23
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 4 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 4 TAHUN 2010 T E N T A N G PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BUTON, Menimbang : a. bahwa berhubung Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka Peraturan Daerah Kabupaten Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pajak Reklame, perlu ditinjau kembali dan disesuaikan; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu diatur dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1823); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2104); 3. Undang-Undang Nomor 17 tahun 1997 tentang Badan Penyelesaian Sengketa Pajak (Lembaran Negara 2 Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3684); 4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3686); 5. Undang-Undang Nomor 14 tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4189 ); 6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 7. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004, Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 9. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON Republik Indonesia … · Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik ... kepadatan pemanfaatan tata ruang untuk berbagai aspek kegiatan ... pokok

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTONNOMOR 4 TAHUN 2010

    PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTONNOMOR 4 TAHUN 2010

    T E N T A N G

    PAJAK REKLAME

    DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

    BUPATI BUTON,

    Menimbang : a. bahwa berhubung Undang-Undang Nomor 34 Tahun2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan RetribusiDaerah telah diubah dengan Undang-Undang Nomor28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan RetribusiDaerah, maka Peraturan Daerah Kabupaten Nomor 6Tahun 2006 tentang Pajak Reklame, perlu ditinjaukembali dan disesuaikan;

    b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud pada huruf a, perlu diatur danditetapkan dengan Peraturan Daerah.

    Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun Tahun 1959tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II diSulawesi (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1959 Nomor 74, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 1823);

    2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentangHukum Acara Pidana (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1981 Nomor 76, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2104);

    3. Undang-Undang Nomor 17 tahun 1997 tentang BadanPenyelesaian Sengketa Pajak (Lembaran Negara

    2Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 40,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 3684);

    4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentangPenagihan Pajak dengan Surat Paksa (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 42,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 3686);

    5. Undang-Undang Nomor 14 tahun 2002 tentangPengadilan Pajak (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2002 Nomor 27, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4189 );

    6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentangKeuangan Negara (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2003 Nomor 47, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

    7. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentangPembentukan Peraturan Perundang-undangan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4389);

    8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004, Nomor 125, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhirdengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008tentang Perubahan Kedua Atas Undang-UndangNomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4844);

    9. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentangPerimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat danPemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik

  • 3Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

    10. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang PajakDaerah dan Retribusi Daerah (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1997 Nomor 130,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5049);

    11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentangPengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4578);

    12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentangPembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,Pemerintahan Propinsi dan Pemerintahan DaerahKabupaten/Kota (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2007 Nomor 82, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

    13. Peraturan Daerah Kabupaten Buton Nomor 4 Tahun2004 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah(Lembaran Daerah Kabupaten Buton Tahun 2004Nomor 4)

    Dengan Persetujuan Bersama

    DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BUTONdan

    BUPATI BUTON

    MEMUTUSKAN :

    Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PAJAKREKLAME

    4BAB I

    KETENTUAN UMUMPasal 1

    Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :1. Daerah adalah Kabupaten Buton;2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Buton;3. Kepala Daerah adalah Bupati Buton;4. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang Pajak Daerah

    sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;5. Pajak Reklame yang selanjutnya disebut pajak adalah pajak atas

    penyelenggaraan reklame;6. Reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan

    corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan,menganjurkan, mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umumterhadap barang, jasa, orang, atau badan, yang dapat dilihat, dibaca,didengar, dirasakan, dan/atau dinikmati oleh umum;

    7. Penyelenggara Reklame adalah orang pribadi atau badan yangmenyelenggarakan usaha reklame baik untuk dan atas namanya sendiriatau untuk dan atas nama pihak lain;

    8. Nilai Strategis Lokasi Reklame adalah nilai yang ditetapkan pada titiklokasi pemasangan reklame berdasarkan kriteria sudut pandang dankepadatan pemanfaatan tata ruang untuk berbagai aspek kegiatandibidang usaha;

    9. Nilai Jual Objek Pajak Reklame yang selanjutnya disingkat NJOPRadalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual belipengadaan/jasa reklame yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidakterdapat transaksi jual beli, NJOPR ditentukan melalui perbandinganharga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atauNJOP pengganti;

    10. Badan adalah sekumpulan orang atau modal yang merupakan kesatuan,baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yangmeliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya,badan usaha milik negara atau daerah dengan nama dan dalam bentukapapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,

  • 5perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atauorganisasi sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap, dan bentuk badanlainnya;

    11. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat,dalam Masa Pajak, dalam Tahun Pajak, atau dalam Bagian Tahun Pajaksesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakandaerah;

    12. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SPTPD,adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkanpenghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukanobjek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan perpajakan daerah;

    13. Surat Setoran Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SSPD adalahsurat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melakukan pembayaranatau penyetoran pajak yang terutang ke Kas Daerah atau ke tempat lainyang ditetepkan oleh Kepala Daerah;

    14. Surat Ketetapan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalahSurat Keputusan yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak yangterutang;

    15. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar yang selanjutya disingkatSKPDKB adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlahpajak yang terutang, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaranpokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah yamg masih harusdibayar;

    16. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar ambahan, yangdiselanjutnya disingkat SKPDKBT, adalah surat keputusan yangmenetukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetepkan;

    17. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya disingkatSKPDLB, adalah surat keputusan yang menentukan jumlah kelebihanpembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar dari pajak yangterutang atau tidak seharusnya terutang;

    18. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, yang selanjutnya disingkat SKPDN,adalah surat keputusan yang menentukan jumlah pajak yang terutangsama besarnya dengan jumlah kredit pajak, atau pajak tidak terutang dantidak ada kredit pajak;

    619. Surat Tagihan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat STPD, adalah

    surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi administrasi berupabunga dan atau denda;

    20. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatanterhadap Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat KetetapanPajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak DaerahLebih Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, atau terhadappemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan olehWajib Pajak;

    21. Putusan Banding adalah putusan Badan Penyelesaian Sengketa Pajakatas banding terhadap Surat Keputusan Keberatan yang diajukan olehWajib Pajak;

    22. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari,mengumpulkan, dan mengelolah data dan atau keterangan lainnya dalamrangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiba perpajakan daerahberdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakandaerah;

    23. Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan daerah adalahserangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai NegeriSipil, yang selanjutnya disebut penyidik, untuk mencari sertamengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindakpidana dibidang perpajakan daerah yang terjadi serta menemukantersangkanya.

    BAB IINAMA, OBYEK DAN SUBYEK PAJAK

    Pasal 2

    (1) Dengan nama Pajak Reklame dipungut pajak atas setiappenyelenggaraan reklam;

    (2) Objek Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah semuapenyelenggaraan reklame, meliputi:a. Reklame papan/billboard/videotron/megatron dan sejenisnya;b. Reklame kain dan sejenisnya;c. Reklame melekat, stiker;

  • 7d. Reklame selebaran;e. Reklame berjalan, termasuk pada kendaraan;f. Reklame udara;g. Reklame apung;h. Reklame suara;i. Reklame film/slide; danj. Reklame peragaan.

    (3) Tidak termasuk sebagai objek Pajak adalah:a. penyelenggaraan Reklame melalui internet, televisi, radio, warta

    harian, warta mingguan, warta bulanan, dan sejenisnya;b. label/merek produk yang melekat pada barang yang

    diperdagangkan, yang berfungsi untuk membedakan dari produksejenis lainnya;

    c. nama pengenal usaha atau profesi yang dipasang melekat padabangunan tempat usaha atau profesi diselenggarakan sesuai denganketentuan yang mengatur nama pengenal usaha atau profesitersebut;

    d. reklame yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau PemerintahDaerah; dan

    e. penyelenggaraan Reklame lainnya yang ditetapkan oleh KepalaDaerah.

