23
LATAR BELAKANG Pertanian Indonesia memiliki potensi besar dalam segi sumberdaya dan kualitas, sehingga dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara. Pertanian tidak lagi dipandang dalam ruang lingkup yang sempit dan penanaman saja. Pertanian saat ini sudah diupayakan secara terintegrasi. Pertanian tidak terfokus hanya pada budidaya saja, namun seluruh aspek yang menunjang pertanian, seperti pemanfaatan pengolahan dan pemasaran. Persaingan yang tinggi saat ini, mendorong pertanian harus memiliki daya saing dan inovasi yang baik, terutama pada produk-produk pertanian yang memiliki potensi dan nilai yang tinggi, serta dijadikan kebutuhan pokok oleh sebagian besar masyarakat. Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas ini juga merupakan sumber pendapatan dan kesempatan kerja yang memberikan kontribusi cukup tinggi terhadap perkembangan ekonomi wilayah (Departemen Pertanian, 2005). Bawang merah merupakan komoditas yang dibutuhkan sehari – hari oleh seluruh masyarakat Indonesia sehingga bila terjadi fluktuasi pasokan dengan permintaan yang selalu tinggi akan menyebabkan fluktuasi harga sesuai teori ekonomi mengenai hukum penawaran dan permintaan. Bila kenaikan harga bawang terjadi, maka akan mempengaruhi inflasi. Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan inflasi Februari 2013 sebesar 0,75 persen. Nilai ini merupakan inflasi bulanan tertinggi selama 10 tahun terakhir menurut BPS salah satu penyebab inflasi tinggi adalah kenaikan harga bawang. 0

Latar Belakang Wacana Untuk Negeri

Embed Size (px)

Citation preview

LATAR BELAKANGPertanian Indonesia memiliki potensi besar dalam segi sumberdaya dan kualitas, sehingga dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara. Pertanian tidak lagi dipandang dalam ruang lingkup yang sempit dan penanaman saja. Pertanian saat ini sudah diupayakan secara terintegrasi. Pertanian tidak terfokus hanya pada budidaya saja, namun seluruh aspek yang menunjang pertanian, seperti pemanfaatan pengolahan dan pemasaran. Persaingan yang tinggi saat ini, mendorong pertanian harus memiliki daya saing dan inovasi yang baik, terutama pada produk-produk pertanian yang memiliki potensi dan nilai yang tinggi, serta dijadikan kebutuhan pokok oleh sebagian besar masyarakat.Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas ini juga merupakan sumber pendapatan dan kesempatan kerja yang memberikan kontribusi cukup tinggi terhadap perkembangan ekonomi wilayah (Departemen Pertanian, 2005). Bawang merah merupakan komoditas yang dibutuhkan sehari hari oleh seluruh masyarakat Indonesia sehingga bila terjadi fluktuasi pasokan dengan permintaan yang selalu tinggi akan menyebabkan fluktuasi harga sesuai teori ekonomi mengenai hukum penawaran dan permintaan. Bila kenaikan harga bawang terjadi, maka akan mempengaruhi inflasi. Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan inflasi Februari 2013 sebesar 0,75 persen. Nilai ini merupakan inflasi bulanan tertinggi selama 10 tahun terakhir menurut BPS salah satu penyebab inflasi tinggi adalah kenaikan harga bawang.Harga pada bulan September 2012 dibandingkan bulan Agustus 2012 untuk bawang merah lokal mengalami penurunan sebesar 5 %. Harga pada bulan September 2012 dibandingkan September 2011 untuk bawang merah lokal mengalami penurunan sebesar 19 %. Harga bawang secara lokal secara nasional berfluktuasi cenderung tinggi dengan koefisien keragaman harga bulan September 2011 sampai dengan bulan September 2012 sebesar 11 %. Sedangkan koefisien keragaman bulan September 2012 cenderung stabil sebesar 1,91 %. Disparitas harga bawang antar wilayah pada bulan September 2012 cenderung tinggi dengan koefisien keragaman harga antar wilayah sebesar 31,01 %, sama hal dengan disparitas harga antar wilayah pada bulan September 2011 dibandingkan dengan September 2012 cenderung tinggi sebesar 25,66 % (Kementerian Perdagangan, 2012). Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, produksi bawang merah pada tahun 2010 sebesar 1.048.934 ton. Apabila dibandingkan dengan kebutuhan nasional sebesar ......maka pasokan bawang merah mengalami surplus sebanyak ...... sehingga mampu ekspor sebanyak...... Namun pada tahun 2010 tersebut, masih terjadi importasi bawang merah sebesar ...... Dari data tersebut dilihat bahwa nilai impor lebih banyak daripada ekspor, padahal jika dilihat dari jumlah produksi bawang merah masih mencukupi untuk konsumsi nasional sehingga tidak diperlukan lagi adanya impor bawang merah. Sebagian bawang merah impor itu berasal dari India, Vietnam, Filipina, dan China. Selama ini, bawang merah impor bebas masuk karena bukan merupakan produk yang diatur. Meskipun dalam Undang undang Nomor 13 Tahun 2010 menyebutkan bahwa impor hortikultura boleh jika produksi dalam negeri tidak mencukupi. Selain itu impor bawang merah dilakukan karena petani bawang merah di dalam negeri belum memasuki masa panen, importasi harus bisa memastikan bahwa tidak akan bertabrakan dengan masa panen petani bawang merah. Sementara impor bawang merah ini dilakukan untuk mengisi pasokan pada tiga bulan sebelum masa panen raya tiba. Bila dilakukan pada musim panen akan mempengaruhi kesejahteraan petani saat panen tiba (....). Impor bawang merah sebenarnya tidak perlu dilakukan atau dikurangi jumlahnya jika teknologi budidaya dan penanganan pascapanen serta penyimpanannya dilakukan secara tepat. Faktor kunci pada teknologi budidaya adalah penjadwalan penanaman. Selama ini pola tanam antar daerah relatif sama, sehingga berpengruh pada mahalnya harga bibit dan panen yang akan bersamaan. Imbasnya adalah jatuhnya harga pada saat panen raya dan sebaliknya pada waktu di luar musim harganya cukup tinggi. Dalam keadaan produksi yang melimpah, petani berusaha menyimpannya selama mungkin. Namun demikian umbi bawang merah tidak akan tahan disimpan lama karena umbi tersebut dapat mengalami pembusukan ataupun pertunasan dini. Kondisi seperti ini tidak menguntungkan sebab dapat menurunkan kualitas dan tidak dikehendaki untuk bahan konsumsi. Mengingat bawang merah dapat mengalami pertunasan dini dan mudah rusak atau mengalami perubahan-perubahan akibat proses-proses fisiologi, biologi, fisikokimia, dan mikrobiologi sehingga sulit dipertahankan dalam bentuk segar dalam jangka waktu yang lama memerlukan penanganan pascapanen yang baik terutama dalam hal pengolahan atau pengawetan guna memperpanjang masa simpan dan mempertahankan mutu, menjamin kontinuitas stok bawang merah serta meningkatkan nilai ekonominya.

