Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LEMBARAN DAERAH
KOTA DEPOK
NO. 12 TAHUN 2008
PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 12 TAHUN 2008
TENTANG
PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA DEPOK,
Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 81 Peraturan Pemerintah
Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/
Daerah jo. Pasal 121 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 58
Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, pengelolaan
barang milik daerah diatur dalam Peraturan Daerah;
b. bahwa salah satu upaya melaksanakan tertib administrasi dan
inventarisasi aset daerah oleh Pemerintah Daerah perlu dibentuk
peraturan daerah yang mengatur pengelolaan barang milik daerah;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada
huruf a dan b perlu ditetapkan peraturan daerah tentang
Pengelolaan Barang Milik Daerah;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 72 Tahun 1957 tentang Penetapan
Undang-Undang Darurat Nomor 19 Tahun 1955 tentang Penjualan
Rumah Negeri kepada Pegawai Negeri sebagai Undang-undang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1957 Nomor 158);
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok
Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 2013);
3. Undang …
3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1999 tentang Pembentukan
Kotamadya Daerah Tingkat II Depok dan Kotamadya Daerah
Tingkat II Cilegon (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1999 Nomor 49, Tambahan Lembaran negara Nomor 3826);
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
6. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
125 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan kedua
atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4844);
7. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1971 tentang Penjualan
Kendaraan Perorangan Dinas Milik Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1971 Nomor 59, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 2967);
9. Peraturan …
9. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1994 tentang Rumah
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor
69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3573)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor
31 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 40 Tahun 1994 tentang Rumah Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 64,Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4515);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna
Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai atas Tanah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3643);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 4503);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah
Kepada Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 4577);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 4578);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan
Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2006 Nomor 20,Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4609) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
38Tahun 2008 tentang Perubahan AtasPeraturan Pemerintah
Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 78 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4855); 15. Peraturan …
15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82 Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
16. Keputusan Presiden Nomor 40 Tahun 1974 tentang Tata Cara
Penjualan Rumah Negeri;
17. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2003
tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 120, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4330) sebagaimana telah di ubah beberapa kali, terakhir
dengan Peraturan Presiden Nomor 85 Tahun 2006 tentang
Perubahan keenam atas keputusan Presiden Nomor 80 Tahun
2003 tentang Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah;
18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Tuntutan Pembendaharaan dan Tuntutan Ganti Rugi Keuangan
dan Materiil Daerah;
19. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 42 Tahun 2001 tentang
Pedoman Penyerahan Barang dan Hutang Piutang pada Daerah
yang Baru Dibentuk;
20. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 49 Tahun 2001 tentang
Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah;
21. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2002 tentang
Nomor Kode Lokasi dan Nomor Kode Barang Daerah
Provinsi/Kabupaten Kota;
22. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2003 tentang
Pedoman Penilaian Barang Daerah;
23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2006 tentang
Standarisasi Sarana dan Prasarana Kerja Pemerintah Daerah;
24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun
2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 25. Peraturan …
25. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 52/PMK.010/2006 tentang
Tata Cara Pemberian Hibah Kepada Daerah;
26. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah;
27. Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah (Lembaran Daerah Kota
Depok Tahun 2003 Nomor 38);
28. Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 7 Tahun 2008 tentang
Urusan Pemerintahan Wajib dan Pilihan Yang Menjadi
Kewenangan Pemerintah Kota Depok (Lembaran Daerah Kota
Depok Tahun 2008 Nomor 07);
29. Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kota Depok
Tahun 2008 Nomor 08);
Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA DEPOK
dan
WALIKOTA DEPOK
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan:
1. Pemerintah Kota adalah Pemerintah Kota Depok.
2. Kota adalah Kota Depok.
3. Walikota adalah Walikota Depok.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat
DPRD adalah DPRD Kota Depok.
5. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kota Depok. 6. Anggaran …
6. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya
disingkat APBD adalah suatu rencana keuangan tahunan daerah
yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah tentang APBD.
7. Barang milik daerah adalah semua barang yang dibeli atau
diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
atau perolehan lainnya yang sah.
8. Pengelola barang milik daerah selanjutnya disebut pengelola
adalah pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab
melakukan koordinasi pengelolaan barang milik daerah.
9. Pembantu pengelola barang milik daerah selanjutnya disebut
pembantu pengelola adalah pejabat yang bertanggung jawab
mengkoordinir penyelenggaraan pengelolaan barang milik daerah
yang ada pada satuan kerja perangkat daerah.
10. Pengguna barang milik daerah selanjutnya disebut pengguna
adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan milik daerah.
11. Penilai adalah pihak yang melakukan penilaian secara independen
berdasarkan kompetensi yang dimilikinya terdiri dari penilai internal
dan penilai eksternal.
