89
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NO : 2 2002 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR : 36 TAHUN 2001 TENTANG POLA DASAR DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH (POLDAS DAN PROPEDA) KABUPATEN BEKASI TAHUN 2002 – 2006 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BEKASI Menimbang : a. bahwa Pola Dasar (Poldas) Pembangunan Kabupaten Bekasi tahun 2002 - 2006 hakekatnya merupakan dokumen induk perencanaan pembangunan daerah yang memuat visi, misi dan arah kebijakan pembangunan daerah yang didasarkan pada kondisi, potensi, permasalahan dan kebutuhan nyata daerah, serta mengakomodasikan aspirasi masyarakat yang tumbuh dan berkembang. b. bahwa Program Pembangunan Daerah (Propeda) Kabupaten Bekasi Tahun 2002 - 2006 pada dasarnya merupakan dokumen rencana tindakan (action plan) yang terpadu dan bekelanjutan secara bertahap selama lima tahun ke depan, sebagai penjabaran fragmatis dari visi dan misi, yang didasarkan pada kondisi, potensi dan aspirasi masyarakat yang tumbuh dan berkembang, serta sebagai bagian integral dari pembangunan regional dan nasional. c. bahwa atas dasar pertimbangan hurup a dan b tersebut di atas, dipandang perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Pola Dasar (POLDAS) dan Program Pembangunan Daerah (PROPEDA) Tahun 2002 – 2006. Mengingat : 1. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor IV/MPR/1999 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1999-2004.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI - … · Pemerintah Pusat dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah ... Dalam peraturan daerah ini yang dimaksud dengan : ... III PERMASALAHAN YANG DIHADAPI

  • Upload
    lamnhu

  • View
    225

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

NO : 2 2002 SERI : D

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

NOMOR : 36 TAHUN 2001

TENTANG

POLA DASAR DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH (POLDAS DAN PROPEDA)

KABUPATEN BEKASI TAHUN 2002 – 2006

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BEKASI

Menimbang : a. bahwa Pola Dasar (Poldas) Pembangunan Kabupaten Bekasi tahun 2002 - 2006 hakekatnya merupakan dokumen induk perencanaan pembangunan daerah yang memuat visi, misi dan arah kebijakan pembangunan daerah yang didasarkan pada kondisi, potensi, permasalahan dan kebutuhan nyata daerah, serta mengakomodasikan aspirasi masyarakat yang tumbuh dan berkembang.

b. bahwa Program Pembangunan Daerah (Propeda) Kabupaten Bekasi

Tahun 2002 - 2006 pada dasarnya merupakan dokumen rencana tindakan (action plan) yang terpadu dan bekelanjutan secara bertahap selama lima tahun ke depan, sebagai penjabaran fragmatis dari visi dan misi, yang didasarkan pada kondisi, potensi dan aspirasi masyarakat yang tumbuh dan berkembang, serta sebagai bagian integral dari pembangunan regional dan nasional.

c. bahwa atas dasar pertimbangan hurup a dan b tersebut di atas,

dipandang perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Pola Dasar (POLDAS) dan Program Pembangunan Daerah (PROPEDA) Tahun 2002 – 2006.

Mengingat : 1. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia

Nomor IV/MPR/1999 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1999-2004.

2

2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.

3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan

Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah. 4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan

Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. 5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program

Pembangunan Nasional (PROPENAS) Tahun 2000 - 2004. 6. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan

Pemerintah Pusat dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom.

7. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan

dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah. 8. Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tata cara

Pertanggungjawaban Kepala Daerah. 9. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2001 tentang

Rencana Strategis Propinsi Jawa Barat Tahun 2001 -2005. 10. Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 7 Tahun 2000 tentang

Perubahan yang pertama kali Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tingkat II Bekasi sampai dengan Tahun 2003.

11. Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 35 Tahun 2001 tentang

Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah.

DENGAN PERSETUJUAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BEKASI

M EMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TENTANG POLA

DASAR DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2002-2006.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1 Dalam peraturan daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Bekasi.

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Bekasi.

3. Bupati adalah Bupati Bekasi.

4. DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bekasi.

3

5. Pola Dasar yang selanjutnya disebut Poldas dan Program Pembangunan Daerah selanjutnya disebut Propeda.

BAB II

SISTEMATIKA POLA DASAR DAN PROPEDA

Pasal 2 Sistematika Poldas sebagaimana dimaksud Peraturan Daerah ini terdiri dari:

I PENDAHULUAN

II KONDISI UMUM

III PERMASALAHAN YANG DIHADAPI

IV VISI DAN MISI

V ARAH KEBIJAKAN

VI KAIDAH PELAKSANAAN

VII PENUTUP

Pasal 3

Sistematika Propeda sebagaimana dimaksud Peraturan Daerah ini terdiri dari :

I PENDAHULUAN

II MASALAH DAN TANTANGAN

III VISI DAN MISI KABUPATEN BEKASI

IV PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN BEKASI

V PENUTUP

BAB III

ISI DAN URAIAN POLDAS DAN PROPEDA

Pasal 4

Isi beserta uraian Poldas dan Propeda sebagaimana dimaksud Pisal 2 dan 3 Peraturan Daerah ini tercantum pada Lampiran Peraturan Daerah yang merupakan bagian yang terpisahkan.

BAB IV

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 5 Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini akan diatur lebih lanjut Bupati.

4

Pasal 6 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Bekasi.

Ditetapkan di Bekasi pada tanggal 31 Desember 2001

BUPATI BEKASI

Ttd.

H. WIKANDA DARMAWIJAYA

Peraturan Daerah ini disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bekasi dengan Keputusan Nomor 34/Kep/170-DPRD/2001 tanggal 31 Desember 2001 Diundangkan di Bekasi Pada tanggal 8 Januari 2001

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2001 NOMOR 2 SERI D

5

POLA DASAR

(POLA DASAR)

LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

NOMOR : 36 TAHUN 2001 TENTANG : POLA DASAR DAN PROGRAM

PEMBANGUNAN DAERAH (POLDAS DAN PROPEDA) KABUPATEN BEKASI TAHUN 2002 – 2006

6

DAFTAR ISI Halaman BAB I PENDAHULUAN

A Latar Belakang ..............................................................……….....

B. Pengertian .............................................................………...….....

C. Kedudukan dan Fungsi...............................................……..….....

D. Maksud dan Tujuan....................................................……...….....

E. Landasan...................................................................………….....

F. Ruang Lingkup .........................................................……….…..... BAB II KONDISI UMUM

A. Kondisi dan Perkembangan Daerah .............................…...….....

B. Perekonomian Daerah ..............................................……....…....

C. Sosial Budaya.............................................................…………....

D. Pemerintahan dan Arah Penyelenggaraan Otonomi Daerah …... BAB III PERMASALAHAN YANG DIHADAPI

A. Permasalahan Pokok .............................................…….......……..

B. Faktor-Faktor Dominan ................................................………....... BAB IV VISI DAN MISI

A. Visidan Misi............................................................………..……....

B. Misi.........................................................................……………......

C. Tujuan .....................................................................…………….... BAB V ARAH KEBIJAKAN

A. Membangun SDM, Kesra, Kualitas Kehidupan Beragama dan Ketahan Sosial Budaya .......................................………........

B. Mempercepat Pemulihan Ekonomi dan Memperkuat Landasan Pembangunan Ekonomi Daerah yang Adil dan Berkelanjutan .....

C. Mewujudkan Pemerintahan Yang Bersih dan Berwibawa Serta Melaksanakan Supremasi Hukum .....................……..........

D. Meningkatkan Keamanan dan Ketertiban serta Kehidupan Demokrasi ...................................................................…………...

E. Mewujudkan Otonomi Daerah, Meningkatkan Kapasitas Daerah dan Kesiapan Dalam Menghadapi Eraglobalisasi...…......

F. Mewujudkan Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup Yang Berkualitas..................................................……...................

BAB VI KAIDAH PELAKSANAAN

7

BAB VII PENUTUP

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembangunan daerah, sebagai bagian integral dari pembangunan merupakan

upaya peningkatan kualitas manusia dan masyarakat di daerah yang dilakukan

secara berkelanjutan, berlandaskan kemampuan daerah dengan memanfaatkan

kemajuan ilmu pengetahuan teknologi serta memperhatikan tantangan

perkembangan global. Dalam pelaksanaannya mengacu pada kepribadian bangsa

dan nilai luhur universal untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang berdaulat,

mandiri, berkeadilan, sejahtera, maju dan kukuh dalam kekuatan moral serta

etikanya.

Disadari, bahwa pembangunan yang terpusat dan tidak merata yang

dilaksanakan selama ini terlalu mengutamakan pertumbuhan ekonomi serta tidak

diimbangi kehidupan sosial, politik, ekonomi yang demokratis dan berkeadilan. Di

samping itu, fundamental pembangunan ekonomi yang rapuh, penyelenggaraan

negara yang sangat birokratis dan cenderung korup serta tidak demokratis telah

menyebabkan krisis moneter dan ekonomi yang berlanjut dengan krisis moral

yang memprihatinkan.

Saat ini kita telah memasuki era perubahan besar dalam tatanan kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara baik di tingkat nasional maupun

daerah. Ada tiga isu strategis yang menjadi agenda pokok dalam penyelenggaraan

pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat, yaitu:

1. Upaya penyelamatan dan pemulihan dari krisis multidimensi;

2. Pembangunan berkelanjutan melalui reformasi di segala bidang;

3. Penyiapan dan penyelarasan menghadapi era globalisasi.

Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1999-2004 Ketetapan MPR-RI

Nomor IV/MPR/1999 merupakan dokumen nasional yang harus dijadikan pedoman

dan dijabarkan lebih lanjut dalam penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan

pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat di daerah.

8

Kabupaten Bekasi sebagai bagian integral dari Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI) memandang penting perencanaan pembangunan daerah dengan

paradigma baru, sebagai pedoman pokok baik dalam mewujudkan kehendak aspirasi

masyarakat maupun sebagai salah satu pilar keberhasilan dalam mewujudkan

cita-cita yang didambakan masyarakat Bekasi.

Penyelenggaraan pemerintahan daerah, seperti diatur dalam Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000, telah

memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan

otonomi daerah, yaitu kewenangan untuk menentukan dan melaksanakan kebijakan

dan program menurut kepentingan dan prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi

masyarakat di daerah, baik mengenai perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan

pengendalian maupun evaluasinya. Semangat penyelenggaraan otonomi daerah

didasarkan atas prinsip demokrasi, peran serta masyarakat pemerataan dan keadilan,

serta potensi dan keanekaragaman daerah.

Sehubungan dengan itu, perlu disusun Pola Dasar Pembangunan Kabupaten

Bekasi sebagai kerangka landasan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan

pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat secara terencana, terpadu,

bertahap dan berkesinambungan selama lima tahun kedepan guna mewujudkan

kemajuan di segala bidang, menuju masyarakat Kabupaten Bekasi yang maju dan

sejahtera.

Pola Dasar Pembangunan Kabupaten Bekasi tahun 2002-2006 disusun dalam

rangka mengantisipasi dan menyikapi perkembangan serta perubahan keadaan sosial

ekonomi masyarakat guna menjawab tuntutan reformasi di segala bidang. Dokumen

ini berupa perumusan muatan strategis yang memberikan kejelasan visi, misi dan

arah kebijakan, serta kaidah pelaksanaan untuk melakukan langkah-langkah

menyeluruh dalam segala bidang pembangunan di Kabupaten Bekasi.

B. PENGERTIAN

Pola Dasar Pembangunan Kabupaten Bekasi Tahun 2002-2006 pada

hakekatnya merupakan dokumen induk perencanaan yang memuat visi, misi dan arah

kebijakan pembangunan daerah yang didasarkan pada kondisi, potensi,

permasalahan dan kebutuhan nyata daerah, serta mengakomodasikan aspirasi

9

masyarakat yang berkembang dan selanjutnya ditetapkan dengan Peraturan Daerah

Kabupaten Bekasi.

C. KEDUDUKAN DAN FUNGSI

Pola Dasar Pembangunan Kabupaten Bekasi untuk Tahun 2002-2006 memiliki

kedudukan sebagai kerangka dasar perencanaan dan penyelenggaraan

pembangunan daerah yang merupakan penjabaran kehendak masyarakat Bekasi,

dengan tetap mengacu kepada GBHN 1999-2004 dan memperhatikan Dokumen

Perencanaan Propinsi Jawa Barat yang berfungsi sebagai pedoman penyelenggaraan

pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat serta sebagai landasan

penyusunan Program Pembangunan Kabupaten Bekasi bagi seluruh Aparatur

Pemerintah, Pemerintah Daerah, DPRD, LSM, Organisasi Profesi, Perguruan Tinggi,

Dunia Usaha dan Tokoh Masyarakat serta seluruh masyarakat Kabupaten Bekasi

guna mewujudkan keserasian pembangunan, pertumbuhan dan kemajuan di segala

bidang.

D. MAKSUD DAN TUJUAN

Pola Dasar Pembangunan Kabupaten Bekasi 2002-2006 disusun dengan

maksud untuk memberikan arah, pedoman dan landasan agar diperoleh pemahaman

yang sama bagi segenap pihak yang terkait dalam penyelenggaraan pemerintahan,

pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat, dengan tujuan untuk "mewujudkan

masyarakat Kabupaten Bekasi yang beriman dan berakhlak mulia dalam suasana

damai, aman penuh kekeluargaan, kehidupan yang sejuk, penuh persaudaraan, silih,

asah, silih asuh, silih asih dan sejahtera serta berdaya saing dalam lingkungan yang

serasi, selaras dan seimbang dengan perkembangan kemajuan Propinsi Jawa Barat

dan Nasional".

E. LANDASAN

Pola Dasar Pembangunan Kabupaten Bekasi 2002-2006 disusun berdasarkan

Pancasila sebagai landasan Idiil dan UUD 1945 sebagai landasan konstitusional serta

GBHN 1999-2004 sebagai landasan operasional.

F. RUANG LINGKUP Ruang lingkup Pola Dasar Pembangunan Kabupaten Bekasi 2002-2006 pada

dasarnya mencakup aspek pembangunan di segala bidang kehidupan, baik sebagai

daerah otonom maupun sebagai bagian integral dari Negara Kesatuan Republik

10

Indonesia dalam jangka panjang maupun jangka menengah yang akan dilaksanakan

di Kabupaten Bekasi.

Untuk memudahkan pemahaman yang menyeluruh, Pola Dasar Pembangunan

Kabupaten Bekasi disusun dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

BAB II KONDISI UMUM

BAB III PERMASALAHAN YANG DIHADAPI

BAB IV VISI DAN MISI

BAB V ARAH KEBIJAKAN

BAB VI KAIDAH PELAKSANAAN

BAB VII PENUTUP

11

BAB II

KONDISI UMUM A. FISIK

Kabupaten Bekasi secara geografis berada di bagian Utara Propinsi Jawa Barat,

terletak antara 106° 48' 78" - 107° 27' 29" Bujur Timur dan 6° 10' - 6° 30' Lintang

Selatan. Luas wilayah Kabupaten Bekasi 127.388 Ha (1.273,88 km2) dengan batas

administrasi sebagai berikut:

• Sebelah Utara : Laut Jawa;

• Sebelah Selatan : Kabupaten Bogor;

• Sebelah Barat : Kota Bekasi dan DKI Jakarta;

• Sebelah Timur : Kabupaten Karawang. Kondisi topografi Kabupaten Bekasi mempunyai ketinggian 0 - 115 m di atas

permukaan laut, yang sebagian besar merupakan dataran rendah. Wilayah dengan

ketinggian 0-25 meter di atas permukaan air laut (dpl) seluas 91.720 Ha (72 %),

meliputi Kecamatan Muaragembong, Cabangbungin, Tarumajaya, Babelan,

Tambelang, Sukatani, Pebayuran, Kedung-waringin, Cikarang, sebagian Kecamatan

Tambun, sebagian Kecamatan Cibitung dan sebagian Kecamatan Lemahabang.

Wilayah dengan ketinggian 26-100 meter dpl seluas 35.579 Ha (27,93 %), meliputi

sebagian Kecamatan Tambun, sebagian Kecamatan Cibitung sebagian Kecamatan

Lemahabang, Kecamatan Setu, Kecamatan Serang dan sebagian Kecamatan

Cibarusah. Sedangkan wilayah dengan ketinggian di atas 101 meter dpi seluas 89 Ha

(0,07 %) yang terletak di bagian Tenggara Kecamatan Cibarusah.

Wilayah Kabupaten Bekasi relatif landai yaitu seluas 120.585 Ha (94,66 %)

dengan kemiringan 0 % - 3 %. Sebagian kecil, terutama di wilayah yang berbatasan

dengan Kabupaten Bogor memiliki kemiringan di atas 3 % yaitu seluas 6.395 Ha (5,02

%) memiliki kemiringan 3 % -8 %, dan 408 Ha (0,32 %) memiliki kemiringan di atas 8

%. Secara klimatologis, Kabupaten Bekasi mempunyai iklim tropis dengan curah

hujan rata-rata per tahun sebesar 1.635 mm dan jumlah hari hujan rata-rata 100 hari

tiap tahun.

Secara umum penggunaan lahan di Kabupaten Bekasi sebagian

besar dimanfaatkan untuk areal pertanian dengan perincian sebagaimana

12

tertera pada label 2.1.

Tabel 2.1 : Penggunaan Lahan di Kabupaten Bekasi

No Penggunaan Lahan Luas (Ha) %

1 2 3

4

5 6 7 8 9

Kawasan Lindung Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan Kawasan Budidaya Tanaman Pangan Lahan Kering Kawasan Budidaya Tanaman Pangan Lahan Basah Kawasan Budidaya Perikanan/Pertambakan Kawasan Pariwisata Kawasan Permukiman Kawasan / Zona Industri Kawasan Khusus Kesatuan Pelaut Indonesia (KPI)

11.092,50 4.232,50 3.897,50

74.422,00

8.565,00

437,15 14.869,00

9.772,00 100,00

8,71 3,32 3,06

58,42

6,72 0,34

11,67 7,67 0,08

Jumlah 127.388,0 100,00

Sumber : Revisi RTRWKabupaten Bekasi Tahun 2001

Di wilayah Kabupaten Bekasi terdapat 13 (tiga belas) sungai dengan lebar

antara 3-80 meter (3 di antaranya merupakan anak sungai), yaitu Sungai Citarum,

Sungai Bekasi, Sungai Cikarang, Sungai Blencong, Sungai Babelan, Sungai Jambe,

Sungai -Sadang, Sungai Cikedokan, Sungai Ulu, Sungai Cilemahabang, Sungai

Cibeet dan Sungai Cipamingkis (anak Sungai Citarum), serta Sungai Cikeas (anak

Sungai Bekasi).

Sekitar 19.745 Ha (15,5 %) wilayah Kabupaten Bekasi memiliki air tanah yang

terintrusi air laut (terutama di Kecamatan Muaragembong dan Kecamatan

Tarumajaya). Sedangkan 25.605 Ha (20,1 %) memiliki air tanah dangkal dan 82.038

Ha (64,4 %) memiliki sumber mata air yang keluar dari daerah kapur (crust water).

Secara umum sekitar 104.185 Ha (81,79 %) dari luas Kabupaten memiliki ke dalaman

efektif air tanah di atas 90 meter.

Kebijakan nasional dan regional telah menetapkan fungsi Kabupaten Bekasi

dalam rencana tata ruang sebagai daerah industri dan salah satu lumbung padi di

Jawa Barat. Selain itu, karena posisinya ternadap DKI yang relatif dekat, Kabupaten

Bekasi juga berfungsi sebagai mitra terdepan Ibukota Negara untuk industri,

pertanian dan permukiman.

Berdasarkan revisi RTRW tahun 2001 daerah Kabupaten Bakasi pada dasarnya

terbagi menjadi 3 (tiga) Wilayah Pelayanan, yaitu :

13

a. Wilayah Pelayanan I (Zona Barat)

Wilayah pelayanan ini meliputi Kecamatan Tarumajaya, Babelan dan

Kecamatan Tambun. Dalam pengembangannya wilayah ini dominasi

kegiatannya diarahkan pada kegiatan perkotaan dan sebagian kegiatan

ekonomi perdesaan.

b. Wilayah Pelayanan II (Zona Utara)

Wilayah pelayanan ini meliputi Kecamatan Muaragembong,

Cabangbungin, Tambelang, Sukatani, Pebayuran, Kedungwaringin, sebagian

Kecamatan Cikarang dan sebagian Kecamatan Cibitung.

Dalam pengembangannya wilayah ini dominasi kegiatan yang diarahkan

pada kegiatan pengembangan pertanian lahan basah yang mempunyai

prasarana irigasi teknis.

c. Wilayah Pelayanan III (Zona Selatan)

Wilayah pelayanan ini meliputi Kecamatan Setu, Lemahabang,

Serang, Cibarusah, sebagian Kecamatan Cikarang dan sebagian Kecamatan

Cibitung. Wilayah ini diarahkan untuk kegiatan perkotaan (industri dan

permukiman berskala besar), selain itu di bagian selatannya (Cibarusah)

pengembangannya diarahkan untuk pertanian lahan kering/tanaman tahunan.

B. PEREKONOMIAN DAERAH

Beberapa keberhasilan penyelenggaraan pembangunan di Kabupaten Bekasi

dalam periode pembangunan sebelumnya dapat dicapai berkat peran serta

masyarakat dan pemerintah yang didukung stabilitas di daerah, sebelum terjadinya

krisis ekonomi. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bekasi yang relatif tinggi (LPE

= 12,05 % selama periode 1994 -1996 atas dasar harga konstan tahun 1993), tidak

terlepas dari peran sektor industri yang dominan. Namun badai krisis telah berdampak

sangat signifikan pada perekonomian daerah sehingga LPE kabupaten Bekasi

menurun menjadi minus 21,36 % selama periode 1996 - 1998 atas dasar harga

konstan tahun 1993, meningkat kembali pada tahun 1999 sebesar 2,34 % dan pada

tahun 2000 menj'adi 5,58 %, namun demikian kenaikan LPE tersebut belum

mencerminkan pemerataan pendapatan secara keseluruhan.