atau mengalami perubahan-perubahan akibat proses Karena teknologi tersebut mampu menghindari kerusakan dan susut panen dan pascapanen. Sehingga jumlah produksi tidak mengalami pengurangan dan mampu memenuhi kebutuhan bawang merah nasional. Ada kecenderungan produksi bawang merah yang melimpah pada waktu waktu tertentu (saat panen raya) menyebabkan harga bawang merah relatif murah dan sebaliknya pada waktu diluar musim harganya cukup tinggi. Dalam keadaan Ada keSelain itu, adanya impor bawang merah tenyata berkaitan dengan pasokan bawang merah pada musim paceklik. Pada saat ini biasanya faktor cuaca yang tidak bisa diantisipasi dengan baik menyebabkan pasokan di pasar berkurang. Imbasnya, harga bawang merah pun naik, mengikuti kenaikan harga bawang putih. harga bawang merah bulan Januari 2013 masih sekitar Rp 15.000 per kg. Namun, Februari-April 2013, sudah melonjak lebih dari tiga kali lipat menjadi Rp 50.000 per kg. Harga bawang merah ini hampir menyamai harga bawang putih yang sudah mencapai Rp 80.000 per kg. Padahal, sekitar 95 persen dari kebutuhan bawang putih dipenuhi dari impor.Pemerintah tahun 2013 ini merencanakan importasi bawang merah untuk menurunkan harga bawang merah namun demikian importasi memeliki berbagai permasalahan yang akan muncul kelak. Menggantungkan diri pada impor selalu menimbulkan distorsi, seperti ada permainan para importir, kebergantungan terhadap negara lain dan mengancam produksi petani dalam negeri. Titik kritis importasi agar seluruh stake holders bawang terpuaskan baik konsumen maupun produsen adalah penentuan jumlah yang harus diimpor dan waktu yang tepat mendatangkan bawang impor tersebut.Untuk itu perlu analisis rantai nilai diseluruh stakeholders bawang agarimportasi tidak merugikan. Selain pasokan yang berfluktuatif, faktor distribusi pun mempengaruhi fluktuasi hargabawang distribusi dari petani, pengumpul kecil, pengumpul besar, pedangang pasar induk sampai pedagang retail yang langsung berhubungan dengan konsumen akhir. Distribusi seringkali dimanfaatkan oleh pedagang yang spekulaitf menahan bawang untuk mengurangi pasokan kesuatu wilayah sehingga meyebabkanharganya naik dan saat itu menjualnya. Bila ada ditemukan dalam suatu rantai perdagangan seperti itu, maka proporsi keseluruhan nilai tambah yang diperoleh oleh pedagang tersebut meningkat dan mengurangi nilai tambah yang diperoleh oleh pedagang berikutnya dalam rantai perdagangan. Oleh karena itu, analisis rantai nilai menjadi penting untuk dilakukan. Penerapan teknologi pascapanen dan strategi keragaan bawang merahSeringkali teknologi yangdiberikan oleh pemerintah tidak tepat sasaran sehingga teknologi yangdiberikan tidak digunakan baik oleh petani, pengepul maupun pedagang. Stakeholders merasakan penggunaan teknologi hanya meningkatkan biaya saja sehingga perlu adanya assessment teknologi yang Mengidentifikasi dan mempertimbangkan kebutuhan teknologi dari pasar, stakeholders bawang dan kemampuannyauntukmenjawabkebutuhan. Salah satu metode menganalisis teknologi yang digunakan adalah dengan nilai tambah disetiap titik pemasaran bawang merah. Seringkali penerapan teknologi disuatu titik rantai membuat titik rantai pelaku tersebut menjadi lebih berkuasa dibanding pelaku lainnya, Untuk mengevaluasi hal tersebut dan menjamin perdagangan yang adil perlu analisis nilai secara menyeluruh di matarantai nilai stakeholder. Bawang merah dengan cabe merah memiliki karakteristik permasalahan yang hampir sama. FAO (2012) telah mensarankan beberapa strategi untuk meningkatkan keragaan sepanjang rantai yaitu strategi 1. Perencanaan produksi sesuai kebutuhan baik kualitas, kuantitas dan keberlanjutan2. Kerjasama diantar petani, koperasi,industri, pasar induk dan supermarket3. Kerbaikan teknologi sortasidan grading4. Membangun pusat pengolahan cabe kering, cabe bubuk dan lainnya5. Pengembangan sistem informasi supply chainBudidaya bawang merahSeringkali petani belum merasakan keuntungan yang layak dalam menanam bawang merah, bahkan terdapat beberapa petani yang keuntungannya hanya cukup untuk makansehari. Beberapa petani mengatakan bahwa membutuhkan Rp 45 juta per hektar untuk menanam bawang merah. Dengan hasil panen hanya 10 ton per hektar dan harga bawang Rp 4.500 per kg, terpaksa hanya puas balik modal. Apalagi petani bawang merah banyak yang modal tanam selalu pinjam baik dari dari orangtua, tetangga maupun pengepul bawang merah disekitar rumahnya. Saat ini telah dilakukan penyuluhan teknologi budidaya bawang merah dengan menanam tidak dari umbi melainkan melalui biji. Namun kendalanya adalah seringkali terjadi keraguan