk berdasarkan laporan dari WHO tahun 2005. Prevalensi tersebut menunjukkan Indonesia telah berhasil melakukan program eliminasi kusta yang ditetapkan oleh WHO yaitu 1 per 10.000 penduduk. Tetapi di beberapa provinsi di Indonesia masih belum mencapai angka program eliminasi tersebut dan sangat berisiko terhadap penyakit kusta. Indonesia memiliki 14 provinsi yang menjadi daerah risiko penyakit kusta dengan kasus lebih dari 10.000 kasus yaitu Jawa Timur, Irian Jaya bagian barat, Papua, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Sulawesi Utara, Maluku, Maluku Utara, NTT, NTB, Aceh, dan DKI Jakarta.(2)Penemuan penderita baru di Jawa Timur masih sangat tinggi. Provinsi Jawa Timur menempati urutan ketujuh di Indonesia dengan 35% jumlah penderita kusta nasional berada di Jawa Timur(3). Pada tahun 2006 ditemukan penderita baru sebanyak 5.360 orang, dengan rincian jumlah Pausi Basiler (PB) sebanyak 732 orang dan Multi Basiler (MB) sebanyak 4.628 orang, dan yang telah selesai menjalani pengobatan (RFT/Release From Treatment) tahunan sebanyak 5.236 orang, dengan Case Detection Rate (CDR) per 100.000 sebesar 1,45%, sedangkan prevalensi rate sebesar 1,7% (Dinkes Propinsi Jatim, 2006). Penemuan penderita baru rata-rata per tahun mencapai 6.000-7.000 penderita. Jumlah penderita usia anak sebanyak 13% yang berarti masih bisa terjadi penularan serta jumlah penderita cacat permanen 11%. Penderita terbanyak berasal dari 16 Kabupaten/Kota yang berada di pulau Madura dan daerah pesisir pantai seperti Kabupaten Sampang, Sumenep, Probolinggo, Lamongan, Tuban, Lumajang, Bangkalan, Situbondo, Pamekasan, Jember dan Pasuruan.(2)Faktor utama sebagai penyebab penyakit kusta yaitu Mycobacterium leprae perlu diidentifikasi terkait dengan pola penyakit dan kuantitas paparannya sehingga menimbulkan permasalahan pada suatu populasi. Mycobacterium leprae merupakan bakteri tahan asam, memasuki tubuh manusia melalui luka pada permukaan kulit. Bakteri ini juga dapat masuk ke tubuh manusia melalui droplet yang dihembuskan dari saluran pernafasan. Kusta tidak hanya ditularkan dari manusia ke manusia, tetapi juga dapat ditularkan melalui binatang ke manusia. Binatang tersebut adalah tikus dan sejenis binatang pemakan serangga liar yang disebut Amadillo.(2)Diagnosis kusta ditegakkan bila terdapat satu dari tanda utama atau cardinal sign berupa kelainan kulit yang hipopigmentasi atau eritematosa dengan anestesi yang jelas, kelainan saraf tepi berupa penebalan saraf tepi dengan anestesi dan hapusan kulit positif untuk bakteri tahan asam (BTA).(4)Penyakit kusta dapat diklasifikasikan berdasarkan manifestasi klinis (jumlah lesi, jumlah saraf yang terganggu), hasil pemeriksaan bakteriologi, pemeriksaan histopatologi dan pemeriksaan imunologi. Terdapat banyak jenis klasifikasi penyakit kusta diantaranya adalah klasifikasi Madrid, pada klasifikasi ini penyakit kusta dibagi atas Indeterminate (I), Tuberculoid (T), Borderline-Dimorphous (B), Lepromatous (L). Klasifikasi Ridley-Jopling, pada klasifikasi ini penyakit kusta adalah suatu spektrum klinis mulai dari daya kekebalan tubuhnya rendah pada suatu sisi sampai mereka yang memiliki kekebalan yang tinggi terhadap M.leprae di sisi yang lainnya. Kelima tipe kusta menurut Ridley-Jopling adalah tipe Lepromatous (LL), tipe Borderline Lepromatous (BL), tipe Mid-Borderline (BB), tipe Borderline Tuberculoid (BT), dan tipe Tuberculoid (T). Klasifikasi menurut WHO, dalam klasifikasi ini seluruh penderita kusta hanya dibagi menjadi 2 tipe yaitu tipe Pausibasiler (PB) dan tipe Multibasiler (MB).(1)Diagnosis banding untuk kusta antara lain dermatofitosis, pitiriasis versikolor, pitiriasis rosea, pitiriasis alba, dermatitis seboroik, psoriasis, neurofibromatosis, granuloma anulare, scleroderma, tuberkulosis kutis dan leukemia kutis.(4)Kami mengangkat kasus tentang Morbus Hansen Tipe MB dengan reaksi kusta tipe 1 karena masih banyak kesalahan dalam mendiagnosa penyakit ini karena penyakit ini dapat menyerupai banyak penyakit kulit lainnya. Sehingga kita dapat membedakan kusta dengan penyakit lain dan dapat membedakan tentang reaksi kusta yang dapat terjadi. Laporan kasus ini diharapkan dapat bermanfaat dan menambah wawasan tentang kusta bagi para pembaca.BAB IILAPORAN KASUS

