77
LBM 1 Imun Hematologi A. Kasus Tn.M 21 tahun datang ke IGD RS Sari Mulia dengan keluhan mudah lelah, pusing, rasa mengantuk, tidak nafsu makan, dan susah konsentrasi. Pada saat dilakukan pemeriksaan lebih lanjut ditemukan hasil konjungtiva klien pucat, telapak tangan pucat, dan takikardi. Klien tampak lesu dan pucat. Diketahui TTV klien : TD 90/50mmHg, RR : 16x/mnt, ST: 38,5°C dan N: 100x/mnt. Pada saat dilakukan pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil jumlah granulosit 400/mm 3 dan trombosit 18.000/mm 3 . Klien kemudian dianjurkan untuk rawat inap. B. TUGAS MAHASISWA Mencari kata kunci dari LBM di atas dan membuat sebanyak mungkin pertanyaan yang timbul setelah menganalisis LBM tersebut di atas C. CARA BELAJAR 1. Menerapkan metode SEVEN JUMP. 2. Diskusi kelompok tanpa tutor untuk mengidentifikasi pertanyaan teori, sumber belajar dan pertanyaan praktik.

LBM 1 imun

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LBM 1 imun

LBM 1

Imun Hematologi

A. Kasus

Tn.M 21 tahun datang ke IGD RS Sari Mulia dengan keluhan mudah lelah,

pusing, rasa mengantuk, tidak nafsu makan, dan susah konsentrasi. Pada

saat dilakukan pemeriksaan lebih lanjut ditemukan hasil konjungtiva klien

pucat, telapak tangan pucat, dan takikardi. Klien tampak lesu dan pucat.

Diketahui TTV klien : TD 90/50mmHg, RR : 16x/mnt, ST: 38,5°C dan N:

100x/mnt. Pada saat dilakukan pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil

jumlah granulosit 400/mm3 dan trombosit 18.000/mm3. Klien kemudian

dianjurkan untuk rawat inap.

B. TUGAS MAHASISWA

Mencari kata kunci dari LBM di atas dan membuat sebanyak mungkin

pertanyaan yang timbul setelah menganalisis LBM tersebut di atas

C. CARA BELAJAR

1. Menerapkan metode SEVEN JUMP.

2. Diskusi kelompok tanpa tutor untuk mengidentifikasi pertanyaan

teori, sumber belajar dan pertanyaan praktik.

3. Diskusi kelompok dengan tutor untuk mengkonfirmasikan sumber-

sumber belajar dan alternative jawaban.

4. Konsultasi untuk memperdalam pemahaman.

5. Lecture dan atau hand out.

Page 2: LBM 1 imun

Jump 1 Keyword

1. Granulosit

Jawab :

Granulosit (bahasa inggris : granulocytes, polymorphonuclear,

PMN) adalah sebuah sub-kelompok sel darah putih yang mempunyai

granula dalam sitoplasmanya.

Tiga jenis granulosit dengan inti sel yang berlainan dikeluarkan

oleh sumsum tulang sebagai protein komplemen wewenah (bahasa

inggris : regulatory complement system).

2. Takikardi

Jawab :

Takikardia adalah denyut jantung yang lebih cepat daripada

denyut jantung normal. Jantung orang dewasa yang sehat biasanya

berdetak 60 sampai 100 kali per menit ketika sedang beristirahat.

Denyut jantung dikendalikan oleh sinyal-sinyal listrik yang

dikirim ke seluruh jaringan jantung. Takikardia disebabkan oleh suatu

kelainan di dalam jantung sehingga menghasilkan sinyal listrik yang

cepat.

Dalam beberapa kasus, takikardia tidak menimbulkan

komplikasi. Namun, takikardia yang parah dapat mengganggu fungsi

normal jantung, meningkatkan risiko stroke, atau menyebabkan

serangan jantung mendadak atau kematian.

Page 3: LBM 1 imun

Jump 2 Identifikasi Masalah

1. Tn. M 21 tahun datang ke IGD RS Sari Mulia

2. Tn. M mengeluh mudah lelah, pusing, rasa mengantuk, tidak nafsu

makan, dan susah konsentrasi.

3. Hasil pemeriksaan didapatkan konjungtiva pucat, telapak tangan

pucat, dan takikardi.

4. Tn. M tampak lesu dan pucat.

5. TTV Tn. M TD: 90/50 mmHg, RR: 16x/mnt, ST: 38,5°C dan N:

100x/mnt.

6. Hasil Laboratorium ditemukan jumlah granulosit 400/mm3 dan

trombosit 18.000 mm3.

7. Tn. M dianjurkan untuk rawat inap.

Dx Medis sementara : Anemia Aplastik

Page 4: LBM 1 imun

Jump 3 Analisa Masalah

1. Mengapa Tn. M mengantuk ? Beserta penanganannya !

Jawab :

Kadar hemoglobin (Hb) kita rendah akibat anemia (Hb < 10).

Fungsi hemoglobin antara lain menjadi pembawa oksigen ke seluruh

tubuh. Apabila kadar hemoglobin kita rendah (akibat anemia) maka

semua organ tubuh akan kekurangan oksigen yang ditandai dengan :

mudah mengantuk, mudah lelah, lemah, lesu, letih, tak bertenaga,

konsentrasi terganggu, dan produktifitas kerja menurun. Juga ujung

jari terasa kesemutan, mudah sesak nafas, serta kesulitan buang air

besar.

Penanganannya Untuk anemia akibat kekurangan zat besi,

makanlah suplemen zat besi dan makan makanan yang mengandung

zat besi seperti, daging tanpa lemak, hati, kerang, kacang kacangan

dan sereal yang diperkaya, dapat membantu.

2. Mengapa Tn. M tidak nafsu makan ? Beserta penanganannya !

Jawab :

Penurunan produksi SDP à agranulositosis à respon inflamasi ↓ à

infeksi ↑ misalnya dpt terjadi ulserasi pada mulut à anoreksia.

Penanganannya adalah memberikan makanan kesukaan klien.

3. Mengapa Tn. M susah konsentrasi ? Beserta penanganannya !

Jawab :

1. Depresi

Salah satu gejala depresi adalah kurang fokus dan kurang

konsentrasi. Jika kadar depresi tergolong berat bisa membuat

seseorang tidak bisa bekerja atau belajar secara efektif dan bahkan

memerlukan perawatan medis.

2. Kurang Tidur

Pola tidur yang terganggu bisa membuat seseorang tidak fokus

melakukan aktifvitas sehari - hari bahkan dihari - hari berikutnya.

Page 5: LBM 1 imun

Gangguan tidur yang berkepanjangan perlu bantuan dokter untuk

mengetahui penyebab lebih lanjut yang mendasarinya.

3. Penyalahgunaan Alkohol dan Narkotika.

Ketergantungan alkohol dan narkotika dapat menyebabkan otak

berfungsi kurang maksimal, sehingga membuat seseorang sulit

untuk fokus dan berkonsentrasi.

4. Perubahan Hormon

Perubahan hormon yang biasa terjadi pada wanita yang tengah

hamil atau menjelang menstruasi bisa membuat ia kurang fokus

dan mudah lupa.

5. Gangguan Tiroid

Jika hormon tiroid tidak aktif berproduksi bisa mengakibatkan

perubahan dalam aktivitas sel otak yang mempengaruhi otak untuk

beraktivitas dan berkonsentrasi

6. Anemia

Gelaja anemia atau kurang darah adalah lemah dan mudah lelah,

ini akibat oksigen tidak di angkut dengan benar dalam tubuh.

Kurangnya oksigen ini bisa mengganggu kemampuan seseorang

untuk berpikir dan berkonsentrasi. Kondisi ini bisa diatasi dengan

perubahan gaya hidup yang sehat dan mengkonsumsi suplemen

gizi.

7. Cedera Kepala

Cedera ringan dikepala bisa menyebabkan kebingungan

sementara. Namun jika cederanya serius bisa menyebabkan

kerusakan permanen yang membuat seseorang sulit konsentrasi.

