17
MAKALAH AGAMA ISLAM Tentang : LARANGAN BERBUAT KERUSAKAN DI BUMI DAN KEBURUKAN KAUM YANG BERBUAT KERUSAKAN DI BUMI Nama : Dede Reynaldi & Ahmad Julianur Kelas : XI IPA 4

LARANGAN BERBUAT KERUSAKAN DI BUMI DAN

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LARANGAN BERBUAT KERUSAKAN DI BUMI DAN

MAKALAH AGAMA ISLAM

Tentang :LARANGAN BERBUAT KERUSAKAN DI BUMI

DANKEBURUKAN KAUM YANG BERBUAT

KERUSAKAN DI BUMI

Nama : Dede Reynaldi & Ahmad JulianurKelas : XI IPA 4

LARANGAN BERBUAT KERUSAKAN DI BUMI DAN

Page 2: LARANGAN BERBUAT KERUSAKAN DI BUMI DAN

KEBURUKAN KAUM YANG BERBUAT KERUSAKAN DI

BUMI

ISLAM DAN KEDAMAIAN

Tak satu pun agama yang memberikan toleransi terhadap kekerasan, baik terhadap

diri sendiri ataupun orang lain. Bukan semata-mata ajaran agama itu yang melarang,

melainkan karena kekerasan bertentangan dengan fitrah manusia dan nilai-nilai

kemanusiaan.

Kekerasan akan menghancurkan manusia dan peradabannya yang telah dibangun

sejak permulaan manusia itu ada. Manusia dan peradabannya selalu mendambakan

terbangunnya perdamaian dan kedamaian sejati, bukan perdamaian yang dibuat-buat

(semu) karena berbagai motif yang terselubung dan tidak bertanggung jawab. Perdamaian

yang diharapkan adalah perdamaian yang didasarkan cinta kasih sesama sebagai makhluk

Tuhan, yang mempunyai beban dan tanggung jawab sama di muka bumi, yaitu

mewujudkan perdamaian itu sendiri.

Karena peradaban manusia selalu diwarnai pertentangan dan kepentingan, maka

Tuhan memberi petunjuk berupa agama untuk membimbing manusia kepada jalan yang

benar atau jalan perdamaian. Peradaban dan budaya yang tidak dibimbing oleh agama

akan membawa sengsara dan pertentangan. Ini terbukti dengan semakin hilangnya nilai-

nilai kemanusiaan dan kebersamaan akibat modernisasi yang tidak dibarengi dengan

peneguhan keimanan dan ketakwaan kepada Allah. Sikap kebersamaan dan gotong-

royong telah diganti dengan sikap individualistis, sikap saling tolong-menolong dan

membantu berubah menjadi saling bermusuhan (antagonistik), serta spiritualitas murni

digantikan dengan spiritualitas semu yang serba formalis. Inilah yang membawa manusia

kepada kekacauan dan ketidakstabilan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara. Islam sangat menganjurkan umatnya untuk mewujudkan perdamaian di dunia

ini. Bahkan, perdamaian itu merupakan sebagian dari pokok keberagamaan umat. Iman

sebagai inti dari agama mengandung tiga pengertian, yaknial-iman (percaya kepada

keesaan Allah),al-am anah (sikap jujur), dan al-aman (menghadirkan keamanan dan

kedamaian).

Orang yang menyatakan beriman kepada Allah dituntut mampu melaksanakan tiga

makna tersebut, yaitu: percaya, jujur, dan damai. Orang beriman yang hanya percaya

kepada Allah namun tidak bersikap jujur dan malah berbuat kerusakan dan kekerasan

berarti keimanannya tidak sempurna.

Page 3: LARANGAN BERBUAT KERUSAKAN DI BUMI DAN

Manusia harus utuh dalam beragama, tidak setengah-setengah, serta tidak memilah

dan memilih dalam melaksanakan perintah agama. Allah dengan tegas menyatakan dalam

surat al-Baqarah ayat 208:

“Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara

keseluruhan dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan, sesungguhnya

syetan itu musuh yang nyata”.

