LB PSIKOLINGUISTIK

Embed Size (px)

Citation preview

aa1

123


MODUL 3 : PEMEROLEHAN BAHASA Dalam modul ini, permasalahan yang dibahas adalah konsep dasar tentang pemerolehan bahasa yang diantaranya membahas tentang hakikat pemerolehan bahasa, tahap pemerolehan bahasa, dan pembelajaran bahasa serta proses perkembangan bahasa anak. Modul ini dibagi menjadi dua kegiatan belajar, yaitu hakikat pemerolehan bahasa dan tahap perkembangan bahasa anak. I. HAKIKAT PEMEROLEHAN BAHASA A. Gagasan Chomsky tentang Bakat Bahasa Untuk memahami konsep dasar tentang pemerolehan bahasa, kita harus mengetahui terlebih dahulu dengan pengetahuan gagasan Chomsky tentang bakat bahasa. Chomsky memulai gagasannya dengan asumsi dasar bahwa anak yang memperoleh bahasa tidak hanya sekadar belajar sebuah akumulasi tuturan yang acak, tetapi mempelajari seperengkat kaidah yang melandasi prinsip pembentukan pola ujaran. Seseorang yang memperoleh pengetahuan bahasa, pada dasarnya ia menginternalisasikan sistem kaidah yang berhubungan dengan bunyi dan makna dengan cara khusus. Chomsky menunjukkan bahwa dalam batas-batas tertentu, anak-anak itu berada dalam situasi yang sama dengan seorang linguis yang berhadapan dengan bahasa yang tidak dikenalnya. Keduanya dikelilingi oleh bunyi-bunyi yang kacau yang tidak jelas yang harus mereka pilih. Seoarang anak, menurut Chomsky, membuat dan menginternalisasikan tata bahasa dengan cara-cara tertentu. Ia akan mencari keteraturan tuturan yang didengarnya di sekitarnya. Dugaannya pertama-tama mungkin sederhana saja. Hipotesis kedua yang diajukannya mungkin akan lebih kompleks, dan yang ketiga akan lebih luas lagi. Secara bertahap tata bahasa mentalnya yang dibentuknya itu menjadi semakin canggih. Secara bertahap kaidah yang diinternalisasikannya akan mencakup semua tuturan yang mungkin yang ada dalam bahasanya. Kenyataan itu menunjukkan bahwa piranti pembuat hipotesis internal tidaklah cukup untuk menjelaskan pemerolehan bahasa pertama. Hal ini dikarenakan adanya tata bahasa universal untuk mengacu pada anugerah biologis milik manusia yang dikemukakan oleh Chomsky. Menurut Chomsky, kesemestaan atau keuniversalan bahasa itu terdiri atas dua tipe yakni substantive dan formal. Kesemestaan substantif mewakili blok fundamental bahasa, dimana seorang anak mengetahui secara instingtif perangkap

