Upload
others
View
33
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN PRAKTIKUM UJI MATERIAL
Disusun Oleh:
Nama : Yulianus Dodi
NIM : 201531014
Semester : V (5)
Fakultas/Jurusan: Teknik Mesin
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA KARYA
MALANG
Diperiksa dan disetujui,
Mengetahui:
Dosen pembimbing, Penyusun,
B. Crisanto P.M., S.T.,M.T. Yulianus Dodi
NIP : 201411110073 NIM. 201531014
NIDN : 0721088101
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke-Hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga dapat menyusun
dan mengerjakan Laporan Praktikum Uji Material ini dengan baik dan tepat
pada waktunya. Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah
Praktikum Uji Material.
Laporan ini juga dapat terselesaikan atas bantuan serta bimbingan dari
berbagai pihak, untuk itu penulis dengan tulus menyampaikan ucapan terima
kasih kepada:
1. Bapak B. Crisanto P.M., S.T.,M.T., selaku dosen pembimbing dalam
pelaksanaan praktikum uji material, sehingga penulis sangat terbantu
dalam melaksanakan praktikum.
2. Teman-teman seperjuangan Fakultas Teknik Jurusan Mesin yang juga
telah membantu dan juga aktif dalam pelaksanaan Praktikum Uji Material.
Penulis menyadari bahwa Laporan Praktikum Uji Material ini masih
jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun untuk penulisan laporan berikutnya supaya lebih
baik. Penulis juga berharap dengan penulisan Laporan Praktikum Uji Material
ini dapat memberikan wawasan kepada para pembaca terkait tentang
bagaimana proses korosi yang terjadi pada logam besi.
Semoga laporan praktikum ini dapat memberikan informasi bagi para
pembaca dan berguna untuk pembangunan ilmu dimasa mendatang.
Malang, 31 Desember 2017,
Penyusun,
Yulianus Dodi
NIM. 201531014
iv
Daftar Isi
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
Daftar Isi ........................................................................................................ iv
Daftar Gambar................................................................................................. v
BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................ 2
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 3
2.1 Pengertian Korosi ............................................................................... 3
2.2 Jenis – jenis Korosi............................................................................. 3
2.3 Faktor yang Dapat Mempercepat Terjadinya Korosi ........................... 5
2.4 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Korosi ....................................... 6
2.5 Metode Pencegahan Korosi ................................................................ 6
BAB III : METODE PENELITIAN ................................................................. 9
3.1 Preparasi Sampel ................................................................................ 9
3.2 Perlakuan Panas ............................................................................... 12
3.3 Pendinginan...................................................................................... 12
3.4 Uji Struktur Mikro ............................................................................ 13
BAB IV : PEMBAHASAN ........................................................................... 14
4.1 Data Hasil Uji Struktur Mikro .......................................................... 14
BAB V : PENUTUP ...................................................................................... 31
5.1 Simpulan .......................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 32
v
Daftar Gambar
Gambar 3.1. Besi Isi ........................................................................................ 9
Gambar 3.2. Potongan Besi /Sampel ................................................................ 9
Gambar 3.3. Gergaji Besi .............................................................................. 10
Gambar 3.4. Kikir Pelat dan Ragum .............................................................. 10
Gambar 3.5. Jenis – jenis Amplas dan Kegunaannya ..................................... 11
Gambar 3.6. Oven Pemanas Beserta Temperaturnya ...................................... 12
Gambar 3.7. Kamera USB 8 LED 50X – 500X 2MP Digital Microscope
Endoscope Magnifer...................................................................................... 13
Gambar 4.1. Struktur Mikro Besi Sebelum Pemanasan .................................. 14
Gambar 4.2. Struktur Mikro Besi Setelah Pemanasan .................................... 15
Gambar 4.3. Analisa Sampel 1 : Pemanasan 30 menit, Pendinginan Air ........ 18
Gambar 4.4. Analisa Sampel 4 : Pemanasan 60 menit, Pendinginan Air ........ 20
Gambar 4.5. Analisa Sampel 2 : Pemanasan 30 menit, Pendinginan Oli ......... 22
Gambar 4.6. Analisa Sampel 5 : Pemanasan 60 menit, Pendinginan Oli ......... 24
Gambar 4.7. Analisa Sampel 3 : Pemanasan 30 menit, Pendinginan Udara .... 26
Gambar 4.8. Analisa Sampel 6 : Pemanasan 60 menit, Pendinginan Udara .... 28
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seperti kata pepatah “ Tiada yang Abadi di Dunia ini”, “Sekeras
dan sekuat apapun besi, mereka pasti akan hancur dan melebur”. Besi
merupakan logam yang berasal dari bijih besi yang banyak dimanfaatkan
dalam kehidupan manusia sehari-hari. Di tabel periodik besi mempunyai
simbol Fe dan dengan nomor atom 26. Besi umumnya mempunyai nilai
ekonomis yang tinggi, karena mudah ditemukan dan diolah dalam
berbagai macam barang atau produk. Hanya saja logam jenis besi ini
mempunyai kelemahan yaitu mudah berkarat atau mengkorosi.
