Upload
citra-hafilah-shabrina
View
520
Download
33
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sistem perawatan kesehatan berubah dengan cepat. Perawat jaman sekarang
berhadapan dengan klien yang mengharapkan asuhan keperawatan yang
berkualitas dan mengharapkan perawatan profesional sebagai penyedia
perawatan kesehatan terdidik dengan baik. Pelayanan keperawatan mempunyai
peranan penting dalam menentukan keberhasilan pelayanan kesehatan secara
keseluruhan.
Teori sistem sangat penting dalam dunia keperawatan karena mempelajari
suatu kerangka kerja yang berhubungan dengan keseluruhan aspek sosial
manusia, struktur masalah-masalah organisasi, serta perubahan hubungan internal
dan lingkungan disekitarnya. Keberhasilan sistem pelayanan kesehatan yang
terjalin pada perawat, dokter atau tim kesehatan lain akan berhasil secara
sempurna apabila ada sikap saling menunjang dalam melakukan praktik
keperawatan. Sistem ini akan memberikan kualitas pelayanan kesehatan yang
efektif dengan melihat nilai-nilai yang ada di masyarakat. Dalam pelayanan
kesehatan, keperawatan merupakan bagian penting dalam pelayanan kesehatan.
Para perawat diharapkan juga dapat memberikan pelayanan secara
berkualitas sehingga masyarakat akan merasa didukung dan diperhatikan dalam
meningkatkan kesehatan sehingga tidak ada perbedaan pendapat yang akan
terjalin antara perawat dan klien. Di samping itu dalam menerapkan prinsip-
prinsip perubahan perawat harus menerapkannya secara bersama-sama dan tidak
diskriminasi.
Suatu perubahan dan sistem pelayanan kesehatan yang ada dalam
masyarakat sangat penting dan sangat berpengaruh dalam kehidupan mereka.
Apalagi bila seorang perawat berhasil menerapkan praktik kesehatan yang baik
dalam masyarakat karena itu akan memudahkan seorang perawat dalam
1
menyelesaikan tugas. Pendekatan sistem dapat didefinisikan untuk memandang
sesuatu sebagai suatu sistem yang terdiri dari unsur-unsur, komponen-komponen,
elemen-elemen atau unit-unit yang saling berhubungan, saling berinteraksi,
saling tergantung dalam mencapai tujuan. Pendekatan sistem meliputi cara
berpikir tentang fenomena secara keseluruhan, metode atau teknik dalam
memecahkan masalah atau pengambilan keputusan (kesadaran adanya masalah
karena berbagai faktor).
Namun sangat disayangkan bahwa sistem pelayanan kesehatan dalam
keperawatan pada saat ini masih jauh dari apa yang diharapkan. Keadaan ini
bukan saja disebabkan oleh terbatasnya jumlah tenaga keperawatan yang kita
miliki, tetapi terutama dikarenakan oleh terbatasnya kemampuan profesional
yang dimiliki oleh sebagian besar jenis tenaga ini. Oleh karena itu, tim penulis
akan membahas tentang sistem pelayanan kesehatan khususnya keperawatan.
2. Perumusan Masalah
2.1 Bagaimana pelayanan keperawatan ditinjau dari konsep dan pendekatan
sistem?
2.2 Bagaimana pelayanan keperawatan dalam sistem pelayanan kesehatan di
Indonesia?
3. Tujuan Penulisan
3.1 Mampu mendefinisikan pengertian dan pendekatan sistem.
3.2 Mengidentifikasikan jenis sistem dan karakteristik dari setiap sistem.
3.3 Mampu menjelaskan jenis klien serta hak dan kewajiban klien.
3.4 Mampu membedakan jenis asuhan keperawatan dan peran perawat di
berbagai tingkat pelayanan kesehatan.
3.5 Mampu menerapkan konsep dan pendekatan sistem pelayanan kesehatan bila
suatu saat nanti melakukan praktik keperawatan.
4. Metode Analisis yang Digunakan
2
Metode analisis yang digunakan adalah dengan Colaborative Learning (CL).
Setiap anggota kelompok diberi tugas untuk mencari materi yang telah dibagikan
sebelumnya. Pekan berikutnya, setiap anggota berdiskusi dan berbagi informasi
sesuai dengan materi yang ditugaskan. Tim penulis juga menggunakan PBL
dalam menyelesaikan pertanyaan dari materi Sistem Pelayanan Kesehatan ini.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. KONSEP SISTEM
1.1 Pengertian Sistem
Kumpulan komponen-komponen yang saling berinteraksi, saling bergantung dan
secara bersama-sama bergerak untuk mencapai suatu tujuan.