    Pasal 3(1) Subjek Pajak adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan

    Reklame.(2) Wajib Pajak adalah orang pribadi atau Badan yang menyelenggarakan

    Reklame.(3) Dalam hal Reklame diselenggarakan sendiri secara langsung oleh

    orang pribadi atau Badan, Wajib Pajak adalah orang pribadi atauBadan tersebut.

    (4) Dalam hal Reklame diselenggarakan melalui pihak ketiga, pihak ketigatersebut menjadi Wajib Pajak.

    8BAB III

    DASAR PENGENAAN, TARIF DAN CARA PERHITUNGAN

    Pasal 4

    (1) Dasar Pengenaan Pajak adalah nilai sewa reklame.(2) Dalam hal Reklame diselenggarakan oleh pihak ketiga, Nilai Sewa

    Reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan berdasarkannilai kontrak Reklame.

    (3) Dalam hal Reklame diselenggarakan sendiri, Nilai Sewa Reklamesebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung dengan memperhatikanfaktor jenis, bahan yang digunakan, lokasi penempatan, waktu, jangkawaktu penyelenggaraan, jumlah, dan ukuran media Reklame.

    (4) Dalam hal Nilai Sewa Reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (2)tidak diketahui dan/atau dianggap tidak wajar, maka Nilai Sewa Reklameditetapkan dengan menggunakan faktor-faktor sebagaimana dimaksudpada ayat (3).

    (5) Cara perhitungan Nilai Sewa Reklame sebagaimana dimaksud pada ayat(3) dinyatakan dalam bentuk tabel dasar pengenaan pajak sebagaimanatercantum dalam lampiran yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerahini.

    Pasal 5

    Besaran Tarif pajak ditetapkan dengan kategori sebagai berikut:a. Untuk wilayah Ibu Kota Kabupaten Buton tarif pajak ditetapkan sebesar

    25% (dua puluh lima persen);b. Untuk wilayah diluar Ibu Kota Kabupaten Buton tarif pajak ditetapkan

    sebesar 20% (dua puluh persen).

    Pasal 6

    Besaran pokok Pajak yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarifsebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dengan penjumlahan Nilai Starategisdan NJOPR pada tabel dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalamPasal 4 ayat (5).

  • 9BAB IV

    WILAYAH PEMUNGUTANPasal 7

    (1) Pajak yang terutang dipungut di wilayah daerah tempat pemasanganreklame.

    (2) Pemungutan Pajak tidak dapat diborongkan.

    BAB VMASA PAJAK DAN SAAT PAJAK TERUTANG

    Pasal 8

    Masa pajak sama dengan jangka waktu penyelenggaraan reklame yang dihitungsetiap satu bulan kalender yang menjadi dasar bagi wajib pajak untukmenghitung, menyetor, dan melaporkan pajak terutang.

    Pasal 9

    Saat p Pajak terutang dimulai pada saat penyelenggaraan reklame.

    BAB VISURAT PEMBERITAHUAN PAJAK DAERAH

    Pasal 10(1) Setiap wajib pajak wajib mengisi SPTPD.(2) SPTPD sebagaimana dimaksud Pada ayat (1) harus diisi dengan jelas,

    benar dan lengkap serta ditandatangani oleh Wajib Pajak ataukuasanya.

    (3) SPTPD sebagaimana dimaksud Pada ayat (1), harus disampaikankepada Kepala Daerah selambat-lambatnya 15 (lima belas) harisetelah berakhirnya masa pajak.

    (4) Bentuk,isi dan tata cara pengisian dan penyampaian SPTPD ditetapkanoleh Kepala Daerah.

    10BAB VII

    PENETAPAN PAJAK

    Pasal 11

    (1) Berdasarkan SPTPD sebagaimana dimaksud Pasal 10 ayat (1), KepalaDaerah menetapkan pajak terutang dengan menerbitkan SKPD.

    (2) Bentuk, isi dan cara penerbitan SKPD sebagaimana dimaksud padaayat (1) ditetapkan oleh Kepala Daerah.

    Pasal 12

    (1) Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah saat terutangnya pajak,Kepala Daerah dapat menerbitkan;a. SKPDKB dalam hal:

    1) jika berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain, pajakyang terutang tidak atau kurang di bayar;

    2) jika SPTPD tidak disampaikan kepada Kepala Daerah dalamjangka waktu tertentu dan setelah ditegur secara tertulis;

    3) jika kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yangterutang dihitung secara jabatan.

    b. SKPDKBT apabila ditemukan data baru dan atau data yang semulabelum terungkap yang menyebabakan penambahan jumlah pajakterutang;

    c. SKPDN apabila jumlah pajak yang terutang sama besarnya denganjumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kreditpajak.

    (2) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf a angka 1) dan angka 2) dikenakansanksi admistrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan danpajak yang kurang atau terlambat di bayar untuk jangka waktu palinglama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak.

  • 11(3) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKBT

    sebgaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dikenakan sanksiadministratif berupa kenaikan sebesar 100 % ( seratus persen );

    (4) Kenaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak dikenakanapabila Wajib Pajak melaporkan sendiri sebelum melakukan tindakanpemeriksaan;

    (5) Jumlah pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagaimana dimaksudpada ayat (1) huruf a angka 3, dikenakan sanksi administratif berupakenaikan sebesar 25 % (dua puluh lima persen) dari pokok pajakditambah sanksi administratif berupa bunga sebesar 2 % (dua persen)sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untukjangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejaksaat terutangnya pajak.

    Pasal 13

    (1) Kepala Daerah dapat menebitkan STPD apabila:a. Pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar;b. Dari hasil penelitian SPTPD terdapat kekurangan pembayaran

    sebagai akibat salah tulis dan atau salah hitung;c. Wajib Pajak dikenakan sanksi administratif berupa bunga dan atau

    denda.(2) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam STPD sebagaimana

    dimaksud Pada ayat (1) huruf a dan huruf b ditambah dengan sanksiadministratif berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) setiap bulanuntuk paling lama 15 ( lima belas ) bulan sejak saat terutangnya pajak.

    (3) Pajak yang terutang menurut SKPDKB dan SKPDKBT yang tidakatau kurang dibayar setelah jatuh tempo pembayaran dikenakan sanksiadministratif berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan, ditagihmelalui STPD.

    12BAB VIII

    TATA CARA PEMBAYARAN PAJAK

    Pasal 14

    (1) Setiap Wajib Pajak, wajib membayar Pajak yang terutangberdasarkan SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat(1) yang dibayar sendiri oleh Wajib Pajak atau Kuasanya.

    (2) Pembayaran pajak yang terutang dilakukan di Kas Daerah melaluiDinas Pendapatan atau pada Bank yang ditunjuk oleh Kepala Daerah.

    (3) Pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukandengan menggunakan SSPD.

    (4) Bentuk, jenis, isi, ukuran SSPD, dan tata cara pembayaran serta tanggaljatuh tempo pembayaran pajak terutang ditetapkan oleh KepalaDaerah.

    Pasal 15

    (1) Pembayaran pajak yang terutang harus dilakukan sekaligus atau lunas.(2) Pajak yang terutang dilunasi selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak

    diterbitkan SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat KeputusanPembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan Putusan Banding yangmenyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah.

