94
BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM ILMU PRODUKSI TERNAK PERAH Oleh : TIM TERNAK PERAH Nama :…………………………. NIM :…………………………. Kelompok / Kelas :…………………………. 1

LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM

ILMU PRODUKSI TERNAK PERAH

Oleh :

TIM TERNAK PERAH

Nama :………………………….

NIM :………………………….

Kelompok / Kelas :………………………….

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2019

1

Page 2: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

DAFTAR ISI

COVER.................................................................................................. 1DAFTAR ISI.......................................................................................... 2TATA TERTIB...................................................................................... 3PRAKTIKUM LAPANG...................................................................... 4LK 1 Pemeliharaan Ternak Perah...................................................... 5

Pemeliharaan Ternak Perah.................................................................. 5Penilaian dan Pemilihan Sapi Perah..................................................... 7Pemeriksaan Body Condition Score..................................................... 21

LK 2 Pemberian Pakan dan Minum................................................... 27Kebutuhan Pakan dan Minum Sapi Perah............................................ 27

LK 3 Perkandangan Sapi Perah.......................................................... 30Perkandangan Sapi Perah...................................................................... 30Aspek Kebersihan Ternak dan Kandang............................................... 27Sistem Pemerahan................................................................................. 38Pengelolaan Limbah.............................................................................. 34

PRAKTIKUM LABORATORIUM..................................................... 41LK 1 Uji Fisik Susu............................................................................... 43 Uji Organoleptik................................................................................... 43 Uji Alkohol........................................................................................... 45 Uji Masak............................................................................................. 46 Uji CMT............................................................................................... 47LK 2 Uji Pemalsuan Susu..................................................................... 52

Pemeriksaan Titik Beku Susu.............................................................. 52 Pemeriksaan Pemalsuan Susu Dengan Soda Kue................................ 49 Pemeriksaan Pemalsuan Susu Dengan Tepung.................................... 51 LK 3 Uji Keasaman Susu................................................................... 53 Uji Keasaman Susu Metode Soxhlet Henkel....................................... 53 Uji Keasaman Susu Metode Titratable Acidity.................................... 54 Uji Keasaman Susu (Menggunakan pH Meter)................................... 55LK 4 Uji Kualitas Susu......................................................................... 56 Uji Reduktase....................................................................................... 56 Penentuan Berat Jenis........................................................................... 57 Penentuan Protein (Formol Titration).................................................. 58 Penentuan Kadar Lemak Susu (Gerber dan Babcock)......................... 60LK 5 Perhitungan Kandungan Susu................................................... 62 Menghitung Total BK Dan BK Tanpa Lemak..................................... 62 Menghitung Kadar Pemalsuan............................................................. 63DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 64LAMPIRAN........................................................................................... 64

2

Page 3: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

TATA TERTIB

1. Praktikan harus hadir 10 menit sebelum praktikum di mulai.

2. Setiap praktikan wajib memakai jas lab dan cattlepack (pakaian khusus

untuk praktikum di kandang).

3. Praktikan wajib memahami petunjuk / prosedur kerja sebelum kegiatan

dimulai atau mengikuti petunjuk yang diberikan instruktur untuk

menghindari hal hal yang tidak diinginkan.

4. Praktikan wajib mempersiapkan, membersihkan dan mengembalikan

peralatan yang telah digunakan ketempat yang telah ditentukan.

5. Praktikan yang merusakan atau memecahkan alat wajib mengganti sesuai

dengan petunjuk instruktur.

6. Praktikan melaporkan hasil kegiatanya sesuai dengan petunjuk instruktur.

7. Hal-hal yang belum didiskusikan dalam praktikum dapat didiskusikan

dengan instruktur.

3

Page 4: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

PRAKTIKUM LAPANG

4

Page 5: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

LEMBAR KERJA 1PEMELIHARAAN TERNAK PERAH

1.1 Pemeliharaan Ternak Perah

A. PedetPedet adalah anak sapi yang baru dilahirkan hingga berumur 11 bulan,

berdasarkan umurnya pedet dibagi menjadi dua, yakni : a) Pedet Pra-Sapih (0-4 bulan)

Masih diberi susu sebagai pakan utama. Pada minggu pertama pedet diberi kolostrum. Kolostrum penting diberikan karena mengandung immunoglobulin (pembentuk antibody pedet) dan laktosa ( sumber energi). Kolostrum diberikan selambatnya 2 jam setelah pedet lahir sebanyak 2 liter setiap hari dan diberikan 2-4 kali. Setelah satu minggu, pedet dapat diberi hijauan secukupnya dan calf starter sebanyak 100g – 1,5kg. Kandang yang digunakan untuk pedet pra-sapih adalah kandang individu.b) Pedet Post-Sapih (5-11 bulan)

Pedet mulai makan hijauan dan konsentrat sebagai sumber nutrisi utama. Diberi pakan berupa hijauan sebanyak 7-25kg, dan konsentrat sebanyak 1,5-2kg. kandang yang digunakan pada pedet post sapih adala kandang koloni.

Ciri pedet sehat : Mata : cerah, tidak berair, dan tidak terdapat kotoran Hidung : tidak berlendir Bulu : halus, bersih, dan mengkilat Pergerakan lincah

B. Sapi DaraHeifers atau sapi perah betina merupakan sapi perah betina yang merupakan

calon induk sudah dewasa kelamin (berumur 6-8 bulan) sampai beranak pertama kali. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan sapi perah dara (heifers) sebagai berikut:

1. Bangsa sapi2. Besar waktu lahir3. Pertumbuhan pada periode pedet sampai umur 6 bulan4. Pengaruh pakan5. Pengaruh kebuntingan pada waktu pertumbuhan6. Pengaruh Lingkungan

Pemeliharaan sapi dara yang terlalu gemuk menyimpan lemak di ambingnya, akan menghambat pembentukan sel-sel yang mensekresi susu. Jika heifers terlalu gemuk, mungkin akan terjadi akumulasi lemak pada saluran reproduksi mereka sehingga bisa mengakibatkan berkurangnya fertilitas dan dapat menimbulkan distokia.

Heifers yang terlalu kurus juga akan mengalami penurunan fertilitas, serta dikhawatirkan akan menimbukan masalah kesehatan yang lain dibandingkan dengan heifers yang bobot badannya berukuran ideal dan tumbuh secara baik.

Mengingat tujuan utamanya sebagai calon induk maka perlu sekali diperhatikan kriteria-kriteria sebagai calon induk, antara lain :

1. Berasal dari turunan yang mempunyai produksi susu yang tinggi 2. menunjukan pertumbuhan yang baik dan normal

5

Page 6: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

3. bebas dari cacat tubuh dan penyakit

C. Sapi BuntingSapi bunting merupakan sapi yang mengandung fetus didalam rahimnya.

Sapi bunting selama 305 hari. Dua bulan menjelang kelahiran yaitu, pada kebuntingan 7 bulan yang kebetulan sedang laktasi yang harus dikeringkan walaupun produksinya masih tinggi sebab waktu 2 bulan tersebut diperlukan sapi untuk mempersiapkan laktasi yang akan datang.Pengeringan dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :

1. Pemerahan berselang2. Pemerahan tak lengkap 3. Penghentian pemberian konsentrat dengan tiba - tiba dibarengi dengan

pemerahan bersela (Syarief dan Sumoprastowo, 1990)Induk sapi bunting perlu di berikan kesempatan berolahraga dengan cara

dilepas di lapangan penggembalaan secara teratur selama 1 - 2 jam setiap hari. Dengan demikian, induk tersebut dapat bergerak secara bebas, mendapatkan sinar matahari dan udara segar serta urat menjadi terlatih sehingga peredaran darah berjalan lancar yang kesemuanya ini akan menunjang kelancaran proses kelahiran pedet.Adapun ciri-ciri sapi yang akan beranak :

1. Badannya memanjang 2. Perutnya menurun3. Ambing membesar,keras dan kencang.4. Sapi nampak gelisah karena kesakitan, induk sebentar berdiri,kemudian

berbaring lagi. 5. Kaki belakang sulit di gerakkan dan posisi kedua kaki tersebut agak

terbuka keluar6. Bibir kemaluan membesar7. Jika puting di pijat, pertama-tama keluar cairan berwarna seperti air

kental kemudian berubah menjadi susu biasa. Kelahiran abnormal sering terjadi pada sapi sapi yang berukuran besar,

pemeliharaannya dikandangkan secara terus menerus, sapi yang terlalu muda, masa kebuntingan yang terlalu lama, kelahiran kembar, infeksi uterus, kematian fetus, dll.

Pada saat induk menjelang melahirkan, peternak harus menciptakan kondisi lingkungan yang bersih, higienis, tenang, dan nyaman. Oleh karena itu, beberapa kegiatan harus dilakukan oleh peternak yaitu: mengupayakan kandang harus selalu bersih, kering dan hangat.

Pencegahan penyakit pada sapi perah bunting maupun sapi perah lainnya dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan kandang dan orang yang memelihara atau merawatnya. Ada baiknya pada waktu-waktu tertentu lantai kandang dibersihkan dengan menggunakan karbol atau densol, tetapi dijaga agar jangan sampai membahayakan sapi.

D. Sapi Laktasi

6

Page 7: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

Kurva dinamika laktasi

Produksi susu nampak tidak tetap. Mula-mula agak rendah kemudian meningkat sampai mencapai puncaknya sekitar laktasi ke-2 (6 – 8 minggu). Setelah itu turun mencapai terendah bulan 8 –

10. Selera makan sapi memperlihatkan kecenderungan yang berlawanan

dengan produksi susu yaitu : pada saat produksi susu tinggi, selera makan sapi rendah, kemudian berangsur-angsur bangkit sehingga mencapai puncaknya sekitar bulan laktasi ketiga.

Selanjutnya karena adanya fetus dalam kandungan semakin membesar, banyak meminta ruang dalam rongga perutnya, selera makan cenderung turun lagi.

Selama laktasi bobotnya tidak tetap. Mula-mula produksi susu tinggi, bobotnya susut kemudian berangsur-angsur naik. Puncak bulan laktasi ke-7.

** Pada awal laktasi, sapi ada dalam neraca makan yang negatif (negative energy balance), artinya: sapi tersebut lebih banyak mengeluarkan energi untuk produksi susu, tinja dan air seni daripada yang diperolehnya melalui pemberian pakan. Sehingga terjadi kekurangan zat pakan yang diambil dari tubuhnya sendiri mengakibatkan bobot badannya mengalami penurunan.

Pada saat produksi susu turun, sulit sekali ditingkatkan dengan pemberian pakan, karena pada saat ini pakan digunakan untuk memulihkan kondisi tubuh dan pertumbuhan anak.

Jika pemberian pakan tidak ditambah menjelang akhir laktasi, sapi perah mempunyai peluang untuk susut bobotnya.

1.2 Penilaian Dan Pemilihan Sapi Perah

Acara pemilihan dan kontes ternak sapi perah merupakan salah satu cara untuk melakukan seleksi pada sapi atau ternak perah yang baik berdasarkan penampakan bentuk tubuh (Body Conformation) dari luar dan sesuai untuk produksi daging atau susu. Selain itu juga dapat menunjukkan bahwa manajemen pemeliharaan yang dilakukan oleh peternak sapi perah sudah baik atau belum. Sapi perah yang mempunyai nilai tinggi dalam kontes tersebut belum tentu mempunyai nilai genetik yang tinggi bila tidak disertai dengan recording yang

7

Page 8: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

baik. Hasil seleksi secara eksterior dan didukung oleh data recording yang baik dapat digunakan untuk menentukan apakah ternak tersebut layak untuk dijadikan bibit atau tidak. Tipe fungsional dapat diartikan sebagai bentuk tubuh yang pantas untuk tipe perah dan mudahnya manajemen pada kandang free stall atau stanchion barn housing yang nantinya akan diperoleh umur sapi perah yang panjang dan menghasilkan produksi susu yang tinggi. Tipe kekuatan ambing menggantung, kuku dan kaki serta ukuran tubuh mempunyai hubungan yang positif dengan lamanya hidup dan besarnya life time production.

Seleksi sapi perah yang menggunakan parameter penampakan dari luar menurut Hartman (1990) yaitu “Liniear Classification”. Klasifikasi linear merupakan suatu alat pembantu untuk merencanakan peternakan sapi perah, karena sebagian besar tipe fungsional digunakan untuk meramalkan produksi sapi perah yang bersangkutan. Sapi perah betina merupakan tipe fungsional dalam menghasilkan sejumlah besar produksi susu dari beberapa periode sapi laktasi.

Bagian – bagian dari sapi perah

Hal yang pertama kali dilakukan untuk belajar tentang sapi perah adalah mempelajari nama – nama bagian sapi perah. Lihat bagan sapi dibawah ini secara seksama :

Ada 5 kategori utama yang ditentukan : Frame : 15 % Dairy Character : 20 % Body Capacity : 10 % Feet and Leg : 15 % Udder : 40 %

8

Page 9: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

1. Frame 15 %

Frame meliputi penilaian pada rump, stature, front end dan back. Rump termasuk hip (hook), thruls dan pins. Rump yang ideal adalah

panjang, luas dan rata. Oleh karena itu rump merupakan framework untuk ambing.

Thruls harus luas dan terletak di antara hip dan pin dan di tengah. Letak dari thruls menentukan struktur kaki belakang, sehingga hal ini merupakan bagian penting untuk diamati. Pins harus tinggi dan luas.

Stature dinilai melalui tinggi dan panjang tulang kaki. Hewan yang lebih tinggi biasanya ambingnya lebih tinggi dan cenderung sebagai sapi yang besar dengan kapasitas makan yang banyak. Kapasitas makan yang lebih banyak mensuplai nutrisi untuk produksi susu lebih banyak sehingga produksi susu banyak.

Front end terdiri dari dada yang dalam dan luas, dengan shoulder yang merata dengan body wall. Shoulder yang rata dengan body wall akan menyebabkan sapi tampak harmoni, style dan balanced.

NB : Rump, Stature, dan Front end adalah aspek pertimbangan utama pada evaluasi bagian frame. Breed characteristic untuk Holstein kepalanya harus feminim, moncongnya lebar, lubang hidungnya terbuka lebar dan mempunyai rahang yang kuat.

2. Dairy Character 20 %Dairy character ditentukan dengan bukti seekor sapi perah dapat

memproduksi banyak susu. Dairy character yang baik ditunjukkan dengan lekukan tubuh yang ideal, tidak kasar dan secara keseluruhan bersih. Yang penting kaitannya penilaian dalam penilaian dairy character adalah ribs, thighs, withers, dan chine.