bunyi yang yang mungkin yang ditemukan dalam tuturan. Sedangkan kesemestaan formal berkenaan dengan bentuk tata bahasa, Chomsky mengajukan hal yang berkenaan dengan bentuk tata bahasa, termasuk cara di mana bagian-bagian yang berbeda itu berhubungan satu dengan yang lain. Menurut Chomsky, bakat bahas itu berada dalam kotak hitam sebagai penyimpan memori yang disebut dengan LAD (Language Acqusition device) atau disebut dengan piranti pemerolehan bahasa. McNeill (1966) membagi LAD menjadi empat bakat bahasa, yaitu: 1) kemampuan membedakan bunyi ujaran dengan bunyi yang lain dalam lingkungannya; 2) kemampuan mengorganisasikan peristiwa bahasa kedalam variasi yang beragam; 3) pengetahuan tentang adanya sistem bahasa tertetu yang mungkin dan sistem lain yang tidak mungkin; dan 4) kemampuan untuk tetap mengevaluasi sistem perkembangan bahasa yang membentuk sistem yang mungkin dengan cara yang paling sederhana dari data kebahasaan yang diperolehkannya. B. Bukti Biologis Bakat Bahasa Mulut, Paru-paru, dan Otak Mulut dan paru-paru dapat dipandang sebagai adaptasi parsial dari tubuh untuk menghasilkan bahasa. Gigi ternyata merupakan daerah artikulasi bagi beberapa bunyi bahasa seperti /t, d, s, f/. Dari pernyatan di atas terlihat jelas bahwa sejak lahir anak sudah memiliki bahasa karena apa yang telah diciptakan untuknya merupakan suatu sarana untuk menghasilkan sesuatu yang berguna yang berupa ujaran dan berbicara dengan orang yang lain. Otak manusia dibagi menjadi bagian yang lebih rendah, pangkal otak, dan bagian yang lebih tinggi, serebrum. Pangkal otak menjaga tubuh tetap hidup dengan mengendalikan pernapasan, detak jantung, dan sebagainya. Bagian yang lebih tinggi, serebrum, tidak esensial bagi kehidupan. Tujuannya tampaknya untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pada bagian inilah tampaknya bahasa itu diorganisasikan.Sebenarnya otak itu mengalami lateralisasi, yakni lokalisasi fungsi bahasapada salah satu sebelah otak. Lateralisasi itu mrupakan karakteristik biologisbagi manusia pada umumnya. Dapat disimpulkan bahwa paru-paru, gigi, bibir, dan pita suara berevolusi dengan cara tertentu untuk memudahkan tuturan. Lebih penting lagi, otak manusia tampaknya

deprogram untuk bahasa. lateralisasilikalisasi bahasa pada salah satu belahan otakmerupakan fenomena yang alami dan terjadi antara usia dua tahun sampai usia adolesen. Krashen dengan tegas membedakan pemerolehan bahasa dan belajar bahasa. Pemerolehan bahasa tidak pernah menyadari bahwa dia memperoleh, sedang pembelajaran anak-anak memeperoleh bahasa dan orang dewasa belajar bahasa. Tetapi tidak berarti orang dewasa sama sekali kehilangan kemampuannya untuk memperoleh bahasa. Hasil yang paling menggembirakan dalam penelitian pemerolehan bahasa ialah temuan yang menyatakan bahwa urutan perkembangan pemeerolehan struktur gramatikal dapat diramalkan lebih dahulu. Urutan pemerolehan bahasa pertama dan kedua tidak sama benar, tetapi ada beberapa kesamaannya. Menurut Krashen disamping urutan alamiah tersebut fungsi monitor dalam pemerolehan bahasa sangat penting. Monitor inilah yang mengembangkan pemerolehan bahasa serta berperan penting dalam kelancaran pemerolehan bahasa kedua. Peristiwa semacam ini terjadi sebelum dan sesudah kita menghasilkan ujaran, baik lisan maupun tulis. Peranan kaidah formal dan peranan belajar secara sadar hanya terbatas pada performansi bahasa kedua. Orang yang sedang menggunakan bahasa kedua dapat menggunakan kaidah itu jika tiga syarat terpenuhi. Ketiga syarat tersebut ialah waktu, bentuk, dan kaidah. II. TAHAP PERKEMBANGAN BAHASA ANAK A. Karakteristik Perilaku yang Digerakkan Secara Biologis Bahasa pada hakikatnya merupakan suatu anugerah bawaan yang diberikan Tuhan kepada manusia. Tuturan manusia dapat dikategorikan sebagai perilaku yang dijadwalkan secara biologis, berikut ini penjelasannya sesuai dengan karakteristik perilaku: 1. bahasa itu muncul sebelum diperlukan, dengan artian bahwa bahasa itu muncul jauh sebelum diperlukan sebagai alat komunikasi karena bahasa merupakan bakat bawaan, 2. penampilannya bukan merupakan hasil keputusan yang sadar tapi sudah menjadi keharusan untuk mengembangkan bakat bawaan yang sudah anak dapatkan, 3. kemunculannya tidak dipicu oleh peristiwa eksternal (meskipun lingkungannya

