Upload
wima-dian-syam
View
15
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
miopia
Citation preview
BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA LAPORAN KASUSFAKULTAS KEDOKTERAN Januari 2016UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MIOPIA LEVIOR
OLEH :WAHYUNI
10542 0231 10
SUPERVISORdr. Purnamanita Syawal, Sp. M
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
2016
IDENTITAS PASIEN
Nama :Nn. R.A.A
Umur :26 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
No. register : 08 11 44
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Makassar
Pekerjaan :Mahasiswi
Alamat :BTN. Andi Tonro
Tanggal Periksa :12 Januari 2016
Tempat Periksa : Balai Kesehatan Mata Masyarakat Makassar
Pemeriksa : dr. NM, Sp.M.M Kes
I. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Penglihatan kabur pada kedua mata jika melihat jarak
jauh
Anamnesis Tambahan : Pasien mengeluh penglihatan kabur pada kedua mata
terutama saat melihat jarak jauh. Keluhan dirasakan
sejak ± 6 tahun yang lalu secara perlahan-lahan.
Pasien juga harus menyipitkan matanya apabila
melihat jarak jauh agar benda terlihat lebih jelas.
Mata berair (-), merah (-), nyeri (-), sakit kepala (-).
Riwayat menggunakan kacamata sebelunya (+),
namun pasien tidak menggunakan kaca matanya
secara rutin. Riwayat keluarga (+), Ayah
mengunakan kacamata baca.
II. PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
A. Inspeksi
Pemeriksaan OD OS
Palpebra Edema (-) Edema (-)
Aparatus Lakrimal Lakrimasi (-) Lakrimasi (-)
Silia Normal Normal
Konjunctiva Bulbi Injeksi (-) Injeksi (-)
Mekanisme Muskular Normal, ke segala arah Normal, ke segala arah
Kornea Jernih Jernih
BMD Kesan normal Kesan normal
Iris Coklat, kripte (+) Coklat, kripte (+)
Pupil Bulat, central Bulat, central
Lensa Jernih Jernih
B. Palpasi
Pemeriksaan OD OS
Test Okuler Tn Tn
Nyeri tekan (-) (-)
Massa Tumor (-) (-)
Glandula Preaurikuler Pembesaran (-) Pembesaran (-)
C. Pemeriksaan Visus
VOD : 20/100 f koreksi S- 1,25 20/20
VOS : 20/50 f koreksi S- 0,75 20/20
C. Tonometer Applanasi Goldman
TOD : Tidak dilakukan pemeriksaan
TOS : Tidak dilakukan pemeriksaan
D. Color Sense
Tidak dilakukan pemeriksaan
E. Penyinaran Oblik
Pemeriksaan OD OS
Konjunctiva Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Kornea Jernih Jernih
BMD Normal Normal
Iris Coklat Coklat
Pupil Bulat, central Bulat, central
Lensa Jernih Jernih
F. Slit Lamp
SLOD : Conjunctiva Hiperemis (-), kornea jernih, BMD kesan normal,
iris coklat, pupil bulat, lensa jernih.
SLOS : Conjunctiva Hiperemis (-),kornea jernih, BMD kesan normal,
iris coklat, pupil bulat, lensa jernih
G. Pemeriksaan Penunjang
Refraktometri : VD=12.0mm
RIGHT: SPH CYL AXIS
-1.25 -0.25 13
LEFT : SPH CYL AXIS
-0.50 -0.25 5
Keratometri : @3mm
RIGHT : AVG CYL AXIS
Mm D D deg
8.29 40.75 -0.50 10
mm D AXIS
K1 8.33 40.50 10
K2 8.24 41.00 100
LEFT : AVG CYL AXIS
Mm D D deg
8.25 41.00 -0.50 172
mm D AXIS
K1 8.29 40.75 172
K2 8.20 41.25 82
PD=64mm
III. RESUME
Pasien mengeluh penglihatan kabur pada kedua mata terutama saat melihat
jarak jauh. Keluhan dirasakan sejak ± 6 tahun yang lalu secara perlahan-lahan.
Pasien juga harus menyipitkan matanya apabila melihat jarak jauh agar benda
terlihat lebih jelas. Mata berair (-), merah (-), nyeri (-), sakit kepala (-). Riwayat
menggunakan kacamata sebelunya (+), namun pasien tidak menggunakan kaca
matanya secara rutin. Riwayat keluarga (+), Ayah mengunakan kacamata baca.