keberhasilan oleh petani. Namun demikian telah dinyatakan memberikan hasil yang mengembirakan. Benih biji hanya butuh total biaya Rp 10 juta per hektar. Dengan 5 kg benih untuk lahan 1 hektar, petani bisa panen 20-25 ton bawang merah yang laku dijual ke pengepul Rp 22.000 per kg. Sehingga petani merasakan jauh lebih untung dan hemat dibandingkan pakai umbi. Harga umbi yang sangat mahal. Dan dari modal tanam Rp 45 juta per hektar, sekitar Rp 25 juta di antaranya untuk membeli benih umbi. Walaupun dengan benih biji, petani memerlukan aktivitas tambahan yaitu sebelum menanam, petani harus membenihkan bibit selama 5-7 minggu. Petani rutin mencuci bawang pembenihan dengan air bersih untuk membersihkan sisa kotoran. Saat bibit dipindahkan ke area tanam, petani hanya memberikan pupuk organik. Selain itu petani juga harus terbiasa menghitung jarak tanam tepat 10 x 10 cm atau 5 x 10 cm. Tujuannya, memberikan hasil panen lebih banyak karena biji akan menghasilkan umbi tunggal.Keterbatasannya adalah petani masih menggunakan umbi sehingga sulit mendapatkan bibit murah di tengah harga bawang merah yang tinggi. Sehingga untuk meningkatkan nilai tambah di tingkat petani perlu adanya kebiasaan membuat benih sendiri di tengah tingginya harga bawang. Saat ini, harga bawang merah eceran mencapai Rp 40.000 per kg, sedangkan harga bawang merah untuk benih Rp 35.000 per kg sehingga petani dapat memgurangi biaya benih. Harga bawang merah saat ini terlampau tinggi sehingga kurang menguntungkan petani. Petani dengan lahan di atas 2 hektar merasakan kesulitan mendapatkan bibit umbi.Terdapat tiga sentra utama produksi bawang merah yaitu di Bima, Palu dan Brebes. Bagi petani bawang merah di Bima sudah menggunakan bibit biji, harga bawang merah yang tinggi memberikan keuntungan besar, tetapi tidak bagi petani bawang merah di Brebes yang masih menggunakan bibit umbi. Harga bawang merah yang tinggi membuat petani tidak bisa membeli bibit umbi bawang. Analisis nilai tambah diperlukan pula oleh petani untuk membandingkan penggunaan benih umbu dengan penggunaan benih biji. Pada penelitian ini akan dikaji rantai nilai untuk daerah Brebes yang memasok bawang merah ke Jakarta dan sekitarnya. Fenomena melonjaknya harga bawang dapat mengancam kesejahteraan petani sehingga harus segera diatasi. Agar kejadian tidak terulang, satu-satunya cara adalah dengan meningkatkan kemampuan petani agar hasil taninya optimal serta mampu memenuhi kebutuhan konsumen.Cara-cara yang dapat ditempuh dapat melalui langkah-langkah sederhana. Misalnya seperti pemberian kredit untuk modal, sosialisasi dan penyuluhan, baik di bidang teknik penanaman dan pembibitan sampai teknologi pascapanen. Pemilihan cara/teknologi tersebut harus dianalisis nilai tambahnya bagi seluruh stakeholders bawang agar terjadi keadilan dan peningkatan nilai tambah.Pengembangan keragaan bawang merah untuk mengurangi fluktuasi harga diperlukan kajian mengenai aliran pasokan dan aliran nilai bawang merah dari petani hingga konsumen akhir serta memerlukan adanya pemetaan kondisi produksi dan pemasaran bawang merah saat ini.Analisis rantai pasok dan nilai dapat mengambarkan kondisi bawang tersebut serta merrancang strategi untuk meningkatkan keragaan bawang merah di setiap stakeholders bawang merah. Selain itu analisis rantai nilai berfungsi untuk mengevaluasi disapritas harga antar stakeholder mulai dari petani, pengumpul kecil, pedagang besar hingga pedagang eceran. Rumusan MasalahBertitik tolak dari latar belakang masalah di atas, maka dapat disimpulkan permasalahan yang diangkat adalah sebagai berikut:1. Bagaimana pola distribusi pemasaran komoditas bawang merah mulai dari petani sampai konsumen akhir di sentra produksi bawang Brebes?2. Seberapa besar marjin nilai tambah yang diterima setiap pelaku pemasaran dalam rantai distribusi komoditas bawang merah di sentra produksi Brebes?Tujuan penelitianPenelitian ini bertujuan untuk: (i) menggambarkan pola distribusi bawang merah, dan (ii) menganalisis rantai nilai pemasaran pada setiap pelaku pemasaran bawang merah. (iii) memberikan alternatif kebijakan dan strategi yang tepat baik teknologi teknis maupun nonteknis. Manfaat penelitianManfaat penelitian adalah memberikan alternatif pasar dan saluran bagi petani sehingga pemasaran lebih efisien, menghasilkan strategi teknologi yang sesuai pasar, kemampuan stakeholders sertayang meberikan nilai tambah disetiap rantai pasok bawang merah. Manfaat lainnya yaitu memberikan keadilan pemasaran bawang merah bagi seluruh stakeholders bawang sehingga pembuat kebijakan akan lebih adil di dalam tataniaga bawang merah.