3. Body Capacity 10 %Body capacity biasanya dihubungkan dengan kemampuan ternak untuk

dapat makan dengan banyak yang digunakan untuk memperoleh nutrisi untuk memproduksi susu yang banyak. Body capacity penilaian terhadap panjang dan dalam dari tubuh ternak. Body capacity yang baik biasanya ditandai dengan kapasitas, kekuatan dan tenaga. Body capacity diekspresikan dalam terminologi panjang, luas dan dalam bagian barrel. Seekor ternak seharusnya memiliki chest yang lebar, dengan ribs yang menghadap ke arah udder dan baik serta dalam.

4. Feet and Legs 15 %Pada feet dan legs yang penting dalam kategori penilaian adalah feet, rear

legs (rear dan side view), hocks dan pasterns. Kaki yang ideal adalah toe yang pendek dan heel yang dalam dan pendek, pastern yang kuat. Rear legs seharusnya renggang dan lurus dengan model hock yang moderat. Kaki yang sempurna ketika berjalan adalah lurus ke atas ketika dilihat dari bagian belakang. Hock yang ideal adalah flat dan bersih, tidak bengkak.

5. Udder 40 %

9

Page 10: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

Udder adalah bagian penting dari seekor sapi perah. Sapi perah adalah penghasil susu maka perlu ditekankan pada sistem mamary. Jika melihat performa jangka panjang, maka pemilihan ditekankan pada produksi yang tinggi yaitu udder harus benar – benar kuat, memiliki ukuran serta kapasitas yang layak, dan seimbang. Fore udder seharusnya tidak terlalu besar, menempel secara kuat dan

sesuai dengan ukuran tubuh. Fore udder seharusnya tidak sama luasnya saat berkembang dan seimbang dengan rear udder. Udder harus sedikit bergerak saat sapi berjalan.

Perlekatan rear udder harus tinggi, luas, halus dan dalam. Bagian rear harus sama besar dan sama lebar dari atas sampai bawah.

Ligamen median dan lateral adalah pendukung utama dari udder. Ligamen median terletak membelah dua udder, dan ligamen lateral terletak di samping udder.

Teat harus sama ukurannya dan bentuknya dan panjangnya 1,5 sampai 2,5 inch. Teat harus terletak di ujung bawah udder.

Klasifikasi dari “National Holstein Fresian Association” akan membantu suatu farm dan mengevaluasi setiap sapi betina melalui 15 tipe fungsional sapi seperti:

1. Stature (tinggi badan)2. Strength (kekuatan)3. Body depth (kedalaman badan)4. Rump angel (sudut pantat)5. Rump length (panjang pantat)6. Hip width (daerah pinggul)7. Rear legs side view (kedudukan kaki belakang)8. Foot angel (sudut teracak)9. Fore udder attachment (pelekatan ambing depan)10. Rear udder hight (tinggi ambing belakang)11. Rear udder width (lebar ambing belakang)12. Udder clift (celah ambing)13. Udder depth ( kedalaman ambing)14. Teat placement (letak putting)

Hal ini disebut klasifikasi linear, karena setiap perlakuan dievaluasi dengan nilai linier yaitu 1 sampai 9.1. STATURE (Tinggi badan)

10

Page 11: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

Tinggi badan merupakan dasar pengukuran sapi perah betina, mulai dari tanah sampai pada bagian top withers. Sapi yang mempunyai tinggi badan 51 inch dan dibawah sedikit ekstrim memperoleh nilai 5 atau lebih rendah.

2. STRENGTH (Kekuatan)Kekuatan dapat ditunjukkan oleh dada (chest) yang dalam dan lebar bila

dilihat dari sebelah samping, sedang pada bagian muka, panjang dengan muzzle dalam dan bagian yang bertulang. Pada kontes dapat diperlihatkan kisaran kekuatan yang lemah sampai yang terkuat. Sapi perah betina yang ekstrim dangkal bila dilihat dari samping dan sempit dari pandangan depan, akan memperoleh nilai yang rendah.

3. BODY DEPTH (Kedalaman tubuh)

Shallow Intermediate Deep

Pembuat klasifikasi melakukan evaluasi pada bagian ini, terutama yang dilihat adalah bagian rib cage. Sebagai contoh yang berkisar antara bentuk

11

Page 12: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

dangkal sampai ke intermediate hingga ke bentuk yang dalam. Hal ini penting sekali karena berhubungan langsung dengan kapasitas dari sapi tersebut untuk mengkonsumsi sejumlah besar raughage. Bila sapi tersebut mempunyai bentuk dangkal akan menerima nilai lebih rendah, bila sapi yang bersangkutan mempunyai tubuh yang dalam akan memperoleh nilai yang tinggi.

4. RUMP ANGEL (Sudut pantat)

Pins higher than Slight slope from Extreme slope hooks hips to pins from hips to pins

Pada bagian ini dilakukan observasi dari samping untuk menentukan bentuk sudut segitiga dari bagian rump yang ditunjukkan oleh tulang hip dan pin. Bagian pin yang tinggi dari pada hips, bentuk yang demikian ini disebut rump dalam keadaan miring. Ternak dalam keadaan seperti ini memperoleh nilai antara 1-9. Sapi perah betina yang mempuanyai sloping rump yang ekstrim dapat ditunjukkan pada gambar di atas.

12

Page 13: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

5. THURL WIDTH (Lebar daerah pinggul)Menentukan daerah pinggul dengan cara mengevaluasi daerah pelvic.

Daerah pinggul merupakan daerah yang sangat penting, karena hal ini ada hubunganya dengan luas ruang pelvis yang dilewati pedet ketika dilahirkan. Sapi betina lebarnya daerah pinggul memiliki nilai yang berkisar antara 1-9.

6. REAR LEGS, SIDES VIEW (Kaki belakang, pandangan samping)

Posty In Posty Intermediate set Sickle

Posty Intermediate set Sickle

Hocked-in Correct

Kaki belakang dievaluasi dari pandangan samping, karena hal ini merupakan bagian yang perlu diperhatikan, mengingat berdiri merupakan kekuatan dasar saat dikandang model free stall dan menunggu selama proses

13

Page 14: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

pemerahan, yang akan menyebabkan adanya gangguan antara otot dengan tendon pada kaki. Penilaian pada daerah ini sangat penting untuk dijadikan sapi bibit.

7. FOOT ANGEL (Sudut teracak)

Low Intermediate Steep

Penilaian sudut teracak sebagai dasar dari keterjalanan, dilihat dari sisi samping. Sudut teracak yang rendah mempunyai nilai 1-4. Sapi yang tergolong intermediate mempunyai nilai 5, sedang sudut yang ekstrim mempunyai nilai 6-9. Bagian ini berhubungan dengan daya tahan dan gerakan dari sapi yang bersangkutan.

8. FORE UDDER ATTACHMENT (Pelekatan ambing depan)

Loose Intermediate Strong

14

Page 15: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

Nilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan dari lateral ligament. Ambing yang kurang pertautannya mempunyai nilai 1-4. Sapi yang termasuk intermediate mempunyai nilai 5, sedang sapi perah yang mempunyai perlekatan ambing yang baik mempunyai nilai 6-9. Hal ini sangat penting diperhatikan karena erat hubungannya dengan terjadinya luka pada puting dan ambing, serta sulit/mudahnya proses pemerahan.

9. REAR UDDER HEIGHT (Tinggi ambing belakang)

Low Intermediate High

15

Page 16: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

Pada prinsipnya pertautan ambing belakang ditentukan oleh tingginya ambing belakang. Sapi yang mempunyai pertautan ambing belakang rendah menerima nilai 1-5, sedang sapi yang termasuk kategori intermediate memperoleh nilai 5 dan sapi yang memiliki pertautan tinggi secara ekstrim mempunyai nilai 6-9. Ambing belakang yang tinggi menunjukkan bahwa ambing tersebut mempunyai kapasitas yang tinggi.

10. REAR UDDER WIDTH (Lebar ambing belakang)

Narrow Intermediate Wide

Lebar dari pertautan ambing belakang juga dapat ditentukan dari arah belakang. Hal ini merupakan indikator dari kapasitas ambing dan kemampuan dalam memproduksi susu.

16

Page 17: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

11. UDDER SUPPORT ( Penunjang ambing)

Weak Intermediate Strong

Penunjang ambing dapat juga disebut celah ambing, yang dapat dievaluasi oleh penampakan dasar ambing bagian belakang. Penilaian pada dasarnya adalah kedalaman dari celah. Bagian ini merupakan bagian yang terpenting karena ada hubunganya dengan penunjang ambing dan posisi puting. Jika puting letaknya menyimpang akan mempersulit posisi pemerahan.

12. UDDER DEPTH (Kedalaman ambing)

Deep Udder Udder floor Udder well below hocks above hocks above hocks

17

Page 18: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

Kedalaman ambing dapat diukur antara lantai dengan ambing yang berhubungan dengan hock.

13. FRONT TEAT PLACEMENT, REAR VIEW (Letak puting, dilihat dari belakang)

Wide placement Centrally placed Inside placement on quarter on quarter on quarter

Letak puting bagian depan dapat diberi penilaian seperti pada puting bagian belakang. Letak puting yang baik akan mempermudah pemerahan dan mengurangi terjadinya luka.

18

Page 19: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

14. TEATH LENGTH (panjang puting)

Panjang puting dapat diukur dari penampakan samping. Panjang puting 1 inch atau kurang memperoleh 1-5. Sapi rata-rata memiliki panjang puting 2-2,5 inch. Sedang puting yang panjangnya 4 inch atau lebih memperoleh nilai 1-4. Puting yang agak panjang akan mempermudah pemerahan dan menimbulkan sedikit infeksi mastitis dan luka. Tugas 1. Amati dua ekor sapi perah betina yang sudah berproduksi dan umurnya relatif

sama.a. Tanda-tanda bentuk umum sapi perahb. Tanda tanda perangai pemerahanc. Tanda-tanda kondisi kekuatand. Tanda-tanda kesangguapan makan banyake. Tanda-tanda penghasil susu yang subur

2. Berdasarkan penilaian saudara pilih sapi mana yang baik digunakan untuk sapi perah yang produktif.

3. Untuk menguji obyektifitas penilaian saudara lakukanlah perabaan pada bagian yang saudara nilai, dan cocokkan dengan hasil penilaian saudara apakah sudah benar.

19

Page 20: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

FORM PENILAIAN SAPI

Bagian Sapi Yang Dinilai

SAPI Ke- %1 2 3 4

Frame 15 %StatureRump

Thurls width = Rump width

Front EndJUMLAHDairy Character 20 %

RibsThighsWithers

NeckChine

JUMLAHBody Capacity 10 %

Rib widthJarak antar Rib

Chest widthJUMLAHFoot and Legs 15 %

Foot angelPasternRear leg

Side leg viewHock

JUMLAHUdder 40 %

Fore udder attachmentRear udder heightRear udder width

Udder supportUdder depth

Front teat placementTeat length

JUMLAHJUMLAH

20

Page 21: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

1.3 Pemeriksaan Body Condition Score (BCS)

Body Condition Score (BCS) merupakan gambaran derajat kegemukan pada ternak yang sering dikaitkan dengan berhasil tidaknya penerapan manajemen pakan dalam suatu peternakan sapi perah. Body Condition Score (BCS) merupakan suatu metode untuk memberi skor kondisi tubuh ternak baik secara visual maupun dengan perabaan terhadap lemak tubuh pada bagian tertentu tubuh ternak. Bertujuan untuk mengetahui pencapaian standar kecukupan cadangan lemak tubuh yang akan mempengaruhi dalam penampilan produksi susu, efesiensi reproduksi dan herd longevity.

A. Pelaksanaan PenilaianPelaksanaan penilaian melalui pemeriksaan secara visual maupun dengan

perabaaan terhadap kondisi subkutan lemak tubuh pada pangkal ekor dan sekitar tulang belakang hips, ribs, pin bone. Perhitungan nilai BCS sebesar 5 poin, dengan penambahan nilai 0,25 (Quarter Point).

Jika semua tonjolan tulang (hook, pins, dan lain-lain terlihat bulat maka memiliki nilai bcs sama dengan 5.0

Jika hook sedikit sekali terlihat maka nilai BCS 4.75 Jika thurl datar dan pin terkubur jaringan lemak nilai BCS 4.5 Jika ujung tulang rusuk pendek sedikit sekali kelihatan maka nilai BCS

4.25 Jika thurl datar memiliki BCS 4.00 Jika sacral ligament masih kelihatan dan tail head ligament sedikit

kelihatan, nilai BCS sama dengan 3.50 Apabila garis dari tulang hook ke tulang thrul sampai tulang pin

membentuk bulan sabit (U)  maka nilai lebih besar atau setara dengan 3.25, jika sacral ligament dan tail head ligament kelihatan, maka nilai BCS sama dengan 3.25.

Apabila garis dari tulang hook ke tulang thrul sampai tulang pin berbentuk sudut runcing (V) maka nilai BCS kurang dari atau sama dengan 3.0  Jika

21

Page 22: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

tulang hook berbentuk bulat dan tulang pin berisi jaringan lemak maka nilai BCS sama dengan 3.0

Jika tulang hook berbentuk sudut dan tulang pin menonjol tipis maka nilai BCS sama dengan 2.75

Juka tulang pin berbentuk sudut runcing dan dirasakan adanya lapisan lemak tipis maka nilai BCS sama dengan 2.50

Memperhatikan kerutan lapisan lemak penutup pada tulang rusuk pendek (short ribs). Apabila terlihat hanya setengah dari ujung tulang rusuk pendek ke bagian tulang punggung maka nilai BCS 2.25, jika terlihat tiga per empat maka nilai BCS 2.0

Juka tulang thurl menonjol dan memiliki tulang punggung berbentuk tonjolan gigi gergaji, maka nilai BCS kurang dari 2.0

B. Waktu Penilaian- Saat Induk beranak

Penilaian dilakukan saat memproduksi kolostrum (1 sampai 7 hari). Standar BCS pada periode ini 3.25 – 3.75

- Setelah BeranakPenilaian dilakukan saat peningkatan produksi susu (1 bulan

postpartum). Secara ideal sapi akan kehilangan 0.5 poin nilai BCS, hal ini terjadi karena keseimbangan energi negatif dimana cadangan lemak tubuh akan digunakan untuk memproduksi susu, laktasi > reproduksi > pertumbuhan > hidup pokok. Standar BCS pada periode ini 3.0 – 3.5

- Saat DikawinkanPenilaian dilakukan saat produksi susu mulai menurun (3 bulan

postpartum), 2-3 bulan setelah beranak produksi susu terjadi penurunan, periode ini sapi dalam pemanfaatan energi pakan mulai terjadi keseimbangan energi positif, hal ini karena prioritas pemanfaatan akan digunakan untuk proses reproduksi dengan menunjukan tanda tanda sapi birahi. Standar BCS  pada periode ini 2.75 -3.25.

