148
Kata Pengantar Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat dan anugrah-Nya, kami kelompok 7 selaku pencerita kembali dapat menyelesaikan buku berjudulkan “Kumpulan Legenda Nusantara” ini. Buku ini berisi kumpulan- kumpulan legenda Nusantara. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa legenda-legenda Nusantara seringkali terlupakan oleh anak- anak hingga orang tua di masa modern ini. Oleh karena itu, buku ini dapat membantu semua kalangan untuk mengenal legenda-legenda di Nusantara. Kami sebagai pencerita kembali sadar bahwa dalam penyusunan buku 1

Legenda Nusantara

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tugas Sejarah : Legenda

Citation preview

Kata PengantarPuji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat dan anugrah-Nya, kami kelompok 7 selaku pencerita kembali dapat menyelesaikan buku berjudulkan Kumpulan Legenda Nusantara ini. Buku ini berisi kumpulan-kumpulan legenda Nusantara. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa legenda-legenda Nusantara seringkali terlupakan oleh anak-anak hingga orang tua di masa modern ini. Oleh karena itu, buku ini dapat membantu semua kalangan untuk mengenal legenda-legenda di Nusantara.Kami sebagai pencerita kembali sadar bahwa dalam penyusunan buku ini terdapat banyak kekurangan. Maka dari itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak. Dan semoga buku ini dapat berguna bagi semua pembaca.Makassar, November 2013FICSYcompany

Daftar IsiHalamanKata Pengantar1Daftar Isi2 Danau Lipan4 Legenda Danau Toba10 Malin Kundang15 Legenda Batu Menangis22 Asal-Usul Kota Banyuwangi27 Rara Jonggrang34 Asal-Usul Kota Surabaya40 Ande-Ande Lumut46 Legenda Rawa Pening49 Legenda Reog Ponorogo52 Sawunggaling59 Asal-Usul Telaga Warna68 Gunung Tangkuban Perahu72 Asal Usul Nama Salatiga76 Manik Angkeran80 Telaga Pasir85 Sawerigading90Daftar Pustaka107About FICSY108

Legenda Danau LipanCerita Rakyat Muara Kaman, Kalimantan Selatan

Di kecamatan Muara Kaman kurang lebih 120 km di hulu Tenggarong ibukota Kabupaten Kutai Kartanegara di Kalimantan Timur ada sebuah daerah yang terkenal dengan nama Danau Lipan. Meskipun bernama Danau, daerah tersebut bukanlah danau seperti Danau Jempang dan Semayang. Daerah itu merupakan padang luas yang ditumbuhi semak dan perdu.Dahulu kala kota Muara Kaman dan sekitarnya merupakan lautan. Tepi lautnya ketika itu ialah di Berubus, kampung Muara Kaman Ulu yang lebih dikenal dengan nama Benua Lawas. Pada masa itu ada sebuah kerajaan yang bandarnya sangat ramai dikunjungi karena terletak di tepi laut.Terkenallah pada masa itu di kerajaan tersebut seorang putri yang cantik jelita. Sang putri bernama Putri Aji Bedarah Putih. Ia diberi nama demikian tak lain karena bila sang putri ini makan sirih dan menelan air sepahnya maka tampaklah air sirih yang merah itu mengalir melalui kerongkongannya.Kejelitaan dan keanehan Putri Aji Bedarah Putih ini terdengar pula oleh seorang Raja Cina yang segera Berangkat dengan Jung besar beserta Bala tentaranya dan berlabuh di laut depan istana Aji Bedarah Putih. Raja Cina pun segera naik ke darat untuk melamar Putri jelita.Sebelum Raja Cina menyampaikan pinangannya, oleh Sang Putri terlebih dahulu raja itu dijamu dengan santapan bersama. Tapi malang bagi Raja Cina, ia tidak mengetahui bahwa ia tengah diuji oleh Putri yang tidak saja cantik jelita tetapi juga pandai dan bijaksana. Tengah makan dalam jamuan itu, puteri merasa jijik melihat kejorokan bersantap dari si tamu. Raja Cina itu ternyata makan dengan cara menyesap, tidak mempergunakan tangan melainkan langsung dengan mulut seperti anjing.Betapa jijiknya Putri Aji Bedarah Putih dan ia pun merasa tersinggung, seolah-olah Raja Cina itu tidak menghormati dirinya disamping jelas tidak dapat menyesuaikan diri. Ketika selesai santap dan lamaran Raja Cina diajukan, serta merta Sang Putri menolak dengan penuh murka sambil berkata, Betapa hinanya seorang putri berjodoh dengan manusia yang cara makannya saja menyesap seperti anjing.Penghinaan yang luar biasa itu tentu saja membangkitkan kemarahan luar biasa pula pada Raja Cina itu. Sudah lamarannya ditolak mentah-mentah, hinaan pula yang diterima. Karena sangat malu dan murkanya, tak ada jalan lain selain ditebus dengan segala kekerasaan untuk menundukkan Putri Aji Bedarah Putih. Ia pun segera menuju ke jungnya untuk kembali dengan segenap Bala tentara yang kuat guna menghancurkan kerajaan dan menawan Putri.Perang dahsyat pun terjadilah antara Bala tentara Cina yang datang bagai gelombang pasang dari laut melawan Bala tentara Aji Bedarah Putih.Ternyata tentara Aji Bedarah Putih tidak dapat menangkis serbuan Bala tentara Cina yang mengamuk dengan garangnya. Putri yang menyaksikan jalannya pertempuran yang tak seimbang itu merasa sedih bercampur geram. Ia telah membayangkan bahwa peperangan itu akan dimenangkan oleh tentara Cina. Karena itu timbullah kemurkaannya.Putri pun segera makan sirih seraya berucap, Kalau benar aku ini titisan raja sakti, maka jadilah sepah-sepahku ini lipan-lipan yang dapat memusnahkan Raja Cina beserta seluruh Bala tentaranya. Selesai berkata demikian, disemburkannyalah sepah dari mulutnya ke arah peperangan yang tengah berkecamuk itu. Dengan sekejap mata sepah sirih putri tadi berubah menjadi beribu-ribu ekor lipan yang besar-besar, lalu dengan bengisnya menyerang Bala tentara Cina yang sedang mengamuk.Bala tentara Cina yang berperang dengan gagah perkasa itu satu demi satu dibinasakan. Tentara yang mengetahui serangan lipan yang tak terlawan itu, segera lari lintang-pukang ke jungnya. Demikian pula sang Raja. Mereka bermaksud akan segera meninggalkan Muara Kaman dengan lipannya yang dahsyat itu, tetapi ternyata mereka tidak diberi kesempatan oleh lipan-lipan itu untuk meninggalkan Muara Kaman hidup-hidup. Karena lipan-lipan itu telah diucap untuk membinasakan Raja dan Bala tentara Cina, maka dengan bergelombang mereka menyerbu terus sampai ke Jung Cina. Raja dan segenap Bala tentara Cina tak dapat berkisar ke mana pun lagi dan akhirnya mereka musnah semuanya. Jung mereka ditenggelamkan juga.Sementara itu Aji Bedarah Putih segera hilang dengan gaib, entah kemana dan bersamaan dengan gaibnya putri, maka gaib pulalah Sumur Air Berani, sebagai kekuatan tenaga sakti kerajaan itu. Tempat Jung Raja Cina yang tenggelam dan lautnya yang kemudian mendangkal menjadi suatu daratan dengan padang luas itulah yang kemudian disebut hingga sekarang dengan nama Danau Lipan.

Legenda Danau TobaCerita Rakyat SumatraDi sebuah desa di wilayah Sumatera, hidup seorang petani. Ia seorang petani yang rajin bekerja walaupun lahan pertaniannya tidak luas. Ia bisa mencukupi kebutuhannya dari hasil kerjanya yang tidak kenal lelah. Sebenarnya usianya sudah cukup untuk menikah, tetapi ia tetap memilih hidup sendirian. Di suatu pagi hari yang cerah, petani itu memancing ikan di sungai. "Mudah-mudahan hari ini aku mendapat ikan yang besar," gumam petani tersebut dalam hati. Beberapa saat setelah kailnya dilemparkan, kailnya terlihat bergoyang-goyang. Ia segera menarik kailnya.Petani itu bersorak kegirangan setelah mendapat seekor ikan cukup besar. Ia takjub melihat warna sisik ikan yang indah. Sisik ikan itu berwarna kuning emas kemerah-merahan. Kedua matanya bulat dan menonjol memancarkan kilatan yang menakjubkan. "Tunggu, aku jangan dimakan! Aku akan bersedia menemanimu jika kau tidak jadi memakanku." Petani tersebut terkejut mendengar suara dari ikan itu. Karena keterkejutannya, ikan yang ditangkapnya terjatuh ke tanah. Kemudian tidak berapa lama, ikan itu berubah wujud menjadi seorang gadis yang cantik jelita. "Bermimpikah aku?," gumam petani. "Jangan takut pak, aku juga manusia seperti engkau. Aku sangat berhutang budi padamu karena telah menyelamatkanku dari kutukan Dewata," kata gadis itu. "Namaku Puteri, aku tidak keberatan untuk menjadi istrimu," kata gadis itu seolah mendesak. Petani itupun mengangguk. Maka jadilah mereka sebagai suami istri. Namun, ada satu janji yang telah disepakati, yaitu mereka tidak boleh menceritakan bahwa asal-usul Puteri dari seekor ikan. Jika janji itu dilanggar maka akan terjadi petaka dahsyat. Setelah sampai di desanya, gemparlah penduduk desa melihat gadis cantik jelita bersama petani tersebut. "Dia mungkin bidadari yang turun dari langit," gumam mereka. Petani merasa sangat bahagia dan tenteram. Sebagai suami yang baik, ia terus bekerja untuk mencari nafkah dengan mengolah sawah dan ladangnya dengan tekun dan ulet. Karena ketekunan dan keuletannya, petani itu hidup tanpa kekurangan dalam hidupnya. Banyak orang iri, dan mereka menyebarkan sangkaan buruk yang dapat menjatuhkan keberhasilan usaha petani. "Aku tahu Petani itu pasti memelihara makhluk halus! " kata seseorang kepada temannya. Hal itu sampai ke telinga Petani dan Puteri. Namun mereka tidak merasa tersinggung, bahkan semakin rajin bekerja. Setahun kemudian, kebahagiaan Petan dan istri bertambah, karena istri Petani melahirkan seorang bayi laki-laki. Ia diberi nama Samosir. Kebahagiaan mereka tidak membuat mereka lupa diri. Samosir tumbuh menjadi seorang anak yang sehat dan kuat. Ia menjadi anak manis tetapi agak nakal. Ia mempunyai satu kebiasaan yang membuat heran kedua orang tuanya, yaitu selalu merasa lapar. Makanan yang seharusnya dimakan bertiga dapat dimakannya sendiri. Lama kelamaan, Samosir selalu membuat jengkel ayahnya. Jika disuruh membantu pekerjaan orang tua, ia selalu menolak. Istri Petani selalu mengingatkan Petani agar bersabar atas ulah anak mereka. "Ya, aku akan bersabar, walau bagaimanapun dia itu anak kita!" kata Petani kepada istrinya. "Syukurlah, kanda berpikiran seperti itu. Kanda memang seorang suami dan ayah yang baik," puji Puteri kepada suaminya. Memang kata orang, kesabaran itu ada batasnya. Hal ini dialami oleh Petani itu. Pada suatu hari, Samosir mendapat tugas mengantarkan makanan dan minuman ke sawah di mana ayahnya sedang bekerja. Tetapi Samosir tidak memenuhi tugasnya. Petani menunggu kedatangan anaknya, sambil menahan haus dan lapar. Ia langsung pulang ke rumah. Di lihatnya Samosir sedang bermain bola. Petani menjadi marah sambil menjewer kuping anaknya. "Anak tidak tau diuntung ! Tak tahu diri ! Dasar anak ikan !," umpat si Petani tanpa sadar telah mengucapkan kata pantangan itu. Setelah petani mengucapkan kata-katanya, seketika itu juga anak dan istrinya hilang lenyap. Tanpa bekas dan jejak. Dari bekas injakan kakinya, tiba-tiba menyemburlah air yang sangat deras dan semakin deras. Desa Petani dan desa sekitarnya terendam semua. Air meluap sangat tinggi dan luas sehingga membentuk sebuah telaga. Dan akhirnya membentuk sebuah danau. Danau itu akhirnya dikenal dengan nama Danau Toba. Sedangkan pulau kecil di tengahnya dikenal dengan nama Pulau Samosir.