TINJAUAN PUSTAKARantai nilai mencakup seluruh kegiatan dan layanan untuk membawa suatu produk atau jasa dari tahap perencanaan hingga penjualan di pasar akhirnya. Rantai nilai mencakup pemasok bahan baku, produsen, pengolah, dan pembeli dan didukung berbagai penyedia jasa teknis, bisnis, dan keuangan. Rantai nilai merupakan sebuah sistem dari langkah-langkah saling terkait penting untuk mengubah bahan mentah menjadi produk jadi untuk konsumen akhir, dimana setiap langkah tersebut menambah nilai produk. Mirip dengan suatu rantai pasokan, namun lebih terfokus pada bagaimana nilai ditambahkan bukan bagaimana bahan mentah berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Dalam beberapa cara, nilai tambah terlihat jelas, namun dalam cara lainnya terlihat lebih samar. Dalam contoh dari bawang merah,rantai nilai dimulai dengan menyiapkan lahan (membersihkannya, membiayainya) lalu berlanjut ke penanaman, perawatan, panen, pengeringan, pengemasan, pemeriksaan, pengiriman, pemasaran dan penjualan domestik. Sepanjang rantai tersebut setiap titik, ada nilai tambah untuk konsumen, baik dalam bentuk metode fresh produk (beberapa metode menghasilkan rasa lebih baik dibandingkan metode yang lain) hingga pengiriman (beberapa perusahaan lebih efisien daripada yang lain atau pengemasan, dengan bentuk-bentuk kemasan yang lebih menarik bagi konsumen. (Campbell, 2008).