- Pemeriksaan  KebuntinganApabila umur foetus pada kebuntingan telah mencapai 3 bulan.

Penilaian pada periode trimester II berdasarkan prioritas pemanfaatan energi pakan yang tersedia difokuskan untuk kepentingan reproduksi > laktasi > pertumbuhan > hidup pokok. Standar periode ini 3.0 – 3.5.

- Periode Akhir LaktasiPenilaian dilakukan pada saat produksi susu mulai berkurang (9

bulan pospartum). Hal ini karena pemanfaatan energi pakan difokuskan pada  reproduksi > Pertumbuhan > hidup pokok > laktasi. Standar BCS pada periode ini 3.25 -3.75.

- Periode KeringPenilaian dilakukan pada saat sapi bunting tua, (I bulan

prepartum), hal ini karena pemanfaatan energi pakan difokuskan pada reproduksi > pertumbuhan > hidup pokok > persiapan laktasi berikutnya. Standar BCS periode ini 3,5 – 4.

Tabel 2 menunjukkan BCS yang diinginkan untuk berbagai tingkat laktasi dan berbagai umur heifer. Oleh karena tiap individu kondisinya bervariasi maka

22

Page 23: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

ada variasi di antara sapi – sapi tersebut pada tingkat laktasi yang sama. Tetapi, apabila ada seekor sapi yang sangat ekstrim bedanya dari nilai yang disebutkan di tabel disarankan untuk mengubah ransumnya.

Table 2. Desired and reasonable body condition scores of dairy cattle at critical times.

Time of scoring Desired score Reasonable rangeCowsCalving 3.5 3.0 - 4.0Peak Milk 2.0 1.5 - 2.0Mid-lactation 2.5 2.0 - 2.5Dry Off 3.5 3.0 - 3.5Heifers6 Months 2.5 2.0 - 3.0Breeding 2.5 2.0 - 3.0Calving 3.5 3.0 - 4.0

Examples of body condition scores

Body Condition Score 1

Body Condition Score 1Rump Area: Deep cavity around tailhead. No fatty tissue felt between pins. Pelvic bone easily felt. Skin is supple. Loin Area: Ends of short ribs sharp to touch. Upper surfaces can be felt easily. Deep depression in loin. Cows after having a severe DA are typically scored a 1.

Body Condition Score 2

Body Condition Score 2Rump Area: Shallow cavity lined with fatty tissue at tailhead. Some fatty tissue felt under pin bone. Pelvis easily felt.Loin Area: Ends of short ribs feel rounded. Upper

23

Page 24: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

surface felt with slight pressure. Depression visible in loin.High-producing, early lactation cows should score 2.

Body Condition Score 3

Body Condition Score 3Rump Area: No visible cavity around tailhead. Fatty tissue is easily felt over whole rump. Skin appears smooth. Pelvis is felt with slight pressure.Loin Area: Ends of short ribs can be felt with pressure. There is a thick layer of tissue on top. There is only a slight depression in the loin.

Body Condition Score 4

Body Condition Score 4Rump Area: Folds of fatty tissue are visible around tailhead. Patches of fat are present around the pin bones. Pelvis is felt only with firm pressure.Loin Area: Short ribs cannot be felt even with firm pressure. No depression is visible in loin between backbone and hip bone.

24

Page 25: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

Body Condition Score 5

Body Condition Score 5Rump Area: Tailhead is buried in fatty tissue. Skin is distended. No part of pelvis can be felt even with firm pressure.Loin Area: Folds of fatty tissue over short ribs. Bone structures cannot be felt.These cows are good candidates for fat cow syndrome.

How do I Score a Cow? In dairy cattle, we rank cows on a scale of 1 (very thin) to 5 ( very fat). The parts of the cow's body we need to focus on is the rear end of the animal: primarily the area around the hips, (the hook bones), the pin bones and the tail-head

The chart below should help you determine a score for your cow. Some people like to start with the drawing an "imaginary" line between the hook and the pin bone as the first point of decision. If the line forms a "V", the score will be less or equal to three. If the line forms a "U", the score will be three or above. I prefer to use a combination of at least two factors to help me make my mind up.

25

Page 26: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

Tugas:Amati dan raba dengan tekanan, tepat pada daerah loin, rump, tailhead,

pin bone, thurl dan hook (hip) bone. Bandingkan hasil pemeriksaan anda dengan Dairy Herd BCS Cart berikut dan lakukan diskusi dan penilaian (apakah manajemn pemberian pakan dilokasi praktikum sudah sesuai dengan standart)

LEMBAR KERJA 2PEMBERIAN PAKAN DAN MINUM

26

Page 27: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ternak perah adalah pakan dan air minum. Pakan merupakan sumber energi dan protein bagi mahluk hidup. Ternak ruminansia contohnya sapi perah, pakan pokoknya berupa rumput rumputan, daun – daunan tanaman leguminosa dan dari berbagai jenis pohon - pohonan atau tanaman semak serta limbah pertanian. Berbagai macam hijauan pakan ternak seperti yang disebut di atas berfungsi sebagai sumber zat makanan sehingga ternak dapat mempunyai produksi susu yang tinggi. Selain hijauan sapi perah perlu diberi pakan konsentrat. Pakan yang baik dalam bentuk hijauan maupun konsentrat mempunyai peranan yang sangat erat terhadap kuantitas dan kualitas produksi susu, sehingga pemberiannya harus sesuai dengan berat badan, produksi dan kadar lemak susu dari sapi perah laktasi. Demikian pula dengan pedet maupun sapi dara, pakan yang diberikan harus dapat mendukung kecepatan pertumbuhannya. Sedang pemberian air minum sebaiknya secara ad libitum.

Tujuan utama dari pemberian pakan sapi perah adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, kebuntingan, dan produksi susu bagi induk. Pemberian pakan yang baik diperlukan dalam managemen peternakan khususnya sapi perah, hal ini dilakukan untuk memastikan: Sapi tetap bertahan hidup, Sapi tetap sehat, dalam keadaan tubuh yang baik (tidak terlalu gemuk maupun terlalu kurus), Sapi memiliki energi yang cukup untuk melakukan aktivitasnya.

2.1 Kebutuhan Pakan dan Minum Sapi PerahSapi perah laktasi pada dasarnya memerlukan pakan hijauan yang lebih

banyak dari jumlah pakan konsentrat. Hal ini dikarenakan, hijauan memiliki kandungan serat kasar yang tinggi, sehingga Volatile Fatty Acid yang dihasilkan lebih banyak. Kurangnya VFA (Asam Asetat, Asam Butirat, Asam Propionat), akan berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas susu (protein, laktosa, lemak, SNF, dll). Imbangan antara pakan hijauan dan konsentrat yang optimal adalah 60% hijauan dan 40% konsentrat.

a. Fase Pedet Kolostrum (1-7 hari)Kolostrum diberikan 30 menit atau maksimum 2 jam setelah sapi

melahirkan. Frekuensi pemberiannya 2-4 kali sehari. Pada hari pertama, kolostrum diberikan 5% dari berat badan pedet atau 1,5-2 liter. Hari ke 2-7 kolostrum diberikan 8-10% dari berat badan atau sekitar 4 liter/hari. Pemberian kolostrum dapat dengan menggunakan botol (Nipple Bottle Feeding) atau menggunakan ember (Nipple Nail Feeding).

b. Fase Pedet umur 1 minggu-Sapih (4 bulan)Pada fase ini, sapi mulai diberikan Calf Starter atau konsentrat dengan

formula khusus. Calf starter harus memilki palatabilitas tinggi (disukai pedet) dan daya cerna yang tinggi pula. Kandungan nutrisi yang disarankan yakni, TDN 72-75% , Protein Kasar 16-18% dan Serat Kasar minimal 7%. Pemberian calf starter dilakukan secara bertahap, mulai dari 0,25 kg/hari hingga 1 kg/hari saat mendekati umur sapih. Pengenalan hijauan juga dilakukan, pemberian dilalukan secara bertahap mulai dari 2,5 kg hijauan segar/hari sampai saat sapih hingga 12,5 kg hijauan segar/hari. Air diberikan dalam jumlah ad-libitum.

c. Setelah sapihPada periode ini, pedet akan diberi konsentrat biasa sebanyak 0,5 kg- 2

kg/hari dan hijauan segar akan diberikan sebanyak 15-20 kg/ekor/hari. Air

27

Page 28: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

diberikan dalam jumlah ad-libitum. Selain itu, pemberian pakan tambahan berupa singkong segar sebanyak 2 kg/ekor/hari memberikan respon yang positif terhadap kondisi induk dan anak yang dilahirkan (Rohaeni, dkk. 2011).

d. Fase Dara (7-12 bulan)Pertumbuhan sapi dara sebelum beranak pertama tergantung kepada

pemeliharaan dan pemberian pakannya. Kerap kali peternak mengabaikan pemeliharaan sapi dara setelah pedet tidak menerima air susu, sehingga petumbuhan sapi dara akan terhambat. Sapi dara terus tumbuh dengan baik sampai umur 5 tahun. Bila pemberian pakan pada masa pertumbuhan ini tidak baik, maka berat sapi betina beranak pertama kali tidak mencapai berat badan yang ideal dan tubuhnya kecil. Target bobot badan pada umur 12 bulan adalah 297 kg (Bekti. 2010).

Jumlah konsentrat dan rumput segar yang diberikan pada sapi dara (umur 7 – 12 bulan)

Umur (bulan)

Berat badan (kg)

Pemberian pakanKonsentrat

(kg)Rumput segar

(kg)Air

7 175 1,5 10 – 12 Ad-libitum8 198 1,5 12 – 149 224 1,5 14 – 1510 250 1,5 15 – 1811 274 1,5 18 – 2012 297 1,5 > 20

Sapi dara dikawinkan pertama kali ketika umur 15 – 18 bulan dan berat badan mencapai 300 kg. Hal ini penting agar sapi dara dapat beranak pada umur 2 tahun (Bekti. 2010).

e. Fase Bunting + PengeringanInduk sapi perah yang sedang bunting, harus mendapat pakan yang

cukup, terutama setalah kebuntingan memasuki bulan ketiga, karena induk sapi harus menghasilkan air susu disamping harus membesarkan janin dalam kandungan. Oleh karena itu, status nutrisi induk selama bunting, sangat mempengaruhi kesehatan pedet (Bekti. 2010).

Induk yang telah bunting 7 bulan, sebaiknya dikeringkan (dihentikan pemerahan sir susunya) selama 40-60 hari. Tujuan pengeringan induk bunting adalah mengistirahatkan sel-sel ambingnya dan mempersiapkan produksi kolostrum bagi anaknya. Semakin panjang masa kering, akan semakin baik mutu kolostrum yang dihasilkan karena kandungan antibodi dalam kolostrum semakin tinggi dan sangat baik bagi ketahan tubuh pedet (kesehatan pedet) (Bekti. 2010).

Tiga hari sebelum dikeringkan, konsentrat tidak diberikan kepada induk dan sebaliknya rumput diberikan tidak terbatas. Pada 2-3 minggu sebelum beranak, konsentrat harus mulai diberikan kembali lebih kurang 2,5 kg/hari untuk membiasakan kembali bakteri rumen terhadap pakan konsentrat. Setelah beranak, induk sangat memerlukan konsentrat dalam

28

Page 29: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

jumlah yang lebih banyak dari biasanya. Hijauan yang diberikan selama dikeringkan, sebaiknya terdiri dari 30% legum dan 70% rumput ditambah dengan suplemen mineral. Air diberikan dalam jumlah ad-libitum (Bekti. 2010).

f. Fase LaktasiPada fase ini, pemberian pakan sapi perah laktasi dilakukan dengan

takaran 60% hijauan dan 40% konsentrat dengan jumlah pakan hijauan yang diberikan adalah 10% dari bobot badan sapi dan jumlah konsentrat yang diberikan 1,5-3% dari bobot badan sapi. Air diberikan dalam jumlah ad-libitum (Yusuf. 2012)

Alat dan bahan1. Timbangan (menimbang pakan)2. Karung3. Ember4. Termometer – Higrometer 5. Pita ukur sapi6. Hijauan7. Konsentrat

Tugas1. Ukur bobot hidup ternak, produksi susu, kadar lemak dan pertambahan

bobot badan.2. Cari informasi status reproduksinya.3. Periksa Body Condition Score (BCS)4. Hitung jumlah pakan dan air minum yang dibutuhkan dengan

mempertimbangkan tingkat konsumsi dan palatabilitas pakan kemudian perhatikan waktu yang tepat dalam pemberian pakan dan cara memberikannya.

5. Berikan pakan dan minum sesuai dengan cara setempat.6. Berikan pakan dan minum dengan cara alternatif dengan seijin

petugas. 7. Hitung konsumsi pakan dan air minum hubungkan dengan suhu

lingkungan.8. Perhatikan suhu dan kelembaban lingkungan serta kecepatan angin.9. Bersihkan dan kembalikan alat yang digunakan

LEMBAR KERJA 3PERKANDANGAN SAPI PERAH

29

Page 30: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

3.1 Perkandangan Sapi PerahDalam melakukan rancang bangun kandang dan perlengkapannya bertujuan :

1. Dapat memperkecil kebutuhan tenaga kerja2. Dapat menghemat pemakaian peralatan3. Dapat memungkinkan untuk dilakukan pengembangan dimasa depan

Pada prinsipnya fungsi kandang sapi perah di daerah tropis antara lain:1. Memisahkan ternak ke dalam suatu lokasi yang khusus agar tidak

menimbulkan gangguan pada lingkungan sekitar, misalnya pemukiman, tanaman pangan dan pengguna lahan untuk kepentingan lainnya.

2. Memberi perlindungan ternak dari radiasi matahari dan stress panas.3. Melindungi ternak dari hujan lebat, angin kencang, khususnya pada

periode tertentu pada musim penghujan.4. Membuat lingkungan kandang yang dapat memberi kenyamanan pada

ternak dan peternak dalam melakukan kegiatannya sehari-hari.Webster (1987) menegaskan bahwa kebutuhan lingkungan yang pokok

untuk menjamin tercapainya tingkat produksi yang optimal, kesehatan dan kesejahteraan ternak, maka dibutuhkan kondisi kandang yang nyaman (berkaitan dengan fisik dan suhu) dan kepuasan bertingkah laku.

Rancang bangun dan rekayasa kandang sapi perah tidak saja penting ditinjau dari kepentingan ternak tetapi juga untuk kepentingan peternak serta masyarakat sekitarnya.