Malin KundangCerita Rakyat dari SumatraPada suatu waktu, hiduplah sebuah keluarga nelayan di pesisir pantai wilayah Sumatra. Keluarga tersebut terdiri dari ayah, ibu dan seorang anak laki-laki yang diberi nama Malin Kundang. Karena kondisi keuangan keluarga memprihatinkan, sang ayah memutuskan untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan mengarungi lautan yang luas. Maka tinggallah si Malin dan ibunya di gubug mereka. Seminggu, dua minggu, sebulan, dua bulan bahkan sudah 1 tahun lebih lamanya, ayah Malin tidak juga kembali ke kampung halamannya. Sehingga ibunya harus menggantikan posisi ayah Malin untuk mencari nafkah. Malin termasuk anak yang cerdas tetapi sedikit nakal. Ia sering mengejar ayam dan memukulnya dengan sapu. Suatu hari ketika Malin sedang mengejar ayam, ia tersandung batu dan lengan kanannya luka terkena batu. Luka tersebut menjadi berbekas dilengannya dan tidak bisa hilang. Setelah beranjak dewasa, Malin Kundang merasa kasihan dengan ibunya yang banting tulang mencari nafkah untuk membesarkan dirinya. Ia berpikir untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan harapan nantinya ketika kembali ke kampung halaman, ia sudah menjadi seorang yang kaya raya. Malin tertarik dengan ajakan seorang nakhoda kapal dagang yang dulunya miskin sekarang sudah menjadi seorang yang kaya raya. Malin kundang mengutarakan maksudnya kepada ibunya. Ibunya semula kurang setuju dengan maksud Malin Kundang, tetapi karena Malin terus mendesak, Ibu Malin Kundang akhirnya menyetujuinya walau dengan berat hati. Setelah mempersiapkan bekal dan perlengkapan secukupnya, Malin segera menuju ke dermaga dengan diantar oleh ibunya. Anakku, jika engkau sudah berhasil dan menjadi orang yang berkecukupan, jangan kau lupa dengan ibumu dan kampung halamannu ini, nak, ujar Ibu Malin Kundang sambil berlinang air mata. Kapal yang dinaiki Malin semakin lama semakin jauh dengan diiringi lambaian tangan Ibu Malin Kundang. Selama berada di kapal, Malin Kundang banyak belajar tentang ilmu pelayaran pada anak buah kapal yang sudah berpengalaman. Di tengah perjalanan, tiba-tiba kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh bajak laut. Semua barang dagangan para pedagang yang berada di kapal dirampas oleh bajak laut. Bahkan sebagian besar awak kapal dan orang yang berada di kapal tersebut dibunuh oleh para bajak laut. Malin Kundang sangat beruntung dirinya tidak dibunuh oleh para bajak laut, karena ketika peristiwa itu terjadi, Malin segera bersembunyi di sebuah ruang kecil yang tertutup oleh kayu. Malin Kundang terkatung-katung ditengah laut, hingga akhirnya kapal yang ditumpanginya terdampar di sebuah pantai. Dengan sisa tenaga yang ada, Malin Kundang berjalan menuju ke desa yang terdekat dari pantai. Sesampainya di desa tersebut, Malin Kundang ditolong oleh masyarakat di desa tersebut setelah sebelumnya menceritakan kejadian yang menimpanya. Desa tempat Malin terdampar adalah desa yang sangat subur. Dengan keuletan dan kegigihannya dalam bekerja, Malin lama kelamaan berhasil menjadi seorang yang kaya raya. Ia memiliki banyak kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya lebih dari 100 orang. Setelah menjadi kaya raya, Malin Kundang mempersunting seorang gadis untuk menjadi istrinya. Berita Malin Kundang yang telah menjadi kaya raya dan telah menikah sampai juga kepada ibu Malin Kundang. Ibu Malin Kundang merasa bersyukur dan sangat gembira anaknya telah berhasil. Sejak saat itu, ibu Malin Kundang setiap hari pergi ke dermaga, menantikan anaknya yang mungkin pulang ke kampung halamannya. Setelah beberapa lama menikah, Malin dan istrinya melakukan pelayaran dengan kapal yang besar dan indah disertai anak buah kapal serta pengawalnya yang banyak. Ibu Malin Kundang yang setiap hari menunggui anaknya, melihat kapal yang sangat indah itu, masuk ke pelabuhan. Ia melihat ada dua orang yang sedang berdiri di atas geladak kapal. Ia yakin kalau yang sedang berdiri itu adalah anaknya Malin Kundang beserta istrinya. Malin Kundang pun turun dari kapal. Ia disambut oleh ibunya. Setelah cukup dekat, ibunya melihat belas luka dilengan kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati adalah Malin Kundang. Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?, katanya sambil memeluk Malin Kundang. Tapi apa yang terjadi kemudian? Malin Kundang segera melepaskan pelukan ibunya dan mendorongnya hingga terjatuh. Wanita tak tahu diri, sembarangan saja mengaku sebagai ibuku, kata Malin Kundang pada ibunya. Malin Kundang pura-pura tidak mengenali ibunya, karena malu dengan ibunya yang sudah tua dan mengenakan baju compang-camping. Wanita itu ibumu?, Tanya istri Malin Kundang. Tidak, ia hanya seorang pengemis yang pura-pura mengaku sebagai ibuku agar mendapatkan harta ku, sahut Malin kepada istrinya. Mendengar pernyataan dan diperlakukan semena-mena oleh anaknya, ibu Malin Kundang sangat marah. Ia tidak menduga anaknya menjadi anak durhaka. Karena kemarahannya yang memuncak, ibu Malin menengadahkan tangannya sambil berkata Oh Tuhan, kalau benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah batu. Tidak berapa lama kemudian angin bergemuruh kencang dan badai dahsyat datang menghancurkan kapal Malin Kundang. Setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya berbentuk menjadi sebuah batu karang.Legenda BatuMenangisCerita Rakyat dari KalimantanDi sebuah bukit yang jauh dari desa, di daerah Kalimantan hiduplah seorang janda miskin dan seorang anak gadisnya. Anak gadis janda itu sangat cantik jelita. Namun sayang, ia mempunyai prilaku yang amat buruk. Gadis itu amat pemalas, tak pernah membantu ibunya melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah. Kerjanya hanya bersolek setiap hari. Selain pemalas, anak gadis itu sikapnya manja sekali. Segala permintaannya harus dituruti. Setiap kali ia meminta sesuatu kepada ibunya harus dikabulkan, tanpa memperdulikan keadaan ibunya yang miskin, setiap hari harus membanting tulang mencari sesuap nasi.Pada suatu hari anak gadis itu diajak ibunya turun ke desa untuk berbelanja. Letak pasar desa itu amat jauh, sehingga mereka harus berjalan kaki yang cukup melelahkan. Anak gadis itu berjalan melenggang dengan memakai pakaian yang bagus dan bersolek agar orang dijalan yang melihatnya nanti akan mengagumi kecantikannya. Sementara ibunya berjalan dibelakang sambil membawa keranjang dengan pakaian sangat dekil. Karena mereka hidup ditempat terpencil, tak seorangpun mengetahui bahwa kedua perempuan yang berjalan itu adalah ibu dan anak.Ketika mereka mulai memasuki desa, orang-orang desa memandangi mereka. Mereka begitu terpesona melihat kecantikan anak gadis itu, terutama para pemuda desa yang tak puas-puasnya memandang wajah gadis itu. Namun ketika melihat orang yang berjalan dibelakang gadis itu, sungguh kontras keadaannya. Hal itu membuat orang bertanya-tanya. Di antara orang yang melihatnya itu, seorang pemuda mendekati dan bertanya kepada gadis itu, Hai, gadis cantik. Apakah yang berjalan dibelakang itu ibumu? Namun, apa jawaban anak gadis itu? Bukan, katanya dengan angkuh. Ia adalah pembantuku! Kedua ibu dan anak itu kemudian meneruskan perjalanan. Tak seberapa jauh, mendekati lagi seorang pemuda dan bertanya kepada anak gadis itu. Hai, manis. Apakah yang berjalan dibelakangmu itu ibumu? tanya seorang pemuda. Bukan, bukan, jawab gadis itu dengan mendongakkan kepalanya. Ia adalah budakk!Begitulah setiap gadis itu bertemu dengan seseorang disepanjang jalan yang menanyakan perihal ibunya, selalu jawabannya itu. Ibunya diperlakukan sebagai pembantu atau budaknya.Pada mulanya mendengar jawaban putrinya yang durhaka jika ditanya orang, si ibu masih dapat menahan diri. Namun setelah berulang kali didengarnya jawabannya sama dan yang amat menyakitkan hati, akhirnya si ibu yang malang itu tak dapat menahan diri. Si ibu berdoa.Ya Tuhan, hamba tak kuat menahan hinaan ini. Anak kandung hamba begitu teganya memperlakukan diri hamba sedemikian rupa. Ya, tuhan hukumlah anak durhaka ini ! Hukumlah dia.Atas kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, perlahan-lahan tubuh gadis durhaka itu berubah menjadi batu. Perubahan itu dimulai dari kaki. Ketika perubahan itu telah mencapai setengah badan, anak gadis itu menangis memohon ampun kepada ibunya. Oh, Ibu..ibu..ampunilah saya, ampunilah kedurhakaan anakmu selama ini. IbuIbuampunilah anakmu.. Anak gadis itu terus meratap dan menangis memohon kepada ibunya. Akan tetapi, semuanya telah terlambat. Seluruh tubuh gadis itu akhirnya berubah menjadi batu. Sekalipun menjadi batu, namun orang dapat melihat bahwa kedua matanya masih menitikkan air mata, seperti sedang menangis. Oleh karena itu, batu yang berasal dari gadis yang mendapat kutukan ibunya itu disebut Batu Menangis .Demikianlah cerita berbentuk legenda ini, yang oleh masyarakat setempat dipercaya bahwa kisah itu benar-benar pernah terjadi. Barang siapa yang mendurhakai ibu kandung yang telah melahirkan dan membesarkannya, pasti perbuatan laknatnya itu akan mendapat hukuman dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

