15
MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE Mata Kuliah : Pengajaran Biologi Disusun Oleh: 1. Afianti Sulastri 2. Suci Lestari SEKOLAH PASCASARJANA PENDIDIKAN BIOLOGI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2012

Learning Cycle

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Learning Cycle

MODEL PEMBELAJARAN

LEARNING CYCLE

Mata Kuliah : Pengajaran Biologi

Disusun Oleh:

1. Afianti Sulastri

2. Suci Lestari

SEKOLAH PASCASARJANA PENDIDIKAN BIOLOGI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2012

Page 2: Learning Cycle

L e a r n i n g C y c l e | 1

A. Pembahasan

1. Learning Cycle (Siklus Belajar)

Learning Cycle merupakan salah satu model pembelajaran yang

berlandaskan pada pandangan konstruktif. Pandangan ini berasumsi bahwa

mengajar bukan sebagai proses di mana gagasan-gagasan guru (dosen) diteruskan

pada para peserta didik, melainkan sebagai proses untuk mengubah dan

membangun gagasan-gagasan peserta didik yang sudah ada. Seperti yang

diungkapkan oleh Salandanan (2000:19) dalam Laporan Penelitian Purniati, dkk.:

―Knowledge therefore is the result of the learners own construction of reality. It

involves a countinous creation of rules to explain an observation, and it process,

cheks new information against prior knowledge to come up with a new

understanding”. Pernyataan tersebut mengartikan bahwa pengetahuan merupakan

hasil dari konstruksi pembelajar berdasarkan kenyataan, termasuk menjelaskan

suatu pengamatan, melawan informasi baru yang datang dengan pemahaman baru.

Model pembelajaran ini pertama kali diperkenalkan oleh Karplus dan

Thier (Lawson, 1994 dalam Kartika, 2007: 17 dalam Anonim, __)

mengungkapkan bahwa ketiga tahapan dalam siklus belajar adalah exploration,

invention, dan discovery, tetapi hal ini terus mengalami perkembangan hingga

Lawson (1994: 136) dalam Anonim mengemukakan bahwa ada tiga tahap dalam

siklus belajar, yaitu ekplorasi, pengenalan konsep, dan aplikasi konsep, seperti

ditunjukkan dalam diagram berikut:

Eksplorasi

Tanya jawab

Tes Awal

Demonstrasi

Percobaan

Pengenalan

Konsep

Diskusi

Konsep Baru

Penjelasan

Pemantapan

Penyimpulan

Aplikasi Konsep

Contoh Lain

Demonstrasi

Kembali

Kegiatan

Gambar: Tiga Tahapan Siklus Belajar

Page 3: Learning Cycle

L e a r n i n g C y c l e | 2

Terdapat istilah-istilah yang berbeda pada penamaan fase-fase dalam

model Learning Cycle ini. Lawson (Wiratmo, 2000:28) dalam Laporan Penelitian

Purniati, dkk menggunakan istilah exploration, concept introduction, dan concept

application. Senada dengan yang diungkapkan Lawson, Dahar (1989:198) dalam

Laporan Penelitian Purniati, dkk., juga mengemukakan bahwa fase-fase dalam

Learning Cycle, yaitu fase eksplorasi, fase pengenalan konsep, dan fase aplikasi

konsep. Sedangkan Lorsbach (2002:1) dalam Laporan Penelitian Purniati, dkk.,

menyatakan bahwa Learning Cycle mempunyai lima bagian yang saling

berkaitan, dikenal dengan 5 E’s, yaitu: engage (mendorong), explore

(mengeksplorasi), explain (menjelaskan), extend (memperluas), dan evaluate

(mengevaluasi). Meskipun memiliki istilah yang berbeda, namun pada dasarnya

fase-fase dalam Learning Cycle mempunyai tujuan yang sama, yaitu menggali

ide-ide peserta didik, mengadakan klarifikasi dan perluasan terhadap ide-ide

tersebut, kemudian merefleksikannya secara eksplisit.

Abruscato & DeRosa (2010) dalam laporan penelitian Pujianto,

mengemukakan, siklus belajar adalah sebuah model bagaimana seseorang

menemukan pengetahuan baru. Siklus belajar menyediakan kerangka pikir bagi

pendidik untuk mendesain pengalaman pembelajaran yang efektif.

