Upload
buitu
View
213
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Unforgettable Chemistry
Unforgettable Chemistry.indd 1 1/23/2019 09:22:42
Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
(1) Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelang garan hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf i untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
(2) Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(3) Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(4) Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana di mak sud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pem bajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
Unforgettable Chemistry.indd 2 1/23/2019 09:22:42
Unforgettable Chemistry
Malashantii
Penerbit PT Elex Media Kompuindo
Unforgettable Chemistry.indd 3 1/23/2019 09:22:42
Unforgettable ChemistryCopyright ©2016 Malashantii
Hak cipta dilindungi oleh Undang-UndangDiterbitkan pertama kali tahun 2016 olehPT Elex Media Komputindo,Kelompok Gramedia, Anggota IKAPI, Jakarta
Penulis : MalashantiiPenyunting : M.L Anindya LarasatiPenata Letak : Debora Melina
719030204ISBN: 978-602-04-9025-0
Cetakan I : Oktober 2016Cetakan II : Februari 2019
Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.
Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, Jakarta
Isi di luar tanggung jawab Percetakan
Unforgettable Chemistry.indd 4 1/23/2019 09:22:42
“Kamu selalu lebih sayang mahasiswamu daripada suami sendiri.”
Bab 1
Unforgettable Chemistry.indd 1 1/23/2019 09:22:42
2
Jarum jam sudah menunjuk angka sebelas, tapi Anna
masih sibuk di dalam satu-satunya ruangan yang
terlihat benderang di rumah itu. Kepalanya mulai terasa
pening karena tak terbiasa terjaga selarut ini. Namun
karena tak juga bisa memejamkan mata, dia pilih untuk
menyibukkan diri di ruangan kerjanya. Menenggelamkan
diri dalam setumpuk proposal tugas akhir yang diajukan
mahasiswanya, memeriksanya dengan teliti tanpa me-
lewatkan tiap detail sekecil apa pun. Karena tugas akhir
adalah intisari dari segala hal yang dipelajari seseorang
ketika menempuh jenjang pendidikan tinggi, dia tidak
ingin mahasiswanya mengerjakannya asal-asalan.
Setengah jam kemudian, matanya mulai terasa perih.
Kepalanya pun terasa pusing. Dia mengalihkan pandang-
an dari sebuah proposal tugas akhir, lalu melirik jam
di dinding. Sudah pukul setengah dua belas malam.
Sepertinya dia memang sudah harus beristirahat, daripada
besok malah tidak bisa mengajar karena serangan vertigo
akibat kurang tidur.
Anna menutup seluruh aplikasi di laptopnya, mem-
bereskan bundelan naskah yang berserakan di meja,
mematikan lampu, lalu segera keluar menuju kamar
tidurnya. Merebahkan diri di kasur yang terasa terlalu
Unforgettable Chemistry.indd 2 1/23/2019 09:22:42
3
besar ditempati tubuh mungilnya itu sendirian. Tanpa
menunggu lama, dia sudah jatuh terlelap.
Yang tak disadari Anna adalah, ketika dia sudah tertidur,
seseorang tengah berusaha membuka pintu gerbang
depan rumahnya. Seseorang itu lalu masuk ke halaman dan
mencoba membuka pintu ganda rumah itu dengan kunci
di tangannya. Tanpa kesulitan sosok itu masuk. Dan masih
tanpa suara, langsung berjalan memasuki kamar Anna.
Sosok itu tersenyum tipis memandangi Anna. Dia me-
letakkan tas jinjing berukuran sedang di dekat kaki ranjang,
lantas meletakkan ponselnya di nakas. Lelaki itu lalu berjalan
ke arah kamar mandi dan menghilang di sana. Beberapa saat
kemudian, dia keluar dan mengenakan pakaian rumahan
berupa kaus oblong dan celana training pendek.
Lelaki itu lalu memeriksa ponselnya. Setelahnya, masih
dengan senyum, dia memandangi Anna yang berba-
ring meringkuk. Lalu dia bergerak menaiki ranjang,
membaringkan diri di sisi perempuan itu, dan merapatkan
tubuh mereka berdua dalam pelukan.
Beberapa saat kemudian, Anna seperti tersadar ada
sosok lain di ranjangnya. Berada dalam posisi terlalu
rapat dengan tubuhnya. Dengan mata setengah terpejam
dan kesadaran yang masih terkumpul sepertiganya, dia
membalik badan. Ingin tahu siapa yang datang tengah
malam dan tiba-tiba memeluknya seperti itu. Tapi
pelukannya terasa nyaman dan tak asing. Dan saat dia
memalingkan wajah, didapatinya sosok yang sudah berhari-
hari tak dijumpainya, tengah tersenyum kepadanya.
