20
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Amanah dari tujuan pembangunan nasional Republik Indonesia adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur, baik moril maupun materil berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945. Guna mewujudkan tujuan pembangunan nasional tersebut, salah satu jalan yang ditempuh adalah menjamin keamanan masyarakatnya, baik dalam kelangsungan hidupnya maupun dalam melakukan sesuatu yang tidak dilarang oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penjaminan keamanan terhadap warga masyarakat tetap harus dilaksanakan, walaupun negara dalam keadaan darurat sekalipun. Keadaan darurat Negara Republik Indonesia dalam 10 (sepuluh) tahun belakangan ini adalah berupa krisis ekonomi yang berakibat diantaranya banyak bank-bank yang bangkrut dan dicabut izin usahanya. Padahal disana terhimpun dana masyarakat Indonesia yang sangat besar, yang jika dibiarkan bukan hanya negara yang dirugikan, melainkan masyarakat pengguna jasa bank yang sangat dirugikan dan juga akan menghilangkan kepercayaan masyarakat terhadap perbankan. Industri perbankan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam perekonomian nasional demi menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Stabilitas industri perbankan sangat mempengaruhi stabilitas perekonomian secara keseluruhan. 1

Lembaga Penjamin Simpanan

  • Upload
    acon

  • View
    19

  • Download
    5

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Makalah LPS Mata Kuliah Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya

Citation preview

Page 1: Lembaga Penjamin Simpanan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Amanah dari tujuan pembangunan nasional Republik Indonesia adalah mewujudkan

masyarakat Indonesia yang adil dan makmur, baik moril maupun materil berdasarkan

Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Guna mewujudkan tujuan pembangunan

nasional tersebut, salah satu jalan yang ditempuh adalah menjamin keamanan masyarakatnya,

baik dalam kelangsungan hidupnya maupun dalam melakukan sesuatu yang tidak dilarang

oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Penjaminan keamanan terhadap warga masyarakat tetap harus dilaksanakan, walaupun

negara dalam keadaan darurat sekalipun. Keadaan darurat Negara Republik Indonesia dalam

10 (sepuluh) tahun belakangan ini adalah berupa krisis ekonomi yang berakibat diantaranya

banyak bank-bank yang bangkrut dan dicabut izin usahanya. Padahal disana terhimpun dana

masyarakat Indonesia yang sangat besar, yang jika dibiarkan bukan hanya negara yang

dirugikan, melainkan masyarakat pengguna jasa bank yang sangat dirugikan dan juga akan

menghilangkan kepercayaan masyarakat terhadap perbankan.

Industri perbankan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam

perekonomian nasional demi menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi

nasional. Stabilitas industri perbankan sangat mempengaruhi stabilitas perekonomian secara

keseluruhan.

Pada tahun 1998, krisis moneter dan perbankan yang menghantam Indonesia, yang

ditandai dengan dilikuidasinya 16 bank, mengakibatkan menurunnya tingkat kepercayaan

masyarakat pada sistem perbankan. Untuk mengatasi krisis yang terjadi, pemerintah

mengeluarkan beberapa kebijakan diantaranya memberikan jaminan atas seluruh kewajiban

pembayaran bank, termasuk simpanan masyarakat (blanket guarantee). Hal ini ditetapkan

dalam Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1998 tentang Jaminan Terhadap Kewajiban

Pembayaran Bank Umum dan Keputusan Presiden Nomor 193 Tahun 1998 tentang Jaminan

Terhadap Kewajiban Pembayaran Bank Perkreditan Rakyat.

Dalam pelaksanaannya, blanket guarantee memang dapat menumbuhkan kembali

kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan, namun ruang lingkup penjaminan yang

terlalu luas menyebabkan timbulnya moral hazard baik dari sisi pengelola bank maupun

masyarakat.

1

Page 2: Lembaga Penjamin Simpanan

Untuk mengatasi hal tersebut dan agar tetap menciptakan rasa aman bagi nasabah

penyimpan serta menjaga stabilitas sistem perbankan, program penjaminan yang sangat luas

lingkupnya tersebut perlu digantikan dengan sistem penjaminan yang terbatas.

Dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

mengamanatkan pembentukan suatu Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sebagai pelaksana

penjaminan dana masyarakat.