Pada pemeriksaan oftalmologi, segment anterior kesan normal.VOD 20/100 f
koreksi ƪ - 1,25 : 20/20 dan VOS 20/50 f koreksi ƪ - 0,75 20/20.
Pemeriksaan tanometer dan color sense tidak di lakukan.
IV. DIAGNOSIS KERJA
ODS Miopia Levior
VI. DIAGNOSA BANDING
- Hipermetrop
- Compound Miop Astigmat
V. TERAPI
R/ OD Kacamata monofokal ƪ-1.25 D
OS Kacamata monofokal ƪ-0.75 D
VI. PROGNOSIS
Quo ad vitam :adbonam
Quo ad sanam :ad bonam
Quo ad visam : bonam et dubia
Quo ad cosmetica : ad bonam
VII. ANJURAN
Kontrol pemeriksaan visus
VIII. EDUKASI
- Menjelaskan pentingnya memakai kacamata koreksi
- Tidak membaca sambil tidur ataupun di tempat yang pencahayaannya
kurang
- Kecocokan dengan kacamata yang diresepkan bisa berubah sewaktu-waktu
karena pertambahan usia dan perubhan struktur bola mata.
X. DISKUSI
Pasien di diagnosa ODS Miopia Levior, karena berdasarkan dari hasil
anamnesis bahwa pasien mengeluh penglihatan kabur pada kedua mata terutama
saat melihat benda ataupun tulisan dengan jarak jauh, dimana keluhan yang
dialami terjadi sejak ± 6 tahun yang lalu secara perlahan-lahan. Pada pemeriksaan
visus didapatkan VOD 20/100 koreksi sferis - 1,25 menjadi 20/20 dan VOS 20/50
f koreksi sferis - 0,75 menjadi 20/20.
Miop merupakan salah satu kelainan refraksi, dimana sinar-sinar
sejajar aksis visual tanpa akomodasi difokuskan pada satu titik di depan retina,
terjadi karena kekuatan refraksi mata terlalu kuat dibanding jarak fokus retina.
Berdasarkan derajatnya, Miop dibagi 3, yaitu Miop levior/miop ringan: <3 D;
Miop moderat/miop sedang: 3-6 D; dan Miop gravior/miop berat.1
Pada pasien ini, koreksi lensa yang diberikan yaitu sferis
negatif/concave, agar cahaya yang masuk dapat fokus pada retina.Pasien dengan
miop diberikan kacamata sferis negatif terkecil yang dapat memberikan ketajaman
penglihatan maksimal.Pada kasus diatas, koreksi lensa pasien yaitu sferis -1,25
dan – 0,75, termasuk dalam Miopia levior/ringan (<3 D).
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI MATA
Gambar 1. Anatomi Mata
Dari anatomi mata, dapat di jelaskan yang termasuk media refraksi antara lain yaitu ;
kornea, pupil, lensa, dan vitreous. Media refraksi targetnya di retina sentral (makula). Hasil
pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang terdiri atas kornea,
aqueous humor (cairan mata), lensa, badan vitreous (badan kaca), dan panjangnya bola mata.