Keunggulan dari model pembelajaran Learning Cycle antara lain:

merangsang siswa untuk mengingat kembali materi pelajaran yang telah

didapatkan sebelumnya, memberikan motivasi kepada siswa untuk menjadi lebih

aktif dan menambah rasa keingintahuan, melatih siswa belajar menemukan

konsep melalui kegiatan eksperimen, melatih siswa untuk menyampaikan secara

lisan konsep yang telah dipelajari, memberikan kesempatan kepada siswa untuk

Page 4: Learning Cycle

L e a r n i n g C y c l e | 3

berpikir, mencari, menemukan dan menjelaskan contoh penerapan konsep yang

telah dipelajari (dalam skripsi Nugraheni, 2012).

Ada berbagai bentuk siklus belajar yang kita kenal. Salah satu dari siklus

belajar ini adalah siklus belajar 5E. Siklus belajar 5E terdiri dari engagement,

exploration, explanation, elaboration, dan evaluation (dalam Laporan Penelitian

Pujianto, 2011).

1). Engagement (Keterlibatan)

Pembelajaran yang efektif akan terjadi jika siswa mempelajari sesuatu

yang memiliki makna. Sebagaimana seorang penulis novel atau film, mereka

harus dengan cepat mengangkap perhatian pembaca atau penonton. Demikian

halnya seorang guru sekolah, mereka akan menemukan bahwa kesempatan untuk

menangkap dan memegang perhatian anak seringkali tertutup dengan cepat.

Seorang guru harus menyusun sebuah skenario yang digunakan untuk menarik

perhatian siswa sekaligus menetapkan pertanyaan utama yang meningkatkan

keinginan anak untuk mempelajari mata pelajaran tersebut (Abruscato, 2010: 44

dalam Laporan Penelitian Pujianto, 2011). Melalui fase inilah hal tersebut

dilakukan. Melalui fase ini guru akan mengetahui tentang apa yang telah diketahui

oleh siswa tentang topik yang akan mereka pelajari sekaligus memotivasi mereka

untuk mempelajarinya (Ciappetta & Koballa, Jr, 2010: 129 dalam Laporan

Penelitian Pujianto, 2011).

Terdapat tiga tipe pertanyaan yang mengarahkan siswa untuk mencari tahu

lebih dalam: memperoleh informasi, pengajuan pertanyaan umum, ―Saya ingin

tahu apa yang terjadi ketika ...?‖ misalnya, ―Saya ingin tahu pada tahapan apa ulat

berubah menjadi kupu-kupu?‖ atau ―Fase apa saja yang dilewati bulan selama satu

Page 5: Learning Cycle

L e a r n i n g C y c l e | 4

bulan?‖ Pertanyaan dapat juga bersifat eksperimental, ―Apa yang akan terjadi

jika.....?‖ Seperti halnya, ―Apa yang akan terjadi jika kita meletakkan tanaman di

dalam almari?‖ Terakhir, pertanyaan dapat juga ―Bagaimana cara melakukannya‖

atau ―Bagaimana saya dapat membangun jembatan yang lebih baik‖ (Abruscato,

2010: 45 dalam Laporan Penelitian Pujianto, 2011).

Pada dasarnya, seluruh anak ingin mengetahui apa yang terjadi pada

lingkungan sekitarnya. Pertanyaan-pertanyaan yang mereka kemukakan berasal

dari apa yang mereka amati—―Mengapa itu dapat terjadi?‖ Mereka juga masih

memiliki kepolosan sehingga akan mudah tertarik dengan kejadian-kejadian yang

tidak sesuai dengan pikiran mereka. Oleh karena itu, salah satu cara yang dapat

dilakukan guru adalah memancing rasa ingin tahu mereka sehingga muncul

respon positif yang berupa pertanyaan. Cara itu, menurut Wright dalam Laporan

Penelitian Pujianto, dilakukan dengan memberikan kejadian-kejadian ganjil

(discrepant events) pada siswa. Dinamakan kejadian aneh karena kejadian ini

―tidak masuk akal‖ bagi seorang anak sekolah dasar. Hasil sebuah discrepant

events merupakan kejadian yang sangat berbeda dari yang dibayangkan oleh siswa

(Friedl, 1991: 3–4 dalam Laporan Penelitian Pujianto, 2011).