14

Dilihat dari kontribusinya terhadap PDRB Kabupaten Bekasi, empat sektor

ekonomi yang merupakan sektor "utama" adalah industri pengolahan, perdagangan,

jasa dan pertanian, menyumbang sekitar 90 % PDRB Kabupaten Bekasi pada tahun

1998. Perkembangan perekonomian daerah secara makro menunjukkan bahwa

peranan sektor industri dan perdagangan telah menggeser sektor pertanian.

Sumbangan sektor industri terhadap PDRB meningkat dari sebesar 68,14 % pada

tahun 1999 menjadi sebesar 69,34 % pada tahun 2000 (atas dasar harga konstan

1993). Sedangkan sumbangan sektor perdagangan menurun dari sebesar 16,61 %

pada tahun 1999 menjadi sebesar 15,71 % pada tahun 2000 (atas dasar harga

konstan 1993).

Sektor jasa mengalami penurunan dari 3,43 % pada tahun 1999 menjadi

sebesar 3,18 % pada tahun 2000 (atas dasar harga konstan 1993). Sedangkan sektor

pertanian menurun sedikit dari sebesar 4,58 % pada tahun 1999 menjadi sebesar

4,45 % pada tahun 2000 (atas dasar harga konstan 1993).

Meskipun kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB relatif kecil, namun masih

memegang peranan strategis dalam perekonomian Kabupaten Bekasi. Mengingat

sektor pertanian tetap menyediakan lapangan kerja yang cukup besar, terutama di

wilayah perdesaan. Kondisi lahan pertanian khususnya lahan sawah, mengalami

penurunan akibat pergeseran pemanfaatan lahan pertanian sekitar 15,55 % terdiri

atas areal teknis sekitar 8 % dan non teknis sekitar 7,55 %. Salah satu dampak dari

pergeseran pemanfaatan lahan tersebut, mengakibatkan menurunnya hasil panen

padi sekitar 13,91 % dalam kurun waktu 1994-2000.

Sekalipun terjadi penurunan luas lahan pertanian akibat pergeseran

pemanfaatan lahan pertanian, namun pergeseran tersebut telah membawa dampak

positif yaitu dalam hal penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat juga meningkatnya

harga tanah yang diikuti dengan meningkatnya Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). Selain

itu industri dan perumahan yang tumbuh membangkitkan kegiatan perekonomian

lainnya terutama disektor perdagangan, jasa dan lain-lain.

C. SOSIAL BUDAYA

Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu unsur terpenting dalam

keberhasilan pembangunan. Secara kuantitatif, jumlah penduduk Kabupaten Bekasi

tahun 2000 adalah 1.668.494 jiwa, dengan kepadatan rata-rata 1.310 jiwa per km2.

Penyebaran penduduk di Kabupaten Bekasi tidak merata. Tambun merupakan

kecamatan terpadat penduduknya, yaitu 4.291 jiwa per km2, sedangkan

15

Muaragembong merupakan kecamatan terendah kepadatannya, yaitu 215 jiwa per

km2. Pertumbuhan penduduk Kabupaten Bekasi relatif tinggi, dengan Laju

Pertumbuhan Penduduk (LPP) dalam periode 1990-2000 sebesar 4,25 %, terdiri dari

LPP alami sebesar 1,64 % dan LPP migrasi sebesar 2,61 %. LPP yang cukup tinggi

disebabkan karena daya tarik Kabupaten Bekasi sebagai daerah industri, perumahan,

perdagangan dan jasa serta upah minimum regional yang cukup tinggi.

Salah satu implikasi logis penting dari perkembangan jumlah penduduk adalah

perkembangan jumlah angkatan kerja (di atas 10 tahun). Dari segi kuantitas,

angkatan kerja di Kabupaten Bekasi cukup besar untuk mendukung investasi baru

atau pengembangan usaha di berbagai sektor. Berdasarkan survey kependudukan,

jumlah penduduk usia kerja pada usia 10 tahun ke atas, di Kabupaten Bekasi pada

tahun 2000 adalah sebanyak 1,321.226 orang, dengan proporsi yang termasuk

angkatan kerja sebanyak 578.617 orang. Berdasarkan komposisi tingkat pendidikan

formal, tingkat pendidikan angkatan kerja sebagian besar masih rendah, mereka yang

berhasil menyelesaikan perguruan tinggi, Diploma I, II dan III hanya 1,8 %.

Selebihnya lulusan SMU atau kejuruan sebesar 12,7 %, lulusan SLTP : 13,5 %,

lulusan SD : 40,9 % dan tidak tamat SD : 18,4 % serta tidak pernah sekolah 12,7%.

Secara umum pembangunan di Kabupaten Bekasi secara bertahap telah dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Bekasi. Hal ini ditandai dengan

meningkatnya beberapa indikator diantaranya meningkatnya Indeks Mutu Hidup (IMH)

dari 77,57 tahun 1999 menjadi 78,25 tahun 2000, Meningkatnya Angka Harapan

Hidup (AHH) dari 66,60 pada tahun 1999 menjadi 69,30 pada tahun 2000, secara

keseluruhan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) meningkat dari 64,70 pada tahun

1999 menjadi 67,38 pada tahun 2000. Kemajuan tersebut merupakan modal dasar

penting bagi Kabupaten Bekasi untuk melanjutkan pembangunan secara

berkelanjutan.

Pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun (Wajar Dikdas 9

Tahun), telah berhasil meningkatkan jumlah anak yang bersekolah di Sekolah Dasar.

Hal ini juga karena didukung kegiatan pembangunan sarana pendidikan dan kualitas

belajar mengajar yang meningkat.

Angka partisipasi kasar tahun ajaran 1999/2000 pendidikan tingkat dasar

mencapai 102,07 %. Daya tampung SLTP/sederajat sebesar 66,43 %, sedangkan

daya tampung SLTA/sederajat sebesar 16,74 %.

16

Dalam program pembinaan pendidikan masyarakat teiah berhasil dibina melalui

Kejar Paket A, Kejar Paket B, Kelompok Belajar Usaha (KBU), magang, sehingga

mampu meningkatkan Angka Melek Huruf (AMH) di Kabupaten Bekasi pada tahun

1998 adalah 82,60 %, meningkat menjadi 87,60 % pada tahun 1999.

Dari aspek kesehatan, ratio pemanfaatan Puskesmas terlihat adanya

peningkatan. Dari satu Puskesmas harus melayani 50.000 penduduk pada akhir

tahun 1993/1994, menjadi satu Puskesmas melayani 46.000 penduduk pada akhir

tahun 1998/1999. Kegiatan lain yang cukup penting adalah imunisasi yang juga

mengalami peningkatan.

Angka Kematian Bayi (AKB) pada tahun 1999 adalah 56,55/1000 kelahiran

hidup (KH) berhasil ditekan pada tahun 2000 menjadi 55,30 per 1000 Kelahiran

Hidup. Menurunnya AKB menunjukkan semakin membaiknya derajat kesehatan,

meskipun Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun 1999 tetap masih tinggi, yaitu 36 per

100.000 Kelahiran Hidup pada tahun 2000 menurun menjadi 18 jiwa per 100.000

kelahiran hidup, sementara Angka Harapan Hidup (AHH) pada tahun 1999 adalah

66,60 tahun, meningkat pada tahun 2000 menjadi 69,30 tahun.

D. PEMERINTAHAN DAN ARAH PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH

Tatanan penyelenggaraan pemerintahan di daerah dewasa ini dalam proses

perubahan sangat signifikan yang diwujudkan dengan lahirnya Undang-undang No.

22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-undang No. 25 tahun 1999

tentang Perimbangan Keuangan Pusut dan Daerah, Peraturan Pemerintah No. 25

tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai

Daerah Otonom, serta implikasi dari keluarnya peraturan perundangan lainnya yang

terkait. Keberadaan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah tersebut merupakan

acuan dalam penyelenggaraan Otonomi Daerah yaitu dengan rnemberikan

kewenangan yang luas, nyata dan bertanggungjawab kepada Daerah secara

proporsional yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian dan pemanfaatan

sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan Pusat dan

Daerah. Selain itu, penyelenggaraan Otonomi Daerah juga dilaksanakan dengan

prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan serta

memperhatikan potensi keanekaragaman Daerah.

Sebagai implementasi dari diundangkannya ketentuan tersebut, sejak Januari

tahun 2001 telah dilaksanakan Otonomi daerah di seluruh Kabupaten/Kota yang

merupakan titik awal untuk memotivasi daerah menjadi lebih maju dan mandiri.

17

Tujuan pemberian kewenangan dalam penyelenggaraan otonomi daerah adalah

peningkatan kesejahteraan rakyat, pemerataan dan keadilan, demokratisasi dan

penghormatan terhadap budaya lokal, serta memperhatikan potensi dan

keanekaragaman daerah. Pengaturan kewenangan melalui PP No. 25 tahun 2000

pada dasarnya merupakan upaya untuk membatasi kewenangan Pemerintah dan

kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom, karena Pemerintah dan Propinsi

hanya diperkenankan menyelenggarakan kegiatan otonomi sebatas yand ditetapkan

dalam Peraturan Pemerintah tersebut.

Kewenangan Pemerintah, sebagaimana tercantum dalam pasal 7 ayat (1)

Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, adalah

penyelenggaraan politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan

fiskal, agama serta kewenangan bidang lainnya. Sedangkan kewenangan Propinsi

sesuai dengan kedudukannya sebagai daerah otonom meliputi penyelenggaraan

kewenangan pemerintahan otonom yang bersifat lintas Kabupaten/Kota dan

kewenangan pemerintahan bidang lainnya, dan kewenangan Propinsi sebagai

wilayah administrasi merupakan pelaksanaan kewenangan Pemerintah yang

didekonsentrasikan kepada gubernur.

Untuk penguatan desentralisasi penyelenggaraan pemerintahan, maka

kewenangan Pemerintah porsinya lebih besar pada penetapan kebijakan yang

bersifat norma, standar, kriteria dan prosedur. Sedangkan kewenangan pelaksanaan

hanya terbatas pada kewenangan yang bertujuan :

a. Mempertahankan dan memelihara identitas dan integritas bangsa dan negara.

b. Menjamin kualitas pelayanan umum yang setara bagi semua warga negara.

c. Menjamin efisiensi pelayanan umum karena jenis pelayanan umum tersebut

berskala nasional.

d. Menjamin keselamatan fisik dan non fisik secara setara bagi semua warga

negara.

e. Menjamin pengadaan teknologi keras dan lunak yang langka, canggih, mahal

dan beresiko tinggi serta sumber daya manusia yang berkualifikasi tinggi tetapi

sangat diperlukan oleh bangsa dan negara seperti tenaga nuklir, teknologi

peluncuran satelit, teknologi penerbangan dan sejenisnya.

18

f. Menjamin supremasi hukum nasional.

g. Menciptakan stabilitas ekonomi dalam rangka peningkatan kemakmuran rakyat.

Di samping itu, lahirnya undang-undang tersebut juga akan mendorong

pemberdayaan, penumbuhan prakarsa dan kreativitas, serta peningkatan partisipasi

masyarakat, dan pengembangan peran dan fungsi DPRD. Oleh karena itu undang-

undang ini menempatkan Otonomi Daerah secara utuh pada Daerah Kabupaten dan

Kota. Bagi Kabupaten Bekasi Undang-undang tersebut merupakan anugrah yang

memberikan kewenangan dan keleluasaan bagi Kabupaten Bekasi, untuk membentuk

dan melaksanakan kebijakan menurut prakarsa dan aspirasi masyarakat. Ketentuan

perundangan yang baru juga menunjukkan peran baru Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah (DPRD) sebagai mitra Pemerintah Daerah, yang selain mempunyai tugas dan

kewenangan pokok legislasi, juga penganggaran dan pengawasan, serta menampung

dan menindaklanjuti aspirasi ataupun pengaduan masyarakat. Karena itu,

kesepadanan dan saling menghargai serta saling bersinergi antara legislatif dan

eksekutif sanglah penting dalam mewujudkan masyarakat sejahtera yang adil,

demokratis, mandiri, dan maju.

19

BAB III

PERMASALAHAN YANG DIHADAPI A. PERMASALAHAN POKOK

Krisis ekonomi yang dipicu oleh krisis moneter telah berkembang menjadi krisis

yang meluas diberbagai bidang yang berdampak demikian kompleks. Krisis ini telah

memunculkan berbagai permasalahan yang memicu timbulnya gejolak sosial. Di lain

pihak krisis tersebut membuka peluang lahirnya reformasi sebagai kehendak

masyarakat menuju kehidupan yang lebih baik.

Di bidang ekonomi, krisis yang berkepanjangan berdampak pada menurunnya

kinerja bisnis pada berbagai sektor usaha dan sangat dirasakan terutama di sektor

industri. Hal ini disebabkan struktur industri di Kabupaten Bekasi terbentuk dari

industri-industri besar yang tidak berorientasi pada pemanfaatan bahan baku dan

bahan setengah jadi dalam negeri. Makin terpuruknya sektor swasta juga berdampak

pada meningkatnya pemutusan hubungan kerja (PHK) sehingga jumlah

pengangguran bertambah dari 57.048 jiwa pada tahun 1997 menjadi 85.646 jiwa pada

tahun 1998.

Beberapa upaya untuk menanggulangi krisis ekonomi beserta dampak yang

ditimbulkannya telah dilakukan upaya-upaya melalui kebijakan/program baik oleh

Pemerintah Pusat maupun prakarsa daerah. Namun demikian harus diakui bahwa

hasilnya belum optimal. Persoalan ekonomi di Kabupaten Bekasi tidak terlepas dari

pengaruh kondisi ekonomi nasional yang disebabkan kebijakan moneter dan situasi

politik yang kurang kondusif.

Sementara yang menyangkut problematika spesifik daerah, disadari antara lain

bahwa pertumbuhan ekonomi daerah yang cukup tinggi sebelum masa krisis, lebih

ditentukan oleh industri besar terkonsentrasi di beberapa wilayah/kecamatan dan

belum memiliki keterkaitan kuat dengan usaha kecil dan menengah (UKM), termasuk

koperasi setempat. Selain ketergantungannya yang demikian tinggi atas impor

(terutama teknologi dan bahan baku), industri besar yang ada menuntut sumber daya

manusia (SDM) dengan kualifikasi khusus yang tidak tersedia di daerah, sehingga

20

peluang lapangan kerja yang tersedia belum dapat dimanfaatkan tenaga kerja

setempat yang masih mempunyai keterampilan yang relatif rendah.

Dalam keterkaitan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dan industri di Kabupaten

Bekasi belum mempunyai dampak signifikan untuk mendorong pertumbuhan sektor

UKM dan belum menjadi wahana efektif alih pengetahuan dan teknologi kepada SDM.

serta belum mampu mendorong pertumbuhan ekonomi perdesaan. Akibatnya terjadi

kesenjangan ekonomi tidak saja antar kelompok masyarakat, melainkan juga antar

wilayah dan antar sektor.

Dampak lainnya, disamping meningkatnya pengangguran juga bertambahnya

penduduk miskin. Jumlah penduduk miskin yang berjumlah 101.900 jiwa pada tahun

1996 (3,65% dari jumlah penduduk Kabupaten Bekasi) bertambah menjadi 267.000

jiwa pada tahun 1999 dari jumlah penduduk. Namun pada tahun 2000 berkat

penerapan berbagai program pengentasan kemiskinan dari pusat, propinsi dan

Kabupaten Bekasi serta usaha semua pihak telah berhasil mengurangi kemiskinan

menjadi 204.000 jiwa.

Sementara itu angka pengangguran pada tahun 1999 tercatat sebanyak 55.819 jiwa

terjadi penurunan pada tahun 2000 menjadi 37.547 jiwa. Berkurangnya pengangguran

ini yang semula menganggur telah aktif kembali bekerja pada tahun 1999/2000.

Berkenaan dengan bidang penataan ruang, permasalahan meliputi

perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian ruang yang belum optimal. Dalam

kerangka dasar permasalahan tata ruang terutama disebabkan oleh perangkat hukum

perencanaan yang sampai saat ini belum tersosialisasikan dengan baik pada seluruh

lapisan masyarakat.

Masalah-masalah pokok yang menjadi tantangan pembangunan di Kabupaten Bekasi

dapat dirinci sebagai berikut :

1. Persoalan Ekonomi:

a. Belum adanya keterpaduan antara industri hulu dan industri hilir.

b. Belum sesuainya kualitas SDM dengan tuntutan pasaran kerja.

c. Belum optimalnya keterkaitan usaha antara industri besar dan Usaha Kecil

dan Menengah (UKM).

21

d. Masih rendahnya kontribusi sektor industri terhadap pendapatan daerah

dan peningkatan ekonomi kerakyatan.

e. Belum memadainya sarana dan prasarana pertanian.

f. Masih rendahnya kontribusi sektor pertanian dalarn peningkatan

pendapatan masyarakat.

g. Belum optimalnya sistem distribusi dan informasi pasar.

h. Belum memadainya sarana dan prasarana transportasi.

2. Persoalan Kesejahteraan Rakyat, Agama, dan Sosial Budaya :

a. Rendahnya pendapatan masyarakat.

b. Rendahnya Indeks Pembangunan Manusia.

c. Masih kurangnya implementasi pemahaman agama dalam kehidupan

sehari-hari.

d. Masih besarnya kesenjangan kesejahteraan masyarakat kota dan desa.

e. Menurunnya sifat gotongroyong dan kepedulian masyarakat terhadap

lingkungan sekitamya.

f. Belum optimalnya proses kegiatan belajar mengajar.

3. Persoalan Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pelaksanaan Supremasi

Hukum :

a. Belum optimalnya penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan

berwibawa.

b. Masih rendahnya kinerja dan kualitas SDM aparatur penyelenggara

pemerintahan baik moralitas maupun keterampilan.

c. Belum optimalnya struktur kelembagaan pemerintahan daerah.

d. Belum optimalnya sistem penyelenggaraan pemerintahan .

e. Belum optimalnya pelayanan publik.

f. Lemahnya penegakan supremasi hukum.

g. Masih rendahnya pemahaman masyarakat terhadap hukum atau norma-

norma yang berlaku.

h. Masih banyaknya terjadi pelanggaran Hak Azasi Manusia (HAM).

4. Persoalan Keamanan dan Ketertiban, serta Kehidupan Politik :

a. Kompleksnya persoalan keamanan dan ketertiban.

b. Meningkatnya tindakan kriminal.

22

c. Kurangnya pemahaman masyarakat terhadap peraturan perundang-

undangan.

d. Kurangnya pemahaman masyarakat dalam kehidupan berdemokrasi.

5. Persoalan Pelaksanaan Otonomi Daerah dan Kapasitas Daerah, serta

Tantangan Global:

a. Belum memadainya kesiapan pemerintah daerah dalam pelaksanaan

otonomi daerah.

b. Belum memadainya pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana daerah.

c. Kurang berkembangnya kapasitas masyarakat, dunia usaha dan lembaga-

lembaga daerah.

d. Belum memadainya perangkat kebijakan daerah.

e. Rendahnya pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan teknologi yang

sangat dibutuhkan oleh daerah.

f. Belum optimalnya kesiapan daerah dalam menghadapi tantangan

globalisasi.

6. Persoalan Lingkungan Hidup dan Penataan Ruang Daerah :

a. Masih rendahnya kualitas lingkungan hidup.

b. Masih kurangnya produk peraturan perundangan mengenai

lingkungan hidup dan penataan ruang daerah.

c. Masih rendahnya pemahaman masyarakat terhadap peraturan

perundangan lingkungan hidup dan penataan ruang daerah.

d. Masih rendahnya kepedulian masyarakat terhadap kualitas lingkungan

hidup.

e. Masih banyaknya pelanggaran terhadap pemanfaatan lahan.

f. Belum optimalnya peran serta masyarakat dalam penataan ruang.

g. Belum efektifnya pengenaan sanksi hukum terhadap pelanggarf peraturan

perundangan tentang lingkungan hidup dan penataan ruang daerah.

B. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN

Dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan,

perlu memperhatikan faktor-faktor dominan yang dimiliki, baik sebagai kekuatan,

kelemahan, peluang, maupun tantangan, yang diperkirakan akan sangat berpengaruh

23

terhadap keberhasilan pembangunan, sebagai berikut:

1. Kekuatan

a. Letak Kabupaten Bekasi yang berbatasan langsung dengan ibukota

negara.

b. Adanya kawasan dan zona industri yang sangat strategis .

c. Ketersedia.an lahan pertanian yang relatif luas;

d. Jumlah penduduk yang cukup besar.

e. Tersedianya jumlah tenaga kerja untuk mendukung pengembangan sektor

industri dan pertanian serta sektor-sektor lainnya.

f. Tersedianya sarana dan prasarana yang mendukung pengembangan

sektor industri dan pertanian serta sektor-sektor lainnya.

g. Tersedianya sumber daya alam yang potensial.

h. Adanya produk hukum penataan ruang yang menjamin kepastian iklim

berusaha.

2. Kelemahan

a. Rendahnya kualitas SDM baik dari aspek kesehatan, pendidikan,

keterampilan dan produktivitasnya.

b. Produktivitas dan kualitas hasil dari beberapa komoditas belum optimal.

c. Usaha ekonomi rakyat yang marjinal.

d. Teknologi yang tersedia belum difungsikan secara optimal.

e. Belum optimalnya pelayanan terhadap masyarakat.

f. Pengangguran dan kemiskinan masih tinggi.

g. Daya beli masyarakat masih rendah.

h. Penyediaan sarana dan prasarana layanan dasar masyarakat belum

memadai.

i. Sumber dana keuangan terbatas dibandingkan dengan permasalahan

pembangunan yang harus diselesaikan.

j. Kecenderungan penurunan kualitas lingkungan hidup.

k. Belum optimalnya kesiapan penyelenggaraan otonomi daerah .