    (3) Kepala Daerah atas permohonn Wajib Pajak setelah memenuhipersyaratan yang ditentukan dapat memberikan Persetujuan kepadaWajib Pajak untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajakdengan dikenakan bunga sebesar 2 % (dua persen sebulan.

    (4) Tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran angsuran danpenundaan pembayaran pajak diatur dengan Peraturan Kepala Daerah

  • 13BAB IX

    TATA CARA PENAGIHAN PAJAK

    Pasal 16

    (1) Pajak yang terutang berdasarkan SKPDKB, SKPDKBT, STPD, SuratKeputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dan KeputusanBanding yang tidak atau kurang dibayar oleh Wajib Pajak padawaktunya, dapat ditagih dengan Surat Paksa

    (2) Penagihan pajak dengan Surat Paksa dilaksanakan berdasarkanperundang-undangan yang berlaku.

    BAB XKEBERATAN DAN BANDING

    Pasal 17

    (1) Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada KepalaDaerah atau pejabat yang ditunjuk atas suatu :a. SKPDb. SKPDKB;c. SKPDKBT;d. SKPDLB;e. SKPDN;f. Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan

    ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia disertai

    alasan-alasan yang jelas.(3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga)

    bulan sejak tanggal surat, tanggal pemotongan atau pemungutansebagaimana dimaksud pada ayat (1), kecuali jika Wajib Pajak dapatmenunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karenakeadaan di luar kekuasaannya.

    14(4) Keberatan dapat diajukan apabila Wajib Pajak telah membayar paling

    sedikit sejumlah yang telah disetujui Wajib Pajak.(5) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) tidak dianggapsebagai Surat Keberatan sehingga tidak dipertimbangkan.

    (6) Tanda penerimaan surat keberatan yang diberikan oleh Kepala Daerahatau pejabat yang ditunjuk atau tanda pengiriman surat keberatanmelalui surat pos tercatat sebagai tanda bukti penerimaan suratkeberatan.

    Pasal 18

    (1) Kepala Daerah dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan,sejak tanggal Surat Keberatan diterima, harus memberi keputusan ataskeberatan yang diajukan.

    (2) Keputusan Kepala Daerah atas keberatan dapat berupa menerimaseluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah besarnya pajakyang terutang.

    (3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewatdan Kepala Daerah tidak memberi suatu keputusan, keberatan yangdiajukan tersebut dianggap dikabulkan.

    Pasal 19

    (1) Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepadaPengadilan Pajak terhadap keputusan mengenai keberatannya yangditetapkan oleh Kepala Daerah.

    (2) Permohonan banding sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukansecara tertulis dalam bahasa Indonesia, dengan alasan yang jelas dalamjangka waktu 3 (tiga) bulan sejak keputusan diterima, dilampiri salinandari surat keputusan keberatan tersebut.

    (3) Pengajuan permohonan banding menangguhkan kewajiban membayarpajak sampai dengan 1 (satu) bulan sejak tanggal penerbitan PutusanBanding.

  • 15Pasal 20

    (1) Jika pengajuan keberatan atau permohonan banding dikabulkansebagian atau seluruhnya, kelebihan pembayaran pajak dikembalikandengan ditambah imbalan bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulanuntuk paling lama 24 (dua puluh empat) bulan.

    (2) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung sejakbulan pelunasan sampai dengan diterbitkannya SKPDLB.

    (3) Dalam hal keberatan Wajib Pajak ditolak atau dikabulkan sebagian,Wajib Pajak dikenai sanksi administratif berupa denda sebesar 50 %(lima puluh persen) dari jumlah pajak berdasarkan keputusan keberatandikurangi dengan pajak yang telah dibayar sebelum mengajukankeberatan.

    (4) Dalam hal Wajib Pajak mengajukan permohonan banding, sanksiadministratif berupa denda sebesar 50% (lima puluh persen)sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak dikenakan.

    (5) Dalam hal permohonan banding ditolak atau dikabulkan sebagian,Wajib Pajak dikenai sanksi administratif berupa denda sebesar 100 %(seratus persen) dari jumlah pajak berdasarkan Putusan Bandingdikurangi dengan pembayaran pajak yang telah dibayar sebelummengajukan keberatan.

    BAB XIPEMBETULAN, PEMBATALAN, PENGURANGAN KETETAPAN

    DAN PENGHAPUSAN ATAU PENGURANGAN SANKSIADMINISTRATIF

    Pasal 21

    (1) Kepala Daerah karena jabatan atau atas permohonan Wajib Pajakdapat membetulkan SKPD, SKPDKB atau SKPDKBT atau STPD yangdalam penerbitannya terdapat kesalahan tertulis, kesalahan hitung danatau kekeliruan dalam penerapan peraturan perundang-undanganperpajakan daerah.

    16(2) Kepala Daerah dapat:

    a. mengurangkan atau menghapuskan sanksi administratif berupabunga, denda, dan kenaikan pajak yang terutang menurut peraturanperundang-undangan perpajakan daerah, dalam hal sanksi tersebutdikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karenakesalahannya;

    b. mengurangkan atau membatalkan SKPD, SKPDKB, SKPDKBTatau STPD, SKPDN atau SKPDLB yang tidak benar;

    c. mengurangkan atau membatalkan STPD;d. membatalkan hasil pemeriksaan atau ketetapan pajak yang

    dilaksanakan atau diterbitkan tidak sesuai dengan tata cara yangditentukan; dan

    e. mengurangkan ketetapan pajak terutang berdasarkan pertimbangankemampuan membayar Wajib Pajak atau kondisi tertentu objekpajak.

    (3) Tata cara pengurangan atau penghapusan sanksi adminsitrasi danpengurangan atau pembatalan ketetapan pajak sebagaimana dimaksudpada ayat (2) diatur dengan Peraturan Kepala Daerah.

    BAB XIIPENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

    Pasal 22

    (1) Atas kelebihan pembayaran pajak, Wajib Pajak dapat mengajukanpermohonan pengembalian kepada Kepala Daerah secara tertulisdengan menyebutkan sekurang-kurangnya:a. Nama dan alamat Wajib Pajak;b. Masa pajak ;c. Besarnya kelebihan pembayaran pajak;d. Alasan yang jelas.

    (2) Kepala Daerah dalam jangka waktu paling lama 12 (ua belas) bulansejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran

  • 17pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memberikankeputusan.

    (3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilampauiKepala Daerah tidak memberikan keputusan, permohonanpengembalian kelebihan pembayaran pajak dianggap dikabulkan danSKPDLB harus diterbitkan dalam waktu paling lama 1 (satu) bulan.

    (4) Apabila Wajib Pajak mempunyai utang pajak lainnya, kelebihanpembayaran pajak sebagaimana dimaksud Pada ayat (2) langsungdiperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang pajak dimaksud.

    (5) Pengembalian kelebihan pembayara pajak dilakukan dalam waktupaling lama 2 (dua) bulan sejak ditebitkannya SKPDLB.

    (6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan setelahlewat waktu 2 (dua) bulan sejak diterbikannya SKPDLB, KepalaDaerah memberikan imbalan bunga sebesar 2 % ( dua persen) sebulanatas keterlambatan pembayaran kelebihan pajak.

    Pasal 23

    (1) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak diajukansecara tertulis kepada Kepala Daerah sekurang – kurangnya denganmenyebutkan:a. Nama dan alamat Wajib Pajak;b. Masa pajak;c. Besarnya kelebihan pembayaran pajak;d. Alasan yang jelas.