“Frans?”
q q q
Unforgettable Chemistry.indd 3 1/23/2019 09:22:42
4
Paginya, ketika Anna hendak bangkit dari tidurnya,
sepasang lengan kokoh menahannya agar tetap berba-
ring. Ah, dia ingat pada lelaki yang semalam ditemukannya
sudah berbaring memeluknya erat. Frans Sumapradja.
Suaminya.
Semalam rasanya sangat berat untuk membuka mata-
nya, jadi dia pun langsung tertidur setelah mengenali Frans
tanpa sempat menanyakan apa pun. Paginya, dia baru
sadar ada yang tak biasa. Frans akan pulang Jumat sore
atau atau Sabtu siang, selalu di akhir pekan. Tapi ini masih
Rabu, dan lelaki itu sudah berada di sini, me nyelinap pula
hampir tengah malam. Sayangnya ketika Anna membuka
mata dan hendak bertanya, lelaki itu se pertinya punya ide
lain tentang apa yang harusnya mereka lakukan sepagi itu.
“Ann....” Suara Frans terdengar berat.
“Hmmm...,” balas wanita itu.
“Hari ini kamu nggak usah ke kampus saja, aku masih
kangen.”
“No, aku ada janji konsultasi sama mahasiswaku, sudah
atur jadwal sejak dua minggu lalu. Kasihan kalau mesti
kubatalkan.” Anna menggeleng keras dalam pelukan
suaminya.
“Kamu selalu lebih sayang pada mahasiswa kamu dari-
pada suami sendiri.” Anna mencebik. Suaminya sedang
merajuk. “Mereka nggak akan proteslah, walaupun kamu
batalkan.”
“Aku kan nggak bisa seenaknya juga. Nggak mungkin
aku batalkan begitu saja janji yang kubuat sendiri, tanpa ada
alasan yang logis dan mendesak.” Anna coba menjelaskan
posisinya.
“Apa aku ini bukan alasan yang logis dan men-
desak bagimu?” tanya Frans lagi. Matanya menyiratkan
Unforgettable Chemistry.indd 4 1/23/2019 09:22:42
5
permohonan, tapi Anna bisa menangkap seringai jahil yang sekilas tergambar di wajahnya.
Anna hanya mendengus pelan. Mengerucutkan mulut. “Maaf ya, tapi aku sudah lebih dulu membuat janji dengan mereka.” Anna memasang tampang bersalah dengan harapan lelaki itu berhenti menyuruhnya diam saja di rumah hari ini.
Ganti Frans yang mendengus. “Terpaksa ngalah lagi sama mahasiswa,” keluhnya. Anna hanya memberinya se-nyuman manis penuh terima kasih. “Kamu tahu, Ann, kalau saja kamu mau ikut ke Bandung, kita nggak harus ber jauhan seperti ini. Kamu tetap bisa ngajar di sana, atau berkarier di rumah sakit. Bersamaku. Mama pasti senang. Beliau selalu mengeluh kesepian sejak Naomi dan Fandi dibawa pindah Mas Dinan. Kamu bisa temani beliau di rumah.”
“Kenapa kamu masih saja menyuruh aku tinggal bersama Mama?”
Meski Anna tahu ibu Frans bukan jenis mertua yang suka ikut campur dalam urusan rumah tangga anaknya, tapi Anna selalu merasa tak nyaman dengan ide Frans yang satu itu. Dia beranggapan, sebaik apa pun hubungan mertua dan menantu, tetap bukan sesuatu yang bijak jika harus tinggal satu atap bersama.
“Iyalah, coba pikir, apa lantas di sana kita juga harus mesti tinggal terpisah, aku sama Mama dan kamu di rumah yang beda begitu, maksudmu? Repot, Ann. Gi mana kalau aku kangen sama kamu?” Frans melempar tatapan mesum.
“Tinggal sama Mama? Lantas aku harus selalu terima omelan karena nggak bisa masak, nggak bisa ngurus rumah bla bla bla blaaa ... dan lain sebagainya?” kata Anna setengah mengeluh sambil memutar bola mata ke atas.
Unforgettable Chemistry.indd 5 1/23/2019 09:22:42
6
Frans hanya terkekeh. “Nggak usah hiperbola, kamu
tahu Mama sayang sekali sama kamu. Kalau kamu nggak
bisa masak, itu bukan sesuatu yang perlu dibesar-besar-
kan. Walaupun aku kadang juga pengen ... yah ... upgrade
sedikitlah skill-mu. Paling enggak, kamu harusnya sudah
tahu, berapa takaran garam yang pas dalam satu porsi
masakan.”