Dalam penelitian analisis rantai nilai bawang merah untuk menghasilkan kebijakan strategi dan teknologi digunakaan beberapa tools yaitu FGD (Focus Group Discussion), snowball sampling, penghitungan nilai tambah R/C (revenue per cost), metode hayami,dan perencanan strategi SWOT (strenght,weakness, oppurtunity dan threats) serta melakukan prioritas strategi disetiap rantai pasok bawang merah dengan metode QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix). Secara lebih detail sebagai berikut : FGDFocus Group Discussion atau diskusi kelompok terarahadalah adalah suatu proses pengumpulan informasi suatu masalah tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok (Irwanto, 1998). Diskusi kelompok terarah adalah wawancara dari sekelompok kecil orang yang dipimpin oleh seorang narasumber atau moderator yang secara halus mendorong peserta untuk berani berbicara terbuka dan spontan tentang hal yang dianggap penting yang berhubungan dengan topik diskusi saat itu.Interaksi diantara peserta merupakan dasar untuk memperoleh informasi. Peserta mempunyai kesempatan yang sama untuk mengajukan dan memberikan pernyataan, menanggapi, komentar maupun mengajukan pertanyaan. Tujuan FGD adalah untuk memperoleh masukan maupun informasi mengenai suatu permasalahan yang bersifat lokal dan spesifik. Penyelesaian tentang masalah ini ditentukan oleh pihak lain setelah masukan diperoleh dan dianalisa.Snowball samplingTeknik snowball adalah sampling non probabilitas yangpaling bermanfaat ketika ada suatu kebutuhan untuk mengidentifikasi suatu populasi yang sebelumnya tak dikenal. Menghubungkan anggota dari suatu populasi dengan satu sama lain, salah satu secara langsung, adalah suatu prosedur yang yang layak untuk mengidentifikasi semua anggota menyangkut populasi itu. Sebagai contoh, yang kecil adalah sering dikenal untuk satu sama lain tetapi tidak dikenal orang luar. Sebagai konsekwensi, studi banyak orang mulai dengan suatu identifikasi awal dari beberapa masyarakat yang berpengaruh kemudian menentukan siapa yang akan ditanya didapat dari mereka untuk mencalonkan para orang lain berpengaruh. Proses melanjut sampai ada alasan untuk percaya bahwa semua berpengaruh telah dikenali. (Kenneth W.E dan David Ermman (1977)RC rasio Analisis R/C Rasiomerupakansalahsatuanalisisyangdigunakanuntukmengetahuiapakahsuatu unit usahadalammelakukanprosesproduksimengalamikerugian, impas, untung. Analisis R/C Rasiomerupakananalisis yang membagiantarapenerimaandengan total biaya yangdikeluarkan.