cukup kaya baginya untuk berkembang secara layak ), dengan artian bahwa faktor lingkungan merupakan tempat untuk mengembangkan bakat yang dia miliki, 4. ada periode kritis dalam pemerolehan bahasa yang berupa periode si anak akan memperoleh bahasa dengan mudah, 5. pengajaran langsung dan pelatihan yang intensif secara relatif sedikit saja pengaruhnya terhadap pemerolehan bahasa, 6. ada urutan teratur dari gejala-gejala itu ketika perilaku itu berkembang, dan ini biasanya dapat dihubungkan dengan umur dan aspek perkembangan yang lain. B. Tahap Perkembangan Bahasa Anak Menurut Aitchison, tahap pemerolehan bahasa anak menjadi sepuluh tahapan, sebagai berikut: 1. Menangis Tahap ini terjadi saat lahir. Menangis pada bayi ternyata mempunyai beberapa tipe makna. Ada tangisan untuk minta makan, minum, ada yang karena kesakitan, dan sebagainya. Tangisan merupakan komunikasi yang bersifat insttingftif. Meskipun tangisan itui dapat memperkuat paru-paru dan pitya suara, tangisan itu sendiri harus dipandang bukan sebagai bagian dari perkembangan bahasa. 2. Mendengkur Fase ini mulai pada usia anak kira-kira enam minggu. Mendengkur merupakan tahapan ketika anak mengeluarkan bunyi dengkuran yang diidentifikasikan sebagai bunyi vokal dan tahapan ini merupakan piranti untuk melatih berucap. 3. Meraban Pada tahap ini, anak mulai melatih alat-alat ucapnya dengan mengeluarkan bunyi mama, papa dan sejenisnya dan tahapan ini berlangsung universal dan dialami oleh seluruh anak di dunia. 4. Pola Intonasi Secara serentak dari usia delapan atau sembilan bulan anak mulai menirukan polapola intonasi orang tuanya.

5. Tuturan Satu Kata Antara usia satu tahun dan delapan belas bulan anak mulai menggucapkan tuturan

satu kata. Lazimnya rata-rata anak memperoleh sekitar lima belas kata. Kata-kata yang diperoleh itu meliputi kata yang menyebut nama orang, binatang, atau benda-benda. 6. Tuturan Dua Kata Tahapan di mana anak memperoleh kata mencapai ratusan. Ciri yang paling menonjol pada periode ini ialah kenaikan kosakata anak yang muncul secara dramatis. Ketika umurnmya mencapai beberapa ratus kata. Pada awal tahap dua kata ini tuturan anak cenderung disebut bersifat telegrafis. 7. Infleksi Kata Dalam tahap ini, anak mulai memperoleh kata-kata turunan dari kata benda atau kata kerja, dan lain-lain, dan anak memperoleh kata ulang, serta mungkin kata majemuk. 8. Bentuk Tanya dan Bentuk Ingkar Keajegan yang mirip dari pemerolehan itu ditemukan dalam konstuksi yang lebih rumit, seperti pada bentuk tanya dan bentuk ingkar.pada umur tiga setengah tahun anakanak dapat memebentuk konstruksi gramatikal. 9. Konstruksi yang Jarang atau Kompleks Pada tahap ini, anak mulai menggunakan konstruksi yang jarang digunakan atau konstruksi yang kompleks seperti kalimat majemuk dan tahapan ini berlangsung pada usia 5 tahun. Pemerolehan bahasa terus berlanjut meskipun agak lamban. 10. Tuturan yang Matang Pada tahap ini, anak sudah memperoleh tuntutan yang lengkap yang mirip atau sama dengan tuturan yang dikuasai oleh orang dewasa dan tahapan ini terjadi ketika usianya mencapai sebelas tahun. Pada usia pubertas, perkembangan bahsa anak dapat dikatakan sudah lengkap. Periode kritis yang diprogram secara alami untuk memperoleh bahasa sudah lewat dan anak sudah menguasai kaidah tata bahasanya relatif sempurna.