Asal Usul KotaBanyuwangiCerita Rakyat dari Jawa TimurPada zaman dahulu di kawasan ujung timur Propinsi Jawa Timur terdapat sebuah kerajaan besar yang diperintah oleh seorang Raja yang adil dan bijaksana. Raja tersebut mempunyai seorang putra yang gagah bernama Raden Banterang. Kegemaran Raden Banterang adalah berburu. Pagi hari ini aku akan berburu ke hutan. Siapkan alat berburu, kata Raden Banterang kepada para abdinya. Setelah peralatan berburu siap, Raden Banterang disertai beberapa pengiringnya berangkat ke hutan. Ketika Raden Banterang berjalan sendirian, ia melihat seekor kijang melintas di depannya. Ia segera mengejar kijang itu hingga masuk jauh ke hutan. Ia terpisah dengan para pengiringnya. Kemana seekor kijang tadi?, kata Raden Banterang, ketika kehilangan jejak buruannya. Akan ku cari terus sampai dapat, tekadnya. Raden Banterang menerobos semak belukar dan pepohonan hutan. Namun, binatang buruan itu tidak ditemukan. Ia tiba di sebuah sungai yang sangat bening airnya. Hem, segar nian air sungai ini, Raden Banterang minum air sungai itu, sampai merasa hilang dahaganya. Setelah itu, ia meninggalkan sungai. Namun baru beberapa langkah berjalan, tiba-tiba dikejutkan kedatangan seorang gadis cantik jelita.Ha? Seorang gadis cantik jelita? Benarkah ia seorang manusia? Jangan-jangan setan penunggu hutan, gumam Raden Banterang bertanya-tanya. Raden Banterang memberanikan diri mendekati gadis cantik itu. Kau manusia atau penunggu hutan? sapa Raden Banterang. Saya manusia, jawab gadis itu sambil tersenyum. Raden Banterang pun memperkenalkan dirinya. Gadis cantik itu menyambutnya. Nama saya Surati berasal dari kerajaan Klungkung. Saya berada di tempat ini karena menyelamatkan diri dari serangan musuh. Ayah saya telah gugur dalam mempertahankan mahkota kerajaan, Jelasnya. Mendengar ucapan gadis itu, Raden Banterang terkejut bukan kepalang. Melihat penderitaan puteri Raja Klungkung itu, Raden Banterang segera menolong dan mengajaknya pulang ke istana. Tak lama kemudian mereka menikah membangun keluarga bahagia. Pada suatu hari, puteri Raja Klungkung berjalan-jalan sendirian ke luar istana. Surati! Surati!, panggil seorang laki-laki yang berpakaian compang-camping. Setelah mengamati wajah lelaki itu, ia baru sadar bahwa yang berada di depannya adalah kakak kandungnya bernama Rupaksa. Maksud kedatangan Rupaksa adalah untuk mengajak adiknya untuk membalas dendam, karena Raden Banterang telah membunuh ayahandanya. Surati menceritakan bahwa ia mau diperistri Raden Banterang karena telah berhutang budi. Dengan begitu, Surati tidak mau membantu ajakan kakak kandungnya. Rupaksa marah mendengar jawaban adiknya. Namun, ia sempat memberikan sebuah kenangan berupa ikat kepala kepada Surati. Ikat kepala ini harus kau simpan di bawah tempat tidurmu, pesan Rupaksa. Pertemuan Surati dengan kakak kandungnya tidak diketahui oleh Raden Banterang, dikarenakan Raden Banterang sedang berburu di hutan. Tatkala Raden Banterang berada di tengah hutan, tiba-tiba pandangan matanya dikejutkan oleh kedatangan seorang lelaki berpakaian compang-camping. Tuangku, Raden Banterang. Keselamatan Tuan terancam bahaya yang direncanakan oleh istri tuan sendiri, kata lelaki itu. Tuan bisa melihat buktinya, dengan melihat sebuah ikat kepala yang diletakkan di bawah tempat peraduannya. Ikat kepala itu milik lelaki yang dimintai tolong untuk membunuh Tuan, jelasnya. Setelah mengucapkan kata-kata itu, lelaki berpakaian compang-camping itu hilang secara misterius. Terkejutlah Raden Banterang mendengar laporan lelaki misterius itu. Ia pun segera pulang ke istana. Setelah tiba di istana, Raden Banterang langsung menuju ke peraaduan istrinya. Dicarinya ikat kepala yang telah diceritakan oleh lelaki berpakaian compang-camping yang telah menemui di hutan. Ha! Benar kata lelaki itu! Ikat kepala ini sebagai bukti! Kau merencanakan mau membunuhku dengan minta tolong kepada pemilik ikat kepala ini! tuduh Raden Banterang kepada istrinya. Begitukah balasanmu padaku? tandas Raden Banterang.Jangan asal tuduh. Adinda sama sekali tidak bermaksud membunuh Kakanda, apalagi minta tolong kepada seorang lelaki! jawab Surati. Namun Raden Banterang tetap pada pendiriannya, bahwa istrinya yang pernah ditolong itu akan membahayakan hidupnya. Nah, sebelum nyawanya terancam, Raden Banterang lebih dahulu ingin mencelakakan istrinya. Raden Banterang berniat menenggelamkan istrinya di sebuah sungai. Setelah tiba di sungai, Raden Banterang menceritakan tentang pertemuan dengan seorang lelaki compang-camping ketika berburu di hutan. Sang istri pun menceritakan tentang pertemuan dengan seorang lelaki berpakaian compang-camping seperti yang dijelaskan suaminya. Lelaki itu adalah kakak kandung Adinda. Dialah yang memberi sebuah ikat kepala kepada Adinda, Surati menjelaskan kembali, agar Raden Banterang luluh hatinya. Namun, Raden Banterang tetap percaya bahwa istrinya akan mencelakakan dirinya. Kakanda suamiku! Bukalah hati dan perasaan Kakanda! Adinda rela mati demi keselamatan Kakanda. Tetapi berilah kesempatan kepada Adinda untuk menceritakan perihal pertemuan Adinda dengan kakak kandung Adinda bernama Rupaksa, ucap Surati mengingatkan. Kakak Adindalah yang akan membunuh kakanda! Adinda diminati bantuan, tetapi Adinda tolak!. Mendengar hal tersebut , hati Raden Banterang tidak cair bahkan menganggap istrinya berbohong.. Kakanda ! Jika air sungai ini menjadi bening dan harum baunya, berarti Adinda tidak bersalah! Tetapi, jika tetap keruh dan bau busuk, berarti Adinda bersalah! seru Surati. Raden Banterang menganggap ucapan istrinya itu mengada-ada. Maka, Raden Banterang segera menghunus keris yang terselip di pinggangnya. Bersamaan itu pula, Surati melompat ke tengah sungai lalu menghilang. Tidak berapa lama, terjadi sebuah keajaiban. Bau nan harum merebak di sekitar sungai. Melihat kejadian itu, Raden Banterang berseru dengan suara gemetar. Istriku tidak berdosa! Air kali ini harum baunya! Betapa menyesalnya Raden Banterang. Ia meratapi kematian istrinya, dan menyesali kebodohannya. Namun sudah terlambat. Sejak itu, sungai menjadi harum baunya. Dalam bahasa Jawa disebut Banyuwangi. Banyu artinya air dan wangi artinya harum. Nama Banyuwangi kemudian menjadi nama kota Banyuwangi.

Rara JonggrangCerita Rakyat dari Jawa TimurKonon di Jawa Tengah terdapat dua kerajaan yang bertetangga, Kerajaan Pengging dan Kerajaan Baka. Pengging adalah kerajaan yang subur dan makmur, dipimpin oleh seorang raja yang bijaksana bernama Prabu Damar Maya. Prabu Damar Maya memiliki putra bernama Raden Bandung Bondowoso (Bandawasa) yang gagah perkasa dan sakti. Sedangkan kerajaan Baka dipimpin oleh raja danawa (raksasa) pemakan manusia bernama Prabu Baka. Prabu Baka dibantu oleh seorang Patih bernama Patih Gupala yang juga adalah raksasa. Meskipun berasal dari bangsa raksasa, Prabu Baka memiliki putri cantik bernama Rara Jonggrang.Untuk memperluas kerajaannya dan merebut kerajaan Pengging, Prabu Baka bersama Patih Gupala melatih balatentara dan menarik pajak dari rakyat untuk membiayai perang. Setelah persiapan matang, Prabu Baka beserta tentaranya menyerbu kerajaan Pengging. Pertempuran meletus di kerajaan Pengging. Banyak korban jatuh dari kedua belah pihak. Akibatnya rakyat Pengging menderita kelaparan, kehilangan harta benda, dan banyak yang tewas. Demi mengalahkan para penyerang, Prabu Damar Moyo mengirimkan putranya, Pangeran Bandung Bondowoso untuk bertempur melawan Prabu Baka. Pertempuran antara keduanya begitu hebat, dan berkat kesaktiannya Bandung Bondowoso berhasil mengalahkan dan membunuh Prabu Baka. Ketika Patih Gupala mendengar kabar kematian junjungannya, ia segera melarikan diri mundur kembali ke kerajaan Baka.Pangeran Bandung Bondowoso mengejar Patih Gupala hingga kembali ke kerajaan Baka. Ketika Patih Gupala tiba di Keraton Baka, ia segera melaporkan kabar kematian Prabu Baka kepada Putri Rara Jongrang. Mendengar kabar duka ini sang putri bersedih dan meratapi kematian ayahandanya. Setelah kerajaan Baka jatuh ke tangan balatentara Pengging, Pangeran Bandung Bondowoso menyerbu masuk ke dalam Keraton (istana) Baka. Ketika pertama kali melihat Putri Rara Jonggrang, seketika Bandung Bondowoso terpikat oleh kecantikan sang putri. Ia jatuh cinta dan melamar Rara Jonggrang. Akan tetapi sang putri menolak lamaran itu, karena ia tidak mau menikahi pembunuh ayahandanya dan penjajah negaranya. Bandung Bondowoso terus membujuk dan memaksa agar sang putri bersedia dipersunting. Akhirnya Rara Jonggrang bersedia dinikahi oleh Bandung Bondowoso, tetapi sebelumnya ia mengajukan dua syarat yang mustahil untuk dikabulkan. Syarat pertama adalah ia meminta dibuatkan sumur yang dinamakan sumur Jalatunda, syarat kedua adalah sang putri minta Bandung Bondowoso untuk membangun seribu candi untuknya. Meskipun syarat-syarat itu teramat berat dan mustahil untuk dipenuhi, Bandung Bondowoso menyanggupinya.Sang pangeran berhasil menyelesaikan sumur Jalatunda dengan kesaktiannya. Setelah sumur selesai, Rara Jonggrang berusaha memperdaya sang pangeran dengan membujuknya untuk turun ke dalam sumur dan memeriksanya. Setelang Bandung Bondowoso masuk ke dalam sumur, sang putri memerintahkan Patih Gupala untuk menutup dan menimbun sumur dengan batu, mengubur Bondowoso hidup-hidup. Akan tetapi Bandung Bondowoso berhasil keluar dengan mendobrak timbunan batu itu karena sakti. Bondowoso sempat marah akibat tipu daya sang putri, akan tetapi sang putri berhasil memadamkan kemarahan sang pangeran karena kecantikan dan rayuannya.Untuk mewujudkan syarat kedua, sang pangeran bersemadi dan memanggil makhluk halus, jin, setan, dan dedemit dari dalam bumi. Dengan bantuan makhluk halus ini sang pangeran berhasil menyelesaikan 999 candi. Ketika Rara Jonggrang mendengar kabar bahwa seribu candi sudah hampir rampung, sang putri berusaha menggagalkan tugas Bondowoso. Ia membangunkan dayang-dayang istana dan perempuan-perempuan desa untuk mulai menumbuk padi. Ia kemudian memerintahkan agar membakar jerami di sisi timur. Mengira bahwa pagi telah tiba dan sebentar lagi matahari akan terbit, para makhluk halus lari ketakutan bersembunyi masuk kembali ke dalam bumi. Akibatnya hanya 999 candi yang berhasil dibangun dan Bandung Bondowoso telah gagal memenuhi syarat yang diajukan Rara Jonggrang. Ketika mengetahui bahwa semua itu adalah hasil kecurangan dan tipu muslihat Rara Jonggrang, Bandung Bondowoso amat murka dan mengutuk Rara Jonggrang menjadi batu. Sang putri berubah menjadi arca yang terindah untuk menggenapi candi terakhir. Menurut kisah ini situs Keraton Ratu Baka di dekat Prambanan adalah istana Prabu Baka, sedangkan 999 candi yang tidak rampung kini dikenal sebagai Candi Sewu, dan arca Durga di ruang utara candi utama di Prambanan adalah perwujudan sang putri yang dikutuk menjadi batu dan tetap dikenang sebagai Lara Jonggrang yang berarti "gadis yang ramping".

