24
BAB I PENDAHULUAN Setiap wanita menginginkan proses persalinan berjalan secara normal dan melahirkan bayi yang sempurna. Proses persalinan dipengaruhi oleh tiga faktor yang berperan yaitu kekuatan mendorong janin keluar (power) yang meliputi kekuatan uterus (his), kontraksi otot dinding perut, kontraksi diaphragma dan ligamentum action, faktor lain adalah faktor janin (passanger) dan faktor jalan lahir (passage). Apabila his normal, tidak ada gangguan karena kelainan dalam letak atau bentuk janin dan tidak ada kelainan dalam ukuran dan bentuk jalan lahir maka proses persalinan akan berlangsung secara normal. Namun apabila salah satu ketiga faktor ini mengalami kelainan, misalnya keadaan yang menyebabkan kekuatan his tidak adekuat, kelainan pada bayi atau kelainan jalan lahir maka persalinan tidak dapat berjalan normal sehingga perlu segera dilakukan persalinan dengan tindakan seperti

Lapsus Obsgyn

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Vacum

Citation preview

Page 1: Lapsus Obsgyn

BAB I

PENDAHULUAN

Setiap wanita menginginkan proses persalinan berjalan secara normal dan

melahirkan bayi yang sempurna. Proses persalinan dipengaruhi oleh tiga faktor

yang berperan yaitu kekuatan mendorong janin keluar (power) yang meliputi

kekuatan uterus (his), kontraksi otot dinding perut, kontraksi diaphragma dan

ligamentum action, faktor lain adalah faktor janin (passanger) dan faktor jalan

lahir (passage). Apabila his normal, tidak ada gangguan karena kelainan dalam

letak atau bentuk janin dan tidak ada kelainan dalam ukuran dan bentuk jalan lahir

maka proses persalinan akan berlangsung secara normal. Namun apabila salah

satu ketiga faktor ini mengalami kelainan, misalnya keadaan yang menyebabkan

kekuatan his tidak adekuat, kelainan pada bayi atau kelainan jalan lahir maka

persalinan tidak dapat berjalan normal sehingga perlu segera dilakukan persalinan

dengan tindakan seperti dengan ektraksi vacum dan forsep untuk menyelamatkan

jiwa ibu & bayi dalam kandungannya. Hal ini sesuai dengan Rencana Strategis

Nasional yang terdapat dalam pesan kunci Making Pregnancy Safer (MPS) yaitu :

setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, setiap komplikasi

obstetrik dan neonatal mendapatkan pelayanan yang adekuat.

Persalinan tindakan pervaginam dengan ektraksi vakum atau forsep

dilakukan apabila syarat persalinan dipenuhi dan ada indikasi. Ekstraksi vakum

merupakan salah satu dari dua instrumen tindakan obstetrik operatif yang

bertujuan untuk menolong persalinan melalui jalan lahir atau pervaginam. Alat

Page 2: Lapsus Obsgyn

ekstraksi vakum terdiri dari mangkok penghisap, botol vakum dan pompa untuk

membentuk tekanan negatif. Tindakan ini dilakukan untuk semua keadaan yang

mengancam ibu dan janin yang memiliki indikasi untuk menjalani persalinan

pervaginam dengan bantuan alat. Tindakan lainnya yang dapat digunakan untuk

persalinan dengan tindakan adalah teknik forseps. Forsep merupakan instrumen

obstetrik yang terdiri dari dua sendok untuk memegang kepala bayi. Forsep dapat

digunakan sebagai ekstraktor, rotator atau keduanya. Terminasi persalinan

menggunakan forsep diindikasikan untuk semua keadaan yang mengancam ibu

atau janin. Indikasi pada ibu antaralain penyakit jantung, gangguan paru, penyakit

neurologis tertentu, kelelahan dan persalinan kala dua yang berkepanjangan.

Sebagian besar pertolongan persalinan dengan tindakan disebabkan karena

persalinan lama atau macet. Persalinan dengan tindakan bertujuan untuk

membantu proses persalinan yang mengalami penyulit, sehingga dapat

mengurangi risiko kematian ibu dan bayi yang pada akhirnya dapat menurunkan

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia. Pada

periode 2004 sampai dengan 2007 terjadi penurunan AKI dari 307 kasus per

100.000 kelahiran hidup menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB dari

35 kasus per 1000 kelahiran hidup menjadi 34 kasus per 1000 kelahiran hidup.

Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia, 80% karena komplikasi obstetri

dan 20% oleh sebab lainnya, sedangkan penyebab tidak langsung adalah “3

Terlambat” dan “4 Terlalu”. Tiga faktor terlambat yang dimaksud adalah

terlambat dalam mengambil keputusan, terlambat sampai ke tempat rujukan, dan

terlambat dalam mendapat pelayanan di fasilitas kesehatan. Adapun 4 terlalu yang

Page 3: Lapsus Obsgyn

dimaksud adalah terlalu muda saat melahirkan, terlalu tua melahirkan, terlalu

banyak anak, dan terlalu dekat jarak melahirkan. Namun demikian, keberhasilan

tersebut masih perlu terus ditingkatkan, mengingat AKI dan AKB di Indonesia

masih cukup tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Upaya

penurunan AKI harus difokuskan pada penyebab langsung kematian ibu, yang

terjadi 90% pada saat persalinan dan segera setelah pesalinan, yaitu perdarahan

(28%), eklamsia (24%), infeksi (11%), komplikasi pueperium 8%, partus macet

5%, abortus 5%, trauma obstetrik 5%, emboli 3%, dan lain-lain 11% .

Page 4: Lapsus Obsgyn

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi

Ekstraksi vakum adalah persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan

ekstraksi tekanan negatif (vakum) pada kepalanya. Alat ini dinamakan ekstraktor

vakum atau ventouse.

Persalinan dengan ekstraksi vakum dilakukan apabila ada indikasi persalinan dan

syarat persalinan terpenuhi.

2.2 Sejarah

Gagasan untuk melahirkan kepala janin dengan memakai tenaga vakum,

mula-mula dipelajari oleh Young (1706) dari Inggri, yang kemudian secara

berturut-turut dikembangkan oleh ahli-ahli obstetri di negara Eropa dalam bentuk

yang bermacam-macam. Bentuk ekstraktor vakum yang bermacam-macam ini

ternyata kurang populer dalam pemakaiannya, karena banyak hambatan-hambatan

teknik. Akhirnya pada tahun 1952 – 1954, Tage Malmstrom dari Gothenburg,

Swedia, menciptakan ekstraktor vakum yang setelah mengalami percobaan-

percobaan dan modifikasi dalm bentuknya, sejak tahun 1956 menjadi sangat

populer dipakai dalam klinik-klinik obstetri sampai saat ini.

Page 5: Lapsus Obsgyn

2.3 Bentuk dan Bagian Ekstraktor Vakum

Gambar 2.1 Ekstraktor Vakum

1. Mangkuk (cup)

Mangkuk ini digunakan untuk membuat kaput suksedaneum buatan sehingga

mangkuk dapat mencekam kepala janin. Sekarang ini terdapat dua macam

mangkuk yaitu mangkuk yang terbuat dari bahan logam dan plastik. Beberapa

laporan menyebutkan bahwa mangkuk plastik kurang traumatis dibanding

dengan mangkuk logam. Mangkuk umumnya berdiameter 4 cm sampai

dengan 6 cm. Pada punggung mangkuk terdapat :

Tonjolan berlubang tempat insersi rantai penarik.

Tonjolan berlubang yang menghubungkan rongga mangkuk dengan pipa

penghubung.

Tonjolan landai sebagai tanda untuk titik petunjuk kepala janin (point of

direction).

Page 6: Lapsus Obsgyn

Pada mangkuk bagian depan terdapat logam/plastik yang berlubang untuk

menghisap cairan atau udara.

2. Rantai penghubung

Rantai penghubung tersebut dari logam dan berfungsi menghubungkan

mangkuk dengan pemegang.

3. Pipa penghubung

Terbuat dari karet atau plastik yang lentur yang tidak akan berkerut oleh

tekanan negatif. Pipa penghubung berfungsi sebagai penghubung tekanan

negatif mangkuk dengan botol.

4. Botol

Merupakan tempat cadangan tekanan negatif dan tempat penampungan cairan

yang mungkin ikut tersedot ( air ketuban, lendir serviks, dan darah). Pada

botol ini terdapat tutup yang mempunyai tiga saluran yaitu :

1) Saluran manometer.

2) Saluran menuju mangkuk.

3) Saluran menuju ke pompa penghisap.

5. Pompa penghisap

Dapat berupa pompa penghisap manual maupun listrik.

6. Alat pemegang

Page 7: Lapsus Obsgyn

2.4 Indikasi Vakum

Waktu : Kala II memanjang (Nulipara 2 jam dan Multipara 1 jam)

Ibu : Mempersingkat Kala II misalnya

Kelainan jantung

Kelainan paru – paru

Ibu lelah

Janin : Gawat janin

2.5 Kontraindikasi Vakum

Ibu :

Ruptura uteri

Pada penyakit-penyakit di mana ibu secara mutlak tidak boleh mengejan

misalnya payah jantung, asma, preeklampsia berat, dll.