12. Kuasa pengguna barang milik derah adalah kepala satuan kerja
atau pejabat yang ditunjuk oleh pengguna untuk menggunakan
barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya.
13. Penyimpan barang milik daerah adalah pegawai yang diserahi
tugas untuk menerima, menyimpan, dan mengeluarkan barang.
14. Pengurus barang milik daerah adalah pegawai yang diserahi tugas
untuk mengurus barang daerah dalam proses pemakaian yang ada
di setiap satuan kerja perangkat daerah/unit kerja.
15. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD
adalah perangkat daerah selaku pengguna barang.
16. Unit Kerja adalah bagian SKPD selaku kuasa pengguna barang.
17. Perencanaan kebutuhan adalah kegiatan merumuskan rincian
kebutuhan barang milik daerah untuk menghubungkan pengadaan
barang yang telah lalu dengan keadaan yang sedang berjalan
sebagai dasar dalam melakukan tindakan pemenuhan kebutuhan
yang akan datang.
18. Pengadaan …
18. Pengadaan adalah kegiatan untuk melakukan pemenuhan
kebutuhan barang daerah dan jasa.
19. Penyaluran adalah kegiatan untuk menyalurkan/pengiriman barang
milik daerah dari gudang ke unit kerja pemakai.
20. Pemeliharaan adalah kegiatan atau tindakan yang dilakukan agar
semua barang milik daerah selalu dalam keadaan baik dan siap
untuk digunakan secara berdaya guna dan berhasil guna.
21. Pengamanan adalah kegiatan tindakan pengendalian dalam
pengurusan barang milik daerah dalam bentuk fisik, administratif
dan tindakan upaya hukum.
22. Penggunaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pengguna/kuasa
pengguna dalam mengelola dan menata usaha kan barang milik
daerah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) yang bersangkutan.
23. Pemanfaatan adalah pendayagunaan barang milik daerah yang
tidak dipergunakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam bentuk sewa, pinjam pakai,
kerjasama pemanfaatan, bangun guna serah dan bangun serah
guna dengan tidak mengubah status kepemilikan.
24. Sewa adalah pemanfaatan barang milik daerah oleh pihak lain
dalam jangka waktu tertentu dengan menerima imbalan uang
tunai.
25. Pinjam pakai adalah penyerahan penggunaan barang antara
Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah dan antar
Pemerintah Daerah dalam jangka waktu tertentu tanpa menerima
imbalan dan setelah jangka waktu tersebut berakhir diserahkan
kembali kepada pengelola.
26. Kerjasama …
26. Kerjasama pemanfaatan adalah pendayagunaan barang milik
daerah oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dalam rangka
peningkatan penerimaan daerah bukan pajak/pendapatan daerah
dan sumber pembiayaan lainnya.
27. Bangun guna serah adalah pemanfaatan barang milik daerah
berupa tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan
dan/atau sarana berikut fasilitasnya, kemudian didayagunakan
oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang telah
disepakati, untuk selanjutnya diserahkan kembali tanah beserta
bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya setelah berakhirnya
jangka waktu.
28. Bangun serah guna adalah pemanfaatan barang milik daerah
berupa tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan
dan/atau sarana berikut fasilitasnya, dan setelah selesai
pembangunannya diserahkan untuk didayagunakan oleh pihak lain
tersebut dalam jangka waktu tertentu yang disepakati.
29. Penghapusan adalah tindakan menghapus barang milik daerah
dari daftar barang dengan menerbitkan surat keputusan dari
pejabat yang berwenang untuk membebaskan pengguna dan/atau
kuasa pengguna dan/atau pengelola dari tanggung jawab
administrasi dan fisik atas barang yang berada dalam
penguasaannya.
30. Pemindahtanganan adalah pengalihan kepemilikan barang milik
daerah sebagai tindak lanjut dari penghapusan dengan cara dijual,
dipertukarkan, dihibahkan atau disertakan sebagai modal
Pemerintah Daerah.
31. Penjualan adalah pengalihan kepemilikan barang milik daerah
kepada pihak lain dengan menerima penggantian dalam bentuk
uang.
32. Tukar …
32. Tukar menukar barang milik daerah/tukar guling adalah pengalihan
kepemilikan barang milik daerah yang dilakukan antara Pemerintah
Daerah dengan Pemerintah Pusat, antar Pemerintah Daerah, atau
antara Pemerintah Daerah dengan pihak lain, dengan menerima
penggantian dalam bentuk barang, sekurang-kurangnya dengan
nilai seimbang.