Material logam jenis besi merupakan logam yang mudah sekali
berkarat atau berkorosi. Zat yang dihasilkan pada peristiwa pengkorosian
berupa zat berwarna merah kecoklatan yang bersifat rapuh. Korosi
diakibatkan adanya udara dan air yang bereaksi terhadap logam besi, dan
peristiwa pengkorosian dapat berlangsung secara lebih cepat jika
terdapatnya garam yang bereaksi dengan udara dan air terhadap bahan
logam besi tersebut.
Korosi atau pengkaratan adalah kerusakan pada material
khususnya pada logam jenis besi akibat reaksi dengan lingkungan alam
sekitarnya. Korosi merupakan penurunan kualitas yang disebabkan oleh
reaksi kimia bahan logam dengan unsur-unsur lain yang terdapat di alam.
Korosi adalah masalah yang sangat serius didalam dunia material, karena
sifat umum suatu material adalah tahan terhadap korosi. Korosi dapat
menyebabkan kerugian seperti penurunan kualitas suatu produk, sehingga
dalam produk tertentu bisa saja menimbulkan kebocoran dan berbagai
macam kerusakan lainnya.
Diibaratkan sama seperti batang kayu yang lama kelamaan akan
menjadi habis dan hancur dimakan rayap. Proses korosi pada logam besi
akan terus menerus terjadi sampai seluruh bagian besi itu hancur. Hal ini
diakibatkan oksida dari besi yang terbentuk pada peristiwa awal korosi
yang kemudian menjadi katalis (otokatalis) yang akan terjadi pada
2
peristiwa korosi selanjutnya. Pada umumnya korosi yang terjadi pada
logam besi tidak dapat dihindari, tetapi hanya dapat dicegah dan
dikendalikan sehingga struktur atau komponen mempunyai usia pakai
yang lebih lama. Maka didalam permasalahan ini dibutuhkan cara
bagaimana mencegah laju pengkorosian yang terjadi pada jenis logam
terutama besi, dan diperlukan suatu cara bagaimana menentukan nilai laju
korosi sutu material. Hal ini dilakukan demi mengetahui bagaimana nilai
laju korosi yang diperoleh, apakah material tersebut mempunyai daya
tahan yang unggul terhadap korosi.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa faktor yang mempengaruhi peristiwa terjadinya korosi pada
logam besi ?
2. Bagaimana proses laju korosi pada besi dengan temperatur
pemanasan dan media pendinginan yang berbeda-beda ?
3. Bagaimana lama pemanasan dan media pendinginan yang baik ?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui faktor yang mempengaruhi peristiwa terjadinya korosi
pada logam besi.
2. Mengetahui proses laju korosi pada besi dengan temperatur
pemanasan dan media pendinginan yang berbeda-beda.
3. Mengetahui lama pemanasan dan media pendinginan yang baik.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetian Korosi
Proses pengkorosian terjadi secara perlahan tetapi pasti. Korosi
menyebabkan suatu bahan logam memiliki keterbatasan penggunaan,
artinya sutu material seperti besi yang diperkirakan memiliki jangka waktu
yang lama dalam kegunaannya menjadi singkat karena mengalami
pengkorosian. Pengkorosian juga disebabkan karena proses korosi tidak
dapat diperkirakan berapa rentang waktu saat suatu material logam
mengalami korosi.
Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi
redoks antara suatu logam dengan senyawa lain yang terdapat
dilingkungannya (misal air dan udara) dan menghasilkan senyawa yang
tidak dikehendaki. peristiwa korosi kita kenal dengna perkaratan. biasanya
logam paling banyak mengalami korosi adalah besi. (E – book : Sumarni
S, Reduksi – Oksidasi pada proses Korosi dan Pencegahannya).
2.2.Jenis-jenis Korosi
Secara umum tipe korosi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Korosi Seragam (Uniform Corrosion)
Korosi seragam merupakan korosi dengan serangan merata
pada seluruh permukaan logam. Korosi terjadi pada permukaan logam
yang terekspos pada lingkungan korosif.
b. Korosi Galvanik
Korosi galvanik terjadi jika dua logam yang berbeda
tersambung melalui elektrolit sehingga salah satu dari logam tersebut
akan terserang korosi sedangkan yang lainnya terlindungi dari korosi.
Dalam keadaan ini logam yang kurang mulia akan terkorosi lebih cepat
dari pada bersama logam lain, sedangkan logam yang lebih mulia akan
terlindungi dari korosi.