Janin :

Janin mati

Letak muka

After coming head

Janin preterm

2.6 Syarat Vakum

Pembukaan lebih dari 7 cm (hanya pada multigravida).

Penurunan kepala janin boleh pada Hodge II.

Harus ada kontraksi rahim dan ada tenaga mengejan.

Page 8: Lapsus Obsgyn

2.7 Prosedur Vakum

1. Ibu tidur dalam posisi lithotomi.

2. Pada dasarnya tidak diperlukan narkosis umum. Bila pada waktu pemasangan

mangkuk, ibu mengeluh nyeri, dapat diberi anestesia infiltrasi atau pudendal

nerve block. Apabila dengan cara ini tidak berhasil, boleh diberi anestesia

inhalasi, namun hanya terbatas pada waktu memasang mangkuk saja.

3. Setelah semua bagian ekstraktor vakum terpasang, maka dipilih mangkuk

yang sesuai dengan pembukaan servis. Pada pembukaan serviks lengkap

biasanya dipakai mangkuk nomor 5. Mangkuk dimasukkan ke dalam vagina

dengan posisi miring dan dipasang pada bagian terendah kepala, menjauhi

ubun-ubun besar. Tonjolan pada mangkuk, diletakkan sesuai dengan letak

denominator.

4. Dilakukan penghisapan dengan pompa penghisap dengan tenaga -0,2 kg/cm2

dengan interal 2 menit. Tenaga vakum yang diperlukan ialah -0,7 sampai -0,8

km/cm2. Ini membutuhkan waktu kurang lebih 6 – 8 menit. Dengan adanya

tenaga negatif ini, maka pada mangkuk akan terbentuk kaput suksedaneum

artifisialis (chignon).

5. Sebelum mulai melakukan traksi, dilakukan periksa dalam ulang, apakah

bagian-bagian jalan lahir yang ikut terjepit.

6. Bersamaan dengan timbulnya his, ibu disuruh mengejan, dan mangkuk ditarik

searah dengan sumbu panggul. Pada waktu melakukan tarikan ini harus ada

koordinasi yang baik antara tangan kiri dan tangan kanan penolong.

Page 9: Lapsus Obsgyn

7. Ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri menahan mangkuk, sedang tangan kanan

melakukan tarikan dengan memegang pada pemegang. Maksud tangan kiri

menahan mangkuk ialah agar mangkuk selalu dalam posisi yang benar dan

bila sewaktu-waktu mangkuk lepas, maka mangkuk tidak akan meloncat ke

arah muka penolong.

8. Traksi dilakukan terus selama ada his dan harus mengikuti putaran paksi

dalam, sampai akhirnya suboksiput berada di bawah simfisis. Bila his

terhenti, maka traksi juga dihentikan. Berarti traksi dikerjakan secara

intermitten, bersama-sama dengan his.

9. Kepala janin dilahirkan dengan menarik mangkuk ke arah atas, sehingga

kepala janin melakukan gerakan defleksi dengan suboksiput sebagai

hipomokhlion dan berturut-turut lahir bagian-bagian kepala sebagaimana

lazimnya. Pada waktu kepala melakukan gerakan defleksi ini, maka tangan

kiri penolong segera menahan perineum. Setelah kepala lahir, pentil dibuka,

udara masuk ke dalam botol, tekanan negatif menjadi hilang, dan mangkuk

dilepas.

10. Bila diperlukan episiotomi, maka dilakukan sebelum pemasangan mangkuk

atau pada waktu kepala membuka vulva.

2.8 Kriteria Ekstraksi Vakum Gagal

1. Waktu dilakukan traksi, mangkuk terlepas sebanyak 3 kali.

Kemungkinan yang terjadi yang menyebabkan mangkuk terlepas :

1) Tenaga vakum terlalu rendah.

Page 10: Lapsus Obsgyn

2) Tekanan negatif dibuat terlalu cepat, sehingga tidak terbentuk kaput

suksedanum yang sempurna yang mengisi seluruh mangkuk.

3) Selaput ketuban melekat antara kulit kepala dan mangkuk sehingga

mangkuk tidak dapat mencengkam dengan baik.

4) Bagian-bagian jalan lahir (vagina, serviks) ada yang terjepit ke dalam

mangkuk.

5) Kedua tangan kiri dan kanan penolong tidak bekerja sama dengan baik.