A. Atap Kandang Atap Kandang terbuat dari bahan genteng, seng, rumbia, asbes dan lain-

lain. Untuk daerah panas (dataran rendah) sebaiknya menggunakan bahan genting sebagai atap kandang. Kemiringan atap untuk bahan genting adalah 30 – 45 % , asbes atau seng sebesar 15 – 20 % dan rumbia atau alang-alang sebesar 25 – 30%, ketinggian atap untuk dataran rendah 3,5 – 4,5 meter dan dataran tinggi 2,5 – 3,5 meter. Bentuk dan model atap kandang hendaknya menghasilkan sirkulasi udara yang baik di dalam kandang, sehingga kondisi lingkungan dalam kandang memberikan kenyamanan ternak. Terdapat beberapa macam tipe atap kandang yang meliputi:

Rumus kemiringan kandang

30

t 2−t 1panjanglantai

×100 %

Page 31: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

pt2 = tinggi rata-rata ujung Bt1= tinggi rata-rata ujung AKemiringan kandang yang ideal adalah 2-5%

B. Jenis-jenis Kandang1. Berdasarkan Sistem Pemeliharaana) Kandang Tipe Tunggal

Kandang tunggal merupakan tipe kandang yang ditempati oleh satu ternak di lengkapi oleh tempat pakan dan tempat minum. Penempatan ternak pada kandang tunggal dilakukan dengan metode satu baris atau sejajar, sedangkan pada bagian belakang adalah parit pembuangan kotoran.

b) Kandang Tipe Ganda Kandang ganda merupakan tipe kandang yang ternaknya saling

berhadapan (head to head) atau tolak belakang (tail to tail), dan dilengkapi oleh tempat pakan dan tempat minum.

c) Kandang Tipe PaddockKandang paddock merupakan tipe kandang dengan penempatan ternak

secara individual dan memiliki umbaran sehingga memungkinkan ternak untuk bisa bergerak lebih bebas dibanding dengan kandang tipe individu dan kandang tipe ganda. Kandang ini dikhususkan untuk ternak agar dapat melakukan exercise.

Pembuatan kandang sapi harus direncanakan dan dikerjakan dengan seksama. Kandang yang nyaman akan membuat ternak semakin baik dan berkualitas dengan produksi susu yang masksimal.

31

t2 t1

Page 32: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

2. Berdasarkan letak posisi tempat pakana) Head to head

Kandang tipe ini artinya bahwa tempat palung atau tempat pakan saling berhadapan sehingga akan memudahkan petugas dalam memberi pakan, karena tidak perlu berputar mengelilingi kandang.  

b) Tail to tailKandang tipe ini dapat diartikan bahwa ekor sapi saling berhadapan

dan tempat pakan saling bersebrangan dengan baris lain. Keuntungan dari tipe kandang ini akan memudahkan petugas dalam membersihkan kotoran sapi. Kandang tipe ini biasanya banyak dipergunakan dalam peternakan sapi perah. Sebab membutuhkan kebersihan yang sangat ektra sebelum dilakukan pemerahan.

3. Berdasarkan Kandang Pedeta) Kandang pedet individual

Setiap ruangan kandang cukup dipisahkan dengan sekat – sekat yang berasal dari bahan besi atau pipa – pipa bulat, ataupun bambu dan kayu yang dibentuk sedemikian rupa sehingga tidak melukai kulit pedet, tinggi penyekat cukup satu meter. Ukuran kandang individu untuk pedet umur 0 sampai dengan 4 minggu adalah 0, 75 x 1, 5 m dan umur 4 sampai dengan 8 minggu 1,0 x 1,8 m ( Anonimus, 1995 ).

b) Kandang pedet kelompokPedet yang sudah besar dapat dimasukkan atau dipelihara dalam

kandang kelompok yang juga dilengkapi dengan tempat pakan dan minum secara individual sehingga mereka mendapatkan pakan dan minuman secara merata dan tidak terganggu satu sama lain. Pedoman ukuran atau kapasitas kandang kelompok untuk pedet umur 4 sampai dengan 8 minggu adalah 1 m/ ekor, dan umur 8 sampai dengan 12 minggu adalah 1,5 m/ ekor. Ketinggian dinding keliling 1 meter. Setiap kelompok sebaiknya tidak melebihi 4 ekor. Karena dapat menekan penyebaran penyakit, terutama scours (Sugeng, 2003).

C. Menentukan Letak kandangKandang sebaiknya terletak pada tempat yang lebih tinggi dari lahan

sekitarnya. Kemudian untuk lantainya sebaiknya dibuat 20 sampai 30 cm lebih tinggi dari lahan sekitarnya. Dengan demikian, drainase dapat dibuat lebih baik. Selain itu, pasokan air juga sangat diutamakan.

Dibangun di dekat sarana transportasi, dengan demikian, bahan pakan mudah diangkut ke peternakan, bagian penjualan yang berhubungan dengan kandang terutama dianjurkan dekat jalan raya.

D. Menentukan Jarak tiap KandangKandang sebaiknya dibangun dengan jarak 6 sampai 8 meter yang

dihitung dari masing-masing tepi atap, untuk ruangan isolasi dan karantina atau bangunan lainnya diberi jarak 25 m atau sekurang kurangnya 10 m dengan tinggi tembok pembatas 2 m. Kantor berjarak 25 hingga 30 m dari kandang. Tempat penimbunan kotoran terletak 100 m dari kandang.

32

Page 33: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

E. Manfaat kandang bagi hewan ternak sapi perah- Melindungi ternak dari pengaruh iklim oleh sinar terik matahari, hujan

lebat dan gangguan predator.- Memenuhi kebutuhan sapi untuk makan, minum, cukup pergerakan,

breeding, melahirkan, pemerahan.- Memperkecil resiko terhadap kesalahan bentuk kuku, infeksi terhadap

putting dan ambing, kekurangan gerak/ tempat yang sempit, lantai yang licin.

- Menciptakan kompetisi makan yang harmonis, cukup air bersih- Tersedia area untuk penanganan sapi sakit, kondisi perbaikan, melahirkan,

perawatan ternak, mendiagnosa, dll.- Menyediakan tempat untuk pekerja, bekerja lebih mudah, dan cepat

efisiensi kerja setiap kegiatan yang dilakukan.Alat dan bahan: 1. Pensil2. Meteran3. Selang air transparan (0,25 dim, 5 m)4. Kertas gambar5. Jangka6. Penggaris7. Thermometer8. Higrometer9. Obat nyamuk bakar (secukupnya)

Tugas:1. Buat gambar sapi perah lengkap dengan bagian bagiannya secara

proporsional dengan skala 1:50 pada kertas gambar yang sesuai. Perhatikan perbedaan ukuran atau kemiringan lantai untuk kandang pedet, sapi dara, laktasi, kering bunting tua, pejantan, karantina, kandang kawin, kamar susu, exercise yard, jaraknya dengan gudang pakan, sumber air minum dan kantor.

2. Perhatikan / ukur kemiringan lantai dan selokan kandang untuk pedet, sapi dara, laktasi, kering bunting tua, pejantan, karantina, kandang kawin, kamar susu, exercise yard.

3. Perhatikan sirkulasi udara kandang. Gunakan asap obat nyamuk bakar. Evaluasi kecepatan aliran udaranya (Gunakan standart yang dikemukakan olegh Mc.Dowell 1972 dalam improvement of livestock in warm climates halaman 41).

4. Ukur suhu kelembaban udara pada jam 06.00, 12.00 dan 18.00 pada ketinggian 150 cm dari lantai (tinggi sapi Friesian 150 cm).

5. Ukur statistik vital ternak perah misalnya : ukur tinggi, panjang badan, lingkar dada (ditarik dengan tegangan 5 kg) masing – masing sapi yang ada pada kategori kandang yang anda ukur.

6. Perhatikan tata air dan limbah, pola penanganan limbahnya dan gambar tempat penimbunan akhir limbah (buat skema pengelolaan limbahnya).

7. Bandingkan dengan pustaka dan tarik kesimpulannya.Catatan:

33

Page 34: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

- Lakukan tugas anda dengan baik dan buat laporannya dengan diskusi dan simpulkan.

- Setiap kelompok mempersiapkan dan bertanggung jawab atas alat yang diperlukan / digunakan masing-masing.

3.2 Aspek Kebersihan Ternak Dan KandangA. Menjaga Kebersihan Ternak

Dalam rangka untuk menjaga kesehatan kulit dan mutu produksi susu sapi perah maka setiap kotoran maupun debu dan rambut yang lepas harus dibersihkan dengan cara menyikat (gromming) maupun memandikan bila mana diperlukan. Memandikan ternak perah sebaiknya dilakukan pada pagi hari, untuk selanjutnya ternak perah dilepas di tempat exercise atau dijemur di bawah sinar matahari selama 1-2 jam. Bila menggunakan sabun maka hindarkan air sabun tersebut dari mata untuk menghindari stres pada ternak. Penggunaan sikat dari bahan plastik maupun ijuk harus dilakukan secara bijaksana, sebaiknya searah dengan tumbuhnya rambut atau bulu, hindarkan penggosokan yang terlalu kuat yang dapat menimbulkan luka. Bila ada kotoran yang sulit dibersihkan, maka lakukan pembersihan dengan sabar, bila perlu tenak harus dibasahi atau diguyur dengan air agar kotoran jadi lunak dan baru dilakukan penyikatan. Rambut yang terlalu panjang disekitar ambing dan kedua kaki belakang sebaiknya dipotong secara teratur. Kebersihan kulit dan rambut diharapkan dapat menjamin kesehatan kulit dan kesehatan susu. Hindarkan tetesan air membasahi puting terlalu lama untuk mencegah masuknya kuman ke puting yang dapat menimbulkan mastitis.Alat dan bahan:

1. Sikat2. Ember / selang3. Sabun cuci4. Air bersih5. Tali pengikat sapi / ekor6. Termometer

Cara Pelaksanaan1. Bersihkan alat dan bahan yang digunakan2. Bersihkan pakan / kotoran di sekitar ternak3. Periksa tali pengikat ekor sapi4. Periksa respiration rate dan suhu rektal5. Guyur sapi dengan air bersih dari arah belakang ke depan hingga seluruh

permukaan tubuh basah6. Ambil sikat dan bersihkan bagian tubuh yang kotor termasuk lipatan

paha, sekitar ambing dan celah kuku (gunakan sabun bila perlu)7. Bilas dengan air bersih dan lakukan penjemuran (jangan lupa melepas

tali pengikat ekor) agar kulit kering dan mendapat kesempatan exercise.8. Bila kasus mastitis cukup tinggi kejadiannya lakukan perendaman puting

dengan biocid atau preparat lain sebelum ternak di jemur.9. Periksa respiration rate dan rectal temperature serta air liurnya,

selanjutnya ternak segera dimasukkan ke kandang atau tempat yang teduh manakala sinar matahari mulai terik dan ternak kepanasan.

34

Page 35: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

B. Menjaga Kebersihan KandangKebersihan kandang hendaknya selalu dipelihara setiap saat untuk

menjamin kesehatan ternak, masyarakat maupun lingkungan. Pembersihan kandang penting dilakukan setiap saat secara teratur. Sisa pakan, sisa susu, kotoran ternak dan air kencing serta bahan lain seperti botol / bungkus / kemasan obat dan makanan baik yang biodegradable perlu dibersihkan dari lingkungan kandang untuk menghindari pencemaran lingkungan maupun sarang lalat dan tikus serta hewan maupun mikroorganisme yang lain. Kandang yang tercemar dapat mencemari susu maupun menjadi media untuk tumbuh mikroorganisme yang dapat menggangu kesehatan masyarakat konsumen.Hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga kebersihan kandang yaitu :1. Lantai Kandang

Lantai kandang ternak perah harus dalam keadaan kering untuk mencegah timbulnya berbagai parasit yang nantinya menyebabkan penyakit pada ternak perah, karena sebagian besar penyakit pada ternak perah berasal dari lingkungan kandang yang kurang bersih dan terlalu lembab, sehingga kandang dan semua peralatan yang mendukung pemerahan harus dalam keadaan bersih terbebas dari lumut dan alga. Untuk memudahkan dalam melakukan pembersihan lantai kandang, maka sebaiknya lantai kandang di buat dari bahan yang tidak mudah lembab atau cepat menyerap air, seperti dari sement atau tanah yang padat. Cara yang digunakan untuk membersihkan kotoran sapi dikandang berlantai cor adalah dengan flushing yaitu dengan menyemprot lantai kandang dengan pompa bertekanan tinggi menggunakan selang khusus. Untuk pembersihan kotoran dengan flushing konstruksi kemiringan kandang harus diperhatikan agar air berserta kotoran lancar mengalir.

2. Kemiringan Kandang Kemiringan kandang berkaitan dengan proses pembersihan kandang, dan

sebaiknya lantai kandang dibuat miring dengan kemiringan yang telah ditentukan, kemiringan antara 2-3%.

3. Tempat Pakan dan MinumWadah pakan dan minum juga harus selalu di lihat kebersihannya, apabila

kualitas pakan dan kebersihan air menurun, maka dapat mengurangi palatabilitas pakan yang dapat menyebabkan konsumsi pakan menurun sehingga pakan banyak yang tersisa.

Alat dan bahan:1. Sekop2. Sapu lidi3. Sikat lantai4. Ember atau selang5. Sumber air bersih6. Gerobak sampah7. Karung plastik

Tugas:

35

Page 36: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

1. Bersihkan tempat pakan dan minum dari sisa pakan dengan alat yang sesuai. Masukkan sisa pakan ke dalam karung plastik (timbang) dengan menggunakan gerobak, buang di tempat yang telah ditentukan.

2. Bersihkan lantai dan dinding kandang dengan sekop, cangkul, sikat dan sapu. Timbang kotoran ternak dan masukkan ke dalam gerobak sampah dan buang di tempat yang ditentukan. Semprot atau guyur dengan air bersih bagian kandang yang masih kotor sambil disikat atau digosok dengan sapu bila perlu (hitung jumlah air yang digunakan).

3. Evaluasi semua kegiatan.

3.3 Sistem PemerahanPemerahan merupakan aktivitas memerah puting susu sapi untuk

mengeluarkan susu segar dari alveoli yang terdapat di ambing. Tujuan utama dari pemeliharan sapi perah adalah untuk memproduksi susu. Pemerahan umumnya dilakukan dua kali sehari setelah diberikan pakan konsentrat dan sebelum pemberian pakan hijauan. Pemerahan pagi dilakukan pukul 05.00 sampai 06.00 WIB, sedangkan pemerahan sore dilakukan mulai pukul 15.00 sampai 16.00 WIB. Jadwal dan frekuensi pemerahan harus sesuai dengan waktu dan konsisten setiap harinya karena apabila berganti-ganti waktu dan frekuensi dapat menyebabkan ternak tersebut stres dan tidak tenang sehingga produksi susu menurun.