2.1Status Penyakit Kulit Dan Kelamin1.Identitas:Nama: Ny. RNo. R.M.: 180897Umur: 33 tahunJenis kelamin: perempuan Pekerjaan: Ibu Rumah TanggaBangsa/suku: Indonesia/MaduraAgama: IslamAlamat: jl. Mangga, sumber wetan.Tanggal pemeriksaan: 20 Oktober 20142.Anamnesis: Keluhan Utama : Bercak merah pada kedua telapak tangan disertai rasa cekot-cekot Riwayat penyakit sekarang :Bercak merah pada kedua telapak tangan disertai rasa cekot-cekot sejak 2 minggu yang lalu. Awal muncul bercak kemerahan di tangan kanan lalu menyebar ke tangan kiri, lutut kanan dan kiri, punggung, telapak kaki, telapak tangan kanan dan kiri, dan kelopak mata kiri. Bercak kemerahan ini awal muncul 7 bulan yang lalu ketika pasien hamil usia kehamilan 4 bulan disertai rasa kesemutan pada kedua tangan dan sesudah melahirkan keluhan tersebut hilang. Dua minggu yang lalu telapak tangan dan kaki bengkak dan nyeri. Pasien juga merasa lemah saat menggunakan kedua tangan untuk melakukan aktivitas sehari-hari dan kedua tangan terasa sangat nyeri ketika di tekuk. Pasien mengatakan di tempat tinggal pasien tidak ada yang memiliki penyakit seperti ini dan pasien juga menyangkal pernah kontak dengan orang yang memiliki sakit seperti ini atau penderita penyakit kusta. Riwayat penyakit dahulu :Sebelumnya pasien belum pernah sakit seperti ini. Riwayat pengobatan : Pasien pernah periksa ke puskesmas tapi tidak mendapat pengobatan karena sedang hamil Setelah melahirkan pasien periksa ke bidan tentang bercak merahnya dan hanya mendapatkan pil. Pasien periksa ke dr. Sp.KK yang akhirnya disuruh untuk berhenti menyusui anaknya dan disuruh periksa ke RSUD untuk mendapatkan pengobatan.3.Pemeriksaan Klinis:a. Lokasi: Tangan kanan (gambar 1) Distribusi: TerlokalisirRuam: Makula eritematosa, batas jelas, tepi irreguler, ukuran 5 cm, dengan tepi tampak lebih aktif dengan adanya papul-papul bentuk bulat ukuran 5

Distribusi dan warnaUnilateral atau bilateral asimetrisBilateral simetris

AnastesiJelasBiasanya kurang jelas

Penebalan Saraf Tepi disertai gangguan fungsiHanya satu sarafLebih dari satu saraf