Orang yang menghendaki kesempurnaan agama (total beragama) harus mampu

menghadirkan kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat, karena kedamaian itu

merupakan bagian dari ajaran agama, bahkan menjadi identitas bagi agama Islam. Nabi

bersabda:

“Yang dikatakan orang Islam itu adalah orang di mana orang lain (muslim

lain) merasa selamat dari tangan dan lisannya”.

Sehingga, Islam ketika dalam peperangan pun mempunyai etika yang sangat

agung, misalnya dilarang membunuh wanita dan anak-anak, dilarang merusak tanaman

dan benda lain, serta tidak boleh membunuh masyarakat sipil. Islam menganjurkan agar

umatnya menjadi pihak yang bertahan bukan yang mulai melakukan kekerasan atau

peperangan. Banyak ayat yang mendukung perdamaian ini, misalnya kandungan surat an-

Nisâ: 90-91, al-Baqarah: 224, asy- Syûrâ: 40, dan lain-lain.

“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa

memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya

Dia tidak menyukai orang-orang yang zhalim”.

Meskipun Allah pernah melarang umat Islam melakukan perdamaian seperti dalam

surah Muhammad ayat 35, “Janganlah kamu lemah dan minta damai, padahal kamulah

yang di atas dan Allah (pun) beserta kamu dan Dia sekali-kali tidak akan mengurangi

(pahala) amal-amalmu”, namun konteks larangan damai ini adalah tatkala musuh

menyerang dan tidak mau diajak damai. Sekali lagi, Islam menganjurkan agar melakukan

perdamaian dulu. Jika perdamaian itu tidak bisa dilakukan, maka Islam baru melarang

mengalah atau mundur dari peperangan. Inilah sikap lunak dan tegas dalam Islam.

Mahmud Muhammad Thaha, ulama asal Maroko mengatakan bahwa shalat

seorang muslim tidak sempurna manakala tidak menghadirkan jiwa (khusyu’) dalam

takbiratul ihram dan sala m. Kehadiran jiwa saat takbiratul ihram berarti pengakuan

secara jujur dan ikhlas akan kekuasaan Tuhan sebagai pencipta dan dirinya sebagai

hamba yang sebenarnya. Kehadiran jiwa saatsalam berarti aplikasi kehambaan indiividu

Page 4: LARANGAN BERBUAT KERUSAKAN DI BUMI DAN

di hadapan masyarakat untuk selalu melahirkan keselamatan (salam), kedamaian, dan

ketentraman.

Perdamaian dan kedamaian itu dapat bergasil apabila dimulai dari pribadi masing-

masing. Ibda’ bi nafsik (mulailah dari dirimu sendiri), demikian sabda Nabi. Memulai

perdamaian dari diri sendiri berarti harus mampu menghadirkan kedamaian dalam jiwa

dan menjauhkannya dari kerusakan dan kehancuran, Allah berfirman:

“Nafkahkanlah hartamu di jalan Allah dan janganlah kamu merusak dirimu

sendiri dengan tanganmu, serta berbuat baiklah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-

orang yang berbuat baik.”

Diri kita pun harus dipenuhi hak-haknya, hak jasmani, hak rohani, serta harus

dijauhkan dari hal-hal yang merusak jasmani dan rohani itu.

Sebagai mahkluk sosial, manusia diwanti-wanti oleh Islam agar mewujudka

perdamaian dan menjauhkan kerusakan dalam lingkup sosial kemasyarakatan. Allah

sangat mengecam kerusakan yang dilakukan umat manusia di muka bumi ini. “Telah

tampak kerusakan di muka bumi akibat ulah tangan manusia.” Dalam hal ini, menjaga

lingkungan dari kerusakan adalah sebaguan dari ajaran Islam untuk mewujudkan

kebersamaan dan kedamaian bersama. Menghadirkan kedamaian pada diri sendiri dan

masyarakat tidak akan bernilai tanpa dilandasi dengan bertaqwa kepada Allah dan

kepatuhan kepada Rasulullah SAW, karena perintah perdamaian dan larangan berbuat

kerusakan adalah perintah Allah dan perilaku yang dilakukan oleh Nabi. “Jika kalian

mencintai Allah, ikutilah aku (Nabi), maka Allah akan senantiasa mencintaimu dan

memaafkan dosa-dosamu,” demikian Allah menegaskan dalam firman-Nya. Artinya,

sebagai umat Muhammad, kita harus berperilaku mengikuti pola perilaku yang

diajarkannya, yaitu akhlak karimah (perilaku yang baik), di mana beliau adalah contoh

yang terbaik (uswatun khasanah).