1.2 Jenis-jenis Sistem (analisis dan desain sistem informasi, pendekatan terstruktur,
1995)
a. Sistem Tertentu
Sistem dimana operasi-operasi (input/output) yang terjadi didalamnya dapat
ditentukan / diketahui dengan pasti.
b. Sistem Tak Tentu
Sistem yang input dan prosesnya dapat didefinisikan, tetapi output yang
dihasilkan tidak dapat ditentukan dengan pasti (selalu ada sedikit
kesalahan/penyimpangan terhadap ramalan jalannya sistem).
c. Sistem Terbuka
Sistem yang mengalami pertukaran energi, materi atau informasi dengan
lingkungannya. Sistem ini cenderung memiliki sifat adaptasi, dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya sehingga dapat meneruskan
eksistensinya.
d. Sistem Tertutup
Sistem fisik di mana proses yang terjadi tidak mengalami pertukaran materi,
energi atau informasi dengan lingkungan di luar sistem tersebut.
e. Sistem Relatif Tertutup
Sistem yang tertutup tetapi tidak tertutup sama sekali untuk menerima
pengaruh-pengaruh lain. Sistem ini dalam operasinya dapat menerima
pengaruh dari luar yang sudah didefinisikan dalam batas-batas tertentu .
f. Sistem Buatan
Sistem yang meniru kejadian dalam alam. Sistem ini dibentuk berdasarkan
4
kejadian di alam di mana manusia tidak mampu melakukannya. Dengan kata
lain tiruan yang ada di alam.
g. Sistem Alamiah
Sistem yang dibentuk dari kejadian dalam alam.
h. Manned System
Sistem penjelasan tingkah laku yang meliputi keikut sertaan manusia. Sistem
ini dapat digambarkan dalam cara-cara sebagai berikut :
Sistem manusia-manusia.
Sistem yang menitik beratkan hubungan antar manusia.
Sistem manusia-mesin.
Sistem yang mengikutsertakan mesin untuk suatu tujuan.
Sistem mesin-mesin.
Sistem yang otomatis di mana manusia mempunyai tugas untuk memulai
dan mengakhiri sistem, sementara itu manusia dilibatkan juga untuk
memonitor sistem.
1.3 Karakteristik sistem ((analisis dan desain sistem informasi, pendekatan
terstruktur, 1995)
1.3.1 Komponen-komponen
Komponen sistem atau elemen sistem dapat berupa :
Elemen-elemen yang lebih kecil yang disebut sub sistem, misalkan
sistem komputer terdiri dari sub sistem perangkat keras, perangkat
lunak dan manusia.
Elemen-elemen yang lebih besar yang disebut supra sistem.
Misalkan bila perangkat keras adalah sistem yang memiliki sub
sistem CPU, perangkat I/O dan memori, maka supra sistem
perangkat keras adalah sistem komputer.
1.3.2 Batas sistem
Batas sistem merupakan daerah yang membatasi antara suatu
5
sistem dengan sistem yang lainnya atau dengan lingkungan luarnya.
Batas sistem ini memungkinkan suatu sistem dipandang sebagai
suatu kesatuan. Batas suatu sistem menunjukkan ruang lingkup dari
sistem tersebut.
1.3.3 Lingkungan luar sistem
Lingkungan dari sistem adalah apapun di luar batas dari sistem
yang mempengaruhi operasi sistem. Lingkungan luar sistem dapat
bersifat menguntungkan dan dapat juga bersifat merugikan sistem
tersebut. lingkungan luar yang mengutungkan merupakan energi
dari sistem dan dengan demikian harus tetap dijaga dan dipelihara.
Sedang lingkungan luar yang merugikan harus ditahan dan
dikendalikan, kalau tidak akan mengganggu kelangsungan hidup
dari sistem.
1.3.4 Penghubung
Penghubung merupakan media perantara antar subsistem. Melalui
penghubung ini memungkinkan sumber-sumber daya mengalir dari
satu subsistem ke subsistem lainnya. Output dari satu subsistem akan
menjadi input untuk subsistem yang lainnya dengan melalui
penghubung. Dengan penghubung satu subsistem dapat berinteraksi
dengan subsistem yang lainnya membentuk satu kesatuan.
1.3.5 Masukkan
Masukan adalah energi yang dimasukkan ke dalam sistem.
Masukan dapat berupa maintenance input dan sinyal input.
Maintenance input adalah energi yang dimasukkan supaya sistem
tersebut dapat beroperasi. Sinyal input adalah energi yang diproses
untuk didapatkan keluaran.
1.3.6 Keluaran
Keluaran adalah hasil dari energi yang diolah dan
6
diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna dan sisa
pembuangan. Keluaran dapat merupakan masukan untuk subsistem
yang lain atau kepada supra sistem.
1.3.7 Pengolah
Suatu sistem dapat mempunyai suatu bagian pengolah atau
sistem itu sendiri sebagai pengolahnya. Pengolah yang akan merubah
masukan menjadi keluaran. Suatu sistem produksi akan mengolah
masukan berupa bahan baku dan bahan-bahan yang lain menjadi
keluaran berupa barang jadi.
1.3.8 Sasaran atau tujuan
Suatu sistem pasti mempunyai tujuan atau sasaran. Kalau suatu
sistem tidak mempunyai sasaran, maka operasi sistem tidak akan ada
gunanya. Sasaran dari sistem sangat menentukan sekali masukan
yang dibutuhkan sistem dan keluaran yang akan dihasilkan sistem.
Suatu sistem dikatakan berhasil bila mengenai sasaran atau
tujuannya.