33. Hibah adalah pengalihan kepemilikan barang dari pemerintah
daerah kepada pemerintah pusat, antar pemerintah daerah, atau
dari pemerintah daerah kepada pihak lain, tanpa memperoleh
penggantian, atau penerimaan barang yang berasal dari
pemerintah negara asing, badan/lembaga asing, badan/lembaga
internasional, Pemerintah, badan/lembaga dalam negeri atau
perorangan.
34. Penyertaan modal pemerintah daerah adalah pengalihan
kepemilikan barang milik daerah yang semula merupakan
kekayaan yang tidak dipisahkan menjadi kekayaan yang
dipisahkan untuk diperhitungkan sebagai modal/saham daerah
pada Badan Usaha Milik Negara/daerah atau badan hukum
lainnya.
35. Penatausahaan adalah rangkaian kegiatan yang meliputi
pembukuan, inventarisasi dan pelaporan barang milik daerah
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
36. Inventarisasi adalah kegiatan untuk melakukan pendataan,
pencatatan, dan pelaporan hasil pendataan barang milik daerah.
37. Penilaian adalah proses kegiatan yang dilakukan oleh penilai untuk
memberikan suatu opini nilai atas suatu obyek penilaian pada saat
tertentu dalam rangka pengelolaan barang milik daerah.
38. Daftar barang pengguna yang selanjutnya disingkat dengan DBP
adalah daftar yang memuat data barang yang digunakan oleh
masing-masing pengguna.
39. Daftar barang kuasa pengguna yang selanjutnya disingkat DBKP
adalah daftar yang memuat data barang yang dimiliki oleh masing-
masing kuasa pengguna.
40. Standarisasi …
40. Standarisasi sarana dan prasarana kerja Pemerintahan Daerah
adalah pembakuan ruang kantor, perlengkapan kantor, rumah
dinas, kendaraan dinas dan lain- lain barang yang memerlukan
standarisasi.
41. Standarisasi harga adalah penetapan besaran harga barang
sesuai jenis, spesifikasi dan kualitas dalam 1 (satu) periode
tertentu.
Pasal 2
Pengelolaan barang milik daerah sebagai bagian dari pengelolaan
keuangan daerah yang dilaksanakan secara terpisah dari pengelolaan
barang milik Negara.
Pasal 3 (1) Barang milik Daerah meliputi :
a. barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD; dan
b. barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah;
(2) Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi :
a. barang yang diperoleh dari hibah;
b. barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari
perjanjian/kontrak, dan/atau kewajiban suatu perijinan tertentu;
c. barang yang diperoleh sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; atau
d. barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap. (3) Barang milik Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
penerimaan dan pengelolaannya dilaksanakan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 4
(1) Pengelolaan barang milik daerah dilaksanakan berdasarkan asas
fungsional, kepastian hukum, transparansi dan keterbukaan,
efisiensi, akuntabilitas, dan kepastian nilai.
(2) Pengelolaan …
(2) Pengelolaan barang milik daerah meliputi:
a. perencanaan kebutuhan dan penganggaran;
b. pengadaan;
c. penerimaan, penyimpanan dan penyaluran;
d. penggunaan;
e. penatausahaan;
f. pemanfaatan;
g. pengamanan dan pemeliharaan;
h. penilaian;
i. penghapusan;
j. pemindahtanganan;
k. pembinaan, pengawasan dan pengendalian;
l. pembiayaan; dan
m. tuntutan ganti rugi.
BAB II
PEJABAT PENGELOLA BARANG MILIK DAERAH
Pasal 5
(1) Walikota sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan barang milik
daerah berwenang dan bertanggungjawab atas pembinaan dan
pelaksanaan pengelolaan barang milik daerah;
(2) Dalam melaksanakan ketentuan pada ayat (1), Walikota dibantu
oleh :
a. Sekretaris Daerah selaku pengelola;
b. Unit Kerja yang mempunyai tugas mengelola barang milik
daerah selaku pembantu pengelola;
c. Kepala SKPD selaku pengguna;
d. Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah selaku kuasa pengguna;
e. Penyimpan barang milik daerah; dan
f. Pengurus barang milik daerah.
Pasal 6 …
Pasal 6
(1) Walikota sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan barang milik
daerah, mempunyai wewenang :
a. menetapkan kebijakan pengelolaan barang milik daerah;
b. menetapkan penggunaan, pemanfaatan atau
pemindahtanganan tanah dan bangunan;
c. menetapkan kebijakan pengamanan barang milik daerah;
d. mengajukan usul pemindahtanganan barang milik daerah yang
memerlukan persetujuan DPRD;
e. menyetujui usul pemindahtanganan dan penghapusan barang
milik Daerah sesuai batas kewenangannya; dan
f. menyetujui usul pemanfaatan barang milik daerah selain tanah
dan/atau bangunan.