A. Pengaruh Interval PemerahanInterval pemerahan akan mempengaruhi produksi dan kualitas susu karena

berkaitan dengan jangka waktu dalam proses metabolisme tubuh ternak dan proses sintesis susu pada kelenjar kambing. Sintesis susu pada ambing akan menurun setelah 8 jam pasca pemerahan. Hal tersebut menyebabkan interval pemerahan terlalu pendek atau pun panjang tidak menghasilkan produksi susu secara maksimal. Produksi susu pada pagi hari lebih banyak dibandingkan dengan sore hari. Hal ini disebabkan oleh interval pemerahan yang dilakukan dimana kelenjar ambing mempunyai waktu yang lebih lama untuk memproduksi susu yaitu 15 jam dibandingkan pada pemerahan sore hari yaitu 9 jam yang menyebabkan lamanya ambing dalam keadaan kosong sehingga tekanan ambing menjadi rendah yang selanjutnya akan meningkatkan sekresi dalam ambing.

Menurut Castillo (2008), interval waktu pemerahan yang lebih lama dapat menurunkan kadar lemak pada pemerahan selanjutnya karena waktu yang digunakan untuk sintesis susu menjadi lebih lama sehingga lumen-lumen alveoli dapat dipenuhi oleh susu secara optimal, namun memiliki kadar lemak yang relatif rendah. Sebaliknya sapi yang diperah dengan interval pemerahan yang pendek akan menghasilkan susu dengan kadar lemak tinggi dan produksi susu menurun sehingga kandungan lemak hasil pemerahan pagi hari lebih rendah dibandingkan dengan pemerahan sore hari dan kadar lemak susu bergantung pada jumlah produksi susu individual. Apabila selang antara pemerahan tidak sama, maka produksi susu akan lebih banyak pada selang yang lebih lama, dan kandungan lemak akan lebih tinggi dari hasil pemerahan dengan interval yang lebih singkat.

Besar kandungan lemak susu pada susu sapi berbanding lurus dengan kandungan total bahan kering dan perbedaan kandungan total bahan kering juga

36

Page 37: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

dipengaruhi oleh tingginya nutrien lain seperti protein dan laktosa. Interval pemerahan pendek akan meningkatkan kandungan bahan kering dan akan menghasilkan lemak susu yang lebih tinggi dibandingkan dengan interval pemerahan yang lebih panjang. Selain itu, tingginya kandungan total bahan kering dalam susu sangat dipengaruhi oleh komposisi nutrien seperti lemak, protein, laktosa, vitamin, mineral dan lain-lain. Berat jenis susu juga dipengaruhi oleh interval pemerahan dimana semakin banyak padatan susu maka berat jenis susu akan naik dan kandungan air yang tinggi dapat menurunkan berat jenis susu. Semakin panjang interval pemerahan maka semakin banyak diproduksi air pada susu sehingga interval pemerahan panjang akan menurunkan berat jenis susu dan proporsi bahan kering susu sedangkan interval pemerahan pendek akan menurunkan produksi susu.

B. Frekuensi IntervalPenerapan interval pemerahan yang baik dan seragam menjadi salah satu cara

untuk meningkatkan produksi susu dimana sapi perah sebaiknya minimal diperah dua kali sehari dengan selang pemerahan 12 : 12 atau 14 : 10 jam. Menurut Castillo (2008) hal ini menunjukkan selang pemerahan yang sesuai dapat meningkatkan laju sekresi susu dan tingkat produksi. Sedangkan frekuensi interval mengalami perbedaan seperti 16 : 8 maka antara tingkat produksi susu mengalami penurunan jika Semakin lama interval pemerahan. Hal ini menunjukan karena Sekresi susu pada lumen berlangsung selama 8 jam pasca pemerahan dan berhenti pada tekanan ambing 40 mm Hg sehingga interval pemerahan terlalu panjang tidak akan menghasilkan produksi secara maksimal.

C. Teknik PemerahanAdapun Tahapan-tahapan pemerahan dibagi menjadi 3 tahap yaitu:a. Tahapan sebelum pemerahan

1. Membersihkan kandang dan peralatan pemerahan2. Memandikan sapi terutama bagian ambing dan bagian belakang sekitar

lipatan paha bagian dalam dengan menggunakan kain lap basah dan air hangat 37°C untuk menghindari pencemaran bakteri dan untuk merangsang agar air susu dapat keluar dari kelenjar-kelenjar susu

3. Petugas harus memakai pakaian yang bersih dan mencuci tangan dengan sabun untuk mencegah kontaminasi bakteri dari luar

4. Olesi puting susu dengan vasline agar puting susu tidak luka atau lecet5. Dilakukan uji mastitis dimana diambil pemerahan pertama dan kedua yang

ditampung pada wadah (strip cup) dan di amati susu tersebut terkena mastitis atau tidak.

b. Tahapan pemerahanAdapun teknik pemerahan susu dibagi menjadi 3 cara yaitu:

1. Full Hand

37

Page 38: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

Teknik pemerahan yang paling efektif dengan menggunakan kelima jari dimana ibu jari dan jari telunjuk berada dipangal sebagai pengunci dan digunakan pada puting besar dan panjang.

2. Knevelen Teknik pemerahan dengan menggunakan tiga jari dan diterapkan pada

puting besar dan pendek. 3. Stripping / Strippen

Teknik pemerahan dengan menggunakan dua jari dan diterapkan pada putting pendek dan kecil.

Full Head Knevelen Strippen

c. Tahapan setelah pemerahanSetelah proses pemerahan, perlu dilakukan teat dipping dimana

pencelupan puting kedalam larutan antiseptic agar bakteri disekitar puting tidak masuk kedalam ambing.

3.4 Pengolahan LimbahPada peternakan dengan pola tradisional sering di jumpai terjadinya

masalah yang terkait dengan saluran drainase dan penanganan limbah. Penanganan limbah seharusnya sudah diperhitungkan pada saat melakukan rancang bangun kandang sapi perah agar di kemudian hari tidak menjadi masalah serius bagi pencemaran lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan pada masyarakat sekitar. Limbah seyogyanya dapat dikelola sedemikian rupa sehingga dapat memperkecil terjadinya pencemaran bahkan harus diupayakan dapat memberikan manfaat bagi perusahaan. Limbah peternakan umumnya meliputi semua kotoran yang dihasilkan dari suatu kegiatan usaha peternakan, baik berupa limbah padat dan cairan, gas, ataupun sisa pakan. Limbah peternakan ini dapat diolah menjadi kompos dan biogas yang memiliki banyak manfaat. A. Kompos

Kompos merupakan hasil perombakan bahan organik oleh mikroba dengan hasil akhir adalah kompos. Menurut Surtinah (2013) pengomposan merupakan salah satu alternatif pengolahan limbah padat organik yang banyak tersedia disekitar kita. Dari sisi kepentingan lingkungan, pengomposan dapat mengurangi volume limbah sapi perah, karena sebagian besar limbah adalah limbah organik. Ditinjau dari sisi ekonomi, pengomposan sampah padat organik berarti, bahwa barng yang semula tidak memiliki nilai ekonomis dan

38

Page 39: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

bahkan memerlukan biaya yang cukup mahal untuk menanganinya dan sering menimbulkan masalah sosial, ternyata dapat diubah menjadi produk yang bermanfaat dan bernilai ekonomis. Manfaat kompos diantaranya :1. Dapat memperbaiki struktur hara tanah2. Meningkatkan daya serap tanah terhadap air3. Sebagai sumber makanan bagi tanaman diatasnya

B. Biogas Menurut Wahyono dan Sudarno (2012) biogas bahan organik dari

kotoran sapi dengan 1 kg dapat menghasilkan biogas sebanyak 40 liter. Biogas dapat dihasilkan dari pengolahan limbah rumah tangga dan buangan dari sisa kotoran ternak, dengan demikian biogas memiliki peluang yang besar dalam pengembangannya karena bahannya dapat diperoleh dari sekitar tempat peternakan.

Tugas:1. Hitung jumlah limbah yang harus dikelola tempat praktikum setiap hari.2. Amati pengelolaan limbah di tempat praktikum.3. Amati outline tempat pengolahan biogas.4. Bersihkan dan kembalikan alat yang digunakan.

39

Page 40: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

PRAKTIKUM LABORATORIUM

40

Page 41: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

PEMERIKSAAN CONTOH SUSU SEGAR

Susu yang diperdagangkan untuk konsumsi harus memenuhi persyaratan tertentu, hal ini dimaksudkan agar susu tersebut mutunya selalu terjamin sehingga tidak merugikan konsumen baik karena menurunnya mutu karena pemalsuan, kurang baiknya penanganan, serta alasan alasan kesehatan lainnya. Instansi yang berwenang dalam pengawasan susu segar ini adalah dinas peternakan setempat. Petugas dinas peternakan secara berkala atau mendadak melakukan pemeriksaan dengan cara mengambil contoh susu 0,5 liter baik dari loper, agen maupun perusahaan penghasil susu tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Petugas akan memberikan surat sebagai tanda pengambilan contoh susu untuk pemeriksaan lebih lanjut dilaboratorium.

Setiap contoh susu disertai nama loper / agen / perusahaan penghasil susu, tempat dan waktu pengambilan. Hasil pemeriksaan ini dilaporkan kepada pemerintah setempat atau pengusaha susu sebagai upaya pembinaan. Susu yang menyimpang / rusak / kurang baik / tidak sesuai dengan persyaratan dapat dituntut dimuka hakim / pengadilan berdasarkan peraturan kesehatan susu yang berlaku didaerah setempat.

Definisi air susu disini adalah air susu yang tidak ditambahi atau dikurangai sesuatu apapun dan diperoleh dari pemerahan yang teratur dan kontinyu serta dari sapi yang sehat.Pemeriksaan susu segar meliputi beberapa macam uji yaitu:

1. Pemeriksaan keadaan susuKeadaan susu dikatakan abnormal / menyimpang bila air susu kotor, bila mengandung kuman kuman yang tidak ditemukan dalam air susu normal, air susu mulai busuk atau dicampur bahan pengawet atau obat obatan.

2. Pemeriksaan susunan susu.Pemeriksaan susunan susu dikatakan abnormal / menyimpang bila air susu dicampur dengan bahan bahan kurang nilai atau tak bernilai atau bila tak memenuhi syarat syarat minimal.

3. Pemeriksaan terhadap kemungkinan adanya pemalsuan

41

Page 42: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

LEMBAR KERJA 1UJI FISIK SUSU

1.1 UJI ORGANOLEPTIK (WARNA, BAU DAN RASA)

Standar air susu menurut SK Direktorat Jendral Peternakan No.17/Kpts/DJP/Deptan/1983 bahwa warna air susu disebabkan karena warna kasein. Warna kasein yang murni berwarna putih seperti salju. Di dalam susu, kasein ini merupakan disfersi koloid sehingga tidak tembus cahaya yang mengakibatkan air susu tersebut berwarna putih. Kadang-kadang susu berwarna agak kekuningkuningan yang disebabkan oleh karoten. Karoten adalah pigmen kuning utama dari lemak susu, yang apabila dimetabolisme di dalam tubuh manusia akan membentuk dua molekul vitamin A. Karotenoid disintesa hanya oleh tumbuhan, oleh karenanya harus ada dalam pakan ternak perah. Banyaknya karoten dalam susu (warna kuning) tergantung dari bangsa, spesies, individu, umur, masa laktasi dan pakan hijauan yang dimakan oleh sapi.

Semua bau dan rasa susu sapi kemasan adalah normal (aroma khas bau susu sapi) dan rasa susu yang tidak menyimpang (sedikit manis dan sedikit asin). Bau dan rasa susu sapi kemasan tersebut sesuai dengan standar air susu menurut SK Direktorat Jendral Peternakan No.17/Kpts/DJP/Deptan/1983. Citarasa susu dipengaruhi oleh kadar lemak, protein, dan mineral yang terdapat pada susu. Faktor yang mempengaruhi bau dan rasa susu adalah pemberian pakan, macam bahan pakan yang diberikan, persiapan sapi yang akan diperah. Pada akhir masa laktasi, kadar protein dan mineral sangat tinggi, sehingga rasa susu yang dihasilkan sedikit asin. Susu murni mempunyai rasa sedikit manis ini disebabkan oleh laktosa dan kadar Cl yang rendah. Jika terjadi penyimpangan terhadap bau susu maka dapat terjadi perubahan seperti : bau asam, tengik dan busuk serta rasa susu akan berubah seperti : rasa tengik disebabkan oleh kuman asam mentega, rasa sabun disebabkan oleh Bacillus lactic saponacei, rasa lobak disebabkan oleh kuman coli.

SK Direktorat Jendral Peternakan No.17/Kpts/DJP/Deptan/1983. Buckle, et all., (1987) menyatakan bahwa penggumpalan merupakan sifat susu yang paling khas. Penggumpalan dapat disebabkan oleh kegiatan enzim atau penambahan asam. Enzim Proteolitik yang dihasilkan oleh bakteri dapat menyebabkan penggumpalan air susu. Kerja enzim ini biasanya terjadi dalam tiga tahap yaitu penyerapan enzim ke dalam partikel-partikel kasein, diikuti dengan perubahan keadaan partikel kasein itu sebagai akibat kerja enzim dan terakhir mengendapnya kasein yang telah berubah itu sebagai garam kalsium atau garam kompleks. Adanya ion-ion kalsium dalam air susu diperlukan untuk proses pengendapan. Jika terjadi penyimpangan maka susu dapat berubah cair bahkan dapat terlalu kental hal ini disebabkan karena faktor pemerahan dan faktor ternak tersebut.

A. Macam-macam Uji Organoleptik1. Uji Warna

Pemeriksaan dimulai pada saat susu masih dalam kemasan. Perhatikan apakah tutup botol / kemasan masih dalam keadaan baik atau rusak. Persyaratan untuk botol / kemasan susu telah ditetapkan dalam peraturan daerah. Sebagai contoh botol susu harus berwarna jernih / tembus pandang,

42

Page 43: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

mulut botol lebar, tutup botol dari kertas khusus disertai etiket dari perusahaan / agen, ukuran 0,5 liter untuk satu pelanggan.

Warna susu yang normal adalah putih kekuning kuningan, warna yang menyimpang adalah :

1. Kemerah merahan (dapat berasal dari sapi yang menderita mastitis)2. Kebiru biruan (diduga bercampur dengan air beras / karena

penambahan air)Ke dalam tabung reaksi dimasukkan kurang lebih 5 ml susu, kemudian

dilihat dengan latar belakang putih. Diamati warna susu dan kemungkinan adanya kelainan pada warna susu.Pengamatan dilakukan oleh 10 orang panelis, warna susu normal (putih kekuningan) diberi skor 2 sedangkan warna susu yang menyimpang diberi skor 1.2. Uji Bau

Dalam keadaan normal maka susu mempunyai bau yang khas. Susu yang berasal dari ambing yang terkena mastitis akan terasa berbau amis seperti bau darah. Penyimpangan lain adalah bau asam dan busuk, ini biasanya didapatkan dari susu yang sudah mulai membusuk karena kurang baiknya penanganan pasca panen. Bau silase, bau lobak dan lain lain tergantung dari makan yang dimakan oleh sapi.