1.4 Pendekatan Sistem
Pendekatan sistem diartikan sebagai suatu metodologi penyelesaian masalah
yang dimulai secara tentatif mendefinisikan atau merumuskan tujuan dan
hasilnya adalah suatu sistem operasi yang secara efektif dapat digunakan untuk
menyelesaikan permasalahan yang kompleks. Pada pendekatan umumnya
ditandai oleh dua hal yaitu:
Mencari semua faktor yang ada dalam mendapatkan solusi yang baik
untuk menyelesaikan masalah.
Dibuat suatu model kuantitatif untuk membantu keputusan secara
rasional.
Tiga pola dasar yang menjadi pegangan dalam penyelesaian
7
permasalahan dengan pendekatan sistem, yaitu:
Sibernetik (goal oriented), artinya dalam penyelesaian permasalahan
berorientasi pada tujuan. Tujuan ini diperoleh melalu ineed analysis
(analisis kebutuhan).
Holistik yaitu cara pandang yang utuh terhadap totalitas sistem, atau
menyelesaikan permasalahan secara utuh, menyeluruh dan terpadu.
Efektif, artinya lebih dipentingkan hasil guna yang operasional serta
dapat dilaksanakan, bukan sekedar pendalaman teoritis.
Suatu pendekatan sistem akan dapat berjalan dengan baik jika
terpenuhi kondisi-kondisi berikut:
Tujuan system didefinisikan dengan baik dan dapat dikenali jika
tidak dapat dikuantifikasikan.
Prosedur pembuatan keputusan dalam sistem riil adalah
tersentralisasi atau cukup jelas batasannya.
Dalam perencanaan jangka panjang memungkinkan untuk dilakukan.
Ada empat keuntungan penggunaan model dalam penelitian dengan
menggunakan pendekatan sistem yaitu:
Memungkinkan melakukan penelitian yang bersifatlintas sektoral
dengan ruang lingkup yang luas.
Dapat melakukan eksperimentasi terhadap sistem tanpa mengganggu
(memberikan perlakuan) tertentu terhadap sistem.
Mampu menentukan tujuan aktivitas pengelolaan danperbaikan
terhadap sistem yang diteliti.
Dapat dipakai untuk menduga(meramal) perilaku dan keadaan sistem
pada masa yang akan datang.
8
1.5 Pendekatan sistem dalam pelayanan kesehatan (Fundamental of Nursing, edisi
4th, Potter Perry)
Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan, dimana
pelayanan kesehatan mempunyai tujuan untuk penyembuhan atau masalah klien.
Dalam mencapai tujuan tersebut, di perlukan suatu komponen pelengkap dimana
komponen tersebut berupa masukan, proses dan keluaran. Serta mekanisme umpan
balik pun sangat penting dalam pemberian pelayanan kesehatan.
Klien yang memperoleh pelayanan keperawatan dari tugas kesehatan pasti akan
memberikan respon terhadap pelayanan yang diberikan dan pada dasarnya pelayanan
kesehatan akan membangun kesehatan untuk meningkatkan kesehatan, kemauan, dan
kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap individu agar dapat mewujudkan
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Sikap empati terhadap klien sangat
berdampak baik dalam proses umpan balik memberikan pelayanan kesehatan.
Dalam mekanisme umpan balik kita harus mempunyai konsep caring yang dapat
meningkatkan kepercayaan klien dan mengurangi kecemasan klien, dengan seperti itu
percaya sepenuhnya atas tindakan apapun yang dilakukan seorang perawat. Input atau
masukan diatas bisa berupa tenaga kesehatan yaitu perawat bagaimana seorang
perawat itu melakukan pelayanan kesehatan dan asuhan keperawatan terhadap klien.
2. Sistem Klien (Buku Konsep Dasar Keperawatan, Asmadi, 2005)
2.1 Pengertian klien
Klien adalah penerima asuhan keperawatan dan dapat didefinisikan
sebagai individu, keluarga,komunitas atau kelompok yang lebih besar. Ahli
teori mendefinisikan klien sebagai seseorang yang memiliki kebutuhan,
status kesehatannya terganggu, kurang perawatan diri, adaptif yang
mungkin berubah atau seseorang yang memiliki ketidakselarasan.individu
menerima asuhan dalam cakupan keperawatan.
9
2.2 Jenis-jenis klien
2.2.1 Individu sebagai klien
Individu adalah anggota keluarga yang unik, sebagai kesatuan utuh
dari aspek bio-psiko-sosio-spiritual. Dalam hal ini perawat berperan
dalam memenuhi kebutuhan dasar individu karena kelemahan fisik dan
mental, keterbatasan pengetahuan, dan kurang kemauan menuju
kemandirian.
2.2.2 Kelompok dan masyarakat sebagai klien
2.2.2.1 Keluarga sebagai klien
Keluarga merupakan kelompok individu yang memiliki
hubungan yang erat secara kontinu sehingga terjadi interaksi
satu sama lain baik dalam lingkungan sendiri,maupun
masyarakat secara umum.adapun alasan keluarga menjadi
fokus layanan kesehatan adalah sebagai berikut :
Keluarga adalah unit utama dalam masyarakat dan
merupakan lembaga yang menyangkut kehidupan
masyarakat.