Asal usul Kota SurabayaCerita Rakyat dari Jawa TimurDahulu, di lautan luas sering terjadi perkelahian antara Ikan Hiu Sura dengan Buaya. Mereka berkelahi hanya karena berebut mangsa.Keduanya sama-sama kuat, sama-sama tangkas,sama-sama cerdik, sama-sama ganas dan sama-sama rakus.Sudah berkali-kali mereka berkelahi belum pernah ada yang menang atau pun yang kalah. akhirnya mereka mengadakan kesepakatan. "Aku bosan terus-menerus berkelahi, Buaya," kata ikan Sura. "Aku juga, Sura.Apa yang harus kita lakukan agar kita tidak lagi berkelahi?" tanya Buaya Ikan Hiu Sura sudah punya rencana untuk menghentikan perkelahiannya dengan Buaya segera menerangkan. "Untuk mencegah perkelahian di antara kita,sebaiknya kita membagi daerah kekuasaan menjadi dua. Aku berkuasa sepenuhnya di dalam air dan harus mencari mangsa di dalam air,sedangkan kamu barkuasa di daratan dan mangsamu harus yang berada di daratan. Sebagai batas antara daratan dan air, kita tentukan batasnya,yaitu tempat yang dicapai oleh air laut pada waktu pasang surut!" "Baik aku setujui gagasanmu itu!" kata Buaya.Dengan adanya pembagian wilayah kekuasaan, maka tidak ada lagi perkelahian antara Sura dan Buaya. Keduanya telah sepakat untuk menghormati wilayah masing-masing. Tetapi pada suatu hari,Ikan Hiu Sura mencari mangsa di sungai. Hal ini dilakukan dengan sembunyi-sembunyi agar Buaya tidak mengetahui. Mula-mula hal ini memang tidak ketahuan. Tetapi pada suatu hari Buaya memergoki perbuatan Ikan Hiu Sura ini.Tentu saja Buaya sangat marah melihat Hiu Sura melanggar janjinya. "Hai Sura, mengapa kamu melanggar peraturan yang telah kita sepakati berdua? Mengapa kamu berani memasuki sungai yang merupakan wilayah kekuasaanku?" tanya Buaya. Ikan Hiu Sura yang merasa tak bersalah tenang-tenang saja. "Aku melanggar kesepakatan? Bukankah sungai ini berair.Bukankah aku sudah bilang, bahwa aku adalah penguasa di air? Nah, sungai ini 'kan ada airnya, jadi juga termasuk daerah kekuasaanku, " Kata Ikan Hiu Sura. "Apa? Sungai itu 'kan tempatnya di darat, sedang daerah kekuasaanmu ada di laut, berarti sungai itu adalah darerah kekuasaanku!" Buaya ngotot. "Tidak bisa. Aku 'kan tidak pernah bilang kalau di air itu hanya air laut, tetapi juga airsungai" jawab Hiu Sura? "Kau sengaja mencari gara-gara,Sura?" "Tidak! kukira alasanku cukup kuat dan aku memang dipihak yang benar!" kata Sura. "Kau sengaja mengakaliku.Aku tidak sebodoh yang kau kira!" kata Buaya mulai ,marah. "Aku tidak perduli kau bodoh atau pintar, yang penting air sungai dan air laut adalah kekuasaanku!" Sura tak mau kalah. Karena tidak ada yang mau mengalah, maka pertempuran sengit antara Ikan Hiu Sura dan Buaya terjadi lagi.Pertarungan kali ini semakin seru dan dahsyat. Saling menerjang dan menerkam, saling menggigit dan memukul. Dalam waktu sekejap, air disekitarnya menjadi merah oleh darah yang keluar dari luka-luka kedua binatang tersebut. Mereka terus bertarung mati-matian tanpa istirahat sama sekali. Dalam pertarungan dahsyat ini, Buaya mendapat gigitan Hiu Sura di pangkal ekornya sebelah kanan. Selanjutnya, ekornya itu terpaksa selalu membengkok ke kiri. Sementara ikan Sura juga tergigit ekornya hingga hampir putus, lalu ikan Sura kembali ke lautan. Buaya puas telah dapat mempertahankan daerahnya.Pertarungan antara ikan Hiu yang bernama Sura dan Buaya ini sangat berkesan di hati masyarakat Surabaya. Oleh karena itu,nama Surabaya selalu dikait-kaitkan dengan peristiwa ini. Dari peritiwa inilah kemudian dibuat lambang Kota Surabaya yaitu gambar "ikan sura dan buaya". Namun ada juga sebahagian berpendapat, asal usul Surabaya berasal dari kata Sura dan Baya. Sura berarti Jaya atau selamat. Baya berarti bahaya, jadi Surabaya berarti "selamat menghadapi bahaya". Bahaya yang dimaksud adalah serangan tentara Tar-tar yang hendak menghukum Raja Jawa.Seharusnya yang dihukum adalah Kartanegara, karena Kartanegara sudah tewas terbunuh, maka Jayakatwang yang diserbu oleh tentara Tar-tar itu. Setelah mengalahkan Jayakatwang, orang Tar-tar itu merampas harta benda dan puluhan gadis-gadis cantik untuk dibawa keTiongkok. Raden Wijaya tidak terima diperlakukan seperti itu. Dengan siasat yang jitu, Raden Wijaya menyerang tentara Tar-tar di pelabuhan Ujung Galuh hingga mereka menyingkir kembali ke Tiongkok. Selanjutnya, dari hari peristiwa kemenangan Raden Wijaya inilah ditetapkan sebagai hari jadi Kota Surabaya. Surabaya sepertinya sudah ditakdirkan untuk terus baergolak.Tanggal 10 November 1945 adalah bukti jati diri warga Surabaya yaitu berani menghadapi bahaya serangan Inggris dan Belanda. Di zaman sekarang, setelah ratusan tahun dari cerita asal usul Surabaya tersebut, ternyata pertarungan memperebutkan wilayah air dan darat terus berlanjut. Di kalamusim penghujan tiba kadangkala banjir menguasai kota Surabaya. Pada musim kemarau kadangkala tempat-tempat genangan air menjadi daratan kering. Itulah Surabaya.Dan akhirnya, lambang ikan Sura dan Buaya pun dijadikan sebagai ikon kota Surabaya.

Ande-Ande LumutDahulunya, Jenggala dan Kediri berada dalam suatu wilayah bernama Kahuripan. Tapi oleh Airlangga dibagi dua karena takut terjadi perang saudara. Sebelum meninggal, Airlangga sempat berpesan, Kediri dan Jenggala harus kembali disatukan dalam suatu ikatan pernikahan antara anak Jayengnagara (Penguasa Jenggal) dan anak Jayengrana (Penguasa Kediri). Tapi pernikahan bukan berdasarkan perjodohan melainkan atas dasar suka sama suka. Adalah Panji Asmarabangun (anak Jayengnagara) dan Sekartaji (anak Jayenggrana) secara rahasia sudah bersahabat sejak kecil. Mereka selalu menghabiskan waktu bersama dengan ditemani Simbok dan Prasanta, dua pembantu setia. Maka ketika kemudian keluarga Jayengnagara berkunjung kerumah Jayengrana, tentu saja Panji dan Sekar jadi senyum-senyum sendiri.Ternyata orangtua keduanya bersahabat karib dan mempunyai keinginan untuk saling berbesanan. Panji langsung saja minta diamankan saat itu juga. Sekar, meskipun malu-malu, sebenarnya menyetujui juga.Keputusan untuk menikahkan Panji (Temmy Rahadi) dengan Sekar (Imel Putri Cahyati) membuat Padukasari (isteri kedua Jayengrana) tidak terima. Karena Padukasari menginginkan Intan Sari yang bersanding dengan Panji. Padukasari kemudian menculik dan menyembunyikan Sekar bersama Candrawulan (Ibunda Sekar - isteri pertama Jayengrana) di rumah peristirahatan di luar kota.Mengetahui Sekar menghilang, Panji kecewa. Langsung menolak usul Padukasari yang minta pernikahan tetap berlangsung dengan Intan Sari sebagai mempelai wanitanya. Panji yang kecewa, berkenalan untuk mencari Sekar dan Candrawulan. Kemudian diangkat anak oleh ibu Randa yang berterimakasih karena sudah menolongnya. Panji berganti nama menjadi Ande-Ande Lumut.Sementara itu Candrawulan berhasil mengirim pesan ke Jayengrana melalui burung merpati. Sekar dan Candrawulan dibebaskan, Padukasari dan Intan Sari melarikan diri.Tapi Sekar tidak langsung senang. Karena Panji sudah pergi berkelana entah kemana. Sekar yang kecewa, memutuskan berkelana juga untuk mencari Panji bersama Simbok. Lalu ditampung dirumah ibu Wati yang memiliki 2 anak perempuan bernama Klenting Merah dan Klenting Biru. Ande-Ande Lumut terus tinggal bersama ibu Randa. Karena mau balas budi, ibu randa lalu membuka lowongan untuk siapa saja yang mau menjadi isteri Ande-Ande Lumut. Dan ternyata usaha ibu Randa memang ada hasilnya. Ande-Ande Lumut, alias Panji Asmarabangun bisa bertemu lagi dengan Sekartaji yang sudah ganti nama menjadi Klenting Kuning. Kedua sejoli tersebut lalu sepakat pulang untuk melanjutkan rencana menikah.

Legenda Rawa PeningKonon, hiduplah seorang bocah yang karena kesaktiannya di kutuk seorang penyihir jahat. Akibatnya, bocah itu memiliki luka di sekujur tubuh dengan bau yang sangat tajam dan amis. Luka itu tak pernah kering. Jika mulai kering, selalu saja muncul luka-luka baru, disebabkan memar. Biru Klinting berubah menjadi seorang anak kecil yang mempunyai luka disekujur tubuhnya, dan lukanya menimbulkan bau amis. Biru Klinting berjalan-jalan di desa tersebut, dan melihat anak-anak didesa itu sedang bermain. Muncullah keinginan dihatinya untuk bergabung, namun anak-anak tersebut menolak kehadiran Biru Klinting dan memaki-makinya dengan ejekan. Biru Klinting pun pergi. Di tengah jalan, perutnya mulai lapar, dan Biru Klinting mendatangi salah satu rumah dan meminta makan. Saat itu Biru Klinting pun kembali di tolak bahkan di maki-maki. Desa tersebut adalah desa yang makmur, namun penduduk di Desa itu sangatlah angkuh. Sampai suatu hari ada seorang Janda tua (Nyai Latung) yang baik dan mau menampung dan memberi makan Biru Klinting. Setelah selesai makan, Biru Klinting berterimakasih kepada Nyai, sambil berkata, "Nyai, kalau Nyai mendengar suara kentongan, Nyai harus langsung naik ke perahu atau lisung ya?", kemudian Nyai tersebut menjawab "Iya". Ketika Biru Klinting sedang di perjalanan meninggalkan komunitas tersebut, Biru Klinting bertemu dengan anak-anak yang sering menghinanya dan langsung mengusir Biru Klinting dengan kata-kata kasar. Tak terima dengan perlakuan itu, ia pun langsung menancapkan sebatang lidi yang kebetulan ada di sana. Lalu dengan wajah berang ia pun bersumpah, bahwa tak ada seorang pun yang sanggup mengangkat lidi ini, kecuali dirinya.Satu persatu mulai berusaha mencabut lidi yang di tancapkan Biru Klinting, namun anak-anak tidak ada yang bisa mencabutnya. Sampai akhirnya orang-orang dewasa yang berusaha mencabut lidi tersebut. Namun hasilnya tetap Akhirnya Biru Klinting sendiri yang menarik lidi tersebut, karena hanya dia yang bisa mencabutnya (mengingat bahwa dia sakti). Saat itupun keluarlah air dari tanah bekas lidi itu menancap, airnya sangat deras keluar dari tanah, dan terjadilah banjir bandang di Desa Rawa Pening dan menewaskan seluruh masyarakat di desa itu, kecuali Nyai Latung.Setelah lidi tersebut lepas, Biru Klinting langsung membunyikan kentongan untuk memperingati Nyai. Akhirnya Nyai Latung yang sedang menumbuk padi segera masuk ke lisung, dan selamatlah dia. Nyai menceritakan kejadian ini kepada penduduk desa tetangganya dan Biru Klinting kembali menjadi ular dan menjaga desa yang telah menjadi rawa tersebut.