4
c. Korosi Celah
Korosi celah hampir sama dengan korosi galvanik,
perbedaannya hanya pada konsentrasi media korosifnya. Celah atau
ketidakteraturan permukaan lainnya seperti celah paku keling (rivet),
baut, washer, gasket, dan sebagainya, yang bersentuhan dengan media
korosif dapat menyebabkan korosi terlokalisasi.
d. Korosi Sumuran
Korosi sumuran terjadi karena adanya serangan korosi lokal
pada permukaan logam sehingga membentuk cekungan atau lubang
pada permukaan logam. Korosi logam pada baja tahan karat terjadi
karena rusaknya lapisan pelindung (passive film).
e. Retak Pengaruh Lingkungan (environmentally induced cracking)
Merupakan patah getas dari logam paduan ulet yang beroperasi
di lingkungan yang menyebabkan terjadinya korosi seragam.
f. Kerusakan Akibat Hidrogen (hidrogen damage)
Kerusakan ini disebabkan karena serangan hydrogen yaitu
reaksi antara hydrogen dengan karbida pada baja dan membentuk
metana sehingga menyebabkan terjadinya dekarburasi, rongga, atau
retak pada permukaan logam. Pada logam reaktik seperti titanium,
magnesium, zirocronium dan vanadium, terbentuknya hidrida
menyebabkan terjadinya penggetasan pada logam.
g. Korosi Batas Butir (intergranular corrosion)
Korosi yang menyerang pada batas butir akibat adanya segresi
dari unsur pasif seperti krom meninggalkan batas butir sehingga pada
batas butir bersifat anodic.
h. Dealloying
Dealloying adalah lepasnya unsur-unsur paduan yang lebih
aktif (anodik) dari logam paduan, sebagai contoh: lepasnya unsur seng
atau Zn pada kuningan (Cu – Zn) dan dikenal dengan istilah
densification.
5
i. Korosi Erosi
Korosi erosi disebabkan oleh kombinasi fluida korosif dan
kecepatan aliran yang tinggi. Bagian fluida yang kecepatan alirannya
rendah akan mengalami laju korosi rendah, sedangkan fluida kecepatan
tinggi menyebabkan terjadinya erosi dan dapat menggerus lapisan
pelindung sehingga mempercepat korosi.
j. Korosi Aliran (flow induced corrosion)
Korosi aliran digambarkan sebagai efek dari aliran terhadap
terjadinya korosi. Meskipun mirip, antara korosi aliran dan korosi erosi
adalah dua hal yang berbeda. Korosi aliran adalah peningkatan laju
korosi yang disebabkan oleh turbulensi fluida dan perpindahan massa
akibat dari aliran fluida diatas permukaan logam. Korosi erosi adalah
naiknya korosi dikarenakan benturan secara fisik pada permukaan oleh
partikel yang terbawa fluida. (M. Fajar Sidiq, 2013).
2.3. Faktor yang Dapat Mempercepat Terjadinya Korosi
a. Kelembaban Udara
Udara yang lembab banyak mengandung air sehingga akan
mempercepat beralangsungnya proses korosi. Korosi juga disebabkan
letak logam dalam deret potensial elektrode. Potensialnya yang rendah
akan sangat cepat terjadinya korosi pada logam, sedangkan
potensialnya yang tinggi akan membuat logam menjadi lebih awet.
b. Elektrolit
Elektrolit asam dan asin (garam) merupakan media yang baik
untuk melakukan transfer muatan. Hal ini mengakibatkan pengikatan
elektron dan oksigen di udara menjadi lebih mudah, dan sebab itu
maka air hujan (asam) dan air laut (asin/garam) merupakan penyebab
utama yang menimbulkan korosi pada logam. (Novi T.N (dkk), 2014).
c. Permukaan Logam
Permukaan logam yang kasar dan tidak rata memudahkan
terjadinya kutub-kutub muatan yang akhirnya akan berperan sebagai
katode dan anode. Permukaan logam yang halus dan licin akan
mempelambat proses terjadinya korosi.
6
2.4. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Korosi
a. Kecepatan Alir Fluida atau Kecepatan Pengadukan
Laju korosi cenderung bertambah jika laju atau kecepatan
aliran fluida bertambah besar. Hal ini karena kontak antara zat pereaksi
dan logam akan semakin besar sehingga ion-ion logam akan makin
banyak yang lepas sehingga logam akan mengalami kerapuhan
(korosi). (Krik Othmer, 1965).
b. Konsentrasi Bahan Korosif
Hal ini berhubungan dengan pH atau keasaman dan kebasaan
suatu larutan. Larutan yang bersifat asam sangat korosif terhadap
logam dimana logam yang berada didalam media larutan asam akan
lebih cepat terkorosi karena merupakan reaksi anoda. Sedangkan
larutan yang bersifat basa dapat menyebabkan korosi pada reaksi
katodanya karena reaksi katoda selalu serentak dengan reaksi anoda.