Keluarga sebagai kelompok dapat menimbulkan,
mencegah dan mengabaikan masalah kesehatan
didalam kelompoknya.
Masalah kesehatan dalam keluarga sangat berkaitan.
Penyakit pada salah satu anggota keluarga sangat
berpengaruh pada seluruh keluarga.
Keluarga berperan tetap sebagai pengambil keputusan
dalam perawatannya.
2.2.2.2 Masyarakat sebagai klien
10
Masyarakat adalah suatu pranata yang terbentuk karena
interaksi antara manusia dan budaya didalam suatu
lingkungan.masyarakat bersifat dinamis dan terdiri atas
individu, keluarga, kelompok dan komunitas yang
mempunyai tujuan dan norma sebagai sistem nilai.
Masyarakat dapat mempengaruhi kemampuan individu dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya.
2.3 Hak dan kewajiban klien dalam sistem pelayanan kesehatan
Asosiasi rumah sakit Amerika Serikat mempersembahkan A Patient’s
Bill of Rights/ Pernyataan tentang hak-hak asasi pasien/klien (Fundamental
of Nursing, edisi 4th, Potter Perry, hal. 91). Terdapat kurang lebih 12 hak
asasi klien. (a) Hak untuk mendapatkan pelayanan yang baik dan penuh
hormat. (b) Hak untuk dan dianjurkan untuk memperoleh informasi
(berhubungan dengan diagnose, tindakan pengobatan dan prognosis dari
dokter) yang relevan, terbaru dan dapat dipahami oleh klien. (c) Hak
membuat keputusan tentang perencanaantentang rencana perawatan
sebelum dan selama tindakan pengobatan. (d) Hak untuk member petunjuk
lanjutan (seperti keinginan untuk hidup, wali dalam pelayanan kesehatan
atau kekuatan hukum untuk pelayanan kesehatan) yang menyangkut
tindakan pengobatan. (e) Hak memperoleh privasi. (f) Hak untuk berharap
bahwa semua komunikasi dan pencatatan berhubungan dengan perawatan
dirinya dirahasiakan oleh pihak rumah sakit. (g) Hak untuk meninjau ulang
catatan yang berhubungan dengan perawatan medisnya. (h) Hak untuk
berharap bahwa dalam kapasitas dan kebijakan rumah sakit memberinya
respon yang beralasan terhadap permintaannya. (i) Hak bertanya dan
mendapatkan informasi adanya hubungan bisnis diantara rumah sakit/pihak
lain yang mempengaruhi tindakan pengobatannya. (j) Hak untuk
menyetujui atau menolak dalam tindakan pengobatan dirinya. (k) Hak
untuk mengarapkan perawatan berkelanjutan jika diperlukan. (l) Hak untuk
11
mendapatkan informasi tentang kebijakan dan praktik di rumah sakit.
Dalam Undang-undang Kesehatan klien memiliki kewajiban dalam
pelayanan kesehatan. Kewajiban klien di rumah sakit adalah berkewajiban
untuk menaati semua tata tertib yang berlaku di rumah sakit, klien wajib
menginformasikan sejujurnya tentang segala sesuatu yang berkaitan
dengan penyakit yang dideritanya, klien berkewajiban mematuhi segala
intruksi yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang melayaninya,
berkewajiban membayar segala administrasi yang ada di rumah sakit
sebagai pembayaran atas jasa pelayanan dari ahli tenaga kesehatan/rumah
sakit, dan berkewajiban memenuhi segala perjanjian yang
ditandatanganinya.
3. Tingkatan Pelayanan Kesehatan dan Peran Keperawatan dalam Sistem Pelayanan
Kesehatan (Fundamental of Nursing, edisi 4th, Potter Perry).
3.1 Pelayanan kesehatan promotif dan preventif
Pelayanan kesehatan promotif bertujuan untuk meningkatkan kesehatan
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan :
penyuluhan kesehatan masyarakat,peningkatan gizi,pemeliharaan kesehatan
perseorangan, pemeliharaan kesehatan lingkungan, olahraga secara
teratur,rekreasi dan pendidikan seks.
Pelayanan kesehatan preventif memiliki tujuan untuk mencegah
terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan terhadap individu ,keluarga,
kelompok dan masyarakat melalui kegiatan-kegiatan seperti : imunisasi
masal terhadap bayi dan anak balita, pemeriksaan kesehatan secara berkala
melalui posyandu,puskesmas maupun kunjungan rumah,pemberian vitamin
A, yodium ; pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas, dan menyusui.
Tingkat pencegahan terbagi atas 3 yaitu :
Pencegahan primer : pencegahan pada tingkat ini dilakukan untuk
meningkatkan kesehatan dan melindungi klien dari penyakit. Hal ini
12
dilakukan sebelum penyakit menunjukkan tanda dan gejalanya.
Peningkatan ini dapat mencakup pemberian nutrisi dan perhatian
terhadap perkembangan pribadi klien.