Pada orang normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjang bola mata
sedemikian seimbang sehingga bayangan benda setelah melalui media penglihatan dibiaskan
tepat di daerah makula lutea. Mata yang normal disebut sebagai mata emetropia dan akan
menempatkan bayangan benda tepat di retinanya pada keadaan mata tidak melakukan
akomodasi atau istirahat melihat jauh.2
Akan di jelaskaan satu-satu mengenai anatomi bola mata sebagai beriukut:
1. Kornea
Kornea adalah jaringan transparan yang ukuran dan strukturnya sebanding dengan
Kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke dalam sclera pada limbus, lekukan
melingkar pada sambungan ini disebut sulcus scleralis. Kornea dewasa rata-rata mempunyai
tebal 550 µm di pusatnya terdapat variasi menurut ras); diameter horizontalnya sekitar 11,75
mm dan vertikalnya 10,6 mm. dari anterior ke posterior, kornea mempunyai lima lapisan
yang berbeda-beda; lapisan epitel (yang berbatasan dengan lapisan epitel konjungtiva
bulbaris), lapisan Bowman, stroma, membrane Descement, dan lapisan endotel. Lapisan
epitel mempunyai lima atau enam lapis sel. Lapisan Bowman merupakan lapisan jernih
aselular,yang merupakan bagian stroma yang berubah. Membrane Descemet, yang
merupakan lamina basalis endotel kornea, memiliki tampilan yang homogeny dengan
mikroskop cahaya tetapi tampak berlapis-lapis dengan mikroskop electron akibat perbedaan
struktur antara bagian pra- dan pascanasalnya. Endotel hanya memiliki satu lapis sel, tetapi
lapisan ini berperan besar dalam mempertahankan deturgesensi stroma kornea.Endotel kornea
cukup rentan terhadap trauma dan kehilangan sel-sel nya seiring dengan penuaan.1,3
Fungsi Kornea adalah merefraksikan cahaya dan bersama dengan lensa memfokuskan
cahaya ke retina, serta melindungi struktur mata internal.Kekuatan kornea biasanya 40
dioptri.4
2. Lensa
Lensa adalah struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan hampir transparan
sempurna.Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Lensa tergantung pada zonula di
belakang iris; zonula menghubungkannya dengan corpus ciliare.Di sebelah anterior lensa
terdapat aqueos humor; di sebelah posteriornya, vitreus. Kapsul lensa adalah suatu membrane
semipermeable yang akan memperbolehkan air dan elektrolit masuk. Di sebalah depan
terdapat selapis epitel subskapular. Nucleus lensa lebih keras dari pada korteksnya. Seiring
dengan bertambahnya usia, serat-serat lamellar subepitel terus diproduksi sehingga lensa
perlahan-lahan menjadi lebih besar dan kurang elastic. Nucleus dan korteks terbentuk dari
lamellae konsentris yang panjang.1
Lensa merupakan elemen refraktif terpenting kedua pada mata, karena kornea, dengan
film air matanya merupakan elemen terpenting pertama.Lensa bertumbuh sepanjang hidup
dan disangga oleh serabut zonula yang berjalan di antara korpus siliaris dan kasul lensa.4
3. Aqueous Humor (Cairan Mata)
Aqueous humor diproduksi oleh corpus cilliare. Setelah memasuki bilik mata belakang,
aqueous humor melalui pupil dan masuk ke bilik mata depan kemudian ke perifer menuju
sudut bilik mata depan.1
4. Vitreus
Vitreus adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avaskular yang membentuk dua
pertiga volume dan berat mata.Vitreus 98% terdiri dari air, sisanya terdiri dari asam hiluronat
dan anyaman kolagen halus. Permukaan luar vitreus-membran hyaloids-normalnya berkontak
dengan struktur-struktur berikut : kapsul lensa posterior, serat-serat zonula, pars plana lapisan
epitel, retina, dan caput nervi optici. Basis vitreus mempertahankan penempelan yang kuat
seumur hidup ke lapisan epitel pars plana dan retina tepat di belakang ora serata.1,4
5. Retina
Retina adalah lembaran jaringan saraf berlapis yang tipis dan semi transparan yang
melapisi bagian dalam dua pertiga postrerior dinding bola mata.Retina membentang ke
anterior hampir sejauh corpus ciliare dan berakhir pada ora serrata dengan tepi yang tidak
rata.Permukaan luar retina sensoris bertumpuk dengan lapisan epitel berpigmen retina
sehingga juga berhubungan dengan membran Bruch, koroid, dan sclera.
