23
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR : 03 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : a. bahwa sungai sebagai sumber air sangat penting fungsinya dalam pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat dan meningkatkan pembangunan; b. bahwa kabupaten diberi kewenangan untuk mengelola sungai dan drainase berdasarkan ketentuan Pasal 16 Undang- Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Sungai dan Drainase; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun No 4010); 3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412); Undang ……………..

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG …industrikabtangerang.com/administrator/file/download/indag_r...Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007

  • Upload
    phamdan

  • View
    224

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

NOMOR : 03 TAHUN 2010

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

NOMOR 03 TAHUN 2010

TENTANG

PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANGERANG,

Menimbang : a. bahwa sungai sebagai sumber air sangat penting fungsinya

dalam pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat dan

meningkatkan pembangunan;

b. bahwa kabupaten diberi kewenangan untuk mengelola sungai

dan drainase berdasarkan ketentuan Pasal 16 Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

dalam huruf a dan huruf b perlu membentuk Peraturan

Daerah tentang Sungai dan Drainase;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang

Pembentukan Provinsi Banten (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun No 4010);

3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya

Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4412);

Undang ……………..

-2-

4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4427);

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapakali terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008, tentang perubahan kedua atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

7. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3445);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan barang milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); Sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan barang milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4604);

Peraturan ……………..

-3-

10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang

Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,

Pemerintahan Daerah Propinsi dan Pemerintahan Daerah

Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4737);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang

Pedoman organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 tentang Tata

Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah, (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 112, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4761);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang

Pengelolaan Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2008 Nomor 82, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4858);

14. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun

2008 tentang Dewan Sumber Daya Air;

15. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun

2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor ,

Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur;

16. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 12 Tahun

2006 tentang Garis Sempadan (Lembaran Daerah Kabupaten

Tangerang Tahun 2006 Nomor 12, Tambahan Lembaran

Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 1206);

17. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 3 Tahun

2008 tentang Perubahan Ke dua atas Peraturan Daerah

Kabupaten Tangerang Nomor 3 Tahun 1996 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang;

Dengan ……………..

-4-

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANGERANG

dan

BUPATI TANGERANG

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN

SUNGAI DAN DRAINASE

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Pemerintah pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik

Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945

2. Daerah adalah Kabupaten Tangerang.

3. Pemerintah Daerah adalah Bupati, dan perangkat daerah sebagai unsur

penyelenggara pemerintahan daerah.

4. Bupati adalah Bupati Tangerang.

5. Dinas adalah dinas yang membidangi pengelolaan sungai dan drainase.

6. Setiap orang adalah orang perseorangan , korporasi , badan usaha baik yang

berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum ;

7. Sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran air

mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta

sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan.

8. Wilayah Sungai adalah kesatuan wilayah tata pengairan sebagai hasil

pengembangan satu atau lebih daerah pengaliran sungai.

9. Bantaran Sungai adalah lahan pada kedua sisi sepanjang palung sungai dihitung

dari tepi sampai dengan kaki tanggul sebelah dalam.

10. Bangunan Sungai adalah bangunan yang berfungsi untuk perundungan,

pengembangan, penggunaan dan pengendalian sungai.

Air ……………….

-5-

11. Air adalah semua air yang terdapat di dalam atau berasal dari sumber-sumber

air baik yang terdapat di atas maupun di bawah permukaan tanah, tidak

termasuk dalam pengertian ini air yang terdapat di laut.

12. Sumber-sumber air adalah tempat-tempat dan wadah-wadah air baik yang

terdapat di atas maupun di bawah permukaan tanah.

13. Garis sempadan sungai adalah garis batas luar pengamanan sungai.

14. Tanggul adalah bangunan pengendali sungai yang dibangun dengan

persyaratan teknis tertentu untuk melindungi daerah sekitar sungai terhadap

limpahan air sungai.

15. Drainase adalah tempat atau wadah serta jaringan pengaliran buatan yang

fungsinya sebagai tempat pembuangan kelebihan air dengan dibatasi kanan dan

kirinya oleh tanggul atau tidak bertanggul serta sepanjang pengalirannya

dibatasi oleh garis sempadan.

16. Pengelolaan sungai dan drainase adalah upaya merencanakan, melaksanakan,

memantau, mengevaluasi penyelenggaraan pemeliharaan, rehabilitasi,

peningkatan, penataan, pemanfaatan air, sumber-sumber air.