Pencegahan sekunder : pencegahan yang bertujuan untuk
mempertahankan kondisi klien yang mengalami masalah terhadap
kesahatan. Hal ini dilakukan ketika suatu penyakit telah
menunjukkan tanda dan gejalanya.
Pencegahan tersier : tingkat pencegahan ini terjadi satelah suatu
penyakit menyebabkan kerusakan yang luas. Hal ini berhubungan
dengan cara mengembalikan klien kepada fungsi yang maksimal
disebabkan keterbatasan yang disebabkan oleh penyakit tersebut.
3.2 Pelayanan kesehatan primer
Pelayanan kesehatan primer merupakan pelayanan kesehatan dasar.
Pelayanan kesehatan primer berfokus pada perbaikan kesehatan dari seluruh
populasi. Model pelayanan kesehatan primer membutuhkan kerja sama
antara para profesional kesehatan dan anggota masyarakat. Model ini
menekankan pada promosi kesehatan, pemberian kebijakan kesehatan dan
pencegahan penyakit dalam masyarakat (Potter, Perry, 2009). Promosi
kesehatan merupakan hal dasar dalam pelayanan kesehatan. Fokus promosi
kesehatan adalah menjaga manusia selalu sehat melalui personal higiene,
gizi baik, lingkungan bersih, olahraga yang rutin, istirahat, dan mengikuti
kebiasaan hidup sehat. Dengan adanya program promosi kesehatan, maka
masyarakat akan sadar tentang dampak negatif yang ditimbulkan suatu
penyakit. Dan tentu saja hal tersebut berpengaruh pada turunnya risiko
seseorang terkena penyakit sehingga dapat mengurangi kebutuhan untuk
menggunakan sumber daya pelayanan kesehatan yang mahal. Contohnya
yaitu pelayanan kesehatan di puskesmas (rumah sakit pratama). Jenis tenaga
perawat pada jenis pelayanan ini adalah Ners dan perawat vokasional.
13
Pelayanan kesehatan membutuhkan peran serta perawat dalam
menjalaninya. Dalam pelayanan kesehatan primer, perawat harus bisa
menjadi seorang promotor bagi masyarakat untuk melakukan hal-hal yang
tidak menimbulkan penyakit. Selain itu, seorang perawat juga harus
mengontrol kegiatan klien, khususnya yang berada di rumah sakit.
3.3 Pelayanan kesehatan sekunder dan tersier
Proses awal yang dilakukan untuk pencegahan adalah dengan promosi
kesehatan. Anggota masyarakat yang paling banyak tidak memiliki ansuransi
kesehatan adalah kelompok dewasa muda dengan usia antara 19 dan 29
tahun (Collins, et all., 2006). Padahal kelompok usia ini rentan sekali dengan
penyakit seperti obesitas, kehamilan dan HIV. Mereka yang tidak memiliki
asuransi kesehatan biasanya menunggu lebih lama untuk berkonsultasi
dengan dokter, sehingga penyakit yang mereka derita akan semakin parah
dan membutuhkan pelayanan kesehatan yang lebih banyak. Akibatnya
pelayanan kesehatan sekunder dan tersier juga memakan biaya yang lebih
banyak.
Perawatan sekunder mencakup pemberian pelayanan medis khusus oleh
dokter spesialis atau rumah sakit yang dirujuk oleh dokter perawatan primer.
Klien telah mengalami tanda dan gejala yang dikenali baik yang bersifat
diagnosa atau yang yang memerlukan tindakan diagnosa lebih lanjut. juga
memakan biaya lebih banyak. Pelayanan kesehatan sekunder yaitu rumah
sakit dan klinik seperti RSCM yang termasuk rumah sakit tipe A. Dimana
jenis tenaga perawat pada pelayanan sekunder adalah Ners spesialis,Ners dan
Perawat vokasional.
Perawatan tersier merupakan suatu tingkat perawatan yang memerlukan
spesialisasi dan teknik yang tinggi untuk menentukan diagnosa dan
mengobati masalah kesehatan yang rumit atau masalah kesehatan yang tidak
biasa terjadi. Klien yang memerlukan perawatan tersier biasanya mengalami
kondisi patologis yang luas dan seringkali disertai komplikasi. Jenis tenaga
14
perawatnya yaitu Ners spesialis/Subspesialis, Ners spesialis,Ners dan
Perawat vokasional.
Tempat-tempat pelayanan kesehatan sekunder dan tersier meliputi
departemen darurat rumah sakit, sentra pelayanan darurat, unit pelayanan
kritis, dan unit rawat jalan medis-operatif (Potter dan Perry, 2009). Perawat
harus menjalin komunikasi yang baik dengan seluruh anggota pelayanan
kesehatan lain dalam lingkungan ini. Selain itu, perawat juga harus mampu
berkomunikasi yang baik dengan klien dan menggunakan data-data yang
diberikan klien sebagai acuan dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada klien, sehingga dapat meningkatkan status kesehatan klien.