MODUL 4: PEMEROLEHAN BAHASA PERTAMA Dalam modul ini, permasalahan yang menjadi pokok bahasan adalah pengertian bahasa pertama yang disebut dengan B1, proses pemerolehan bahasa pertama, dan faktor-

faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa pertama. Pada topik pengertian bahasa pertama diuraikan ciri urutan, ciri kesempurnaan penguasaan, dan ciri fungsinya dalam kehidupan. Dalam topik proses pemerolehan bahasa yang dibahas adalah pemerolehan performansi dan kompetensi yang berhubungan dengan semantik, sintaksis, dan fonologi yang merupakan kegiatan yang berurutan. Pada topik faktor-faktor yang mempengaruhinya dibahas faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi proses pemerolehan bahasa pertama. I. PENGERTIAN PEMEROLEHAN BAHASA PERTAMA Pengertian bahasa pertama dapat diperoleh dari penjabaran dibawah ini yang berupa ciri-ciri pemerolehan bahasa pertama, yaitu: a. Bahasa pertama berciri urutan pemerolehannya Mendengar kata pertama, hal itu mengacu pada perkembangan bahasa pada setiap individu, dengan artian bahwa tidak tertutup kemungkinan seorang anak menguasai beberapa bahasa. Bahasa yang pertama dikuasai sebelum mereka mengauasai bahasa lain disebut sebagai bahasa pertama. Seorang anak yang memiliki satu B1 disebut pemeroleh B1 ekabahasa, dengan artian bahwa si anak hanya memiliki satu bahasa pertama dalam pemerolehanya. b. Bahasa pertama berciri kesempurnaan penguasaan Seorang anak yang mempelajari bahasa baru setelah bahasa lain disebut memperoleh bahasa kedua jika B1 telah dikuasai dengan sempurna. Dengan artian bahwa si anak ketika memperoleh bahasa pertama, bahasa yang digunakan adalah dua bahasa yang sama-sama belum dikuasai secara sempurna penguasannya sehingga si anak disebut sebagai pemeroleh B1 dwibahasa karena memiliki dua bahasa pertama. c. Bahasa pertama bukan karena bahasa ibu kandung Hal ini menunjukkan bahwa istilah ibu bukan berarti bahasa ibu kandung sang anak. Contohnya, meskipun dilahirkan oleh seorang ibu yang berbahasa Jawa, jika B1 yang dikuasai anak itu bahasa Jawa dan bahasa Madura, maka B1 atau bahasa ibu anak itu adalah bahasa Jawa dan bahasa Madura. d. Bahasa pertama berciri digunakan seumur hidup Karena sudah menurani, bahasa ibu digunakan seumur hidup. Penggunaan B1 oleh seseorang memiliki prosentase yang tinggi terutama dalam mengungkapkan hal yang bersifat personal, emosi, marah, dan sebagainya.

e. Pemerolehan bahasa pertama merupakan proses internal pada diri anak Jika dibandingkan antara proses internal dan pengaruh dari luar (lingkungan sekitar), para ahli psikolinguistik cenderung berpendapat bahwa pemerolehan B1 didominasi oleh proses internal pada otak si anak. Seperti belajar berjalaan, pemerolehan bahasa pertama sangat bergantung pada usia dan kematangan si anak dalam berbahasa. II. PROSES PEMEROLEHAN BAHASA PERTAMA a. Pemerolehan Bahasa Untuk Memperoleh Kompetensi dan Performansi Pemerolehan B1 terjadi secara fitrah pada diri anak untuk mendapatkan kompetensi dan performansi. Kompetensi adalah pengetahuan sistem semantik. Sintaksis, dan fonologi bahasa ibu. Kompetensi ini diperoleh anak secara tidak sadar. Pada tataran kompetensi ini teerjadi proses analisis yang bertujuan untuk merumuskan pemecahanpemecahan masalah semantik, sintaksis dan fonologi. Sedangkan, performansi adalah kemampuan anak untuk menggunakan bahasa sebagai alat berkomunikasi dengan mitra bacanya. Kemampuan ini terdiri atas kemampuan reseptif (menerima dan memahamipesan) yang berupa kegiatan pengkodean kembali lambing-lambang bunyi bahasa yang didengar menjadi informasi dengan mengambil rumus-rumus semantik, sintaksis dan fonologi; dan kemampuan produktif (mengirim pesan) yang berupa proses informasi dikodekan menjadi bunyi yang dikeluarkan melalui alat ucap. b. Proses Pemerolehan Semantik Bahasa Pertama Seperti apa yang telah disebutkan di atas bahwa dalam pemerolehan bahasa pertama, proses pertama yang terjadi adalah proses pemaknaan atau proses semantik. Dalam pemerolehan semantik, terdapat dua hipotesa, yaitu generalisasi yang berlebihan (overextensions) dan penyempitan berlebihan (underextensions). 1. Generalisasi berlebihan. Pada hipotesa ini, pada usianya yang masih terbatas anak belum mampu mengauasai semua fitur benda atau kata yang dikenalnya. Akibatnya, mereka sering salah membuat simpulan tentang makna kata atau menyebutkan nama benda. 2. Penyempitan berlebihan. Pada hipotesa ini, karena keterbatasannya dalam menyusun fitur semantik, anak cenderung lebih dulu menguasai kosakata yang berposisi sedang dalam tangga makna. Hal itu tampak dalam proses penguasaan makna nomina, verba, maupun adjektiva. c. Proses Pemerolehan Sintaksis Bahasa Pertama