8. Demensia

Penyakit alzheimer menyebabkan kerusakan di oatk dan tanda-

tanda pertamanya adalah kehilangan memori atau sering lupa.

9. Stroke

Sroke mengakibatkan masalah pada aliran darah yang

menyebabkan perubahan pada organ seperti kehilangan memori

Page 6: LBM 1 imun

atau gagal untuk konsentrasi. Umumnya terapi okupasi bisa

membantu membangun kembali beberapa keterampilan mental

4. Bagaimana cara pemeriksaan fisik pada daerah mata ?

Jawab :

PEMERIKSAAN KONJUNGTIVA MATA

a. Posisi pasien duduk sama tinggi dengan pemeriksa atau tidur

telentang dengan posisi kepala lurus kedepan

b. Letakkan ujung ibu jari tangan kanan pemeriksa pada palpebra

inferior kiri dan letakan jari- jari lainnya sedemikian rupa pada pipi

kiri pasien

c. Tekan dan tariklah ujung ibu jari kearah inferior

5. Bagaimana gambaran konjungtiva pucat ?

Jawab :

Gambaran konjungtiva anemis.

Gambaran konjungtiva anemis.

Page 7: LBM 1 imun

6. Mengapa pada Tn. M konjungtivanya pucat ?

Jawab :

Konjungtiva anemis : karena anemianya yang kemudian

menyebabkan hb turun. Seperti yg kita tahu Penyebab anemia sendiri

dapat beragam, seperti pemecahan sel darah merah berlebihan

(anemia hemolitik), gangguan produksi sel darah merah di sumsum

tulang, dan asupan makanan yang tidak mencukupi.

Makanan yang diperlukan untuk perkembangan sel darah

merah normal mencakup besi, asam folat (vitamin B9), dan vitamin B12.

Anemia defisiensi besi sendiri memberikan gambaran sel darah

merah yang berbeda dibandingkan dengan anemia defisiensi asam

folat atau vitamin B12,yaitu sel yang lebih kecil dan lebih pucat

(mikrositik hipokromik).

Kekurangan ini menyebabkan fungsi sel darah merah menjadi

terganggu padahal sel darah merah penting untuk membawa oksigen

ke seluruh tubuh. Jumlah oksigen yang menurun ini menyebabkan

tubuh menjadi lemah, lesu, dan lemas (gejala 3L) seperti halnya Anda

berada di dalam ruangan yang kurang oksigen. Tubuh menjadi lebih

lambat dan kurang berdaya saat kekurangan oksigen karena memang

tenaga yang dibentuk membutuhkan oksigen. Selain gejala 3L, tanda

yang dapat Anda perhatikan adalah konjungtiva mata yang tampak

lebih pucat.

7. Bagaimana perbedaan konjungtiva yang normal dan yang pucat ?

Jawab :

Evaluasi warna konjungtiva, Normal warna konjungtiva kemerahan,

bila warna kepucatan kemungkinan menderita anemia.

Page 8: LBM 1 imun

8. Bagaimana gambaran telapak tangan pucat ?

Jawab :

9. Mengapa telapak tangan Tn. M pucat ?

Jawab :

karena Tn.m keadaan masa eritrosit dan atau masa hemoglobin yang

beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi

jaringan tubuh. Secara ilmu kedokteran, qdiartikan sebagai penurunan

kadar hemoglobin serta hitung eritrosit dan hematokrit di bawah.

Page 9: LBM 1 imun

10. Bagaimana penanganan konjungtiva pucat dan telapak tangan

yang pucat ?

Jawab :

Konjungtiva pucat dan telapak tangan yang pucat pada anemia

aplastik disebabkan kegagalan sumsum tulang untuk memproduksi

sel darah, sehingga penanganannya adalah dengan transfusi darah,

transplantasi sumsum tulang, pengobatan infeksi, imunosupresif,

kemoterapi.

11. Apa hubungannya konjungtiva pucat dengan rasa mudah lelah

dan pusing ?

Jawab :

Hubungannya adalah konjungtiva yang pucat dengan rasa

mudah lelah dan pusing itu merupakan tanda dan gejala dari anemia

itu sendiri. Karena anemia tersebut Hb didalam tubuh menjadi

menurun mengakibatkan konjungtiva menjadi pucat dan dengan

anemia tersebut juga menutunkan kadar oksigen dalam darah dan

mengakibatkan rasa lelah dan pusing.

12. Apa yang menyebabkan Tn. M takikardi ?

Jawab :

Takikardi dapat terjadi setelah berolahraga, bekerja sangat

keras, atau dapat disebabkan oleh karena kerusakan jantung, tanda

awal penyakit jantung, gelombang listrik abnormal yang terjadi saat

lahir, ketidaknormalan jantung bawaan, tekanan darah tinggi, merokok

(pasif-aktif), penyalahgunaan obat tertentu (misalnya : kokain), reaksi

terhadap obat tertentu, ketidakseimbangan elektrolit di dalam cairan

tubuh, kelenjar tiroid yang overaktif (hipertiroidisme). Pada beberapa

kasus, penyebab takiikardi tidak dapat di tentukan.

Page 10: LBM 1 imun

“Takikardi” (Tachycardia) berasal dari kata yunani kuno “Tachy”

(yang berarti : cepat atau dipercepat) dan “kardia” (yang berarti :

jantung).

13. Dampak takikardi pada Tn. M ?

Jawab :

Sesak nafas, jantung berdebar-debar,cepat lelah.

14. Mengapa Tn. M mengalami lesu dan pucat ?

Jawab :

Penurunan produksi SDM à Hb dan Ht ↓ à O2 ke jaringan ↓

àlemah, lelah, lesu ekstremitas dingin, pucat.

15. Apa hubungannya Tn. M yang lesu dan pucat dengan mudah

lelah dan tidak nafsu makan ?

Jawab :

Rasa lesu, mudah lelah, tidak nafsu makan serta pucat

merupakan tanda gejala dari anemia.

16. Apakah Hb mempengaruhi tekanan darah ?

Jawab :

Anemia adalah suatu gejala yang ditandai dengan kadar

hemoglobin (Hb) kurang dari normal. Rentang Hb normal sangat

bervariasi bergantung pada jenis kelamin dan usia. Laki-laki dewasa

normal umumnya memiliki rentang Hb antara 13 hingga 16 g/dL dan

12 hingga 15 g/dL untuk wanita. Seseorang yang mengalami tekanan

darah rendah umumnya akan mengeluhkan keadaan sering pusing,

sering menguap, penglihatan terkadang dirasakan kurang jelas

(kunang-kunang). Berbeda tipis dengan tekanan darah rendah,

Anemia (dalam bahasa Yunani: Tanpa darah) adalah keadaan

dimana jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein

pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada dibawah

normal.Sel darah merah mengandung hemoglobin, yang

memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru-paru dan

Page 11: LBM 1 imun

mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Anemia menyebabkan

berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam

sel darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen

dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh.

Orang yang mengalami anemia akan merasa cepat lelah,

lemas, pucat, gelisah dan terkadang sesak, keluhan yang sama

dengan penderita hipotensi.

17. Apakah suhu tubuh Tn. M mempengaruhi tanda dan gejala yang

dirasakan ?

Jawab :

Pada pasien diatas mengalami penurunan semua jumlah sel

darah termasuk sel darah putih untuk menjaga pertahanan tubuh

sehingga akan mudah terjadinya infeksi. Dan terjadinya suhu tubuh

yang meningkat merupakan tanda dan gejala dari penyakit itu sendiri.

Pada seseorang yang mengalami suhu tubuh akan terjadi

peningkatan titik patokan (set-point) suhu di hipotalamus, dengan

meningkatkan titik patokan tersebut, maka hipotalamus mengirim

sinyal untuk meningkatkan suhu tubuh.tubuh respon.

18. Berapa jumlah normal granulosit ?

Jawab :

Pada keadaan normal terdapat 4.000-11.000 sel lekosit per mikro

liter darah manusia. Dari jumlah itu, jenis terbanyak adalah granulosit

(lekosit polimorfonuklear, pmn). Sebagian besar sel tersebut

mengandung granulanetrofilik), sebagian kecil mengandung granula

yang dapat diwarnai dengan zat warna asam (eosinofil), dan

sebagian lagi mengandung granula basofilik (basofil).