Kepuasaan klien terhadap pelayanan kesehatan sekunder dan tersier
merupakan hal yang penting dalam lingkungan ini. Klien mengharapkan
pengobatan yang sopan dan menghargai dirinya. Mereka juga ingin terlibat
dalam pengambilan keputusan sehari-hari. Dan hal tersebut menandakan
bahwa mereka sangat tidak menyukai perawat yang bekerja sendiri tanpa
memberitahunya. Sehingga dalam lingkungan ini perawat harus mampu
merespon kebutuhan klien secara cepat sehingga dapat meningkatkan
kualitas pelayanan.
3.4 Pelayanan Kesehatan Restoratif
Pelayanan yang diberikan dalam tempat perawatan restoratif adalah
pelayanan yang bertujuan untuk membawa klien pada tingkat kesehatan dan
fungsi yang maksimal. Perawatan ini dapat dilaksanakan pada berbagai
tempat.Pada beberapa hal, perawatan restoratif digunakan untuk membantu
keluarga dalam memberi perawatan bagi anggota keluarga yang menderita
penyakit terminal di rumah. Perawatan restoratif disebut juga dengan
perawatan rehabilitas yang bertujuan untuk meminimalkan defisit fungsi
residual dan memaksimalkan kapasitas residual.
Anggota inti dari tim perawatan restoratif adalah klien,keluarga klien
15
dan orang yang berarti bagi klien, perawat dan dokter. Ada beberapa hal
yang harus diperhatikan agar tim perawatan restoratif dapat berfungsi secara
efisien yaitu : Harus ditentukan pemimpin dalam tim, komunikasi harus
berlangsung secara efektif sering dan terdokumentasi, kolaborasi antara
anggota tim harus dilakukan secara lengkap dan bersungguh-sungguh, dan
penyelesaian konflik di antara berbagai disiplin ilmu harus dilakukan dengan
cepat. Berbagai studi penelitian mencatat bahwa jika perilaku yang telah
disebutkan sebelumnya dapat munculdalm tim ,maka pendekatan tim yang
terdiri dari berbagai disipliln ilmu yang digunakan dalam perawatan
restoratif dapat berjalan dengan efektif (O’Toole,1992).
3.5 Asuhan Berkelanjutan
Pelayanan asuhan keperawatan berkelanjutan memberikan perawatan
yang mendukung dan secara terus menerus untuk klien dengan masalah
kesehatan kronik dan berjangka panjang. Asuhan berkelanjutan terdiri dari
pelayanan yang diberikan kepada klien yang cacat fisik dan gangguan
mental. Klien dan keluarga diberikan alternatif yang memungkinkan klien
tetap berada di rumah, namun rumah sakit psikiatri harian menawarkan
program terapeutik untuk individu maupun kelompok klien selama satu
hari kerja. Banyak jenis pelayanan asuhan keperawatan berkelanjutan,
misalnya pusat perawatan gerontologi (lansia), perawatan harian geriatrik,
dan perawatan terminal. Tujuan dari asuhan berkelanjutan adalah untuk
mengurangi beban keluarga dan keluarga dapat mendukung orang yang
mereka cintai.
Praktik perawat tingkat lanjut atau APN (Advance Practice Nurse)
terdiri dari perawat spesialis klinik (Clinical Nurse Specialis [CNS]),
perawat praktisi (Nurse Practitioners [NP]), serta perawat kebidanan dan
perawat anestesi. APN dianggap memiliki pendidikan lebih tinggi dan lebih
berpengalaman. Semua perawat ini harus memiliki sertifikasi. APN,
terutama CNS, NP, dan perawat kebidanan memiliki kesempatan untuk
16
memimpin perawatan primer. APN memberikan perawatan primer melalui
kerjasama dokter, namun bila perawat melakukan secara mandiri dapat
lebih murah dan efektif. Hal ini dikarenakan perawat mengkaji klien
dengan menggunakan pendekatan holistik dalam konteks keluarga,
lingkungan sosial, dan membuat rekomendasi yang dapat memperbaiki
kebiasaan sehat klien. Apabila terdapat perjanjian kolaborasi dengan
dokter, perawat dapat memberikan resep obat dan melakukan tindakan
untuk masalah kesehatan yang ada dalam daerah jangkauan praktik
perawat. APN menanggung beban kasus klien, mengelola pelayanan
kesehatan klien secara kontinuitas, dan memberi rujukan kepada dokter
yang menjadi rekan kerja perawat apabila terjadi komplikasi masalah.
3.6 Peran Perawat diberbagai Tingkatan Pelayanan Kesehatan
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu sistem. Peran
dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan
bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari
seseorang pada situasi sosial tertentu. (Kozier Barbara, 1995:21). Perawat
adalah mereka yang memilki kemampuan dan kewenangan melakukan
tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang diperoleh melalui pendidikan
keperawatan (Undang-undang Kesehatan No.23, 1992). Peran perawat
adalah cara untuk menyatakan aktifitas perawat dalam praktik, dimana telah
menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi kewenangan
oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab keperawatan
secara profesional sesuai dengan kode etik profesional.
