4

Click here to load reader

Lari Dari Blora Press Release Dan Sinopsis

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Lari Dari Blora Press Release Dan Sinopsis
Page 2: Lari Dari Blora Press Release Dan Sinopsis

PRESS RELEASE 29 Maret 2007

IBAR Pictures dibentuk atas prakarsa Egy Massadiah, mantan wartawan dan seniman teater, yang kini berkiprah dalam bisnis teknologi informasi melalui perusahaan bernama PT Esa Mandiri Teknologi (Esatek). Melalui Esatek ini, Egy ingin mencoba mengayun sebuah langkah di mana bisnis teknologi informasi/komunitas IT memberi kepedulian nyata dalam kegiatan kebudayaan dan kesenian, salah satunya melalui karya cipta film.

Bersama Budi Nugroho, Dindin Zenture, dan Akhlis Suryapati, dimulailah menjadikan Ibar Pictures sebagai perusahaan sekaligus komunitas kreatif bidang film, yang bergerak khusus untuk produksi film layar lebar, dengan mendapat dukungan dari PT Cahaya Kristal Media Utama (Cakrisma) yang bergerak dalam bidang periklanan, serta Creative Plus Communications yang selama ini banyak memproduksi film dokumenter, film iklan, video profile dan desain grafis.

Film Lari dari Blora merupakan proyek pertama, dari rencana Ibar Pictures memproduksi sejumlah film layar lebar pada tahun ini dan tahun-tahun mendatang.

Film Lari dari Blora merupakan drama-roman dengan latarbelakang budaya, diharapkan terkemas dalam karya sinematografi yang bisa memberi apresiasi kepada masyarakat tentang sebuah Film Indonesia, tentang sebuah budaya Indonesia, dari sudut pandang sineas Indonesia, serta memiliki daya tutur dan bahasa gambar yang komunikatif.

Shooting Lari dari Blora akan dilaksanakan pada bulan April-Mei 2007 dengan lokasi Jakarta, Kabupaten Blora, Pati, Rembang dan Jepara Jawa Tengah.

Disutradarai Akhlis Suryapati, film Lari dari Blora melibatkan Bobby Sandy sebagai supervisor, Rus Y Sapari sebagai penata kamera, Yuana M sebagai penata artistik, Hornady Setiawan sebagai penata gambar, Wong Che Keung menangani pasca produksi, Ariyanto Pepes sebagai penata suara, Tanto Ankarumanka sebagai penata busana, Syaiful Asbo sebagai koordinator produksi, dan sejumlah pekerja film yang selama ini sudah banyak menangani proyek-proyek film layar lebar maupun film televisi.

Pemain-pemain yang tampil dalam film Lari dari Blora, antara lain adalah WS Rendra, Ardina Rasti, Annika Kuyper, Soultan Saladin, Tina Astari, Iswar Kelana, Nizar Zulmi, Brata Sentosa, Andreano Phillip, Oktav Kriwil, serta Egy Massadiah dan sejumlah pemain muda lainnya, dengan melibatkan puluhan artis dari Jawa Tengah.