Permukaan bercakKering, kasarHalus, mengkilap

Batas BercakTegasKurang tegas

DeformitasProses terjadi lebih cepatTerjadi pada tahap lanjut

Pemberian terapi secara medikamentosa dan nonmedikamentosa. Terapi medikamentosa dengan pemberian Blister MDT- MH tipe MB : Rifampisin : 600 mg minum didepan petugas; Klofazimin / lampren : 300 mg pertama minum didepan petugas, dilanjutkan 50 mg / hari ; DDS (dapson) : 100 mg pertama minum didepan petugas, dilanjutkan 100 mg / hari. Nonmedikamentosa berupa edukasi pasien dimana kita menyuruh pasien untu minum obat teratur selama 1 tahun, menjelaskan tentang kemungkinannya terjadi reaksi kusta, kalau nyeri jadi tambah parah, timbul nodul merah yang nyeri, dan bercak jadi terasa panas dan nyeri langsung kontrol, istirahat yang cukup, jangan kecapekan, dan makan teratur, hindari stress fisik dan emosional, gunakan alas kaki yang empuk dan pelindung pada tangan dan kaki, cek tangan dan kaki tiap hari takut ada luka yang baru, karena mati rasa untuk mencegah luka jadi lebih parah, berhenti menyusui dulu, dan jelaskan efek samping obat yang mungkin terjadi, seperti perubahan warna pada air kencing, air mata, keringat, dan feses yang menjadi merah akibat rifampisin. Warna kulit dan mukosa akan menjadi hitam dan terasa kering akibat pengobatan dari clofazimine / lampren. .(1-9) Apabila terjadi efek samping yang serius pada ketiga obat MDT tersebut dapat diberikan terapi alternatif, yaitu : (9) Rifampisin 600 mg/ bulan, ofloksasin 400 mg/ bulan, minosiklin 100mg/bulan selama 24 bulan. Klofazimin 50 mg/ hari, ofloksasin 400 mg/ hari, dan minosiklin 100 mg/ hari selama 6 bulan dan dilanjutkan klofazimin 50 mg/ hari, ofloksasin 400 mg/ hari atau klofazimin 50 mg/ hari, minosiklin 100 mg/ hari selama 18 bulan Rifampisin 600 mg/ bulan, klofazimin 50 mg/hari, minosiklin 100 mg/bulan selama 12 bulan. Rifampisin 600 mg/bulan, klofazimin 50 mg/hari, prothionamid 250 mg/ hari selama 12 bulan

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda, A. dkk. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Kelima. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta.2. Susanto, Tatut. 2010. Pengalaman Klien Dewasa Menjalani Perawatan Kusta di Wilayah Kerja Puskesmas Jenggawah Kabupaten Jember Jawa Timur. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta.3. Dinas Kesehatan Kabupaten Sumenep. 2006. Laporan Kusta Tahun 2006. Dinkes Jatim : SurabayaBudimulja U. Morbus Hansen. Dalam : Djuanda, A. dkk, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Kelima. Jakarta : Fakultas Kedokteran Indonesia. 2007.4. Kosasih. A. Kusta. Dalam : Kosasih, A. dkk, editor. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian Ilmu penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi III. Surabaya :Fakultas Kedokteran Indonesia. 2005.5. Mansjoer, A, dkk. Penyakit Kusta. Dalam Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Edisi Kedua. Jakarta: Media Ausculapius.2000.6. Burns Tony et all. Textbook of Dermatology: Leprosy. Edisi1. UK. : Blackwell Publishing Ltd. 2010; chapter 32.7. Murtiastutik Dwi, dkk. 2011. Atlas Penyakit Kulit & Kelamin. Edisi ke 2. Surabaya. Airlangga University Press.8. Verma, S dan Hefferman, MP. Superficial Fungal Infection: Leprosy. Dalam: Wolff, K. dkk, penyunting. Fitzpatricks Dermathology in General Medicie. Edisi ketujuh. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc;2008.9. Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Nasional Program Pengendalian Penyakit Kusta. Kementrian Kesehatan RI Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Nasional. Jakarta. 2012.10. Fitzpatricks. 2009. Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology, sixth edition. United States : The Mc Graw Hill Companies.

19