6) Traksi terlalu kuat.

7) Cacat (defect) pada alat, misalnya kebocoran pada karet saluran

penghubung.

8) Adanya disproporsi sefalo-pelvik. Setiap mangkuk lepas pada waktu

traksi, harus diteliti satu persatu kemungkinan-kemungkinan di atas dan

diusahakan melakukan koreksi.

2. Dalam waktu setengah jam dilakukan traksi, janin tidak lahir.

2.9 Komplikasi

Ibu :

Perdarahan.

Trauma jalan lahir.

Infeksi.

Janin :

Ekskoriasi kulit kepala.

Sefalhematoma.

Page 11: Lapsus Obsgyn

Subgaleal hematoma.

Nekrosis kulit kepala.

2.10 Keunggulan dan Kerugian

1. Keunggulan ekstraksi vakum dibandingkan ekstraksi cunam :

Pemasangan mudah (mengurangi bahaya trauma dan infeksi).

Tidak diperlukan narkosis umum.

Mangkuk tidak menambah besar ukuran kepala yang harus melalui jalan

lahir.

Ekstraksi vakum dapat dipakai pada kepala yang masih tinggi dan

pembukaan serviks belum lengkap.

Trauma pada kepala janin lebih ringan.

2. Kerugian ekstraksi vakum dibandingkan ekstraksi cunam :

Persalinan janin memerlukan waktu yang lebih lama.

Tenaga traksi tidak sekuat pada cunam. Sebenarnya hal ini dianggap

sebagai keuntungan, karena kepala janin terlindungi dari traksi dengan

tenaga yang berlebihan.

Pemeliharaannya lebih sukar, karena bagian-bagiannya banyak terbuat dari

karet dan harus selalu kedap udara.

Page 12: Lapsus Obsgyn

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien

Ny.S/ 20 th/ IRT

Tn.E/ 22 th/ Buruh proyek

Menikah 1x/ 10 bln

Alamat : Ds.Alastlogo RT 2/ RW 1 Kec.Grati – Grati – Pasuruan

MRS : 18 Agustus 2015 jam 09.55

No.RM : 00-26-98-17

3.2 Anamnesa

Pasien rujukan dari PUSKESMAS Grati. Pasien merasa hamil 9 bulan dan

mengeluh perut kenceng-kenceng sejak jam 15.00 kemarin dan keluar cairan

ketuban dari jalan lahir sejak jam 02.00 tadi. Ini hamil pertama pasien.

Pasien mengatakan tidak meminum jamu, tidak pijet oyok, dan tidak

meminum rumput fatimah.

Pasien memiliki riwayat asma dengan serangan terakhir pada 1 tahun yang

lalu. Pasien tidak memiliki riwayat Hipertensi selama hamil atau sebelum

hamil. Pasien tidak memilik riwayat kencing manis.

Pasien sebelumnya tidak pernah mengonsumsi obat kontrasepsi. Pasien rutin

memeriksakan kehamilannya di PUSKESMAS.

Page 13: Lapsus Obsgyn

Pasien mengatakan haid terakhir pada 12 November 2014 dengan tafsiran

hari lahir pada 19 Agustus 2015.

3.3 Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmentis, GCS 456

TB : 148 cm

Vital Sign :

Tensi 120/80 mmHg,

Nadi 88 x/m,

RR 20 x/m,

Tax 36,6oC

Kepala dan Leher : An -│- , Ict -│-

Thorak :

C/ S1S2 tunggal, murmur (-)

P/ Rh ≡│≡, Wz ≡│≡

Abdomen :

Leopold 1 = Teraba lunak kesan bokong

Leopold 2 = Punggung kiri ibu

Leopold 3 = Teraba keras kesan kepala

Leopold 4 = Devergen

TFU = 31 cm

Page 14: Lapsus Obsgyn

Letak = Bujur

BJA = 139 x/m

HIS = 10’. 3. 30”

VT :

Portio Ø = 4 cm

Effisement = 100%

Hodge = II

Presentasi = Kepala

Posisi = Ubun-ubun kecil

Ketuban = (-)