Surah Ar Rum Ayat 41-42 tentang Larangan Berbuat Kerusakan di Muka Bumi

Artinya: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut karena perbuatan tangan

manusia, Allah menghendaki supaya mereka merasakan sebagian dari (akibat)

perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah Muhammad,

adakanlah perjalanan di muka bumi dan perlihatkanlah bagaimana kesudahan orang-

orang terdahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang

mempersekutukan (Allah).”

Page 5: LARANGAN BERBUAT KERUSAKAN DI BUMI DAN

Selain untuk beribadah kepada Allah, manusia juga diciptakan sebagai khalifah di

muka bumi. Sebagai khalifah, manusia memiliki tugas untuk memanfaatkan, mengelola,

dan memelihara alam semesta. Allah telah menciptakan alam semesta untuk kepentingan

dan kesejahteraan semua makhluk-Nya, khususnya manusia.

Keserakahan dan perlakuan buruk sebagian manusia terhadap alam dapat

menyengsarakan manusia itu sendiri. Tanah longsor, banjir, kekeringan, yaya ruang

daerah yang tidak karuan dan udara serta air yang tercemar adalah buah kelakuan

manusia yang justru merugikan mansia dan makhluk hidup lainnya. Islam mengajarkan

adar umat manusia senantiasa menjaga lingkungan. Hal ini seringkali tercermin dalam

pelaksanaan beberapa ibadahm seperti ketika menunaikan ibadah haji. Dalam haji, umat

Islam dilarang menebang pohon-pohon dan membunuh hewan. Apabila larangan itu

dilanggar maka ia berdosa dan diharuskan membayar denda (dam). Lebih dari itu Allah

SWT melarang manusia berbuat kerusakan di muka bumi.

Tentang memelihara dan melestarikan lingkungan hidup, banyak upaya yang bias

dilakukan, seperti yang terdapat [ada amanat GBHN, rehabilitasi SDA berupa hutan,

tanah dan air yang rusak perlu ditingkatkan lagi. Dalam lingkungan ini program

penyelamatan hutan, tanah dan air perlu dilanjutkan dan perlu disempurnakan.

Pendayagunaan daerah pantai, wilayah laut dan kawasan udara perlu dilanjutkan dan

makin ditingkatkan tanpa merusak mutu dan kelestarian lingkungan hidup.

Surah Al A’raf Ayat 56-58 tentang Peduli Lingkungan

Artinya: “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi sesudah (Allah)

memperbaikinya dan berdoanya kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan

penuh harap (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat dengan orang-

orang yang berbuat baik. Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita

gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan) hingga apabila angin itu telah

membawa awan mendung, kami halau ke daerah yang tandus, lalu kami turunkan hujan

di daerah itu. Maka kami keluarkan dengan sebab hujan itu berbagai macam buah-

buahan. Seperti itulah kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-

mudahan kamu engambil pelajaran. Dan tanah yang baik, tanam-tanamannya tumbuh

dengan seizin Allah, dan tanah yang tidak subur, tanam-tanamannya tumbuh merana.

Demikianlah kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang

bersyukur.”

Page 6: LARANGAN BERBUAT KERUSAKAN DI BUMI DAN

Bumi sebagai tempat tinggal dan tempat hidup manusia dan mahkluk Allah

lainnya sudah dijadikan Allah dengan penuh rahmat-Nya. Gunung-gunung, lembah-

lembah, sungai-sungai, lautan, daratan dan lain-lain semua itu diciptakan Allah untuk

diolah dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh manusia, bukan sebaliknya dirusak

dan dibinasakan.

Hanya saja ada sebagian kaum yang berbuat kerusakan di muka bumi. Mereka

tidak hanya merusak sesuatu yang berupa materi atau benda saja, melainkan juga berupa

sikap, perbuatan tercela atau maksiat serta perbuatan jahiliyah lainnya. Akan tetapi, untuk

menutupi keburukan tersebut sering kali merka menganggap diri mereka sebagai kaum

yang melakukan perbaikan di muka bumi, padahal justru merekalah yang berbuat

kerusakan di muka bumi.