I. Pemanfaatan sumber daya alam yang belum optimal.

m. Adanya kecenderungan kelompok masyarakat untuk memaksakan

kehendak.

24

n. Kurangnya produk peraturan perundangan yang mengatur mengenai

jaminan kepastian berusaha.

o. Belum berkembangnya sistem informasi, iptek, komunikasi dan media

massa.

3. Peluang

a. Adanya Undang-undang No.22 Tahun 1999 dan Undang-undang No. 25

Tahun1999.

b. Tingginya minat investor untuk menanamkan modal di Kabupaten Bekasi

c. Fungsi Kabupaten Bekasi sebagai daerah industrl, pertanian dan

permukiman, perdagangan dan jasa serta pariwisata.

d. Lokasi Pelabuhan Tanjung Priok yang relatif dekat dengan Kabupaten

Bekasi.

e. Lokasi Bandara Soekarno-Hatta yang relatif dekat dengan Kabupaten

Bekasi.

f. Meningkatnya daya saing produk Indonesia di luar negeri.

g. Posisi Kabupaten Bekasi berada di jalur ekonomi koridor timur-barat.

h. Terbukanya peluang pasar dunia yang cukup kompetitif.

4. Tantangan

a. Meningkatnya urbanisasi dengan segala permasalahannya.

b. Pengaruh globalisasi.

c. Adanya persaingan antar daerah.

d. Krisis ekonomi yang berkepanjangan.

e. Kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat yang belum kondusif.

f. Penerapan Otonomi Daerah yang belum optimal.

g. Penataan ruang antar daerah yang belum sinkron.

h. Pencemaran lingkungan yang berasal dari luar daerah.

i. Kemajuan teknologi informasi.

25

BAB IV

VISI DAN MISI

Sesuai dengan dinamika aspirasi masyarakat yang berkembang dan memperhatikan

kondisi, potensi, keragaman daerah, serta peluang dan tantangan masa depan, maka visi

dan misi Kabupaten Bekasi adalah;

1. VISI DAN MISI

A. Visi

"MANUSIA UNGGUL YANG AGAMIS BERBASIS AGRIBISNIS DAN INDUSTRI BERKELANJUTAN"

Visi tersebut, mengandung makna yang luas, dengan penjelasan sebagai

berikut:

a. Unggul

Unggul secara harfiah bermakna utama atau lebih tinggi. Kata

Unggul ditujukan untuk menjelaskan keunggulan ketiga pilar, yakni unggul

dalam sumberdaya manusia dengan basis keunggulan pada agribisnis dan

industri. Keunggulan tersebut merupakan penjabaran dari keunggulan

bersaing (competitive advantages) yang secara pragmatis menunjukan

adanya perkembangan positif untuk variabel-variabel ketiga pilar di atas

dan mengalami perkembangan yang lebih tinggi dari daerah sekitamya.

Ciri dari keunggulan bersaingan dapat ditunjukkan oleh faktor-faktor

sebagai berikut :

1) Inovasi teknologi dalam sistem produksi sehingga produk wilayah

menjadi lebih efisien dan sesuai dengan tuntutan dan perkembangan

masyarakat.

26

2) Kebijakan pemerintah, perbankan dan infrastruktur yang akomodatif.

3) Kualitas manusia yang produktif dan profesional dalam bidangnya.

b. Manusia Unggul Yang Agamis

Manusia adalah menyangkut individu dalam masyarakat yang

memiliki hak otonom untuk mengekpresikan kepentingannya. Sedangkan

unggul yang agamis menyangkut karakter kualitas manusia. Secara

konvergen maka pengertian manusia unggul yang agamis adalah manusia

yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa memiliki ciri-ciri sebagai

berikut:

1) Fisik : sehat dan terampil

2) Intelektual : cerdas, kreatif dan inovatif

3) Emosional : mandiri, berbudaya dan demokratis

4) Spiritual : beriman dan berakhlak mulia

c. Berbasis Agribisnis

Secara harfiah agribisnis terdiri dari agri dan bisnis. Agri

menunjukan kegiatan yang berkaitan dengan pertanian. Terutama

menyangkut 1) perbankan, kegiatan memproduksi dan perdagangan

sarana produksi, pengolahan hasil produksi dan pemasaran, kegiatan

tersebut berlangsung di luar sebidang lahan atau disebut (off-farm), 2)

Kegiatan produksi, kegiatan tersebut berlangsung pada sebidang lahan,

maka disebut (on-farm). Sedangkan bisnis bermakna usaha. Jadi

agribisnis adalah seluruh kegiatan baik off-farm maupun on-farm yang

secara operasional digerakkan oleh mekanisme pasar dan bermotif usaha,

bukan oleh motif budaya dan kebiasaan.

Agribisnis merupakan sebuah sistem. Sistem merupakan keterkaitan

antara satu komponen dengan komponen lainnya sehingga merupakan

satu kesatuan kerja dan manajemen. Agribisnis terdiri dari 3 komponen

utama dan satu komponen penunjang. Komponen utama terdiri dari 1) Sub

sistem Input pertanian (sarana produksi atas bagian hulu, 2) Sub sistem

produksi (kegiatan produksi), 3) Sub sistem pengolahan dan Manufaktur,

4) Sub sistem penunjang (kebijakan pemerintah, Jayanan pemerintah,

27

kredit perbankan dan pembangunan infrastruktur). Sistem agrobisinis

dapat digambarkan seperti yang tertera berikut ini.

Sub SistemInput Produksi

Sub SistemProduksi

Sub SistemPengolahanManufaktur

Sub Sistem Penunjang

Pembangunan yang berbasis agribisnis adalah pembangunan

perekonomian rakyat yang digerakkan oleh sistem agribisnis yang

berimbang antara hulu, kegiatan produksi hilir dan penunjangnya,

sehingga seluruh komponen menjadi sinergis dan dapat menciptakan

keunggulan yang berdaya saing tinggi, baik pada pasar domestik maupun

pada pasar internasional.

d. Berbasis Industri

Berbasis industri adalah kegiatan ekonomi yang digerakkan oleh

industri, baik yang meliputi industri pengolahan, industri perbankan,

industri pariwisata maupun industri jasa lainnya yang selalu tertuju pada

keunggulan bersaing. Industri yang unggul ditujukan oleh kinerja

produknya berupa barang dan jasa memiliki daya saing yang tinggi.

Secara operasional keunggulan bersaing adalah kemampuan untuk

memasok komoditas pada waktu, tempat dan bentuk yang diinginkan oleh

konsumen baik di pasar domestik maupun pasar internasional, pada harga

yang sama atau lebih baik dari yang dipasarkan pesaing dengan

memperoleh keuntungan yang wajar (paling tidak sebesar biaya

oportunitas sumber daya yang digunakan).

28

e. Berkelanjutan (sustainable)

Pembangunan berkelanjutan merupakan arah dari proses dalam

menciptakan keunggulan ketiga pilar di atas, sehingga pembangunan

harus senantiasa memperhatikan dan mengintegrasikan aspek-aspek

sebagai berikut :

1) Kelestarian ekosistem untuk menunjang kehidupan yang sehat

berupa kebutuhan udara bersih, air bersih dan bebas dari bahan

beracun berbahaya. Dengan demikian kegiatan industri dan

agribisnis harus mengurangi dan mengendalikan dampak negatif

yang ditimbulkannya.

2) Pembangunan yang berkeadilan antar kelompok masyarakat, antar

waktu (generasi sekarang dan generasi akan datang) dan antar

wilayah (wilayah kota dan desa).

3) Pemberdayaan masyarakat (empowering), terutama kelompok

masyarakat marjinal dan kelompok masyarakat paling miskin

(poorest of the poot), yang sebagian besar terdiri dan anak-anak dan

wanita.

4) Memberdayakan lembaga masyarakat sehingga mampu

berparttsipasi dalam pembangunan.

B. Misi

1) Meningkatkan kualitas manusia yang sehat, pinter dan bener.

2) Meningkatkan profesionalitas institusi pemerintah daerah, DPRD dan

masyarakat.

3) Mendorong terciptanya masyarakat berbudsya, demokratis dan agamis.

4) Memberdayakan usaha free menengah dan besar yang berbasis pada

ekonomi kerakyatan.

5) Meningkatkan supremasi hukum dan ketertiban.

6) Mengembangkan prasarana dan sarana publik secara terpadu.

7) Mengharmoniskan tata ruang yang berbasis kepedulian terhadap

lingkungan.

Misi tersebut, mengandung makna yang luas, dengan penjelasan sebagai

berikut :

1) Meningkatkan kualitas manusia yang sehat, pinter dan bener

29

Secara harfiah kualitas adalah derajat atau taraf. Meningkatkan

kualitas SDM adalah meningkatkan derajat kecakapan dan kecerdasan

masyarakat Bekasi, yang mana kecerdasan tersebut dilandasi oleh akhlaq

yang mulia sehingga taat pada hukum yang berlaku atau dengan istilah

lain, masyarakat yang sehat, pinter dan bener.

2) Meningkatkan profesionalitas institusi pemerintah daerah, DPRD dan masyarakat.

Secara harfiah profesional adalah kepandaian khusus untuk

menjalankan kerja. Dengan demikian meningkatkan profesionalitas

bermakna 1) meningkatkan kapasitas kelembagaan sehingga memiliki

kemampuan untuk mengakomodasikan tuntutan zaman atau perubahan-

perubahan baik yang bersumber dari luar maupun dari dalam, 2)

meningkatkan kemampuan standar dan kesesuaian bidang yang

dikuasainya bagi pemangku jabatan organisasi kelembagaan (the right

man on the right place) sehingga memiliki kemampuan manajerial yang

sesuai dengan fungsi dan struktur lembaga yang diembannya, terutama

lembaga pemerintah dan DPRD, yang selanjutnya diharapkan dapat

melaksana amanat dan melayani masyarakat secara optimal.

3) Mendorong terciptanya masyarakat berbudaya, demokratis dan agamis.

Masyarakat didefinisikan sebagai kesatuan hidup manusia yang

berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat

kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama (Koentjaraningrat

1986).

Kebudayaan adalah masyarakat yang memiliki keseluruhan sistem

gagasan, tindakan dan hasil karya dalam rangka kehidupan masyarakat

sehingga memiliki identitas yang jelas yang membedakannya dengan

kelompok masyarakat lainnya.

Masyarakat berbudaya dan demokratis yang bernuansa agam adalah

masyarakat yang mampu melakukan saling interaksi secara dialogis (tidak

anarkis) dan mampu mengungkapkan segala aspirasi dan tindakannya

sesuai dengan koridor hukum yang berlaku, santun menghargai perbedaan

pendapat. Segala tindakan dan perilakunya selalu berpedoman pada nilai-

nilai agama.

30

4) Memberdayakan usaha kecil, menengah dan besar yang berbasis

pada ekonomi kerakyatan.

Menurut Mubyarto (1999) Ekonomi Kerakyatan adalah sistem

ekonomi yang dioperasionalkan melalui pemihakan dan perlindungan pada

usaha ekonomi kecil dan menengah. Usaha ekonomi rakyat kebanyakan

berperan dalam usaha sektor informal, pertanian, peternakan, perikanan,

perkebunan, pada umumnya berbasis di pedesaan. Disamping itu,

ekonomi rakyat banyak pula berperan dalam industri kerajinan, industri

kecil serta dalam perdagangan atau kegiatan swadaya lainnya di

pedesaan maupun di perkotaan. Pemberdayaan ekonomi rakyat

difokuskan pada upaya fasilitasi usaha kecil ke berbagai akses peluang,

sehingga diharapkan dapat tumbuh, berkembang dan mandiri serta

memberi kontribusi terhadap percepatan perputaran kegiatan ekonomi

daerah. Pemihakan pada usaha rakyat dilakukan melalui fasilitasi akses

permodalan/penguatan modal, penerapan manajemen, peningkatan mutu

pelaku usaha dan fasilitasi akses pemasaran. Sedangkan pemberdayaan

usaha besar yang berbasis kerakyatan diarahkan agar para pengusaha

besar semakin mandiri dan menghadapi tantangan global dan persaingan

yang sangat ketat. Pemberdayaan usaha besar disamping difokuskan

mengembangkan berbaagai akses yang sudah ada juga diarahkan pada

pola kemitraan dan penggunaan bahan baku lokal dari hasil lapangan

usaha rakyat.

5. Meningkatkan supremasi hukum dan ketertiban.

Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara berdasarkan

hukum, untuk itu wilayah kabupaten sebagai bagian dari wilayah nasional

harus menempatkan hukum nasional sebagai dasar dalam pengambilan

keputusan dan pelaksanaan pembangunan sehingga masyarakat

mendapatkan perlindungan hak-haknya yang mendasar terutama dalam

kebebasan menjalankan agamanya, terlindungi jiwanya, keturunan,

kehormatan, dan harta, sehingga setiap individu dalam masyarakat benar-

benar mendapatkan kepastian hukum dan meraih masa depannya.

6. Mengembangkan prasarana dan sarana publik secara terpadu.

31

Mengembangkan prasarana dan sarana publik adalah upaya untuk

meningkatkan fungsi prasarana dan sarana untuk melayani masyarakat,

baik melalui peningkatan pemeliharaan maupun melalui pengadaan baru.

Sedangkan istilah terpadu adalah upaya membangun dan memanfaatkan

prasarana dan sarana dilakukan secara menyeluruh (tidak sektoral),

dengan mempertimbangkan, waktu, kemampuan pendanaan, optimasi

pelayanan, pemerataan pelayanan, dan daya dukung lingkungan.

7) Mengharmoniskan tata ruang yang berbasis kepedulian terhadap

lingkungah.

Tata ruang merupakan wujud perencanaan dalam alokasi sumber

daya alam termasuk kawasan budidaya pertanian, kawasan budidaya non-

pertanian (permukiman industri dan kawasan lindung). Kawasan budidaya

pertanian perlu mendapat perlindungan agar sesuai dengan fungsinya dan

tetap produktif. Begitu pula kawasan budidaya non-pertanian perlu

dikembangkan agar lebih efesien dalam menunjang kelestarian

lingkungan. Berbagai kawasan tersebut perlu diharmoniskan sehingga

dapat menjamin terwujudnya keserasian, keselarasan, dan keseimbangan

struktur dan pola pemanfaatan ruang bagi persebaran penduduk antar

wilayah, pertumbuhan dan perkembangan antar sektor, perkembangan

antar wilayah kecamatan sehingga seluruh perkembangan berlangsung

dalam satu kesatuan wilayah kabupaten.

Sedangkan yang dimaksud dengan memperdulikan lingkungan

adalah perkembangan penggunaan ruang wilayah kabupaten harus

mengindahkan atau memenuhi prinsip-prinsip kelestaraian lingkungan

hidup dan daya dukung lingkungan serta mematuhi kaidah hukum dan

peraturan lingkungan yang berlaku.

C. TUJUAN

Tujuan Pembangunan Kabupaten Bekasi adalah :

Mewujudkan masyarakat Kabupaten Bekasi yang beriman dan berahklak

mulia dalam suasana damai, aman, penuh kekeluargaan, kehidupan yang sejuk,

tertib, penuh persaudaraan, silih asah, silih asuh, silih asih dan sejahtera serta

berdaya saing dalam lingkungan yang serasi, selaras dan seimbang dengan

perkembangan kemajuan Propinsi Jawa Barat dan Nasional.

32

Sehubungan dengan itu, Pembangunan Kabupaten Bekasi juga

senantiasa diselaraskan dengan konteks kekinian kondisi dan situasi yang

dihadapi untuk menanggulangi berbagai permasalahan mendesak dan strategis,

mengantisipasi masa depan dengan tantangan yang akan semakin sulit, dan

mengandung semangat penyuksesan reformasi pembangunan.

BAB V ARAH KEBIJAKAN

A. Membangun Sumber Daya Manusia, Kesejahteraan Rakyat, Kualitas Kehidupan Beragama dan Ketahanan Sosial Budaya

1. Kesejahteraan Rakyat, Kependudukan, dan Kesehatan:

a. Meningkatkan mutu sumber daya manusia;

b. Meningkatkan dan memelihara mutu lembaga serta pelayanan kesehatan

masyarakat;

c. Mengembangkan jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat;

d. Melaksanakan sistem jaminan sosial tenaga kerja bagi seluruh tenaga

kerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

e. Membangun sistem ketahanan pangan dan gizi;

f. Meningkatkan kepedulian terhadap kelompok penyandang masalah sosial;

g. Meningkatkan kualitas hidup penduduk dan lingkungan yang sating

mendukung dengan pendekatan paradigma sehat.

2. Pendidikan:

a. Mengupayakan perluasan kesempatan memperoleh pendidikan bagi

masyarakat;

b. Meningkatkan kemampuan akademik dan profesionalisme bagi tenaga

pendidik

c. Melakukan penyempurnaan sistem pendidikan dan kurikulum;

d. Memberdayakan lembaga pendidikan formal maupun informal;

e. Meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang diselenggarakan baik

oleh masyarakat maupun pemerintah;

33

f. Mengembangkan kualitas sumber daya manusia sedini mungkin secara

terarah, terpadu, dan menyeluruh.

3. Agama :

a. Memantapkan fungsi, peran, dan kedudukan agama sebagai landasan

moral, spiritual, dan etika dalam penyelenggaraan pemerintahan,

pembangunan dan kemasyarakatan;

b. Meningkatkan kualitas pendidikan agama yang ditunjang oleh sarana dan

prasarana yang memadai;

c. Meningkatkan dan memantapkan kerukunan hidup beragama dan antar

umat beragama serta kemudahan menjalankan ibadahnya;

d. Meningkatkan peran dan fungsi lembaga-lembaga keagamaan dalam

semua aspek kehidupan.

4. Kebudayaan, Kesenian dan Pariwisata:

a. Mengembangkan, memelihara dan mempertahankan kebudayaan daerah

dalam rangka membangun budaya bangsa;

b. Mengkaji nilai-nilai kebudayaan daerah agar mampu memberikan

peningkatan kualitas budaya bangsa;

c. Mengembangkan sikap kritis terhadap nilai-nilai budaya untuk menghadapi

tantangan di masa depan;

d. Mengembangkan kebebasan berkreasi dalam berkesenian;

e. Melestarikan dan memberdayakan kesenian dan kebudayaan daerah;

f. Menjadikan kesenian dan kebudayaan tradisional sebagai wahana bagi

pengembangan pariwisata melalui pendekatan sistem yang utuh dan

terpadu.

5. Kedudukan dan Peranan Perempuan, Pemuda dan Olahraga:

a. Memberdayakan peranan perempuan dalam kehidupan bernegara,

berbangsa dan bermasyarakat;

34

b. Mengembangkan iklim yang kondusif bagi generasi muda dalam

mengaktualisasikan potensi, bakat, dan minat;

c. Mengembangkan minat dan semangat kewirausahaan di kalangan

generasi muda yang berdaya saing, unggul, dan mandiri;

d. Meningkatkan kesadaran generasi muda akan bahaya penyalahgunaan

narkotik, obat-obat terlarang dan zat adiktif lainnya;

e. Memasyarakatkan budaya olahraga guna meningkatkan kualitas manusia;

f. Meningkatkan pembinaan olahraga prestasi;

B. Mempercepat Pemulihan Ekonomi dan Memperkuat Landasan Pembangunan Ekonomi Daerah yang Adil dan Berkelanjutan

1. Melakukan berbagai upaya terpadu untuk mempercepat proses

pengentasan kemiskinan dan mengurangi pengangguran;

2. Melakukan penyelamatan dan pemulihan ekonomi guna membangkitkan

sektor riil terutama bagi pengusaha kecil, menengah dan koperasi;

3. Mengembangkan sistem ekonomi rakyat di daerah yang berorientasi pada

mekanisme pasar dengan prinsip persaingan sehat;

4. Mengembangkan peranan pemerintah daerah dalam memberikan

informasi pasar;

5. Mengupayakan kehidupan yang layak dan adil bagi masyarakat serta

menumbuhkembangkan usaha dan kreativitas masyarakat;

6. Mengembangkan perekonomian daerah yang berorientasi global dengan

membangun keunggulan kompetitif yang didasarkan pada keunggulan

komparatif;

7. Mengelola kebijakan ekonomi daerah secara terkoordinasi dan sinergis

dengan memperhatikan prinsip transparansi, disiplin, keadilan, efisiensi,

dan efektivitas;

8. Mengoptimalkan penggunaan pinjaman pemerintah untuk kegiatan

ekonomi produktif di daerah yang dilaksanakan secara transparan, efektif

dan efisien;

9. Mengembangkan kebijakan daerah di bidang industri, perdagangan, dan

investasi dalam rangka meningkatkan daya saing global;

10. Memberdayakan pengusaha kecil, menengah, dan koperasi agar lebih

efisien, produktif dan berdaya saing dengan menciptakan iklim berusaha

yang kondusif dan peluang usaha yang seluas-luasnya;

11. Mengembangkan sistem ketahanan pangan yang berbasis pada agribisnis,

kelembagaan dan budaya lokal;

35

12. Mengembangkan kebijakan pertanahan untuk meningkatkan pemanfaatan

dan penggunaan tanah secara adil, transparan, dan produktif, berdasarkan

tata ruang wilayah yang serasi dan seimbang;

13. Meningkatkan pembangunan serta pemeliharaan sarana dan prasarana

publik guna mendorong pemerataan pembangunan guna membuka

keterisolasian wilayah;

14. Mengembangkan ketenagakerjaan secara menyeluruh dan terpadu untuk

peningkatan kompetensi serta kemandirian tenaga kerja;

15. Meningkatkan penguasaan, pengembangan serta pemanfaatan ilmu

pengetahuan dan teknologi guna meningkatkan daya saing produk yang

berbasis sumber daya lokal agar menjadi produk unggulan daerah;

16. Mengoptimalkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah melalui

pelaksanaan keseimbangan keuangan Pusat dan Daerah;

17. Mengembangkan dan memperkuat kelembagaan keuangan daerah,

khususnya di perdesaan agar perekonomian perdesaan dapat tumbuh

serta berkembang secara serasi;

18. Melaksanakan restrukturisasi aset daerah dalam rangka efisiensi dan

meningkatkan produktivitas secara transparan;

19. Melakukan kegiatan promosi secara proaktif guna menarik minat investasi

baik dalam negeri maupun luar negeri;

20. Memberdayakan dan mengembangkan Badan Usaha Milik Daerah secara

efisien dan profesional;

21. Mengembangkan hubungan kemitraan yang saling menguntungkan antara

UKM dengan pelaku ekonomi lainnya.