Legenda Reog PonorogoCerita asal mula Reog Ponorogo terjadi pada masa Kerajaan Kediri. Pada saat itu Baginda sedang pusing memikirkan putrinya, Dewi Sanggalangit yang selalu menolak pinangan para pangeran dan para raja dari berbagai kerajaan. Baginda cemas sikap putrinya itu lama kelamaan akan mendatangkan amarah para raja muda dan kemudian mengobarkan perang di Kerajaan Kediri.Anakku, yang harus kamu pikirkan juga adalah nasib rakyat Kediri. Jika engkau tidak segera menjatuhkan pilihan pada seorang pangeran atau raja, mereka bisa mendatangkan malapetaka bagi Kediri, kata Baginda mengingatkan putrinya.Akhirnya demi menyelamatkan Kerajaan Kediri dari amukan para pangeran atau para raja yang mungkin kecewa dengan sikap Dewi Sanggalangit, Putri Kediri itu pun mengajukan syarat.Calon suami hamba harus dapat menghadirkan sebuah pertunjukan yang belum pernah ada sebelumnya. Sebagai pengiring temanten harus naik barisan kuda kembar sebanyak seratus empat puluh ekor, dan terakhir harus dilengkapi pula dengan binatang berkepala dua, berkata Dewi Sanggalangit kepada ayahandanya.Syaratmu sungguh sangat berat, anakku. Tapi mungkin itu juga syarat yang layak untuk seorang Putri Kediri. Baiklah, akan aku umumkan kepada para raja dan pangeran yang datang melamarmu, berkata Baginda lagi.Mendengar syarat yang diajukan oleh Dewi Sanggalangit, para raja dan pangeran yang tadinya menggebu hendak memperistri Dewi Sanggalangit akhirnya satu persatu mengundurkan diri. Mereka sadar tak akan mampu memenuhi permintaan Putri Kediri itu.Akhirnya hanya tinggal dua orang raja yang mengatakan sanggup memenuhi permintaan Dewi Sanggalangit. Mereka adalah Raja Singabarong dari kerajaan Lodaya dan Raja Kelanaswandana dari Kerajaan Bandarangin.Raja Kediri sangat terkejut mendengar laporan bahwa dua raja itu yang akhirnya sanggup memenuhi persyaratan putrinya. Bagi Baginda, kedua orang raja itu bukanlah raja yang baik.Raja Singabarong dikenal sebagai seorang raja yang bengis dan kejam. Semua keinginannya harus dituruti, yang mencoba membangkang langsung dibunuhnya. Raja Singabarong sosoknya tinggi besar, dari bagian leher ke atas berwujud harimau, sekujur tubuhnya dipenuhi bulu-bulu yang lebat dan penuh dengan kutu. Oleh karena itulah dia memelihara burung merak yang tugasnya mematuki kutu-kutunya.Sedangkan Raja Kelanaswandana meskipun seorang raja yang gagah dan tampan, namun kebiasaannya sangat aneh. Dia sering menyukai anak laki-laki, namun Raja Kelanaswandana terkenal sebagai raja yang sakti. Dengan kesaktian dan dibantu oleh segenap rakyat Bandarangin itulah Raja Kelanaswandana sudah hampir berhasil memenuhi syarat Dewi Sanggalangit. Hanya tinggal mendapatkan binatang berkepala dua maka Raja Kelanaswandana dapat memperistri Putri Kediri yang cantik menawan itu.Sementara itu selagi Raja Kelanaswandana berusaha keras mencari kelengkapan persyaratan Dewi Sanggalangit, Raja Singabarong diam-diam mempunyai rencana sendiri. Raja yang berwatak bengis itu ternyata sudah menyiapkan rencana perampasan.Ha ha ha ha biarlah Kelanaswandana yang menyiapkan semua persyaratan, nanti akulah yang menikmati jerih payahnya, Singabarong pun tertawa senang mengingat rencananya.Namun ternyata rencana Raja Singabarong berhasil diketahui oleh Raja Kelanaswandana karena mata-mata Raja Singabarong yang disusupkan di Kerajaan Bandarangin berhasil ditangkap. Raja Kelanaswandana menjadi sangat marah. Maka Raja Bandarangin itu justru memerintahkan pasukannya untuk menyerbu Kerajaan Lodaya terlebih dahulu daripada di kelak kemudian hari menjadi penghalang perkawinannya dengan Dewi Sanggalangit.Serbuan pasukan Raja Kelanaswandana sama sekali tidak diduga oleh Raja Singabarong. Maka dalam waktu singkat pasukan Kerajaan Lodaya yang tanpa pimpinan, karena Raja Singabarong sedang bermalas-malasan dengan burung merak kesayangannya, dapat dikalahkan.Raja Singabarong yang tengah keenakan merasakan kepalanya dipatuhi burung merak yang sedang mencari kutu menjadi tersentak mendengar suara gaduh di luar istana. Dia segera meloncat ke luar untuk mengetahui peristiwa yang terjadi. Baik Raja Kelanaswandana maupun Raja Singabarong sama-sama tercekat hatinya ketika saling berhadapan. Bagi Raja Kelanaswandana, dia pantas tercekat hatinya karena dalam pandangannya, Raja Singabarong yang datang dengan burung merak di kepalanya, tampak seperti berkepala dua yaitu berkepala harimau dan burung merak.Raja Kelanaswandana pun yakin bahwa Raja Singabarong inilah yang menjadi jawaban syarat Dewi Sanggalangit. Maka Raja Bandarangin itu pun bertekat mengalahkan dan menangkap Raja Singabarong hidup-hidup.Sedangkan Raja Singabarong tercekat hatinya karena serbuan mendadak pasukan Kelanaswandana telah berhasil menghancurkan pasukannya. Raja Singabarong yang menjadi sangat marah segera menyerang Raja Kelanaswandana. Perang tanding pun segera terjadi antara kedua raja yang sakti itu.Namun pada akhirnya Raja Singabarong harus mengaku kesaktian Raja Kelanaswandana. Bahkan karena kesaktian Raja Kelanaswandana, Raja Singabarong dapat dikutuk menjadi binatang berkepala dua dan dijadikan pelengkap persyaratan Dewi Sanggalangit. Demikianlah, maka pada hari yang ditentukan, datanglah rombongan Raja Kelanaswandana yang diringi dengan pertunjukan yang belum pernah ada sebelumnya. Seratus gamelan, gendang dan terompet menimbulkan perpaduan suara yang aneh, merdu mendayu-dayu. Ditambah lagi dengan hadirnya seekor binatang berkepala dua yang menari-nari liar namun menarik hati telah menjadikan rakyat Kediri heboh.Oleh Raja Kelanaswandana pertunjukan kesenian itu dinamakan Reog. Oleh karena Kerajaan Bandarangin terletak di Wengker, sedangkan Wengker adalah nama lain dari Ponorogo, maka kesenian Reog itu akhirnya terkenal dengan nama Reog Ponorogo. Dengan iringan Reog Ponorogo itulah akhirnya Raja Kelanaswandana berhasil mendapatkan Dewi Sanggalangit dan berjanji menghentikan kesenangannya menyukai anak laki-laki.SawunggalingJaka Berek baru saja pulang dari bermain dengan teman-temannya. Ia marah, penasaran bukan kepalang karena teman-temannya selalu mengejek bahwa ia tak punya ayah sah alias anak haram. Sesampai di rumah, Jaka Berek segera menjumpai ibunya yang saat itu sedang berkumpul dengan kakek dan neneknya. Biyung (Ibu), aku tak tahan lagi, ujar Jaka Ada apa, Anakku ? Kenapa wajahmu cemberut begitu? tanya ibu Jaka-Dewi Sangkrah.Biyung harus menjelaskan, siapakah sebenarnya ayahku?..Kalau sudah meninggal dimana kuburnya biar aku mengirim doa di pusaranya, dan jika masih hidup, sudilah ibu menunjukkan tempatnya padaku.rengek Joko pada Ibunya. Hati Dewi sangkrah berdebar, Ia sudah menduga hal ini akan terjadi. Tak bisa tidak dia harus menjawabnya dengan gamblang. Anakku Jaka Berek, karena kau telah dewasa, sudah sepatutnya kau bertanya tentang ayahmu. Ketahuilah anakku, ayahmu adalah seorang adipati di Kadipaten Surabaya. Namanya Jayengrana. Bila ingin bertemu dengannya datanglah kesana.Dengan bekal seadanya, Jaka Berek berangkat ke Kadipaten Surabaya untuk menjumpai ayahnya. Ketika hendak memasuki pintu gapura kadipaten,Jaka Berek dicegat oleh seorang prajurit yang sedang berjaga.Berhenti kamu! teriak prajurit itu. mau apa berani datang ke kadipaten ini?Saya ingin bertemu dengan sang adipati..jawab Jaka dengan wajahnya yang polos sebagaimana kebanyakan pemuda desa. anak muda ketahuilah aku adalah prajurit yang sedang berjaga. Kau tidak boleh masuk ke kadipaten.kau harus pergi dari sini sebelum kuusir..bentak prajurit itu.Aku tak mau pergi sebelum bertemu dengan Adipati Jayengrana, jawab Jaka Berek. Prajurit penjaga itu jengkel melihat Jaka Berek yang tak mau pergi .Maka iapun menyerang Jaka Berek agar segera pergi, tetapi Jaka Berek bukannya pergi malah melawan dengan berani. Untunglah perkelahian itu diketahui oleh dua orang putera Adipati Jayengrana yang bernama Sawungsari dan Sawungrana. Oleh mereka perkelahian itu dilerai. Maaf pangeran, pemuda ini hendak memaksa masuk kadipaten.saya halang-halangi tetapi dia malah melawan.lapor prajurit itu. Mendengar laporan dari prajuritnya keduanya bertanya pada Jaka Berek, Maaf, siapakah saudara dan ada keperluan apa hendak memaksa masuk kadipaten?tanya Sawungrana. Aku hendak menghadap Adipati Jayengrana. Ada yang ingin ku sampaikan kepada beliau.Tak ada orang luar yang boleh menemui ayahku. Sebaiknya kau pulang saja atau aku yang memaksamu pulang. kata Sawungsari. Aku tetap pada pendirianku, mau menemui Adipati Jayengrana! tegas Jaka Berek.Melihat kenekatan Jaka, kedua putera Adipati itupun segera mengeroyoknya, dengan tangkas Jaka Berek melawan. Belum lama perkelahian itu, Adipati Jayengrana keluar dan melihatnya dan iapun segera menghampiri. Hei..hentikan perkelahian ini! teriaknya. Adipati menanyakan hal ihwal perkelahian, kedua puteranyapun menjelaskan secara terperinci.Kamu yang bernama Jaka Berek yang mau menemuiku, sekarang katakan apa keperluanmu?Hamba hanya ingin mencari ayah hamba yang menjadi adipati di sini yang bernama Adipati Jayengrana.kalau memang tuan orangnya,tentu tuanlah ayah hamba. Nanti dulu. Siapa nama ibumu dan apa buktinya kalau kau memang anakku? Hamba adalah putera dari Biyung Dewi Sangkrah. Sebagai buktinya,ibu memberi hamba sebuah selendang Cinde Puspita ini.Jaka Berek mengeluarkan selendang dari bungkusan yang dibawanya. Ternyata benar selendang itu adalah selendang Cinde Puspita yang dulu oleh Adipati Jayengrana diberikan pada Dewi Sangkrah yang dicintainya.Kalau begitu kau memang anakku Adipati memeluk Jaka Berek dan memperkenalkan Jaka pada saudaranya, Sawungrana dan Sawungsari. Jaka Berekpun tinggal di kadipaten dan berganti nama menjadi Sawunggaling.Suatu hari Kadipaten Surabaya kedatangan kompeni belanda yang dipimpin oleh Kapten Knol yang membawa surat dari Jenderal De Boor yang isinya mengatakan bahwa kedudukan adipati di Surabaya akan dicabut karena Adipati Jayengrana tak mau bekerjasama dengan kompeni belanda. Tetapi pada saat itu,ada pengumuman bahwa di alun-alun Kartasura akan diadakan sayembara sodoran (perang tanding prajurit berkuda dengan bersenjata tombak) dengan memanah umbul-umbul yang bernama umbul-umbul Yunggul Yuda. Adipati Jayengrana yang sudah dicabut kedudukannya itupun menyuruh kedua anaknya agar giat berlatih untuk mengikuti sayembara itu.Pemenang dari sayembara itu akan diangkat menjadi adipati di Surabaya.Pada hari sayembara diadakan, tanpa memberitahu Sawunggaling, Jayengrana dan kedua puteranya pergi ke Kartasura.dan tanpa setahu merekapun Sawunggaling juga pergi ke Kartasura. Sebelum berangkat Sawunggaling pulang ke desa meminta doa restu dari ibu, kakek dan neneknyaSayembara memanah umbul-umbul itu ternyata hanya diikuti oleh Sawungrana dan Sawungsari, tetapi keduanya gagal tak bisa menjatuhkan umbul-umbul Tunggul Yuda yang dipasang di Menara Galah. Karena tak ada pemenangnya, Sosra Adiningrat yang bertindak sebagai panitia pelaksana lomba, segera mengadakan pendaftaran lagi.nPada saat itu ada seorang pemuda yang ikut mendaftar dan ternyata dialah Sawunggaling dan diapulalah satu-satunya yang bisa menjatuhkan umbul-umbul Tunggul Yuda. Dengan kemenangan ini selain diangkat menjadi adipati, Sawunggalingpun mendapatkan puteri dari Amangkurat Agung di Kartasura yang bernama Nini Sekat Kedaton. Keberhasilan sawunggaling itu membuat iri dua saudaranya. Sawungrana dan sawungsari ingin mencelakakan sawunggaling, pada saat pesta besar-besaran untuk merayakan pengangkatan Sawunggaling sebagai adipati di Surabaya, secara diam-diam mereka memasukkan bubuk racun ke dalam gelas minuman Sawunggaling.namun perbuatan itu diketahui oleh Adipati Cakraningrat dari Madura. Ketika minuman itu disodorkan pada Sawunggaling, Adipati Cakraningrat pura-pura menubruk Sawunggaling yang mengakibatkan terjatuhnya gelas berisi racun itu. Melihat itu, Sawungrana sangat marah Dinda Sawunggaling, lihatlah ulah adipati dari Madura itu, dia tidak menghormatimu karena telah menjatuhkan minuman. Ini penghinaan Dengan cepat, disambarnya tangan Adipati Cakraningrat dan ditariknya keluar dari kadipaten. Mengapa paman menghinaku di hadapan para tamu. Apakah paman ingin menantangku berkelahi? tanya Sawunggaling. Tenang anakku, ketahuilah bahwa minuman yang hendak kau minum itu sebenarnya telah diberi racun oleh Sawungrana, aku melihatnya Sawunggaling merasa menyesal telah tergesa-gesa menuduh Adipati Cakraningrat yang bukan-bukan.Dan semua itu memang telah direncanakan oleh para kompeni Belanda. Kedua kakakmu telah bergabung dengan para kompeni karena menginginkan kedudukan sebagai adipati di Surabaya jelas Adipati Cakraningrat.Sejak saat itu Sawunggaling bertekad memerangi Belanda, dia selalu menambah kekuatan laskarnya. Dalam suatu peperangan yang sengit Sawunggaling berhasil membunuh Jenderal De Boor. Akhirnya, karena menderita sakit parah, Sawunggaling meninggal dunia di daerah Kupang dan di makamkan di Lidah Wetan- Surabaya.