Allah SWT melarang umat manusia berbuat kerusakan dimuka bumi karena Dia

telah menjadikan manusia sebagai khalifahnya. Larangan berbuat kerusakan ini

mencakup semua bidang, termasuk dalam hal muamalah, seperti mengganggu

penghidupan dan sumber-sumber penghidupan orang lain (lihat QS Al Qasas : 4).

Allah menegaskan bahwa salah satu karunia besar yang dilimpahkan kepada

hambanya ialah Dia menggerakkan angin sebagai tanda kedatangan rahmat Nya. Angin

yang membawa awan tebal, di halau ke negeri yang kering dan telah rusak tanamannya

karena tidak ada air, sumur yang menjadi kering karena tidak ada hujan, dan kepada

penduduk yang menderita lapar dan haus. Lalu dia menurunkan hujan yang lebat di

negeri itu sehingga negeri yang hampir mati tersebut menajdi subur kembali dan penuh

berisi air. Dengan demikian, dia telah menghidupkan penduduk tersebut dengan penuh

kecukupan dan hasil tanaman-tanaman yang berlimpah ruah.

Surat Sad Ayat 27-28 tentang Perbedaan Amalan Orang Beriman dengan Orang

Kafir

Artinya : “Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada

diantara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian adalah anggapan orang-orang kafir,

maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka.” (QS Sad :

27 )

Allah SWT menjelaskan bahwa dia menjadilakn langit, bumi dan makhluk apa

saja yang berada diantaranya tidak sia-sia. Langit dengan segala bintang yang menghiasi,

matahari yang memancarkan sinarnya di waktu siang, dan bulan yang menampakkan

bentuknya yang berubah-ubah dari malam kemalam serta bumi tempat tinggal manusia,

baik yang tampak dipermukaannya maupun yang tersimpan didalamnya, sangat besar

Page 7: LARANGAN BERBUAT KERUSAKAN DI BUMI DAN

artinya bgi kehidupan manusia. Kesemuanya itu diciptakan Allah atas kekuasaan dan

kehendaknya sebagai rahmat yang tak ternilai harganya.

Allah memberikan pertanyaan pada manusia. Apakha sama orang yang beriman

dan beramal saleh dengan orang yang berbuat kerusakan di muka bumi dan juga apakah

sama antara orang yang bertakwa dengan orang yang berbuat maksiat? Allah SWT

menjelaskan bahwa diantara kebijakan Allah ialah tidak akan menganggap sama para

hambanya yang melakukan kebaikan dengan orang-orang yang terjerumus di lembah

kenistaan. Allah SWT menjelaskan bahwa tidak patutlah bagi zat Nya dengan segala

keagungan Nya, menganggap sama antara hamba-hambanya yang beriman dan

melakukan kebaikan dengan orang-orang yang mengingkari keesaannya lagi

memperturutkan hawa nafsu.

Mereka ini tidak mau mengikuti keesaan Allah, kebenaran wahyu, terjadinya hari

kebangkitan dan hari pembalasan. Oleh karena itu, mereka jauh dari rahmat Allah sebagai

akibat dari melanggar larangan-larangannya. Mereka tidak meyakini bahwa mereka akan

dibangkitkan kembali dari dalam kuburnya dan akan dihimpun dipadang mahsyar untuk

mempertanggung jawabkan perbuatannya sehingga mereka berani zalim terhadap

lingkungannya.

Allah menciptakan langit dan bumi dengan sebenar-benarnya hanya untuk

kepentingan manusia. Manusia diciptakan Nya untuk menjadi khalifah di muka bumi ini

sehingga wajibuntuk menjaga apa yang telah dikaruniakan Allah SWT.

Contohnya:

Bumi semakin panas, pemanasan global, itulah isu yang kita rasakan sekarang ini,

dan isu ini sampai kapankah berakhir?. Nyatanya hari demi hari yang dirasakan memang

bumi semakin panas. Jam 8 pagi dirasakan panasnya sama dengan jam 12 siang masa

dekade 20 tahunan ke belakang. Bahkan di Amerika sana telah disimulasikan oleh

komputer, bagaimana jadinya jika pemanasan global ini mampu mencairkan kutub atau

benua Antartika, hasilnya permukaan laut akan meninggi sampai 60 meter tingginya,

bukankah jika terjadi maka bumi ini menjadi kiamat?.