C. Mewujudkan Pemerintahan yang Bersih dan berwibawa serta

melaksanakan Supremasi Hukum

1. Pemerintahan :

a. Mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan

berwibawa (Clean Goverment and Good Governance);

b. Meningkatkan kinerja dan kualitas SDM aparatur penyelenggara

pemerintahan;

c. Menyempurnakan struktur kelembagaan dan sistem

penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai tuntutan dan

kebutuhan pelayanan;

d. Meningkatkan pelayanan publik;

36

e. Meningkatkan kesejahteraan pegawai pemerintah.

2. Hukum :

a. Mengembangkan budaya hukum untuk terciptanya kesadaran dan

kepatuhan hukum;

b. Menata sistem hukum di daerah sejalan dengan sistem hukum

nasional yang menyeluruh dan terpadu;

c. Menegakkan supremasi hukum secara konsisten untuk lebih

menjamin kepastian hukum, keadilan dan kebenaran;

d. Meningkatkan integritas moral dan profesionalitas aparat penegak

hukum untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat;

e. Mewujudkan independensi lembaga peradilan di daerah yang bebas

korupsi, kolusi, dan nepotisme;

f. Menata peraturan daerah yang mendukung kegiatan perekonomian

daerah;

g. Meningkatkan pemahaman dan penegakan hak asasi manusia;

h. Menyelesaikan berbagai proses peradilan secara tuntas.

D. Meningkatkan Keamanan dan Ketertiban serta Kehidupan Demokrasi

1. Keamanan dan Ketertiban

a. Memelihara dan meningkatkan keamanan dan ketertiban masyarakat

serta stabilitas di daerah;

b. Menumbuhkembangkan prakarsa dan peran aktif masyarakat dalam

memelihara suasana yang kondusif;

c. Meningkatkan berbagai kegiatan konstruktif dan produktif antara

aparat keamanan bersama masyarakat;

d. Mengembangkan kemampuan sistem pertahanan keamanan rakyat

semesta.

e. Mengembangkan penanggulangan bencana secara cepat, tepat

melalui usaha-usaha preventif dan represif

2. Politik:

a. Meningkatkan dan memelihara kualitas kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara untuk menumbuhkembangkan kehidupan

berdemokrasi;

37

b. Mengoptimalkan prinsip pembagian kewenangan dan tata hubungan

kerja yang jelas antara lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif di

daerah;

c. Mengembangkan sistem politik di daerah yang berkedaulatan,

demokratis dan terbuka;

d. Meningkatkan pemahaman berpolitik kepada masyarakat

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;

E. Mewujudkan Otonomi Daerah, meningkatkan Kapasitas Daerah dan kesiapan dalam menghadapi era globalisasi

1. Mengoptimalkan penyelenggaraan otonomi daerah yang luas, nyata dan

bertanggung jawab sesuai dengan kewenangan dalam rangka

pemberdayaan masyarakat;

2. Meningkatkan kinerja institusi pemerintah daerah, legislatif dan

kelembagaan masyarakat;

3. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia di daerah sesuai dengan

potensi dan kepentingan daerah;

4. Mengoptimalkan penggalian potensi keuangan daerah dan sistem

pengawasan serta anggaran di daerah;

5. Meningkatkan standar kualitas pelayanan terhadap masyarakat

6. Meningkatkan kualitas dan pemanfaatan peran komunikasi dan sarana

informasi.

F. Mewujudkan Penataan Ruang Dan Lingkungan Hidup Yang Berkualitas 1. Penataan Ruang Wilayah

a. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penataan ruang;

b. Mengembangkan dan mengoptimalkan penataan ruang daerah

melalui sistem perwilayahan berdasarkan fungsi pelayanan;

c. Mengembangkan penataan ruang yang mengakomodasi semua

kepentingan secara terpadu, berdayaguna dan berhasilguna, serasi,

selaras, seimbang serta berkelanjutan;

d. Mengembangkan tata ruang berkualitas yang berazaskan

keterbukaan, persamaan, keadilan, dan perlindungan hukum;

e. Menata peraturan dan perundangan yang mengatur tentang

penataan ruang daerah;

38

f. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian serta menerapkan

sanksi terhadap para pelanggar peraturan perundangan mengenai

penataan ruang;

g. Mewujudkan penataan ruang antar daerah secara terpadu,

berdayaguna dan berhasilguna, serasi, selaras, seimbang serta

berkelanjutan.

2. Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup:

a. Mengelola sumber daya alam sesuai dengan daya dukungnya;

b. Meningkatkan pemanfaatan potensi sumber daya alam dan kualitas

lingkungan hidup dengan menerapkan teknologi ramah lingkungan;

c. Mendayagunakan sumber daya alam untuk kemakmuran rakyat

dengan memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan

lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

d. Menata peraturan perundangan di daerah yang mengatur tentang

lingkungan hidup yang berkualitas;

e. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap

peraturan perundangan mengenai lingkungan hidup;

f. Meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap kualitas lingkungan

hidup.

39

BAB VI KAIDAH PELAKSANAAN

Pola Dasar Pembangunan Kabupaten Bekasi 2002 - 2006 ditetapkan Dleh Dewan

Pewakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bekasi sebagai pencerminan kehendak seluruh

masyarakat Bekasi dalam melaksanakan lembangunan di daerah.

Pola Dasar Pembangunan Kabupaten Bekasi 2002 - 2006 pada hakekatnya

merupakan garis-garis besar tentang Pembangunan Daerah yang ditetapkan setiap lima

tahun berdasarkan perkembangan dan tingkat kemajuan kehidupan masyarakat yang

pelaksanaannya dituangkan dalam program Pembangunan Daerah Kabupaten Bekasi

(PROPEDA) dan Rencana Pembangunan Tahunan Daerah Kabupaten Bekasi

(REPETADA).

Bupati Bekasi memberikan laporan pertanggungjawaban tahunan (LPT) sebagai

laporan kemajuan (progress report) kepada Dewan Perwakilan tekyat Daerah Kabupaten

Bekasi atas kemajuan/perkembangan pencapaian pelaksanaan tugas yang tertuang dalam

Rencana Strategis sebagai penjabaran dari Pola Dasar Pembangunan Kabupaten Bekasi

dan Program Pembangunan Daerah (PROPEDA) Kabupaten Bekasi.

Pembangunan Kabupaten Bekasi diselenggarakan oleh masyarakat, Pemerintah dan

kalangan dunia usaha. Dalam hubungan ini pemerintah Kabupaten Bekasi berkewajiban

untuk memberi pengarahan dan bimbingan serta menciptakan iklim kondusif yang

mendorong peranserta aktif masyarakat dan dunia usaha dalam pembangunan.

Pembangunan di Kabupaten Bekasi dalam kurun waktu Tahun 2002 - 2006,

pelaksanaannya tetap mengacu Kebijakan Strategis Pembangunan Nasional dan

memperhatikan Rencana Strategis Propinsi Jawa Barat, terutama konsensus nasional atas

upaya reformasi menyeluruh di segala bidang dan proses demokratisasi, dan Kebijakan

Strategis Pembangunan Kabupaten Bekasi. Hasil konsensus nasional atas upaya reformasi

40

menyeluruh disegala bidang dan proses demokratisasi serta seluruh unsur Kebijakan

Strategis Pembangunan Kabupaten Bekasi itu saling berkait serta perlu dikembangkan

secara selaras dan seimbang.

Pelaksanaan Program Pembangunan Daerah (PROPEDA) Kabupaten Bekasi 2002 -

2006 setiap tahunnya diimplementasikan dalam bentuk Rencana Pembangunan Tahunan

Daerah (REPETADA) Kabupaten Bekasi yang secara operasional dituangkan dalam

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang ditetapkan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Kabupaten Bekasi.

BAB VII PENUTUP

Keberhasilan pembangunan daerah sebagai pengamalan Pancasila tergantung pada

peran aktif masyarakat serta pada sikap mental, tekad, semangat, ketaatan dan

kedisiplinan. Sehubungan dengan itu semua kekuatan sosial politik, organisasi

kemasyarakatan dan lembaga kemasyarakatan lainnya perlu menyusun program menurut

fungsi dan kemampuan masing-masing dalam rangka Pembangunan Daerah.

Sesuai dengan paradigma baru penyelenggaraan pemerintahan, peranserta

masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan perlu

lebih ditingkatkan, sedangkan pemerintah bertugas mendorong, menumbuhkan dan

memfasilitasi kreativitas masyarakat serta menciptakan iklim kondusif bagi terciptanya

partisipasi masyarakat tersebut.

Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan Undang-undang No. 22

Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, peran dan fungsi DPRD perlu lebih

ditingkatkan, baik dalam melaksanakan fungsi legislasi dan pengawasan, maupun fungsi

anggaran atas penyelenggaraan pemerintahan daerah, yang didukung oleh peningkatan

profesionalitas eksekutif dalam melayani masyarakat dan akuntabilitas dalam pengelolaan

kekayaan daerah secara transparan, bersih dan bebas dari penyalahgunaan kekuasaan.

Hasil pembangunan daerah harus dapat dinikmati secara lebih merata dan adil oleh

seluruh masyarakat di Kabupaten Bekasi sebagai peningkatan kesejahteraan lahir dan

batin.

Pada akhirnya pembangunan daerah sebagai pengamalan Pancasila akan

memperkuat jati diri dan kepribadian manusia, masyarakat dan bangsa Indonesia yang

tercermin dalam kehidupan yang serba selaras, serasi dan seimbang.

41

Ditetapkandi Bekasi pada tanggal 31 Desember 2001

BUPATI BEKASI

ttd

H. WIKANDA DARMAWIJAYA

Peraturan Daerah ini disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bekasi dengan Keputusan Nomor 34/Kep/170-DPRD/2001 tanggal 31 Desember 2001 Diundangkan di Bekasi Pada tanggal 8 Januari 2001

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2001 NOMOR 2 SERI D

42

PROPEDA

(PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH)

LAMPIRAN II : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

NOMOR : 36 TAHUN 2001 TENTANG : POLA DASAR DAN PROGRAM

PEMBANGUNAN DAERAH (POLDAS DAN PROPEDA) KABUPATEN BEKASI TAHUN 2002 – 2006

43

DAFTAR ISI

Halaman BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................

B. Pengertian .................................................................................…

C. Kedudukan dan Fungsi .............................................................…

D. Maksud dan Tujuan ...................................................................…

E. Landasan ....................................................................................

F. Ruang Lingkup .......................................................................… BAB II MASALAH DAN TANTANGAN

A. Masalah ........................................................................................

B. Tantangan .................................................................................... BAB Ill VISI DAN MISI

A. Visi .................................................................................................

B. Misi........................................................................... ..................… BAB IV PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN BEKASI

A. Membangun Sumber Daya Manusia, Kesejahteraan Rakyat, Kehidupan Beragama dan Sosial Budaya ............…….…

B. Mempercepat Pemulihan Ekonomi dan Memperkuat Landasan Pembangunan Ekonomi Daerah yang Adil dan Berkelanjutan .........................................................................…....

C. Mewujudkan Pemerintahan yang Bersih dan Supremasi Hukum yang Berkeadilan .....................................................…...…

D. Meningkatkan Keamanan dan Ketertiban serta Kehidupan Berdemokrasi .........................................................................…....

E. Mewujudkan Otonomi Daerah yang Nyata dan Bertanggung Jawab serta Mengembangkan Kapasitas Daerah .......................................................................................………….

F. Lingkungan Hidup dan Penataan Ruang ...............................….... BAB V PENUTUP

44

BAB I

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Pembangunan pada dasarnya merupakan rangkaian upaya dan proses

perbaikan multi aspek/multi dimensional yang terencana, terpadu, bertahap dan

berkesinambungan di segala bidang. Program Pembangunan Daerah (PROPEDA)

Kabupaten Bekasi Tahun 2002-2006 disusun mengacu pada Ketetapan MPR Rl

Nomor IV/MPR/1999, tentang Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) dan Undang-

undang No 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (PROPENAS)

Tahun 2001-2005, serta Program Pembangunan Daerah (PROPEDA) Jawa Barat

Tahun 2001-2005 dan Pola dasar Pembangunan Kabupaten Bekasi tahun 2002-2006.

Sebagaimana ditegaskan dalam GBHN 1999 - 2004, pembangunan nasional

merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, dan masyarakat Indonesia yang

dilakukan secara berkelanjutan, berlandaskan kemampuan nasional, dengan

memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan

tantangan perkembangan global. Dalam pelaksanaannya, upaya tersebut mengacu

pada kepribadian bangsa dan nilai luhur yang universal untuk mewujudkan kehidupan

bangsa yang berdaulat, mandiri. berkeadilan, sejahtera, maju, dan kukuh kekuatan

moral dan etikanya.

Disadari bahwa krisis ekonomi dewasa ini sangatlah berat dan berdampak

sangat luas terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan serta pelayanan masyarakat Karena itu, melalui

reformasi di segala bidang Kabupaten Bekasi berupaya untuk bangkit kembali dan

memperteguh kepercayaan diri dan melakukan langkah-langkah penyelamatan,

pemulihan, pemantapan, dan pengembangan pembangunan dengan paradigma baru,

dalam rangka mewujudkan masyarakat Kabupaten Bekasi yang sejahtera, berakhlak

mulia, maju dan mandiri. Dalam melaksanakan tuntutan reformasi dan aspirasi

masyarakat di tengah berbagai kesulitan yang dihadapi, proses perencanaan

pembangunan menghadapi tantangan, kendala dan persoalan-persoalan yang

semakin kompleks. Kondisi tersebut menjadi faktor penguat makin pentingnya

penyusunan kerangka landasan penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan

pembangunan serta pelayanan masyarakat di Kabupaten Bekasi.

45

Sejalan dengan semangat otonomi daerah, penyelenggaraan pemerintahan

daerah seperti diatur dalam Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 dan Peraturan

Pemerintah Nomor 25 tahun 2000, telah memberikan kesempatan, keleluasaan dan

kewenangan kepada Daerah untuk menentukan dan melaksanakan kebijakan dan

program menurut kepentingan dan prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi

masyarakat di daerah, baik menyangkut perencanaan, pelaksanaan, pengawasan

dan pengendalian, maupun evaluasinya. Semangat penyelenggaraan otonomi

daerah pertu didasarkan atas prinsip demokrasi, peranserta masyarakat, pemerataan

dan keadilan, serta potensi dan keanekaragaman daerah dan tetap dalam kerangka

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka disusun Pola Dasar

Pembangunan Daerah Kabupaten Bekasi Tahun 2002 - 2006, sebagai kerangka

landasan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan

kepada masyarakat di Kabupaten Bekasi secara terencana, terpadu, bertahap dan

berkesinambungan selama lima tahun ke depan guna mewujudkan kemajuan di

segala bidang menuju masyarakat Kabupaten Bekasi yang sejahtera dan maju. Pola

Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten Bekasi Tahun 2002 - 2006 merupakan

dokumen induk perencanaan pembangunan daerah Kabupaten Bekasi sebagai

rumusan dengan muatan strategis yang memberikan kejelasan visi, misi, dan arah

kebijakan, serta kaidah pelaksanaan untuk melakukan langkah-langkah menyeluruh di

segala aspek dan bidang pembangunan di Kabupaten Bekasi. Selanjutnya sebagai

pedoman penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat

di Kabupaten Bekasi, Pola Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten Bekasi Tahun

2002 - 2006 perlu dijabarkan dan dituangkan dalam rumusan upaya/langkah-langkah

strategis yang pragmatis dalam Program Pembangunan Daerah (PROPEDA)

Kabupaten Bekasi Tahun 2002 - 2006.

Propeda merupakan acuan bagi seluruh aparatur Pemerintah, Pemerintah

Daerah, DPRD, Lembaga Sosial Kemasyarakatan, LSM, Organisasi Profesi,

Perguruan Tinggi, Dunia Usaha, dan Tokoh Masyarakat, serta seluruh masyarakat di

Kabupaten Bekasi tentang langkah-langkah strategis dan pragmatis guna

mewujudkan keserasian pembangunan, pertumbuhan dan kemajuan Kabupaten

Bekasi di segala bidang selama lima tahun ke depan. PROPEDA Kabupaten Bekasi

2001 - 2006 disusun didasarkan pada kondisi, potensi, permasalahan dan kebutuhan

nyata daerah, serta mengakomodasikan seluruh aspirasi masyarakat yang tumbuh

dan berkembang di Kabupaten Bekasi.

46

B. PENGERTIAN

PROPEDA Kabupaten Bekasi Tahun 2002 - 2006 pada dasamya merupakan

dokumen rencana tindakan (action plan) yang terpadu dan berkelanjutan secara

bertahap selama lima tahun ke depan, sebagai penjabaran pragmatis dari visi dan

misi serta pola dasar, yang didasarkan pada kondisi, potensi dan aspirasi masyarakat

yang tumbuh dan berkembang, serta sebagai bagian integral dari pembangunan

regional dan nasional.

C. KEDUDUKAN DAN FUNGSI

1. Kedudukan

PROPEDA Kabupaten Bekasi Tahun 2002 - 2006 memiliki kedudukan

sebagai kerangka dasar rencana program pembangunan daerah lima tahunan

yang merupakan penjabaran kehendak masyarakat Bekasi yang tertuang dalam

Pola Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten Bekasi Tahun 2000 -2006, yang

harus dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah dengan tetap memperhatikan

kewenangan dan program pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah

Propinsi dan Pemerintah Pusat sesuai dengan ketentuan/peraturan

perundangan yang berlaku.

2. Fungsi

PROPEDA Kabupaten Bekasi Tahun 2002 - 2006 berfungsi sebagai

landasan penyusunan dokumen rencana pembangunan daerah jangka

pendek/tahunan (REPETADA) di Kabupaten Bekasi yang harus dilaksanakan

oleh Pemerintah Daerah dengan tetap memperhatikan kewenangan dan

program pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Propinsi dan

Pemerintah Pusat sesuai dengan ketentuan/peraturan perundangan yang

berlaku.

D. MAKSUD DAN TUJUAN

1. Maksud

PROPEDA Kabupaten Bekasi Tahun 2002 - 2006 disusun dengan maksud

untuk memberikan arah, pedoman dan landasan bagi aparatur Pemerintah

Daerah, dalam melaksanakan program-program pembangunan daerah secara

bertahap dalam jangka lima tahunan di Kabupaten Bekasi.

47

2. Tujuan

Penyusunan PROPEDA Kabupaten Bekasi Tahun 2002 - 2006

bertujuan untuk mencapai keserasian. keselarasan dan sinergi langkah-langkah

pelaksanaan pembangunan daerah dalam mewujudkan masyarakat Kabupaten

Bekasi yang sejahtera, berakhlak mulia, maju, dan mandiri dalam kehidupan

yang demokratis, berkeadilan sosial, melindungi hak asasi manusia,

menegakkan supremasi hukum, yang dilaksanakan secara bertahap sesuai

dengan kemampuan Daerah.

E. LANDASAN

PROPEDA Kabupaten Bekasi Tahun 2002 - 2006 disusun berdasarkan:

1. Landasan idiil : Pancasila

2. Landasan : UUD 1945

Konstitusional

3. Landasan : a. GBHN Tahun 1999-2004

Operasional b. Renstra Propinsi Jawa Barat tahun 2001 - 2005

c. Pola Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten

Bekasi Tahun 2002 - 2006.

F. RUANG LINGKUP

PROPEDA Kabupaten Bekasi Tahun 2002 - 2006 secara garis besar meliputi

seluruh bidang pembangunan dengan tetap memfokuskan pada isu-isu strategis

Daerah yang mendasar dan harus ditangani oleh Pemerintah Daerah untuk jangka

menengah (lima tahun), dengan tetap memperhatikan kewenangan dan program

pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Pusat

sesuai dengan ketentuan/peraturan perundangan yang bertaku. Propeda disusun dan

dirumuskan berdasarkan skala prioritas dengan strategi/kebijakan yang terarah dan

terukur sesuai dengan alokasi anggaran.

PROPEDA Kabupaten Bekasi memiliki rentang waktu 2002 - 2006, yang

mencakup kurun waktu lima tahun. Paruh kedua tahun terakhir (2006) diarahkan

sebagai agenda untuk memberikan kesempatan kepada DPRD yang baru untuk

menyusun Pola Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten Bekasi 2007 - 2011. Dengan

demikian diharapkan Program Pembangunan Tahunan Daerah dan RAPBD 2007

akan mempunyai arahan dan landasan hukum yang jelas.

