Upload
nindy
View
6
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Proposal bab 1 tentang PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARANPROBLEM-BASED LEARNING DENGAN POKOK AHASAN ILMU FISIKA DALAM PERMAINAN ROLLERCOASTER TERHADAP PENINGKATAN CARA BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X SMAN 1 SURABAYA tapi hanya buat latihan saja, bukan sesungguhnyaSemoga dapat bermanfaat dan membantu
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Proses pembelajaran di Indonesia dengan menggunakan model pembelajaran
Problem-Based Learning jarang ditemui di setiap sekolah, terbukti dari refleksi hasil PISA
tahun 2009. Hasil PISA tersebut menyatakan bahwa hampir semua siswa di Indonesia
hanya menguasai pelajaran hingga level 3 saja. Level 3 ini menyatakan bahwa siswa
Indonesia rata-rata hanya dapat menyelesaikan soal dari rumus atau materi yang
diberikan oleh guru. Siswa Indonesia rata-rata masih rendah dalam hal menganalisis
soal hingga menciptakan sesuatu dari apa yang disampaikan oleh guru yang berada
antara level 4 – 6. Dengan keyakinan bahwa semua anak dilahirkan sama, kesimpulan
dari hasil PISA tersebut menyatakan bahwa pembelajaran yang diterapkan di Indonesia
berbeda dengan tuntutan jaman sehingga materi yang diajarkan berbeda dengan
standar Internasional.
Berdasarkan dari hasil PISA tersebut menandakan bahwa pembelajaran yang ada
di Indonesia rata-rata belum sampai pada level 4, 5, dan 6. Dengan belum tercapainya
pembelajaran menuju level 4 hingga 6, dapat dinyatakan bahwa rata-rata siswa di
Indonesia masih belum dapat mengungkapkan pemikirannya sendiri terhadap apa
yang telah dipelajarinya dari guru. Mengungkapkan pendapat terhadap sesuatu yang
dipelajari sangat dibutuhkan oleh siswa untuk dapat lebih mendalami pada apa yang
akan dipelajari atau ingin dipelajari selanjutnya. Siswa yang berani mengungkapkan
pendapatnya terhadap isi dari pembelajaran yang diterapkan oleh guru menyatakan
bahwa siswa tersebut dapat berpikir kritis, karena siswa tersebut memiliki pemikiran
yang berasal dari analisis yang dilakukannya sendiri pada materi ajar guru. Namun
pada kenyataannya rata-rata siswa di Indonesia masih belum mampu merumuskan
suatu gagasan pemikiran yang merujuk pada suatu permasalahan yang akan
diselesaikannya sendiri melalui suatu penemuan.
Penerapan model pembelajaran Problem-Based Learning di berbagai sekolah
seluruh Indonesia diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa hingga menuju
ke level 4, 5, dan 6. Model pembelajaran dengan mengungkap suatu masalah yang akan
diselesaikan sendiri oleh siswa secara berkelompok, dimana siswa dapat menemukan
penyelesaikan yang sesuai, dapat meningkatkan cara berpikir siswa terhadap suatu
penemuan. Permasalahan yang diangkat dalam pembelajaran ini adalah permasalahan
yang relevan dengan kehidupan siswa atau issue yang masih baru di kalangan
masyarakat. Penerapan model pembelajaran tersebut diharapkan dapat membuat siswa
aktif untuk mengungkapkan pendapatnya sendiri, merumuskan gagasan pikiran
terhadap permasalahan yang dihadapkan sebagai bahan studi untuk menemukan suatu
penyelesaian yang sesuai sehingga diharapkan siswa dapat merealisasikan
penyelesaian tersebut. Dari penerapan model pembelajaran ini, siswa dituntut aktif
selama proses pembelajaran berlangsung, dari awal, saat guru mengangkat suatu
permasalahan, hingga akhir, saat siswa dapat menyelesaikan permasalahan yang ada
dengan membuat suatu laporan tertulis serta merealisasikan hasil penemuan
penyelesaiannya. Dapat dikatakan bahwa dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan Problem-Based Learning, penilaian guru terhadap siswa bukan hanya hasil
akhir ketika siswa membuat suatu laporan dari penyelesaian masalah yang ada, namun
juga proses selama siswa menyelesaikan permasalahan yang diangkat untuk
menemukan penyelesaiannya.