c. Oksigen
Adanya oksigen yang terdapat didalam udara dapat bersentuhan
dengan permukaan logam yang lembab. Sehingga kemungkinan
menjadi korosi lebih besar. Di dalam air (lingkungan terbuka) adanya
oksigen menyebabkan korosi.
d. Waktu Kontak
Aksi inhibitor diharapkan dapat membuat ketahanan logam
terhadap korosi lebih besar. Dengan adanya penambahan inhibitor
kedalam larutan, maka akan menyebabkan laju reaksi menjadi lebih
rendah, sehingga waktu kerja inhibitor untuk melindungi logam
menjadi lebih lama. Kemampuan inhibitor untuk melindungi logam
dari korosi akan hilang atau habis pada waktu tertentu, hal ini
dikarenakan semakin lama waktunya maka inhibitor akan semakin
habis terserang oleh larutan. (Uhlig, 1958).
2.5. Metode Pencegahan Korosi
Dengan dasar pengetahuan tentang proses korosi yang dapat
menjelaskan mekanisme dari korosi dapat dilakukan usaha – usaha untuk
pencegahan terbentuknya korosi.
7
a. Pengubahan Media/Lingkungan Kerja (einvironment change)
Korosi merupakan interaksi antara logam dengan media
sekitarnya, maka pengubahan media sekitarnya akan dapat mengubah
laju korosi. Ada tiga situasi yang dapat terjadi yaitu:
Media sekitar/lingkungan berupa gas.
Media sekitar berupa larutan dengan ion – ion tertentu.
Logam terbenam dalam tanah.
b. Seleksi Material
Metode umum yang sering digunakan dalam pencegahan
korosi yaitu pemilihan logam atau paduan dalam suatu lingkungan
korosif tertentu untuk mengurangi resiko terjadinya korosi.
c. Proteksi Katodik (cathodic protection)
Proteksi katodik adalah jenis perlindungan korosi dengan
menghubungkan logam yang mempunyai potensial lebih tinggi ke
struktur logam sehingga tercipta suatu sel elektrokimia dengan logam
berpotensial rendah bersifat katodik dan terproteksi.
d. Proteksi Anodik (anodic protection)
Adanya arus anodik akan meningkatkan laju ketidak-larutan
logam dan menurunkan laju pembentukan hidrogen. Maka logam akan
bersifat pasif dan pembentukan logam – logam tidak terlarut akan
berkurang.
e. Inhibitor Korosi
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya korosi adalah dengan penggunaan inhibitor korosi. Secara
umum suatu inhibitor adalah suatu zat kimia yang dapat menghambat
atau memperlambat suatu reaksi kimia. Sedangkan inhibitor korosi
adalah suatu zat kimia yang bila ditambahkan kedalam suatu
lingkungan dapat menurunkan laju penyerangan korosi lingkungan itu
terhadap suatu logam.
Sejumlah inhibitor menghambat korosi melalui cara adsorpsi
untuk membentuk suatu lapisan tipis yang tidak kelihatan dengan
ketebalan beberapa molekul saja, ada pula yang karena pengaruh
8
lingkungan membentuk endapan yang nampak dan melindungi logam
dari serangan yang mengkorosi logamnya dan menghasilkan produk
yang membentuk lapisan pasif dan ada pula yang menghilangkan
konstituen yang agresif.
f. Pelapisan (coating)
Prinsip umum dari pelapisan yaitu melapiskan logam induk
dengan suatu bahan atau material pelindung.
9
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Preparasi Sampel
Sebelum mengetahui lebih lanjut saat melakukan penilitian
tentang korosi pada logam, sebaiknya kita menyiapkan bahan – bahannya
terlebih dahulu. Persiapan dilakukan agar praktikum ini berjalan dengan
lancar sehingga tidak ada bahan/alat yang tertinggal yang menyebabkan
praktikum menjadi tidak berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Bahan – bahan yang dibutuhkan/disiapkan terlebih dahulu adalah :
a. Besi Isi
Gambar 3.1, Besi Isi.
Jenis besi yang digunakan adalah besi isi yang memiliki
ukuran dengan diameter 24 mm dengan tebal 5 mm. Total untuk besi
yang dibutuhkan atau dipotong adalah sebanyak 6 buah/sampel.
Gambar 3.2, Potongan Besi/Sampel.
10
b. Gergaji Mesin
Gambar 3.3, Gergaji Besi.
Untuk pemotongan sendiri menggunakan gergaji mesin, hal ini
dilakukan bertujuan agar pemotongan berjalan dengan cepat dan cukup
presisi dengan apa yang diinginkan, selain itu juga bisa menggunakan
gergaji besi yang konvensional, hanya saja pengerjaan yang dilakukan
akan lebih lama dan kurang presisi, apalagi besi yang akan dipotong
sebanyak 6 buah/sampel.
c. Kikir Pelat & Ragum
Gambar 3.4, Kikir Pelat dan Ragum.