    (2) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak disampaikansecara langsung atau melalaui pos tercatat.

    (3) Bukti penerimaan oleh Pejabat Daerah atau bukti pengiriman postercatat merupakan bukti saat permohonan diterima oleh Kepaladaerah.

    18Pasal 24

    (1) Pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan denganmenerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak.

    (2) Apabila kelebihan pembayaran pajak diperhitungkan dengan utangpajak lainnya, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (4)pembayarannya dilakukan dengan cara pemindah bukuan dan buktipemindah bukuan juga berlaku sebagai bukti pembayaran.

    BAB XIIIKADALUWARSA PENAGIHAN

    Pasal 25

    (1) Hak untuk melakukan penagihan Pajak menjadi kedaluwarsa setelahmelampaui waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak saat terutangnyaPajak, kecuali apabila Wajib Pajak melakukan tindak pidana di bidangperpajakan daerah.

    (2) Kedaluwarsa penagihan Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)tertangguh apabila:a. diterbitkan Surat Teguran dan/atau Surat Paksa; ataub. ada pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak, baik langsung

    maupun tidak langsung.(3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran dan Surat Paksa sebagaimana

    dimaksud pada ayat (2) huruf a, kedaluwarsa penagihan dihitung sejaktanggal penyampaian Surat Paksa tersebut.

    (4) Pengakuan utang Pajak secara langsung sebagaimana dimaksud padaayat (2) huruf b adalah Wajib Pajak dengan kesadarannya menyatakanmasih mempunyai utang Pajak dan belum melunasinya kepadaPemerintah Daerah.

    (5) Pengakuan utang secara tidak langsung sebagaimana dimaksud padaayat (2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuranatau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh WajibPajak.

  • 19Pasal 26

    (1) Piutang Pajak yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untukmelakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan.

    (2) Tata cara penghapusan piutang Pajak yang sudah kedaluwarsasebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan PeraturanKepala Daerah.

    BAB XIVPEMBUKUAN DAN PEMERIKSAAN

    Pasal 27

    (1) Wajib Pajak yang melakukan usaha dengan omzet paling sedikit Rp300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) per tahun wajibmenyelenggarakan pembukuan atau pencatatan.

    (2) Kriteria Wajib Pajak dan penentuan besaran omzet serta tata carapembukuan atau pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)diatur dengan Peraturan Kepala Daerah.

    Pasal 28

    (1) Kepala Daerah berwenang melakukan pemeriksaan untuk mengujikepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dalam rangkamelaksanakan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.

    (2) Wajib Pajak yang diperiksa wajib:a. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan,

    dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yangberhubungan dengan objek Pajak yang terutang;

    b. memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruanganyang dianggap perlu dan memberikan bantuan guna kelancaranpemeriksaan; dan/atau

    c. memberikan keterangan yang diperlukan

    20(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemeriksaan Pajak diatur

    dengan Peraturan Kepala Daerah.

    BAB XVINSENTIF PEMUNGUTAN

    Pasal 29

    (1) Instansi yang melaksanakan pemungutan Pajak dapat diberi insentifatas dasar pencapaian kinerja tertentu.

    (2) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkanmelalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

    (3) Tata cara pemberian dan pemanfaatan insentif sebagaimana dimaksudpada ayat (1) berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

    BAB XVIKETENTUAN KHUSUS

    Pasal 30

    (1) Setiap pejabat dilarang memberitahukan kepada pihak lain segalasesuatu yang diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajakdalam rangka jabatan atau pekerjaannya untuk menjalankan ketentuanperaturan perundang-undangan perpajakan daerah.

    (2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku juga terhadaptenaga ahli yang ditunjuk oleh Kepala Daerah untuk membantu dalampelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakandaerah.

    (3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) danayat (2) adalah:a. Pejabat dan tenaga ahli yang bertindak sebagai saksi atau saksi ahli

    dalam sidang pengadilan;b. Pejabat dan/atau tenaga ahli yang ditetapkan oleh Kepala Daerah

    untuk memberikan keterangan kepada pejabat lembaga negara atauinstansi Pemerintah yang berwenang melakukan pemeriksaandalam bidang keuangan daerah.

  • 21(4) Untuk kepentingan Daerah, Kepala Daerah berwenang memberi izin

    tertulis kepada pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan tenagaahli sebagaimana dimaksud pada ayat (2), agar memberikanketerangan, memperlihatkan bukti tertulis dari atau tentang WajibPajak kepada pihak yang ditunjuk.

    (5) Untuk kepentingan pemeriksaan di pengadilan dalam perkara pidanaatau perdata, atas permintaan hakim sesuai dengan Hukum AcaraPidana dan Hukum Acara Perdata, Kepala Daerah dapat memberi izintertulis kepada pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dantenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (2), untuk memberikandan memperlihatkan bukti tertulis dan keterangan Wajib Pajak yangada padanya.

    (6) Permintaan hakim sebagaimana dimaksud pada ayat (5) harusmenyebutkan nama tersangka atau nama tergugat, keterangan yangdiminta, serta kaitan antara perkara pidana atau perdata yangbersangkutan dengan keterangan yang diminta.

    BAB XVIIPENYIDIKAN

    Pasal 31

    (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan PemerintahDaerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukanpenyidikan tindak pidana di bidang perpajakan daerah, sebagaimanadimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

    (2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pejabat pegawainegeri sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkatoleh pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

    (3) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau

    laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakanDaerah dan Retribusi agar keterangan atau laporan tersebutmenjadi lebih lengkap dan jelas;

    22b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang

    pribadi atau Badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukansehubungan dengan tindak pidana perpajakan Daerah;

    c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau Badansehubungan dengan tindak pidana di bidang perpajakan Daerahdan Retribusi;

    d. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengantindak pidana di bidang perpajakan Daerah dan Retribusi;

    e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan buktipembukuan, pencatatan, dan dokumen lain, serta melakukanpenyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

    f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugaspenyidikan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah danRetribusi;

    g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkanruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsungdan memeriksa identitas orang, benda, dan/atau dokumen yangdibawa;

    h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidanaperpajakan Daerah dan Retribusi;

    i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksasebagai tersangka atau saksi;

    j. menghentikan penyidikan; dan/atauk. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan

    tindak pidana di bidang perpajakan Daerah dan Retribusi sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    (4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukandimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannyakepada Penuntut Umum melalui Penyidik pejabat Polisi NegaraRepublik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalamUndang-Undang Hukum Acara Pidana

  • 23BAB XVIII

    KETENTUAN PIDANA

    Pasal 32

    (1) Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan SPTPDatau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkanketerangan yang tidak benar sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal10 ayat (1) sehingga merugikan keuangan Daerah dapat dipidanadengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau pidana dendapaling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak ataukurang dibayar.

    (2) Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD ataumengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkanketerangan yang tidak benar sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal10 ayat (1) sehingga merugikan keuangan Daerah dapat dipidanadengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau pidana dendapaling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak ataukurang dibayar.

    Pasal 33

    Tindak pidana di bidang perpajakan daerah tidak dituntut setelah melampauijangka waktu 5 (lima) tahun sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnyaMasa Pajak atau berakhirnya Bagian Tahun Pajak atau berakhirnya TahunPajak yang bersangkutan.

    Pasal 34

    (1) Pejabat atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Kepala Daerah yang karenakealpaannya tidak memenuhi kewajiban merahasiakan halsebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) dan ayat (2) dipidanadengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan pidana dendapaling banyak Rp. 4.000.000,- (empat juta rupiah).