Pemerolehan sintaksis dimulai pada sekitar usia 18 bulan. Pada tahap ini, anak mampu menyebut kalimat dua kata. Dalam bahasa Inggris, dua kata itu terdiri atas kata pivotkata tugas yang frekuensi kemunculannya tinggidan kata terbukakata pokok. Namaun, penelitian dalam bahasa Indonesia tidak mengenal rumus demikian. Rangkaian itu dapat diisi keduanya dengan kata pokok. Rangkaian yang amat sederhana ini menunjukkan bahwa anak sudah menguasai sistem sintaksis yang paling dasar, yaitu: pelaku, perbuatan, sasaran, tempat, dan sebagainya. Rangkaian ini menunjukkan juga bahwa anak sudah mulai mengaktifkan kompetensi pragmatik yang dimilikinya. d. Proses Pemerolehan Fonologi Bahasa Pertama Secara fisiologis, anak kecil memiliki ruang gerak organ bahasa terbatas, sehingga bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkannya pun belum seperti orang dewasa. Akan tetapi, organ ini memiliki fleksibilitas yang tinggi, sehingga diajari apapun pelafalan bahasa anak akan bisa. Ini merupakan ciri keuniversalan bahasa. Ciri lain adalah pemerolehan baha pertama, bahasa apapun akan mengenal fonem-fonem dasar yang berupa vokal tengah /a/ yang diikuti dengan vokal depan atas /i/ dan vokal atas belakang /u/ serta konsonan bilabial takbersuara /p/ yang diikuti konsonan apikodental tak bersuara /t/ dan seterusnya. Perkembangan pemerolehan fonem ini amat bergantung pada kematangan dan fleksibilitas gerak artikulator menuju tindak artikulasinya. III. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMEROLEHAN BAHASA PERTAMA Faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa ibu dapat dikelompokkan menjadi dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

A. Faktor Internal 1. Perkembangan Kognitif Telah dikatakan sebelumnya bahwa pendekatan yang dipelopori Brown meyakini bahwa dalam usaha memperoleh bahasa, khususnya bahasa pertama makna akan lebih dulu diperoleh baru kemudian bunyinya (Simanjutak, 1991). Kognisi anak berkembang minimal dalam tiga hal, yaitu: perkembangan dalam pemerolehan makna sebelum bunyi; pemerolehan waktu, ruang, dan hubungan sebab akibat; serta adanya gerak kognisi dari