Asal usul telaga warnaDahulu kala, ada sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja. Prabu, itu adalah nama panggilannya. Ia adalah raja yang baik dan bijaksana.Sayangnya, Prabu dan permaisuri belum memiliki anak. Itu membuat pasangan kerajaan itu sangat sedih. Ratu sering murung dan menangis. Prabu pun ikut sedih melihat permaisurinya.. Lalu Prabu pergi ke hutan untuk bertapa. Di sana sang Prabu terus berdoa, agar dikaruniai anak.Pada akhirnya, setelah melewati berbagai macam ujian, keinginan mereka terkabul. Ratu pun mulai hamil. Seluruh rakyat di kerajaan itu senang sekali. Mereka membanjiri istana dengan hadiah.Sembilan bulan kemudian, Ratu melahirkan seorang putri. Penduduk negeri pun kembali mengirimi putri kecil itu berbagai macam hadiah. Belasan tahun kemudian, ia sudah menjadi remaja yang cantik. Prabu dan Ratu sangat menyayangi putrinya.Mereka memberi putrinya apa pun yang dia inginkan. Hal itu tentu saja membuatnya menjadi gadis yang manja. Walaupun begitu, orangtua dan rakyat di kerajaan itu mencintainya.Hari terus berlalu. Putri pun tumbuh menjadi gadis tercantik di seluruh negeri. Dalam beberapa hari, Putri akan berusia 17 tahun. Maka para penduduk di negeri itu pergi ke istana. Mereka membawa berbagai macam hadiah yang sangat indah. Prabu mengambil sedikit emas dan permata dari hadiah yang diberikan. Ia membawanya ke ahli perhiasan. "Tolong, buatkan kalung yang sangat indah untuk putriku," kata Prabu. "Dengan senang hati, Yang Mulia." Sang ahli perhiasan lalu bekerja dengan sebaik mungkin. Ia menciptakan kalung yang paling indah di dunia.Hari ulang tahun pun tiba. Penduduk negeri berkumpul di alun-alun istana. Ketika Prabu dan permaisuri datang, orang-orang menyambutnya dengan gembira. Sambutan hangat makin terdengar, ketika Putri yang cantik jelita muncul di hadapan semua orang. Prabu lalu bangkit dari kursinya. Kalung yang indah sudah dipegangnya."Putriku, hari ini kuberikan kalung ini. Ini pemberian rakyat dari penjuru negeri. Mereka mempersembahkan hadiah ini, karena mereka gembira melihatmu tumbuh jadi dewasa," kata Prabu. Putri menerima kalung itu."Aku tak mau memakainya. Kalung ini jelek!" seru Putri. Dilemparnya kalung itu. Kalung yang indah pun rusak. Emas dan permatanya tersebar di lantai.Tak seorang pun menyangka, Putri akan berbuat seperti itu. Suasana hening. Tiba-tiba terdengar tangisan permaisuri. Tangisannya diikuti oleh semua orang.Tiba-tiba saja muncul mata air dari halaman istana. Mula-mula membentuk kolam kecil. Lalu istana mulai banjir. Membentuk danau. Dan danau itu makin besar dan menenggelamkan istana.

Danau ini kemudian dikenal dengan nama Talaga Warna. Pada hari yang cerah, kita bisa melihat danau itu penuh warna. Orang-orang mengatakan, warna-warna itu berasal dari kalung Putri yang tersebar di dasar telaga.

Gunung Tangkuban PerahuCerita Rakyat dari Jawa BaratPada jaman dahulu, tersebutlah kisah seorang puteri raja di Jawa Barat bernama Dayang Sumbi. Ia mempunyai seorang anak laki-laki yang diberi nama Sangkuriang. Anak tersebut sangat gemar berburu Ia berburu dengan ditemani oleh Tumang, anjing kesayangan istana. Sangkuriang tidak tahu, bahwa anjing itu adalah titisan dewa dan juga bapaknya.Pada suatu hari Tumang tidak mau mengikuti perintahnya untuk mengejar hewan buruan. Maka anjing tersebut diusirnya ke dalam hutan. Ketika kembali ke istana, Sangkuriang menceritakan kejadian itu pada ibunya. Bukan main marahnya Dayang Sumbi begitu mendengar cerita itu. Tanpa sengaja ia memukul kepala Sangkuriang dengan sendok nasi yang dipegangnya. Sangkuriang terluka. Ia sangat kecewa dan pergi mengembara.Setelah kejadian itu, Dayang Sumbi sangat menyesali dirinya. Ia selalu berdoa dan sangat tekun bertapa. Pada suatu ketika, para dewa memberinya sebuah hadiah. Ia akan selamanya muda dan memiliki kecantikan abadi. Setelah bertahun-tahun mengembara, Sangkuriang akhirnya berniat untuk kembali ke tanah airnya. Sesampainya disana, kerajaan itu sudah berubah total. Disana dijumpainya seorang gadis jelita, yang tak lain adalah Dayang Sumbi. Terpesona oleh kecantikan wanita tersebut maka, Sangkuriang melamarnya. Oleh karena pemuda itu sangat tampan, Dayang Sumbi pun sangat terpesona padanya.Pada suatu hari Sangkuriang minta pamit untuk berburu. Ia minta tolong Dayang Sumbi untuk merapikan ikat kepalanya. Alangkah terkejutnya Dayang Sumbi ketika melihat bekas luka di kepala calon suaminya. Luka itu persis seperti luka anaknya yang telah pergi merantau. Setelah lama diperhatikannya, ternyata wajah pemuda itu sangat mirip dengan wajah anaknya. Ia menjadi sangat ketakutan. Maka kemudian ia mencari daya upaya untuk menggagalkan proses peminangan itu. Ia mengajukan dua buah syarat. Pertama, ia meminta pemuda itu untuk membendung sungai Citarum. Dan kedua, ia minta Sangkuriang untuk membuat sebuah sampan besar untuk menyeberang sungai itu. Kedua syarat itu harus sudah dipenuhi sebelum fajar menyingsing.Malam itu Sangkuriang melakukan tapa. Dengan kesaktiannya ia mengerahkan mahluk-mahluk gaib untuk membantu menyelesaikan pekerjaan itu. Dayang Sumbi pun diam-diam mengintip pekerjaan tersebut. Begitu pekerjaan itu hampir selesai, Dayang Sumbi memerintahkan pasukannya untuk menggelar kain sutra merah di sebelah timur kota. Ketika menyaksikan warna memerah di timur kota, Sangkuriang mengira hari sudah menjelang pagi. Ia pun menghentikan pekerjaannya. Ia sangat marah oleh karena itu berarti ia tidak dapat memenuhi syarat yang diminta Dayang Sumbi.Dengan kekuatannya, ia menjebol bendungan yang dibuatnya. Terjadilah banjir besar melanda seluruh kota. Ia pun kemudian menendang sampan besar yang dibuatnya. Sampan itu melayang dan jatuh menjadi sebuah gunung yang bernama Tangkuban Perahu.

Asal Mula Nama SalatigaCerita Rakyat dari Jawa TengahZaman dahulu, Kota Semarang dipimpin oleh Adipati Pandanarang II dan mempunyai isteri bernama Nyai Pandanarang. Ia terkenal sebagai pemimpin yang jujur, tetapi juga orang yang menyukai harta benda berlimpah.Sifat kurang baik Adipati ini terdengar oleh Sunan Kalijaga, seorang wali yang sangat arif bijaksana. Sunan berniat mengingatkan Pandanarang II dengan menyamar sebagai tukang rumput. Ketika lewat di halaman Kabupaten, Adipati Pandanarang II menawar rumputnya dengan harga sangat rendah.Penjual rumput itu setuju dan meletakkan rumputnya di kandang. Sebelum pergi, ia menyelipkan yang lima sen di antara rerumputan. Uang tersebut ditemukan oleh abdi dalem Pandanarang II yang segera melaporkannya kepada tuannya.Kejadian ini berulang kali terjadi selama satu minggu. Pandanarang II heran mengapa tukang rumput tersebut tidak pernah menanyakan uangnya. Ketika tukang rumput itu kembali datang, Pandanarang pun menanyakan asal usul tukang rumput itu. Ia juga menanyakan mengapa ia seperti tidak membutuhkan uang. Tukang rumput itu menjawab bahwa ia tidak butuh benda-benda duniawi yang melimpah karena semuanya tidak ada yang abadi. Ia juga bilang bahwa ada emas permata tertanam di dalam halaman istana.Adipati Pandanarang marah mendengar jawaban itu. Ia merasa sedang dihina oleh tukang rumput itu. Namun, ternyata, kata-kata orang itu benar. Ada emas permata di dalam tanah istana. Akhirnya, Sang Adipati mengetahui bahwa orang itu adalah Sunan Kalijaga. Adipati itu memohon maaf dan memohon untuk jadi murid Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga menyetujuinya, asalkan Pandanarang melepaskan kegemarannya pada harta duniawi.Isteri Sang Adipati pun ingin ikut suaminya. Namun, ia tak rela meninggalkan harta bendanya dan menyerahkannya kepada fakir miskin. Ia menyuruh suaminya berangkat lebih dulu. Lalu, perempuan ini menyimpan emas dan permata di dalam tongkatnya yang terbuat dari bambu.Pandanarang bisa menyusul Sunan Kalijaga. Mereka pun menempuh perjalanan bersama. Di perjalanan, mereka dihadang oleh tiga para penyamun.Kalau kau ingin barang berharga, tunggulah. Sebentar lagi, akan lewat seorang wanita tua. Cegatlah. Kau akan mendapatkan emas permata di dalam tongkat bambunya, kata Sunan Kalijaga.Lalu, muncullah Nyai Pandanarang berjalan tertatih-tatih dengan tongkat bambu. Ketiga penyamun menghadang perempuan itu dan merampas tongkat bambu yang ia pegang.Nyai Pandanarang tidak bisa berbuat apa-apa selain merelakan hartanya dirampas. Ketika berhasil bertemu dengan suaminya dan Sunan Kalijaga, ia menceritakan kejadian perampokan yang dialaminya sambil menangis.Kau tidak mendengarkan kata suamimu. Untuk berguru denganku, kalian harus meninggalkan harta duniawi. Jadi, kejadian ini salahmu sendiri, ujar Sunan Kalijaga.Untuk mengingat kejadian tersebut, Sunan Kalijaga menamakan daerah itu dengan Salah Tiga.Ada tiga yang melakukan kesalahan di sini, yaitu kau sendiri, suamimu, dan para penyamun itu. Kelak, tempat ini akan menjadi kota yang ramai, kata Sunan Kalijaga.Pada perkembangan selanjutnya, nama Salah Tiga bergeser ucapannya menjadi Salatiga. Kini, Salatiga menjadi kota yang ramai seperti yang pernah diperkirakan oleh Sunan Kalijaga.