Lapisan-lapisan retina, mulai dari sisi dalam, adalah sebagai berikut: (1) membran
limitans interna; (2) lapisan serat saraf, yang mengandung akson-akson sel ganglion yang
menuju nervus optikus; (3) lapisan sel ganglion; (4) lapisan pleksiform dalam, yang
mengandund sambungan sel ganglion dengan sel amakrin dan sel bipolar; (5) lapisan inti
dalam badan-badan sel bipolar, amakrin dan horisontal; (6) lapisan pleksiform luar yang
mengandung sambungan sel bipolar dan sel horisontal dengan fotoreseptor; (7) lapisan inti
luar sel fotoreseptor; (8) membran limitans eksterna; (9) lapisan fotoreseptor segmen dalam
dan luar batang dan kerucut; dan (10) epitel pigmen retina. Lapisan dalam membran Bruch
sebenarnya merupakan membran basalis epitel pigmen retina.1
B. MEKANISME PENGLIHATAN
Gambar 2. Mekanisme Penglihatan.2
Cahaya masuk melalui kornea diteruskan ke pupil.Pupil merupakan lubang bundar
anterior di bagian tengah iris yang mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata. Pupil
membesar bila intensitas cahaya kecil (bila berada di tempat gelap), dan apabila berada di
tempat terang atau intensitas cahayanya besar, maka pupil akan mengecil. Yang mengatur
perubahan pupil tersebut adalah iris.Iris merupakan cincin otot yang berpigmen dan
tampak di dalam aqueous humor, karena iris merupakan cincin otot yang berpigmen, maka
iris juga berperan dalam menentukan warna mata.3
Setelah melalui pupil dan iris, maka cahaya sampai ke lensa.Lensa ini berada diantara
aqueous humor dan vitreous humor, melekat ke otot–otot siliaris melalui ligamentum
suspensorium.Fungsi lensa selain menghasilkan kemampuan refraktif yang bervariasi
selama berakomodasi, juga berfungsi untuk memfokuskan cahaya ke retina..3
Apabila mata memfokuskan pada objek yang dekat, maka otot–otot siliaris akan
berkontraksi, sehingga lensa menjadi lebih tebal dan lebih kuat. Dan apabila mata
memfokuskan objek yang jauh, maka otot–otot siliaris akan mengendur dan lensa menjadi
lebih tipis dan lebih lemah. Bila cahaya sampai ke retina, maka sel–sel batang dan sel–sel
kerucut yang merupakan sel–sel yang sensitif terhadap cahaya akan meneruskan sinyal–
sinyal cahaya tersebut ke otak melalui saraf optik.3
C. ANOMALI REFRAKSI
Kelainan refraksi disebut juga “refraksi anomali”, terdapat beberapa macam kelainan refraksi
yang dapat mengganggu penglihatan dalam klinis, yaitu: 5
1. Miopia
Miopia merupakan kelainan refraksi dimana berkas sinar sejajar yang memasuki mata
tanpa akomodasi, jatuh pada focus yang berada di depan retina. Dalam keadaan ini objek
yang jauh tidak dapat dilihat secara teliti karena sinar yang datang saling bersilangan pada
badan kaca, ketika sinar tersebut sampai di retina sinar-sinar ini menjadi divergen,
membentuk lingkaran yang difus dengan akibat bayangan yang kabur
2. Hipermetrop
Hipermetropia (hyperopia) atau ‘Far – sightedness’ adalah suatu kelainan refraksi
daripada mata dimana sinar – sinar yang berjalan sejajar dengan sumbu mata tanpa
akomodasi dibiaskan dibelakang retina, oleh karena itu bayangan yang dihasilkan kabur.
Untuk mengoreksinya dipakai lensa sferis plus
3. Astigmat
Astigmatisma adalah suatu kondisi dengan kurvatura yang berlainan sepanjang
meridian yang berbeda-beda pada satu atau lebih permukaan refraktif mata ( kornea,
permukaan anterior atau posterior dari lensa mata ), akibatnya pantulan cahaya dari suatu
sumber atau titik cahaya tidak terfokus pada satu titik di retina.
Pada astigmatisma, karena adanya variasi dari lengkungan kornea atau lensa pada
meridian yang berbeda-beda mencegah berkas sinar itu memfokuskan diri kesatu titik
C. MIOPIA
Gambar 3. Normal Vision and Myopia.3
Kelainan refraksi adalah keadaan dimana bayangan tegas tidak dibentuk pada retina
(makula lutea atau bintik kuning). Pada kelainan refraksi terjadi ketidakseimbangan sistem
optic pada mata sehingga menghasilkan bayangan yang kabur.5
1. DEFINISI
Miopia merupakan kelainan refraksi dimana berkas sinar sejajar yang memasuki
mata tanpa akomodasi, jatuh pada focus yang berada di depan retina. Dalam keadaan
ini objek yang jauh tidak dapat dilihat secara teliti karena sinar yang datang saling
bersilangan pada badan kaca, ketika sinar tersebut sampai di retina sinar-sinar ini