Page 12: LBM 1 imun

Nilai normal berbagai komponen sel dalam darah manusia

Sel Se/μLKisaran

Normal

Nilai Persen

Sel Darah

Putih Total

Sel darah

putih total9000

4000-

11000

Granulosit:

Netrofil

Eosinofil

Basofil

5400

275

35

3000-6000

150-300

0-100

50-70

1-4

0,4

Limfosit 2750 1500-4000 20-40

Monosit 540 2-8

Eritrosit

Wanita

Pria

4,8 x

106

5,4 x

106

Trombosit 300.000200.000-

500.000

Sumber: Ganong, 1999

19. Berapa jumlah normal trombosit ?

Jawab :

Trombosit adalah komponen sel darah yang dihasilkan oleh jaringan

hemopoetik, dan berfungsi utama dalam proses pembekuan darah.

Penurunan sampai dibawah 100.000/ µL berpotensi untuk terjadinya

perdarahan dan hambatan pembekuan darah.

Jumlah Normal: 50.000-450.000 /µL

20. Bagaimana peredaran trombosit dalam tubuh ?

Jawab :

Trombosit berperan penting dalam pembentukan bekuan darah.

Trombosit dalam keadaan normal bersirkulasi ke seluruh tubuh

Page 13: LBM 1 imun

melewati aliran darah. Namun, dalam beberapa detik setelah

kerusakan suatu pembuluh, trombosit tertarik ke daerah tersebut

sebagai respons terhadap kolagen yang terpajang di lapisan

subendotel pembuluh. Trombosit melekat ke permukaan yang rusak

dan mengeluarkan beberapa zat (serotonin dan histamin) yang

menyebabkan terjadinya vasokonstriksi pembuluh.

Pembatasan Fungsi Trombosit

Penimbunan trombosit yang berlebihan dapat menyebabkan

penurunan aliran darah ke jaringan atau sumbat menjadi sangat

besar, sehingga lepas dari tempat semula dan mengalir ke hilir

sebagai suatu embolus dan menyumbat aliran ke hilir.

Guna mencegah pembentukan suatu emboli, maka trombosit-

trombosit tersebut mengeluarkan bahan-bahan yang membatasi luas

penggumpalan mereka sendiri. Bahan utama yang dikeluarkan oleh

trombosit untuk membatasi pembekuan adalah prostaglandin

tromboksan A2 dan prostasiklin 12. Tromboksan A2 merangsang

penguraian trombosit dan menyebabkan vasokonstriksi lebih lanjut

pada pembuluh darah. Sedangkan prostasiklin 12 merangsang

agregasi trombosit dan pelebaran pembuluh, sehingga semakin

meningkatkan respons trombosit.

21. Mengapa jumlah trombosit pada Tn. M berkurang ?

Jawab :

Pada anemia aplastik terjadi kegagalan sumsum tulang dalam

memproduksi darah, sehingga terjadi pansitopenia (kurangnya seluruh

sel darah) yang termasuk trombosit.

22. Apa yang akan terjadi jika jumlah trombosit dibawah normal ?

Jawab :

a. Perdarahan kulit bisa merupakan pertanda awal dari jumlah

trombosit yang kurang

b. Bintik-bintik keunguan seringkali muncul di tungkai bawah dan

cedera ringan bisa menyebabkan memar yang menyebar.

Page 14: LBM 1 imun

c. Bisa terjadi perdarahan gusi dan darah juga bisa ditemukan pada

tinja atau air kemih.

d. Pada penderita wanita, darah menstruasinya sangat banyak.

e. Perdarahan mungkin sukar berhenti sehingga pembedahan dan

kecelakaan bisa berakibat fatal.

f. Jika jumlah trombosit semakin menurun, maka perdarahan akan

semakin memburuk.

g. Jumlah trombosit kurang dari 5.000-10.000/mL bisa

menyebabkan hilangnya sejumlah besar darah melalui saluran

pencernaan atau terjadi perdarahan otak (meskipun otaknya

sendiri tidak mengalami cedera) yang bisa berakibat fatal.\

Page 15: LBM 1 imun

Jump 5 Tujuan Minimal

Secara umum tujuan yang diharapkan adalah mahasiswa mampu

menjelaskan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan pada

sistem imun dan hematologi. Sedangkan tujuan khusus yang

diharapkan adalah mahasiswa mampu:

1. Mengidentifikasi pengertian penyakit atau gangguan kesehatan

pada klien dengan anemia aplastik.

2. Menjelaskan clinical pathway dari manifestasi klinis yang ada pada

gangguan kesehatan pada klien dengan anemia aplastik.

3. Mengidentifikasi proses timbulnya komplikasi yang dapat terjadi

pada klien dengan anemia aplastik.

4. Menjelaskan berbagai pemeriksaan fisik dan penunjang yang

diperlukan.

5. Menjelaskan pengkajian keperawatan yang spesifik dan diperlukan

pada klien dengan anemia aplastik.

6. Menyebutkan diagnosis keperawatan yang mungkin dialami klien

dengan anemia aplastik.

7. Menjelaskan perencanaan keperawatan untuk mengatasi masalah

klien dengan anemia aplastik.

8. Menjelaskan tindakan keperawatan yang harus dilakukan.

9. Menjelaskan terapi yang diberikan untuk mengatasi gangguan

sistem imun dan hematologi implikasi keperawatannya.

10.Merumuskan berbagai pendidikan kesehatan pada klien dalam

kerangka persiapan klien pulang.

Page 16: LBM 1 imun

Jump 6

1. Anfis Anemia Aplastik

Jawab :

Anatomi dan Fisiologi

Sistem hematology tersusun atas darah dan tempat darah

diproduksi, termasuk sumsum tulang dan nodus limfa. Darah adalah

organ khusus yang berbeda dengan organ lain karena berbentuk

cairan.

Darah adalah suspensi dari partikel dalam larutan koloid cair

yang mengandung elektrolit. Peranannya sebagai medium

pertukaran antara sel-sel yang terfiksasi dalam tubuh dan lingkungan

luar serta memiliki sifat-sifat protektif terhadap organisme sebagai

suatu keseluruhan dan khususnya terhadap darahnya sendiri.

Unsur seluler darah terdiri dari sel darah merah (eritrosit),

beberapa jenis sel darah putih (leukosit), dan pecahan sel yang

disebut trombosit.

a. Sumsum tulang

Sumsum tulang menempati bagian dalam tulang spons dan

bagian tengah rongga tulang panjang. Sumsum merupakan 4 %

sampai 5 % berat badan total,sehingga merupakan yang paling

besar dalam tubuh. Sumsum bisa berwarna merah atau kuning.

Sumsum merah merupakan tempat diproduksi sel darah merah

aktif dan merupakan organ hematopoetik (penghasil darah)

utama. Sedang sumsum kuning, tersusun terutama oleh lemak

dan tidak aktif dalam produksi elemen darah.

b. Eritrosit

Sel darah merah atau eritrosit dalah merupakan cakram bikonkaf

yang tidak berinti yang kira-kira berdiameter 8 m, tebal bagian

tepi 2m pada bagian tengah tebalnya hanya 1m atau kurang.

Karena sel itu lunak dan lentur maka dalam perjalanannya

melalui mikrosirkulasi konfigurasinya berubah. Stroma bagian

Page 17: LBM 1 imun

luar yang mengandung protein terdiri dari antigen kelompok A

dan B serta faktor Rh yang menentukan golongan darah

seseorang. Komponen utama sel darah merah adalah protein

hemoglobin (Hb) yang mengangkut O2 dan CO2 dan

mempertahankan pH normal melalui serangkaian dapar

intraseluler. Molekul-molekul Hb terdiri dari 2 pasang rantai

polipeptida (globin) dan 4 gugus hem, masing-masing

mengandung sebuah atom besi. Konfigurasi ini memungkinkan

pertukaran gas yang sangat sempurna.