48

BAB II MASALAH DAN TANTANGAN

A. MASALAH

Dalam memenuhi tuntutan reformasi di segala bidang yang juga dilakukan

untuk membangkitkan kembali dan memperteguh kepercayaan diri atas kemampuan

sendiri dalam melakukan langkah-langkah penyelamatan, pemulihan, pemantapan,

dan pengembangan pembangunan, maka diperlukan paradigma baru pembangunan

dalam menanggulangi beragam persoalan kekinian dan mengantisipasi tantangan

masa depan yang lebih berat. Upaya pembangunan harus makin mampu

memecahkan akar persoalan pokok secara lebih efektif dan efisien. Dalam kaitan ini,

secara garis besar, beberapa permasalahan pokok yang menjadi tantangan dominan

dalam pembangunan di Kabupaten Bekasi Tahun 2002 - 2006 adalah :

1. Persoalan Ekonomi

1) Pemulihan krisis ekonomi

Permasalahan aktual yang muncul bersifat strategis akan berdampak

luas terhadap semua sektor, oleh karena itu perlu segera ditanggulangi

secara komprehensif dengan berbagai kebijakan dan ekonomi secara

nasional, hasilnya juga belum memadai hal ini disebabkan, antara lain :

a. Penyelenggaraan negara di bidang ekonomi selama ini dilakukan

atas dasar kekuasaan yang terpusat dengan campur tangan

pemerintah yang tertalu besar, sehingga kedaulatan ekonomi tidak

berada di tangan rakyat dan mekanisme pasar tidak berfungsi secara

efektif;

b. Kesenjangan ekonomi yang meliputi kesenjangan antara pusat dan

daerah, antar daerah, antar pelaku dan antar golongan pendapatan,

telah meluas ke seluruh aspek kehidupan sehingga struktur ekonomi

tidak kuat, hal ini ditandai dengan berkembangnya monopoli serta

pemusatan kekuatan ekonomi di tangan sekelompok kecil

masyarakat dan daerah tertentu. Kelemahan fundamental lainnya

juga terjadi disebabkan pengabaian perekonomian berbasis

kerakyatan yang seharusnya bersandar pada sumber daya alam dan

sumber daya manusia sebagai unggulan komparatif dan kompetitif.

49

2) Kondisi ekonomi daerah

Belum meratanya pembangunan beserta hasil-hasilnya, baik antar

kelompok masyarakat dan antar wilayah, maupun antar sektor atau

kegiatan ekonomi, berdampak pada belum teratasinya persoalan

pembangunan dan masih rentannya kondisi sosial ekonomi masyarakat.

Pembangunan yang dilakukan memang diupayakan kearah pemecahan

permasalahan pemulihan ekonomi, namun belum sepenuhnya mampu

memecahkan masalah kemiskinan, kesenjangan dan mengatasi krisis

secara cepat.

Kelemahan sistem ekonomi daerah maupun nasional pada masa lalu

diakui disebabkan antara lain : 1) penyelenggaraan perekonomian daerah

kurang mengacu kepada pembangunan ekonomi kerakyatan sebagai pilar

kekuatan ekonomi 2) fenomena yang telah terjadi selama ini adalah

pengusaha yang dekat dengan elit kekuasaan relatif mudah untuk

mendapatkan prioritas khusus, yang pada gilirannya hal tersebut

berdampak pada munculnya dan melebarnya kesenjangan sosial.

Secara umum, pembangunan ekonomi daerah belum dilakukan atas

kesesuaian potensi unggulan masing-masing daerah. Pembangunan

industri sebagai sektor utama daerahpun secara umum belum berorientasi

secara nyata pada pemberdayaan masyarakat setempat dan belum ada

keterkaitan antara industri besar, menengah, dan kecil yang serasi.

Demikian halnya dengan struktur industri yang lemah dalam hubungan

industri hulu dan hilir.

3) Penurunan mutu sumber daya alam dan lingkungan hidup

Eksploitasi sumber daya alam kurang memperhatikan kelestarian

lingkungan. Hal ini terlihat dan sering terjadinya pelanggaran hukum atau

peraturan perundangan yang berlaku dan masih lemahnya penegakan

hukum atau low enfocement yang juga berakibat terjadinya fenomena yang

menunjukkan kecenderungan penurunan mutu sumber daya alam dan

lingkungan hidup.

Pencemaran udara dan air akibat kegiatan ekonomi, seperti di

wilayah industri dan daerah aliran sungai serta perairan umum dan limbah

dari pemukiman merupakan diantara permasalahan yang menuntut

penanganan segera.

50

4) Masih lemahnya sistem iptek daerah

Pembangunan bidang ilmu pengetahuan dan teknologi masih sangat

terbatas. Pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi

(iptek) belum dimanfaatkan secara berarti dalam kegiatan ekonomi dan

sosial budaya, sehingga belum memperkuat kemampuan daerah dalam

menghadapi kerjasama dan persaingan global.

Sistem iptek yang masih lemah juga terkait dengan belum sinergisnya

pembangunan bidang iptek daerah dengan pembangunan bidang ekonomi

dan bidang-bidang lainnya. Kebijakan dan kelembagaan iptek menjadi

makin urgen mengingat tantangan pemulihan krisis, pelaksanaan otonomi

daerah dan globalisasi yang secara bersamaan harus dihadapi oleh

daerah.

2. Persoalan Kesejahteraan Rakyat, Agama, dan Ketahanan Sosial Budaya

1) Rendahnya kesejahteraan rakyat

Pembangunan dalam bidang kesejahteraan rakyat, pendidikan, dan

kebudayaan di Kabupaten Bekasi sebenarnya telah berhasil meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat dan pendidikan serta meningkatnya

pendapatan perkapita masyarakat yang ditandai dengan semakin

meningkatnya indeks mutu hidup, menurunnya kesakitan, kematian, dan

gizi buruk, menurunnya penduduk buta huruf dan meningkatnya partisipasi

sekolah, seiring dengan peningkatan ketersediaan prasarana dan sarana

kesehatan dan pendidikan, serta penanganan penyandang masalah

kesejahteraan sosial. Akan tetapi akibat krisis yang melanda bangsa

Indonesia telah membalikkan situasi tersebut, dan mengakibatkan

bertambahnya penduduk miskin dan jumlah penganggur akibat pemutusan

hubungan kerja.

Kondisi kehidupan ekonomi rakyat makin memprihatinkan, daya beli

dan taraf hidup masyarakat menurun dengan tajam, kualitas hasil didik

tidak memberikan harapan dan jumlah peserta didik yang putus sekolah

makin rnerungkat.

Keterpurukan ekonomi dengan cepat merambat pada persoalan-

persoalan lain. Pengangguran makin meningkat dan meluas, hak dan

perlindungan tenaga kerja yang belum terwujud, jumlah penduduk miskin

semakin meningkat, dan derajat kesehatan masyarakat juga menurun.

51

Jumlah penduduk miskin (pra-S dan KS-1) yang berjumlah 144.213 jiwa

pada tahun 1998 (9 persen dari jumlah penduduk Kabupaten Bekasi)

membengkak menjadi 199.920 jiwa pada tahun 1999 (12 persen dari

jumlah penduduk). Indikasi kasus-kasus kurang gizi di kalangan kelompok

penduduk usia di bawah lima tahun. Hal ini berdampak pada

berkembangnya generasi dengan kualitas fisik dan daya intelektualitas

yang rendah serta memperberat persoalan sosial yang dihadapi oleh

Kabupaten Bekasi.

2) Belum memadainya perkembangan kehidupan beragama

Keberhasilan pembangunan pada periode sebelumnya juga dicapai

dalam bidang agama, yang tercermin dari kesadaran masing-masing

pemeluk agama dan antara umat beragama yang terwujud dari sikap

saling menghargai dan menghormati sebagai hamba Tuhan yang

menjunjung tinggi hak asasi manusia. Berkembangnya kehidupan

beragama juga ditandai dengan meningkatnya jumlah sarana peribadatan

serta sarana dan prasarana pendidikan keagamaan telah mengalami

peningkatan. Namun gambaran tersebut ternyata belumlah sekokoh yang

diperkirakan sebelumnya. Kehidupan beragama belum memberikan

jaminan akan peningkatan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada

Tuhan Yang Maha Esa bagi masyarakat. Tertihat dari merebaknya

penyakit sosial, korupsi dan sejenisnya, kriminalitas, pemakaian obat

terlarang, perilaku menyimpang yang melanggar moralitas, etika dan

kepatutan yang manggambarkan terjadinya kesenjangan antara perilaku

formal kehidupan keagamaan dengan perilaku realitas nyata kehidupan

keseharian. Oleh karena itu pembangunan agama dan sosial budaya

masih perlu ditingkatkan, sehingga kualitas keimanan dan ketakwaan

terhadap Tuhan Yang maha Esa, akhlak mulia serta moral dan etika luhur

masyarakat yang akhir-akhir ini cenderung menurun dapat diwujudkan

sebagaimana yang diharapkan.

3) Maraknya persoalan sosial, dan lemahnya ketahanan sosial budaya

Krisis yang luas dan berkepanjangan bukan saja secara signifikan

menyebabkan berbagai kemunduran dalam tingkat kesejahteraan

masyarakat, melainkan juga telah memperburuk tingkat kesenjangan antar

kelompok masyarakat maupun antar wilayah. Hal tersebut mendorong

potensi konflik sosial budaya menjadi gejolak nyata.

52

Aksi-aksi brutal oleh sebagian masyarakat berupa penjarahan dan

perampokan serta perilaku dan tindakan yang tidak terpuji lainnya yang

melanggar hukum dan agama yang terjadi akhir-akhir ini, sungguh-

sungguh bertentangan dengan akhlak mulia dan budi pekerti luhur yang

bersumber dari norma-norma dan ajaran agama, serta nilai-nilai budaya

bangsa. Ketimpangan, kecemburuan, ketegangan, dan penyakit sosial

lainnya makin menggejala di samping berkurang pula rasa kepedulian dan

kesetiakawanan masyarakat. Krisis ekonomi bahkan makin menghilangkan

semangat dan optimisme bahwa masyarakat Kabupaten Bekasi bisa

memecahkan masalah dengan kekuatan sendiri.

3. Persoalan Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pelaksanaan Supremasi Hukum

1) Masih rendahnya kualitas aparatur penyelenggaraan pemerintahan

Luasnya ruang lingkup pembangunan daerah terutama dalam rangka

pelaksanaan otonomi daerah belum didukung oleh kesiapan dan

kemampuan sumber daya manusia dan aparatur pemerintah daerah serta

belum tersedianya perangkat peraturan yang memadai di daerah.

Sehingga konsep pembangunan berkelanjutan sebagaimana yang

diharapkan dalam kenyataannya tetap saja dilanggar oleh masyarakat dan

cenderung meningkat yang tidak diikuti dengan penegakan hukum.

Walaupun tahap demi tahap telah terjadi peningkatan peran pemerintah,

terutama dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan

pelayanan masyarakat, namun upaya tersebut belum mampu memenuhi

tuntutan, baik dari segi jangkauan maupun kualitas sesuai dengan

perkembangan meningkatnya tuntutan masyarakat. Demikian pula peran

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang dalam era otonomi makin dituntut

kualitas perannya sebagai mitra eksekutif, yang selama ini dianggap belum

optimal dibanding dengan keberadaan eksekutif, agaknya kesan tersebut

akan segera berakhir.

2) Lemahnya pelaksanaan penegakan supremasihukum

Seperti halnya yang terjadi di tingkat nasional, pembangunan bidang

hukumpun mengalami perkembangan yang belum memuaskan. Di satu

pihak produk materi hukum, pembinaan aparatur, sarana dan prasarana

hukum menunjukkan peningkatan. Namun, di pihak lain tidak diimbangi

dengan peningkatan integritas moral dan profesionalisme aparat hukum,

53

kesadaran hukum, mutu pelayanan serta kurangnya kepastian dan

keadilan hukum sehingga mengakibatkan supremasi hukum belum dapat

diwujudkan.

Kondisi ini memberi peluang terjadinya penyalahgunaan wewenang,

pelecehan hukum, pengabaian rasa keadilan, kurangnya perlindungan dan

kepastian hukum bagi masyarakat serta pada kasus-kasus yang

menghadapkan rakyat pada posisi yang lemah, oleh karena itu hal yang

sangat penting untuk ditanggulangi pada pembangunan daerah dan

menjadi prioritas dalam penyelenggaraan pembangunan memasuki

milenium ketiga adalah adanya penegakkan dan perlindungan hukum

secara adil serta jaminan atas hak asasi manusia.

4. Persoalan Keamanan dan Ketertiban, serta Kehidupan Politik atau

Demokrasi

1) Maraknya persoalan keamanan dan ketertiban

Keberhasilan atas terciptanya dan terpeliharanya keamanan dan

ketertiban masyarakat di Kabupaten Bekasi selama periode sebelum krisis,

selain atas peranserta masyarakat juga akibat peningkatan kualitas

hubungan antara pemerintah dengan masyarakat dalam membina

hubungan saling pengertian dan menumbuh kembangkan kesadaran

masyarakat dalam mewujudkan keamanan, ketentraman, dan

kenyamanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Walaupun demikian, diakui bahwa masih banyak kelemahan. Situasi dan

kondisi pasca krisis menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat

terhadap aparatur TNI dan Polri cenderung melemah. Kondisi ini

menyebabkan rasa aman dan ketentraman masyarakat berkurang,

meningkatnya gangguan keamanan dan ketertiban, terjadinya kerusuhan

massal dan berbagai pelanggaran hukum serta pelanggaran hak asasi'

manusia.

2) Pemahaman terhadap Kehidupan politik yang demokratis

Kuatnya sistem politik yang sentralistik dan tertutup dalam tatanan

kehidupan politik yang telah dibangun selama tiga puluh dua tahun telah

menghasilkan stabilitas politik dan keamanan. Namun pengaruh budaya

masyarakat yang sangat paternalistik dan kultur neofeodalistiknya

mengakibatkan proses peranserta dan budaya politik dalam sistem politik

nasional maupun di tingkat daerah tidak berjalan sebagaimana mestinya.

54

Hal Ini berdampak pada munculnya berbagai persoalan politik yang pada

puncaknya diikuti dengan pergantian pemerintahan, dan instabilitas politik

yang kompleks, meluas dan berkepanjangan.

Gerakan reformasi telah rnendorong secara relatif terjadinya

kemajuan-kemajuan di bidang politik, usaha penegakan kedaulatan rakyat,

peningkatan peran masyarakat disertai dengan pengurangan dominasi

peran pemerintah dalam kehidupan politik. Perkembangan demokrasi saat

ini sebenarnya belum memenuhi aspirasi masyarakat sepenuhnya.

Sesuai dengan cita-cita dan tujuan nasional seperti tercantum dalam UUD

1945 dan sejalan dengan perkembangan, kebutuhandan tantangan

pembangunan daerah, memasuki era baru kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara, maka penyelenggaran demokrasi merupakan

hal yang tidak dapat ditunda lagi. Penyelenggaraan pemerintahan dan

pelaksanaan pembangunan harus benar-benar mengutamakan

kepentingan rakyat atas nilai-nilai keadilan.

5. Persoalan Pelaksanaan Otonomi Daerah dan Kapasitas Daerah, serta

Tantangan Global

1) Belum memadainya kesiapan pelaksanaan otonomi daerah

Pelaksanaan Otonomi Daerah masih terbentur pada berbagai

kendala dan dihadapkan pada tantangan yang semakin sulit. Selama ini,

mekanisme hubungan pusat dan daerah cenderung menganut sentralisasi

kekuasaan dan pengambilan keputusan yang kurang sesuai dengan

kondisi geografis dan demografis. Keadaan ini menghambat penciptaan

keadilan dan pemerataan hasil pembangunan dan pelaksanaan otonomi

daerah yang luas, nyata, dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, selain

terkait dengan persoalan pembenahan hukum atau peraturan

perundangan maupun kebijaksanaan operasional di daerah yang masih

memerlukan pemecahan, hal ini juga terkait dengan perlunya upaya

peningkatan penataan dan pendayagunaan kelembagaan, aparatur

pemerintah daerah dan sumber daya alam serta sumber daya manusia

daerah serta pembiayaan pembangunan daerah.

55

2) Belum memadainya pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana publik

Tingginya Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) maupun

kecenderungan meningkatnya kegiatan sosial ekonomi masyarakat belum

diikuti dengan penyediaan kebutuhan pelayanan infrastruktur. Walaupun

pada kegiatan ini terus dipacu dan telah terjadi peningkatan, akan tetapi

baik di wilayah perkotaan maupun perdesaan belum dapat mengimbangi

kebutuhan masyarakat yang terus meningkat, baik dalam jumlah atau daya

jangkau penyediaannya maupun kualitas pelayanannya. Karena itu

pembangunan fisik prasarana dan sarana yang dibutuhkan, perlu terus

ditingkatkan sesuai dengan rencana pengembangan wilayah atau rencana

tata ruang dan kebutuhan masyarakat.

3) Kurang berkembangnya kapasitas masyarakat, dunia usaha, dan lembaga-

lembaga daerah serta adanya ketimpangan dalam oembangunan daerah

Masih rendahnya mutu SDM, terutama menyangkut aspek

Kesehatan, pendidikan dan keterampilan serta produktivitasnya

berimplikasi luas pada pencapaian tujuan atau sasaran pembangunan

daerah.

Upaya peningkatan SDM secara nyata, sungguh-sungguh dan

terencana, terutama bagi masyarakat setempat, harus menjadi salah satu

prioritas pembangunan di berbagai bidang.

Demikian halnya dengan kapasitas daerah. Selama ini pertumbuhan

ekonomi daerah tak selalu secara otomatis mampu meningkatkan

kapasitas masyarakat, durita usaha dan kemajuan daerah dalam arti

sesungguhnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya kesenjangan baik antar

masyarakat maupun antar wilayah dan sektoral serta ketertinggalan,

ketergantungan dan ketidakberdayaan lainnya tetap menjadi persoalan

yang harus dipecahkan.

4) Adanya kesenjangan pembangunan daerah.

Berhubungan dengan berbagai kelemahan lain, seperti : lemahnya

keterkaitan usaha antar sektor ekonomi atau lapangan usaha maupun

antar pelaku usaha (khususnya antara usaha kecil dan menengah atau

UKM, termasuk koperasi, dengan usaha besar), tidak seimbangnya

pertumbuhan antar wilayah, makin tingginya tingkat pengangguran,

dominannya tenaga kerja dengan kualitas SDM yang rendah, kurang

56

berkembangnya perekonomian wilayah perdesaan dan lemahnya

keterkaitan ekonomi antara wilayah perkotaan dengan perdesaan.

5) Rendahnya pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan teknologi bagi

daerah serta kesiapan menghadapi globalisasi

Permasalahan ini utamanya bersumber pada mutu sumber daya

manusia yang masih rendah; lingkungan yang belum kondusif untuk

tumbuh berkembanya kemampuan iptek daerah yang terkait dengan belum

kuatnya kelembagaan dan kebijaksanaan operasional iptek di daerah;

masih lemahnya keterkaitan inter dan antara lembaga litbang dan atau

penyedia teknologi dengan dunia usaha atau kegiatan produktif dan

atau pengguna teknologi ; serta belum membudayanya pendayagunaan

iptek oleh masyarakat. Kesemuanya bermuara pada rendahnya

aksesibilitas pengguna teknologi, khususnya kelompok usaha kecil,

menengah dan koperasi (UKMK), terhadap teknologi, manajemen dan

sumber daya produktif lainnya, serta masih sangat terbatasnya proses

penerapan, pemanfaatan, pemasyarakatan, pengembangan maupun

penguasaan teknologi yang memberikan kontribusi signifikan dalam

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tumbuh berkembangnya

teknologi dan produk unggulan daerah, proses nilai tambah, daya saing

usaha dan produk, maupun efektivitas dan efisiensi proses pembangunan

secara umum. Selain itu globalisasi yang didorong oleh pesatnya

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama teknologi

telekomunikasi dan informatika serta transportasi,menyebabkan semakin

derasnya arus informasi, mobilitas manusia, barang dan jasa yang dapat

berdampak pada stabilitas dan ketahanan daerah. Di samping itu

globalisasi semakin memberikan kesempatan terbukanya pasar

intemasional bagi produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh daerah

dan juga menghadapkan pembangunan kepada tantangan di berbagai

bidang yang semakin dinamis dan sulit.

Krisis ekonomi yang berkepanjangan berdampak negatif sangat

besar terhadap keberhasilan yang telah dicapai pada tahap pembangunan

sebelumnya. Dengan berbagai kemerosotan atau kemunduran kondisi

sosial ekonomi masyarakat, penyelenggaraan pembangunan pada tahap

Pembangunan Daerah Kabupaten Bekasi Tahun 2002 - 2006 harus diawali

dengan situasi dan kondisi yang sulit. Perencanaan pembangunan perlu

dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi nyata yang dihadapi serta

57

aspirasi yang berkembang dalam masyarakat. Proyeksi atau perkiraan-

perkiraanpun harus didasari atas asumsi yang realistis sesuai dengan

keadaan dan perkembangan yang terjadi. Disadari, bahwa hal ini bukanlah

hal yang mudah untuk diatasi. Dengan berbagai kendala yang dihadapi di

daerah, kesiapan daerah dalam menghadapi globalisasi beserta berbagai

dampaknya merupakan isu pokok ke depan yang perlu mendapat

perhatian dan upaya penanggulangan serta antisipasi yang lebih

baik pada Pembangunan Daerah Kabupaten Bekasi Tahun 2002 - 2006,

sejalan dengan pelaksanaan reformasi menyeluruh di segala bidang.

6. Persoalan Penataan Ruang Daerah dan Lingkungan Hidup

Persoalan yang dihadapi dalam kegiatan lingkungan Penataan ruang

Daerah dan Lingkungan Hidup adalah sebagai berikut :

1) Potensi pencemaran sangat berdampak luas baik pada kawasan tengah

dan utara Kabupaten Bekasi.

2) Mayoritas masyarakat masih menggunakan air permukaan, karena air

ledeng belum menjangkau seluruh kebutuhan masyarakat sehingga

memiliki resiko besar terkena pencemaran air.

3) Inpeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA), pencemaran udara dapat

memicu resiko penyakit ISPA, paru-paru dan pernapasan yang menyerang

balita maupun manula.

4) Pembuatan dokumen AMDAL, UKL dan UPL masih terbatas oleh pelaku

industri dan belum diimplementasikan secara optimal.