Ke dalam tabung reaksi dimasukkan kurang lebih 5 ml susu, kemudian dicium baunya. Pengamatan dilakukan oleh 10 orang panelis. Bau susu normal, khas bau susu diberi skor 2 sedangkan bau yang menyimpang diberi skor 1.3. Uji Rasa

Susu normal mempunyai rasa lezat (gurih) dan agak manis. Susu yang tidak normal didapatkan rasa asam, kadang kadang ada rasa pahit.

a. Rasa pahit, karena pembentukan peptoneb. Rasa lobak, karena pembentukan colic. Rasa sabun, karena pembentukan laktis

Susu dituangkan sedikit ke gelas sloki kemudian dicicipi dan rasakan susu tersebut. Rasa susu yang menyimpang seperti rasa pahit (adanya kuman-kuman pembentuk pepton), rasa tengik (disebabkan oleh kuman asam mentega), rasa sabun (disebabkan oleh Bacillus lactic saponacei) rasa lobak (disebabkan oleh kuman coli), rasa anyir/amis (disebabkan oleh kuman tertentu pada mastitis) diberi skor 1. Sedangkan rasa susu normal : sedikit manis dan sedikit asin diberi skor 2.

Tujuan Untuk mengetahui susu layak dikonsumsi atau tidak Untuk mengetahui apakah susu dipalsukan atau tidak

PrinsipApabila susu mengalami penyimpangan warna, bau, dan rasa maka susu sudahtidak layak dikonsumsi atau susu sudah mengalami penyimpangan.

Alat dan bahanAlat khusus tidak diperlukan (kecuali botol / kemasan / gelas pengaduk /

test tube) tetapi justru keterampilan praktikan dalam penciuman, penglihatan, dan indra perasa yang peka sangat diperlukan.

43

Page 44: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

1.2 UJI ALKOHOL

Susu yang mengandung 0,21% asam atau yang kandungan Ca dan Mg melebihi normal maka akan mengalami koagulasi bila ditambah alkohol. Konsentrasi alkohol yang digunakan tergantung pada tingkatan mulai terjadinya koagulasi tersebut.Koagulasi susu dalam uji alkohol ini dapat disebabkan oleh:

1. Penyakit dalam ambing misalnya mastitis2. Adanya kolostrum dalam jumlah yang banyak3. Renin yang dibentuk oleh mikroorganisme4. Permulaan adanya mastitisBila susu terkoagulasi dalam uji alkohol padahal keasamanya dibawah 0,21%

maka di indikasikan adanya imbangan garam dan susu yang tidak normal sehingga tidak baik untuk diproses lebih lanjut.

TujuanUntuk mengetahui apakah susu layak dikonsumsi serta di proses lebih lanjut atau tidak.

Prinsip Susu yang bersifat asam kerena terbentuknya asam laktat atau berkualitas jelek akan menggumpal jika ditambahkan dengan alkohol 70%.

Alat dan BahanAlat yang digunakan Bahan yang diperlukan

1. Test tube 1. Sampel Susu2. Gelas Ukur 2. Alkohol 70%3. Pipet tetes

Cara kerja1. Disiapkan Alat dan Bahan2. Dimasukkan 5ml sampel susu ke dalam tabung reaksi menggunakan pipet

volume3. Dimasukkan 5 ml alkohol 70% ke dalam tabung reaksi4. Dihomogenkan campuran alkohol dan sampel susu5. Di amati gumpalan dalam tabung reaksi, catat hasilnya6. Dibersihkan dan dikembalikan alat dan bahan yang telah digunakan.

Kegunaan uji alkohol adalah sebagai uji keasaman susu yang cepat dan murah. Uji alkohol juga lebih sensitif dibandingkan dengan uji masak, hal ini dikarenakan uji masak hanya akan mendeteksi susu yang kadar asamnya tinggi (pH : 5,3). Sedangkan uji alkohol dapat mendeteksi susu yang tidak terlalu asam (pH : < 6,4). Maka dari itu, susu yang lolos uji masak bisa saja tidak lolos uji alkohol. Susu mastitis dan kolostrum juga tidak dapat lolos uji alkohol.

44

Page 45: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

1.3 UJI MASAK

Susu yang masih segar dan bermutu baik tidak akan mengalami koangulasi bila dimasak (dipasteurisasi), tetapi susu yang kandungan asam laktatnya tinggi (sebagai hasil dari pemecahan laktosa oleh bakteri asam laktat) akan terkoangulasi bila dipanaskan. Demikian pula yang akan terjadi pada susu yang berasal dari ambing yang terkena mastitis pada tingkat tertentu (dimana kadar garamnya meningkat)

TujuanUntuk mengetahui apakah susu layak dikonsumsi atau tidak dengan cara dipanaskan

PrinsipSusu dipanaskan kemudian didinginkan, apabila terdapat koagulasi maka uji dinyatakan positif susu tidak layak dikonsumsi.

Alat dan bahanAlat yang digunakan Bahan yang diperlukan

1. Pipet 5 ml 1. Contoh susu2. Test tube 2. Spirtus3. penjepit 3. Korek api4. Water bath / pemanas khusus (Bunsen, kaki tiga, kawat kasa)

Cara kerja1. Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan2. Masukkan susu sebanyak 5 ml kedalanm test tube 3. Panaskan test tube dengan pemanas khusus (perhatikan arah ujung test

tube untuk mengindari kecelakaan)4. Setelah susu mendidih didiamkan beberapa saat5. Diamati dan dicatat apa yang terjadi6. Bersihkan dan kembalikan alat alat yang digunakan ke tempat semula

Susu segar yang berkualitas baik tidak akan pecah (menggumpal) bila dipanaskan / dididihkan pada waktu tertentu. Sebaliknya, susu yang bermutu jelek akan mengalami penggumpalan bila dipanaskan. Terjadinya penggumpalan diakibatkan oleh adanya asam yang dihasilkan oleh mikroba dari peruraian laktosa. Asam tersebut mengakibatkan protein susu mudah mengalami denaturasi dan penggumpalan bila dilakukan pemanasan. Jadi, susu yang telah banyak ditumbuhi mikroba akan menjadi asam dan mudah pecah bila dipanaskan. Susu yang diolah dengan cara pemanasan atau pasteurisasi harus disimpan pada suhu 2º - 8º C agar tidak cepat rusak. Dengan suhu demikian susu dapat disimpan dalam waktu ± 5 hari. Sedangkan susu sterilisasi mampu di simpan di suhu ruang.

45

Page 46: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

1.4 UJI CMT (CALIFORNIA MASTITIS TEST)

Penyakit yang sering dialami oleh ternak perah yaitu mastitis. Mastitis adalah reaksi peradangan ambing yang disebabkan oleh kuman, zat kimia, luka termis (bakar) atau luka mekanis. Peradangan ini menyebabkan bertambahnya protein di dalam darah dan sel-sel darah putih didalam jaringan mammae. Mastitis dapat timbul karena adanya reaksi dari kelenjar susu terhadap suatu infeksi yang terjadi pada kelenjar susu tersebut.

Peradangan ini menyebabkan penurunan produksi susu. Umumnya radang ambing disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus, Streptococcus agalactiae, dan Pseudomonas aeruginosa, ketiga bakteri tersebut dapat berpindah dari kuartir yang terinfeksi ke kuartir yang sehat dengan melalui tangan pemerah atau kain pembersih ambing serta alat-alat pemerahan lainnya.

Uji CMT adalah suatu metode untuk mendiagnosa mastitis subklinis dengan menggunakan paddle dan reagen tertentu. Mastitis adalah suatu peradangan pada kelenjar internal ambing yang dibagi menjadi

1. Mastitis Subklinis, yaitu mastitis yang tidak menunjukkan perubahan pada ambing. Perubahan susu yang dihasilkan tidak dapat diamati secara langsung, sehingga perlu pengujian khusus, salah satunya dengan metode California Mastitis Test (CMT).

2. Mastitis Klinis, yaitu mastitis yang menunjukkan perubahan pada ambing. perubahan susu yang dihasilkan dapat diamati secara langsung.Contoh : ambing bengkak, kemerahan, panas, bila disentuk ternak kesakitan

Bakteri penyebab Mastitis : Streptococcus agalactiae, Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa

TujuanUntuk mengetahui adanya susu yang terindikasi mastitis atau tidak

PrinsipSusu yang terindikasi mastitis subklinis akan mengalami endapan atau

gumpalan akibat dari reaksi sel somatic dan reagen CMT. Susu yang teridentifikasi mastitis akan membentuk endapan akibat reaksi antara reagen CMT yang mengandung (Alkyl Aryl Sulfonate dan Natrium Laurin Sulfate) dengan sel somatik cairan susu. Skoring CMT ditentukan berdasarkan yaitu (-) tidak ada pengendapan pada susu, (+) terdapat sedikit pengendapan pada susu, (++) terdapat pengendapan yang jelas namum gel belum terbentuk, (+++) campuran menebal dan mulai terbentuk gel, serta (++++) gel yang terbentuk menyebabkan permukaan menjadi cembung.

Alat dan BahanAlat yang digunakan Bahan :

1. Beaker glass 1. Sampel susu dari keempat puting

46

Page 47: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

2. Paddle 2. Reagen CMT3. Erlenmayer

Cara Kerja1. Disiapkan alat dan bahan2. Di masukkan susu yang terindikasi mastitis dalam paddle sesuai dengan

letak putting3. Diamati organoleptiknya dari segi warna dan bau4. Dimasukkan reagen CMT 1:1 dengan sampel susu. Reagen CMT harus

mengandung Arylsulfonat atau Natrium Laurinsulfat5. Di homogenkan searah jarum jam atau sebaliknya6. Amati perubahanya

47

Page 48: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

LEMBAR KERJA 2UJI PEMALSUAN SUSU

2.1 PEMERIKSAAN TITIK BEKU SUSU

Titik beku susu berlainan dengan titik beku air, yaitu berkisar – 0,512º sampai – 0,550 ºC dengan rata rata – 0,522 ºC, sedangkan titik didihnya adalah 100,16°C. Titik beku susu penting diketahui untuk mengetahui adanya pemalsuan yaitu misalnya karena penambahan air dalam susu. Air susu mengandung zat-zat yang terlarut (laktosa dan garam-garam). Semakin banyak jumlah molekul dan ion di dalam larutan semakin rendah titik bekunya, atau semakin besar penurunan titik bekunya. Penurunan titik beku susu adalah selisih antara titik beku air susu dengan titik beku air.

TujuanUntuk mengetahui titik beku pada sampel susu

PrinsipTitik beku pada sampel susu berkisar Antara -0.5120 C sampai dengan -0.5500 C dengan rata-rata suhu berkisar -0.5220 C. apabila titik beku pada sampel susu mendekati 00 C ada indsikasi sampel susu dipalsukan.

Alat dan BahanAlat yang digunakan

1. Cryoscope2. Thermometer3. Refrigator4. Beaker glass

Bahan yang diperlukan1. Sampel susu2. Es batu3. Garam4. Plastik polyethylen (PE)5. Benang

Cara KerjaMenggunakan Cryoscope :

1. Isi Cryoscope dengan es batu dan garam.2. Masukkan sampel susu dalam test tube yang ada dalam cryoscope dan

aduk hingga beku.3. Baca skala thermometer yang ada4. Bersihkan alat-alat yang digunakan dan kembalikan ketempat semula

Menggunakan Refrigator1. Disiapkan alat dan bahan.2. Masukkan sampel susu ke dalam plastik PE.

48

Page 49: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

3. Masukkan thermometer ke dalam plastik PE dengan posisi terapung dan tidak menempel pada dasar plastik.

4. Ikat plastik tersebut menggunakan benang.5. Masukkan ke dalam refrigator.

Gambar alat yang digunakan dan prinsip kerjanya

49

Page 50: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

2.2 PEMERIKSAAN TERHADAP KEMUNGKINAN PEMALSUAN SUSUDENGAN MENAMBAH SODA KUE

Agar susu asam (karena tingkat keasaman yang tinggi atau karena keseimbangan mineral kurang baik ) tidak ditolak sewaktu disetor atau agar pada uji alkohol susu tetap negatip, maka dilakukan penambahan soda kue kedalam susu, sehingga susu yang tadinya pada uji alkohol hasilnya positip berubah menjadi negatip, karena pada dasarnya soda kue dapat menaikkkan pH. Hal ini disebkan karena penambahan soda kue (bersifat basa) akan menutupi rasa asam yang ditimbulkan karena adanya fermentasi dari bakteri yang akan mengurai laktosa susu menjadi asam laktat.

Dengan penambahan H2SO4 pekat kedalam susu yang dicurigai maka kita akan dapat melihat terjadinya gelembung gas, hal ini karena soda kue akan bereaksi dengan H2SO4.NaHCO2 + H2SO4 -----------------------------------Na2SO4 + H2CO4 + H2O + CO2

TujuanUntuk mengidentifikasi adanya indikasi pemalsuan dengan soda kue atau tidak

PrinsipApabila susu ditambahkan H2SO4 92% lalu menghasilkan buih pada dinding test tube maka sampel susu tersebut positif dipalsukan dengan soda kue

Alat dan BahanAlat yang digunakan Bahan yang diperlukan

1. Test tube 1. Contoh susu2. Pipet 2. H2SO4 (92%)

Cara Kerja1. Ambil 5 ml contoh susu dengan menggunakan pipet, kemudian

masukkan ke dalam test tube.2. Tambahkan H2SO4 pekat sebanyak 3 ml melalui dinding test tube

perlahan lahan3. Amati percobaan tersebut dengan teliti, jika muncul gelembung

gelembung gas berarti susu tersebut di campur soda kue.

50

Page 51: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

2.3 PEMALSUAN SUSU DENGAN TEPUNG

Sering orang melakukan pemalsuan susu segar dengan menambahkan air kemudian dengan tepung supaya berat jenisnya tetap tinggi. Tepung mengandung karbohidrat (pati) dimana jika ditambahkan pada susu akan meningkatkan SnF pada susu pada susu dan mengakibatkan berat jenis susu ikut meningkat.

Susu yang ditambahkan tepung bila dipanaskan pada suhu 80̊C akan membentuk gumpalan. Penambahan tepung pada susu biasanya dilakukan dengan penambahan air yangdiberi tepung segar untuk menjaga nilai Berat Jenis tetap tinggi dan jika ditaruh pada gelas akan terjadi endapan dibagian bawah.