Penggunaan model pembelajaran Problem-Based Learning pada Kurikulum 2013
saat ini diharapkan dapat meningkatkan level berpikir siswa di Indonesia. Kurikulum
2013 menganjurkan tentang pembelajaran scientific approach, dimana pencapaiannya
dilihat dari proses berlangsungnya pembelajaran dari awal hingga akhir. Penilaian yang
dilakukan tidak hanya berupa hasil akhir siswa, namun proses selama siswa belajar.
Inilah yang membuat model pembelajaran Problem-Based Learning sekiranya dapat
sesuai dengan Kurikulum 2013 yang saat ini digunakan di berbagai sekolah di
Indonesia. Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya juga telah menyebutkan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem-Based Learning
mempengaruhi peningkatan hasil belajar siswa dari penilaian kognitif, afektif, maupun
psikomotor.
Pada pembelajaran saintifik dengan membutuhkan lima aspek yaitu mengamati,
menanya, menganalisis, mengolah atau mengasosiasi, dan mengevaluasi dapa
diterapkan untuk semua pelajaran, salah satunya adalah fisika. Fisika sendiri
merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam semesta, dimana di alam tersebut
terdapat berbagai hal yang dapat diamati, serta dapat dianalisis bagaimana proses
terjadinya. Semua yang terjadi di alam semesta dapat dijelaskan dengan adanya ilmu
fisika. Ilmu fisika memiliki berbagai permasalahan yang perlu diselesaikan atau bahkan
hanya suatu permasalahan yang perlu dianalisis sebabnya. Siswa, secara mandiri,
diharapkan dapat berlatih menemukan untuk menyelesaikan suatu permasalahan dan
mendapatkan sesuatu yang bermakna dari proses penemuan tersebut dengan
menggunakan model pembelajaran ini.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Latar belakang yang telah disebutkan sebelumnya menungkapkan bahwa masih
rendahnya tingkat berpikir rata rata siswa di Indonesia yang disebabkan dari
pengajaran guru di sekolah tidak sesuai dengan pengujian di tingkat internasional. Dari
latar belakang tersebut, permasalahan yang ada di rata rata seluruh sekolah Indonesia
masih belum menerapkan agar siswa berpikir kritis terhadap apa yang sedang
dipelajarinya. Rata rata siswa di Indonesia masih dituntut untuk menghapalkan,
sedangkan dunia Internasional saat ini menuntut suatu penemuan untuk
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dunia saat ini.
Rata-rata sekolah di Indonesia masih menerapkan sistem hapalan kepada
siswanya, ini membuat siswa menjadi kurang aktif untuk merumuskan gagasan pikiran
terhadap apa yang dipelajarinya. Keaktifan siswa di kelas masih sangat kurang, untuk
itu perlu suatu model pembelajaran untuk meningkatkan itu semua, keaktifan siswa
hingga cara berpikir kritis siswa terhadap sesuatu yang dipelajarinya. Model
pembelajaran yang akan dipilih adalah Problem-Based Learning, dimana pembelajaran
dengan mengangkat suatu permasalahan yang akan diselesaikan oleh siswa secara
berkelompok dengan membuat laporan secara mandiri dan mampu untuk
merealisasikannya. Model pembelajaran ini memiliki beberapa kekurangan, namun
juga kelebihan, kelebihan dari model pembelajaran inilah yang diharapkan dapat
terwujud untuk dapat meningkatkan cara berpikir siswa yang ada di Indonesia.
Penggunaan model pembelajaran Problem-Based Learning membutuhkan
permasalahan yang tepat untuk diangkat sehingga dapat ditemukan penyelesaian yang
sesuai. Permasalahan yang diangkat inilah yang harus diutamakan dalam Problem-Based
Learning, karena itu merupakan kunci utama siswa dapat menemukan secara mandiri
materi apa yang sesuai untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Permasalahan
yang akan diangkat harus pula sesuai dengan pengetahuan siswa, sehingga untuk
mengambil permasalahan yang tepat adalah masalah yang terbaru atau terpopuler atau
bahkan hanya masalah kecil namun membutuhkan penyelesaian yang harus dipikirkan
dengan seksama. Semua peristiwa yang dapat dijelaskan oleh ilmu fisika beragam
macamnya, dari hal yang makroskopis hingga mikroskopis. Salah satu peristiwa yang
dapat dijelaskan dengan ilmu fisika adalah permainan roller coaster bekerja. Masalah
tersebut diangkat karena permainan roller coaster tidak jauh dari kehidupan siswa.