Manik AngkeranCerita Rakyat dari BaliPada jaman dulu di kerajaan Daha hiduplah seorang Brahmana yang benama Sidi Mantra yang sangat terkenal kesaktiannya. Sanghyang Widya atau Batara Guru menghadiahinya Harta benda dan seorang istri yang cantik. Sesudah bertahun-tahun kawin, mereka mendapat seorang anak yang mereka namai Manik Angkeran.Meskipun Manik Angkeran seorang pemuda yang gagah dan pandai namun dia mempunyai sifat yang kurang baik, yaitu suka berjudi. Dia sering kalah sehingga dia terpaksa mempertaruhkan harta kekayaan orang tuanya, malahan berhutang pada orang lain. Karena tidak dapat membayar hutang, Manik Angkeran meminta bantuan ayahnya untuk berbuat sesuatu. Sidi Mantra berpuasa dan berdoa untuk memohon pertolongan dewa-dewa. Tiba-tiba dia mendengar suara, Hai, Sidi Mantra, di kawah Gunung Agung ada harta karun yang dijaga seekor naga yang bernarna Naga Besukih. Pergilah ke sana dan mintalah supaya dia mau mernberi sedikit hartanya.Sidi Mantra pergi ke Gunung Agung dengan mengatasi segala rintangan. Sesampainya di tepi kawah Gunung Agung, dia duduk bersila. Sambil membunyikan genta dia membaca mantra dan memanggil nama Naga Besukih. Tidak lama kernudian sang Naga keluar. Setelah mendengar maksud kedatangan Sidi Mantra, Naga Besukih menggeliat dan dari sisiknya keluar emas dan intan. Setelah mengucapkan terima kasih, Sidi Mantra mohon diri. Semua Harta benda yang didapatnya diberikan kepada Manik Angkeran dengan harapan dia tidak akan berjudi lagi. Tentu saja tidak lama kemudian, harta itu habis untuk taruhan. Manik Angkeran sekali lagi minta bantuan ayahnya. Tentu saja Sidi Mantra menolak untuk membantu anakya.Manik Angkeran mendengar dari temannya bahwa harta itu didapat dari Gunung Agung. Manik Angkeran tahu untuk sampai ke sana dia harus membaca mantra tetapi dia tidak pernah belajar mengenai doa dan mantra. Jadi, dia hanya membawa genta yang dicuri dari ayahnya waktu ayahnya tidur.Setelah sampai di kawah Gunung Agung, Manik Angkeran membunyikan gentanya. Bukan main takutnya ia waktu ia melihat Naga Besukih. Setelah Naga mendengar maksud kedatangan Manik Angkeran, dia berkata, Akan kuberikan harta yang kau minta, tetapi kamu harus berjanji untuk mengubah kelakuanmu. Jangan berjudi lagi. Ingatlah akan hukum karma.Manik Angkeran terpesona melihat emas, intan, dan permata di hadapannya. Tiba-tiba ada niat jahat yang timbul dalam hatinya. Karena ingin mendapat harta lebih banyak, dengan secepat kilat dipotongnya ekor Naga Besukih ketika Naga beputar kembali ke sarangnya. Manik Angkeran segera melarikan diri dan tidak terkejar oleh Naga. Tetapi karena kesaktian Naga itu, Manik Angkeran terbakar menjadi abu sewaktu jejaknya dijilat sang Naga.Mendengar kematian anaknya, kesedihan hati Sidi Mantra tidak terkatakan. Segera dia mengunjungi Naga Besukih dan memohon supaya anaknya dihidupkan kembali. Naga menyanggupinya asal ekornya dapat kembali seperti sediakala. Dengan kesaktiannya, Sidi Mantra dapat memulihkan ekor Naga. Setelah Manik Angkeran dihidupkan, dia minta maaf dan berjanji akan menjadi orang baik. Sidi Mantra tahu bahwa anaknya sudah bertobat tetapi dia juga mengerti bahwa mereka tidak lagi dapat hidup bersama. Kamu harus mulai hidup baru tetapi tidak di sini, katanya. Dalam sekejap mata dia lenyap. Di tempat dia berdiri timbul sebuah sumber air yang makin lama makin besar sehingga menjadi laut. Dengan tongkatnya, Sidi Mantra membuat garis yang mernisahkan dia dengan anaknya. Sekarang tempat itu menjadi selat Bali yang memisahkan pulau Jawa dengan pulau Bali

Telaga PasirCerita Rakyat dari Jawa TimurKyai Pasir dan Nyai Pasir adalah pasangan suami isteri yang hidup di hutan gunung Lawu. Mereka berteduh di sebuah rumah (pondok) di hutan lereng gunung Lawu sebelah timur. Pondok itu dibuat dari kayu hutan dan beratapkan dedaunan. Dengan pondok yang sangat sederhana ini keduanya sudah merasa sangat aman dan tidak takut akan bahaya yang menimpanya, seperti gangguan binatang buas dan sebagainya. Lebih-lebih mereka telah lama hidup di hutan tersebut sehingga paham terhadap situasi lingkungan sekitar dan pasti dapat mengatasi segala gangguan yang mungkin akan menimpa dirinya.Pada suatu hari pergilah Kyai Pasir ke hutan dengan maksud bertanam sesuatu di ladangnya, sebagai mata pencaharian untuk hidup sehari-hari. Oleh karena ladang yang akan ditanami banyak pohon-phon besar, Kyai Pasir terlebih dahulu menebang beberapa pohon besar itu satu demi satu.Tiba-tiba Kyai Pasir terkejut karena mengetahui sebutir telur ayam terletak di bawah salah sebuah pohon yang hendak ditebangnya. Diamat-amatinya telur itu sejenak sambil bertanya di dalam hatinya, telur apa gerangan yang ditemukan itu. Padahal di sekitarnya tidak tampak binatang unggas seekorpun yang biasa bertelur. Tidak berpikir panjang lagi, Kyai Pasir segera pulang membawa telur itu dan diberikan kepada isterinya.Kyai Pasir menceritakan ke Nyai Pasir awal pertamanya menemukan telur itu, sampai dia bawa pulang.Akhirnya kedua suami isteri itu sepakat telur temuan itu direbus. Setelah masak, separo telur masak tadi oleh Nyai Pasir diberikan ke suaminya. Dimakannya telur itu oleh Kyai Pasir dengan lahapnya. Kemudian Kemudian Kyai Pasir berangkat lagi keladang untuk meneruskan pekerjaan menebang pohon dan bertanam.Dalam perjalanan kembali ke ladang, Kyai Pasir masih merasakan nikmat telur yang baru saja dimakannya. Namun setelah tiba di ladang, badannya terasa panas, kaku serta sakit sekali. Mata berkunang-kunang, keringat dingin keluar membasahi seluruh tubuhnya. Derita ini datangnya secara tiba-tiba, sehingga Kyai Pasir tidak mampu menahan sakit itu dan akhirnya rebah ke tanah. Mereka sangat kebingungan sebab sekujur badannya kaku dan sakit bukan kepalang. Dalam keadaan yang sangat kritis ini Kyai Pasir berguling-guling di tanah, berguling kesana kemari dengan dahsyatnya. Gaib menimpa Kyai Pasir. Tiba-tiba badanya berubah wujud menjadi ular naga yang besar, bersungut, berjampang sangat menakutkan. Ular Naga itu berguling kesana kemari tanpa henti-hentinya.Alkisah, Nyai Pasir yang tinggal di rumah dan juga makan separo dari telur yang direbus tadi, dengan tiba-tiba mengalami nasib sama sebagaimana yang dialami Kyai Pasir. Sekujur badannya menjadi sakit, kaku dan panas bukan main. Nyai Pasir menjadi kebingungan, lari kesana kemari, tidak karuan apa yang dilakukan.Karena derita yang disandang ini akhirnya Nyai Pasir lari ke ladang bermaksud menemui suaminya untuk minta pertolongan. Tetapi apa yang dijuumpai. Bukannya Kyai Pasir, melainkan seekor ular naga yang besar sekali dan menakutkan. Melihat ular naga yang besar itu Nyai Pasir terkejut dan takut bukan kepalang. Tetapi karena sakit yang disandangnya semakin parah, Nyai Pasir tidak mampu lagi bertahan dan rebahlah ke tanah. Nyai Pasir mangalami nasib gaib yang sama seperti yang dialami suaminya. Demikian ia rebah ke tanah, badannya berubah wujud menjadi seekor ular naga yang besar, bersungut, berjampang, giginya panjang dan runcing sangat mengerikan. Kedua naga itu akhirnya berguling-guling kesana kemari, bergeliat-geliat di tanah ladang itu, menyebabkan tanah tempat kedua naga berguling-guling itu menjadi berserakan dan bercekung-cekung seperti dikeduk-keduk. Cekungan itu makin lama makin luas dan dalam, sementara kedua naga besar itu juga semakin dahsyat pula berguling-guling dan tiba-tiba dari dalam cekungan tanah yang dalam serta luas itu menyembur air yang besar memancar kemana-mana. Dalam waktu sekejap saja, cekungan itu sudah penuh dengan air dan ladang Kyai Pasir berubah wujud mejadi kolam besar yang disebut Telaga. Telaga ini oleh masyarakat setempat terdahulu dinamakan Telaga Pasir, karena telaga ini terwujud disebabakan oleh ulah Kyai Pasir dan Nyai Pasir.

SawerigadingCerita Rakyat Sulawesi SelatanSawerigading adalahPutra Raja Luwu Batara Lattu', dari Kerajaan Luwu Purba, Sulawesi Selatan, Indonesia. Dalam bahasa setempat,Sawerigadingberasal dari dua kata, yaitusaweyang berarti menetas (lahir) danri gadingyang berarti diatas bambu betung. Jadi, Sawerigading berarti keturunan dari orang yang menetas (lahir) diatas bambu betung. Menurut cerita, ketika Batara Guru (kakek Sawerigading yang merupakan keturunan dewa) pertama kali diturunkan ke bumi, ia ditempatkan di atas bambu betung. Sawerigading mempunyai saudara kembar perempuan yang bernamaWe Tenriabeng. Namun, sejak kecil hingga dewasa mereka dibesarkan secara terpisah, sehingga mereka tidak saling mengenal. Suatu ketika, saat bertemu dengan adik kandungnya itu, Sawerigading jatuh cinta dan berniat untuk melamarnya. Berhasilkah Sawerigading menikahi We Tenriabeng, saudara kandungnya itu? Kisah selengkapnya dapat kita ikuti dalam cerita Sawerigading berikut ini.

Alkisah, di daerah Luwu, Sulawesi Selatan, hiduplah seorang raja bernama La Togeq Langiq atau lebih dikenal dengan panggilan Batara Lattu'. Sang raja mempunyai dua orang istri, yaitu satu dari golongan manusia biasa (penduduk dunia nyata) bernama We Opu Sengengeng dan satu lagi berasal dari bangsa jin. Dari perkawinannya dengan We Opu Sengengeng lahir sepasang anak kembar emas, yakni seorang laki-laki bernama Sawerigading dan seorang perempuan bernama We Tenriabeng. Berdasarkan ramalan Batara Guru (ayah Raja Luwu), Sawerigading dan We Tenriabeng kelak akan saling jatuh cinta dan menikah. Padahal menurut adat setempat, seseorang sangat pantang menikahi saudara kandung sendiri. Agar tidak melanggar adat tersebut, Raja Luwu pun membesarkan kedua anak kembarnya tersebut secara terpisah. Ia menyembunyikan anak perempuannya (We Tenriabeng) di atas loteng istana sejak masih bayi.Waktu terus berjalan, Sawerigading tumbuh jadi pemuda yang gagah dan tampan, sedangkan We Tenriabeng tumbuh menjadi gadis yang cantik jelita. Namun, sepasang anak kembar tersebut belum saling mengenal.Pada suatu hari, Sawerigading bersama sejumlah pengawal istana diutus oleh ayahnya berlayar ke Negeri Taranati (Ternate) untuk mewakili Kerajaan Luwu dalam sebuah pertemuan para pangeran. Namun sebenarnya tujuan utama Sawerigading diutus pergi jauh ke Ternate karena saudara kembarnya We Tenriabeng akan dilantik jadi bissu dalam sebuah upacara umum, yang tentu saja tidak boleh dihadirinya karena dikhawatirkan akan bertemu dengan We Tenriabeng.Dalam perjalanan menuju ke Negeri Ternate, Sawerigading mendapat kabar dari seorang pengawalnya bahwa ia mempunyai saudara kembar yang cantik jelita. Sawerigading tersentak kaget mendengar kabar tersebut."Apa katamu? Aku mempunyai saudara kembar perempuan?" tanya Sawerigading dengan kaget."Benar, Pangeran! Saudara mu itu bernama Tenriabeng. Ia disembunyikan dan dipelihara di atas loteng istana sejak kecil," ungkap pengawal itu.Sekembalinya dari Ternate, Sawerigading langsung mencari saudara kembarnya yang disembunyikan di atas loteng istana.Tak pelak lagi, Sawerigading langsung jatih cinta saat melihat saudara kembarnya itu dan memutuskan untuk menikahinya. Raja Luwu Batara Luttu' yang mengetahui rahasia keluarga istana tersebut terbongkar segera memanggil putranya itu untuk menghadap."Wahai, putraku! Mengharap pendamping hidup untuk saling menentramkan hati bukanlah yang keliru. Tapi, perlu kamu ketahui bahwa menikahi saudara kandung sendiri merupakan pantangan terbesar dalam adat istiadat kita. Jika adat ini dilanggar, bencana akan menimpa negeri ini. Sebaiknya urungkanlah niatmu itu, Putraku!" bujuk Raja Luwu Batara Lattu'.Namun, bujukan ayahandanya tersebut tidak menyurutkan niat Sawerigading untuk menikahi adiknya. Namun, akhirnya Sawerigading mengalah setelah We Tenriabeng memberitahunya bahwa di Negeri Cina (bukan Cina Tiongkok, tapi daerah Ternate, Kabupaten Bone Sulawesi Selatan) mereka mempunyai saudara sepupu yang sangat mirip dengannya."Bang, pergilah ke Negeri Cina! Kita mempunyai saudara sepupu yang bernama We Cudai. Ayahanda pernah bercerita bahwa aku dan We Cudai bagai pinang dibelah dua," bujuk We Tenriabeng.