Pembentukan hemoglobin terjadi pada sumsum tulang melalui

semua stadium pematangan. Sel darah merah memasuki

sirkulasi sebagai retikulosit dari sumsum tulang. Retikulosit

adalah stadium terakhir dari perkembangan sel darah merah

yang belum matang dan mengandung jala yang terdiri dari serat-

serat retikular. Sejumlah kecil hemoglobin masih dihasilkan

selama 24 sampai 48 jam pematangan, retikulum kemudian larut

dan menjadi sel darah merah yang matang.

c. Leukosit (sel darah putih)

Leukosit merupakan unit yang mobil/aktif dari sistem pertahanan

tubuh. Leukosit ini sebagian di bentuk di sumsum tulang

(granulosit dan monosit serta sedikit limfosit) dan sebagian lagi di

jaringan limfe (limfosit dan sel-sel plasma). Setelah dibentuk, sel-

sel ini diangkut dalam darah menuju bagian tubuh untuk di

gunakan. Manfaat sesungguhnya dari sel darah putih ialah

bahwa kebanyakan di transpor secara khusus ke daerah yang

terinfeksi dan mengalami peradangan serius, jadi menyediakan

pertahanan yang cepat dan kuat terhadap bahan infeksius yang

mungkin ada.

Ada 6 macam sel darah putih yang secara normal di temukan

dalam darah. Keenam sel tersebut ialah netrofil polimorfonuklir,

eosinofil polimorfonuklir, basofil polimorfonuklir, monosit, limfosit,

Page 18: LBM 1 imun

dan kadang-kadang sel plasma. Selain itu terdapat juga sejumlah

besar trombosit, yang merupakan pecahan dari tipe ketujuh sel

darah putih yang dijumpai dalam sumsum tulang, yakni

megakariosit. Ketiga tipe dari sel, yaitu sel polimorfonuklir,

seluruhnya mempunyai gambaran granular, karena alasan itu

mereka disrbut granulosit atau dalam terminologi klinis disebut

“poli” karena intinya multipel.

Granulosit dan monosit melindungi tubuh terhadap organisme

penyerang terutama dengan cara mencernakannya yaitu melalui

fagositosis. Fungsi utama limfosit dan sel-sel plasma

berhubungan dengan sistem imun.

d. Trombosit

Trombosit merupakan partikel kecil, berdiameter 2 sampai 4 µm,

yang terdapat pada sirkulasi plasma darah. Karena dapat

mengalami disintegrasi cepat dan mudah, jumlahnya selalu

berubah antara 150.000 dan 450.000 per mm³ darah, tergantung

jumlah yang dihasilkan, bagaimana digunakan, dan kecepatan

kerusakan.

Dibentuk oleh fragmentasi sel raksasa sumsum tulang, yang

disebut megakariosit. Produksi trombosit diatur oleh

trombopotein. Trombosit berperan penting dalam mengotrol

pendarahan. Apabila terjadi pendarahan cedera vascular,

trombosit mengumpul pada pada tempat edera tersebut.

Subtansi yang dilepaskan dari granula trombosit dan sel darah

lainnya menyebabkan trombosit menempel satu sama lain dan

membentuk tambalan atau sumbatan, yang sementara

menghentikan pendarahan. Subtansi lain dilepaskan dari

trombosit untuk mengaktifasi factor pembekuan dalam plasma

darah.

Page 19: LBM 1 imun

e. Plasma darah

Apabila elemen seluler diambil dari darah, bagian cairan yang

tersisa dinamakan plasma darah. Plasma darah mengandung

ion, protein, dan zat lain. Apabila plasma dibiarkan membeku,

sisa cairan yang tertinggal dinamakan serum. Serum mempunyai

kandungan yang sama dengan plasma, keuali kandungan

fibrinogen dan beberapa factor pembekuan.

Protein plasma tersusun terutama oleh albumin dan globulin.

Globulin tersusun atas fraksi alfa, beta dan gama yang dapat

dilhat dari laboratorium yang dinamakan elektroforesis protein.

Masing-masing kelompok disusun oleh protein tertentu.

Gama globulin, yang tersusun terutama oleh anti bodi,

dinamakan immunoglobulin. Protein ini dihasilkan oleh limfosit

dan sel plasma. Protein plasma penting dalam fraksi alfa dan

beta adalah globulin transpor dan nfaktor pembekuan yang

dibentuk di hati. Globulin transpor membawa berbagai zat dalam

bentuk terikat sepanjang sirkulasi. Misalnya tiroid terikat globulin,

membawa tiroksin, dan transferin membawa besi. Faktor

pembekuan, termasuk fibrinogen, tetap dalam keadaan tidak aktif

dalam plasma darah sampai diaktifasi pada reaksi pada tahap-

tahap pembekuan.

Albumin terutama penting untuk pemeliharaan volume cairan

dalam system vaskuler. Dinding kapiler tidak permeabel terhadap

albumin, sehingga keberadaannya dalam plasma menciptakan

gaya onkotik yang menjaga cairan dalam rongga vaskuler.

Albumin, yang dihasilkan oleh hati, memiliki kapasitas mengikat

berbagai zat yang ada dalam plasma. Dalam hal ini, albumin

berfungsi sebagai protein transpor untuk logam, asam lemak,

bilirubin, dan obat-obatan, diantara zat lainnya.

Page 20: LBM 1 imun

2. Definisi Anemia Aplastik

Jawab :

Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta hemoglobin

dalam 1 mm3 darah atau berkurangnya volume sel yang dipadatkan

(packed red cells volume) dalam 100 ml darah.

Anemia aplastik merupaka keadaan yang disebabkan

bekurangnya sel hematopoetik dalam darah tepi seperti eritrosit,

leukosit dan trombosit sebagai akibat terhentinya pembentukan sel

hemopoetik dalam sumsum tulang.

Anemia aplastik adalah anemia yang normokromik normositer

yang disebabkan oleh disfungsi sumsum tulang, sedemikian

sehingga sel darah yang mati tidak diganti.

Anemia aplastik adalah anemia yang disebabkan terhentinya

pembuatan sel darah oleh sumsum tulang (kerusakan susum tulang).

(Ngastiyah.1997.Hal:359)

Anemia aplastik merupaka keadaan yang disebabkan

bekurangnya sel hematopoetik dalam darah tepi seperti eritrosit,

leukosit dan trombosit sebagai akibat terhentinya pembentukan sel

hemopoetik dalam sumsum tulang. (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan

Anak FKUI.2005.Hal:451)

Anemia aplastik adalah kegagalan anatomi dan fisiologi dari

sumsum tulang yang mengarah pada suatu penurunan nyata atau

tidak adanya unsur pembentukan darah dalam sumsum.

(Sacharin.1996.Hal:412)

Page 21: LBM 1 imun

3. Klasifikasi

Jawab : Anemia aplastik umumnya diklasifikasikan sebagai berikut :

A. Klasifikasi menurut kausa :

1. Idiopatik : bila kausa tidak diketahui; ditemukan pada 50% kasus

2. Sekunder : bila kausanya diketahui

3. Konstitusional : adanya kelianan DNA yang dapat diturunkan

B. Klasifikasi menurut prognosis :

1. Anemia aplastik berat : kesempatan sembut 10%

Didefinisikan anemia aplastik berat bila :

- Neutrofil kurang dari 500 /mm3

- Trombosit kurang dari 20000 / mm3

- Retikulosit kurang dari 1%

- Sumsum tulang: selularitasnya kurang dari 25% normal

2. Anemia aplastik sangat berat: sama seperti anemia aplastik berat

kecuali neutrofil kurang dari 200 /mm3

3. Anemia aplastik bukan berat: kesempatan sembut mendekati 50%

4. Epidemiologi + prevalensi Anemia Aplastik

Jawab :

Anemia aplastik tergolong penyakit yang jarang dengan insiden

di negara maju: 3 – 6 kasus/1 juta penduduk/tahun. Epidemiologi

anemia aplastik di Timur jauh mempunyai pola yang berbeda dengan

di negara Barat. Di negara Timur (Asia Tenggara dan Cina)

insidennya 2 – 3 kali lebih tinggi dibandingkan dengan di negara

Barat, insiden anemia aplastik di dapat di eropa dan Israel sebanyak 2

Page 22: LBM 1 imun

kasus per 1 juta penduduk. laki-laki lebih sering terkena dibandingkan

dengan wanita, faktor lingkungan, mungkin infeksi virus, antara lain

virus hepatitis, diduga memegang peranan penting.