Bumi semakin panas, persaingan hidup semakin keras. Bahkan setiap orang bagai

ada di dunia satwa hutan belantara dimana hukum rimba berlaku, si kuat memangsa si

lemah demi sekedar mengenyangkan perutnya. Berjuta problema kehidupan membayangi

silih berganti, terkadang problem yang satu belum tersolusi, datang pula problem lainnya,

hal ini terus bertumpuk dan tak pernah berujung dalam penyelesaian.

Page 8: LARANGAN BERBUAT KERUSAKAN DI BUMI DAN

Bumi semakin panas, eksplorasi alam terus berlangsung, pemerkosaan hutan,

cuaca tak menentu, petani tidak bisa lagi melakukan jadwal tanamnya seperti dulu, banjir,

longsor ketika musin hujan, atau kekeringan ketika musim kemarau. Sementara itu, di

setiap jalanan atau gang sempit, becek kumuh berjubel ratusan orang dewasa dan anak-

anak memenuhi jalanan bak kelinci dikandangnya. Mereka melakukan aktivitas seharian

tanpa mengenal waktu berbaur satu sama lain tanpa mengindahkan norma-norma kaedah

dalam pergaulannya. Mereka mau jadi apa nantinya?

Kebutuhan primer, sekunder mapun mewah manusia telah menyebabkan manusia

harus mengeksplorasi apapun di muka bumi ini. Inilah penyebab utama percepatan

rusaknya alam, bumi semakin panas. Padahal eksplorasi ini akan terus berlangsung dan

semakin cepat sejalan dengan tingkat populasi manusia yang semakin tinggi dan akan

mencapai angka 9,2milyar manusia pada tahun 2050.

Apakah faktor terlalu banyaknya manusia ini berpengaruh terhadap ekosistem

alam? Menurut berita yang bersumber dari Kompas Cybermedia, menyebutkan bahwa

"Manusia telah merusak Bumi dengan kecepatan yang tidak diduga sebelumnya. Hal ini

meningkatkan resiko kerusakan alam yang bisa mengakibatkan munculnya penyakit,

kekeringan, atau zona mati di lautan". Lebih lanjut dikatakan bahwa; "Penelitian yang

melibatkan 1.360 ahli dari 95 negara ini menyebutkan naiknya populasi manusia selama

50 tahun terakhir telah meningkatkan pencemaran dan eksploitasi berlebih terhadap dua

pertiga sistem ekologi yang menjadi tumpuan kehidupan. Aktivitas manusia telah

merusakkan fungsi alami Bumi dan kemampuan eskosistemnya sehingga barangkali tidak

akan ada yang tersisa bagi generasi mendatang. Disebutkan, sepuluh hingga 30 persen

mamalia, burung, dan jenis- jenis amfibi telah terancam punah. Ini adalah tanda

menurunnya dukungan bagi kehidupan di planet kita. Selama 50 tahun terakhir, manusia

telah mengubah ekosistem secara lebih cepat dan meluas dibanding waktu lain dalam

sejarah. Pertumbuhan permintaan makanan, air, kayu, serta bahan bakar belum pernah

sebanyak jangka waktu itu. Ini mengakibatkan hilangnya keanekaragaman kehidupan di

Bumi". Lebih lanjut Kompas Cybermedia menyebutkan, bahwa "dicontohkan, sejak

tahun 1945, semakin banyak tanah yang berubah menjadi lahan pertanian atau

pemukiman dibandingkan sepanjang abad 18 dan 19". Apakah keprihatinan ke depan itu

tidak berkepanjangan?. Tengoklah statistik kependudukan yang menyatakan bahwa pada

tahun 2050 penduduk dunia akan mencapai 9,2 miliar dan penduduk Indonesia 280 juta.

Padahal sebagaimana di lansir Kompas Cybermedia tersebut bahwa terlalu banyaknya

penduduk itu selain berpengaruh secara revolusioner terhadap faktor ekosistem juga akan

mempengaruhi langsung sector ekonomi dan sosial.