Pada tanggal 22 September 2004, Presiden Republik Indonesia mengesahkan Undang-

undang Republik Indonesia Nomor 24 tentang Lembaga Penjamin Simpanan. Berdasarkan

Undang-Undang tersebut, dibentuk LPS, suatu lembaga independen yang berfungsi

menjamin simpanan nasabah penyimpan dan turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem

perbankan sesuai dengan kewenangannya. Undang-undang ini berlaku efektif sejak tanggal

22 September 2005, dan sejak tanggal tersebut LPS resmi beroperasi.

Dengan begitu besarnya amanah yang diharapkan dengan lembaga penjamin simpanan,

bukanlah hal yang mudah bagi lembaga penjamin simpanan untuk melaksanakan tugas yang

dibebankan kepadanya, apalagi dalam masa sekarang ini yang masih bergejolak

permasalahan perbankan, sehingga akan banyak permasalahan yang harus dihadapinya.

Salah satu permasalahan disektor perbankan yang dihadapi LPS adalah langkah

penyelamatan yang diambil pada tahun 2008 dan 2009 dengan menyuntikkan dana senilai

Rp 6,7 triliun kepada Bank Century (kini Bank Mutiara). Langkah tersebut bagi sebagian

orang dinilai merupakan kerugian keuangan Negara.

Atas dasar tersebut, penulis ingin melihat bagaimana peran yang dilakukan oleh Lembaga

Penjamin Simpanan dalam mengatasi permasalahan perbankan yang dialami oleh Bank

Century (kini Bank Mutiara) pada tahun 2008.

B. Indentifikasi dan Ruang Lingkup Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka dapat diidentifikasi 2

masalah yang akan dibahas, yaitu:

1. Bagaimana langkah yang diambil oleh LPS dalam penyelamatan Bank Century?

2. Apa sumber dana LPS yang digunakan untuk penyelamatan Bank Century?

Ruang lingkup permasalahan ini adalah mengenai peran LPS dalam fungsi dan tugasnya

sebagai lembaga pemerintah yang menjamin simpanan nasabah sesuai yang diamanatkan di

dalam perundang-undangan.

2

Page 3: Lembaga Penjamin Simpanan

C. Manfaat

Adapun manfaat yang ingin diperoleh dari penulisan makalah ini yaitu:

1. Untuk menambah wawasan bagi pembaca mengenai bentuk, tugas dan wewenang dari

Lembaga Penjamin Simpanan.

2. Sebagai sarana bagi penulis untuk mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuan

yang diperoleh penulis dari bangku kuliah.

D. Tinjauan Pustaka

1. Bentuk & Organisasi

a. Bentuk & Status

1) LPS dibentuk oleh Pemerintah Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 24

Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan.

2) LPS adalah badan hukum berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004

tentang Lembaga Penjamin Simpanan.

3) LPS merupakan lembaga yang independen, transparan, dan akuntabel dalam

melaksanakan tugas dan wewenangnya.

4) LPS bertanggung jawab kepada Presiden.

5) LPS berkedudukan di Jakarta dan dapat mempunyai kantor perwakilan di wilayah

negara Republik Indonesia.

b. Susunan Dewan Komisioner LPS

Ketua Dewan Komisioner : Heru BudiargoAnggota Dewan Komisoner merangkap Plt. Kepala Eksekutif

: Fauzi Ichsan

Anggota ex officio Bank Indonesia : Ronald WaasAnggota ex officio Otoritas Jasa Keuangan

: Nelson Tampubolon

Anggota ex officio Kementerian Keuangan

: Robert Pakpahan

c. Direktur Eksekutif LPS

Direktur Eksekutif Klaim dan Resolusi Bank

: Ferdinan Dwikoraja Purba

Direktur Eksekutif Penjaminan dan Manajemen Resiko

: Salusra Satria

Direktur Eksekutif Administrasi dan Sistem Informasi

: Poltak L. Tobing

Direktur Eksekutif Keuangan : R. Budi SantosoDirektur Eksekutif Hukum : Robertus Bilitea

2. Fungsi, Tugas & Wewenang

3

Page 4: Lembaga Penjamin Simpanan

a. Fungsi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)

1) Menjamin simpanan nasabah penyimpan.

2) Turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan

kewenangannnya.

b. Tugas Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)

1) Merumuskan dan menetapkan kebijakan pelaksanaan penjaminan simpanan.

2) Melaksanakan penjaminan simpanan.

3) Merumuskan dan menetapkan kebijakan dalam rangka turut aktif memelihara

stabilitas sistem perbankan.

4) Merumuskan, menetapkan, dan melaksanakan kebijakan penyelesaian Bank

Gagal yang tidak berdampak sistemik.