Perjalanan penyakit pada pria juga lebih berat daripada

perempuan. Perbedaan umur dan jenis kelamin mungkin disebabkan

oleh risiko pekerjaan, sedangkan perbedaaan geografis mungkin

disebabkan oleh pengaruh lingkungan.

5. Etiologi Anemia Aplastik

Jawab :

a. Faktor congenital : sindrom fanconi yang biasanya disertai kelainan

bawaan lain seperti mikrosefali, strabismus, anomali jari, kelainan

ginjal dan lain sebagainya.

b. Faktor didapat

1) Bahan kimia : Benzena, insektisida, senyawa As, Au, Pb.

2) Obat : Kloramfenikol, mesantoin (antikonvulsan),

piribenzamin (antihistamin), santonin-kalomel, obat sitostatika

3) Radiasi : sinar roentgen, radioaktif.

4) Faktor individu : alergi terhadap obat, bahan kimia dan lain –

lain.

5) Infeksi : tuberculosis milier, hepatitis dan lain – lain.

6) Keganasan , penyakit ginjal, gangguan endokrin, dan idiopatik.

Page 23: LBM 1 imun

6. Patofisiologi + pathway Anemia Aplastik

Jawab :

Page 24: LBM 1 imun

7. Manifestasi klinis?

Jawab :

Tanda dan gejala yang sering dialami pada anemia aplastik adalah :

  Lemah dan mudah lelah

  Granulositopenia dan leukositopenia menyebabkan lebih mudah

terkena infeksi bakteri

  Trombositopenia menimbulkan perdarahan mukosa dan kulit

  Pucat

  Pusing

  Anoreksia

  Peningkatan tekanan sistolik

  Takikardia

  Penurunan pengisian kapler

  Sesak

  Demam

  Purpura

  Petekie

  Hepatosplenomegali

  Limfadenopati(Tierney,dkk.2003.Hal:95)

8. Faktor resiko Anemia Aplastik

Jawab :

a. Riwayat keluarga anemia aplastik

b. Faktor genetik seperti yang terkait dengan anemia hipoplasia

kongenital.

c. Penggunaan obat tertentu dan obat-obatan.

d. Melakukan kontak langsung atau menghirup volatil beracun seperti

benzena, di tempat kerja.

e. Penyakit autoimun (sistem kekebalan tubuh menyerang sel

sumsum tulang itu sendiri).

f. Paparan sinar radiasi seperti sinar xray.

g. Pengaruh zat kimia seperti benzene dan arsen.

h. Terinfeksi oleh virus seperti virus hepatitis C (VHC)

Page 25: LBM 1 imun

9. Prognosis Anemia Aplastik

Jawab :

Prognosis bergantung pada :

a. Gambaran sumsum tulag hiposeluler atau aseluler.

b. Kadar Hb F yang lebih dari 200 mg% memperlihatkan prognosis

yang lebih baik.

c. Jumlah granulosit lebih dari 200/ mm3 menunjukkan prognosis yang

lebih baik.

d. Pencegahan infeksi sekunder terutama di Indonesia karena

kejadian infeksi masih tinggi.

e. Gambaran sumsum tulang merupakan parameter yang terbaik

untuk menentukan prognosis.

10. Komplikasi

Jawab :

1. Perdarahan

2. Infeksi organ

3. Gagal jantung

11. Faktor pencetus (precipitasi)

Jawab :

1. Radiasi dan kemoterapi

Radiasi dan kemoterapi digunakan untuk membunuh sel kanker.

Hanya saja, prosedur ini juga dapat merusak sel-sel sehat,

termasuk sel-sel induk dalam sumsum tulang. Anemia aplastik bisa

terjadi karena efek samping sementara dari perawatan ini.

2. Paparan bahan kimia beracun

Paparan bahan kimia beracun, seperti yang digunakan dalam

pestisida dan insektisida dapat menyebabkan anemia aplastik.

Paparan benzena – bahan kimia yang terdapat dalam bensin –

juga dikaitkan dengan anemia aplastik. Jenis anemia ini sering

Page 26: LBM 1 imun

berangsur hilang seiring berkurangnya paparan pada bahan kimia

yang memicu penyakit.

3. Penggunaan obat-obatan tertentu

Beberapa obat, seperti yang digunakan untuk mengobati

rheumatoid arthritis dan beberapa antibiotik, dapat menyebabkan

anemia aplastik.

4. Gangguan autoimun

Gangguan autoimun, di mana sistem kekebalan tubuh mulai

menyerang sel-sel sehat, mungkin juga mengganggu sel-sel induk

dalam sumsum tulang.

5. Infeksi virus

Infeksi virus yang mempengaruhi sumsum tulang mungkin

memainkan peran dalam perkembangan anemia aplastik. Virus

yang dikaitkan dengan perkembangan anemia aplastik termasuk

hepatitis, Epstein-Barr, cytomegalovirus, Parvovirus B19, dan HIV

6. Kehamilan

Anemia aplastik yang terjadi pada kehamilan mungkin terkait

dengan masalah autoimun atau sistem kekebalan tubuh yang

menyerang sumsum tulang selama kehamilan.

12. Faktor pendukung (predisposisi)

Jawab :

Anemia aplastik merupakan penyakit langka. Faktor-faktor yang dapat

meningkatkan risiko diantaranya:

a. Pengobatan kanker dengan radiasi dosis tinggi atau kemoterapi

b. Paparan bahan kimia beracun

c. Penggunaan beberapa obat resep – seperti kloramfenikol, yang

digunakan untuk mengobati infeksi bakteri

d. Penyakit darah tertentu, gangguan autoimun, dan infeksi serius

e. Dalam kasus yang jarang, kehamilan

Page 27: LBM 1 imun

13. Pemeriksaan penunjang Anemia Aplastik

Jawab :

LABORATORIUM

a. Darah tepi

1) Hemoglobin (Hb)

Menurun (anemia)

2) Sel darah

a) awal pansitopenia tdk selalu ditemukan

b) Jenis anemia: normositik normokrom

c) Kadang-kadang ditemukan pula: makrositosis, anisositosis

dan poikilositosis

d) Granulosit dan trombosit ditemukan rendah

e) Limfositosis relatif à >75% kasus.

f) Retikulosit: normal atau rendah. Adanya retikulositosis à

bukan A. aplastik

3) Laju endap darah

a) Selalu meningkat

b) Mempunyai laju endap darah le bih dari 100 mm dalam jam

pertama à 89%

4) Sumsum tulang

a) Aspirasi sumsum tulang sering tdk berhasil (dry tap)

b) Bila berhasil à sedikit partikel, dgn sel lemak yg banyak, sel

limfosit merata dan jarang.

c) Sel granulosit sedikit

d) Megakariosit sering tidak ditemui

e) Seri eritropoetik menurun jumlahnya, berbagai tipe sel ini

dapat ditemui, mungkin memperlihatkan gambaran yg

megaloblastik.

Page 28: LBM 1 imun

14. Pemeriksaan fisik Anemia Aplastik

Jawab :

Keadaan Umum

Apatis, lesu, kurang tertarik pada sekitarnya, kelemahan.