5) Pencemaran DAS di Kabupaten Bekasi sebagian besar disumbangkan

oleh wilayah di atasnya.

6) Kawasan lindung berupa sempadan pantai dan sempadan sungai sebagai

penyangga kehidupan belum ditata dan diimplementasikan sesuai

peraturan yang bertaku.

7) Belum efektifnya RTRW sebagai instrumen alokasi sumber daya alamr

yang seimbang atau berkelanjutan.

8) Belum adanya penegakan hukum dan sosialisasi tata ruang.

9) Meningkatnya permintaan dalam penggunaan ruang, sehingga

pengendaliannya semakin berat.

58

B. TANTANGAN

1. Persoalan Ekonomi

Beberapa tantangan yang harus dihadapi dan diatasi dalam pembangunan

ekonomi di Kabupaten Bekasi adalah :

1) Penanggulangan kemiskinan dan kesenjangan sosial ekonomi, tantangan

utamanya adalah bagaimana mempercepat secara efektif upaya

penurunan tingkat kemiskinan dan kesenjangan sosial, dengan cara:

a. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi bantuan bagi kelompok Pra

dan KS-1, yang sekaligus dapat meningkatkan kemandirian mereka

sehingga mereka semakin mampu menolong dirinya sendiri dan

menurunkan ketergantungannya terhadap bantuan pemerintah;

b. Meningkatkan prakarsa lokal untuk mencari pemecahan persoalan

yang dianggap paling sesuai dengan karakteristik setempat

(permasalahan dan potensi serta sosial budaya masyarakat

setempat);

c. Meningkatkan produktivitas masyarakat, khususnya bagi mereka

yang berpendidikan atau berketerampilan rendah sehingga tidak

terjadi kesenjangan ekonomi antar kelompok pendapatan

masyarakat.

2) Percepatan dalam mengatasi masalah ketenagakerjaan, kesempatan

kerja, dan kesempatan berusaha, melalui upaya :

a. Meningkatkan dan memperluas kesempatan kerja dan berusaha;

b. Meningkatkan kualitas angkatan kerja untuk dapat mengisi peluang

kerja di industri sekitar;

c. Meningkatkan koordinasi dalam penanggulangan dan pengembangan

ketenagakerjaan, pengembangan kesempatan kerja dan berusaha,

serta dalam penanggulangan persoalan hubungan industrial dan

perlindungan hukum.

3) Memelihara stabilitas penyediaan barang dan jasa kebutuhan pokok

masyarakat.

4) Memperkuat fundamental ekonomi daerah, utamanya dengan :

a. Meningkatkan akses terhadap sumber daya produktif khususnya bagi

kelompok UKMK (kapital, SDM, informasi, teknologi, pasar);

59

b. Menghilangkan hambatan iklim persaingan, mempermudah perijinan,

dan reformasi kebijakan yang belum kondusif;

c. Meningkatkan ketersediaan dan kualitas prasarana dan sarana

ekonomi, khususnya di wilayah perdesaan;

d. Memperkuat keterkaitan ekonomi antar pelaku (dalam keterkaitan

usaha), antar sektor, dan antar wilayah.

5) Meningkatkan pemanfaatan sumber daya lokal dan mencegah atau

menanggulangi degradasi kualitas lingkungan;

a. Meningkatkan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat, seperti air

bersih;

b. Melakukan inventarisasi dan pendayagunaan potensi sumber daya

lokal;

c. Mencegah atau menanggulangi pencemaran akibat aktivitas

ekonomi dan melaksanakan penegakan hukum secara terhadap

pelanggaran lingkungan;

d. Reformasi kebijakan dan revitalisasi kelembagaan dalam

pengelolaan sumber daya alam daerah dan lingkungan hidup;

e. Mengembangkan sistem manajemen sampah terpadu;

f. Mengendalikan perubahan guna lahan yang dapat memperparah

daya dukung sumber daya alam dan kualitas lingkungan.

6) Meningkatkan pendayagunaan iptek dalam perekonomian daerah;

a. Meningkatkan kualitas SDM iptek daerah;

b. Meningkatkan kegiatan penelitian, pengembangan, dan rekayasa

(litbangyasa) secara umum dan yang terkait dengan pengembangan

atau penguatan ekonomi lokal;

c. Memperkuat keterkaitan antara penyedia teknologi dengan

pengguna, khususnya menyangkut diseminasi informasi hasil

litbangyasa, difusi teknologi, dan inovasi;

d. Reformasi kebijakan dan reposisi atau revitalisasi kelembagaan iptek

daerah yang kondusif bagi pelaku litbangyasa dan pengguna, dan

bagi peningkatan kemampuan teknologi masyarakat;

60

e. Mengembangkan sistem dukungan teknologi yang terpadu bagi dunia

usaha, khususnya bagi pemberdayaan UKMK berbasis teknologi

atau pengetahuan;

f. Meningkatkan peran investasi usaha, khususnya investasi asing, bagi

peningkatan alih pengetahuan, keterampilan dan teknologi kepada

pelaku usaha setempat;

g. Mengembangkan sistem pengelolaan dan perlindungan HAKI di

daerah;

h. Meningkatkan ketersediaan dan kualitas data dan informasi yang

penting dalam menunjang pembangunan ekonomi daerah, termasuk

indikator iptek daerah.

2. Persoalan Kesejahteraan Rakyat, Agama, dan Ketahanan Sosial Budaya

Tantangan yang harus dihadapi dalam kaitan ini, meliputi:

1) Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi walaupun laju pertumbuhan

alamiahnya cenderung makin rendah, namun hal ini merupakan tantangan

dalam upaya meningkatkan kualitas dan kesejahteraan penduduk yang

perlu diimbangi antara lain melalui berbagai penyediaan fasilitas dan

sarana termasuk pendidikan, kesehatan dan lapangan kerja.

2) Penyebaran penduduk yang tidak merata yang terkait dengan intensitas

pengembangan ekonomi merupakan tantangan dalam upaya

meningkatkan daya tarik wilayah yang relatif tertinggal, antara lain melalui

peningkatan aksesibilitas, pemberian insentif selektif peningkatan

partisipasi masyarakat bagi pengembangan usaha wilayah tertentu.

3) Angka kematian ibu maupun bayi yang masih cukup tinggi memberikan

indikasi derajat kesehatan serta kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat

dan keluarga yang belum memadai.

4) Ketersediaan data kependudukan yang akurat dan mudah diakses oleh

setiap pihak yang membutuhkan belum memadai.

5) Tingginya keluarga yang termasuk dalam kategori Pra-KS dan KSI yang

lebih diperberat dengan timbulnya krisis ekonomi atau moneter sejak

pertengahan tahun 1997.

61

Tantangan yang dihadapi dalam melaksanakan pembangunan bidang

kesehatan mencakup :

1) Angka Kematian Bayi (AKB), sebagai salah satu indikator utama yang

menggambarkan derajat kesehatan masih cukup tinggi, sekalipun terjadi

penurunan dari 58,90 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1998 menjadi

55,30 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2000.

2) Angka Kematian Ibu (AKI) pada waktu hamil, melahirkan dan masa nifas

masih cukup tinggi pada tahun 1998 masih sebesar 30 jiwa per 100 ribu

kelahiran hidup, meningkat menjadi 36 jiwa per 100 ribu kelahiran hidup

pada tahun 1999 dan pada tahun 2000 menurun menjadi 18 jiwa per 100

ribu kelahiran hidup. Sekalipun terjadi penurunan namun kondisi tersebut

masih jauh dari memuaskan.

3) Tingginya beberapa penyakit menular seperti ISPA, diare, demam

berdarah, kecacingan, penyakit infeksi saluran pencernaan dan parasit

lainnya, serta munculnya penyakit menular yakni HIV atau AIDS. Pada sisi

lainnya, telah mulai meningkat penyakit degeneratif dan penyakit tidak

menular, seperti penyakit pembuluh darah dan jantung, diabetes mellitus,

kecelakaan dan lain-lain, sebagai akibat perubahan gaya hidup. Selain itu

juga diperlukan penanggulangan masalah kebutaan, terutama akibat

katarak yang mengenai kelompok usia produktif (20 persen), dan

kelompok usia di atas 55 tahun sebesar 68 persen.

4) Tingginya angka dengan status kekurangan gizi, Kurang Energi Protein

(KEP), walaupun persediaan pangan dalam bentuk energi sudah

memenuhi kebutuhan rata-rata penduduk, namun distribusinya belum

merata, sehingga sebagian penduduk masih mengkonsumsi energi di

bawah kebutuhan rata-rata. Mereka adalah kelompok masyarakat yang

hidup di bawah garis kemiskinan. Kurang Energi Protein (KEP) yang dapat

menghambat pertumbuhan fisik dan kecerdasan, kekurangan zat besi

terutama pada wanita hamil dan anak balita serta para pekerja wanita,

kekurangan vitamin A, dan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

(GAKY).

5) Pola hidup yang mengabaikan kesehatan. Permasalahan munculnya

masalah gizi sebagai akibat perubahan pola makan dan perbaikan

ekonomi, merupakan tantangan untuk mendorong bagaimana keluarga

dan masyarakat agar makin sadar dan mandiri dalam upaya peningkatan

gizi untuk mencapai status gizi optimal. Selain itu, merokok yang sangat

62

merugikan kesehatan masih merupakan kebiasaan dari 23 persen

penduduk berusia 10 tahun ke atas. Perilaku lain yang berpengaruh

terhadap timbulnya penyakit menular adalah perilaku seksual. Sikap

masyarakat terutama kelompok remaja terhadap hubungan seksual di luar

nikah sudah berubah, dimana 10 persen dari mereka menyatakan tidak

keberatan terhadap hubungan seksual di luar nikah. Di lain pihak,

meskipun dilarang oleh peraturan dan oleh agama, pelacuran masih terus

berjalan. Keadaan ini merupakan tantangan bagi upaya meningkatkan

pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap perilaku yang tidak

menunjang kesehatan.

6) Pengembangan pola palayanan kesehatan yang dapat menjangkau semua

lapisan masyarakat baik ditinjau dari aspek geografis, ekonomis maupun

sosial budaya. Pelayanan kesehatan masa depan harus mampu

memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat

golongan berpenghasilan rendah sekaligus mengantisipasi permintaan

masyarakat dari golongan yang mampu.

Tantangan yang muncul pada pembangunan bidang pendidikan antara lain

mencakup:

1) Menanggulangi kelompok ekonomi lemah dan kelompok yang terkena

dampak paling berat, sehingga memperoleh kesempatan untuk dapat terus

menjaga dan melanjutkan pendidikan bagi anak-anaknya.

2) Mewujudkan masyarakakat Bekasi bebas buta huruf dan meningkatkan

pemerataan kesempatan bagi seluruh lapisan masyarakat untuk

memperoleh pendidikan yang berkualitas dan terjangkau sesuai dengan

kemampuan masyarakat, dengan didukung pada peningkatan dan

pemerataan fasilitas dan sarana pendidikan serta tenaga didik di seluruh

wilayah Kabupaten Bekasi.

3) Mengembangkan dan menerapkan sistem pendidikan yang mampu

melahirkan SDM unggul, memiliki kemampuan menguasai, memanfaatkan

dan mengembangkan iptek bagi kesejahteraan manusia yang dilandasi

oleh moral, keimanan dan ketakwaan yang tinggi.

4) Meningkatkan keterkaitan program pendidikan ketrampilan atau keahlian

dengan industri atau dunia usaha untuk mempersempit kesenjangan

antara kebutuhan dunia usaha dengan kualitas tenaga kerja yang

tersedia.

63

5) Meningkatkan peran atau kepedulian perguruan tinggi, lembaga

pengembangan swadaya masyarakat, dan dunia usaha, khususnya yang

berada di wilayah Kabupaten Bekasi, untuk berpartisipasi secara proaktif

mendorong tingkat pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas SDM.

Tantangan yang muncul pada pelaksanaan pembangunan bidang peranan

wanita; anak dan remaja antara lain mencakup :

1) Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kemajuan di berbagai

bidang kehidupan menuntut peran wanita menjadi semakin luas dan

kompleks.

2) Peranan Kabupaten Bekasi sebagai daerah penyangga ibukota ikut

menentukan cepat lambatnya kemajuan wanita dalam rangka menunjang

terwujudnya peningkatan peran dan status wanita sebagai mitra sejajar

pria dalam kehidupan keluarga dan masyarakat.

3) Krisis moneter dan ekonomi yang berlangsung menantang peran wanita

untuk memberikan kontribusi pemecahan baik dalam lingkup keluarganya

sendiri maupun dalam konteks masyarakat yang lebih luas.

4) Belum optimalnya pembangunan anak dan remaja yang mencakup segi

kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan serta perlindungan

anak yang lebih terkoordinasi, menyeluruh dan terpadu.

5) Belum memadainya penyediaan dan pemanfaatan sumber daya, sarana

dan prasarana yang diperlukan.

Adapun tantangan yang dihadapi dalam melaksanakan pembangunan bidang

agama mencakup:

1) Berbagai perubahan kehidupan yang semakin cepat dan kompleks di era

reformasi dan globalisasi dewasa ini.

2) Memelihara dan meningkatkan kerukunan antar dan antara umat

beragama yang belakangan ini menunjukkan gejala semakin rendah akibat

krisis ekonomi yang berkepanjangan.

3) Pengaruh globalisasi memungkinkan Bekasi akan mengalami perubahan

dan pergeseran nilai serta sosial budaya lainnya yang berdampak pada

pola hubungan antar manusia baik hubungan secara pribadi, keluarga.

masyarakat, dan kerabat lainnya.

64

4) Munculnya pengaruh luar yang bersifat negatif akibat derasnya arus

informasi sebagai konsekuensi perkembangan teknologi informasi

menuntut kita untuk lebih meningkatkan keimanan dan ketakwaan guna

memantapkan pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran

keagamaan dalam segala aspek kehidupan.

3. Persoalan Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pelaksanaan Supremasi

Hukum

1) Pesatnya pembangunan dan pertumbuhan penduduk di Kabupaten

Bekasi, merupakan tantangan untuk memberikan pelayanan yang optimal

terhadap masyarakat.

2) Pelaksanaan Otonomi daerah yang masih dihadapkan kepada

keterbatasan-keterbatasan yang ada.

3) Adanya semangat reformasi yang demokratis dan meningkatkanya sikap

kritis dan masyarakat, merupakan tantangan bagi aparatur pemerintah di

daerah untuk memberikan respon dan pelayanan yang berkualitas, adil,

efektif dan efisien. Semangat reformasi yang demokratis tersebut harus

dibina menjadi kekuatan untuk menggerakan pembangunan di daerah.

4) Masyarakat semakin kritis dan semangat reformasi dengan segala

tuntutannya yang semakin besar membutuhkan pendekatan hukum dan

keadilan serta adanya kepastian dan periindungan hukum bagi dunia

usaha.

5) Sejalan dengan program penegakan supremasi hukum nasional,

Pemerintah Kabupaten Bekasi bersama-sama dengan lembaga legislatif

dan masyarakat perlu mengkaji kembali produk-produk hukum yang

dihasilkan oleh daerah apakah produk-produk hukum tersebut sudah

mempertimbangkan dan menjawab isu-isu persoalan hukum di daerah,

nasional maupun internasional.

4. Persoalan Keamanan dan Ketertiban, serta Kehidupan Politik ataus

Demokrasi

Tantangan yang berat di bidang keamanan dan ketertiban adalah

pengembalian citra bagi aparat keamanan dan hukum sehingga dapat berfungsi

sebagai pelindung masyarakat dan penegak supremasi hukum. Masyarakat

Bekasi yang relatif heterogen memiliki karakteristik kemajemukan sangat

menonjol baik ditinjau demografis, sosial ekonomi, politik, maupun sosial

65

budayanya. Kemajemukan itu dapat dipandang sebagai kekayaan potensial,

namun juga mengandung kerawanan-kerawanan yang bisa menjadi benih

tumbuhnya konflik.

Oleh karena itu perlu disusun kebijakan dan program dalam upaya untuk

mengurangi persoalan yang sedang dan mungkin akan timbul di masa-masa

yang akan datang.

5. Persoalan Pelaksanaan Otonomi Daerah dan Kapasitas Daerah, serta Tantangan Global

Meningkatnya kesadaran dalam kehidupan berbangsa dan bernegara telah

melahirkan komitmen untuk memberikan kewenangan kepada daerah secara

luas untuk menyelesaikan berbagai permasalahan di tingkat lokal sesuai dengan

kreasi dan aspirasi setempat. Tantangan ke depan yang akan dihadapi dalam

pelaksanaan otonomi daerah meliputi antara lain:

1) Mewujudkan keseimbangan pembangunan dan pemerataan pertumbuhan

antar wilayah.

2) Penyiapan sumber daya manusia yang profesional dalam manajemen

publik meliputi aspek pembuatan kebijakan dan perencanaan, tatalaksana

dan sistem organisasi, manajemen keuangan, pelaksanaan dan

pelayanaan, pengawasan, serta pengelolaan partisipasi masyarakat.

3) Terselenggaranya pelayanan masyarakat yang semakin meningkat, baik

ditinjau dari segi jenis, kuantitas maupun kualitasnya.

4) Meningkatkan penerimaan atau pendapatan baik melalui dana

perimbangan maupun pendapatan asli daerah, disertai dengan penggalian

potensi penerimaan dan mengembangkan kegiatan ekonomi daerah.

5) Mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang efisien dan

efektif serta terciptanya kehidupan masyarakat yang demokratis.

6) Meningkatkan peran dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah serta

mengembangkan sarana komunikasi dan konsultasi dengan pihak

masyarakat dan pemerintah, meningkatkan kualitas proses pengambilan

keputusan legislasi, dan mengefektifkan pengawasan kepada pihak

pemerintah daerah dalam melaksanakan tugasnya.

66

7) Mengingat tidak semua daerah memiliki kekayaan sumber daya alam dan

mempunyai kemampuan keuangan yang memadai untuk melaksanakan

tugas otonominya, pemerintah perlu melakukan kebijakan untuk

menyeimbangkan alokasi dana antar daerah secara adil.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka tantangan yang ada adalah

bagaimana meningkatkan upaya :

1) Pengembangan sumber daya manusia masyarakat di perdesaan dalam.

hal keterampilan para petani dan nelayan untuk mengolah produk primer

dengan skala produksi yang efisien bagi pemenuhan permintaan pasar;

2) Pengembangan kapasitas organisasi yang dapat mengelola input produksi,

pemanfaatan lahan usaha dengan luasa yang memadai secara kolektif;

3) Pengembangan sistem jaringan kerja produksi dan pemasaran yang

terpadu disertai dengan keleluasaan masyarakat dalam memilih

komoditas pertanian sesuai kebutuhan pasar;

4) Adanya jaminan pemasaran yang terkelola oleh masyarakat dengan

dukungan kemitraan dari pelaku ekonomi lainnya.

Tantangan penting lain adalah bagaimana mengurangi hambatan yang

menyebabkan kondisi kemiskinan struktural berlangsung di masyarakat perdesaan

dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui peningkatan pendidikan,

perbaikan gizi dan kesehatan keluarga, termasuk meningkatkan solidaritas sosial di

berbagai kalangan masyarakat untuk melakukan pemberdayaan atau mengurangi

eksploitasi ekonomis yang memperparah kemiskinan masyarakat di perdesaan.

Selain itu tantangan dalam pembangunan perdesaan adalah bagaimana

pemerintah mendukung penyediaan prasarana dan sarana perdesaan yang dapat

meningkatkan produktivitas dan akses ke pasar termasuk pelayanan teknologi untuk

mempermudah proses produksi dan pengolahan maupun meningkatkan kualitas

produk. Sedangkan tantangan dalam pemanfatan sumber daya alam bagi masyarakat

perdesaan adalah bagaimana peningkatan akses dan partisipasi masyarakat dalam

pengelolaan pemanfaatan dan peningkatan maupun pelestarian produktivitas sumber

daya alam termasuk kualitas lingkungan hidup untuk menopang kehidupan sosial-

ekonomi masyarakat perdesaan.

67

6. Persoalan Penataan Ruang Daerah dan Lingkungan Hidup

1) Belum adanya kelembagaan pada tingkat daerah yang berperan efektif

dalam memonitor kualitas lingkungan air permukaan dan udara, memonitor

kualitas lingkungan yang ditimbulkan oleh industri dan pengendalian

dampak pencemaran.

2) Terbatasnya dana dan sumber daya manusia untuk melakukan monitoring

dan pengendalian dampak lingkungan.

3) Belum terimplementasinya peraturan lingkungan hidup secara optimal

karena lemahnya kelembagaan yang menangani permasalahan

lingkungan.

4) Pendekatan kelembagaan atau hukum dalam implementasi RTRW masih

belum optimal.

5) Kesadaran masyarakat dan para pelaku ekonomi atau pemanfaat lahan

dalam menggunakan ruang belum optimal.

68

BAB III VISI DAN MISI

Sesuai dengan dinamika aspirasi masyarakat yang berkembang dan memperhatikan

kondisi, potensi, keragaman daerah, serta peluang dan tantangan masa depan, maka visi

dan misi Kabupaten Bekasi adalah;

A. Visi

"MANUSIA UNGGUL YANG AGAMIS BERBASIS AGRIBISNIS DAN INDUSTRI BERKELANJUTAN"

Visi tersebut, mengandung makna yang luas, dengan penjelasan sebagai berikut :

1. Unggul

Unggul secara harfiah bermakna utama atau lebih tinggi. Kata Unggul

ditujukan untuk menjelaskan keunggulan ketiga pilar, yakni unggul dalam

sumberdaya manusia dengan basis keunggulan pada agribisnis dan industri.

Keunggulan tersebut merupakan penjabaran dari keunggulan bersaing

(competitive advantages) yang secara pragmatis menunjukan adanya

perkembangan positif untuk variabel-variabel ketiga pilar di atas dan mengalami

perkembangan yang lebih tinggi dari daerah sekitamya.