Siswa bahkan mengalami langsung bagaimana permainan roller coaster tersebut.
C. PEMBATASAN MASALAH
Pada penelitian ini terdapat pembatasan masalah, yaitu :
1. Penelitian ini menggunakan model pembelajaran Problem-Based Learning.
2. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Kurikulum 2013.
3. Sampel penelitian yang digunakan adalah siswa kelas X SMAN 1 Surabaya, dengan
menggunakan perbandingan antara dua kelas eksperimen dan satu kelas kontrol.
4. Penelitian ini menggunakan pokok bahasan tentang ilmu fisika pada permainan
roller coaster sebagai bahan permasalahan yang digunakan untuk pembelajarannya.
D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan, masalah yang akan
dirumuskan pada penelitian ini adalah, “Bagaimana pengaruh penerapan model
pembelajaran Problem-Based Learning dengan pokok bahasan ilmu fisika dalam
permainan roller coaster terhadap cara berpikir siswa kelas X SMAN 1 Surabaya?”
Dalam ketercapaian untuk permasalahan tersebut, maka terdapat perumusan
masalah yang harus dicapai terlebih dahulu, diantaranya :
1. Bagaimana keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan Problem-Based
Learning yang diterapkan untuk meningkatkan cara berpikir kritis siswa ?
2. Bagaimana respon siswa terhadap model pembelajaran Problem-Based Learning yang
diterapkan untuk meningkatkan cara berpikir kritis siswa ?
3. Bagaimana peningkatan berpikir kritis siswa setelah belajar dengan menggunakan
model pembelajaran Problem-Based Learning yang diterapkan?
E. TUJUAN PENELITIAN
Dari rumusan masalah yang telah disebutkan, maka tujuan dari penelitian ini
terdapat dua macam, yaitu tujuan khusus dan umum.
1. Tujuan Umum
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh
penerapan model pembelajaran Problem-Based Learning dengan pokok bahasan ilmu
fisika dalam permainan roller coaster terhadap peningkatan cara berpikir kritis siswa
kelas X SMAN 1 Surabaya.
2. Tujuan Khusus
Dari tujuan umum tersebut, terdapat beberapa tujuan yang harus dicapai pula,
diantaranya untuk mengetahui :
a. Keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan Problem-Based Learning
yang diterapkan untuk meningkatkan cara berpikir kritis siswa.
b. Respon siswa terhadap model pembelajaran Problem-Based Learning yang
diterapkan untuk meningkatkan cara berpikir kritis siswa.
c. Peningkatan berpikir kritis siswa setelah belajar dengan menggunakan model
pembelajaran Problem-Based Learning yang diterapkan.
F. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi terobosan dalam pembelajaran
dengan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi siswa :
Siswa diharapkan dapat mendapatkan pengalaman belajar dengan model
pembelajaran berbasis suatu masalah atau Problem-Based Learning.
2. Bagi guru :
Guru diharapkan dapat menjadikan model pembelajaran Problem-Based Learning
sebagai salah satu alternatif pembelajaran untuk meningkatkan cara berpikir kritis
siswa.
3. Bagi sekolah :
Penelitian ini diharapkan sekolah dapat mengkaji kembali penggunaan model
pembelajaran yang biasanya digunakan dalam rangka untuk meningkatkan cara
berpikir siswa.
4. Bagi penulis :
Penulis dapat memperoleh pengalaman langsung dalam melaksanakan
pembelajaran dengan menggunakan model Problem-Based Learning sebagai proses
peningkatan cara berpikir kritis siswa terhadap suatu masalah yang dikaitkan pada
permainan roller coaster di bidang ilmu fisika.