Tanda-tanda vital

a. Suhu : > 37,5 oC

b. TD : > 120/100 mmHg

c. RR : > 24 x/mnt

d. Nadi : > 100 x/mnt

Head to-toe

a. Kepala: kulit kepala nampak tidak kotor dan tidak berbau.

b. Rambut: hitam,penyebaran rambut merata dan bersih

c. Mata (penglihatan) : Konjungtiva anemis, mukosa pucat

d. Hidung (penciuman): tidak ada lesi

e. Telinga (pendengaran) : Peka terhadap rangsangan

f. Mulut dan gigi : Membran mukosa kering, turgor kulit buruk,

Inflamasi bibir

g. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

h. Thoraks : Pada inspeksi dada simetris, Auskultasi bunyi nafas

dipsnea, Bunyi jantung takikardia kompensasi

i. Abdomen: Inspeksi tidak ada asites ,hepatomegali, ada nyeri tekan,

perkusi bunyi redup, distensi abdomen

j. Repoduksi: tidak lesi

k. Ekstremitas: pergerakan bebas tdak ada kelainan

l. Integumen: kulit pucat, petekie

Page 29: LBM 1 imun

15. Diagnosa banding

Jawab :

Diagnosis banding anemia yaitu dengan setiap kelainan yang ditandai

dengan pansitopenia perifer.

1. Kelainan sumsum tulang

Anemia aplastik 

Myelodisplasia, Leukemia akut, Myelofibrosis, Penyakit Infiltratif:

limfoma, myeloma, carcinoma, hairy cell leukemiaAnemia

megaloblastik 

2. Kelainan bukan sumsum tulang

HipersplenismeSistemik lupus eritematosusInfeksi: tuberculosis,

AIDS, leishmaniasis, brucellosis

16. Penatalaksanaan medis (farmakologi) Anemia Aplastik

Jawab :

Secara garis besar terapi untuk anemia aplastik terdiri atas beberapa

terapi sebagai berikut :

a. Tranfusi darah

b. Atasi komplikasi ( infeksi ) dengan antibiotik. Higine yang baik perlu

untuk mencegah timbulnya infeksi

c. Kortikosteroid, dosis rendah mungkin bermanfaat pada perdarahan

akibat trombositopenia berat.

d. Androgen, seperti fluokrimestron testosteron, metandrostenolon,

dan nondrolon.

e. Transplatasi sumsum tulang

Transplantasi sumsum tulang merupakan terapi definitif yang

memberikan harapan kesembuhan, tetapi biayanya mahal.

Pengobatan :

a. Prednison dan testosterone Prednison, dosis 2-6 mg/kgbb/hari per

oral; testosteron dengan dosis 1-2 mg/kgbb/hari secara parenteral.

b. Transfusi darah

c. Pengobatan terhadap infeksi sekunder

Page 30: LBM 1 imun

d. Makanan

e. Istirahat

17. Penatalaksanaan keperawatan (Nanda NOC NIC)

Jawab :

a. Pengkajian/Anamnesa

Ø  Identitas Klien

Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai,

status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no.

register, tanggal MRS, diagnosa medis.

Ø  Riwayat Penyakit Sekarang

Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari anemia

yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap

klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit.

Ø  Riwayat Penyakit Dahulu

Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab anema aplastik,

serta penyakit yang pernah diderita klien sebelumnya yang dapat

memperparah keadaan klien dan menghambat proses penyembuhan.

Ø  Riwayat Penyakit Keluarga

Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit anemia merupakan

salah satu faktor predisposisi terjadinya anemia, sering terjadi pada

beberapa keturunan, dan anemia aplastik yang cenderung diturunkan

secara genetik.

2.   Pemeriksaan Fisik

a.   Aktivitas / Istirahat

-       Keletihan, kelemahan otot, malaise umum

-       Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak

-       Takikardia, takipnea ; dipsnea pada saat beraktivitas atau istirahat

-       Letargi, menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertarik pada sekitarnya

-       Ataksia, tubuh tidak tegak

Page 31: LBM 1 imun

-       Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat dan tanda – tanda lain

yang menunjukkan keletihan

b.   Sirkulasi

-       Riwayat kehilangan darah kronis, mis : perdarahan GI

-       Palpitasi (takikardia kompensasi)

-       Hipotensi postural

-       Disritmia : abnormalitas EKG mis : depresi segmen ST dan pendataran

atau depresi gelombang T

-       Bunyi jantung murmur sistolik

-       Ekstremitas : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjungtiva,

mulut, faring, bibir) dan dasar kuku

-       Sclera biru atau putih seperti mutiara

-       Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke perifer dan

vasokonsriksi kompensasi)

-       Kuku mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia)

-       Rambut kering, mudah putus, menipis

c.   Integritas Ego

-       Keyakinan agama / budaya mempengaruhi pilihan pengobatan mis

transfusi darah

-       Depresi

d.   Eliminasi

-       Riwayat pielonefritis, gagal ginjal

-       Flatulen, sindrom malabsorpsi

-       Hematemesis, feses dengan darah segar, melena

-       Diare atau konstipasi

-       Penurunan haluaran urine

-       Distensi abdomen

e.   Makanan / cairan

-       Penurunan masukan diet

-       Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring)

-       Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia

Page 32: LBM 1 imun

-       Adanya penurunan berat badan

-       Membrane mukusa kering,pucat

-       Turgor kulit buruk, kering, tidak elastic

-       Stomatitis

-       Inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah

f.    Neurosensori

-       Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidakmampuan

berkonsentrasi

-       Insomnia, penurunan penglihatan dan bayangan pada mata

-       Kelemahan, keseimbangan buruk, parestesia tangan / kaki

-       Peka rangsang, gelisah, depresi, apatis

-       Tidak mampu berespon lambat dan dangkal

-       Hemoragis retina

-       Epistaksis

-       Gangguan koordinasi, ataksia

g.   Nyeri/kenyamanan

-       Nyeri abdomen samar, sakit kepala

h. Pernapasan

-       Napas pendek pada istirahat dan aktivitas

-       Takipnea, ortopnea dan dispnea

i.   Keamanan

-          Riwayat terpajan terhadap bahan kimia mis : benzene, insektisida,

fenilbutazon, naftalen

-          Tidak toleran terhadap dingin dan / atau panas

-          Transfusi darah sebelumnya

-          Gangguan penglihatan

-          Penyembuhan luka buruk, sering infeksi

-          Demam rendah, menggigil, berkeringat malam

-          Limfadenopati umum

Page 33: LBM 1 imun

-          Petekie dan ekimosis

B.     Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen

seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai

oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan

/absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.

4. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya

pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan

granulosit (respons inflamasi tertekan).

5. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan

perubahan sirkulasi dan neurologist.

6.   Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet;

perubahan proses pencernaan; efek samping terapi obat.

7.  Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ;

salah interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi

Page 34: LBM 1 imun

Nn

0

Diagnosa

Keperawatan

Tujuan Intervensi Rasional

11 Perubahan perfusi

jaringan b.d

penurunan

komponen seluler

yang diperlukan

untuk pengiriman

oksigen/nutrient ke

sel.

Peningkatan perfusi

jaringan

KH :

Klien menunjukkan

perfusi adekuat,

misalnya tanda vital

stabil.

-    AwasiØ tanda

vital kaji pengisian

kapiler, warna

kulit/membrane

mukosa, dasar

kuku.

-    Tinggikan

kepala tempat

tidur sesuai

toleransi.

-    Awasi upaya

pernapasan ;

auskultasi bunyi

napas perhatikan

bunyi adventisius.

-    Selidiki keluhan

nyeri

dada/palpitasi.

-    Hindari

penggunaan botol

penghangat atau

botol air panas.

Ukur suhu air

mandi dengan

thermometer.

-    Kolaborasi

pengawasan hasil

pemeriksaan

laboraturium.

-    Memberikan

informasi tentang

derajat/keadekuatan

perfusi jaringan dan

membantu

menetukan

kebutuhan

intervensi.

-    Meningkatkan

ekspansi paru dan

memaksimalkan

oksigenasi untuk

kebutuhan seluler.

Catatan :

kontraindikasi bila

ada hipotensi.

-    Gemericik

menununjukkan

gangguan jajntung

karena regangan

jantung

lama/peningkatan

kompensasi curah

jantung.

-    Iskemia seluler

mempengaruhi

jaringan miokardial/

potensial risiko

infark.