Page 9: LARANGAN BERBUAT KERUSAKAN DI BUMI DAN

Untuk itu, tidak ada salahnya kita merenung sejenak untuk menyikapi ayat

berikut: "Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di

muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah

tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada

diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum,

maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka

selain Dia.

QS 2:60, "Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami

berfirman: 'Pukullah batu itu dengan tongkatmu'. Lalu memancarlah daripadanya dua

belas mata air. Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-

masing). Makan dan minumlah rejeki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu

berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan."

QS 2:205, "Dan apabila ia berpaling (dari mukamu), ia berjalan di bumi untuk

mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan

Allah tidak menyukai kebinasaan."

QS 5:33, "Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi

Allah dan rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh

atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang

dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk

mereka di dunia, dan di akhirat mereka memperoleh siksaan yang besar."

Ajaran Agama Menghendaki Umatnya Hidup Melaksanakan Keseimbangan

Ajaran agama Islam menghendaki umatnya (pengikutnya) melaksanakan

"keseimbangan" dalam menempuh hidup ini. Allah tidak menginginkan yang hanya

mementingkan salah satu dari dua kebahagiaan, mementingkan kebahagiaan dunia saja

tanpa kebahagiaan akhirat, atau mementingkan akhirat saja, tanpa kebahagiaan dunia.

Menurut Umar Shihab, seseorang dalam pandangan Islam, tidak boleh hanya sibuk

dan mementingkan urusan dunianya, bekerja dan beramal untuk dunianya saja, dan

mengabaikan untuk akhiratnya. Atau sebaliknya, ia hanya beribadah terus-menerus,

melakukan salat terus menerus, melakukan puasa terus-menerus, bezikir terus-menerus

tanpa berhenti, dengan tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan untuk kebahagiaan dan

kemaslahatan hidupnya di dunia. Untuk kebahagiaan dunia kita dituntut untuk bekerja,

dan untuk kebhagiaan di akhirat, kita perlu bekerja.

Page 10: LARANGAN BERBUAT KERUSAKAN DI BUMI DAN

Umar Shihab menjelaskan, Allah telah menciptakan bagi manusia kehidupan dan

kematian dengan maksud agar Allah dapat menilai siapa di antara manusia itu yang dapat

melakukan amal-amal yang terbaik. Kehidupan yang telah diciptakan bagi manusia di

dunia ini merupakan kesempatan yang diberikan oleh Allah untuk berusaha dan

melakukan segala upaya yang hasilnya akan dapat dirasakan oleh manusia itu sendiri,

tidak hanya sewaktu mereka masih hidup di dunia ini, tetapi juga dapat dirasakan di alam

nanti, yaitu alam akhirat.

Kehidupan sesudah mati yang diciptakan oleh Allah untuk manusia di akhirat nanti

merupakan kesempatan untuk menikmati dan merasakan hasil yang telah dilakukan

sewaktu berada di alam dunia. Oleh sebab itu, ajaran Islam menegaskan bahwa dunia ini

merupakan tempat untuk menanam tanaman yang hasilnya dipetik di akhirat kelak.

Baik ayat-ayat Al-Qur'an maupun hadis-hadis Rasulullah sama-sama menegaskan

bahwa manusia harus dapat mengusahakan keseimbangan hidup, baik untuk di dunia di

satu sisi maupun untuk akhirat di sisi lain. Ini berarti bahwa manusia tidak boleh

mengutamakan salah satu sisi saja di atas sisi yang lain, seperti mementingkan kehidupan

dunia saja tanpa memperhatikan kehidupan akhirat, atau sebaliknya mengutamakan

kehidupan akhirat saja tanpa memperhatikan kehidupan dunia. Islam tidak menginginkan

terjadinya hal seperti itu. Hal ini antara lain dapat dilihat dalam salah satu ayat Al-Qur'an

dalam Surat S. Al-Qashash (28): 77 yang menyatakan:

Dan carilah (kebahagiaan) negeri akhirat pada apa yang telah dianugerahkan Allah

kepadamu, dan janganlah engkau melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi, dan

berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan

janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai

orang-orang yang berbuat kerusakan.