Reaksi positif penambahan akan menimbulkan warna biru keunguan, semakin banyak tepung yang terkandung maka warna ungunya semakin pekat sedangkan warna kuning untuk hasil yang negatif penambahan tepung. Warna biru yang terbentuk merupakan hasil reaksi amilum dengan lugol. Jika diuji dibawah mikroskop akan terlihat butiran-butiran amilum. Biasanya pemalsuan susu dilakukan dengan menggunakan beberapa jenis tepung : Tepung terigu, tepung beras dan tepung tapioca.

TujuanUntuk mengidentifikasi adanya indikasi pemalsuan dengan tepung atau tidak

PrinsipApabila susu ditambahkan iodine lalu menghasilkan warna biru kehitaman maka sampel susu tersebut positif dipalsukan dengan tepung

Alat dan BahanAlat yang digunakan Bahan yang diperlukan

1. Petridis 1. Contoh susu2. Pipet tetes3. Erlenmeyer 2. Iodine

Cara Kerja

1. Kocok susu tersangka dengan sempurna2. Teteskan susu tersebut sebanayak 15 – 20 tetes kedalam cawan gelas3. Tambahkan 1 tetes larutan iodium4. Kocok secara perlahan dengan memutar cawan gelas tersebut kemudian

biarkan 5. Setelah satu menit lihatlah dasar cawan gelas tersebut, bila terdapat butir

butir yang berwarna biru tua atau hitam, ini menunjukkan bahwa susu tersebut telah di bubuhi tepung.

51

Page 52: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

LEMBAR KERJA 3UJI KEASAMAN SUSU

3.1 UJI KEASAMAN SUSU METODE SOXHLET HENKEL

Susu mengandung asam amino dan asam laktat. Apabila suatu contoh susu dibiarkan dalam dalam waktu yang agak lama pada suhu kamar atau pada suhu yang lebih tinggi maka semua aktifitas mikroorganisme laktosa susu akan diubah menjadi asam laktat. Hal ini dapat menyebabkan keasaman susu meningkat. Berdasarkan metode soxhlet henkel derajat keasaman susu sehat / segar berkisar antara 4,5 – 7,0 0SH.

Untuk mengetahui derajat keasaman susu maka dilakukan titrasi keasaman susu dengan menggunakan NaOH dengan indicator PP. Banyaknya NaOH yang digunakan dikalikan 2 merupakan derajat keasaman susu berdasarkan metode soxhlet henkel. Untuk mendapatkan hasil yang akurat uji ikeasaman dilakukan duplo.

Rumus Soxhlet Henkel

TujuanUntuk mengetahui derajat keasaman pada sampel susu

PrinsipDerajat keasaman yaitu jumlah NaOH 0.25 N yang bwrfungsi untuk menetralkan keasaman susu dengan bantuan indicator pp 2 sebagai indikator warna. Derajat keasaman yang normal adalah 4.50 – 7.00

Alat dan BahanAlat yang digunakan Bahan yang diperlukan

1. Buret skala 0,1 ml 1. Contoh susu2. Erlenmeyer flask (100 ml) 2. Larutan NaOH 0,25 N3. Volumetric flask (50 ml) 3. Larutan Phenolpthalene (pp) 2%

Cara Kerja1. Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan2. Isi erlenmeyer dengan contoh susu sebanyak 50 ml, kemudian tambahkan

0,5 ml larutan pp 2%3. Isi buret dengan NaOH 0,25 N sampai batas skala4. Lakukan titrasi pada contoh susu sampai terlihat warna pink kemudian

catat banyaknya NaOH yang digunakan5. Bersihkan dan kembalikan alat alat yang dipakai ketempat semula

52

ᴼ SH = ∆ V x2

Page 53: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

3.2 UJI KEASAMAN SUSU METODE TITRATABLE ACIDITY

Stabilitas susu antara lain terhadap panas akan rendah atau turun dengan tingginya kandungan asam laktat. Untuk mengetahui tinginya asam laktat ini maka digunakan uji keasaman dengan metode titratable acidity. Uji keasaman dengan metode ini berbeda dengan uji keasaman soxhlet henkel, dalam hal ini digunakan NaOH 0,1 N. Penambahan NaOH pada saat titrasi akan meningkatkan pH susu dan bila suasana alkalis maka dengan indikator pp ini akan nampak warna pink. Dalam keadaan segar susu ini memiliki pH sekitar 6,5 sehingga pada situasi demikian warna susu tetap putih kekuning kuningan, walaupun ditambahkan kedalamnya larutan pp.

Bakteri asam laktat yang mencemari susu segar itu akan memecah laktosa menjadi asam laktat, terutama bila susu disimpan dalam suhu kamar atau dekat dengan suhu tubuh.

Rumus Titratable Acidity

Penilaian1. Susu segar keasaman titratable aciditynya 0,1 – 0,182. Susu masih dapat dikonsumsi setelah di pasteurisasi keasaman titratable

aciditynya 0.18 – 0,253. Susu tidak dapat dipasteurisasi (akan terkoangulasi) bila keasaman

titratable aciditynya lebih dari 0,25TujuanUntuk mengetahu presentase keasaman dari sampel susu

PrinsipAdanya asam dalam susu diakibatkan dari adanya aktivitas mikroorganisme yang mengubah laktosa menjadi asam laktat

Alat dan bahanAlat yang digunakan Bahan yang diperlukan

1. Erlenmeyer 100 ml 1. Contoh susu2. Buret 2. Larutan NaOH 0,1 N3. Pipet 3. Larutan phenolpthalene (pp) 1%

Cara kerja1. Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan2. Pipetlah 9 ml contoh susu yang telah dihomogenkan kedalam erlenmeyer3. Tambahkan larutan pp 1 % 1 tetes4. Isilah buret dengan NaOH 0,1 N sampai batas skala5. Lakukan titrasi sampai warna pink mulai tampak6. Catat volume NaOH yang digunakan7. Bersihkan dan kembalikan alat alat yang telah di pakai ketempat semula

53

N NaOH x Vol NaOH x (BM Asam laktat / 1000) X 100

Volume contoh susu

Page 54: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

3.3 UJI KEASAMAN SUSU MENGGUNAKAN pH METER

Air susu yang baru di perah mengandung sedikit zat yang bersifat asam yang dapat mengikat sejumlah alkali. Zat-zat asam ini banyak dijumpai dalam kolostrum dan air susu pada permulaan masa laktasi, sedikit ditemukan pada air susu akhir laktasi dan didalam air susu yang berasal dari ambing yang menderita radang. Air susu yang normal mempunyai pH sekitar 6,6.

TujuanUntuk mengetahui pH pada sampel susu dengan menggunakan pH meter

PrinsipSusu yang baru diperah mengandung sedikit senyawa asam yang mampu mengkikat alkali sehingga susu bersifat amfoter atau sifat yang sedikit asam

Alat dan BahanAlat yang digunakan Bahan yang diperlukan

1. pH meter 1. Contoh susu2. Beaker glass 2. Aquadest

3. Tisu4. Buffer pH 45. Buffer pH 7

Cara Kerja1. Disiapkan alat dan bahan2. Dihidupkan pH meter3. Dicelupkan pH meter ke dalam aquadest sampai batas skala lalu di lap

dengan tisu4. Dicelupkan pH meter ke dalam buffer pH 4 lalu di lap5. Dicelupkan pH meter ke dalam aquadest lalu di lap6. Dicelupkan pH meter ke dalam buffer pH 7 lalu di lap7. Dicelupkan pH meter ke dalam aquadest lalu di lap8. Dicelupkan pH meter ke dalam sampel lalu di lap9. Dilihat skala pH meter sampel tersebut10. Dilihat skala pH meter yang terlihat

54

Page 55: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

LEMBAR KERJA 4UJI KUALITAS SUSU

4.1 UJI REDUKTASE

Sudah lama diketahui bahwa beberapa jenis kuman dapat membentuk bahan-bahan pereduksi. Didalam susu kuman-kuman / bakteri bakteri menghasilkan enzim. Enzim reduktase dalam susu dihasilkan oleh bakteri-bakteri, sehingga semakin banyak bakteri dalam susu semakin banyak pula enzim yang dihasilkan.

Enzim ini dapat mereduksi metylen blue yang berwarna biru sehingga dapat berubah menjadi putih. Kecepatan perubahan warna biru menjadi putih inilah yang dijadikan dasar penentuan mutu susu yang diuji.

1. Kurang dari 2 jam berarti susu tersebut jelek2. Antara 2 – 5 jam termasuk susu sedang3. Antara 5 – 7 jam termasuk susu baik4. Lebih dari 7 jam susu dinilai baik sekali

Tabel 1. Kualitas Susu dan Jumlah MikrobaKualitas Susu Waktu Reduksi Σ Mikroba ( CFU/ml )Sangat Baik >7 jam 5 x 105 CFU/ml

Baik 5 – 7 jam 1 x 106 – 4 x 106 CFU/mlSedang 2 – 5 jam 4 x 106 –20 x 106 CFU/mlJelek < 2 jam >20 x 106 CFU/ml

TujuanUntuk mengestimesi total mikroba dalam sausu sebagai parameter kelayakan susu

PrinsipMetabolisme mikroba dalam susu menghasilkan enzim-enzim yang mampu mereduksi warna biru metylen blue menjadi putih kembali

Alat dan BahanAlat yang digunakan Bahan yang diperlukan

1. Test tube 1. Contoh Susu2. Thermometer 2. Larutan Methylen blue3. Pipet 5 dan 10 ml 3. Parafin / Kapas steril4. Waterbath / Incubator 37º C

Cara kerja1. Persiapkan alat dan bahan yang di akan digunakan2. Masukkan susu kedalam test tube sebanyak 10 ml3. Tambahkan larutan methylen blue 3 tetes dan homogenkan4. Tutup test tube dengan parafine / kapas steril dan segera masukkan ke

waterbath / incubator5. Periksa setiap 15 menit, apakah warna susu telah berubah6. Catat waktu perubahan warna menjadi putih kembali7. Bersihkan dan kembalikan alat alat yang digunakan ke tempat semula

55

Page 56: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

4.2 PENENTUAN BERAT JENIS

Berat jenis susu merupakan berat dari 1 ml air susu berdasarkan kodeks susu yang diukur pada suhu 27,5º C. Idealnya, susu segar yang baik memiliki berat jenis 1.026 – 1.034 atau rata rata 1.028 dengan total solid diatas 12%. Pengukuran yang dilakukan diatas atau dibawah suhu 27,5º C harus dikonversikan terlebih dahulu. Setiap 1º C diatas atau dibawah suhu tersebut menghasilkan pembacaan skala 0,0001 lebih rendah atau lebih tinggi.

Rumus Berat Jenis

TujuanUntuk mengetahui berat jenis pada sampel susu

PrinsipSuatu benda padat apabila dicelupkan dalam suatu cairan maka benda tersebut akan mengalami daya tekan keatas sebesar volume yang dipindahkan

Alat dan bahanAlat yang digunakan Bahan yang diperlukan

1. Laktodensimeter 1. Contoh susu2. Gelas Ukur3. Thermometer

Cara kerja1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan2. Masukkan 300 ml atau 400 ml susu yang telah dihomogenkan kedalam

gelas ukur3. Masukkan laktodensimeter kedalam gelas ukur 4. Baca suhu dan skala yang ditunjukkan (BJ)5. Catat hasilnya dan konfersikan dengan menggunakan daftar6. Bersihkan dan kembalikan alat yang dipakai ke tempat semula

56

BJ Terkoreksi = BJ Terbaca ± ((27.5 – Suhu Terbaca) x 0.0001)

Page 57: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

4.3 PENENTUAN PROTEIN (FORMOL TITRATION)

Protein dalam susu memiliki sifat zwitter ion yaitu dapat bersifat asam maupun basa tergantung keadaan lingkungan. Karena sifat ganda inilah protein susu sedikit sulit dideteksi. Salah satu caranya adalah dengan menghancurkan sifat tersebut. Caranya dengan membuat protein susu bersifat asam dengan Titrable Acidity kemudian diberi formalin.Titratable acidity dari susu normal meningkat dengan diberikanya formalin kedalamnya. Reaksi formalin dengan asam amino dalam formol titration adalah sangat kompleks. Formaldehyde dengan asam amino membentuk dimetylol amino acid. Penambahan formaldehyde pada group asam amino ini terjadi seperti titrasi pada proses alkalis, dimana dua molekul aldehide bereaksi. Reaksi reversible (bolak balik), oleh karena itu adanya formaldehyde dalam jumlah yang cukup diperlukan untuk mengubah keseluruhan asam amino menjadi derivate dari dimethylol dan untuk mendapatkan ketelitian dalam titrasi. Adapun reaksinya dapat digambarkan sebagai berikut:

NH2 HOH2 – N – CH2OH

R – C – COO + OH ------------------------------------------R – C – COO +

H2O

H + 2CH2O H

Zwitterion Dimethilol Amino

Acid

Ion H+ diambil dari NH2+ dengan adisi dari OH- sebagai reaksi dengan formaldehyde. Penambahan formaldehyde kedalamnya menyebabkan zwitterions dititrasi dengan cepat sebagai monobasic acid.

Rumus Formol Titration

TujuanUntuk mengetahui kandungan protein dalam sampel susu

PrinsipEstimasi kandungan protein dalam susu ditentukan menggunakan titrasi NaOH 0.1 N dibantu dengan indikator pp1 %

Alat dan BahanAlat yang digunakan Bahan yang perlukan

1. Erlenmeyer flask 100 ml 1. Larutan NaOH 0,1 N

57

Formol Titration = (VNaOH – VBlanko) x 1,7

Page 58: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

2. Pipet 10 ml 2. Contoh susu3. Buret 3. Formoldehyde 40%

4. Phenolpthaline (pp) 1 % 5. Kalium Oxalate

Cara Kerja1. Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan2. Pipet 10 ml contoh susu dan masukkan ke dalam Erlenmeyer3. Tambahkan 1 ml indicator pp 1 % , diikuti dengan 0,4 ml Kalium Oxalate

Tunggu dan amati selama 2 menit4. Titrasi dengan NaOH 0,1 N sampai warna merah muda5. Tambahkan 2 ml larutan formalin 40% (homogenkan)6. Titrasi dengan NaOH 0,1 N sampai warna menjadi merah muda kembali7. Catat Volume NaOH yang digunakan8. Koreksi dengan titrasi blangko (Blangko = 10 ml aquadest + 1 ml indicator

pp + 1 ml Kalium Oxalate + 2 ml Formalin)

Cara PerhitunganPerkiraan kadar protein dalam susu sapi didapatkan dengan mengalikan

volume NaOH 0,1 N yang digunakan dengan formol factor 1,7. Untuk casein formol factor yang digunakan 1.38, untuk susu kambing 1,4 dan untuk susu kerbau formol factor 1,19. Faktor ini diperoleh dengan membagi kadar total protein yang didapatkan dari metode kjeldahl dengan volume NaOH 0,1.Perkiraan kadar protein dalam susu dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:MisalkanVolume NaOH 0,1 N yang diperlukan untuk titrasi contoh susu setelah ditambah formalin = 2,10 mlVolume NaOH yang digunakan untuk titrasi blangko = 0,1 mlVolume NaOH 0,1 terkoreksi = 2,10 – 0,1= 2,00 mlMaka perkiraan kadar protein = 2 x 1,7 = 3,4 %

58

Page 59: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

4.4 PENENTUAN KADAR LEMAK SUSU

Untuk mengetahui kadar lemak susu dapat digunakan beberapa cara antara lain dengan menggunakan metode Gerber, Babcock, Hahalosung, ekstraksi dengan mengggunakan eter atau dengan menggunakan alat seperti lactoscan. Seperti telah banyak diketahui bahwa lemak susu dalam emulsinya berupa globula-globula kecil yang dikelilingi oleh lapisan tipis protein.