    (2) Pejabat atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Kepala Daerah yangdengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau seseorang yangmenyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban pejabat sebagaimanadimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana

    24kurungan paling lama 2 (dua) tahun dan pidana denda paling banyakRp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah).

    (3) Penuntutan terhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dan ayat (2) hanya dilakukan atas pengaduan orang yangkerahasiaannya dilanggar.

    (4) Tuntutan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)sesuai dengan sifatnya adalah menyangkut kepentingan pribadiseseorang atau Badan selaku Wajib Pajak atau Wajib Retribusi, karenaitu dijadikan tindak pidana pengaduan.

    Pasal 35

    Denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32, dan Pasal 34 ayat (1) dan ayat(2) merupakan penerimaan negara.

    BAB XIXKETENTUAN PERALIHAN

    Pasal 36

    Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku, Pajak yang masih terutangberdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Nomor 6 Tahun 2006 tentangPajak Reklame masih dapat ditagih selama jangka waktu 5 (lima) tahunterhitung sejak saat terutang.

    BAB XXKETENTUAN PENUTUP

    Pasal 37

    Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah KabupatenNomor 6 Tahun 2006 tentang Pajak Reklame dinyatakan dicabut dan tidakberlaku lagi.

  • 25

    Pasal 3E

    Hal-hal yang belunn diatur datam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenaipelaksanaannya akan diatur dan ditetapka'r lebih lalrjut oleh Kepala Daerah

    Pasat 39

    Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

    Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengun&ngan PeraturanDaerah ini dengan penempstannya dalam Lembaran Daerah KabupatenButon.

    Ditetapkan di Pasarwaj opadatanggal 4 Oktober 2010

    BUPATI BUTON,

    CAP / TTD

    In H. LM. SJATEI KAIIAR

    Diundangkanpadatanggal

    dalam Lembaran Daerah Kab.Buton7 Oktober 2010

    Muda,IV/c231 199008. l 004

    DAEMH KABUP.ATEN BWON

    .i ii,'.. Yj i r

    2OIO NOMOR 4

  • 26LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KABIUPATEN BUTON

    NOMOR : 4 TAHUN2010T.ANCGAL : 4 OKTOBER2010TENTANG : PAJAK REKLAME

    TABEL DASAR PENCENAA}I PAJAK

    Jenis Roklame Kelas Jalan Nilai Strateois /Rnr N.l rlp p2 3 4

    Reklame Bilboard Z megauon I aansejenisnya

    A.UTAMAAB

    60.000 / Thn45.0tt0/ Thn

    200.000a42iThn20O.0001tr42/Thn

    Reklamc papan dan sejenisnya A.UTAMAAB

    3O.000 / Thn25,000 / Thn

    7O.000/M2/Thn

    Reklamc Kain- Spanduk / Umbul-umbul, Banner

    dan sejenisnya"

    ' Baliho

    A.UTAMAABC

    A.UTAMAABC

    10.000/ Thn7.500/ Thn5.000 / Thn

    5O.00O/ Thn35.000/ Thn20.000 / Thn

    15.00CIM2/Thn15.000/M2lThn15.@0/M2lThn

    J0.000/M2iThn5O.00O/M2lThn50.000/tv12lThn

    I Reklame selebaran, melekaa@iker) d;sejenisnya

    L000/Lbr/Bln 4.000/Lbr/Thn

    I Rekame Bedalan :- Mobil- Sepeda Motor dan sejenisnya- Gerobak dan seienisnya

    300.000 / Thn50,000 / Thn25.000 / Thn

    50O000/BuahlTh200.O00iBuahlThl0O ffWRrrch/Th

    6, Reklame Udara / Apung 500.000/Bh/Bl 75.00OlBuah/Bth

    l, Reklamo Suara 50.000 / hr 100.000 / hrt, Reklame Film / Slide 2.500 / Mnt 10,000 /Mnt

    t, Reklamc Peragaan 15Or000 lxPrg 600,000 lltronjrn

    :=

  • ,'i..1 PENJELASANPERATTIRAN D,{ERAH KAB{,JPATEN BUTON

    NOMOR 4 TAHUN 2O1OTENTA}IG

    PAJAK RNKLAMf,

    T]MUM

    Untuk menyukseskan penlelen,ggsraan pem€rintahan, Undang-undang memberilcan kewenangan kepada Daerah untuk melakukanpunguton kepada masyarakat dalam bentuk Pajak dan Retribusisebagaimana diatur dalam Undarrg-Undang Nomor 18 Tahun 1997llntuog Pajak Dleralr dan Rctribusi Daerrh yang diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 'lahun 2000. Sesuai dengan Undang-Undang tersebut,Dagrah kebupaten{

  • r: f

    i"i,r'-l f' { m t",H-li' fr'f{ll'1 i,li i,4, i i'J. :i}{i/,,;.i IlF]l:,t r.'.'i ;il.;: ,'r 1 $r:r(r

    ij;ijl. i4l jl :-,\, j lr itllld{t.; /i

    r )!4fi f i'4.J {

    i'*ru'r,6y'.i51 i$,, i.*!{{

    B{i rJ t{t

    '.;t'lr:1.' i .iJ: flfl;itrr,iit,.,rl it,.tilJr;ll!i?lil{ilttl {.1:_ !,.,;,q..jr,r.,t_ilfl iltrlt.i ii;1,..i;r,;1 i.,,,, ;,lti jirri ;il.i:;rr{ I ,. l;;,r:rj{ llt:t4;iitit .,rr:,1 n:,,,i,"1tr!4tg,ll $iifttil/l11,'i': ;,*i;t-r,rl l, i: ,i*,ij.,l ,lillrnr."rl "lsirlb ,{ri.d..iri,,,.tiiri ri.ls;rl$r{ i.r rti'i'l iri,9i*ii "ll

    -,;:iirirl.4 ri,,.r1,,. L',,*l,r,i L'.",t,,.. -.,+..1;1.

    iltf Jf iltJ 11 ir.$ri!,r{lt't'r.,. i :l;ll

    , i,,;,,1:*i{ {;i:jJ,li;itr } 'r.i; 1!i,,ilj.ii.dltlti/tri .tUFl}fri i .ilii;f_,ru1i iluttr,;ir: .l+.1

    rli:i.r{!ir"rl., };i;:ii:lii:,. flii;i:,,; f.! '.r,lrii,lJtfi fi*l: t,.,r*.*l{l a,,l:.i{j ;;5; llrl l (JiJt,}l]1;f:i';t;qj.ii1.;ri itt,Jil|lu:':,jl:..ri: iii '. itiil rlr;1,,ti,l I.l;ltti,iil$r! u!gt..-.1: i,,rij{r; il; l,J;trll}t}-!.;rr,rhflli' ti*j;,,i,J:,-'il ri i.jtrriir .;;,;;, 'i'1-rq,{ lil;d*-f' l i .,r,frrr ..{ .,;l;;itir;,f .; .tif}ffi,J'.;,,rir;ol i;rlr;.rc i],,rirrr,.i 1r.,i,;iljr, rri"r,ri r-lllt!! rrur{*'! : i, .rr,tilr ri ;nr::l;Ir,,J

    28Feraturan Daerah ini telah merqiuk pada undang.undang Nomor28 Tahun 20.' dan mencabut perah*an Daerah tiabupaten ButonNomor 6 Tahun 2006. Dengan berlakunya peratil- Daerah ini

    "d4*"ptut, dapat- meningkatkan kemanapuan Daerah *tot .**biayaikebutuhan pengelueran yang jumlahnya semakin besar karena didaramPeraruran O*{,-ti1,"r*pat peningl@tan O* p".f**, obyok pajakReklame tennasuk- rekra'e apuig. nI pt*-lri,r";;r"; Daorarr iniakan memb-r*"i]!:l"stian bagi iu"yaraot dan iunia *un" yong padagilirannya diharapkan dapat rnJninek;,tk* k"*udo;;6"r"k , dala'

    memenuhi kewaj iban perpajakannya.

    tr PASAL DEMI PASAL

    Pasal I

    Cukup jelas.