menjadi divergen, membentuk lingkaran yang difus dengan akibat bayangan yang
kabur.4
Pada miopia akibat dari kornea dan lensa berkekuatan lebih atau bola mata terlalu
panjang maka titik focus sinar yang dibiaskannya akan terletak di depan retina.5
Pasien dengan myopia akan memberikan keluhan sakit kepala, sering disertai
dengan strabismus dan celah kelopak yang sempit. Seseorang myopia mempunyai
kebiasaan mengernyitkan matanya untuk mencegah aberasi sferis atau untuk
mendapatkan efek pinhole (lubang kecil).Pasien myopia mempunyai punctum renotum
yang dekat sehingga mata selalu dalam atau berkedudukan konvergensi. Bila
kedudukan mata ini menetap, maka penderita akan terlihat juling ke dalam atau
esotropia.4
2. PATOFISIOLOGI
Kelainan refraksi adalah keadaan dimana bayangan tegas tidak dibentuk pada
retina (makula lutea atau bintik kuning).Pada kelainan refraksi terjadi
ketidakseimbangan sistem optic pada mata sehingga menghasilkan bayangan yang
kabur.Pada mata normal kornea dan lensa membelokkan sinar pada titik focus yang
tepat pada sentral retina.Keadaan ini memerlukan susunan kornea dan lensa yang betul-
betul sesuai dengan panjangnya bola mata.Pada kelainan refraksi sinar tidak dibiaskan
tepat pada bintik kuning dan tidak terletak pada satu titik yang tajam.Kelaina refraksi
dikenal dalam bentuk miopia, hipermetropia dan astigmat.5
Miopia menurut penyebabnya:
1. Miopia aksial
Diameter antero-posterior dari bola mata lebih panjang dari normal, walaupun
kornea dan kurvatura lensa normal dan lensa dalam posisi anatominya normal. Miopia
dalam bentuk ini dijumpai pada proptosis sebagai hasil dari tidak normalnya besar
segmen anterior, peripapillary myopic crescent dan exaggerated cincin skleral, dan
stafiloma posterior
2. Miopia kurvatura
Mata memiliki diameter antero-posterior normal, tetapi kelengkungan dari kornea
lebih curam dari rata-rata, missal : pembawaan sejak lahir atau keratokonus, atau
kelengkungan lensa bertambah seperti pada hiperglikemia sedang ataupun berat, yang
menyebabkan lensa membesar
3. Miopia karena peningkatan indeks refraksi
Peningkatan indeks refraksi daripada lensa berhubungan dengan permulaan dini
atau moderate dari katarak nuklear sklerotik. Merupakan penyebab umum terjadinya
Miopia pada usia tua. Perubahan kekerasan lensa meningkatkan indeks refraksi, dengan
demikian membuat mata menjadi myopik.
3. KLASIFIKASI
a. Berdasarkan derajatnya, miopia dibagi dalam:
- Miopia ringan/levior < 3 D
- Miopia sedang/moderat 3-6 D
- Miopia berat/gravior > 6 D
b. Berdasakan perjalanan penyakitnya:
- Miopia stasioner, miopia yang menetap setelah dewasa
- Miopia progresif, miopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat
bertambah panjangnya bola mata.
- Miopia maligna, miopia yang berjalan progresif, yang dapat
mengakibatkan ablasi retina dan kebutaan.
4. GEJALA KLINIS
Gejala subjektif miopia antara lain :
a) Kabur bila melihat jauh
b) Membaca atau melihat benda kecil harus jarak dekat
c) Lekas lelah bila membaca
Gejala objektif miopia antara lain :
1. Miopia Simpleks :
a) Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relative
lebar. Kadang-kadang ditemukan bola mata yang agak menonjol.
b) Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat
disertai kresen miopia yang ringan di sekitar papil saraf optic.
2. Miopia patologik
Gambaran pada segmen anterior serupa dengan miopia simpleks. Gambaran yang
ditemukan pada segmen posterior berupa kelainan-kelainan pada :
1. Badan kaca : dapat ditemukan kekeruhan berupa pendarahan atau degenerasi
yang terlihat sebagai floater, atau benda-benda yang mengapung dalam badan
kaca.
2. Papil saraf optic : terlihat pigmentasi peripapil, kresen miopia, papil terlihat
lebih pucat yang meluas terutama ke bagian temporal. Kresen miopia dapat ke
seluruh lingkaran papil sehingga seluruh papil dikelilingi oleh daerah koroid
yang atrofi dan pigmentasi yang tidak teratur.
3. Makula : berupa pigmentasi di daerah retina, kadang-kadang ditemukan
perdarahan subretina pada daerah makula.
4. Retina bagian perifer : berupa degenerasi kista retina bagian perifer.
5. Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan retina.