3.6 Peran Perawat menurut Konsorsium Ilmu Kesehatan tahun 1989
3.6.1 Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan
Peran ini dapat dilakukan perawat dengan
mempertahankan keadaan kebutuhan dasar manusia yang
dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan
17
dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat
ditentukan diagnosa keperawatan agar bisa direncanakan
dan dilaksanakan tindakan yang tepat, kemudian dapat
dievaluasi.
3.6.2 Peran sebagai advokat (pembela klien)
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien,
keluarga dalam mengintrepretasikan berbagai informasi dari
pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam
pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang
diberikan kepada pasien, juga dapat berperan
mempertahankan dan melindungi hak-hak klien.
3.6.3 Peran sebagai edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan
tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang
diberikan sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien.
3.6.4 Peran sebagai coordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta
mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga
pemberi pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan
kebutuhan klien.
3.6.5 Peran sebagai kolaborator
Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan
yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain dengan
berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatannya yang
diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan
bentuk pelayanan selanjutnya.
3.6.6 Peran sebagai konsultan
18
Sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan
keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas
permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan
keperawatan yang diberikan.
3.6.7 Peran sebagai pembaharu (menciptakan perubahan)
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan
perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah
sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.
Peran perawat sebagai pembaharu dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya, sebagai berikut :
- Kemajuan teknologi
- Perubahan Lisensi-regulasi
- Meningkatnya peluang pendidikan lanjutan
- Meningkatnya berbagai tipe petugas asuhan kesehatan.
3.7 Peran perawat menurut Lokakarya Nasional 1983
3.7.1 Pendidikan dalam keperawatan.
Bertanggung jawab dalam pendidikan dan pengajaran ilmu
keperawatan kepada klien, tenaga keperawatan, maupun kesehatan
lainnya.
3.7.2 Pelaksana pelayanan keperawatan.
Bertanggung jawab dalam memberi pelayanan keperawatan dari
yang bersifat sederhana sampai dengan kompleks. Merupakan peran
utama dari perawat untuk memberi askep yang profesional.
3.7.3 Pengelola pelayanan keperawatan dan institusi pendidikan.
Bertanggung jawab dalam administrasi keperawatan baik di
masyarakat maupun di institusi dalam mengelola pelayanan
keperawatan untuk individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
19
3.7.4 Peneliti dan pengembang keperawatan.
Diharapkan sebagai pembaharu dalam institusi keperawatan,
kegiatan dilakukan melalui riset dan penilitian.
3.8 Peran perawat menurut Schulman
Hubungan perawat dengan pasien sama dengan ibu dan anak :
- Hubungan interpersonal disertai dengan kelembutan hati dan rasa
kasih sayang.
- Melindungi dari ancaman bahaya.
- Memberi rasa aman dan nyaman.
- Memberi dorongan untuk mandiri
20
BAB III
PEMBAHASAN
A. Bagaimana pelayanan keperawatan ditinjau dari konsep sistem dan pendekatan
sistem?
Layaknya semua sistem, asuhan keperawatan mempunyai tujuan khusus.Tujuan
adalah sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu tertentu. Tujuan
asuhan keperawatan adalah untuk meningkatkan status kesehatan klien.Namun perawat
tidak dapat bekerja sendiri untuk mencapai tujuan tersebut. Pelayanan keperawatan
sebagai bagian dari sistem pelayanan kesehatan mempunyai komponen-komponen
seperti sistem lain yang berupa input, proses, output, dan umpan-balik.
Input dalam asuhan keperawatan adalah data atau informasi yang berasal dari
pengkajian klien. Data itu sendiri terdiri atas data subjektif dan data objektif. Data
tersebut digunakan pada tahap selanjutnya yaitu proses, oleh karena itu dibutuhkan data
akurat dari klien yang dapat mendukung proses keperawatan. Proses merupakan
informasi tentang pelayanan keperawatan untuk klien dengan masalah kesehatan
tertentu. Pada tahap kedua ini perawat mulai menggabungkan informasi kesehatan yang
berhubungan dengan masalah klien yang bertujuan untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Output merupakan hasil akhir dari sistem dan dalam hal asuhan keperawatan
yaitu mengenai status kesehatan klien mengalami kemajuan atau tetap stabil. Umpan
balik dalam asuhan keperawatan seperti hasil yang menggambarkan respon klien
terhadap intervensi keperawatan.
B. Bagaimana pelayanan keperawatan dalam Sistem Pelayanan Kesehatan di Indonesia?
Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang
meliputi pelayanan dasar dan pelayanan rujukan. Pelayanan dasar merupakan suatu
kegiatan primer yang diberikan oleh tenaga ahli kesehatan kepada klien. Pelayanan
rujukan merupakan pelayanan kesehatan pelimpahan tanggung jawab timbal balik
terhadap suatu kasus penyakit/masalah kesehatan secara vertikal kepada unit yang
21
lebih mampu. Semuanya dapat dilaksanakan oleh tenaga keperawatan dalam
meningkatkan derajat kesehatan. Sebagai bagian dari pelayanan kesehatan, maka
pelayanan keperawatan yang dilakukan oleh tenaga perawat dalam pelayanannya
memiliki tugas, di antaranya memberikan asuhan keperawatan keluarga, komunitas
dalam pelayanan kesehatan dasar dan akan memberikan asuhan keperawatan secara
umum pada pelayanan rujukan. Tujuan diadakannya pelayanan kesehatan
menciptakan masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat.