Panggul = Dalam batas normal

Ekstremitas : Oedem -│-

3.4 Pemeriksaan Penunjang

1. Darah Lengkap

Laboratorium Hasil

WBC 13.000

HGB 12,6

HCT 39.0

PLT 207.000

2. NST

Page 15: Lapsus Obsgyn

3.5 Diagnosa

G1P0000Ab000 part 38-39 mgg T/H

+ Kala I Fase Aktif

+ Riw. Asma

3.6 Penatalaksanaan

1. Planning Diagnosa : Darah Lengkap

2. Planning Terapi :

Tirah baring

IVFD RL 1000 cc

O2 NC 3 lpm

Pro Expect pervaginam : Ekstraksi Vakum

3. Planning Monitoring: Obs VS, Keluhan, DJJ, HIS

4. Edukasi : KIE

3.7 Outcome

Selasa, 18 Agustus 2015 jam 10.20/ Laki-laki/ 3.600 gram/ AS 5-6-7

DAFTAR PUSTAKA

Page 16: Lapsus Obsgyn

1. Mochtar R. Sinopsis Obstetri. Jilid I Edisi 2. Jakarta : EGC; 1998. 2. Mose C.J., Alamsyah M. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo:

Persalinan Lama. Jakarta: PT Bina Pustaka; 2010. 3. Pacarda M, Zeqiri F, Hoxha S, Dervishi Z, Kongjeli N, Qavdarbasha H, et al.

Impact of parity and intrauterine fetal condition during vacuum extraction. Med arh [Internet] 2010 [cited 2010 Oct 5]; 64(3):175 .Available from : Scopemed

4. Martinus G. Bedah Kebidanan Martinus. Jakarta: EGC; 1997. 5. Al- Azzawi F. Atlas Teknik Kebidanan. Jakarta : EGC; 2002. 6. Cunningham G.F., Gant F.N., Levono J.K., Gilstrap III, C. Larry, Hayth C.J.,

Wesnstrom D.K. Obstetri Williams. Vol.1 Edisi 21. Jakarta: EGC; 2006. 7. Rusydi S.D. Tindakan Ekstraksi Vakum dan Forsep di Departemen Obstetri

dan Ginekologi di RS Dr. Mohammad Hoesin Palembang selama 5 tahun ( periode Agustus 1999 – Juli 2004). Jurnal Kedokteran dan Kesehatan [Internet]. 2005 [cited 2011 Oct 5]. Available from: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan

8. Darmayanti A.R., Pramono B.A. Luaran Maternal dan Perinatal pada Wanita Usia Lebih dari 35 Tahun di RSUP Dr. Kariadi Semarang tahun 2008. Eprints Undip [Internet] . 2010 [cited 2011 Oct 8]; Available from : http://eprints.undip.ac.id/4733/1/Luaran_maternal.pdf

9. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jaminan persalinan upaya terobosan kementerian kesehatan dalam percepatan pencapaian target MDGs[Internet]. C2011 [cited 2011 Oct 5]. Available from : http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/archives/99

10. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan efektif turunkan angka kematian ibu di Indonesia[ Internet ]. C2010 [cited 2011 Oct 5]. Available from: http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1076-pertolongan-persalinan-oleh-tenaga-kesehatan-efektif-turunkan-aki-di-indonesia.html

11. American Family Physican. Assisted vaginal delivery using the vacuum extractor [Internet]. C2000 [cited 2011 Oct 30]. Available from : http://www.aafp.org/afp/2000/0915/p1316.html

12. Hadi R. Persalinan dengan cara ekstraksi vakum oleh bidan di RSUD DR Soedono Madiun tahun 1998. Cermin Dunia Kedokteran [Internet]. 2001 [cited 2011 Oct]: 37(2):966-970. Available from: http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk_133_obstetri_dan_ginekologi.pdf

Page 17: Lapsus Obsgyn

13. Kusumawati Y. Faktor – faktor risiko yang berpengaruh terhadap persalinan tindakan di RS Dr. Moewardi Surakarta [Thesis]. Semarang: Universitas Diponegoro; 2006.

14. Ilmu Fantom Bedah Obstetri. Semarang: Bagian Obstetri dan Gynekologi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro; 1999.

15. Angsar D.M. Ilmu Bedah Kebidanan: Ekstraksi Vakum dan Forsep. Jakarta: PT Bina Pustaka, 2010.

16. Manuaba I.B.G. Operasi Kebidanan Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Dokter Umum. Jakarta: EGC, 1999.

17. Obstetri Operatif. Bandung: Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Padjadjaran; 2000

18. Harjono M, Kian LS. Beberapa pandangan tentang vakum ekstraktor dengan laporan sementara mengenai beberapa kasus. Majalah Kedokteran Indonesia, 1963; 12: 291.

19. Malmstrom T. The Vacum – Extractor; Clinical Aspects Manual. Goteborg Sweden: Elanders Boktrykeri Aktiebolag, 1964.

20. Martius G. Operative Obstetrics. In: Freidman EA (Ed). Stuttgart: Georg Thieme Verlag, 1980.