Telak sekali sindirannya. Anna memang jenis perem-
puan yang sebaiknya tidak berada di area dapur tanpa
pengawasan, jika tak ingin timbul kekacauan.
“Tapi kalau sama Mama, aku akan dikejar terus soal
anak.” Anna menghela napas, pandangannya menera wang.
“Sudahlah, nggak perlu terlalu dipikirkan, kita kan
bukannya nggak usaha sama sekali.” Anna mencibir
menyadari apa yang diperbuat suaminya setelah
menyelesaikan kalimatnya.
“Frans, aku mesti siap-siap ke kampus, sudah jam
berapa sekarang….” Perempuan itu mendorong wajah
suaminya menjauh, sambil beranjak dari pangkuannya.
Lelaki itu melepas pelukannya. Matanya menatap
kecewa. “Ann...,” keluhnya.
“Kita sudah sering bahas ini ya. Kamu yang selalu bilang
sama aku tentang profesionalisme, dedikasi, dan tang gung
jawab penuh pada apa yang kita kerjakan. Jadi please, hari
ini aku butuh segera ke kampus. Nanti malam kita bahas
lagi, oke?” Wanita itu beranjak menuju kamar mandi.
Frans hanya diam. Tak juga menjawab tawaran istrinya
itu. Seketika Anna menghentikan langkah, me mandang
suaminya. Tertegun. Frans duduk diam seperti menahan
emosi.
Sadar mungkin ada yang salah dengan kata-katanya,
Anna berbalik dan berjalan kembali menghampiri suaminya.
Unforgettable Chemistry.indd 6 1/23/2019 09:22:42
7
“Aku nggak bawa mobil hari ini, jadi kamu bisa antar.
Nanti kamu jemput aku waktu makan siang, gimana?”
tawarnya, tersenyum manis.
Frans menggeleng. “Aku bisa antar, tapi nggak bisa
jemput nanti siang,” sahutnya kaku.
“Kenapa?” Anna menautkan alis penasaran, lalu duduk
lagi di samping Frans.
“Aku capek, Anna, kamu lupa sampai jam berapa
aku tadi malam? Aku butuh tidur sebentar. Pesawatku
berangkat jam dua siang nanti,” jawabnya.
“Memangnya kenapa kamu bisa tengah malam baru
sampai di rumah?” tanya Anna.
“Aku mengejar light terakhir semalam, supaya bisa
sampai di sini malam ini juga.”
“Kenapa harus ngotot pakai light terakhir? Kenapa
nggak menunggu pagi ini saja? Jadi kamu bisa istirahat
dulu, setidaknya semalam. Aku yakin kamu pasti berangkat
ke bandara langsung dari rumah sakit,” selidik Anna.
“Kenapa Frans?” tanya Anna ingin tahu.
“Aku cuma ingin cepat sampai di rumah. Di rumah.
Ketemu kamu,” jawabnya. Anna mengernyit. “Waktuku
nggak banyak, Ann, siang ini aku sudah harus mengejar
pesawat lagi.” Anna seperti menangkap sedikit keluhan
dari nada bicara suaminya. “Pesawat?” Anna mengerjap
bingung. “Jadi, kamu langsung balik siang ini?” tanyanya.
“Iya. Aku ada seminar di Balikpapan dua hari, lalu
ke Denpasar dua hari.” Lelaki itu tersenyum kecut lalu
melangkah menuju kamar mandi. “Makanya aku pulang
semalam, dan minta kamu cuti sehari saja. Itu pun kalau
kamu mau.” Lelaki itu tersenyum miris lalu menutup pintu
agak keras. Meninggalkan istrinya yang termangu di tepi
ranjang.
Unforgettable Chemistry.indd 7 1/23/2019 09:22:42
Tentang Penulis
Malashantii, lahir dan besar di Tulungagung, Jawa Timur. Hobi membaca sejak kecil, namun tak pernah bermimpi menjadi penulis. Unforgettable Chemistry adalah karya pertama yang diselesaikan di Wattpad dan diterbitkan oleh major publisher. Sebelumnya telah menerbitkan buku berjudul Rayya secara indie.
Saat ini menetap di kota kelahiran, penulis dapat dikontak melalui:
Facebook : Mala Shantii
Instagram : @malashantii
Wattpad : @malashantii
Unforgettable Chemistry.indd 321 1/23/2019 09:23:00