5) Melaksanakan penanganan Bank Gagal yang berdampak sistemik.

c. Wewenang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)

1) Menetapkan dan memungut premi penjaminan.

2) Menetapkan dan memungut kontribusi pada saat bank pertama kali menjadi

peserta.

3) Melakukan pengelolaan kekayaan dan kewajiban LPS.

4) Mendapatkan data simpanan nasabah, data kesehatan bank, laporan keuangan

bank, dan laporan hasil pemeriksaan bank sepanjang tidak melanggar kerahasiaan

bank.

5) Melakukan rekonsiliasi, verifikasi, dan/atau konfirmasi atas data tersebut pada

angka 4.

6) Menetapkan syarat, tata cara, dan ketentuan pembayaran klaim.

7) Menunjuk, menguasakan, dan/atau menugaskan pihak lain untuk bertindak bagi

kepentingan dan/atau atas nama LPS, guna melaksanakan sebagian tugas tertentu.

8) Melakukan penyuluhan kepada bank dan masyarakat tentang penjaminan

simpanan.

9) Menjatuhkan sanksi administratif.

3. Visi, Misi & Nilai

a. Visi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)

Menjadi lembaga penjamin simpanan yang dipercaya dalam memelihara stabilitas

sistem perbankan nasional.

b. Misi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)

4

Page 5: Lembaga Penjamin Simpanan

1) Mewujudkan program penjaminan simpanan yang efektif.

2) Berperan aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan nasional.

c. Nilai-nilai Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)

1) Profesional

2) Integritas

3) Layanan Prima

4) Proaktif

5) Sinergi

4. Penjaminan Simpanan

(1) Kepesertaan

1) Setiap Bank yang melakukan kegiatan usaha di wilayah Negara Republik

Indonesia wajib menjadi peserta Penjaminan.

2) Bank peserta penjaminan meliputi seluruh Bank Umum (termasuk kantor cabang

dari bank yang berkedudukan di luar negeri yang melakukan kegiatan perbankan

dalam wilayah Republik Indonesia) dan Bank Perkreditan Rakyat, baik bank

konvensional maupun bank berdasarkan prinsip syariah.

3) Kantor cabang dari bank yang berkedudukan di Indonesia yang melakukan

kegiatan perbankan di luar wilayah Republik Indonesia tidak termasuk dalam

Penjaminan.

(2) Kewajiban Bank Peserta

Sebagai peserta Penjaminan, setiap bank yang melakukan kegiatan usaha di Indonesia

mempunyai kewajiban untuk:

1) Menyerahkan dokumen sebagai berikut:

a) Salinan anggaran dasar dan/atau akta pendirian bank;

b) Salinan dokumen perizinan bank;

c) Surat keterangan tingkat kesehatan bank; dan

d) Surat pernyataan dari Direksi, Komisaris, Pengendali, kantor pusat dari

cabang bank asing, dan Pemegang Saham Bank.

2) Membayar kontribusi kepesertaan

3) Membayar premi penjaminan dan menyampaikan copy bukti pembayaran premi

(transfer advance)

4) Menyampaikan perhitungan premi

5) Menyampaikan laporan secara berkala, yaitu:

5

Page 6: Lembaga Penjamin Simpanan

a) Laporan Posisi Simpanan;

b) Laporan Keuangan Bulanan;

c) Laporan Tahunan yang telah diaudit;

d) Laporan Susunan Pemegang Saham, Pengendali bagi bank yang berbadan

hukum koperasi, direksi, dan komisaris bank setiap kali ada perubahan.

6) Menyampaikan laporan perubahan alamat

7) Menempatkan bukti kepesertaan di dalam kantor bank atau tempat lainnya

sehingga dapat diketahui dengan mudah oleh masyarakat

8) Menempatkan pengumuman pada seluruh kantor bank yang dapat diketahui

dengan mudah oleh nasabah mengenai:

a) Maksimum tingkat bunga yang dianggap wajar yang ditetapkan LPS; dan

b) Maksimum nilai simpanan yang dijamin LPS.

(3) Simpanan yang Dijamin

1) Simpanan yang dijamin meliputi giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan, dan

atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu

2) Simpanan nasabah Bank berdasarkan Prinsip Syariah

3) Simpanan yang dijamin mencakup pula simpanan yang berasal dari bank lain

4) Nilai Simpanan yang dijamin LPS mencakup saldo pada tanggal pencabutan izin

usaha Bank

5) Saldo tersebut berupa:

a) Pokok ditambah bagi hasil yang telah menjadi hak nasabah, untuk Simpanan

yang memiliki komponen bagi hasil yang timbul dari transaksi dengan prinsip

syariah;

b) Pokok ditambah bunga yang telah menjadi hak nasabah, untuk Simpanan yang

memiliki komponen bunga;

c) Nilai sekarang per tanggal pencabutan izin usaha dengan menggunakan

tingkat diskonto yang tercatat pada bilyet, untuk Simpanan yang memiliki

komponen diskonto.