17. Rencana pengelolaan sungai dan drainase adalah hasil perencanaan secara

menyeluruh terpadu yang diperlukan untuk menyelenggarakan sungai dan

drainase.

18. Perencanaan adalah suatu proses kegiatan untuk menentukan tindakan yang

akan dilakukan secara terkoordinasi dan terarah dalam rangka mencapai tujuan

pengelolaan.

19. Pengamanan sungai dan drainase adalah upaya mengendalikan fungsi dari sisi

kualitas dan kuantitas serta daerah sempadannya yang disebabkan oleh daya

rusak air, hewan, atau oleh tindakan manusia.

20. Kerjasama pengelolaan sungai dan drainase adalah kerjasama antara Pemerintah

Pusat, Pemerintah Daerah, Pemerintah Desa dengan Badan Usaha, Lembaga

Sosial, perorangan dalam pelaksanaan merencanakan, melaksanakan,

memantau, mengevaluasi penyelenggaraan pemeliharaan, rehabilitasi,

peningkatan, penataan, pemanfaatan air dan sumber-sumber air.

21. Pengelola sungai dan drainase adalah institusi yang diberi wewenang untuk

melaksanakan pengelolaan sungai dan drainase.

Pasal ……….

-6-

Pasal 2

Lingkup pengaturan sungai mencakup perlindungan, pengembangan, penggunaan,

dan pengendalian sungai, baik sungai alam maupun sungai buatan, danau, dan

waduk.

Pasal 3

Sungai dan sumber-sumber air lainnya dikelola secara menyeluruh, terpadu, dan

berwawasan lingkungan hidup dengan tujuan mewujudkan kemanfaatan sungai

yang berkelanjutan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Pasal 4

Sungai mempunyai fungsi sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi yang

diselenggarakan dan diwujudkan secara selaras.

BAB II

WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB

Pasal 5

(1) Wewenang dan tanggung jawab pengelolaan sungai dan drainase berdasarkan

kesatuan sungai di Daerah berada pada Pemerintahan Daerah yang

pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas.

(2) Selain wewenang dan tanggung jawab pengelolaan sungai dan drainase

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah Daerah melakukan tugas

pembantuan yang dilimpahkan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Provinsi.

Pasal 6

Wewenang dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 meliputi :

a. penetapan kebijakan pengelolaan sungai, sumber air, dan drainase;

b. penetapan pola pengelolaan sungai pada wilayah sungai;

c. penetapan rencana pengelolaan sungai pada wilayah sungai;

d. penetapan dan pemberian izin atas penyediaan, peruntukan, penggunaan,

dan pengusahaan Sungai pada wilayah sungai

e. penetapan dan pemberian izin penyediaan, peruntukan, penggunaan, dan

pengusahaan air tanah;

f menjaga efektivitas, efisiensi, kualitas, dan ketertiban pelaksanaan

pengelolaan Sungai pada wilayah sungai;

g. pemberdayaan para pemangku kepentingan dalam pengelolaan Sungai,

dalam rangka membangun kepedulian terhadap pelestarian sungai dan

drainase;

pendayagunaan ……….

-7-

h. pendayagunaan Sungai pada wilayah sungai;

i. pengendalian daya rusak air yang berdampak skala daerah; dan

j. penyelenggaraan sistem informasi Sungai.

Pasal 7

Pelaksanaan wewenang dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6,

meliputi:

a. merencanakan dan memfasilitasi perencanaan Pola Pengaturan Air, mulai dari

sistem jaringan drainase yang berada di lingkungan perumahan penduduk

pedesaan, perumahan penduduk perkotaan, dan kawasan industri sampai

dengan sistem jaringan drainase utama dan/atau sistem sungai;

b. menyusun, mengesahkan perencanaan menyeluruh dan atau memberi izin

perencanaan dan perencanaan teknis tata pengaturan air;

c. mengatur, mengesahkan dan melaksanakan atau bekerja sama dalam

perencanaan dan penyusunan pola pengaturan tata air;

d. berkoordinasi dalam rangka mengelola dan mengembangkan daya dukung

kemanfaatan air, sumber air dan wadah air dengan Pemerintah dan/atau

Pemerintah Daerah Provinsi; dan

e. melaksanakan, pemanfaatan, penataan, pengamanan dan pengendalian daya

rusak air. monitoring dan evaluasi pelaksanaan pengelolaan perlindungan,

pelestarian, pengembangan

BAB III

PENGELOLAAN SUNGAI

Bagian Kesatu

Perlindungan dan Pelestarian Sungai

Pasal 8

(1) Perlindungan sungai ditujukan untuk melindungi dari sisi kualitas dan

kuantitas air berdasarkan daerah pengalirannya yang secara hidrologis mengalir

dari hulu sampai ke hilir.