Ada 5 hal pokok yang terkandung di dalam ayat di atas, yaitu 1) perintah untuk

mencari dan meuntut kebahagiaan dunia akhirat pada apa yang telah dianugerahkan Allah

di dunia ini, 2) larangan Allah agar manusia tidak melupakan bahagiannya dari

kenikmatan dunia, 3) perintah Allah untuk berbuat ihsan (berbuat kebajikan) kepada

orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepada manusia, 4) larangan Allah agar

manusia tidak berbuat kerusakan di muka bumi, dan 5) Allah menyatakan

ketidaksukaannya terhadap orang yang berbuat kerusakan.

"Di sini kita dituntut untuk meraih kebahagiaan hidup di akhirat dengan

menggunakan berbagai sarana dan kenikmatan yang diberikan Allah di dunia ini, tanpa

kita melupakan upaya-upaya untuk menuntut kebahagiaan hidup di dunia. Kita

Page 11: LARANGAN BERBUAT KERUSAKAN DI BUMI DAN

diperintahkan untuk meraih dua kebahagian secara bersama-sama, kebahagiaan di dunia

dan kebahagiaan di akhirat," papar Umar Shihab.

Guru Besar Universitas Hasanuddin Makassar itu menjelaskan, keseimbangan

hidup menjadi tuntutan dan harapan. Segala nikmat dan rezeki yang diberikan Allah di

atas dunia ini harus dijadikan sebagai sarana untuk mencapai dan meraih kenikmatan di

akhirat. Harta yang diberikan Allah, misalnya, harus menjadi sarana yang dapat

memberikan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Harta, secara duniawi maupun

ukhrawi, dapat memberikan kebahagiaan bagi pemiliknya. Secara duniawi, harta dapat

memberikan kehidupan dunia yang layak dan berkecukupan bagi pemiliknya, dan secara

ukhrawi, harta dapat menjadi bekal untuk kebahagiaan di akhirat, apabila dengan

hartanya itu pemiliknya telah melakukan tuntutan-tuntutan agama, seperti mengeluarkan

zakatnya. Bagi orang tertentu, harta itu hanya digunakan semata-mata untuk kepentingan

duniawi, tanpa ada sedikit pun dampaknya untuk kebahagiaan ukhrawi.

Islam menuntut agar manusia selalu berupaya untuk meraih secara bersama-sama

dua kebahagiaan, yaitu kebahagiaan dunia dan kebahagiaan akhirat. Islam sebaliknya

mencela manusia yang hanya mementingkan satu aspek saja, tanpa memperhatikan aspek

lainnya. Orang-orang mukmin sejati akan selalu berupaya untuk memenuhi dan meraih

dua kebahagiaan itu dengan melakukan usaha dan ibadah sesuai dengan tuntunan ajaran

agama dan selalu mengharap agar dua kebahagiaan itu dapat diraihnya.

Maka dapat kita pahami adanya kekafiran di dalam diri manusia, bukan pada diri

golongan Kafirun saja, tetapi bisa jadi kekafiran tersebut hadir di

dalam diri orang yang mengaku dirinya beriman, yang menyatakan sebagai

pemeluk Islam, yang mempunyai cara dan ciri beribadat dan beramal seperti orang yang

telah mendapat ke-iman-an dari Allah, namun tidak memperhitungkan suci diri, bersih

dalam beragama, lurus di jalanNya dan adanya Ilmu Allah yang termiliki. Coba

perhatikan bagaimana orang-orang yang mengaku dirinya Islam, tetapi mereka

melakukan KKN, menghujat, memfitnah, sombong, suka bertengkar, ingkar janji,

mengikuti hawa nafsunya yang rendah, rakus terhadap duniawi, dan sebagainya.

Bagaimana pula dengan orang-orang yang berpenampilan bagai orang suci, bahkan

ucapan-ucapannya sangat menarik bahkan kadang-kadang membawa

ayat-ayat Allah, tetapi ternyata menurut Allah dalam kenyataannya adalah

orang-orang yang penentang terhadap Allah. Mereka senang sekali berbuat

kerusakan di bumi ini, kerusakan moral, suka mengobarkan peperangan,

perusak ciptaan Allah yang berupa tanaman, hewan, dan mahluk-mahluk Allah

lainnya, yang sebenarnya diciptakan Allah untuk kebaikan diri mereka.