Peran dari kikir pelat sendiri bertujuan untuk meratakan
permukaan yang bergelombang atau sedikit cacat dengan kontur
goresan yang diakibatkan saat proses pemotongan besi. Sebenarnya
perataan juga bisa dilakukan dengan amplas jenis ukuran 100, hanya
saja akan membutuhkan amplas yang lumayan banyak dan tentu saja
11
memakan biaya lebih. Sedangkan ragum digunakan untuk mencepit
benda kerja yang akan dikerjakan.
d. Amplas
Amplas 100. Amplas 800.
Amplas 1000.
Gambar 3.5, Jenis – jenis Amplas dan Kegunaannya.
Bahan yang digunakan untuk proses penghalusan adalah
amplas. Untuk amplas yang digunakan dalam praktikum ini ada 3 jenis,
yang pertama jenis ukuran 100 saat setelah dilakukannya pengikiran,
sebab kikir yang digunakan sendiri memiliki permukaan yang kasar dan
tentu hanya untuk perataan, makanya dilakukan penghalusan kembali,
akan tetapi tetap masih memiliki permukaan kasar. Digunakan amplas
jenis 100 dimaksudkan agar permukaan lebih merata lagi dan sedikit
lebih halus. Penghalusan selanjutnya menggunakan amplas jenis 800,
jenis ini digunakan agar permukaan menjadi lebih halus dan mulus. Dan
yang terakhir adalah menggunakan amplas jenis ukuran 1000, amplas
12
jenis ini bertujuan agar permukaan menjadi sangat halus dan
mengkilap, bahkan tampak bayangan saat sedang bercermin.
3.2. Perlakuan Panas
Pada proses ini, besi yang sudah dipotong dan sudah melalui
proses pengamplasan dipanaskan menggunakan oven pemanas dengan
temperatur 800°C. Untuk lama waktu pemanasan sendiri ada dua metode
waktu pemanasan yakni dengan lama pemanasan selama 30 menit untuk 3
besi/sampel dan 1 jam untuk 3 besi/sampel lainnya.
Gambar 3.6, Oven pemanas serta temperaturnya.
3.3. Pendinginan
Setelah selesai melakukan pemanasan pada benda kerja,
selanjutnya akan dilakukan proses pendinginan. Proses pendinginannya
sendiri ada 3 metode yakni metode pendinginan dengan oli, air, dan udara
(dibiarkan dingin dengan sendirinya/tanpa oli dan air).
13
3.4. Uji Struktur Mikro
Gambar 3.7, Kamera USB 8 LED 50X – 500X 2MP Digital
Microscope Endoscope Magnifer.
Sumber : http://i.ebayimg.com/images/i/291228815282-0-1/s-
l1000.jpg.
Dengan menggunakan kamera USB 8 LED 50X – 500X 2MP
Digital Microscope Endoscope Magnifer untuk mengetahui struktur mikro
pada benda kerja yang menggunakan pembesaran hingga 1000 kali.
Tujuan dari pengambilan foto untuk mengetahui perbandingan keadaan
struktur awal sebelum pemanasan dan sesudah dari benda kerja. Kemudian
untuk pengambilan foto (saat setelah dilakukan pemanasan), benda kerja
diamati setiap 1 hari sekali selama 1 minggu, gunanya adalah untuk
melihat bagaimana perubahan struktur pada benda kerja dan mengetahui
bagaimana laju korosi yang terjadi pada permukaan benda kerja.
14
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Data Hasil Uji Struktur Mikro
Besi 1
Besi 2
Besi 3
Besi 4
Besi 5
Besi 6
Gambar 4.1, Struktur Mikro Besi Sebelum Pemanasan.
Gambar diatas adalah bentuk awal pada besi sebelum dilakukannya
pemanasan. Pengambilan gambar menggunakan kamera USB 8 LED 50X
– 500X 2MP Digital Microscope Endoscope dengan pembesaran hingga
15
1000 kali. Terlihat jelas bahwa goresan abstrak pada besi menandakan
permukaan belum halus jika dilihat dengan skala mikro. Memang sangat
sulit untuk menghaluskan permukaan dengan bentuk halus pada skala
mikro, penghalusan permukaan yang saya lakukan hanya dengan
menggunakan mata telanjang dengan mengamplasnya dengan amplas
ukuran 1000 hingga menyerupai cermin (tampak bayangan).
Besi 1 (800°C, 30 menit, Air)
Besi 2 (800°C, 30 menit, Oli)
Besi 3 (800°C, 30 menit, Udara)
Besi 4 (800°C, 60 menit, Air)
Besi 5 (800°C, 60 menit, Oli)
Besi 6 (800°C, 60 menit, Udara)
Gambar 4.2, Struktur Mikro Besi Setelah Pemanasan.