Metode Hayami Untuk mengetahui peningkatan nilai tambah pengolahan bahan baku digunakan metode nilai tambah Hayami (1987), tabel berikut menggambarkan metode hayami

Analisis SWOT Analisis SWOT adalah suatu analisis sistematis yang mengidentifikasikan faktor-faktor kekuatan, kelemahan intern perusahaan serta peluang dan ancaman dalam lingkungan yang dihadapi perusahaan. Kekuatan adalah sumber daya, keterampilan atau keunggulan-keunggulan lain relatif terhadap pesaing, atau merupakan kompetensi khusus yang memberikan keunggulan bagi perusaaan. Sedangkan kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya, keterampilan dan kapabilitas yang menghambat kinerja efektif perusahaan. Peluang adalah situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan perusahaan. Sedangkan ancaman adalah situasi penting yang tidak menguntungkan dalam lingkungan perusahaan.4 tipe strategi yang akan muncul dari matriks SWOT adalah : 1. Strategi SO (Strength - Opportunity)Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang. 2. Strategi WO (Weakness - Opportunity)Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang. 3. Strategi ST (Strength - Threat) Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman. 4. Strategi WT (Weakness - Threat)Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman.

Pengertian Matriks QSPM.Matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) adalah suatu matriks yang menggabungkan hasil dari analisa tahap 1 (Matriks EFAS dan IFAS) dananalisa tahap 2 (Matriks SWOT) untuk mendapatkan suatu hasil rekomendasi atau alternatif strategi yang paling baik bagi perusahaan. Matriks EFAS (External Factor Analysis Sumary) adalah suatu matriks yang menggambarkan susunan daftar faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi kinerja suatu organisasi atau perusahaan. Yang termasuk faktor eksternal adalah peluang (Oppotunity) dan ancaman (Threat). Sedangkan matriks IFAS (Internal Factor Analysis Sumary) adalah suatu matriks yang menggambarkan susunan daftar faktor-faktor internal yang mempengaruhi kinerja suatu organisasi atau perusahaan. Yang termasuk faktor internal adalah kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness).Masing-masing faktor tersebut akan diberi bobot dengan jumlah total bobot adalah 1. Bobot yang diberikan menunjukkan seberapa penting faktor tersebut akan menunjang keberhasilan suatu perusahaan. Selanjutnya masing-masing faktor akan diberi rating yang menunjukan respon terhadap faktor-faktor tersebut. Setiap bobot dan rating akan dikalikan untuk menentukan nilai bobot faktor. Kemudian jumlahkan nilai bobot setiap faktor untuk menentukan nilai bobot total bagi perusahaan.Penelitian-penelitian mengenai rantai nilaiSobichin (2012) melakukan penelitian mengenai rantai nilai distribusi komoditas gabah dan beras di kabupaten Batang dengan menggunakan analisis marjin disetiap tahap rantai. Sampling yang digunakan yaitu teknik snowball sampling yang menenemukan empat pola distribusi di kabuaten Batang. Margin pemasaran tertinggi terjadi di penggilingan padi sebesar 47,4 persen, kemudian pedagang pengumpul 4,9 persen, pedagang besar 4,2 persen, dan pedagang pengecer 3,3 persen dari keseluruhan nilai marjin pemasaran gabah dan beras. Saran dalam penelitian ini yaitu; (i) petani harus mengoptimalkan peran kelompok tani dalam kegiatan pasca panen dan pemasaran hasil panen padi secara terpadu dan terkoordinir. Bersatunya petani dalam kelompok akan memperkuat bargaining power terhadap pelaku tata niaga gabah dan beras. (ii) dalam jangka pendek hendaknya pemerintah mendorong petani untuk menjual gabah dalam bentuk Gabah Kering Giling (GKG), sehingga komoditas mempunyai nilai yang tambah dan harganya tidak jatuh pada saat panen raya. Oleh karena itu, pemerintah harus mengembangkan lumbung padi dan fasilitas jemur di pedesaan. Hal ini akan memperpendek rantai pemasaran, sehingga diharapkan dapat memperkecil disparitas antara harga gabah dan harga beras. Kelemahan penelitian ini yaitu tidak adanya prosedur yang sistematis dalam menentukan strategi atau perencanaan perbaikan rantai nilai

FAO (2012) melakukan penelitian mengenai keragaan pasar dan rantai nilai cabe merah di Garut dan Majalengka, metode yang digunakan adalah analisis RC rasio disetiap stakeholder untuk melihat distribusi rantai nilai yang seimbang setalah melakukan FGD dan survey untuk setiap stakeholders. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai tambah di tingkat petani di kabupaten Garut lebih baik daripada di Majalengka karena terdapat kerjasama petani dengan industri pengolahan cabe besar seperti Indofood maupun ABC. Kerjasama tersebut menguntungkan karena diberikan penyuluhan dan insentif harga sehingga produktivitas dan pendaptan petani lebih tinggi. Selain itu, penelitian menggunakan analisis SWOT untuk mendapatkan strategi serta memprioritaskannya dengan menggunakan QSPM. Kelebihan penelitian ini adalah sudah menggunakan prosedur yang sistematis dalam menentukan strategi hanya saja kelemahannya adalah strategi yang dihasilkan masih secara umum, seharusnya bisa dilanjutkn dengan strategi khusus untuk setiap stake holders sepanjang rantai pasok cabe.