    Pasal 2

    Cukup jelas.

    pasal 3

    Cukup jelas.

    Pasal 4

    Cukup jelas.

    Pasnl S

    Cukup jelas.

    Pasal 6

    Cukup

    Pasal 7

    Cukup jelas.

    1 r ';;;i .t'1. ti:.r.i,:rlttri;iJ ::r:i,.t;r.i r. ..;,r i..'l

  • i,O

    lli{ftii;4:lniililtl}-:-:11,;btii,f ..;,gq ritj'iiir1:}r.r riti r ilti glti::",*r{l li$tt}.ts.rgqt;ft;ltrfl ;i';ifi{1::rill'l ,ls l"-'; r''l i.i]'n: ti;\}tl h;"il;*n.uft riijh ;j{} .- *lrdnl';rti ilii:;*{J fls'i!ftfirg(l ,i1,ni}"fEfr^} j1i i,:r.rjrj:,.iJ .}{} }l: rritl}ni r} IOrj'lvl;irilri',,'r{t;ig11, r r{*r:fi{i Jg1;';i1i,r1ir'l::rJ n,i,itn*.g*i,r..rrn i*:;r;.[i n*,irueli;bil, ti{r:j'*iJ:ries{l ni ,llni:re firnrlr;liI:*,tjrrri/ rr!;tDril.}gfi..t,l ri;'r;i$t;*r'....rJo fl0,,,rJiiil}fj tiii,;Jt tr,ligo; r,r;ritrrrn 1q;qgifu.3l ;rti ;lmt,::{i trrr'tullrirti tklr*r.;dl (r$'r{JlJ:'t$q ,,iirii ;iur{iq iiJ :. nu :f:: 3l,t$l;i:ry ,lx,esril}tt Lr{ilil|,,t.r*q lrii: r $I1*nt' r-ilr.,h i,.;i., !*;iur',,,.1.,sigs; i,.1i'il r*riies";iir:rl rcgJi i,;drir.r${trrlrit,fu ;fr/ifi"i[v.?f: rr llfilEb*i:l*i lil;,J,,lr{6rtiltt'n rl;r,iifu i,iiriilrr"is],i:fr ij,rfl{l:,i'ii

    .[ .,;ij..'l ffi-r,.941 "],t,tA

    ,t*li;'.,i_ t?i;riili )

    fl{

    :ti;i,.,1. r,rrJlJi-i

    ;*i::i ql:,,iu')

    - i:li i ',i ;- r-!ri;,lu'-i

    4 i:rl,r${

    .;i,ui.-'i"q;;,{;;' }

    r) l{.esq'

    QIr;{ul.}

    t tifis,q.rii::.,it;;:;.lltl l

    Pasal 8 29

    Cukup jelas.

    Ftsal 9

    Cukup jelas.

    Pasal 10

    Ayat(l)

    Ketenruan ini. memberikan kepercayaan kepada wajib pEiakuntuk menghitrrng *omporhitungkan, -menbaiar, ia"melap.rkan s€ndiri pqiak yang rerutang &ngan meriggunekanSPTPD.

    Ayat (2)

    Cukup jelas.

    Ay*(3)Cukup jelas.

    Ayat (4)

    Cukup jelas.

    Posal I I

    Cukup jelas.

    Pasal 12

    Keteirtuan ini mengafur penerbitan surat k'tetapan pqiak atas pqiakyang dibayar sendiri. penerbitan surat ketetaian peid( aitujufiankupucu wajib Pajak tertentu yang disebabkan

    -oleh'ketiaatuenaran

    dalam p€ngisrr sprpD atau kanena ditemukannya aaia-irsr.ar riu*dilaporkan oleh Wajib pajak.

    Ayat (t)Ketentuan ini memberi kewenangan kepada Kepala Daerahuntuk dapnt me,nerbitkan SKpDKb, SKPDKBT afuu SKPONhanya terhadap kasus-kasus tertentu, dengan pu*.tu* t"inhanya terhadap wqiib pa.iak tertentu yang nyata-nyata atau

  • t

    tL.rl

    ll

    I,

    :.

    iI

    4

    30

    berdasarkan hasil pemeriksaan tidak memenuhi kewajibanformal dan/atau kewajiban material.

    Contoh:

    t. Seorang Wqiib Pajalc tidak menyampaikan SPTpD padatahun pajak 2009. Setelah ditegur dalam janeka waktutertentu juga belum nenyampaikan SPTPD, rnaka dalamjangka waktu paling lama 5 (ima) tahun Kepala Daerahdapnt menerbitkan SIffDKB atas pajak yang terutang.

    2. Seorang Wajib Pajak menyampaikan SPTPD pada tahunpqiak 2009. Dalam jangka walctu paling lama 5 (lindtahuq ternyata dari hasil pemeriksaan SPTpD yrurgdisampaikan tidak bsrrar. Atas pajak yang terutang yangkurang bayar tersebut Kepalo Daerah dapat menerbitkanSKPDKB ditambah dengan sanksi administatif,

    3. Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam contoh yangtelah diterbitkan SKPDKB, apabila dalam janeka waktupaling lama 5 (lima) tahun sesudah pqiak yang terutangditernukan data banr dan/atau data ynng semula belumterungkap y,ang menyebabkan penambatran jumlah pajakyang terutang Kepala Daerah dapat menerbitkanSKI}DKBT.

    4. Wajib Pqiak bordasar.kan hasil pemeriksaan Kepala Daerahternyata jumlah pajalt yang terutang sama besarnya denganjumlah kredit pajak anu pajak tidak terutang dan tidak adakredit pajak, Kepala Daeratr dapat menerbitkan SKpDN.

    Huruf a

    Arrgka i)Cukrp jelas.

    Augka 2)

    Cuknp jelas.

    Argka 3)

    Yang dimaksud dengan 'openetapan pqiak secarajabatan' adalah penetapan besarnya pajak terutmgyang dilakukan oleh Kepala Daerah atau pejabat

  • :tri\t

    !,: ,i i

    i ::,,j

    t, 1

    ll.li, i J' .itiJ.1, I

    ti

    I ,r :,

    ' '":. ) t.l::.

    .;"; j' . i

    : :::: llt::. ) : '

    i;.11: '.: , ;,-;,r

    I i.'I ]i1 i

    ,i;

    .r! t i

    t,

    31

    yang dituqiuk berdasarkan data yang ada atauketerangan lain yang dimiliki oleh Kepala Daerahatau Pejabat yang ditunjuk.

    Huruf b

    Cukup jelas

    Huruf s

    Cukup jelas

    Ayat (2)

    Ketentuan ini mengatur s:rnksi terhadap Wajib pajak yangtidak memenuhi kewajiban perpajakannya yaitu mengenakansanksi adrninistatif berupa bunga sebesar Zo/o (dua persen)sebulan dari peiak yang tidak atau terlambat dibayar untukjangka waktu palirig larna 24 (dua puluh ennpa| bulan ataspqiak yang tidak atau terlambat dibayar. Sanksi administuatifberupa bunga dihitung sejak saat terutangnya pajak sampaidengan ditenbitkannya SKPDKB.