16
Gambar 4.2 adalah bentuk struktur mikro pada besi setelah
dilakukannya pemanasan. Pemanasan menggunakan oven pemanas dengan
temperatur 800°C, dipanaskan pada saat bersamaan atau dipanaskan 6
sampel/besi sekaligus tetapi dengan waktu pemanasan yang berbeda. Dari
ke – 6 sampel besi 1, 2, dan 3 dipanaskan dengan waktu 30 menit, besi 4,
5, dan 6 selama 60 menit/1 jam. Langkah selanjutnya adalah pendinginan,
pada praktikum ini dilakukan 3 metode pendinginan yaitu pendinginan
dengan air, oli dan udara/dingin sendirinya. Jadi pada praktikum ini, 3
sampel dengan lama pemanasan 30 menit memiliki 3 metode pendinginan
dan masing – masing 1 sampel satu metode, sedangkan untuk 3 sampel
lainnya dengan lama pemansan 60 menit dilakukan hal yang sama.
Proses selanjutnya setelah dilakukan pemanasan serta pendinginan,
besi/sampel dibiarkan selama 1 minggu, dan setiap 1 hari sekali sampel
dilihat dan diamati bagaimana perkembangannya. Proses ini dilakukan
adalah untuk mengetahui bagaimana laju korosi dan kerusakan yang
terjadi pada permukaan sampel setelah diberi perlakuan panas dengan
waktu pemanasan yang berbeda dan dengan 3 metode pendinginan.
Berikut ini adalah gambar struktur mikro pada besi/sampel setelah
pemanasan dengan temperatur 800°C selama 30 menit, 1 jam dan
pendinginan menggunakan air, oli dan udara serta pengamatannya yang
dilakukan selama 1 minggu setiap 1 hari sekali/dicek pada waktu yang
sama.
17
a. Sampel 1 (pemanasan selama 30 menit serta pendinginan
menggunakan air).
Hari Gambar Keterangan
Ke
1
Dihari pertama sampel masih
kelihatan sedikit halus disertai
bintik – bintik kecil yang
diakibatkan area panas yang
langsung diberi perlakuan
pendinginan menggunakan air,
tentu saja belum terjadi korosi.
Ke
2
Dihari ke – 2 permukaan masih
belum mengalami perubahan,
area permukaan sampel masih
terlihat sama dengan bentuk
dihari pertama, dan bintik –
bintik kecil masih tetap terlihat,
juga belum terjadi korosi.
Ke
3
Hari ke – 3 permukaan masih
sedikit halus, belum terjadi
perubahan dengan hari pertama
dan ke – 2.
18
Ke
4
Belum ada tanda – tanda korosi
dihari yang ke – 4 , bentuk area
permukaan tidak jauh berbeda
dengan kontur bentuk dihari yang
ke – 3.
Ke
5
Hari yang ke – 5 perubahan yang
terjadi adalah bertambahnya
bintik – bintik kecil seperti yang
terlihat di area yang dikolom
merah. Diakibatkan lapisan kerak
kecil yang tertumpuk dari hari ke
hari.
Ke
6
Hari ke – 6 area permukaan
masih sama dengan hari yang ke
– 5 tanda – tanda korosi masih
belum terjadi, dan kerak
kecil/bintik kecil masih sama
terlihat seperti dihari ke – 5.
Ke
7
Hari terakhir, pengkorosian
masih belum juga terlihat,
permukaan masih terlihat sama
dengan hari ke –6. Bintik kecil
masih terlihat. Belum ada
perubahan besar dihari ke – 7 ini.
Gambar 4.3, Analisa sampel 1 dengan waktu pemanasan 30
menit, dan pendinginan menggunakan air.
19
c. Sampel 4 (pemanasan selama 60 menit serta pendinginan
menggunakan air).
Hari Gambar Keterangan
Ke
1
Hari pertama di permukaan
langsung terlihat bintik – bintik
kecil yang menumpuk di area
sampel. Akibat area panas yang
langsung diberi perlakuan
pendinginan menggunakan air.
Ke
2
Hari ke – 2 belum terjadi
perubahan besar, area permukaan
masih tetap memiliki kesamaan
di hari pertama.
Ke
3
Hari yang ke – 3, sedikit demi
sedikit area permukaan semakin
dipenuhi dengan bintik – bintik
kecil/kerak yang tertumpuk.
Ke
4
Hari ke – 4, permukaan sama
dengan area dihari ke – 3. Kerak
yang tertumpuk akibat lapisan
yang terkelupas akibat
pendinginan secara langsung
menggunakan air.
20
Ke
5
Permukaan masih sama dengan
hari yang ke – 4, belum ada
perubahan yang terjadi dan belum
ada tanda – tanda korosi.