(2) Setiap orang dilarang membuang sampah baik berbentuk zat padat, zat cair,

maupun sejenisnya ke dalam sungai yang dapat mengakibatkan terganggunya

kualitas air dan sumber air.

Pasal ………

-8-

Pasal 9

Pelestarian sungai ditujukan untuk keberlanjutan ketersediaan sumber air, dilakukan

dengan konservasi vegetasi pada daerah aliran sungai, revitalisasi sungai, drainase,

dan pembuang secara terencana dan terpadu.

Bagian Kedua

Pengamanan Sungai

Pasal 10

(1) Dinas sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya, menyelenggarakan

upaya pengamanan sungai dan daerah sekitarnya yang meliputi :

a. pengelolaan daerah aliran sungai;

b. pengendalian daya rusak air; dan

c. pengendalian pengaliran sungai.

(2) Pengamanan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kegiatan-

kegiatan:

a. pembuatan dan pemasangan papan larangan, papan informasi, dan

pendataan sungai aset pemerintah daerah;

b. pemeriksaan secara berkala melalui inventarisasi data dan dimensi; dan

c. pengamanan yang berkaitan dengan pemanfaatan Sungai;

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengamanan sungai sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Bupati.

Bagian Ketiga

Penataan Sungai

Pasal 11

(1) Penataan sungai merupakan upaya untuk mengatur dan melestarikan air dan

sumber-sumber air.

(2) Penataan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan

menyusun pola pengaturan air dan sumber-sumber air baik melalui pelurusan

maupun pengalihan alur.

(3) Penataan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan oleh Dinas, dan

dapat bekerja sama dengan pihak lain setelah mendapat persetujuan dari

Bupati.

Ketentuan ………

-9-

(4) Dalam hal pelaksanaan penataan sungai dilaksanakan oleh pihak lain, yang

bersangkutan wajib menyediakan lahan yang dibangun berdasarkan studi

hidrologi.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan penataan sungai diatur

dengan Peraturan Bupati.

Bagian Keempat

Pemanfaatan Sungai

Pasal 12

Hak pemanfaatan sungai terdiri atas:

a. hak atas air;

b. hak atas tanah;

c. hak atas transportasi air;

d. hak penambangan di dasar air; dan

e. hak atas eksploitasi kekayaan yang berada didalam air.

Pasal 13

(1) Hak atas air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf a terdiri dari :

a. hak guna usaha air; dan

b. hak pakai air.

(2) Pemanfaatan hak guna usaha air sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) huruf a

wajib memperoleh izin Bupati.

(3) Pemanfaatan hak pakai air dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dan

pertanian tidak memerlukan izin Bupati

Pasal 14

(1) Hak kepemilikan tanah sebagai akibat dilakukannya pemanfaatan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 13, dapat diberikan kepada Pemerintah Daerah;

(2) Hak kepemilikan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh

berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 15

(1) Pemanfaatan tanah tanggul dan bantaran sungai untuk keperluan sarana dan

prasarana umum memerlukan ijin Bupati.

(2) Selain pemanfaatan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus

mendapat izin Bupati.

Dalam………

-10-

(3) Dalam rangka pemanfaatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah

Daerah dapat mengikutsertakan pihak ketiga.

(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi pihak

ketiga, dalam hal pihak ketiga membangun sistem jaringan sungai.

Pasal 16

(1) Hak atas transportasi air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf c,

dimanfaatkan untuk keperluan lalu lintas air.

(2) Pemanfaatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang bersifat komersil wajib

mendapat izin Bupati.

Pasal 17

(1) Hak penambangan di dasar air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf d,

ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

(2) Pemanfaatan penambangan di dasar air sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

wajib memperoleh izin Bupati.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemanfaatan penambangan di dasar

air sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Bupati.

Pasal 18

(1) Hak eksploitasi kekayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf e,

bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

(2) Pemanfaatan hak eksploitasi kekayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

wajib memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemanfaatan eksploitasi kekayaan

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Bupati.