Kejadian-kejadian ganjil merupakan kejadian yang menurut peserta didik

aneh dan tidak sesuai dengan konsepsi awal mereka. Kejadian ganjil akan

mengejutkan, membuat peserta didik heran, dan bertanya-tanya. Kejadian-

kejadian ganjil merupakan kejadian yang tidak sesuai dengan ―kaidah alam‖ yang

terbangun di dalam benak pada umumnya. Hasil kejadian ganjil, setelah

didemonstrasikan, sangat berbeda dengan prediksi sebelum kejadian ganjil

didemonstrasikan. Menurut Lawson & Wollman dalam Collette & Chiappetta

Page 6: Learning Cycle

L e a r n i n g C y c l e | 5

(1994: 93) dalam Laporan Penelitian Pujianto, kejadian yang disajikan harus

dipilih sedemikian rupa sehingga tidak dapat dijawab oleh siswa menggunakan

pengetahuan awal yang mereka miliki.

Pada tahap ini guru :

a). membangkitkan minat;

b). membangkitkan rasa ingin tahu;

c). mengajukan pertanyaan, dan

d). mendatangkan jawaban sehingga membuka apa yang di ketahui oleh siswa

mengenai topik konsep (Carin dan Bass, 2000:132)

2). Exploration (Eksplorasi)

Eksplorasi menyediakan kesempatan bagi anak untuk memperoleh

informasi baru yang dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan utama. Informasi

yang baru tersebut hendaknya menantang siswa dan mengarahkan mental siswa

menuju asimilasi dan akomodasi yang semakin memperbaiki model mental siswa

sehingga fenomena yang dihadapi semakin dipahami. Aktivitas dalam fase ini

sifatnya terpusat pada siswa. Aktivitas yang dilakukan oleh siswa bisa berbentuk

memperoleh informasi atau bereksperimen (Abruscato, 2010: 44 dalam Laporan

Penelitian Pujianto,2011).

Desain pembelajaran pada fase ini hendaknya memberikan pengalaman

konkret bagi siswa terkait dengan konsep atau prinsip yang akan mereka pelajari.

Siswa diarahkan untuk memikirkan tentang karakteristik dan pola yang

terkandung dalam fenomena yang mereka temui dalam firs-hand experiences

mereka. Siswa diminta untuk merekam pengamatan dan menata

Page 7: Learning Cycle

L e a r n i n g C y c l e | 6

(mengorganisasikan) data atau informasi yang mereka peroleh (Ciappetta &

Koballa, Jr, 2010: 129 dalam Laporan Penelitian Pujianto, 2011).

Pada tahap ini guru :

a). mendorong siswa untuk bekerja tanpa pengajaran langsung dari guru.

b). mengamati dan mendengarkan siswa saat mereka saling berinteraksi.

c). mengajukkan pertanyaan penyelidikan untuk mengarahkan penilitian siswa.

d). memberikan waktu untuk meneliti.

e). menyediakan waktu agar siswa dapat memecahkan masalah.

f). bertindak sebagasi konsultan bagi siswa (Carin dan Bass,2000: 139),

sedangkan siswa pada tahap ini berfikir bebas, namun dalam batasan aktifitas,

menguji prediksi dan hipotesis. Membentuk prediksi baru dan hipotesis.

Mencoba alternatif dan mendiskusikannya dengan yang lain. Mencatat

pengamatan dan gagasan dan menangguhkan penilaian (Carin dan Bass,

2000:140) (dalam Shidiq, 2011).

3). Explanation (Penjelasan)

Dalam fase ini, siswa diberi kesempatan untuk mengekspresikan apa yang

telah mereka temukan selama fase eksplorasi. Jika eksplorasi berjalan efektif,

anak akan membuat hubungan yang menjawab pertanyaan utama. Jika anak

menunjukkan miskonsepsi, guru harus mengoreksinya dengan menantang pikiran

anak yang salah melalui perolehan data baru. Fase ini merupakan saat model

eksplanatori dibentuk. Penjelasan (explanation) dapat disajikan menggunakan

tulisan, diagram, secara lisan, atau kinestetik melalui simulasi (Abruscato, 2010:

44–45; 71 dalam Laporan Penelitian Pujianto,2011).