Ciri dari keunggulan bersaingan dapat ditunjukkan oleh faktor-faktor sebagai

berikut :

1) Inovasi teknologi dalam sistem produksi sehingga produk wilayah menjadi

lebih efisien dan sesuai dengan tuntutan dan perkembangan masyarakat.

2) Kebijakan pemerintah, perbankan dan infrastruktur yang akomodatif.

3) Kualitas manusia yang produktif dan profesional dalam bidangnya.

2. Manusia Unggul Yang Agamis

Manusia adalah menyangkut individu dalam masyarakat yang memiliki hak

otonom untuk mengekpresikan kepentingannya. Sedangkan unggul yang

agamis menyangkut karakter kualitas manusia. Secara konvergen maka

pengertian manusia unggul yang agamis adalah manusia yang bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Fisik : sehat dan terampil

2) Intelektual : cerdas, kreatif dan inovatif

3) Emosional : mandiri, berbudaya dan demokratis

4) Spiritual : beriman dan berakhlak mulia

69

3. Berbasis Agribisnis

Secara harfiah agribisnis terdiri dari agri dan bisnis. Agri menunjukan

kegiatan yang berkaitan dengan pertanian. Terutama menyangkut 1) perbankan,

kegiatan memproduksi dan perdagangan sarana produksi, pengolahan hasil

produksi dan pemasaran, kegiatan tersebut berlangsung di luar sebidang lahan

atau disebut (off-farm), 2) Kegiatan produksi, kegiatan tersebut berlangsung

pada sebidang lahan, maka disebut (on-farm). Sedangkan bisnis bermakna

usaha. Jadi agribisnis adalah seluruh kegiatan baik off-farm maupun on-farm

yang secara operasional digerakkan oleh mekanisme pasar dan bermotif usaha,

bukan oleh motif budaya dan kebiasaan.

Agribisnis merupakan sebuah sistem. Sistem merupakan keterkaitan

antara satu komponen dengan komponen lainnya sehingga merupakan satu

kesatuan kerja dan manajemen. Agribisnis terdiri dari 3 komponen utama dan

satu komponen penunjang. Komponen utama terdiri dari 1) Sub sistem Input

pertanian (sarana produksi atas bagian hulu, 2) Sub sistem produksi (kegiatan

produksi), 3) Sub sistem pengolahan dan Manufaktur, 4) Sub sistem penunjang

(kebijakan pemerintah, layanan pemerintah, kredit perbankan dan pembangunan

infrastruktur). Sistem agrobisinis dapat digambarkan seperti yang tertera berikut

ini.

Sub SistemInput Produksi

Sub SistemProduksi

Sub SistemPengolahanManufaktur

Sub Sistem Penunjang

Pembangunan yang berbasis agribisnis adalah pembangunan

perekonomian rakyat yang digerakkan oleh sistem agribisnis yang berimbang

antara hulu, kegiatan produksi hilir dan penunjangnya, sehingga seluruh

komponen menjadi sinergis dan dapat menciptakan keunggulan yang berdaya

saing tinggi, baik pada pasar domestik maupun pada pasar internasional.

70

4. Berbasis Industri

Berbasis industri adalah kegiatan ekonomi yang digerakkan oleh industri,

baik yang meliputi industri pengolahan, industri perbankan, industri pariwisata

maupun industri jasa lainnya yang selalu tertuju pada keunggulan bersaing.

Industri yang unggul ditujukan oleh kinerja produknya berupa barang dan jasa

memiliki daya saing yang tinggi. Secara operasional keunggulan bersaing adalah

kemampuan untuk memasok komoditas pada waktu, tempat dan bentuk yang

diinginkan oleh konsumen baik di pasar domestik maupun pasar internasional,

pada harga yang sama atau lebih baik dari yang dipasarkan pesaing dengan

memperoleh keuntungan yang wajar (paling tidak sebesar biaya oportunitas

sumber daya yang digunakan).

5. Berkelanjutan (sustainable)

Pembangunan berkelanjutan merupakan arah dari proses dalam

menciptakan keunggulan ketiga pilar di atas, sehingga pembangunan harus

senantiasa memperhatikan dan mengintegrasikan aspek-aspek sebagai berikut :

1) Kelestarian ekosistem untuk menunjang kehidupan yang sehat berupa

kebutuhan udara bersih, air bersih dan bebas dari bahan beracun

berbahaya. Dengan demikian kegiatan industri dan agribisnis harus

mengurangi dan mengendalikan dampak negatif yang ditimbulkannya.

2) Pembangunan yang berkeadilan antar kelompok masyarakat, antar waktu

(generasi sekarang dan generasi akan datang) dan antar wilayah (wilayah

kota dan desa).

3) Pemberdayaan masyarakat (empowering), terutama kelompok masyarakat

marjinal dan kelompok masyarakat paling miskin (poorest of the poot),

yang sebagian besar terdiri dan anak-anak dan wanita.

4) Memberdayakan lembaga masyarakat sehingga mampu berparttsipasi

dalam pembangunan.

B. Misi

1) Meningkatkan kualitas manusia yang sehat, pinter dan bener.

2) Meningkatkan profesionalitas institusi pemerintah daerah, DPRD dan

masyarakat.

3) Mendorong terciptanya masyarakat berbudsya, demokratis dan agamis.

71

4) Memberdayakan usaha free menengah dan besar yang berbasis pada

ekonomi kerakyatan.

5) Meningkatkan supremasi hukum dan ketertiban.

6) Mengembangkan prasarana dan sarana publik secara terpadu.

7) Mengharmoniskan tata ruang yang berbasis kepedulian terhadap

lingkungan.

Misi tersebut, mengandung makna yang luas, dengan penjelasan sebagai berikut :

1) Meningkatkan kualitas manusia yang sehat, pinter dan bener

Secara harfiah kualitas adalah derajat atau taraf. Meningkatkan kualitas

SDM adalah meningkatkan derajat kecakapan dan kecerdasan masyarakat

Bekasi, yang mana kecerdasan tersebut dilandasi oleh akhlaq yang mulia

sehingga taat pada hukum yang berlaku atau dengan istilah lain, masyarakat

yang sehat, pinter dan bener.

2) Meningkatkan profesionalitas institusi pemerintah daerah, DPRD dan

masyarakat.

Secara harfiah profesional adalah kepandaian khusus untuk menjalankan

kerja. Dengan demikian meningkatkan profesionalitas bermakna 1)

meningkatkan kapasitas kelembagaan sehingga memiliki kemampuan untuk

mengakomodasikan tuntutan zaman atau perubahan-perubahan baik yang

bersumber dari luar maupun dari dalam, 2) meningkatkan kemampuan standar

dan kesesuaian bidang yang dikuasainya bagi pemangku jabatan organisasi

kelembagaan (the right man on the right place) sehingga memiliki kemampuan

manajerial yang sesuai dengan fungsi dan struktur lembaga yang diembannya,

terutama lembaga pemerintah dan DPRD, yang selanjutnya diharapkan dapat

melaksana amanat dan melayani masyarakat secara optimal.

3) Mendorong terciptanya masyarakat berbudaya, demokratis dan agamis.

Masyarakat didefinisikan sebagai kesatuan hidup manusia yang

berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu

dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama (Koentjaraningrat 1986).

Kebudayaan adalah masyarakat yang memiliki keseluruhan sistem

gagasan, tindakan dan hasil karya dalam rangka kehidupan masyarakat

72

sehingga memiliki identitas yang jelas yang membedakannya dengan kelompok

masyarakat lainnya.

Masyarakat berbudaya dan demokratis yang bernuansa agam adalah

masyarakat yang mampu melakukan saling interaksi secara dialogis (tidak

anarkis) dan mampu mengungkapkan segala aspirasi dan tindakannya sesuai

dengan koridor hukum yang berlaku, santun menghargai perbedaan pendapat.

Segala tindakan dan perilakunya selalu berpedoman pada nilai-nilai agama.

4) Memberdayakan usaha kecil, menengah dan besar yang berbasis pada

ekonomi kerakyatan.

Menurut Mubyarto (1999) Ekonomi Kerakyatan adalah sistem ekonomi

yang dioperasionalkan melalui pemihakan dan perlindungan pada usaha

ekonomi kecil dan menengah. Usaha ekonomi rakyat kebanyakan berperan

dalam usaha sektor informal, pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan,

pada umumnya berbasis di pedesaan. Disamping itu, ekonomi rakyat banyak

pula berperan dalam industri kerajinan, industri kecil serta dalam perdagangan

atau kegiatan swadaya lainnya di pedesaan maupun di perkotaan.

Pemberdayaan ekonomi rakyat difokuskan pada upaya fasilitasi usaha kecil ke

berbagai akses peluang, sehingga diharapkan dapat tumbuh, berkembang dan

mandiri serta memberi kontribusi terhadap percepatan perputaran kegiatan

ekonomi daerah. Pemihakan pada usaha rakyat dilakukan melalui fasilitasi

akses permodalan/penguatan modal, penerapan manajemen, peningkatan mutu

pelaku usaha dan fasilitasi akses pemasaran. Sedangkan pemberdayaan usaha

besar yang berbasis kerakyatan diarahkan agar para pengusaha besar semakin

mandiri dan menghadapi tantangan global dan persaingan yang sangat ketat.

Pemberdayaan usaha besar disamping difokuskan mengembangkan berbaagai

akses yang sudah ada juga diarahkan pada pola kemitraan dan penggunaan

bahan baku lokal dari hasil lapangan usaha rakyat.

5. Meningkatkan supremasi hukum dan ketertiban.

Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara berdasarkan hukum,

untuk itu wilayah kabupaten sebagai bagian dari wilayah nasional harus

menempatkan hukum nasional sebagai dasar dalam pengambilan keputusan

dan pelaksanaan pembangunan sehingga masyarakat mendapatkan

perlindungan hak-haknya yang mendasar terutama dalam kebebasan

menjalankan agamanya, terlindungi jiwanya, keturunan, kehormatan, dan harta,

73

sehingga setiap individu dalam masyarakat benar-benar mendapatkan kepastian

hukum dan meraih masa depannya.

6. Mengembangkan prasarana dan sarana publik secara terpadu.

Mengembangkan prasarana dan sarana publik adalah upaya untuk

meningkatkan fungsi prasarana dan sarana untuk melayani masyarakat, baik

melalui peningkatan pemeliharaan maupun melalui pengadaan baru. Sedangkan

istilah terpadu adalah upaya membangun dan memanfaatkan prasarana dan

sarana dilakukan secara menyeluruh (tidak sektoral), dengan

mempertimbangkan, waktu, kemampuan pendanaan, optimasi pelayanan,

pemerataan pelayanan, dan daya dukung lingkungan.

7) Mengharmoniskan tata ruang yang berbasis kepedulian terhadap lingkungan.

Tata ruang merupakan wujud perencanaan dalam alokasi sumber daya

alam termasuk kawasan budidaya pertanian, kawasan budidaya non-pertanian

(permukiman industri dan kawasan lindung). Kawasan budidaya pertanian perlu

mendapat perlindungan agar sesuai dengan fungsinya dan tetap produktif.

Begitu pula kawasan budidaya non-pertanian perlu dikembangkan agar lebih

efesien dalam menunjang kelestarian lingkungan. Berbagai kawasan tersebut

perlu diharmoniskan sehingga dapat menjamin terwujudnya keserasian,

keselarasan, dan keseimbangan struktur dan pola pemanfaatan ruang bagi

persebaran penduduk antar wilayah, pertumbuhan dan perkembangan antar

sektor, perkembangan antar wilayah kecamatan sehingga seluruh

perkembangan berlangsung dalam satu kesatuan wilayah kabupaten.

Sedangkan yang dimaksud dengan memperdulikan lingkungan adalah

perkembangan penggunaan ruang wilayah kabupaten harus mengindahkan atau

memenuhi prinsip-prinsip kelestaraian lingkungan hidup dan daya dukung

lingkungan serta mematuhi kaidah hukum dan peraturan lingkungan yang

berlaku.

74

BAB IV PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN BEKASI

Tujuan pembangunan yang hendak dicapai Pemerintah dan Masyarakat Kabupaten

Bekasi secara umum adalah : Mewujudkan masyarakat Kabupaten Bekasi yang beriman

dan berahklak mulia dalam suasana damai, aman, penuh kekeluargaan, kehidupan yang

sejuk, tertib, penuh persaudaraan. silih asah, silih asuh, silih asih dan sejahtera serta

berdaya saing dalam lingkungan yang serasi, selaras dan seimbang dengan perkembangan

kemajuan Propinsi Jawa Barat dan Nasional.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka program pembangunan Kabupaten Bekasi

untuk tahun 2002-2006 adalah sebagai berikut:

A. MEMBANGUN SUMBER DAYA MANUSIA, KESEJAHTERAAN RAKYAT,

KEHIDUPAN BERAGAMA DAN SOSIAL BUDAYA

1. Tujuan

Tujuan pembangunan yang hendak dicapai di bidang ini adalah :

1) Menciptakan masyarakat yang berpendidikan dan berakhlak mulia;

2) Mewujudkan pemenuhan kebutuhan tenaga kerja yang sesuai dengan

permintaan pasar;

3) Meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap hak dan

kewajiban dalam pembangunan;

4) Mencegah timbulnya gejolak dibidang ekonomi, sosial, politik dan

keamanan;

5) Mewujudkan kesejahteraan rakyat;

6) Meningkatkan pengamalan ajaran agama dan membina akhlak mulia untuk

mewujudkan kualitas keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan YME.

2. Sasaran

Sasaran pembangunan sumber daya manusia, kesejahteraan rakyat, kehidupan

beragama dan sosial budaya adalah :

1) Tujuan menciptakan masyarakat yang berpendidikan dan berahlak mulia,

sasaran yang hendak dicapai adalah :

a. Terwujudnya peningkatan Iman dan Taqwa;

b. Terwujudnya peningkatan derajat kesehatan;

c. Terwujudnya peningkatan kualitas pendidikan.

75

2) Tujuan mewujudkan pemenuhan kebutuhan tenaga kerja yang sesuai

dengan permintaan pasar, sasaran yang hendak dicapai:

a. Terwujudnya masyarakat yang terampil diberbagai bidang

ketenagakerjaan;

b. Terwujudnya tenaga kerja yang produktif, berdaya saing dan mandiri

dengan tingkat pendidikan yang memadai;

c. Terwujudnya hubungan yang harmonis antara pelaku usaha dan

pekerja.

3) Tujuan meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap

hak dan kewajiban dalam pembangunan, sasaran yang hendak dicapai:

a. Terwujudnya peran serta masyarakat dan swasta dalam kegiatan

pembangunan;

b. Tersosialisasikannya perencanaan pembangunan daerah;

c. Meningkatnya peran dan fungsi kelembagaan masyarakat dalam

mengawasi pelaksanaan dan hasil-hasil pembangunan.

4) Tujuan mencegah timbulnya gejolak di bidang ekonomi, sosial, politik dan

keamanan, sasaran yang hendak dicapai:

a. Terbinanya partisipasi masyarakat, khususnya di bidang Kamtibmas;

b. Meningkatnya penanggulangan masalah sosial dan gejolak yang

berkembang di masyarakat;

c. Menurunnya perilaku negatif masyarakat;

d. Terbangunnya ketahanan masyarakat dalam menghadapi ancaman,

gangguan, hambatan dan tantangan;

e. Tertanggulanginya masalah pasca bencana alam, layanan sosial

bagi tindak kekerasan dan pengungsi;

f. Terwujudnya pelayanan rehabilitasi sosial bagi mantan narapidana,

penyandang cacat, anak jalanan, WTS dan pengidap narkoba;

5) Tujuan mewujudkan kesejahteraan rakyat, sasaran yang hendak dicapai:

a. Terwujudnya kesejahteraan bagi fakir miskin, anak terlantar, anak

yatim dan lanjut usia;

b. Terwujudnya peningkatan peran perempuan dalam pemberdayaan

keluarga dan masyarakat.

6) Tujuan meningkatkan pengamalan ajaran agama dan membina akhlak

mulia untuk mewujudkan kualitas keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan

YME, sasaran yang hendak dicapai:

a. Terbinanya kerukunan hidup antar umat beragama

76

b. Terhindarnya konfiik agama yang dapat mengancam integrasi

bangsa

c. Terwujudnya pelayanan kehidupan beragama untuk menjamin

kemudahan umat beragama dalam menjalankan ibadahnya.

3. Program

1) Peningkatan Imtaq, llmu, amal dan akhlak.

2) Peningkatan derajat kesehatan.

3) Peningkatan kualitas Keluarga.

4) Pembinaan dan pengembangan pendidikan, pemuda, olahraga dan

kebudayaan.

5) Peningkatan kualitas ketenagakerjaan.

6) Pengembangan jaringan dan sistem informasi.

7) Pengembangan IPTEK.

8) Program Pemerataan Penyebaran Penduduk.

9) Program Penanggulangan Dampak Sosial Akibat Krisis Moneter.

10) Program Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial.

11) Program Peningkatan Pelayanan Umum.

12) Program Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan, Pemuda, Olahraga

dan Kebudayaan.

13) Program Pembinaan Pendidikan Luar Sekolah.

14) Program Peningkatan Peran Wanita dalam Pembangunan.

15) Program Peningkatan Fungsi dan Peranan Organisasi Kewanitaan.

16) Program Peningkatan Kesehatan dan Gizi Ibu, Anak dan Remaja.

17) Program Peningkatan Pendidikan Anak dan Remaja.

18) Program Peningkatan Sarana Keagamaan.

19) Program Penerangan dan Bimbingan Keagamaan.

20) Program Pembinaan Kelembagaan Keagamaan.

21) Program Pembinaan Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama.

22) Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan, Pemberdayaan Organisasi

Kepemudaan Dan Pemberian Kesempatan Generasi Muda Dalam

Berorganisasi.

23) Program Pendidikan Politik Bagi Generasi Muda.

24) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olahraga.

77

B. MEMPERCEPAT PEMULIHAN EKONOMI DAN MEMPERKUAT LANDASAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH YANG ADIL DAN BERKELANJUTAN

1. Tujuan

Tujuan pembingunan yang hendak dicapai di bidang ini adalah :

1) Mempercepat pemulihan ekonomi dan meminimalisasi dampak krisis;

2) Meningkatkan akses lapangan usaha oleh pengusaha kecil, menengah

dan industri / kerajinan, perdagangan serta aneka jasa sesuai dengan

potensi lingkungannya yang berorientasi pasar;

3) Meningkatkan potensi dan peranan lembaga keuangan untuk mendorong

usaha ekonomi masyarakat;

4) Mewujudkan peningkatan kontribusi sektor UKM terhadap pengembangan

ekonomi Kabupaten Bekasi;

5) Mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan di daerah yang berkeadilan,

berdaya saing dan berkelanjutan;

6) Meningkatkan daya saing produk daerah dan produktivitas dunia usaha

serta sektor lainnya;

7) Mengembangkan akses informasi di bidang dunia usaha, pelayanan publik

dan sektor-sektor lainnya;

8) Mengembangkan dan memanfaatkan sumber daya alam dan lingkungan,

serta potensi setempat bagi sebesar-besarnya kepentingan masyarakat

secara lestari;

9) Menciptakan peningkatan kualitas lingkungan hidup serta terkendalinya

kualitas sumber daya alam.

2. Sasaran

Sasaran mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat landasan

pembangunan ekonomi daerah yang adil dan berkelanjutan, adalah:

1) Tujuan Mempercepat pemulihan ekonomi dan meminimalisasi dampak

krisis di daerah, sasaran yang hendak dicapai:

a. Tingkat pengangguran dan jumlah penduduk miskin menurun;

b. erjaminnya ketersediaan barang-barang dan jasa kebutuhan pokok

masyarakat dengan harga yang terjangkau.

2) Tujuan meningkatkan akses lapangan usaha oleh pengusaha kecil,

menengah dan industri / kerajinan, perdagangan serta aneka jasa sesuai

dengan potensi lingkungannya yang berorientasi pasar, sasaran hendak

dicapai :

78

a. Meningkatnya kemampuan pengelolaan usaha kecil dan menengah

masyarakat, industri rumah tangga dan aneka jasa;

b. Terwujudnya peningkatan pertanian rakyat yang berbasis agribisnis;

c. Meningkatnya akses pemasaran bagi produksi usaha rakyat;

d. Meningkatnya jumlah masyarakat luas yang menjadi pelaku usaha

produksi/pengolahan, perdagangan dan aneka jasa;

e. Berkembangnya keterkaitan dan kemitraan usaha UKM dengan

pengusaha besar;

f. Meningkatnya akses terhadap teknologi informasi, dan diklat dari

setiap UKM.

3) Tujuan meningkatkan potensi dan peranan lembaga keuangan untuk

mendorong usaha ekonomi masyarakat, sasaran yang hendak dicapai:

a. Meninqkatnya peran dan fungsi koperasi serta lembaga keuangan

lainnya;

b. Meningkatnya akses permodalan melalui sistem distribusi yang

mudah dicapai ke masyarakat.

4) Tujuan mewujudkan peningkatan kontribusi sektor UKM terhadap

pengembangan ekonomi Kabupaten Bekasi, sasaran yang hendak dicapai:

a. Meningkatnya produksi dan produktivitas daerah;

b. Meningkatnya penyerapan tenaga kerja;

c. Meningkatnya investasi/tabungan masyarakat;

d. Meningkatnya kesejahteraan/pemberdayaan masyarakat.

5) Tujuan Mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan di daerah yang

berkeadilan. berdaya saing dan berkelanjutan, sasaran yang hendak

dicapai:

a. Pendapatan dan daya beli masyarakat meningkat;

b. Tumbuh berkembangnya usaha kecil, menengah dan koperasi yang

berdaya saing sebagai kekuatan utama ekonomi daerah;

c. Turunnya kesenjangan ekonomi daerah, baik secara demografis,

sektoral maupun spasial.

d. Terwujudnya keterkaitan usaha/industri yang saling menguntungkan

antara pelaku ekonomi;

6) Tujuan meningkatkan daya saing produk daerah dan produktivitas dunia

usaha serta sektor lainnya, sasaran yang hendak dicapai:

a. Tersedianya pusat latihan tenaga kerja;

b. Tersedianya fasilitas dan sarana pusat promosi;

79

c. Berkembangnya pusat perdagangan pasar tradisional dan pasar

desa;

d. Berkembangnya lembaga keuangan.