terbatas, tiruan, sesungguhnya, dan kreatif (oposisi). 2. Hipotesis Bawaan Menurut Chomsky, sebagian besar kemampuan berbahasa manusia ditentukan oleh faktor genetiknya dan ini di dukung dengan adanya LAD. Selain merupakan ciri khas perilaku kebahasaan manusia, LAD juga berfungsi memprakirakan struktur bahasa sehingga tidak semua aspek gramatika harus dipelajari secara sadar. Sebagaimana piranti kognitif bawaan, LAD memiliki cara kerja seperti di bawah ini: ujaran bahasa x --------------------- LAD ---------------- tata bahasa formal bahasa x atau ujaran --------------------- LAD ----------------- kompetensi tata bahasa atau data utama bahasa ------------ LAD ----------------- tata bahasa (Simanjutak, 1990:161) Dari gambar di atas, masukan yang beerbentuk ujaran bahasa tertentu atau korpus yang berbentuk data utama bahasa akan mengalami proses pada LAD dan akan keluar dalam bentuk tata bahasa. 3. IQ dan Pemerolehan Bahasa Pengamatan IQ selalu dikaitkan dengan tujuan pengukurannya. Dalam kaitannya dengan pemerolehan bahasa, klasifikasi Gardner amat membantu. Potensi kebahasaan seseorang, setidaknya dapat diamati dari intelegensi kebahsaannya sebagai masukan utama. Disamping itu, intelegensi musikal dapat mendekung memberikan penjelasan kemampuan seseorang menerima dan melafalkan intonasi-intonasi bahasa. Demikian pula intelegensi interpersonal dapat mendukung penjelasan apakah pembelajar yang bersangkutan mempunyai potensi untuk berkomunikasi atau tidak. Dari pengertian di atas, dapat disimpulakn bahwa dalam proses pemerolehan bahasa pertama, faktor IQ saling berhubungan satu dengan yang lainnya sehingga mampu melengkapi satu dengan yang lainnya. B. Faktor Eksternal 1. Lingkungan Sosial Yang perlu diperhatikan dalam pemerolehan bahasa pertama yang berkaitan dengan faktor sosial adalah hendaknya orang tua berusaha memberikan pajanan kebahasaan yang memadai kepada anak-anak agar mereka dapat menguasai bahasa

ibunya dengan baik. Pajanan tidak hanya pada unsur linguistik, tetapi juga unsur pragmatik, tidak hanya dalam bentuk pajanan kognitif untuk menguasai kata-kata sebanyak-banyaknya dalam waktu singkat, tetapi juga pajanan yang berkenaan dengan emosi melalui bahasa yang berusaha dikuasainya. 2. Kesempurnaan Masukan Stimulasi kebahasaan dari orang dewasa di sekitarnya sangat menentukan corak berbahasa anak di kemudian hari. Karena unsur primer berbahasa adalah ujaran, stimulasi pendengaran berperan amat penting. Untuk menjamin kesempurnaan masukan diperlukan keteladenan dan ketelatenan orang dewasa di sekitarnya. Orang tua menjadi teladan dalam melafalkan kata-kata dalam bahasa sasaran. Di samping itu, orang tua juga harus cermat memperhatikan kemampuan pendengaran anak-anak, dan telaten dalam melatih ucapan yang benar kepada anak-anak pemeroleh bahasa. Dalam hubungannya dengan kesempurnaan masukan, Baradja (1990) mengemukakan: a. lingkungan kawan sebaya dapat memiliki pengaruh lebih besar daripada orang tua (B1) dan guru (B2), b. bahasa orang tua berpengaruh pada pemerolehan B1 dan bahasa guru berpengaruh pada pemerolehan B2. Dalam pemerolehan bahasa, meskipun anak memiliki sitem LAD yang bagus tanpa adanya dukungan atau pemberian input yang baik dari lingkungannya maka pemerolehan bahasa yang diinginkan berjalan dengan baik tidak akan tercapai karena lingkungan masyarakat merupakan tempat untuk belajar dan mengembangkan kemampuan berbahasa anak.LAPORAN BACA TUGAS MATA KULIAH PSIKOLIGUISTIK

PEMEROLEHAN BAHASA DAN PEMEROLEHAN BAHASA PERTAMA

Oleh: MAULFI SYAIFUL 052074048

RIZAL

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS BAHASA DAN SENI JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

2008