Pasal 19

(1) Dalam rangka penyediaan, pengaturan dan pemanfaatan air sungai dibentuk

dewan sumber daya air yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati

(2) Tugas dan fungsi dewan sumber daya air sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku

Bagian ………….

-11-

Bagian Kelima

Pengendalian Daya Rusak Air Sungai

Paragraf 1

Perencanaan dan Pemulihan

Pasal 20

(1) Pengendalian daya rusak air dilakukan secara menyeluruh yang mencakup

upaya pencegahan, penanggulangan, dan pemulihan;

(2) Pengendalian daya rusak air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diutamakan

pada upaya pencegahan melalui perencanaan pengendalian daya rusak air yang

disusun secara terpadu dan menyeluruh dalam pola pengelolaan sumber daya

air;

(3) Pengendalian daya rusak air sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diselenggarakan oleh Dinas dengan mengikutsertakan masyarakat;

(4) Pengendalian daya rusak air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi

tanggung jawab Pemerintah Daerah, pengelola sumber daya air wilayah sungai

dan masyarakat.

Pasal 21

Ketentuan lebih lanjut mengenai pencegahan kerusakan dan bencana akibat daya

rusak air diatur dengan Peraturan Bupati.

Pasal 22

(1) Penanggulangan daya rusak air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1)

dilakukan secara terpadu oleh Dinas, instansi terkait, dan masyarakat melalui

badan koordinasi penanggulangan bencana pada tingkat kabupaten;

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penanggulangan kerusakan dan bencana

akibat daya rusak air diatur dengan Peraturan Bupati;

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan badan koordinasi

penanggulangan kerusakan dan bencana akibat daya rusak air sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

Pasal 23

Dalam keadaan yang membahayakan, Bupati berwenang mengambil tindakan

darurat guna keperluan penanggulangan daya rusak air sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 20 ayat (1).

Pasal ……..

-12-

Pasal 24

(1) Pemulihan daya rusak air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1)

dilakukan dengan memulihkan kembali fungsi lingkungan hidup dan sistem

prasarana sumber daya air;

(2) Pemulihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi tanggung jawab

Pemerintah Daerah, pengelola sumber daya air, dan masyarakat;

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemulihan daya rusak air sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.

Paragraf 2

Pengembangan dan Kesesuaian Sungai

Pasal 25

(1) Pengembangan sungai ditujukan dalam rangka pengendalian banjir atas dasar

aspirasi masyarakat yang ditindaklanjuti dengan perencanaan dan konsultasi

publik;

(2) Perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari studi

pendahuluan, studi kelayakan, dan detail desain.

BAB IV

PENGELOLAAN DRAINASE

Bagian Kesatu

Perlindungan dan Pelestarian Drainase

Pasal 26

Perlindungan Drainase ditujukan untuk

a. Melindungi dari sisi kualitas dan kuantitas air sepanjang daerah

pengalirannya yang secara hidrologis mengalir dari hulu sampai ke hilir.

b. Mencegah terjadinya peningkatan debit air diluar kemampuan kapasitas aliran

drainase.

Pasal 27

Pelestarian drainase ditujukan untuk meningkatkan fungsi drainase.

Bagian Kedua

Pengamanan Drainase

Pasal 28

(1) Dinas sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya, menyelenggarakan

upaya pengamanan drainase dan wilayah sekitarnya yang meliputi :

Pengelolaan ……..

-13-

a. pengelolaan wilayah aliran drainase;

b. pengendalian daya rusak air; dan

c. pengendalian aliran drainase.

(2) Pengamanan drainase sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kegiatan-

kegiatan :

a. penetapan Garis Sempadan sesuai dengan Peraturan Daerah tentang Garis

Sempadan;

b. pembuatan dan pemasangan papan larangan dan/atau papan informasi;dan

c. pengamanan dalam kaitannya dengan pemanfaatan Drainase.

(3) Dalam rangka pengamanan drainase sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

Pemerintah Daerah dapat mengikutsertakan masyarakat.

Bagian Ketiga

Penataaan Drainase

Pasal 29

(1) Penataan drainase merupakan upaya untuk mengatur pola pembuangan air dan

melestarikan drainase

(2) Penataan drainase sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan

menyusun pola pengaturan drainase baik dengan pelurusan maupun

pengalihan alur.