6) Saldo yang dijamin untuk setiap nasabah pada satu Bank adalah hasil

penjumlahan saldo seluruh rekening Simpanan nasabah pada Bank tersebut, baik

rekening tunggal maupun rekening gabungan (joint account)

7) Untuk rekening gabungan (joint account), saldo rekening yang diperhitungkan

bagi satu nasabah adalah saldo rekening gabungan tersebut yang dibagi secara

prorata dengan jumlah pemilik rekening

6

Page 7: Lembaga Penjamin Simpanan

8) Dalam hal nasabah memiliki rekening tunggal dan rekening gabungan (joint

account), saldo rekening yang terlebih dahulu diperhitungkan adalah saldo

rekening tunggal

9) Dalam hal nasabah memiliki rekening yang dinyatakan secara tertulis

diperuntukkan bagi kepentingan pihak lain (beneficiary), maka saldo rekening

tersebut diperhitungkan sebagai saldo rekening pihak lain (beneficiary) yang

bersangkutan

10) Sejak 13 Oktober 2008, saldo yang dijamin untuk setiap nasabah pada satu bank

adalah paling banyak sebesar Rp 2 Milyar

(4) Tingkat Bunga Penjaminan

Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menetapkan tingkat bunga penjaminan untuk

periode tanggal 15 Mei 2015 s.d. 14 September 2015 sebagai berikut:

1) Untuk BPR tingkat bunga penjaminan sebesar 10,25%

2) Untuk Bank Umum tingkat bunga penjaminan sebesar 7,75% atas mata uang

Rupiah, dan sebesar 1,5% atas mata uang asing (valas).

5. Penyelamatan Bank

Berikut di bawah ini adalah diagram alur penanganan bank gagal sistemik oleh LPS.

Dalam penanganan bank gagal sistemik oleh LPS, ada beberapa syarat yang harus

dipenuhi apabila mengikutsertakan pemegang saham, yaitu:

(1) Pemegang saham bersedia setor minimal 20% estimated rescuing cost

7

Bank dalam pengawasan khusus

maksimal 6 bulan

Bank gagal sistemik Mengikutsertakan pemegang saham? *)

Pemegang saham setor minimal 20%

LPS setor PMS maksimal 80%

LPS mengambil alih RUPS

LPS setor PMS 100%

Tindakan penyelamatan oleh

LPS

Divestasi(maks. 3 thn + 1 thn + 1 thn)

Normal Bank

YA

TIDAK

Page 8: Lembaga Penjamin Simpanan

(2) Kesediaan RUPS menyerahkan penanganan ke LPS

(3) Menyerahkan dokumen-dokumen kepada LPS

Berikut di bawah ini adalah diagram alur penyelesaian bank gagal non sistemik oleh LPS

Dalam penanganan bank gagal nonsistemik oleh LPS, ada beberapa syarat yang harus

dipenuhi apabila diselamatkan, yaitu:

(1) Biaya penyelamatan lebih rendah dari biaya tidak menyelamatkan

(2) Memiliki prospek usaha

(3) Kesediaan RUPS menyerahkan penyelesaian ke LPS

(4) Menyerahkan dokumen-dokumen kepada LPS

8

Bank dalam pengawasan khusus

maksimal 6 bulan

Bank gagal NonsistemikDiselamatkan LPS?

Tindakan penyelamatan oleh LPS

Normal Bank

LPS usul pencabutan izin

bank

BI cabut izin usaha Bank

YA

TIDAK

LPS bayar klaim penjaminan

LPS melikuidasi bank

BI serahkan ke LPS

Page 9: Lembaga Penjamin Simpanan

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pembahasan Masalah

1. Langkah yang diambil LPS dalam penyelamatan Bank Century

Berdasarkan ketentuan Pasal 5 ayat (1) UU Nomor 24 Tahun 2004, dalam

menjalankan fungsi penjaminan simpanan nasabah penyimpan, LPS mempunyai tugas:

a. Merumuskan dan menetapkan kebijakan pelaksanaan penjaminan simpanan; dan

b. Melaksanakan penjaminan simpanan.