    Ayat (3)

    Dalam hal Wqiib Pajak tidak memenuhi kewajibanperpajakannya sebagaimana dimaksud pada eyat (l) huruf b,ynrtu deqgan ditemukannya data baru darlatau darta yangsernula belum terungkap yang berasal dari hasil p.m"rik umsehingga pqiak yang terutang bertambeh, maka terhadap WajibPqiak dikr:nakan sanksi adrninishatif berupa kenaikalr 100gir(seratus persen) dari jurnlah kekurangan pajak. Sanksiadministratif ini tidak rlikenakan apabila Wajib pajakmelaporkannya s€belum diadakan tindakan pemeriksaan.

    Ayat (4)

    Cukup jelas

    Ayat (5)

    Drlam hal Wajib Pajak tidak memenuhi kewajibanperpajakannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf aangka 3), yaitu Wajib P6jak tidak mengisi SpTpD yangseh,arusnya dilakukanny4 dikenakan sanksi administuatif

    ii.

    lt,; , ,

    i: 1i

    '1 ,r ), ':

  • itrf'llii !,iii;i ilffuiY r-:;.!ci"rilr.lri);,(l rririql.X r1:,, iri

    ile,l'il)tirlin${i **i_rr*}rh ;jtr,,1i,irlirlib g*t'.' rrii;! rri.,r;ti'tilllJ

    .;,i r: i*tr ii li tr. I l::'r I iirlf ;;';,ii iJ:.;li.l

    rl:l.ri_ti,,*i

    rr'rrji,rj',r.r''-i itltlt,'.r'rt'rrti l:1,;' ,:itl':N i riil'+',/ | , r

    rJ iri i{:

    '., irli.rllanlr;i_, r: Lr,ir.i

    ll) lr;,,-l

    't::,iir ,{i,,+t{l rliil ''i i{i;i}fitl}.,1 41,11,'rldq ltrlii.r"t'*rll lril ;1ggrs1}.:;."{il.ijririslrris{{t rJi;;,r fi.f

    "rrTr iriifiq3s* nridiit*,:"',.i irrlun ,ir:l* ifr i.,i}

    in*l"t*rg i,;l;b] tirf 16t*:;dsi ngrirrr$ ,;."1tJ1.)rf 'lilmirini'tr,;8 i,:i l,'a.[.t}f]rr1.,, tu{i;}r } i"lrsrlrrJ rtiijr.i ;i.; ,1, Eit$q ,lci*.tr ;r 1r tr,;iiJ.i}?..r;l$ r'!slilri {Jritrir:r r{ufuq t,libi i,;" nnrr;l 1.lI; il*r1 $l,{,.;".r 'tifu rti'itrrl rilrilrib* itJasP , i;; ,1 ,'il[,,' :r;rh,iniltt rl$]$ ,l$.|)iJ ilnr;r iir]irirrir..r1rrl;,i,t .':r;ilq c',1:411il|ul',r J*ec ;i,.iru -irn;liilib i'l{ irlr! ,-:qu,',,J

    . 1'1.)l1 l' i :ld r;'J i1llgr tiit- I ii.r ri*gt r:.ii-r{;-l jryl

    rtllti r;{ l.r. it:r:itl {i} }s'1r, i;bc,i br:*;,liitnili'1,1.*rftilillt,;?e fiv;.:ii;",lr,i*:q '',1,;.)r,,1 $,,t:li $1Jt! r t,;h 1j"t$$ {i{r;i} ; j'rr1}f:1|t.r,.i1,rlil.} !'rr;,r1r.rf} {ri,ifri-'"pn{i'r:tlrgq li;:t.:l i'ril}i lr:**n$d :{rh,'f q$jdg rir"rtuJ {il ,l:4"1 riluriii}{j;li|*W qr,:'reri'**! tr..i'rrr -rls,:iifrnfl?tf :',rntu't5! 1l{,1,.'{;t$i'rr4 s*€fti,ir.,'1li){1 I r,'l;;i*r:*ii urlu"t*rJ 'li 'i;r}pinirri,t ia;tnll rtl,ll;,;.r.,[il.i iiri, ';'li.,innf. lr;ru:q :l.Ii$itiri"ttl i'r,l ti;il:riili. irnli ifE:r.t,,t; iilrfi' ri,)..i:i;i'1 .r in'q , lidritiii rtiJtlils,{ri) ;Jlliir iiii t rr, i,';:irtirr.iio

    .e -rrir;'li'r*rr':.:{l nJ;lul lt;} ll*.dnirrih irr:ll ,"i*a j'; {l,it:"i't. :ir"l ,tr

    1i i )Lr 1l

    ' ui,ri" 'rirrl^3

    t;:i fi;'r/rifrdii,iri'r i :i1131,1lg19;5s .l:;uil irli-fr$ rirtr,ir{/ f ,;ll rnsi,;r, Ir; ir.rruil i l] li]/{, ntlt;r1 i.r'it$trr,rib $rt$tftifj.t:r.;ql'-r;l $V;:,rs:{*ieqlu'glilli;/ tj'l'i{trfl i;.irrr.:rrrr .,irii:ir Jriir,il rlii* rrli*.q .{[ $:J:,;rl$

    'l i:l ljli ir l ir r,r; i;;:,ln c.r i, r;Jrn._r' i b "s'qrll,:;1t; l;;liL n qire;ni.;il :ri

    32

    berupa kenaikan pajak sebesar 25o/o (&a puluh lima person)dari pokok pajak yang teruang.

    Dalam kasus ini, Kepala Daerah menetapkan pajak yangtorutang secara jabatan melalui pensrbitan SKPDKB.

    Selain ffinksi adminisfatif berupo kenaikan sebesar 25% (dtnpuluh linra persen) dari pokolr pajak yang tenrtang jugadikenakan sank$i administuatif benrpa bunga sebesar 2o/o (finperssn) sebulan dihitung dari pajak yang kurang ainu terlambatdibayar untuk jangka lvaktu palhg lana24 (dua puluh empaQbulan.

    Sanksi administatif berupa bunga dihitung sejak saattenrtangnya pajak sampai dengan diterbitftnonya IIKPDKB.

    Pasal 13

    Cukup jelas.

    Pasal 14

    Cukupjelas.

    Pasal 15

    Cukup jelas.

    Pasal 16

    Cukup jelas.

    Pasal 1?

    Ayat (1)

    Cukup jelas.

    Pasal 18

    Cukup jelas.

    Pasal 19

    Cukup jelas.