(3) Pelaksanaan penataan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan oleh

Dinas dan dapat bekerja sama dengan pihak lain setelah mendapat persetujuan

Bupati.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan penataan drainase diatur

dengan Peraturan Bupati.

Bagian Keempat

Pengendalian dan Penanggulangan Fungsi Drainase

Pasal 30

(1) Pengendalian fungsi drainase dilakukan secara menyeluruh yang mencakup

upaya pencegahan dan hambatan pengaliran air.

(2) Pengendalian fungsi drainase sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi

tanggung jawab pemerintah daerah dengan mengikutsertakan masyarakat.

Pasal ………

-14-

Pasal 31

(1) Pemerintah Daerah bertanggung jawab atas pengendalian daya rusak air

drainase.

(2) Tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibebankan pula

kepada pengelola Drainase dan masyarakat.

(3) Kerjasama pemanfaatan drainase sebagai satu kesatuan aliran air antara

penghubung difasilitasi dan harus mendapatkan persetujuan Dinas

Pasal 32

Pemulihan fungsi drainase dilakukan secara terpadu oleh pemerintah daerah

dengan mengikutsertakan masyarakat.

BAB V

KEWAJIBAN DAN LARANGAN

Pasal 33

Masyarakat wajib ikut serta menjaga kelestarian fungsi sungai dan drainase, menjaga

kelestarian rambu-rambu dan tanda-tanda pekerjaan dalam rangka pembinaan

sungai.

Pasal 34

Setiap orang yang mendirikan, mengubah, atau membongkar bangunan-bangunan di

tepi atau melintas sungai wajib memperoleh izin Bupati.

Pasal 35

Setiap orang yang mengambil dan menggunakan air sungai selain untuk keperluan

sehari-hari wajib memperoleh izin Bupati setelah mendapat rekomendasi dari Dewan

Sumber Daya Air.

Pasal 36

(1) Setiap orang yang melakukan pengerukan atau penggalian serta pengambilan

bahan-bahan galian pada sungai hanya dapat dilakukan ditempat yang telah

ditentukan oleh Bupati melalui dinas.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.

Pasal 37

Setiap orang dilarang mengubah aliran sungai kecuali dengan izin Bupati.

Pasal …………..

-15-

Pasal 38

Setiap orang dilarang membuang benda-benda, zat padat dan/atau zat cair atau

yang berupa limbah ke dalam maupun di sekitar sungai atau drainase yang dapat

menimbulkan pencemaran atau menurunkan kualitas air.

BAB VI

PEMBIAYAAN

Pasal 39

(1) Pembiayaan pengelolaan sungai dan drainase ditetapkan berdasarkan

kebutuhan pengelolaan;

(2) Jenis pembiayaan pengelolaan sungai dan drainase meliputi biaya:

a. sistem informasi;

b. perencanaan;

c. pelaksanaan konstruksi;

d. operasi, pemeliharaan; dan

e. pemantauan, evaluasi dan pemberdayaan masyarakat.

(3) Sumber pembiayaan dapat berasal dari:

a. Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan/atau Pemerintah Daerah;

b. pihak swasta; dan

c. masyarakat.

Pasal 40

(1) Pembiayaan pengelolaan sungai dan drainase sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 39 dibebankan kepada Pemerintah, pemerintah daerah, badan usaha milik

negara/badan usaha milik daerah pengelola sungai dan drainase, koperasi,

badan usaha lain, dan perseorangan, baik secara sendiri-sendiri maupun dalam

bentuk kerja sama.

(2) Pembiayaan pengelolaan sungai dan drainase yang menjadi tanggung jawab

Pemerintah dan pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada pasal 39

didasarkan pada kewenangan masing-masing dalam pengelolaan sungai dan

drainase.

Pasal ……….

-16-

Pasal 41

Pembiayaan pengelolaan sungai dan drainase sebagaimana dimaksud dalam Pasal

39 yang ditujukan untuk pengusahaan sungai yang diselenggarakan oleh koperasi,

badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah pengelola sumber daya air,

badan usaha lain dan perseorangan ditanggung oleh masing-masing yang

bersangkutan.

Pasal 42

Dalam hal terdapat kepentingan mendesak untuk pendayagunaan sungai dan

drainase pada wilayah sungai lintas provinsi, lintas kabupaten, dan strategis

nasional, pembiayaan pengelolaannya ditetapkan bersama oleh Pemerintah dan

pemerintah daerah melalui pola kerja sama.