Bank Century merupakan salah satu bank di bawah penjaminan LPS dan di sisi lain LPS

bertugas untuk menyelamatkan Bank Century yang mengalami kondisi kesulitan

keuangan.

Cara yang ditempuh Pemerintah Republik Indonesia dalam penyelamatan Bank

Century melalui Lembaga Penjamin Simpanan adalah dengan mengucurkan dana kepada

rekening Bank Century yang ada di Bank Indonesia, yang secara keseluruhan berjumlah

Rp6,7 triliun. Dana sebesar Rp6,7 triliun tersebut merupakan Penyertaan Modal

Sementara (PMS) LPS kepada Bank Century yang bertujuan untuk memenuhi ketentuan

tingkat kesehatan bank, karena pemerintah menganggap bahwa kesulitan keuangan yang

dialami Bank Century berdampak sistemik. Dengan penempatan PMS tersebut, LPS

memiliki 99,99% saham Bank Century dalam bentuk penyertaan modal, namun aset yang

dimiliki oleh Bank Century tetap dikelola oleh manajemen. Pengembalian dana tersebut

nantinya dapat dilakukan melalui mekanisme penjualan saham Bank Century. Tindakan

penyertaan modal tersebut sesuai dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 pada

pasal sebagai berikut:

- Pasal 26 huruf b menyebutkan bahwa “Setelah RUPS menyerahkan hak dan

wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25, LPS dapat melakukan tindakan

melakukan penyertaan modal sementara”.

- Pasal 27 menyebutkan bahwa “Seluruh biaya penyelamatan bank yang dikeluarkan

oleh LPS menjadi penyertaan modal sementara LPS pada bank”.

Kemudian dalam dua tahun terhitung sejak LPS mengambil alih penanganan bank

gagal tersebut, LPS harus menjual saham bank Century dengan harga optimal, artinya

sebesar uang yang sudah dikeluarkan LPS untuk menyehatkan bank tersebut. Apabila

dalam dua tahun tidak terjual, maka LPS daat memperpanjang jangka waktu penjualan

9

Page 10: Lembaga Penjamin Simpanan

saham Bank Century sampai dengan dua tahun kedepan. Dan setelah dua tahun

perpanjangan saham tersebut tidak laku juga, LPS harus tetap menjual saham bank

tersebut dengan harga penawaran tertinggi. Artinya bisa dijual dengan harga di bawah

nilai yang dikeluarkan untuk menyelamatkan Bank Century. Langkah penjualan saham

bank tersebut diatur pada pasal berikut:

- Pasal 29 ayat (1) menyebutkan bahwa “Dalam perjanjian sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 28 ayat (1) diatur mengenai penggunaan hasil penjualan saham bank

yang telah diselamatkan dengan urutan sebagai berikut:

a. Pengembalian seluruh biaya penyelamatan yang telah dikeluarkan oleh LPS;

b. Pengembalian kepada pemegang saham lama sebesar ekuitas pada saat

penyerahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25”.

- Pasal 29 ayat (2) menyebutkan bahwa “Apabila setelah penggunaan hasil penjualan

saham bank sebagaimana dimaksud pada ayat (1) masih ada sisa, maka dibagi

secara proporsional kepada LPS dan pemegang saham lama dengan perbandingan

huruf a dan huruf b pada ayat (1)”.

- Pasal 30 yang menyebutkan bahwa:

(1) LPS wajib wajib menjual seluruh saham bank yang diselamatkan dalam jangka

waktu paling lama 2 (dua) tahun sejak penyerahan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 25.

(2) Penjualan saham sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara

terbuka dan transparan, dengan tetap mempertimbangkan tingkat pengembalian

yang optimal bagi LPS.

(3) Tingkat pengembalian yang optimal sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

paling sedikit sebesar seluruh penempatan modal sementara yang dikeluarkan

oleh LPS.

(4) Dalam hal tingkat pengembalian yang optimal sebagaimana dimaksud dalam

ayat (2) dan ayat (3) tidak dapat diwujudkan dalam jangka waktu paling lama 2

(dua) tahun, jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

diperpanjang sebanyak-banyaknya 2 (dua) kali dengan masing-masing

perpanjangan selama 1 (satu) tahun.

(5) Dalam hal tingkat pengembalian yang optimal sebagaimana dimaksud dalam

ayat (2) dan ayat (3) tidak dapat diwujudkan dalam jangka waktu perpanjangan

sebagaimana dimaksud pada ayat (4), maka LPS menjual saham bank tanpa

memperhatikan ketentuan ayat (3) dalam waktu 1 (satu) tahun berikutnya.