Bahtiar dan Kindangen (2011) melakukan analisis rantai nilai untuk produk-produk pertanian di Sulawesi Utara Tahapan untuk analisis rantai nilai adalah sebagai berikut: (1) menyajikan situasi masalah nyata, (2) analisa kondisi situasi bersama stakeholder dengan analisis inventarisasi rantai nilai, kelembagaan, sistem sosial, (3) menyusun urutan permasalahan yang dihadapi, (4) melakukan perbaikan dan solusi dari permasalahan yang ada melalui identifikasi sistem, perancangan model, saran perbaikan dalam beberapa tahap uji coba, (5)membedakan antara model yang dirancang dengan situasi nyata dilapang, (6) perubahan keinginan secara sistematis yang memungkinkan, dan (7) Kegiatan aksi/implementasi untuk merubah situasi menjadi lebih produktif utk memperoleh nilai tambah. Dari analisis rantai nilai strategi yang diusulkan dari penelitian ini adalah membangun kelembagaan ekonomi yang solid disertai pengembangan usaha kemitraan guna memperlancar distribusi berbagai produk yang dihasilkan, penyediaan sarana produksi, serta informasi teknologi yang dibutuhkan secara spesifik. Untuk mewujudkan nilai maksimal dari rantai nilai usaha sektor pertanian disarankan agar pada setiap desa perlu dibangun suatu kelembagaan ekonomi dan sosial yang dibentuk, dikelola dan dimiliki oleh masyarakat tani di perdesaan secara spesifik.

METODOLOGI PENELITIAN

Penentuan Lokasi dan Waktu PenelitianPenelitian ini dilakukan di beberapa kecamatan, di Kabupaten Brebes Jawa tengah. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), denganpertimbangan bahwa Kecamatan yang dipilih merupakan salah satu sentra produksi bawang merah yang memiliki jumlah produksi bawang merah lebih tinggi serta mewakili ketinggian wilayah dan seluruh varietas bawang yang berada di Kabupaten Brebes. Pada tingkat rantai distribusi, akan dilakukan penelitian pada pengepul kecil, pengumpul besar, pasar lokal hingga pasar induk dikota-kota besar seperti Jakarta dan sekitarnya. Pelaksanaan kegiatan penelitian akan dilakukan pada bulan Agustus hingga Oktober 2013.

Jenis dan Sumber DataData yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan datasekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung (observasi),wawancara sekaligus pengisian kuisioner dengan produseN bawang merah danlembaga lembaga pemasaran yang ada. Data primer yang diperoleh dari produsenbawang merah adalah mengenai jumlah produksi, biaya produksi, bahan baku,dan upah tenaga kerja dan lain sebagainya. Sedangkan data primer yang diperolehdari lembaga pemasaran mencakup biaya-biaya yang harus dikeluarkan, hargabeli, dan harga jual. Responden adalah petani bawang merah, pengumpul,pedagang besar, pedangang pasar lokal, pedagang pasar induk dan pedagang pengecer (lembaga pemasaran). Sedangkan data sekunder meliputi informasi mengenai keadaan umum wilayahpenelitian, letak geografis dan informasi lainnya yang berkaitan dengan usahabawang merah. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik Jakarta, Badan PusatStatistik kabupaten Brebes, tinjauan pustaka atau berbagai macam literaturpendukung atau beberapa model penelitian terdahulu yang ada hubungannyadengan kegiatan penelitian ini.