BAB VII

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 43

Pembinaan dan pengawasan terhadap perlindungan, pelestarian, pembangunan,

penataan, pemanfaatan, pengendalian Sungai dan Drainase dilakukan oleh dinas.

BAB VIII

PENYIDIKAN

Pasal 44

Penyidikan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah ini dilakukan oleh Penyidik

Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Kabupaten Tangerang.

BAB IX

KETENTUAN PIDANA

Pasal 45

(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8

ayat (2), Pasal 11 ayat (4), Pasal 13 ayat (2), Pasal 16 ayat (2), Pasal 17 ayat (2),

Pasal 18 ayat (2), Pasal 20 ayat (4), Pasal 33, Pasal 34, Pasal 35, Pasal 36, Pasal 37,

dan Pasal 38 diancam pidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam)

bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah).

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.

(3) Tindak pidana yang mengakibatkan kerusakan fungsi sungai dapat diancam

pidana sesuai dengan peraturan perundang-undangan lainnya.

BAB ……………

-17-

BAB X

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 46

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah

ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang.

Ditetapkan di Tigaraksa

Pada tanggal 25 Januari 2010

BUPATI TANGERANG,

Ttd.

H. ISMET ISKANDAR

Diundangkan di Tigaraksa

pada tanggal 25 Januari 2010

SEKRETARIS DAERAH,

Ttd.

H. HERMANSYAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2010 NOMOR 03

-18-

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

NOMOR 03 TAHUN 2010

TENTANG

PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE

I. PENJELASAN UMUM

Sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk dan meningkatnya

kegiatan masyarakat di Kabupaten Tangerang mengakibatkan perubahan fungsi

lingkungan yang berdampak negatif terhadap kelestarian sumber daya air dan

juga meningkatnya daya rusak air. Sehingga perlu adanya pengelolaan sumber

daya air yang utuh dari hulu sampai ke hilir dengan basis wilayah sungai dalam

daerah dengan satu pola pengelolaan sumber daya air tanpa dipengaruhi oleh

batas-batas wilayah administrasi yang dilaluinya. Karena dalam hal tersebut

sangat berpengaruh terhadap pengelolaan sumber daya air yaitu adanya basis

wilayah sungai dan drainase yang berfungsi untuk menjaga kelestarian dan

kelangsungan fungsi sungai sebagai sumber air, maka dalam rangka

melaksanakan penguasaan sungai, perlu ditetapkan adanya suatu regulasi dalam

mengatur pengendalian dan pengelolaan sungai dan drinase di sepanjang sungai

diwilayah.

Selanjutnya berdasarkan ketentuan Pasal 16 Undang-Undang Nomor 7

Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air yang merupakan landasan kebijaksanaan

untuk mengatur lebih lanjut tata cara pembinaan dalam kegiatan pengairan, maka

dalam hal ini perlu ditegaskan bahwa pola pembinaan sungai ditetapkan

berdasarkan pada kesatuan wilayah sungai. Dan sesuai dengan pola pembinaan

tersebut, maka pelaksanaan Peneglolaan sungai dan drainase merupakan

Wewenang dan tanggung jawab pemerintah daerah dalam pengendalian,

pembinaan .............

-19-

pembinaan dan pengawasan sungai dan drainase tersebut dan juga dalam rangka

tugas pembantuan yang dibentuk untuk melakukan pembinaan dan pengusahaan

sungai sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Untuk mencapai keterpaduan yang menyeluruh dalam perlindungan,

pengembangan, penggunaan dan pengendalian sungai, bagi tiap kesatuan wilayah

sungai didaerah disusun perencana pembinaan sungai, Pembangunan di bidang

sungai termasuk pendirian bangunan-bangunan sungai sebagai pelengkapnya,

yang ditujukan untuk kesejahteraan dan keselamatan umum dan yang ditujukan

untuk memberikan manfaat untuk sesuatu kepentingan.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas

Pasal 2

Cukup jelas

Pasal 3

Yang dimaksud dengan “berwawasan lingkungan” adalah memperhatikan

ekologis, morpologis, hidrologis sungai mulai dari hulu sampai hilir.

Yang dimaksud dengan “berkelanjutan” adalah memperhatikan kesedian

airnya bisa dimanfaatkan sepanjang masa.