10

Page 11: Lembaga Penjamin Simpanan

Ketentuan pada pasal-pasal yang tertera di dalam Undang-Undang Nomor 24

Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan menjadi pedoman langkah LPS dalam

tugasnya melakukan penyertaan modal sementara pada Bank Century dan untuk

selanjutnya menjual kembali saham bank tersebut guna memperoleh kembali dana yang

telah dikeluarkan pada saat penyelamatan Bank Century.

2. Sumber dana yang digunakan oleh LPS dalam penyelamatan Bank Century

Sebelumnya banyak tanggapan yang menduga-duga bahwa dana yang dipergunakan

oleh Lembaga Penjamin Simpanan untuk penyelamatan Bank Century menggunakan

dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagaimana dilakukan oleh Badan

Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) dahulu, tetapi nyatanya dana yang disalurkan

oleh Lembaga Penjamin Simpanan kepada Bank Century adalah dananya sendiri yang

berasal dari pendapatan premi bank yang dijamin.

Biaya penanganan sebesar Rp.6,7 triliun merupakan tambahan modal Bank Century

yang disetorkan secara tunai via rekening Bank Century di Bank Indonesia sebesar

Rp5,31 triliun dan dalam bentuk penyerahan Surat Utang Negara (SUN) senilai

Rp1,45 triliun. Penyetoran tunai dilakukan via rekening giro Bank Century di Bank

Indonesia, sedangkan penyerahan SUN dilakukan secara langsung kepada Bank Century.

Penarikan sumber dana dan pengelolaan sumber dana yang dilakukan oleh LPS

terhadap penyelamatan Bank Century selain telah sesuai dengan ketentuan Pasal 16 dan

Pasal 17 Undang-undang Nomor 24 Tahun 2004, juga telah sejalan dengan ketentuan

Pasal 81 dan Pasal 82 Undang-undang Nomor 24 Tahun 2004. Adapun ketentuan kedua

pasal tersebut adalah sebagai berikut:

- Pasal 81 ayat (1) yang menyebutkan bahwa “Modal awal LPS ditetapkan sekurang-

kurangnya Rp4.000.000.000.000,00 (empat triliun rupiah) dan sebesar-besarnya

Rp8.000.000.000.000,00 (delapan triliun rupiah)”.

- Pasal 82 ayat (3) yang menyebutkan bahwa “LPS tidak dapat menempatkan investasi

pada bank atau perusahaan lainnya, kecuali dalam bentuk penyertaan modal

sementara dalam rangka penyelamatan atau penanganan Bank Gagal”.

11

Page 12: Lembaga Penjamin Simpanan

BAB III

KESIMPULAN

Dari pembahasan yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat diperoleh dua

kesimpulan sebagai berikut:

1. Langkah yang ditempuh oleh Lembaga Penjamin Simpanan dalam menyelamatkan Bank

Century adalah dengan penyertaan modal sementara sebesar Rp6,7 triliun, yang akan

dikembalikan 2 (dua) sampai 5 (lima) tahun melalui penjualan saham Bank Century

tersebut. Langkah ini sesuai dengan ketentuan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2004

tentang Lembaga Penjamin Simpanan. Kemudian hasil dari langkah ini cukup efektif

dengan melihat sampai saat ini Bank Century tetap beroperasional, walaupun namanya

telah diubah menjadi Bank Mutiara.

2. Sumber dana yang dipergunakan oleh Lembaga Penjamin Simpanan untuk penyelamatan

Bank Century keseluruhannya berasal dari pendapatan premi yang dibayar oleh bank-

bank peserta penjaminan, walaupun pada Lembaga Penjamin Simpanan masih terdapat

modal dari pemerintah. Penggunaan sumber dana inipun telah sejalan dengan ketentuan

Undang-undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan.

12

Page 13: Lembaga Penjamin Simpanan

DAFTAR PUSTAKA

http://www.lps.go.id

http://id.wikipedia.org/wiki/Aliran_Dana_Lembaga_Penjamin_Simpanan_pada_Bank_Century

Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan Nomor 5/PLPS/2006 tentang Penanganan Bank Gagal Yang Berdampak Sistemik

Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan Nomor 3/PLPS/2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan Nomor 5/PLPS/2006 tentang Penanganan Bank Gagak Yang Berdampak Sistemik

Undang-undang Nomor 24 tentang Lembaga Penjamin Simpanan

13