Penggunaan asam sulfat pada metode Gerber dan Babcock berperan untuk merusak lapisan lipo tersebut sehinga lemak dapat terpisah dan naik ke permukaan karena berat jenisnya lebih kecil dari bahan penyusun susu lainya. Asam ini juga memudahkan pemisahan lemak pada proses centrifugasi yang mana dalam proses ini bahan yang BJ-nya lebih besar akan berada di tepi.

TujuanUntuk mengetahui presentase kadar lemak dalam susu

PrinsipSusu ditambahkan larutan H2SO4 92% maka lemak yang ada di dalamnya akan terpisah dari komponen lainya

Metode Gerber:Alat dan BahanAlat yang digunakan Bahan yang diperlukan

1. Automatic pipet 10 ml 1. Contoh susu 11 ml2. Automatic pipet 1 ml 2. H2SO4 92% 10 ml3. Centrifuge (1200 rpm, diameter 19 – 21 inci) 3. Amyl alcohol 1 ml4. Butyrometer ( Gerber ) 4. Kain lap5. Karet penutup butyrometer6. Waterbath7. Thermometer8. Lampu pembaca skala

Cara kerja1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan2. Homogenkan contoh susu yang akan diperiksa3. Ambil 11 ml contoh susu, masukkan kedalam tabung butyrometer4. Dililitkan kain lap pada butyrometer untuk mencegah tangan terkena panas

yang berasal dari reaksi eksotermik antara asam sulfat dengan susu5. Masukkan asam sulfat kedalam butyrometer sebanyak 10 ml dengan

automatic pipet kedalam contoh susu secara perlahan lahan melalui dinding tabung, hindari tumpahnya asam sulfat keluar dari tabung (Berbahaya)

6. Tambahkan 1 ml Amyl alcohol7. Tutup secara hati hati butyrometer tersebut dengan karet penutup yang

tersedia kemudian homogenkan contoh susu dengan bahan kimia tersebut secara hati hati ( dengan sarung tangan khusus atau teknik tertentu karena reaksi bahan tadi menimbulkan panas)

59

Page 60: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

8. Kemudian masukkan butyrometer yang telah tersumbat kedalam waterbath pada suhu 60 – 70º C, selama 10 menit dengan karet penutup berada dibawah

9. Keluarkan butyrometer dari waterbath dan masukkan kedalam centrifuge, dengan bagian karet penutup berada dibagian bawah/ bawah dan ujung tabung pada bagian atas/ luar.

10. Putar centrifuge dengan kecepatan 1200 rpm selama 5 menit11. Keluarkan butyrometer dari centrifuge dan ,masukkan lagi kedalam

waterbath, perhatikan letak arah sumbat karet tetap dibagian dasar12. Ambil dan baca skala butyrometer dengan cara mengatur posisi karetnya,

bila perlu gunakan lampu baca.13. Bersihkan dan kembalikan alat alat digunkan ketempat semula.

Metode Babcock:Alat dan BahanAlat yang digunakan Bahan yang diperlukan

1. Pipet 17,6 ml 1. Contoh susu 17,6 ml2. Centrifuge 2. Air panas / hangat3. Butyrometer 3. H2SO4 92 % 17,5 ml4. Waterbath5. Thermometer6. Jangka

Cara kerja1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan2. Masukkan susu kedalam butyrometer dengan menguunakan pipet 17,6 ml3. Tambahkan 17,5 ml H2SO4 dan kocok perlahan sampai crude lenyap,

kemudian kocok lagi beberapa menit. Susu dan H2SO4 sebelum dicampur harus pada suhu 60 – 70º C

4. Tempatkan dalam centrifuge (dalam keadaan seimbang), putar selama 5 menit kemudian tambahkan air panas / hangat sampai sebatas leher. Putar lagi selama 2 menit dan tambahkan air hangat sampai batas skala 4 – 5 (awas jangan sampai tumpah), putar lagi selama 1 menit

5. Taruh dalam waterbath selama kurang lebih 3 menit dan jaga agar suhu tetap 135 – 140º C.

6. Kemudian baca skala lemak dengan menggunakan jangka7. Bersihkan alat alat dan kembalikan ke tempat semula

60

Page 61: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

LEMBAR KERJA 5 PERHITUNGAN KANDUNGAN SUSU

5.1 MENGHITUNG TOTAL BAHAN KERING DAN BAHAN KERING TANPA LEMAK

Rumus FLEISCHMANDimana : TS = Total bahan keringF = Kadar Lemak S = Berat JenisSnF = Bahan kering tanpa lemak

Perhitungan

61

TS = 1,23 F + 2,71 100 ( S – 1 )S

SnF = TS - F

% TS = Lactometer Reading + 1,2 x % Lemak

4

SnF = Lactometer Reading + % Lemak

4 5

Khusus untuk Quevenne Lactometer & Watson Lactometer

Page 62: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

5.2 MENGHITUNG KADAR PEMALSUAN

Pemeriksaan susu terhadap kadar pemalsuan tidak mudah. Hasil pemeriksaan sesungguhnya hanya berarti kalau ia dapat dibandingkan dengan hasil pemeriksaan susu kandang, yaitu contoh susu yang diambil sendiri dari perusahaan tanpa memberi tahu terlebih dahulu, jadi susu perlu diawasi.

Pemalsuan dapat dibuktikan dengan menghitung kadar pemalsuan baik berdasarkan kadar lemak maupun berat jenis.

1. Berdasarkan kadar lemakKadar air pemalsuan di dalam tiap tiap 100 bagian susu yang dipalsukan ialah:

Dimana : L1 = Kadar lemak susu kandang L2 = Kadar lemak susu tersangka

2. Berdasarkan berat jenisJumlah air pemalsu setiap 100 bagian yang dipalsukan:

Dimana : BJ1 = Berat jenis susu kandang BJ2 = Berat jenis susu tersangka

62

100 ( L1 – L2 )

L1

100 ( BJ1 – BJ2 )

BJ1

Page 63: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

DAFTAR PUSTAKA

Ainur, R. dan Hartati. 2007. Petunjuk Teknis Perkandangan Sapi Potong. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Loka Penelitian Sapi Potong Grati. Pasuruan.

Anonimus. 1995. Petunjuk Praktis Beternak Sapi Perah. Kanisius. Yogyakarta.Atherton, H. V. and J. A. Newlander. 1977. Chemistry And Testing Of Dairy

Products. Fourth Edition. Avi Publishing Company Inc. Wesport, Connecticut.

Bath, D. L., F. N. Dickenson, H. A. Tucker and R. D. Apple. 1985. Dairy Cattle: Principles, Practices, Problems, profit. Third Ed. Lea & Febiger. Philadelphia.

Bekti, E. 2010. Pemberian Pakan Pada Sapi Perah. Balai Pelatihan Peternakan Cikole: Bandung.

Chamberlain, A. 1989. Milk Prodaction in the Tropics. Longman Scientific and Technical. Kualalumpur.

Clifton, C. E. 1957. Introduction To Bacterial Physiology. McGraw Hill Book Company, Inc. New York.

Eckkles, C. H. , W. B. Comb and H. Macy. 1978. Milk and Milk Product. Fourth Edition. McGraw Hiil Publishing Company Ltd. Bombay New Delhi.

Elmer, H. M. 1978. Standart Methol For The Examinition Of Dairy Products. 14 Th. Edt. American Public Health Association, Inc. Washington.

Hardjosubroto, W., 1990. Pola Operasioanl Pelaksanaan perbaikan Mutu Genetik sapi Perah. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta

Jacob, M. B. 1973. The Chemical Analysis of Foods and Products. Robert E. Krieger Publishing Co. Inc. New York.

Laryska, N dan T. Nurhajati. 2013. Peningkatan Kadar Lemak Susu Sapi Perah dengan Pemberian Pakan Konsentrat Komersial dibandingkan dengan Ampas Tahu. Jurnal Agroveteriner. Vol. 1(2) : 79-87.

Murtidjo, B.A. 1992. Memelihara Sapi Sebagai Ternak Potong dan Perah. Kasinius. Yogyakarta.

Nickerson, S.C., J.L. Watts, R. L. Boddie and C. H Ray. 1990. Effect of Postmilkking test Antiseptic on Teat Canal Infection In lactating dairy Cows. J. Dairy Sci., 73:373-380

Rangga M. Fachriansah., Hasanol Kifli., I Made R., Pratiwi Puji L., dan Hermawati W. 2008. Kombinasi Limbah Pertanian Dan Peternakan Sebagai Alternatif Pembuatan Pupuk Organik Cair Melalui Proses Fermentasi Anaerob. Prosiding Seminar Nasional Teknoin. 95-100

Robert, J. And S. Patton. 1959. Principle Of Dairy Chemistry. Willy Eastern Private Ltd. New Delhi. Rodenburg, J. 1996. Body Ciondition Scoreing of dairy cattle. http://search. gov.on.ca:8002/compass?view-template=simple

Rohaeni, E. S, A. Hamdan, A. Subhan. 2011. Inovasi Teknologi Mendukung Program Swasembada Daging Sapi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian: Kalimantan Selatan.

Sarwiyono, P. Surjowardjoyo dan T. S. Susilorini. 1990. Manajemen Produksi ternak perah. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang.

63

Page 64: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

Scihipper, C. J. 1971. Bacteriological and Chemical Hygiene of Milk. International Course on Dairy Cattle Husbanry. I. A. C. Wagenigen, The Netherlands.

Siregar, S. B 2003. Sapi Perah Jenis, Teknis Pemeliharaan dan Analisis Usaha. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sudarmadji, S., Bambang Haryono Dan Suhari. 1984. Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan Dan Pertanian. Edisi Ketiga. Penerbit Liberty, Yogyakarta.

Sugeng, Y. B., 2003. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.Suhendra, D., G. T. Anggiati, S. Sarah, A. F. Nasrullah, A. Thimoty, dan D. W. C.

Utama. 2014. Tampilan Kualitas Susu Sapi Perah Akibat Imbangan Konsentrat dan Hijauan yang Berbeda. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan. Vol. 25(1) : 42-46.

Sunarko, C., B. Sutrasno, TH. Siwi, A. Kumalajati, H. Supriadi, A. Marsudi, dan Budiningsih. 2009. Petunjuk Pemeliharaan Bibit Sapi Perah. Purwokerto : BBPTU Sapi Perah Baturraden.

Syarief, M.Z. dan R.M. Sumoprastowo. 1990. Ternak Perah. Edisi Ketiga. CV. Yasaguna. Jakarta.

Tilman, A.D, H Hartadi, S Reksohadiprodjo, S Prawirokoesumo dan S Lebdosoekodjo., 1998. Ilmu Makanan ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Webster. J. 1997. Understanding the dairy cow. B. s. p. professional Books. London.

Weglarzy, K. 2009. Lactation Productivity of Dairy Cows as Affected by The Length of Preceding Dry Period. Animal Science Papers and Reports. Vol. 27(4) : 303-310.

Wisnu , Trijoko Murti. 2014. Ilmu Manajamen & Industri Ternak Perah. Bandung : Pustaka Reka Cipta.

Yusuf, R. 2012. Kandungan Bahan Kering Tanpa Lemak (BKTL) Susu Sapi Perah Friesian Holstein Akibat Pemberian Pakan yang Mengandung Tepung Katu (Sauropus Androgynus (L.) Merr) yang Berbeda. J. Trop. Pharm. Chem. Vol 2 (1): 40-46.

64

Page 65: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

STANDART NASIONAL INDONESIA

Tabel 1. Standart Nasional Indonesia (SNI) tahun 2011 tentang susuNo KARAKTERISTIK SYARAT1 Berat jenis (pada suhu 27,5 o C) minimum 1,0272 Kadar lemak minimum 3 %3 Kadar bahan kering tanpa lemak minimum 7,8 %4 Kadar protein minimum 2,8 %5 Warna, bau, rasa, dan kekentalan Tidak ada perubahan6 Derajat Asam 6 – 7,5 º SH7 Uji Alkohol (70%) Negatif8 Ph 6,3 – 6,89 Cemaran mikroba maksimum

1. Total Plate Count2. Staphylococus Aureus3. Enterobacteriaceae

1 x 106 (CFU / ml)1 x 102 (CFU / ml)1 x 103 (CFU / ml?)

10 Jumlah sel somatic maksimum 4 x 105 sel / ml11 Cemaran logam berbahaya maksuimum

1. Timbal (Pb)2. Merkuri (Hg)3. Arsen (As)

0,02 µg / ml0,03 µg / ml0,1 µg / ml

12 Residu- Antibiotika- Peptisida / insektisida- Penisilin- Tetrasiklin- Aminoglikosida- Makrolida

Negatif

13 Uji pemalsuan Negatif14 Titik beku - 0,520º C sd – 0,56º C15 Uji peroksidase Positif

65

Page 66: LEMBAR KERJA 1dairylab.fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/Buku... · Web viewNilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan ditentukan oleh kekuatan

TABEL 2. PENGARUH PEMALSUAN SUSU

NoPengaruhnya

Pada

Bahan yang digunakan untuk pemalsuan

Air Skim Air +

Skim

Air

kelapa

Santan Air

Beras

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Berat Jenis

Lemak ( % )

B K ( % )

S N F ( % )

Titi Beku

Angka Refrak

Sel Tb.an

Daya Pisah

Cream

Angka katalase

-

-

-

-

+

?

0

?

-

+

-

-

+

0

?

0

?

?

0

-

-

-

?

?

0

?

?

+

?

?

0

+

-

+

?

?

?

+

?

?

?

-

+

Lambat

+

+

-

?

?

?

?

+

?

?

66

Keterangan

1. + = Naik2. - = Turun3. 0 = Tetap4. ? = Belum diketahui secara pasti

karena tergantung jumlahnya.