Ke
6
Hari ke – 6, area sedikit
kehitaman akibat tumpukan kerak
dari hari ke hari. Bintik – bintik
kecil bertambah banyak.
Ke
7
Dihari ke – 7, area permukaan
sama dengan hari ke – 6. Belum
ada tanda – tanda timbul adanya
korosi. Area permukaan yang
kehitaman adalah akibat
pemanasan yang terlalu lama dan
juga perlakuan pendinginan
secara langsung.
Gambar 4.4, Analisa sampel 4 dengan waktu pemanasan 60
menit, dan pendinginan menggunakan air.
21
d. Sampel 2 (pemanasan selama 30 menit serta pendinginan
menggunakan oli).
Hari Gambar Keterangan
Ke
1
Dihari pertama permukaan
kelihatan sedikit lebih halus, di
area permukaan juga terdapat
bintik/kerak tetapi lebih sedikit.
Ke
2
Hari yang ke – 2 kerak – kerak
mulai timbul dari permukaan.
Kerak yang timbul adalah
dikarenakan lapisan dari oli yang
terkelupas akibat pengaruh
setelah pemanasan.
Ke
3
Dihari ke – 3 kerak yang timbul
sedikit demi sedikit mengelupas
dan semakin bertambah banyak.
Ke
4
Hari ke – 4, kerak yang
terkelupas mulai mengalami
perubahan warna kehitaman.
Warna kehitaman adalah
gumpalan kerak oli yang
mengeras.
22
Ke
5
Hari ke – 5 kerak sedikit demi
sedikit berubah warna menjadi
kehitaman hampir secara
keseluruhan.
Ke
6
Dihari yang ke – 6, area
permukaan sampel masih sama
terlihat seperti hari ke – 5. Kerak
berwarna hitam masih terlihat.
Ke
7
Hari ke – 7, kerak semakin
banyak timbul dan mulai
terkelupas. Tetapi pada hari ini
belum ditemukannya tanda –
tanda timbulnya korosi pada
sampel.
Gambar 4.5, Analisa sampel 2 dengan waktu pemanasan 30
menit, dan pendinginan menggunakan oli.
23
e. Sampel 5 (pemanasan selama 60 menit serta pendinginan
menggunakan oli).
Hari Gambar Keterangan
Ke
1
Dihari pertama terlihat tumpukan
oli yang terkumpul dan
mengkerak akibat dari
pemanasan selama 1 jam yang
diberi perlakuan pendinginan
secara langsung menggunakan
oli.
Ke
2
Dihari ke – 2, lapisan kerak oli
terlihat kasar dan mengkerut serta
menimbulkan permukaan yang
tidak rata.
Ke
3
Hari yang ke – 3 lapisan – lapisan
yang gosong mulai terlihat, bintik
– bintik kecil terliahat semakin
banyak.
Ke
4
Hari ke – 4, garis lapisan dari
pendinginan oli mulai terlihat,
diakibatkan kerak – kerak yang
sedikit demi sedikit terkelupas
sehingga meninggalkan bentuk
garis tersebut.
24
Ke
5
Hari yang ke – 5 semakin banyak
lapisan kerak yang terkelupas
sehingga membentuk garis bekas
kerak.
Ke
6
Hari ke – 6 area permukaan
masih terlihat sama dengan hari
yang ke – 5, tidak ada perubahan
besar yang terjadi.
Ke
7
Dihari ke – 7, lapisan kerak
semakin besar dan terlihat akan
terkelupas, tetapi permukaan
yang terlapisi oli ini belum ada
terlihat terjadi korosi.
Gambar 4.6, Analisa sampel 5 dengan waktu pemanasan 60
menit, dan pendinginan menggunakan oli.
25
f. Sampel 3 (pemanasan selama 30 menit serta pendinginan
menggunakan udara).
Hari Gambar Keterangan
Ke
1
Dihari pertama permukaan
sampel terlihat halus dan mulus.
Bentuk garis – garis abstrak yang
kelihatan adalah bekas dari
pengamplasan permukaan yang
dilakukan sebelum pemanasan.
Ke
2
Hari ke – 2, Belum ada
perubahan bentuk area
permukaan masih terlihat sama
dengan hari pertama.
Ke
3
Dihari ke – 3, timbul beberapa
bintik kecil/lapisan yang
terkelupas akibat dari temperatur
pemanasan.
Ke
4
Hari ke – 4 area permukaan
sampel masih sama dengan hari
yang ke – 3. Belum ada tanda –
tanda korosi.
26
Ke
5
Hari ke – 5 kontur permukaan
sedikit lebih putih/berabu disertai
sedikit bintik kecil atau lapisan
yang terkelupas.
Ke
6
Hari ke – 6 goresan abstrak
sedikit menghilang secara
perlahan – lahan, juga disertai
perubahan warna konturnya.