  • ,;,;,,-rO ,irfiir rfuriiu{ 1,i}i ,;.i'A:. $ri"}{:is,j :ilriir4 rcJir*n:..;t *qtn.,:d.grlrji:t; .rJ ljnrir i,rii-li'.{ Jql",!u,.q i.r,,,ih

    .tffi;; ;{g;r,* i'$,{r}rilft :}rrt dg:lrr;{l cl, rlrl .inj erJtll, ,nsll;{}.*.;"i{}{l

    ",tri :rr:!irhin,_,,q irrlnNvr,i {rrilsrir,, rn*:y:a Irr$}u"ir}l.;tlh I ,tit{:i 'lr:,r,,.rd*i. nr..,ii*rr*;,1 1;,-i ,,'1";4r,}iinr}ai*irn,it ie;4nn,r iliit|#liil"i. JL{lIi.itl'r;i qrieq:,i*i_r;q

    ',,.iir,rrr i.ilir i*:a,,;q ri;rlii rlni,.lCl;;*l i .riti "ri-li','r-ie;: $g5i;iJ ,ir.{iJ:r;l }ilr::raigln*fu# i.lrien lsJ:,1:r;ij!,,trurj;inlisi ur;l$ gruill.r.' ;;nnr Jl:;nq illib r;lrutirlib rr.sIur],_.,u i{iiJir"ri{'fritiri,:: '{l;{uT *lif:} b1 rinlr,,i :ljjliilq rlti;,ir,rtr uJgnr:i .[lltrfr; il rgtiir

    Pasal2o 33

    Cukup jelas.

    Pasal 2lCukup jelas.

    Pasal 22

    Cukupjelas.

    Pasal 23

    Cukup jelas.

    Pasal 24

    Cukup jelas.

    Pasal 25

    Cukup jelas.

    Pasal 26

    Cnkup jelas.

    Pasal 27

    Cukup jolas.

    Pasal 28

    Cukup jelas.

    Pasal 29

    Ayat (l)Yang dima*sud dengan "insansi yang melaksanekanrymygu$o' adqlah dinaVbadft/lembaga yang tugas p,rkokdan fungsinya melaksanakan perumgutan najat aanfteuuusi.

    Ayat (2)

    Pemberfran besarnya insentif dilekukan melalui pembahasanyang dilakukan oleh pernerintah Daeratr dengan alot

    tffriP ;ieisa :{flutir{iir ngnuri{lJf}q: ; e n.grrnr,,rlid'ririfr,

    ntl ird

    ,i{filr?.i }ilnr"l":il.rirri.r*,alrr*ij:3 $ ]ti i iflif't Ir + "{i:1:i,q {iyf l,t]iili}ilr, sl

    jj I lliag4".:iri",,1qil "iti'j

    :- [ lt;lln{lrr;h j. qrriui)

    :: i li;,.:;ti.'rrii',i, n'r *1r1")

    ,)i I*ilri(i.; r; i ',. i. q,r du' )

    r I i1 21...

    {!} l,rr/r""q;11 ,1kJi; )

    rl i lnPu:(i.,:*l:l qrr ,llr')

    i) I hie*{iini..ri.cl r,,hl.l

  • iil l*,:r:rlariloi q r;ir:i-)

    i1' lse*{i

    ,*l*i- qrr;ir-r')

    ',9 ll ,rc',

    , agi:.,i. qrr,iu')

    : | [Fgs;'r.a*lr.ri- clri;ll:?

    if lsas(i,:xl*[. 11"Ju'.t

    ,::s ir r#,lalli. qrt itu')

    ,.'i. lt *ri(r

    ,ui:,i. ,1r:,,,11"r .i

    iI itllr(t.e*l'ii.q;:.{u "}

    ,41 lliel:('

    zlii*| qrldrr')

    r.ll lr,ri;{r

    ( i ! le'rlryB;fil$i;1.,iiil:,:t't j"iriF; , irr!#J,.riu" ils:rl,9t} btrnJe*nih gri,i /{a;i,.r'i1 ;}A$i tfidi,{ l:rr,riqlrri:l\r:rii.r1;i.i\3;3;1:il ilulsit ;! ' nljJu:j,!ilr*?rJ.iair'Jitj.r$ trt,fi ;icil;{i rrt;hJ,1{il;:!i3q rifi;}l;r;$r;igf:ur c,lrtiaEfi;rtr rut:

    {li ":{Airrl;;lf!frqll*rr,ci iuislwi il*iiJlirliil |ilrtl;,.iri ri{r{.!;ir9r.f fic,i,.;,rtrrrit(l

    i;;ir: ll*Srr',ll rj$lefit i i{r*}niTerrr*{ ilulr, i.g;ftr;.[niii. gr;$ {

    kelengkapan Dewan perwakilanmembidangi masalah keuangan.

    Ayat(3)Cukup Jelas.

    Fasal 30

    Cuku,p jelas.

    Pasal3l

    Cukup jelas.

    Pasal 32

    Cukup jolas.

    Pasal 33

    Cukup jelas.

    Pasal 34

    Ayat(1)

    Pengenaan pidana kufun$n dan pidana denda kepada pejabatteflsgi ahli.yang dit,4i,lk oleh Kepala Dserarr dimr*iuakanuntr* merfamin bahwa keraftasiaan rnengenai p"rp"irf.*daerah tidak akrn diboritahukan kgnada pilrit i*io,i.s" as*w3jiu pqiak dalam rnernberikan adt" arii r."i"ffiri, t"eilr"pejabor mengouai porpajakan daerah tidak ragu-;;-s{

    -

    Ayat(2)

    Cukup jolas.

    Ayat (3)

    Cukup jolas.

    Ayat (4)

    Cukup jelas.

    Pasal 36

    Cukup jelas.

    34

    Rakyat Daerah yang

  • i' i:

    :.rfrf.'. tlrilr ,.-l :1.;z..iilH trgii;.{nvrrlr$ flt;,irst,l *r:r}$;'Jfrii9.{. t rfi:., 1t fi , i .r ;,1 {l r:rti; r,itTt i gnti:,, irlrn'*fri

    li) r"'1'l'.er{*r 'itr'iti }

    i.il- lr**{,

    ' zrill i qr: "lg',t

    , [.. {i ,,ritl

    'e{rili q;'iis-}

    I I ll:rg({rli!;i. 11,, J1;']

    i'-1.. lt;'r.t;('

    . "+ii',, j_ gr;,,1r. )

    ir{. ii.ll{1

    i l) r*rA,rggJ,;1r.ir1 irfrtx;r:.1 r,,,;,,;,1.. 'i{riit}ir{ il$h rrfig;1{1-tiJl ijrr{r,}}i{l r{fiJ:iili$ti.}{,r{i;i.}}ttllr{fliir rln'r:r*{r nlorls} rltlo Jr,iltrr:tttr g,r;r'q ilill ngor'r}tt!;;,r;i..1{{l3t{ il,nslt'{lfi:;: rir:$ia rl$:'t{}J ro.'ilfitj f;i;'r1o'ir,,urt, Julrirr1il.{ii; ritrli. .grir;l ,{',iIt irf.rriilrJ r{:tt,fisli'irKjil,. 6r nr; :l;;1",i, iru:,,;l.r,;l;e ir.l frfillii,iit$i',j I',ii i;:nh

    '1;ji'1grlc r:ilt rfiEli:ti ,furi-r;il i!!i;:'At

    .l':rril"if t{i't ftliir, ilnr'-r*h rr$r.l ;iljqlsq i',it'3.*fl;)m lrirl*ir}q

    lll! i r' 'ar;l:i :iuiri')

    { r_} i ;4h

    ';nl*' :rrl;'lr;'")r{ ,\ ir:,/,1,

    .rfilli1 r;lrlu'J

    rll. fu,uiiil

    .l*i*i-qrr,iu )

    Pasal 37

    Cukup jelas.

    Pasal 38

    Cukup jelas.

    Pasal 39

    Cukup jelas.

    TAMBAIAN LEMBAMN DAERAXI KABT]PATEN BWON NOMOR J

    35

    PERDA NO. 4 TAHUN 2010 TTG PAJAK REKLAME.pdfLamp. No. 4 thn 2010.pdf