Metode penelitian

Penelitian diawali dari studi literatur mengenai aspek nilai tambah diseluruh rantai nilai bawang merah lalu melakukan penyusunan kuesioner sesuai definisi operasional yang diperoleh dari studi literatur. Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner dirancang sedemkian rupa hingga dapat menggambarkan kondisi rantai pasok dan rantai nilai dari bawang merah. Penentuan responden akan dilakukan dengan teknik snowball sampling yang dimulai dari petani bawang merah ke pengumpul kecil dan seterusnya hingga ke pedangng pengecer. Penggunaan snowball sampling dalam kajian rantai nilai karena belum mengenal seluruh respondennya, sehingga penentuan responden dilakukan dengan memilih responden awal dan menanyakannnya untuk menentukan siapa responden selanjutnya. Sebagai contoh dipilih responden awal adalah petani bawang merah, lalu ditanyakan bawang merah petani memasok ke pengepul yang mana, sehingga pengepul yang dipilih sebagai reponden berdasarkan informasi dari petani bawang yang dipilih diawal.

Selain data dan informasi diperoleh melalui pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner, akan dilakukan pula FGD (Focus Group Discussion), FGD akan dilakukan tiga jenis yaitu FGD di tingkat yang sama, antar tingkat pelaku pemasaran dan pelibatan stakeholders lain yang bukan pelaku pemasaran. Sebagai contoh FGD dilakukan dengan anggota para petani di tingkat yang sama, FGD dilakukan dengan anggota diskusi terdiri dari pelaku antar tingkat pemasaran sehingga erdapat petani, pengepul dan pedangang. FGD dilakukan pula dengan menggundang dari beberapa instansi terkait seperti koperasi, lembaga penyuluhan, dinas pertanian, perguruan tinggi, pemerintahan setempat dan lainnya.

Analisa data

Penelitian analisa rantai nilai menggunakan metode Hayami dan rasio pendapatan biaya (RC rasio) yang mengambarkan besaran nilai tambah serta keseimbangan distribusi nilai tambahnya. Analisis nilai tambah dilakukan untuk menghitung nilai tambah budidaya bawang merah, nilai output di pelaku pemasaran serta biaya-biaya yang muncul seperti tenaga kerja, transportasi, dan teknologi sortasi ataupun biaya penyimpanan dan biaya lainnya. analisis kuantitatif digunakan untuk analisis marjin rasio keuntungan dan biaya. Sedangkan umtuk menghasilkan rekomendasi perbaikan rantai nilai, analisis pemasaran denganmenggunakan analisis deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk menganalisis saluranpemasaran, struktur pasar dan perilaku pasar, serta strategi pasar. Adapun strategi pasar dan penerapan teknologi harus sesuai dengan keadaan pasar, kemampuan pelaku sehingga dilakukan analisis SWOT terlebih dahulu disetiap pelaku rantai nilai bawang merah. Analisis SWOT akan menghasilkan banyak strategi sehingga diperlukan prioritas pemilihan strategi dengan menggunakan teknik QSPM, pembobotan dan penilaian strategi dilakukan dengan FGD dari beberapa stakeholders bawang merah. Gambar berikut adalah prosedur penelitian analisis rantai nilai bawang merah.

Gambar 2. Prosedur penelitian analisis rantai nilai bawang merah

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Ruth, 2008. Kerangka Kerja Rantai Nilai. Frontier. 2008FAO.2012. Study on Market Appraisal and Value Chain Development of Chili Products in West Java Food Agriculture Organization, 2012

Hayami, Y. Toshihiko Kawagoe, Yoshinori Marooka and Masdjidin Siregar. 1987.Agricultural Marketing and Processing in Upland Java. A Perspective From A SundaVillage. CGPRT Center. Bogor. 75 p

Irwanto. 1998. Focus Group Discussion. Yayasan Obor Indonesia

Jantje G. Kindangen dan Bahtiar. 2010. Penerapan Analisis Rantai Nilai ( Value Chain Analysis) Dalam rangka Akeselerasi Pembangunan Sektor Pertanian di Sulawesi Utara. Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian, mendukung Program Pembangunan PertanianPropinsi Sulawesi Utara. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Utara

Sobichin, Muhammad. 2012. Rantai Nilai Distribusi Komoditas Gabah dan Beras di Kabupaten Batang. Economics Development Analysis JournalFakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang. EDAJ 1 (2) (2012)

1

Survey kuesioner dan Focus Group Discussion

Analisis rantai nilai (R/C rasio dan Hayami)disetiap stakeholders

Studi pendahuluanLiteratur review

Analisis SWOT dan QSPMDisetiap stakeholder

Rantai pasok,Rantai nilai, dan Distribusi nilai tambah

Analisis Faktor internal dan eksternal disetiap stakeholder

RekomendasiKebijakan strategi dan teknologi pascapanen disetiap stakeholders

Penyusunan kuesioner dan snowball sampling