Ke
7
Dihari ke – 7, area mengalami
perubahan kontur permukaan
yang sedikit berabu/keputihan,
akibat dari temperatur pemanasan
serta diberi perlakuan panas
menggunakan udara, tetapi masih
belum terjadi korosi.
Gambar 4.7, Analisa sampel 3 dengan waktu pemanasan 30
menit, dan pendinginan menggunakan udara.
27
g. Sampel 6 (pemanasan selama 60 menit serta pendinginan
menggunakan udara).
Hari Gambar Keterangan
Ke
1
Hari pertama sudah memiliki
permukaan kasar dan bentuk
berkerut/bintik – bintik akibat
dari pemanasan selama 1 jam.
Ke
2
Hari yang ke – 2 kerak/bintik
kecil terlihat timbul dan akan
terkelupas. Kerak juga terlihat
sedikit berwarna
kehitaman/gosong.
Ke
3
Dihari ke – 3 belum ada
perubahan secara drastis, area
permukaan masih terlihat sama
dengan hari ke –2, dan belum ada
terlihat terjadi korosi.
Ke
4
Hari ke – 4 kerak yang timbul
semakin banyak dan menumpuk
hingga permukaan menjadi kasar.
Dan kerak mulai sedikit ada yang
terkelupas.
30
Ke
5
Hari ke – 5, area permukaan
masih terlihat sama dengan hari
yang ke – 4. Dan masih belum
ada tanda – tanda timbul korosi.
Ke
6
Dihari yang ke – 6 area
permukaan semakin terlihat kasar
karena area permukaan semakin
banyak timbul kerak serta
tumpukan kerak terdahulu yang
membuatnya semakin kasar.
Ke
7
Hari yang ke – 7, kerak/bintik
kecil yang menupuk lama
kelaman semakin banyak.
Lapisan atas permukaan sampel
akan terkelupas secara perlahan –
lahan karena temperatur
pemanasan 800°C selama 1 jam.
Gambar 4.8, Analisa sampel 6 dengan waktu pemanasan 60
menit, dan pendinginan menggunakan udara.
31
BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan
Faktor utama yang mempengaruhi pengkaratan pada besi adalah
adanya udara dan air yang bereaksi terhadap bahan logam besi. Faktor
struktur juga mempengaruhi proses terjadinya korosi, struktur yang halus
dapat memperlambat proses korosi. Selanjutnya adalah faktor temperatur
pemanasan, temepratur diatas 800°C akan memperlambat laju korosi,
sedangkan perlakuan panas dibawahnya akan mempercepat laju korosi.
Pemanasan pada temperatur 800°C dapat memperlambat laju
korosi, apalagi jika semakin lama waktu pemanasannya. Ketika besi yang
sudah dipanasi, struktur pada besi akan terbuka, dan seketika itu udara
atau oksigen akan keluar dan berkurang, sesaat didinginkan struktur
tersebut akan berubah dan perlahan merapat kembali ke bentuk semula.
Pendinginan menggunakan air tetap akan menyebabkan korosi, sebab air
mengandung oksigen sehingga terlarut pada besi. Berbeda dengan oli yang
sedikit mengandung oksigen, sehingga pendinginan menggunakan
medianya akan memperlambat proses korosi. Pendinginan menggunakan
udara akan tetap terjadi korosi walaupun dalam tanda kutip juga akan
memperlambat korosi, saat setelah pemanasan struktur pada besi terbuka,
dan ketika didinginkan besi akan terkontaminasi dengan udara. Faktor
yang memperlambatnya adalah struktur besi cepat kembali seperti sedia
kala sehingga hanya sedikit udara dan oksigen yang terlarut.
Jika untuk lama pemanasan yang baik adalah selama 60 menit,
karena dengan pemanasan yang lama besi akan sangat panas apalagi
dengan temperatur 800°C sehingga ikatan oksigen terlepas dengan sampel.
Media pendingin yang baik setelah selesai dilakukannya pemanasan pada
sampel/besi adalah menggunakan oli, sebab oli memiliki kadar oksigen
yang rendah, selain itu oli juga melapisi permukaan pada sampel/besi
sehingga media pendinginan menggunakan oli dapat menghambat proses
korosi/memperpanjang masa pakai logam besi.
32
DAFTAR PUSTAKA
[a]. Sidiq, Fajar M. 2013. Analisa Korosi dan Pengendaliannya. Akademi
Perikanan Baruna Slawi. E- mail : [email protected].
[b]. Nugraheni, Novi, Tri (dkk). 2014. Korosi Suatu Material. Fakultas Sains
dan Teknologi, Jurusan Fisika, Univesitas Airlangga, Surabaya.
[c]. E-book : Reduksi – Oksidasi pada Proses Korosi dan Pencegahannya.
Oleh : Sumarni Setiasih, S.Si., M.Pkim. E – mail :