7) Tujuan mengembangkan akses informasi di bidang dunia usaha,

pelayanan publik dan sektor-sektor lainnya, sasaran yang hendak dicapai:

a. Terciptanya sistem informasi ilmu pengetahuan dan teknologi;

b. Berkembangnya jaringan informasi di berbagai bidang;

c. Terciptanya suatu sistem informasi simetrik bag! seluruh lapisan

masyarakat;

d. Tersedianya sistem dokumentasi yang berkembang.

8) Tujuan mengembangkan dan memanfaatkan sumber daya alam dan

lingkungan, serta potensi setempat bagi sebesar-besarnya kepentingan

masyarakat secara lestari, sasaran yang hendak dicapai:

a. Terlindunginya kawasan sumber daya alam;

b. Tercapainya kualitas lingkungan hidup yang bersih dan sehat, serta

terhindarnya degradasi kualitas lingkungan sesuai dengan ketentuan

yang berlaku;

9) Tujuan rienciptakan peningkatan kualitas lingkungan hidup serta

terkendalinya kualitas sumber daya alam, sasaran yang hendak dicapai:

a. Meningkatkan kesadaran masyarakat memelihara fungsi dan kualitas

sumber daya alam;

b. Terkendalinya kerusakan dan pencemaran lingkungan.

c. Terpenuhinya fasilitas dalam mewujudkan lingkungan yang serasi

(indah, aman dan nyaman);

3. Program

1) Program Pengembangan Agribisnis

2) Program Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil Menengah Melalui

Penguatan Modal dan Pemberian Kesempatan Berusaha

3) Program Peningkatan Prasarana dan Sarana Serta Layanan Dasar UKM

4) Program Penguasaan Informasi

5) Program Penerapan Teknologi Usaha Kecil dan Menengah

6) Program Peningkatan Kualitas SDM UKM

7) Program Peningkatan Investasi Penanaman Modal Bagi Para Investor

8) Program Kemitraan Usaha Kecil Menengah dengan Usaha Besar

9) Program Pengembangan Pariwisata

80

10) Program Pengembangan Usaha Perhutanan Rakyat Terpadu

11) Program Penyediaan Kebutuhan Pokok untuk Keluarga Miskin

12) Program Pengembangan Sistem Jaminan Sosial

13) Program Perluasan dan Pengembangan Kesempatan Kerja

14) Program Peningkatan Kesejahteraan Tenaga Kerja

15) Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja

16) Program Perlindungan Tenaga Kerja

17) Program Pengembangan Kewirausahaan

18) Program Peningkatan Kualitas Pelaku Industrial

19) Program Penataan dan Penguatan Basis Produksi dan Distribusi

20) Program Pengembanqan Ekspor

21) Program Peningkatan Diversifikasi Pangan

22) Program Pengembangan Kelembagaan Pangan

23) Program Pengembangan Sistem Distribusi dan Perdagangan

24) Program Peningkatan Peluang dan Daya Saing Bagi Usaha Kecil dan

Menengah dalam Usaha Perdagangan

25) Program Pembentukan Iklim Usaha yang Kondusif bagi Berkembangnya

Sistem Perdagangan dan Distribusi yang Efisien

26) Program Pengembangan Perusahaan Daerah

27) Program Pemeliharaan dan Perbaikan Prasarana dan Sarana Transportasi

28) Program Penguatan dan Peningkatan Prasarana dan Sarana Transportasi

29) Program Pembangunan Sistem Transportasi Terpadu

30) Program Peningkatan Peran Serta Swasta, dan Masyarakat

31) Program Pemeliharaan dan Perbaikan Prasarana dan Sarana Pengairan

32) Program Pengembangan dan Optimalisasi Prasarana dan Sarana Jaringan

Irigasi

33) Program Pengembangan dan Optimalisasi Prasarana dan Sarana Jaringan

Air Bersih

34) Program Peningkatan Pengendalian Banjir.

35) Program Pemeliharaan dan Perbaikan Prasarana dan Sarana Pos dan

Telekomunikasi

36) Program Pembangunan Sistem Pos dan Telekomunikasi Terpadu

37) Program Peningkatan Penerimaan Daerah

38) Program Peningkatan Efektivitas Pengeluaran

39) Program Peningkatan Tertib Administrasi Pengelolaan Keuangan Daerah

40) Program Pengembangan Kelembagaan Ekonomi Perdesaan

41) Program Pengembangan Sumber Daya Manusia

81

C. MEWUJUDKAN PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN SUPREMASI HUKUM YANG BERKEADILAN

1. Tujuan

Tujuan pembangunan yang hendak dicapai di bidang ini adalah :

1) Meningkatkan kinerja pelayanan pemerintah daerah kepada masyarakat

dan meningkatkan fungsi dan peran kelembagaan masyarakat;

2) Meningkatkan peranan aparatur pemerintah daerah sebagai

penyelenggara pemerintahan.

3) Mengupayakan pemberantasan praktek-praktek kompsi, kolusi dan

nepotisme di lingkungan penyelenggara pemerintah daerah.

4) Mewujudkan kepastian hukum, ketertiban, ketenangan dan ketentraman

masyarakat.

5) Menerapkan dan menegakan hukum secara konsisten.

2. Sasaran

Sasaran mewujudkan pemerintahan yang bersih, adalah :

1) Tujuan meningkatkan kinerja pelayanan pemerintah daerah pada

masyarakat dan meningkatkan fungsi dan peran kelembagaan

masyarakat, sasaran yang hendak dicapai:

a. Terwujudnya akuntabiltas penyelenggaraan pemerintahan;

b. Meningkatnya pengawasan dan tindak lanjut pengawasan;

c. Meningkatnya kualitas aparatur melalui pendidikan dan pelatihan;

d. Tersedianya sarana dan prasarana penunjang;

e. Tersusunnya sistem dan standarisasi pelayanan;

e. Meningkatnya fungsi dan peran kelembagaan masyarakat.

2) Tujuan meningkatkan peranan aparatur pemerintah daerah sebagai

penyelenggara pemerintahan, sasaran yang hendak dicapai:

a. Peningkatan kemampuan dan profesionalitas aparatur

b. Peningkatan pembinaan karir dan kesejahteraan

c. Peningkatan pelayanan kepada masyarakat

3) Tujuan mengupayakan pemberantasan praktek-praktek korupsi, kolusi dan

nepotisme di lingkungan aparatur pemerintahan, sasaran yang hendak

dicapai:

a. Pulihnya kepercayaan masyarakat terhadap aparatur

82

b. Terwujudnya efisiensi dan efektvitas penyelenggaraan pemerintahan

daerah

c. Penerapan sanksi dan penghargaan.

4) Tujuan mewujudkan kepastian hukum, ketertiban, ketenangan dan

ketentraman masyarakat, sasaran yang hendak dicapai:

a. Terpenuhinya produk hukum daerah sesuai kebutuhan;

b. Terwujudnya kepastian hukum bag! anggota masyarakat;

c. Tersosialisasinya produk hukum kepada masyarakat secara tepat

cepat dan akurat;

d. Terwujudnya masyarakat sadar hukum;

e. Terwujudnya ketaatan dan kepatuhan masyarakat pada peraturan-

peraturan hukum;

f. Terwujudnya kehidupan masyarakat yang tertib dan aman.

5) Tujuan Menerapkan dan menegakan hukum secara konsisten, sasaran

yang hendak dicapai:

a. Peningkatan kesadaran hukum masyarakat;

b. Peningkatan profesionalitas aparatur hukum;

c. Tersedianya sarana dan prasarana yang menunjang penegakan

hukum;

d. Peningkatan peran kelembagaan masyarakat dibidang hukum;

e. Peningkatan peran lembaga peradilan yang mandiri cepat & efesien.

3. Program

1) Pembinaan Penerapan dan Penegakan Hukum.

2) Peningkatan Pengawasan.

3) Peningkatan Kesejahteraan Aparatur.

4) Peningkatan kualitas Aparatur Pemerintah Kabupaten.

5) Peningkatan kualitas Anggota DPRD.

6) Peningkatan kualitas Personil Kelembagaan Masyarakat.

7) Program Penataan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan

8) Program Peningkatan Sumber Daya Manusia.

9) Program Peningkatan Pelayanan Publik.

10) Program Pengawasan Aparatur Pemerintah.

11) Program Penyusunan dan Pembentukan Peraturan Daerah.

12) Program Penyuluhan Hukum.

13) Program Pemberdayaan Lembaga Peradilan dan Lembaga Hukum.

14) Program Penerapan dan Penegakan Hukum.

83

E. MENINGKATKAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN SERTA KEHIDUPAN BERDEMOKRASI

1. Tujuan

Tujuan pembangunan yang hendak dicapai di bidang ini adalah :

1) Meningkatkan peran sistem keamanan swakarsa dan sistem keamanan

lingkungan

2) Meningkatkan fungsi dan peran satuan polisi pamong praja, pertahanan

sipil dan penyidik pegawai negeri sipil (PPNS).

3) Mengurangi timbulnya gejolak di bidang ekonomi, sosial, politik dan

keamanan.

4) Meningkatkan ketahanan masyarakat dari segala gangguan, ancaman,

tantangan dan hambatan.

5) Menciptakan kehidupan politik yang demokratis.

2. Sasaran

Sasaran meningkatkan keamanan dan ketertiban, kehidupan demokrasi

serta supremasi hukum, adalah :

1) Tujuan meningkatkan peran sistem keamanan swakarsa dan sistem

keamanan lingkungan, sasaran yang hendak dicapai:

Terwujudnya kekuatan masyarakat yang memiliki kemampuan dan

ketahanan secara swadaya aktif menanggulangi akibat malapetaka,

bencana alam dan lainnya.

2) Tujuan meningkatkan fungsi dan peran satuan polisi pamong praja dan

penyidik pegawai negeri sipil (PPNS), sasaran yang hendak dicapai:

Terwujudnya fungsi dan peran Satuan Polisi Pamong Praja dan Penyidik

Pegawai Negeri Sipil khususnya dalam penegakan Peraturan Daerah.

3) Tujuan mengurangi timbulnya gejolak di bidang ekonomi, sosial, politik,

dan keamanan, sasaran yang hendak dicapai:

a. Terbinanya partispasi masyarakat dalam penanggulangan masalah

sosial dan gejolak yang berkembang di masyarakat.

b. Terlaksananya langkah-langkah dalam menurunkan perilaku negatif

masyarakat.

4) Tujuan meningkatkan ketahanan masyarakat dari segala gangguan,

ancaman, tantangan dan hambatan, sasaran yang hendak dicapai:

Terbangunnya daya tangkal masyarakat yang tangguh dari segala

84

ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan yang bersifat langsung

maupun tidak langsung.

5) Tujuan menciptakan kehidupan politik yang demokratis, sasaran yang

hendak dicapai:

a. Terwujudnya penyaluran aspirasi politik masyarakat melalui partai

politik;

b. Meningkatnya peran dan fungsi DPRD dalam menampung dan

menyalurkan aspirasi masyarakat;

c. Meningkatnya kesadaran politik masyarakat;

d. Kesiapan penyelenggaraan Pemilihan Umum.

3. Program 1) Program Peningkatan Peran dan Fungsi Linmas

2) Program Meningkatkan Kehidupan Masyarakat yang Berdasarkan Adat

Istiadat Masyarakat Bekasi yang Luhur dan Agamis

3) Program Peningkatan Mobilitas, Kesiapsiagaan, Penyelamatan,

Rehabilitasi Terhadap Gangguan, Ancaman dan Bahaya

4) Program Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Perlindungan

Masyarakat.

5) Program Peningkatan Motivasi dan Kualitas Sumberdaya Manusia Satuan

Perlindungan Masyarakat.

6) Program Pengembangan Institusi Politik

7) Program Persiapan Penyelenggaraan Pemilihan Umum

8) Program Kaderisasi dan Seleksi Kepemimpinan Daerah

9) Program Peningkatan Partisipasi Politik

10) Program Pendidikan Politik

11) Program Transparansi dan Komunikasi Politik

12) Program Pengembangan Demokrasi

E. MEWUJUDKAN OTONOMI DAERAH YANG NYATA DAN BERTANGGUNG

JAWAB SERTA MENGEMBANGKAN KAPASITAS DAERAH

1. Tujuan

Tujuan pembangunan yang hendak dicapai di bidang ini adalah

1) Meningkatnya kualitas aparatur pemerintah daerah;

2) Meningkatkan kemampuan keuangan daerah;

3) Meningkatnya peran dan fungsi kelembagaan masyarakat;

4) Mewujudkan kemandirian dan keunggulan daya saing daerah;

85

5) Menyediakan prasarana fisik dan utilitas yang merata dan sesuai dengan

kebutuhan.

2. Sasaran Sasaran mewujudkan otonomi daerah yang nyata dan bertanggungjawab serta

mengembangkan kapasitas daerah, adalah :

1) Tujuan Meningkatnya kualitas aparatur pemerintah daerah, sasaran yang

hendak dicapai:

a. Meningkatnya prakarsa dan inovasi aparatur dalam memberikan

pelayanan kepada masyarakat;

b. Meningkatnya disiplin aparatur dan ketaatan terhadap peraturan;

c. Adanya perubahan perilaku dan pola pikir yang positif.

2) Tujuan meningkatkan kemampuan keuangan daerah, sasaran yang

hendak dicapai:

a. Terwujudnya intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan asli daerah;

b. Efesiensi dan efektivitas pembelanjaan keuangan daerah;

c. Makin tertibnya pengelolaan administrasi keuangan daerah.

3) Tujuan Meningkatnya peran dan fungsi kelembagaan masyarakat,

sasaran yang hendak dicapai:

a. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan;

b. Meningkatnya peran fasilitasi kelembagaan masyarakat dalam

memperjuangkan kepentingan masyarakat.

4) Tujuan mewujudkan kemandirian dan keunggulan daya saing daerah,

sasaran yang hendak dicapai:

a. Meningkatnya pengembangan potensi daerah;

b. Berkembangnya usaha ekonomi rakyat;

c. Terwujudnya pemerataan pertumbuhan wilayah.

5) Tujuan menyediakan prasarana fisik dan utilitas yang merata dan sesuai

dengan kebutuhan, sasaran yang hendak dicapai:

a. Tersedianya sarana dan prasarana serta utilitas yang memadai;

b. Terpeliharanya sarana & prasarana serta utilitas yg sudah tersedia.

3. Program

1) Program Peningkatan Efektivitas dan Efisiensi Sistem Pelayanan Umum

dan Pelayanan Masyarakat;

2) Program Pengembangan Kelembagaan Masyarakat;

86

3) Program Pembentukan dan Peningkatan Peran dan Fungsi Organisasi

Perangkat Daerah;

4) Program Peningkatan Kemampuan Keuangan Daerah;

5) Program Pembangunan Wilayah;

6) Program Kemitraan Swasta dan Pemerintah;

7) Program Peningkatan Kemampuan Aparat Pemerintah Daerah;

8) Program Pengembangan Kelembagaan Keswadayaan;

9) Program Pengembangan Kemandirian Politik Masyarakat;

10) Program Pembangunan Prasarana dan Sarana Layanan Dasar dan

Prasarana Publik Secara Terpadu;

11) Program Pemantapan Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan

Sumber Daya Alam;

12) Program Pengembangan Kapasitas Aparat Pemerintah dan Lembaga

Masyarakat.

F. LINGKUNGAN HIDUP DAN PENATAAN RUANG

1. Tujuan Tujuan pembangunan yang hendak dicapai dibidang ini adalah

1) Menciptakan tata ruang yang serasi dan seimbang;

2) Mewujudkan pembangunan yang mengacu pada penataan ruang;

3) Menciptakan kualitas lingkungan hidup serta terkendalinya kualitas

sumber daya alam.

2. Sasaran

Sasaran lingkungan hidup dan tata ruang, adalah :

1) Tujuan menciptakan tata ruang yang serasi dan seimbang, sasaran yang

hendak dicapai:

a. Tersedianya Peraturan Daerah yang mengatur tentang tata ruang;

b. Tersusunnya rencana tata ruang wilayah dan kawasan

tertentu/khusus yang dapat digunakan sebagai acuan dalam

pemanfaatan tata ruang.

2) Tujuan mewujudkan pembangunan yang mengacu pada penataan ruang,

sasaran yang hendak dicapai:

a. Tersosialisasikannya rencana tata ruang di masyarakat;

b. Terwujudnya kesadaran masyarakat terhadap Peraturan Daerah

tentang tata ruang;

87

3) Tujuan menciptakan kualitas lingkungan hidup serta terkendalinya

kualitas sumber daya alam, sasaran yang hendak dicapai:

a. Meningkatnya kesadaran masyarakat memelihara fungsi dan kualitas

sumber daya alam;

b. Terkendalinya kerusakan dan pencemaran lingkungan;

c. Terpenuhinya fasilitas lingkungan yang serasi (indah, aman dan

nyaman);

d. Penegakan hukum lingkungan.

3. Program

1) Program Perencanaan Tata Ruang

2) Program Pemanfaatan Tata Ruang

3) Program Pengendalian Tata Ruang

4) Program Pengelolaan Pertanahan

5) Program Pelestarian dan Pengendalian Lingkungan Hidup

6) Program Peningkatan Sarana Pengelolaan Lingkungan Hidup

7) Program Pengendalian Pencemaran

8) Program Rehabilitasi Lahan, Konservasi Tanah dan SDA

9) Program Penyehatan Lingkungan

10) Program Penataan Hukum dan Kelembagaan dalam Penataan Ruang,

Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup.

11) Program Peningkatan Tertib Administrasi Pertanahan.

12) Program Peningkatan Peran serta Masyarakat dalam Penataan Ruang,

Pengelolaan Sumber Daya Alam Lingkungan Hidup.

13) Program pengembangan dan peningkatan sistem informasi dan akses

informasi penataan ruang, sumber daya alam dan lingkungan hidup.

14) Program peningkatan efektifitas pengelolaan, konservasi, rehabilitasi

sumber daya alam dan lingkungan hidup.

15) Program pengendalian kerusakan dan pencemaran lingkungan.

88

BAB V PENUTUP

Program pembangunan daerah (PROPEDA) Kabupaten Bekasi tahun 2002-2006,

dibuat sebagai upaya memberikan penjabaran lebih lanjut dari Pola Dasar Pembangunan

dalam kurun waktu lima tahun kedepan, yang kemudian menjadi pedoman dalam

penyusunan Rencana Pembangunan Tahunan Daerah (REPETADA).

Landasan yang digunakan adalah Garis-garis Besar Haluan Negara,

Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-undang Nomor

25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah, Peraturan-

peraturan serta perundang-undangan lainnya dalam mendukung otonomi Daerah. Selain

itu kebijakan strategis Propinsi Jawa Barat serta Pola Dasar Pembangunan Kabupaten

Bekasi tahun 2002-2006.

Perencanaan program pembangunan daerah ini dalam operasionalnya, harus

dapat mengantisipasi perubahan dan atau kebutuhan serta pengembangan dinamika

masyarakat di Kabupaten Bekasi. Namun demikian tetap memperhatikan potensi baik

sumber daya alam, sumber daya manusia juga kemampuan yang dimiliki serta penguasaan

ilmu pengetahuan dan teknologi didasari mental dan moral yang baik.

Aspek-aspek yang menjadi fokus perhatian berkaitan dengan situasi dan kondisi

daerah yaitu ekonomi, politik, hukum, agama, pendidikan dan sosial budaya, termasuk

perwilayahan menjadi inti permasalahan yang harus dapat dipecahkan dan diselesaikan.

Pentingnya pembuatan suatu kebijakan publik yang berorientasi kepada kepentingan rakyat

banyak, dengan dilandasi nilai-nilai serta norma yang dimiliki adalah langkah objektif dan

mutlak untuk direalisasikan.

Selain itu, program pembangunan daerah ini diharapkan mampu mewujudkan

pembangunan yang dapat mengantisipasi era globalisasi, khususnya globalisasi ekonomi

dalam rangka memasuki pasar bebas, agar tidak ketinggalan oleh daerah lain dengan

menghasilkan suatu produk yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif serta nilai

tambah.

89

Keberhasilan pelaksanaan program pembangunan sangat tergantung kepada

peran pemerintah serta seluruh rakyat, dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, beriman

serta bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, juga tersedianya dana yang memadai

kinerja secara profesionalisme, penciptaan stabilitas politik serta penegakan hukum yang

adil.

Pelaksanaan pembangunan harus mampu mewujudkan tatanan kehidupan yang lebih

baik diberbagai lapisan masyarakat, sehingga melalui tahapan pembangunan dapat

tercapai kemajuan diberbagai bidang dengan meminimalkan tingkat kesenjangan di

masyarakat. Oleh karena itu konsep pembangunan yang terkandung dalam Propeda ini

menggunakan pendekatan partisipatif, yang lebih melihat rakyat sebagai subjek dan bukan

merupakan objek pembangunan. Hal ini sejalan dengan paradigma baru, yang mendekati

adanya keterbukaan/transfaransi yang diwujudkannya melalui demokratisasi diberbagai

bidang.

Ditetapkandi Bekasi pada tanggal 31 Desember 2001

BUPATI BEKASI

ttd

H. WIKANDA DARMAWIJAYA

Peraturan Daerah ini disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bekasi dengan Keputusan Nomor 34/Kep/170-DPRD/2001 tanggal 31 Desember 2001 Diundangkan di Bekasi Pada tanggal 8 Januari 2001

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2001 NOMOR 2 SERI D