Page 8: Learning Cycle

L e a r n i n g C y c l e | 7

Pada tahap ini guru :

a). Mendorong siswa menjelaskan konsep dan definisi dengan kata-kata sendiri

Meminta bukti (justifikasi) dan klasifikasi dari siswa

b). Secara formal menyediakan definisi, penjelasan

c). Menggunakan pengalaman siswa sebelumnya sebagai dasar untuk

menjelaskan konsep (Carin dan Bass, 2000:144) (dalam Shidiq, 2011).

4). Elaboration (Elaborasi)

Fase elaborasi merupakan saat para anak mengaplikasikan, berlatih, dan

mentransfer pengetahuan baru yang mereka peroleh. Seringkali, fase ini

menantang anak untuk mengaplikasikan pengetahuan baru mereka ke dalam

konteks yang berbeda, menguatkan dan memperdalam pemahaman mereka

terhadap informasi baru tersebut (Abruscato, 2010: 45 dalam Laporan Penelitian

Pujianto, 2011).

Pada tahap ini guru ;

a). Siswa menggunakan definisi, identifikasi dan yang di berikan sebelumnya

b). Mendorong siswa untuk menerapkan atau memperluas konsep serta

keterampilan dalam situasi baru

c). Meningkatkan siswa tentang penjelasan alternatif

d). Merujuk siswa pada data dan bukti yang ada serta bertanya. (dalam Shidiq,

2011)

5). Evaluation (Evaluasi)

Evaluasi dapat berbentuk formatif dan sumatif. Evaluasi formatif

dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Tujuannya untuk

memberikan informasi kepada guru dan anak segala sesuatu yang berkaitan

Page 9: Learning Cycle

L e a r n i n g C y c l e | 8

dengan kemajuan proses pembelajaran. Melalui evaluasi formatif, guru menerima

umpan balik lewat hasil yang diperoleh siswa. Hasil tersebut menunjukkan apakah

siswa mengalami kemajuan dalam mencapai tujuan pembelajaran ataukah tidak.

Sedangkan siswa akan menerima umpan balik untuk meningkatkan atau

mengarahkan mereka menuju tujuan pembelajaran yang dicapai. Evaluasi sumatif

biasanya dilakukan di akhir bab untuk mengetahui apakah siswa telah belajar apa

yang diajarkan oleh guru (Abruscato, 2010: 45 dalam Laporan Penelitian Pujianto,

2011).

Pada tahap ini guru:

a). Mengamati siswa saat menerapkan konsep dan keterampilan baru

b). Menilai pengetahuan dan keterampilan baru

c). Mencari adanya perubahan cara berfikir atau sikap siswa

d). Memberikan kesempatan bagi siswa menilai pembelajaran mereka sendiri dan

keterampilan proses kelompok (dalam Shidiq, 2011).

Apabila kelima tahapan tersebut digambarkan dalam bentuk siklus, maka

dapat ditampilkan seperti di bawah ini:

Page 10: Learning Cycle

L e a r n i n g C y c l e | 9

Kelima tahapan tersebut adalah hal-hal yang harus dilakukan guru untuk

menerapkan prosedur siklus belajar 5E. Guru dan siswa harus mempunyai peran

masing-masing dalam setiap pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan

prosedur siklus belajar. Peran masing-masing guru dan siswa serta aktivitas yang

dianjurkan dalam setiap fase dalam prosedur siklus belajar dapat digambarkan

dalam tabel berikut ini:

5E’s phase Arah Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

Engage Memfokuskan

perhatian siswa

Demonstrasi/

menyajikan

fenomena

Mengakses

pengetahuan

yang telah

dimiliki siswa

Menstimulus

berfikir

Membuat

pembelajaran

lebih

menyenangkan

Meningkatkan

keingintahuan

siswa

Meningkatkan

pertanyaan

terhadap siswa

Mendapatkan

respon yang

membangun dari

apa yang siswa

ketahui tentang

konsep yang

dipelajari

Mengajukan pertanyaan,

seperti ―mengapa bisa

terjadi? Bagaimana saya

dapat menemukan

sesuatu tentang ini?‖

Mencari informasi yang

mendukung konsep yang

akan dipelajari

Explore Memberi

kesempatan

pada siswa

untuk:

Berfikir

Menyelidiki

Membaca

sumber yang

autentik

untuk

memperoleh

informasi

Memecahka

n masalah

Mengkonstr

uksi model

Menganjurkan

siswa untuk

bekerja sama

tanpa petunjuk

langsung dari

guru

Mengobservasi

dan

mendengarkan

siswa selagi

mereka

berinteraksi

Memberikan

pertanyaan

arahan mengenai

penyelidikan

terhadap siswa

ketika diperlukan

Berfikir bebas tetapi

dibatasi sesuai dengan

aktivitasnya

Melakukan eksperimen

Mengetes prediksi dan

hipotesis (jika ada)

Mengumpulkan data

autentik atau data

sekunder

Diskusi kelompok

Menjawab

permasalahan

Menyimpulkan temuan

Page 11: Learning Cycle

L e a r n i n g C y c l e | 10

Memberikan

waktu pada siswa

untuk

menyelesaikan

masalah

Explain Menganalisis

apa yang telah

dieksplorasi

Diskusi

Penjelasan dari

guru

Menganjurkan

siswa untuk

menjelaskan

konsep dan

definisi menurut

kata-kata mereka

sendiri

Menjelaskan solusi yang

masuk akal berdasarkan

kerja kelompok yang

telah dilakukan

Aktivitas

keterampilan

berfikir:

Membanding

kan,

mengklasifik

asikan,

analisis

kesalahan

Memberikan

pertanyaan arahan

sebagai petunjuk

untuk siswa dan

klarifiksai dari

siswa

Menggunakan

pengalaman siswa

yang sebelumnya

sebagai dasar

untuk

menerapkan dan

menjelaskan

konsep

Mendengarkan

penjelasan kelompok

lain

Memberikan

pertanyaan terhadap

penjelasan siswa lain

Mendengarkan dan

mencoba memahami

penjelasan guru

Menggunakan catatan

hasil observasi untuk

menjelaskan konsep

Extend Memecahkan

masalah

Membuat

keputusan

Mengharapkan

siswa untuk

menggunakan

istilah yang

umum, definisi,

dan memberikan

penjelasan

Menganjurkan

pada siswa untuk

menggunakan

konsep yang telah

dipelajari

sebelumnya

Menggunakan istilah

baru, definisi,

penjelasan, dan

keterampilan yang baru

tetapi dalam situasi

yang sama

Menggunakan informasi

sebelumnya untuk

bertanya,

mengemukakan solusi,

dan membuat keputusan

Aktivitas

dalam

keterampilan

berfikir:

Membandin

gkan,

mengklasifi

kasikan

konsep

Mengarahkan

siswa pada data

yang ada dan

petunjuk, serta

menanyakan, ―apa

yang baru kamu

ketahui? mengapa

kamu berfikir

….?‖

Menggambarkan

kesimpulan yang masuk

akal dari petunjuk

Mengingat kembali

observasi dan

keterangan yang ada

Memeriksa pengertian

diantara teman

Page 12: Learning Cycle

L e a r n i n g C y c l e | 11

yang telah

dipelajari

sebelumnya

Evaluate Melakukan

penilaian

internal dan

eksternal

terhadap aspek

pengetahuan,

keterampilan,

dan sikap yang

terbangun

Melakukan tes

Penilaian

penampilan

Menghasilkan

sebuah karya

Mengobservasi

siswa selama

mereka

menggunakan

konsep baru dan

keterampilannya

Menilai

pengetahuan dan

keterampilan

siswa

Melihat bukti

bahwa siswa

mempunyai

perubahan

pemikiran

Mengarahkan

siswa untuk

menilai

pembelajarannya

sendiri

Memberikan

pertanyaan

seperti: ―mengapa

kamu berfikir

….?fakta apa

yang kamu

punya?

Apa yang kamu

tahu tentang ….?

Bagaimana kamu

menjelaskan

tentang ….?

Menjawab pertanyaan

dengan menggunakan

observasi, fakta yang

telah diperoleh, dan

petunjuk-petunjuk

sebelumnya

Mendemonstrasikan

pengertian atau

pengetahuan dari

konsep dan

keterampilan

Mengevaluasi

perkembangan dan

pengetahuan diri

sendiri

Menanyakan

pertanyaan yang ada

hubungannya dengan

penyelidikan untuk

selanjutnya

(Lorsbach, 2006 dalam anonim)

2. Tiga Jenis Siklus Belajar

Siklus Belajar dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu deskriptif,

empiris-induktif (abduktif), dan hipotesis-deduktif (Lawson, 1998:13 dalam

Shidiq, 2011). Perbedaan utama antar ketiganya adalah cara siswa mengumpulkan

data dan jenis olah penalaran yang digunakan selama pembelajaran. Ketiga jenis

Page 13: Learning Cycle

L e a r n i n g C y c l e | 12

siklus belajar di atas menggambarkan continuum dari sains deskriptif hingga sains

eksperimental (Dahar, 1989:26 dalam Shidiq, 2011).