-    Termoreseptor

jaringan dermal

dangkal karena

gangguan oksigen

-    Mengidentifikasi

defisiensi dan

kebutuhan

Page 35: LBM 1 imun

18. ROM, Diet, PENKES Anemia Aplastik

Jawab :

a. ROM

Perbanyak istirahat dan mengurangi kegiatan yang menimbulakan

kelelahan.

b. Diet

Diet sumber zat besi seperti daging merah, hati terutama betis,

kacang-kacangan, sayuran bit, sirup gula molasses, almond, dan

ragi. Sayuran berdaun hijau mengandung zat besi dan asam folat.

c. Penkes

1) Menghindari paparan bahan kimia berlebih

2) Hindari / jangan konsumsi obat-obat yang dapat memicu anemia

aplastik secara berlebihan.

3) Jauhi radiasi seperti sinar X dan radiasi lainnya.

Primer, dimana dilakukan konseling perkawinan dan pendidikan

seks, penyuluhan serta perlindungan dari karsinogen

Sekunder, dimana dilakukan screening surveys (deteksi awal),

serta untuk mengobati dan mencegah terjadinya komplikasi.

Tersier, dimana dilakukan rehabilitasi.

19. Perencanaan pulang dan follow up Anemia Aplastik

Jawab :

a. Pemeliharaan nutrisi yang adekuat yaitu mengkonsumsi makanan

bergizi seperti mengandung asam folat dan vitamin B12 contoh :

sayur-sayuran berwarna hijau; bayam, tempe, hati, ginjal, atau

suplemen tambahan dan lain sebagainya.

b. Istirahat dan toleransi terhadap aktivitas.

c. Mencegah adanya komplikasi dengan segera minta bantuan

kesehatan terdekat.

20. Prosedur pemeriksaan granulosit?

Jawab :

Page 36: LBM 1 imun

Granulosit adalah sel darah putih yang berinti kecil, terdiri dari

neutrofil, eusonofil dan basofil. Untuk menghitung jumlah granulosit

maka dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan hitung jenis

leukosit.

Prosedur Hitung Jenis Leukosit : Phlebotomi dan Pemeriksaan

Darah Rutin

Phlebotomi

Phlebotomi merupakan proses pengambilan darah vena dg

menggunakan spuit, biasanya pengambilan darah ini bertujuan utk

dilakukannya pemeriksaan laboratorium pada darah pasien tsb.

ALAT & BAHAN :

a. Spuit

b. Swab Alcohol

c. Torniquet

d. Probandus / pasien

CARA KERJA :

a. Cari pembuluh vena di sekitar daerah fossa cubiti

b. Pasang torniquet di sebelah proksimal vena

c. Desinfeksi daerah tsb dg swab alcohol

d. Periksa spuit

e. Tusukkan spuit secara perlahan (ujung lubang jarum menghadap

atas)

f. Ketika nampak warna merah pd ujung spuit, putar spuit scr

perlahan

g. Lepas torniquet

h. Ambil dan hisap darah

i. Cabut perlahan lalu tutup bekasnya dg swab alcohol

Pemeriksaan Darah Rutin

Page 37: LBM 1 imun

Pemeriksaan darah rutin adl pemeriksaan darah yg paling sering

dilakukan pd pasien di Rumah Sakit. Pemeriksaan darah rutin ini

meliputi :

a. Pemeriksaan Kadar Hemoglobin (Hb)

b. Pemeriksaan Laju Endap Darah (LED)

c. Pemeriksaan Hitung Jumlah Leukosit

d. Pemeriksaan Hitung Jenis Leukosit

Hitung Jenis Leukosit

ALAT DAN BAHAN :

a. Darah vena

b. Objeck glass

c. Mikroskop

d. Giemsa

e. Pipet

f. Methanol

g. Emersi oil

h. Spreader

i. Bak pengecatan

j. Bak pengeringan

k. Pipet

l. Keran + air

CARA KERJA :

a. Ambil objek glass, teteskan darah pd ujung

b. Sentuh dg spreader, lalu buat SADT dg mendorong spreader dg

cepat

c. Amati apakah SADT : tipis, rata, tidak putus, ekor tidak robek

d. Keringkan dg cara diangin2kan

e. Preparat yg sdh kering genangi dg methanol 90% selama 10 menit

f. Keringkan dg diangin2kan lalu genangi dg giemsa 15 menit

g. Cuci dg air

h. Diangin2kan hingga kering

Page 38: LBM 1 imun

i. Amati pd mikroskop dg perbesaran 400X dg emersi oil

NILAI NORMAL

a. Eosinofil : 1 – 4 %

b. Basofil : 0 – 1 %

c. Neutrofil Stab : 2 – 5 %

d. Neutrofil Segmen : 50 – 70 %

e. Limfosit : 20 – 40 %

f. Monosit : 2 – 8 %

21. Prosedur pemeriksaan trombosit ?

Jawab :

Trombosit adalah jenis sel darah yang berfungsi utama dalam proses

pembekuan darah (Hemostasis). Menurut hipotesis dari J.W Wright

(1986) trombosit merupakan bagian dari sitoplasma megakariosit.

Teori tersebut didukung oleh beberapa hasil observasi yang

disimpulkan:

a. Trombosit dan megakariosit pada fetus ditemukan bersamaan.

b. Pada percobaan edukasi trombositosis memperlihatkan adanya

peningkatan mergakariosit.

c. Ada persamaan sitokiimia antigenik antara trombosit dan

megakariosit.

Page 39: LBM 1 imun

d. Pemberian radioisotope dalam megakariosit ternyata kemudian

dijumpai juga pada trombosit.

e. Observasi langsung yang memperlihatkan troombosit dihasilkan

oleh megakariosit.

Pemeriksaan Laboratorium Hitung Jumlah Trombosit (Antal

Trombosit) Darah

Metode : Direct counting dengan bilik hitung

Prinsip :

Darah diencerkan dengan Ammonium oxalate 1 % maka sel-sel selain

trombosit dan eritrosit dilisiskan dan darah menjadi lebih encer

sehingga trombosit lebih mudah dihitung. Jumlah trombosit dihitung

dalam bilik hitung di bawah mikroskop dengan perbesaran sedang.

Reagensia : Larutan Amonium Oksalat 1% (Bisa juga digunakan Rees

Ecker)

Alat-alat :

a. Tabung reaksi

b. Pipet 20 µl (adjusted), 2000 µl

c. Bilik hitung Improved Neubauer

d. Cawan Petri

e. Mikroskop

f. Counter

Spesimen : Darah EDTA

Cara Kerja :

a. Dipipetkan 2000 µl reagen ammonium oxalat 1% dan masukkan

dalam tabung reaksi

b. Ditambahkan ke dalam tabung 20 µl specimen darah, campur

hingga homogen

c. Cairan tersebut (reagen+darah) dipipet dengan pipet tetes,

kemudian sentuhkan ujung pipet itu dengan sudut 300 pada

permukaan kamar hitung dan menyinggung pinggir kaca penutup.

Biarkan kamar hitung terisi cairan dengan daya kapilaritasnya.

Page 40: LBM 1 imun

d. Letakkan kamar hitung kedalam cawan petri yang didalamnya ada

kertas tissue yang sudah dibasahi, inkubasi selama 15 menit.

e. Periksa dibawah mikroskop lensa obyektif 40X

f. Hitung trombosit. Perhitungan dilakukan dalam kotak eritrosit yaitu

dalam 10 kotak sedang.

Perhitungan :

Jumlah Trombosit = N/V x P

N= Jumlah Sel

V=Volum bilik hitung = 0.04 mm3

P= Pengenceran = 101 x

Nilai Normal

Jumlah Trombosit normal adalah 150.000 – 450.000 sel/mm3 darah

Interpretasi Hasil

a. Trombositopeni : Trombositopenia adalah istilah keadaan dimana

jumlah trombosit dibawah jumlah normal. Penurunan sampai

dibawah 10.000 sel/mm3 darah berpotensi untuk terjadinya

pendarahan dan hambatan pembekuan darah. Penyebab

trombositopenia:

1) Penurunan masa hidup, sekuestrasi/pemecahan abnormal :

Terjadi pada Hopersplenisme,Trombopoetik Trombositopenia

Pupura,Uremik Hemolitik, DIC, Sepsis,Trombositopenia Imun

2) Penurunan Produksi : Terjadi pada Mieloptisis, kelainan-kelainan

sumsum tulang primer, infeksi, pengaruh obat-obatan tertentu.