www.laridariblora.com

Page 3: Lari Dari Blora Press Release Dan Sinopsis

A Production Egy Massadiah

Present Ibar Pictures A Film by Akhlis Suryapati

LARI DARI BLORA SEORANG gadis Amerika yang baru patah hati,. mewakili sebuah NGO (LSM) Asing, bernama Cintya, datang ke Desa Samin, antara Pati-Blora (Jawa Tengah), untuk melakukan penelitian terhadap kebudayaan masyarakat Samin. Pada saat bersamaan, ada dua pelarian dari penjara Blora, penjahat kelas teri bernama Bongkeng dan Sudrun, memilih desa tersebut sebagai tempat persembunyian. Masyarakat Samin adalah sebuah masyarakat dengan budaya eksklusif. Budaya ini ter-bentuk oleh Samin Surosentiko (Raden Kohar, lahir 1859) asal Randhublatung, Blora. Sejak tahun 1890 Samin menyebarkan ajarannya dari Desa Klopodhuwur, Blora, hingga mencapai Pati, Rembang, Purwodadi, Bojonegara, Madiun, Kudus, dan sejumlah daerah lainnya di Indonesia. Tahun 1907 Samin Surosentiko ditangkap Asisten Wedana , dibuang ke luar Jawa hingga meninggal dunia 1914. Saminisme dimulai dari pembangkangan atas program perluasan hutan jati oleh pemeintah Hindia Belanda , berkembang menjadi gerakan batin yang menentang segala formalitas, pembayaran pajak, administrasi negara, juga tidak percaya lembaga sekolah. Kehidupan orang Samin lebih mengedepankan tata harmoni kehidupan, keselarasan dengan alam. Tidak pernah nikah melalui kantor KUA, namun mereka jarang bercerai. Agama dipahami sebagai Gaman (Senjata), yaitu alat vital (seperti ajaran Dharmogandhul). Komunitas Samin dalam cerita film ini, merupakan sisa-sisa keturunan kelima, merupakan yang terakhir masih bias dijumpai. Desa Samin dikenal aman, tenang, tenteram, namun tidak pernah maju dalam arti mengenal modernisasi. Sebelum Cintya datang, ada seorang guru yang mengajar di Sekolah Kecamatan, beru-saha untuk menyekolahkan anak-anak orang Samin. Namun usahanya itu ditentang keras oleh Pak Lurah, belakangan juga oleh Pak Camat. Pak Lurah punya prinsip, dengan tetap menjadikan masyarakat Samin sebagai Cagar Budaya maka desa tersebut memiliki ciri khas, mengundang para peneliti, LSM, mahasiswa, dan sebagainya, yang berarti adalah mengundang dana bantuan. Pelestarian terhadap budaya dan komunitas Samin juga berarti menghargai semangat multikultural yang menjadi cirri kebudayaan Indonesia. Maka Pak Lurah ingin bertahan untuk melestarikan budaya masyarakat Samin, yang antara lain menolak lembaga sekolah.

Page 4: Lari Dari Blora Press Release Dan Sinopsis

Kedatangan Cintya, membuat Ramadian semakin semangat dalam melaksanakan niatnya menyekolahkan anak-anak Samin. Terjalin hubungan kepentingan yang intens antarmereka. Hal itu membuat hubungan cintanya dengan Hasanah, putri Pak Camat yang juga mengajar di SD, agak terganggu karena Hasanah cemburu melihat kedekatan Ramadian dengan Cintya. Di tengah suasana dan dinamika Desa Samin, yang seperti noktah kecil di tengah peta Indonesia (bahkan dunia) yang luas dan bergerak pesat dalam budaya dan teknologi, berlangsung kisah percintaan dua remaja, Heru dan Wati. Percintaan mereka penuh dengan gairah puber yang menyala-nyala, serta tidak lepas dari kecenderungan dorongan kehidupan modern yang berorientasi pada fisik dan materi. Dalam hal ini seks dan fasilitas hidup. Di pihak lain, untuk upaya menyekolahkan anak-anak Samin, Ramadian juga mengakrabi Simbah, sesepuh warga Samin, keturunan langsung Samin Surosentiko. Simbah ini pula yang ternyata melindungi pelarian dari penjara, Bongkeng dan Sudrun, dengan alasan kedua orang itu tidak pernah berbuat jahat, hanya lapar, butuh pertolongan. Polisi yang mencari pelarian itu, tidak berhasil mendapat informasi dari Simbah. Persoalan menjadi serius, tatkala konflik antara Ramadian dan Pak Lurah menajam. Apalagi ketika Ramadian mendidik anak-anak Samin di rumah kontrakannya, yang berarti benar-benar menentang pendapat Pak Lurah. Pada saat yang bersamaan, dari kota bermunculan para intel yang menilai, desa tersebut menjadi sarang pelarian. Pada zaman perang melawan teroris sekarang ini, desa-desa yang eksklusif dan tertutup, patut dicurigai. Termasuk Simbah dan warga Samin dicurigai karena melindungi pelarian. Dalam suasana pesta yang menghadirkan tontonan Ketoprak dengan lakon Saridin dan Sjech Djangkung, bertebaran para intel dan aparat, yang kemudian menyulut insiden akibat Bongkeng dan Sudrun dipergoki polisi. Bongkeng dan Sudrun lolos. Namun Desa Samin tidak lagi nyaman. Menyebar isu bahwa Desa Samin menjadi sarang penjahat dan berpotensi dijadikan sarang teroris, gerakan para aktivitas LSM asing dan dalam negeri yang diduga menebarkan provokasi, ajaran yang dikembangkan Simbah dicurigai dicurigai punya kecenderungan sebagai aliran sesat. Sebuah operasi khusus yang menegrahkan sepasukan polisi Brimob akhirnya di Desa Samin. Truk, panser, jep, dan polisi-polisi dengan senjata lengkap, bergerak dan menyerbu Desa Samin .****