Menurut Lawson dalam Shidiq, pada pelajaran deskriptif siswa hanya

menggambakan apa yang mereka amati. Pada pendekatan kedua dan ketiga, siswa

tidak hanya menggambarkan apa yang mereka amati tetapi juga berusaha untuk

membuat hipotesis guna memjelaskan pengamatannya. Ditambah lagi, siswa

mendesain dan melakukan eksperimen untuk menguji hipotesis. Oleh karena itu,

pendekatan empiris-induktif dan hipotesis-deduktif menumbuhkan penalaran yang

lebih kompleks daripada deskriptif. Ketiganya menunjukan kebutuhan yang

berbeda dalam inisiatif, pengetahhuan dan keterampilan penalaran siswa. Dalam

kaitannya dengan penalaran siswa, siklus belajar deskriptif umumnya hanya

membutuhkan pola deskriptif (urutan, klasifikasi, konservasi) sementara siklus

belajar hipotesis–prediktif membutuhkan pola urutan yang lebih tinggi

(identidfikasi dan variabel kontrol, proporsional, kombinatorial, probabilistik, dan

penalaran korelasional). Siklus belajar empiris-induktif merupakan pertengahan

dan membutuhkan pola penalaran deskriptif, namun umunya melibatkan beberapa

pola urutan yang lebih tinggi juga (Lawson. 2002:67 dalam Shidiq, 2011).

Selama siklus belajar deskriptif, siswa menemukan dan menjelaskan pola

empiris di dalam konteks tertentu (eksplorasi). Guru memberi nama (pengenalan

konsep), lalu pola diidentifikasi dalam konteks tambahan (aplikasi konsep). Jenis

siklus belajar ini di sebut deskriptif karena siswa menggambarkan apa yang

mereka amati tanpa menjelaskan pengamatannya.

Siklus belajar empiris-induktif melibatkan keterampilan proses dasar dan

integrasi (mengidentifikasi variabel, membangun tabel dan grafik,

Page 14: Learning Cycle

L e a r n i n g C y c l e | 13

menggambarkan hubungan antar variabel) karena keterampilan integrasi

membutuhkan penalaran yang lebih kompleks, maka kelihatannya pendekatan

deskriptif cocok bagi siswa yang sedang mermbangun kecakapan dalam

keterampilan proses dasar.

Page 15: Learning Cycle

L e a r n i n g C y c l e | 14

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (____). Pembelajaran Learning Cycle 5E untuk Meningkatkan Hasil

Belajar. Tersedia:

http://repository.upi.edu/operator/upload/s_d025_030326_chapter2.pdf.

[19 September 2012]

Nugraheni, Latif Sofiana. 2012. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran

Learning Cycle (5e) Terhadap Keterampilan Proses Sains Biologi

Siswa Kelas X Sma Al Islam 1 Surakarta. FKIP Universitas Sebelas

Maret: Surakarta.

Pujianto. (2011). Laporan Penelitian Hibah Program Dia Bermutu: Peningkatan

Outcome Expectation Dan Self-Efficacy Calon Guru Sekolah Dasar

Melalui Integrasi Struktur Pembelajaran Seqip (Science Education

Quality Improvement Project) Dengan 5 E Learning Cycle. Universitas

Negeri Yogyakarta: D. I. Yogyakarta.

Purniati, tia, dkk. (____). Penerapan Model Learning Cycle untuk Meningkatkan

Pemahaman Konsep Mahasiswa pada Kapita Selekta

Matematika. Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UPI:

Bandung.

Sidiq, ade. (2011). Penerapan Metode Siklus Belajar (Learning Cycle) Sebagai

Alat Pendidikan Dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa

Pada Mata Pelajaran Biologi Pokok Bahasan Ciri-Ciri Mahluk Hidup

Di Kelas Vii Semester 1 Smpn I Cikedung Kabupaten Indramayu.

Tersedia: http://adesidiq.blogspot.com/2011/01/penerapan-metode-

siklus-belajar.html. [19 September 2012].