"Benar. Putraku! Wajah dan perawakan We Cudai sama benar dengan adikmu We Tenriabeng," sahut Raja Luwu Batara Luttu'.Untuk membuktikan kebenaran kata-katanya, We Tenriabeng memberikan sehelai rambut, sebuah gelang dan cincinnya kepada Sawerigading. We Tenriabeng juga berjanji jika perkataannya tidak benar, ia bersedia menikah dengan Sawerigading."Bang! Jika rambut ini tidak sama panjang dengan rambut We Cudai, gelang dan cincin ini tidak cocok dengan pergelangan dan jarinya, aku bersedia menikah dengan Abang," kata We Tenriabeng.Akhirnya, Sawerigading pun bersedia berangkat ke Negeri Cina, walaupun dihatinya ada rasa kecewa keepada orang tuanya karena tidak diizinkan menikahi adiknya. Untuk berlayar ke Negeri Cina, Sawerigading harus menggunakan kapal besar yang terbuat dari kayuwelerennge(kayu Belanda) yang mampu menahan hantaman badai dan ombak besar di tengah laut."Wahai, Putraku! Untuk memenuhi keinginanmu meperistri We Cudai, besok pergilah ke hulu Sungai Saqdan menebang pohon welerennge raksasa untuk dibuat perahu!" perintah Raja Luwu Batara Lattu'.Keesokan harinya, berangkatlah Sawerigading ke tempat yang dimaksud ayahnya itu. Ketika sampai di tempat itu, ia pun segera menebang pohon raksasa tersebut. Anehnya, walaupun batang dan pangkalnya telah terpisah, pohon raksasa itu tetap tidak mau roboh. Namun, hal itu tidak membuatnya putus asa. Keesokan harinya, Sawerigading kembali menebang pohon ajaib itu, tapi hasilnya tetap sama. Kejadian aneh ini terulang hingga tiga hari berturut-turut. Sawerigading pun mulai putus asa dan hatunya sangat galau memikirkan apa gerangan penyebabnya.Mengetahui kegalauan hati abangnya, pada malam harinya We Tenriabeng secara diam-diam pergi ke hulu Sungai Saqdan. Sungguh ajaib! Hanya sekali tebasan, pohon raksasa itu pun roboh ke tanah;Dengan ilmu yang dimilikinya, We Tenriabeng segera mengubah pohon raksasa itu menjadi sebuah perahu layar yang siap untuk mengarungi samudera luas.Keesokan harinya, Sawerigading kembali ke hulu Sungai Saqdan. Betapa terkejutnya ia ketika melihat pohon welerennge raksasa yang tak kunjung bisa dirobohkannya kini telah berubah menjadi sebuah perahu layar."Hei, siapa yang melakukan semua ini?" gumam Sawerigading heran."Ah, tidak ada gunanya aku memikirkan siapa yang membantuku membuat perahu layar ini. Yang pasti aku harus segera pulang untuk menyiapkan perbekalan yang akan aku bawa berlayar ke Negeri Cina," pungkasnya seraya bergegas pulang ke istana.Setelah menyiapkan sejumlah pengawal dan perbekalan yang diperlukan, berangkatlah Sawerigading bersama rombongannya menuju Negeri Cina. Dalam perjalanan, mereka menemui berbagai tantangan dan rintangan hantaman badai dan ombak serta serangan para perompak. Namun, berkat izin Tuhan Yang Mahakuasa, Sawerigading bersama pasukannya melalui semua rintangan tersebut dan selamat sampai tujuanSetibanya di Negeri Cina, Sawerigading mendengar kabar bahwa We Cudai telah bertunangan dengan seorang pemuda bernama Settiyabonga. Namun, hal itu tidak menyurutkan niatnya untuk melihat langsung kecantikan wajah We Cudai. Untuk itu, ia pun memutuskan untuk menyamar menjadi pedagang orangoro(berkulit hitam). Untuk memenuhi penyamarannya, ia harus mengorbankan satu nyawa orangoro sebagai tumbal. Pada mulanya, orangoroyang akan dijadikan tumbal tersebut mengiba kepadanya."Ampun, Tuan! Jika kulit saya dijadikan pembungkus tubuh Tuan, tentu saya meninggal."Namun, setelah Sawerigading membujuknya dengan tutur kata yang halus, akhirnya orangoroitu pun bersedia memenuhi permintaannya. Setelah itu, Sawerigading segera menuju ke istana sebagaioropedagang. Setibanya di istana, ia terkagum-kagum melihat kecantikan We Cudai?"Benar kata Ayahanda, We Cudai dan We Tenriabeng bagai pinang dibelah duda. Perawakan mereka benar-benar serupa," ucap Sawerigading.Setelah membuktikan kecantikan We Cudai, Sawerigading segera mengirim utusan untuk melamarnya dan lamarannya pun diterima oleh keluarga istana Kerajaan Cina. Namun, sebelum pesta pernikahan dilangsungkan, We Cudai mengirim seorang pengawal istana untuk mengusut siapa sebenarnya calon suaminya itu.Suatu hari, utusan itu mendekati perahu layar Sawerigading yang tengah bersandar di pelabuhan. Keberulan, saat itu para pengawal Sawerigading yang berbulu lebat sedang mandi. Utusan itu ketakutan saat melihat tampang mereka yang dikiranya "orang-orang biadab" dan mengira bahwa wujud Sawerigading serupa dengan mereka. Ia pun segera kembali ke istana untuk menyampaikan kabar tersebut kepada We Cudai. Mendengar kabar tersebut, We Cudai pun berniat untuk membatalkan pernikahannya dan mengembalikan semua mahar Sawerigading.Sawerigading yang mendengar kabar buruk tersebut segera menghapus penyamarannya sebagai orangorodan mengenakan pakaian kebesarannya, lalu segera menghadap Raja Cina. Sesampainya di istana, ia pun segera menceritakan asal-usul dan maksud kedatangannya ke Negeri Cina."Ampun, Baginda Raja! Perkenalkan nama Ananda Sawerigading Putra Raja Luwu Batara Lattu' dari Sulawesi Selatan. Ananda datang menghadap membawa amanat Ayahanda dengan harapan sudilah kiranya Baginda menerima Ananda sebagai menantu Baginda," ungkap Sawerigading."Hai, Anak Muda! Kamu jangan mengaku-ngaku! Apa buktinya bahwa kamu adalah putra dari saudaraku itu?" tanya Raja Cina.Sawerigading pun segera memperlihatkan sehelai rambut, sebuah gelang dan cincin pemberian We Tenriabeng kepada Raja Cina seraya menceritakan semua kejadian yang dialaminya hingga ia bisa sampai ke Negeri Cina. Mendengar harapan dan permohonan saudaranya melalui keponakannya itu, Raja Cina terdiam sejenak, lalu berkata:"Baiklah! Sekarang aku percaya bahwa kamu adalah keponakan ku. Ayahanda mu dulu pernah mengirimkan kabar kepada ku bahwa ia mempunyai anak kembar emas. Anaknya yang perempuan wajah dan perawakannya serupa dengan putri ku."Untuk lebih meyakinkan dirinya, Raja Cina segera memanggil putrinya untuk menghadap. Tak berapa lama, We Cudai pun datang dan duduk di samping ayahandanya. Saat melihat pemuda tampan yang duduk di hadapan ayahandanya, We Cudai tampak gugup dan hatinya tiba-tiba berdetak kencang. Rupanya, ia jatuh hati kepada pemuda itu yang tak lain adalah Sawerigading."Ada apa gerangan Ayahanda memanggil Ananda?" tanya We Cudai tertunduk malu-malu."Wahai Putri ku, ketahuilah! Sesungguhnya orang yang melamar mu beberapa hari yang lalu ternyata sepupu mu sendiri. Namanya Sawerigading, Ayahanda bersaudara dengan ayahnya. Tapi, untuk meyakinkan kebenaran ini, cobalah kamu cocokkan panjang rambut ini dengan panjang rambut mu dan pakailah gelang dan cincin ini!" pinta Raja Cina seraya memberikan sehelai rambut, sebuah gelang dan cincin itu kepada putrinya.Setelah We Cudai mengenakan gelang dan cincin tersebut, maka semakin yakinlah Raja Cina bahwa Sawerigading benar-benar keponakannya. Gelang dan cincin tersebut semuanya cocok dikenakan oleh We Cudai. Begitu pula rambutnya sama panjangnya dengan rambut We Tenriabeng."Bagaimana, Putri ku! Apakah kamu bersedia menerima kembali lamaran Sawerigading untuk mempererat tali persaudaraan kita dengan keluarga Sawerigading di Sulawesi Selatan?" tanya Raya Cina."Baik, Ayahanda! Jika Ayahanda merestui, Ananda bersedia menikah dengan Sawerigading. Ananda mohon maaf karena sebelumnya mengira Sawerigading bukan keluarga baik-baik," jawab We Cudai malu-malu.Betapa bahagianya perasaan Raja Cina mendengar jawaban putrinya itu. Demikian pula yang dirasakan Sawerigading karena lamarannya diterima. Dengan perasaan bahagia, ia segera kembali ke kapalnya untuk menyampaikan berita gembira itu kepada para pengawalnya dan memerintahkan mereka mengangkat semua barang bawaan yang ada di perahu ke istana untuk keperluan pesta. Tiga hari kemudian, pesta pernikahan itu pun dilangnsungkan dengan meriah. Segenap rakyat Negeri Cina turut menyaksikan pesta pernikahan tersebut.Setahun kemudian, Sawerigading dan We Cudai dikaruniai oleh seoarang anak yang diberi nama La Galigo. Namun, bagi We Cudai, kebahagiaan tersebut terasa belum lengkap jika belum bertemu dengan mertuanya. Suatu hari, ia pun mengajak suaminya ke Sulawesi Selatan untuk mengunjungi mertuanya. Mulanya, Sawerigading menolak ajakan istrinya, karena ia sudah berjanji tidak ingin kembali ke kampung halamannya karena kecewa kepada kedua orang tuanya yang telah menolak keinginannya menikahi saudara kembarnya. Namun, karena istrinya terus mendesaknya, akhirnya ia pun menyetujuinya Keesokan harinya, berangkatlah sepasang suami istri itu bersama beberapa orang pengawal menuju Negeri Luwu. Akan tetapi, mereka tidak membawa serta putra mereka (La Galigo) karena masih bayi. Dalam perjalanan, Sawerigading bersama rombongan kembali menemui banyak rintangan. Perahu yang mereka tumpangi hampir tenggelam di tengah laut karena dihantam badai dan gelombang besar. Berkat pertolongan Tuhan Yang Mahakuasa, mereka pun selamat sampai di Negeri LuwuSetelah bertahun-tahun lamanya Sawerigading bersama istrinya tinggal di Negeri Luwu, terdengarlah kabar bahwa di Tanah Jawa berkembang ajaran Islam. Sawerigading pun segera memerintahkan pasukannya untuk memerangi ajaran tersebut. Namun apa yang terjadi setelah pasukannya tiba di tanah Jawa? Rupanya, mereka bukannya memerangi penganut ajaran agama tersebut, tetapi justru berbalik memeluk agama Islam. Bahkan sebagian anggota pasukannya memutuskan untuk menetap di Tanah Jawa. Sementara anggota pasukan lainnya kembali ke Negeri Luwu untuk melaporkan kabar tersebut kepada Sawerigading dan sekaligus mengajaknya untuk memeluk agama Islam. Karena kesal atas penghianatan pasukannya itu dan tidak ingin masuk agama Islam, Sawerigading bersama istrinya memutuskan untuk kembali ke Negeri Cina dan berjanji tidak ingin mengijakkan kaki lagi di Negeri Luwu. Dalam perjalanan pulang ke Negeri Cina, kapal yang mereka tumpangi karam di tengah laut. Konon, pasangan suami-istri tersebut menjadi penguasaburiq liuatau peretiwi(dunia bawah laut).

Daftar Pustaka

Marina Asril Reza, 2011, 108Cerita Rakyat Terbaik Asli Nusantara (Cerita Kepahlawanan, Mitos, Legenda, Dongeng, & Fabel dari 33 Provinsi), Jakarta: Visimediahttp://dongengkakrico.wordpress.comhttp://dongengceritarakyat.blogspot.com/ http://kekunaan.blogspot.comhttp://www.lokerseni.web.idhttp://id.wikipedia.orghttp://google.com

3