Akibat penipisan ini maka bayangan koroid tampak lebih jelas dan disebut sebagai
fundus tigroid.3,4
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk mendiagnosis miopia dapat dilakukan dengan beberapa pemeriksaan pada
mata, pemeriksaan tersebut adalah :
1. Refraksi subjektif
Diagnosis miopia dapat ditegakkan dengan pemeriksaan refraksi subjektif,
metode yang digunakan adalah dengan metode “trial and error”. Jarak
pemeriksaan 6 meter dengan menggunakan kartu Snellen.
2. Refraksi Objektif
Yaitu menggunakan retinoskopi, dengan lensa kerja sferis +2.00 D pemeriksa
mengamati reflex fundus yang bergerak berlawanan arah dengan arah gerakan
retinoskop (against movement).
3. Autorefraktometer
Yaitu menentukan miopia atau besarnya kelian refraksi dengan menggunakan
computer.5
6. PENATALAKSANAAN
a) Lensa kacamata
Prinsip pengobatan pasien dengan miopia adalah dengan memberikan kacamata
sferis negatif terkecil yang memberikan ketajaman penglihatan maksimal.
Sebagai contoh bila pasien dikoreksi dengan -3.0 memberikan tajam penglihatan
6/6, dan demikian juga bila diberikan S-3.25, maka sebaiknya diberikan lensa
koreksi -3.0 agar untuk memberikan istirahat mata dengan baik sesudah
dikoreksi.
Kacamata masih merupakan yang paling aman untuk memperbaiki refraksi.
Untuk mengurangi aberasi nonkromatik, lensa dibuat dalam bentuk meniscus
(kurva terkoreksi) dan dimiringkan ke depan (pantascopic tilt).
b) Lensa kontak
Lensa kontak mengurangi masalah penampilan atau kosmetik akan tetapi perlu
diperhatikan kebersihan dan ketelitian pemakaiannya. Selain masalah
pemakaiannya, perlu diperhatikan masalah lama pemakaian, infeksi,dan alergi
terhadap bahan yang dipakai.
c) Bedah keratorefraktif
Mencakup serangkaian metode untuk mengubah kelengkungan permukaan
anterior mata. Efek refraktif yang diinginkan secara umum diperoleh dari hasil
empiris tindakan-tindakan serupa pada pasien lain dan bukan didasarkan pada
perhitungan optis matermatis.
d) Lensa intraocular
Penanaman lensa intraocular (IOL) telah menjadi metode pilihan untuk koreksi
kelainan refraksi pada afakia.
e) Ekstraksi lensa jernih untuk miopia
Ekstraksi lensa non-katarak telah dianjurkan untuk koreksi refraktif miopia
sedang sampai tinggi; hasil tindakan ini tidak kalah memuaskan dengan yang
dicapai oleh bedah keratorfraktif menggunakan laser.6
7. KOMPLIKASI
Pada penderita miopia yang tidak dikoreksi dapat timbul komplikasi,antara
lain ablasio retina dan strabismus esotropia. Ablasio retina karena myopia yang terlalu
tinggi terbentuk stafiloma sklera posterior,maka retina harus
meliputi permukaan yang lebih luas sehingga teregang.Akibat regangan mungkin
dapat menyebabkan ruptur dari pembuluh darah retina dan mengkibatkan perdarahan
yang dapat masuk ke badan kaca, Mungkin dapat terjadi ablasio retina akibat robekan
karena tarikan.Strabismus esotropia terjadi karena pada pasien tersebut memiliki
pungtum remotum yang terdekat sehingga mata selalu dalam keadaaan konvergensi
yang dapat menimbulkan astenopia konvegensi. Bila kedudukan bolamata ini menetap
maka kedudukan akan terlihat juling kedalam atau esotropia.5
8. PROGNOSIS
Selama bertahun-tahun, banyak pengobatan yang dilakukan untuk mencegah atau
memperlambat progresi miopia, antara lain dengan :
1. Koreksi penglihatan dengan bantuan kacamata.
2. Pemberian tetes mata atropin.
3. Menurunkan tekanan dalam bola mata.
4. Penggunaan lensa kontak kaku : memperlambat perburukan rabun dekat pada anak.
5. Latihan penglihatan : kegiatan merubah fokus jauh – dekat.
Penyulit yang dapat timbul pada pasien dengan miopia adalah terjadinya ablasi
retina dan strabismus.Strabismus biasanya esotropia atau strabismus ke dalam akibat
mata berkonvergensi terus-menerus. Bila terdapat strabismus keluar mungkin fungsi satu
mata telah berkurang atau terdapat ambliopia3