3) Produksi yang tidak efektif : Terjadi pada proses ,megaloblastik

b. Trombositosis : Trombositopenia adalah istilah keadaan dimana

jumlah trombosit diatas jumlah normal. Penyebab lazim

trombositosis :

1) Kelainan-kelainan Mieloproliferastif: Terjadi pada Polisitemia

vera, myeloid agranulosit, leukemia granulositik kronik,

(Trombositopenia primer)

Page 41: LBM 1 imun

2) Trombositosis sekunder: Dapat disebabkan oleh peradangan,

keganasan, penyakit hodgin, perdarahan akut, pasca

splenoktomi,reboun dari defisiendi besi yang parah.

Metode langsung (Rees Ecker)

Hitung trombosit secara langsung menggunakan kamar hitung

yaitu dengan mikroskop cahaya. Pada hitung trombosit cara Rees-

Ecker, darah diencerkan ke dalam larutan yang mengandung Brilliant

Cresyl Blue sehingga trombosit tercat biru muda. Sel trombosit

dihitung dengan menggunakan kamar hitung standar dan mikroskop.

Secara mikroskopik trombosit tampak refraktil dan mengkilat berwarna

biru muda/lila lebih kecil dari eritrosit serta berbentuk bulat, lonjong

atau koma tersebar atau bergerombol. Cara ini memiliki kesalahan

sebesar 16-25%, penyebabnya karena faktor teknik pengambilan

sampel yang menyebabkan trombosit bergerombol sehingga sulit

dihitung, pengenceran tidak akurat dan penyebaran trombosit yang

tidak merata.

Metode fase-kontras

Pada hitung trombosit metode fase kontras, darah diencerkan

ke dalam larutan ammonium oksalat 1% sehingga semua eritrosit

dihemolisis. Sel trombosit dihitung dengan menggunakan kamar

hitung standar dan mikroskop fase kontras. Sel-sel lekosit dan

trombosit tampak bersinar dengan latar belakang gelap. Trombosit

tampat bulat atau bulat telur dan berwarna biru muda/lila terang. Bila

fokus dinaik-turunkan tampak perubahan yang bagus/kontras, mudah

dibedakan dengan kotoran karena sifat refraktilnya. Kesalahan

dengan metode ini sebesar 8 – 10%.

Metode fase kontras adalah pengitungan secara manual yang

paling baik. Penyebab kesalahan yang utama pada cara ini, selain

faktor teknis atau pengenceran yang tidak akurat, adalah

Page 42: LBM 1 imun

pencampuran yang belum merata dan adanya perlekatan trombosit

atau agregasi.

Modifikasi metode fase-kontras dengan plasma darah

Metodenya sama seperti fase-kontras tetapi sebagai pengganti

pengenceran dipakai plasma. Darah dibiarkan pada suhu kamar

sampai tampak beberapa mm plasma. Selanjutnya plasma diencerkan

dengan larutan pengencer dan dihitung trombosit dengan kamar

hitung seperti pada metode fase-kontras.

Metode tidak langsung

Cara ini menggunakan sediaan apus darah yang diwarnai

dengan pewarna Wright, Giemsa atau May Grunwald. Sel trombosit

dihitung pada bagian sediaan dimana eritrosit tersebar secara merata

dan tidak saling tumpang tindih.

Metode hitung trombosit tak langsung adalah metode Fonio

yaitu jumlah trombosit dibandingkan dengan jumlah eritrosit,

sedangkan jumlah eritrosit itulah yang sebenarnya dihitung. Cara ini

sekarang tidak digunakan lagi karena tidak praktis, dimana selain

menghitung jumlah trombosit, juga harus dilakukan hitung eritrosit.

Penghitungan trombosit secara tidak langsung yang

menggunakan sediaan apus dilakukan dalam 10 lpmi x 2000 atau 20

lpmi x 1000 memiliki sensitifitas dan spesifisitas yang baik untuk

populasi trombosit normal dan tinggi (trombositosis). Korelasinya

dengan metode otomatis dan bilik hitung cukup erat. Sedangkan untuk

populasi trombosit rendah (trombositopenia) di bawah 100.000 per

mmk, penghitungan trombosit dianjurkan dalam 10 lpmi x 2000 karena

memiliki sensitifitas dan spesifisitas yang baik. Korelasi dengan

metode lain cukup erat.

Page 43: LBM 1 imun

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrrahman, dkk. 1995. Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas Kedokteran

Unifersitas. Jakarta

Afriyanti, Esi. Bahan Kuliah Keperawatan Medikal Bedah I. Padang :

PSIK. FK-UA, 2003.

Behrman, Ricard E et all. Ilmu Kesehatan Anak. Vol 2. Jakarta: EGC.

Betz, Sowden. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi 2.

Jakarta, EGC.

Carpenito, Lynda Juall. 1995. Rencana Asuhan dan Dokumentasi

keperawatan Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.

Carpenito, Lynda Juall.2009. Diagnosis Keperawatan Aplikasi Pada

Praktik Klinis Edisi 9. Jakarta : EGC

Dacie, S.J.V. dan Lewis S.M., 1991, Practical Hematology, 7th ed.,

Longman Singapore Publishers Ptc. Ltd., Singapore.

FKUI. (1985). Ilmu Kesehatan Anak. Volume 1. Jakarta, FKUI.

Gandasoebrata, R., 1992, Penuntun Laboratorium Klinik, Dian Rakyat,

Bandung.

Ganong F. William. 1998. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 17. EGC :

Jakarta

Guyton, Arthur C. 1997. Fisiologi Kedokteran. Ed 9. Jakarta: EGC.

Harlatt, Petit. (1997). Kapita Selekta Hematologi. Edisi 2. Jakarta, EGC.

Hoffbrand, A.V.2005. Kapita Selekta Hematologi. EGC: Jakarta

Koepke, J.A., 1991, Practical Laboratory Hematology, 1st ed., Churchill

Livingstone, New York.

Laboratorium Patologi Klinik FK-UGM, 1995, Tuntunan Praktikum

Hematologi, Bagian Patologi Klinik FK-UGM, Yogyakarta.

Marrilyn. E. Doengus. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman

Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien,

Edisi 3 . EGC : Jakarta

Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. Cetakan I. Jakarta, EGC.

Page 44: LBM 1 imun

Ngastiyah. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC. 1997.

Carpenito, Lynda Juall. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.

1998

Oesman, Farida & R. Setiabudy, 1992, Fisiologi Hemostasis dan

Fibrinolisis, dalam : Setiabudy, R. (ed.), 1992, Hemostasis dan

Trombosis, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

Price & Wilson. 1995. Patofisiologi. Jakarta: EGC

Price, SA & Wilson, LM. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit. Edisi 4, Volume I. Jakarta : EGC,1994.

Ratnaningsih, T. dan Setyawati, 2003, Perbandingan Antara hitung

Trombosit Metode Langsung dan Tidak Langsung Pada

Trombositopenia, Berkala Kesehatan Klinik, Vol. IX, No. 1, Juni

2003, RS Dr. Sardjito, Yogyakarta.

Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC

Smeltzer, Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner

& Suddarth. Edisi 8. Jakarta, EGC.

Smeltzer, SC & Bare, BG. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi

8, Volume 2. Jakarta : EGC. 2002.

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK-UI, Ilmu Kesehatan Anak.

Volume I. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK-UI. 1991.

Suriadi, Yuliani R. (2001). Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi I.

Jakarta, CV Sagung Seto.

Tucker SM. (1997). Standar Perawatan Pasien. Edisi V. Jakarta, EGC.

Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik/ Donna L.

Wong: alih bahasa Monika ester, editor edisi bahasa indonesia,

Sari kurniasih. Ed 4. Jakarta: EGC