Pasal 4

Cukup jelas

Pasal 5

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “Wewenang dan tanggung jawab” adalah Daerah

Aliran Sungai yang terdiri sungai, anak sungai, anak-anak sungai dengan

sebutan teknis adalah orde 1, orde 2 dan seterusnya.

Ayat (2)

Cukup Jelas

Ayat (3)

Cukup Jelas

Pasal ……………..

-20-

Pasal 6

Yang dimaksud dalam ketentuan pasal ini adalah;

a. Penetapan kebijakan pengelolaan sungai, sumber air, dan drainase yang

dimaksud adalah menetapkan daerah retensi air, potensi air untuk air

bersih, pertanian, dan industri serta sistem pengendali banjir

Penambahan waduk, dan danau.

b. Penetapan pola pengelolaan sungai pada wilayah sungai dalam satu

kabupaten yang dimaksud adalah menetapkan kelembagaan, tata cara

perlindungan, pengembangan, penggunaan, dan pengendalian sungai

c. Penetapan rencana pengelolaan sungai pada wilayah sungai dalam satu

kabupaten yang dimaksud adalah menetapkan rencana strategis perioritas

sesuai norma, standard, pedoman, manual yang ditetapkan

d. Cukup Jelas.

e. Cukup Jelas.

f. Cukup Jelas.

g. Pendayagunaan Sungai pada wilayah sungai yang dimaksud adalah daya

guna manfaat airnya ditinjau dari dua daerah aliran sungai atau lebih.

h. Cukup Jelas.

i. penyelenggaraan sistem informasi yang dimaksud adalah data dan kondisi

yang terkait dengan sungai tingkat kabupaten.

Pasal 7

Cukup jelas

Pasal 8

Cukup jelas

Pasal 9

Yang dimaksud dengan “konservasi” adalah upaya memelihara keberadaban serta keberlanjutan keadaan, sifat dan fungsi agar senantiasa tersedia dalam kualitas dan kuantitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan mahluk hidup, baik pada waktu sekarang maupun yang akan datang. Yang dimaksud dengan “konservasi vegetasi “ adalah dengan melakukan penanaman pohon lindung/produktif. Yang dimaksud dengan “revitalisasi sungai” adalah upaya pemulihan

kembali sungai dan drinase.

Pasal 10

Cukup jelas

Pasal 11

Cukup jelas

Pasal …………..

-21-

Pasal 12

Yang dimaksud dalam ketentuan pasal ini adalah;

a. Hak atas air adalah hak pemanfaatan baik hak guna maupun hak pakai.

b. Hak atas tanah adalah hak perolehan, kepemilikan, pengelolaan dan

pemanfaatan.

c. Cukup Jelas.

d. Cukup Jelas.

e. Cukup Jelas.

Pasal 13

Yang dimaksud dalam ketentuan pasal ini adalah;

a. Hak guna usaha air adalah hak untuk memperoleh dan mengusahakan air.

b. Hak pakai air adalah hak untuk memperoleh dan memakai air.

Pasal 14

Cukup jelas

Pasal 15

Cukup jelas

Pasal 16

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “bersifat komersil” adalah yang mempunyai nilai

bisnis, usaha dibidang transportasi air, contohnya jasa angkutan tranportasi

air.

Pasal 17

Cukup jelas

Pasal 18

Cukup jelas

Pasal 19

Cukup jelas

Pasal 20

Cukup jelas

Pasal 21

Cukup jelas

Pasal …………..

-22-

Pasal 22

Cukup jelas

Pasal 23

Cukup jelas

Pasal 24

Cukup jelas

Pasal 25

Cukup jelas

Pasal 26

Cukup jelas

Pasal 27

Cukup jelas

Pasal 28

Cukup jelas

Pasal 29

Cukup jelas

Pasal 30

Cukup jelas

Pasal 31

Cukup jelas

Pasal 32

Cukup jelas

Pasal 33

Cukup jelas

Pasal 34

Cukup jelas

Pasal 35

Cukup jelas

Pasal 36

Cukup jelas

Pasal 37

Cukup jelas

Pasal 38

Cukup jelas

Pasal ……….

-23-

Pasal 39

Cukup jelas

Pasal 40

Cukup jelas

Pasal 42

Cukup jelas

Pasal 43

Cukup jelas

Pasal 44

Cukup jelas

Pasal 45

Cukup jelas

Pasal 46

Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH NOMOR 0310 TAHUN 2010