Dalam pelayanan kesehatan di Indonesia juga terdapat tingkatan, strata dan lingkup
pelayanan keperawatan (Ibu Prayetni, Kemenkes), yaitu
1. Strata pertama (primer)
Pelayanan keperawatan primer, tenaga keperawatan yang bekerja adalah Ners dan
perawat vokasional.
2. Strata kedua (sekunder)
Pelayanan keperawatan sekunder, tenaga keperawatan yang berwenang adalah Ners,
Ners Spesialis dan perawat vokasional.
3. Strata Ketiga (tertier)
Pelayanan keperawatan tertier, tenaga keperawatan yang bertugas adalah Ners
spesialis/ subspesialis, Ners, perawat vokasional.
Dalam setiap tingkatan/strata Ners dan perawat vokasional terus ada karena
meraka merupakan tenaga dasar yang harus ada.Perawat vokasional nantinya akan
mengerjakan segala sesuatu yang bersifat pelayanan seperti memandikan, meski Ners
juga bisa melakukan hal tersebut namun perawat vokasional akan bertugas untuk
membantu Ners. Setiap tingkatan yang meningkat maka tenaga kesehatan yang
dibutuhkan juga harus memiliki keahlian lebih atau khusus seperti pada tingkat
sekunder terdapat Ners Speisalis yang nantinya dapat membantu atau bekerja sama
dengan tenaga ahli lain yang berwenang di tingkatan tersebut.
Dalam teorinya perawat tentunya sudah memahami hak dan kewajiban yang
dimiliki klien, oleh karena itu seharusnya dalam prakteknya hal tersebut sesuai atau
dilaksanakan. Namun saat ini dalam praktek keperawatan yang ada di suatu instansi
22
pelayanan kesehatan kurang memperhatikan masalah-masalah tersebut. Terkadang
perawat hanya mengedepankan atau menegaskan pada hal yang menjadi kewajiban
klien tetapi tidak memberikan apa yang menjadi haknya klien. Contohnya banyak
tenaga ahli kesehatan tidak memberikan hak klien seperti hak untuk mendapatkan
informasi tentang kebijakan dan praktik di rumah sakit, mereka hanya
memperdulikan tentang kewajiban klien dalam hak membayar jasa atas tindakan
pelayanan kesehatan yang diberikan.
23
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Sistem pelayanan keperawatan merupakan bagian dari sistem pelayanan
kesehatan. Secara umum sistem merupakan kesatuan yang terdiri komponen
yang dihubungkan bersama untuk memudahkan mendapatkan informasi.
Pelayanan kesehatan harus dilakukan berdasarkan konsep sistem dan
pendekatan sistem yang benar. Hal ini bertujuan agar pelayanan yang
diberikan sesuai dengan tujuan dan target yang ingin dicapai. Pelayanan
kesehatan yang telah terlaksana dengan baik harus dipertahankan bahkan
ditingkatkan. Sedangkan pelayanan yang masih buruk harus segera
dilakukan perbaikan.
Dalam sistem terdapat input (masukan), proses, output (hasil) dan
umpan balik. Pendekatan sistem merupakan satu cara yang memandang
keperawatan secara menyeluruh dan teratur.
2. Saran
Pelayanan keperawatan dapat diberikan dengan baik kepada klien
apabila perawat memahami dan mengaplikasikan konsep pelayanan
keperawatan yang baik dan benar. Perawat juga harus menerapkan konsep
sistem dan pendekatan sistem dalam memberikan pelayanan keperawatan
agar mempermudah perawat dalam melayani kliennya. Hal ini karena
perawat telah memahami prinsip-prinsip dan cara berinteraksi dengan
kliennya.
24
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Mengenal Peran Perawat.
2009. Undang-Undang Kesehatan dan Praktek Kedokteran. Yogyakarta : Penerbit
Best Publisher.
Asmadi. 2005. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC.
Effendi, Nasrul. 1998. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta :
EGC.
Hanafiah, M. Yusuf dan Amir, Amri. 1999. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan
edisi 3. Jakarta : EGC
Hospice Patients Allience. 2010. Pelayanan Perawatan Tingkat Berkelanjutan.
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://
www.hospicepatients.org/hospic21.html Diakses 18 Feb 2012
J. Cristesen, Paula dan Janet W Kenney. 1996. Proses Keperawatan Aplikasi Model
Konseptual. Jakarta : EGC
Mubarak, Wahit Iqbal.2011. Pengantar Keperawatan Komunitas.
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/2137643-peran-perawat-menurut-
konsorsium-ilmu/#ixzz1mMRCwEBR Diakses 15 Feb 2012
Potter dan Perry. 2005. Fundamental Keperawatan (Konsep, Proses, dan Praktik).
Eds. Ke-4. Jakarta : EGC.
25