(2) Sekretaris Daerah selaku pengelola, berwenang dan bertanggung
jawab:
a. menetapkan pejabat yang mengurus dan menyimpan barang
milik daerah;
b. meneliti dan menyetujui rencana kebutuhan barang milik
daerah;
c. meneliti dan menyetujui rencana kebutuhan
pemeliharaan/perawatan barang milik daerah;
d. mengatur pelaksanaan pemanfaatan, penghapusan dan
pemindahtanganan barang milik daerah yang telah disetujui
oleh Walikota;
e. melakukan koordinasi dalam pelaksanaan inventarisasi barang
milik daerah; dan
f. melakukan pengawasan dan pengendalian atas pengelolaan
barang milik daerah.
(3) Kepala Bagian yang mempunyai tugas mengelola barang milik
daerah bertanggung jawab mengkoordinir penyelenggaraan
pengelolaan barang milik daerah yang ada pada masing-masing
SKPD.
(4) Kepala …
(4) Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah selaku pengguna barang
milik daerah, berwenang dan bertanggung jawab:
a. mengajukan rencana kebutuhan barang milik daerah dan
rencana kebutuhan pemeliharaan barang milik daerah bagi
satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya kepada
Walikota melalui pengelola barang ;
b. mengajukan permohonan penetapan status untuk penguasaan
dan penggunaan barang milik daerah yang diperoleh dari
beban APBD dan perolehan lainnya yang sah kepada Walikota
melalui pengelola barang;
c. melakukan pencatatan dan inventarisasi barang milik daerah
yang berada dalam penguasaannya;
d. menggunakan barang milik daerah yang berada dalam
penguasaannya untuk kepentingan penyelenggaraan tugas
pokok dan fungsi satuan kerja perangkat daerah yang
dipimpinnya;
e. mengamankan dan memelihara barang milik daerah yang
berada dalam penguasaannya;
f. mengajukan usul pemindahtanganan barang milik daerah
berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak memerlukan
persetujuan DPRD dan barang milik daerah selain tanah
dan/atau bangunan kepada Walikota melalui pengelola barang;
g. menyerahkan tanah dan bangunan yang tidak dimanfaatkan
untuk kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi
satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya kepada
Walikota melalui pengelola barang;
h. melakukan pengawasan dan pengendalian atas penggunaan
barang milik daerah yang ada dalam penguasaannya; dan
i. menyusun dan menyampaikan Laporan Barang Pengguna
Semesteran (LBPS) dan Laporan Barang Pengguna Tahunan
(LBPT) yang berada dalam penguasaannya kepada pengelola
barang.
(5) Kepala …
(5) Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah selaku kuasa pengguna
barang milik daerah, berwenang dan bertanggung jawab:
a. mengajukan rencana kebutuhan barang milik daerah bagi unit
kerja yang dipimpinnya kepada Kepala Satuan Kerja Perangkat
Daerah yang bersangkutan;
b. melakukan pencatatan dan inventarisasi barang milik daerah
yang berada dalam penguasaannya;
c. menggunakan barang milik daerah yang berada dalam
penguasaannya untuk kepentingan penyelenggaraan tugas
pokok dan fungsi unit kerja yang dipimpinnya;
d. mengamankan dan memelihara barang milik daerah yang
berada dalam penguasaannya;
e. melakukan pengawasan dan pengendalian atas penggunaan
barang milik daerah yang ada dalam penguasaannya; dan
f. menyusun dan menyampaikan Laporan Barang Kuasa
Pengguna Semesteran (LBKPS) dan Laporan Barang Kuasa
Pengguna Tahunan (LBKPT) yang berada dalam
penguasaannya kepada kepala satuan kerja perangkat daerah
yang bersangkutan.
(6) Penyimpan barang bertugas menerima, menyimpan dan
menyalurkan barang yang berada pada pengguna/kuasa
pengguna; dan
(7) Pengurus barang bertugas mengurus barang milik daerah dalam
pemakaian pada masing-masing pengguna/kuasa pengguna.
BAB III
PERENCANAAN KEBUTUHAN DAN PENGANGGARAN
Pasal 7
(1) Perencanaan kebutuhan barang milik daerah disusun dalam
rencana kerja dan anggaran satuan kerja perangkat daerah
setelah memperhatikan ketersediaan barang milik daerah yang
ada. (2) Perencanaan …
(2) Perencanaan kebutuhan pemeliharaan barang milik daerah
disusun dalam Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja
Perangkat Daerah dengan memperhatikan data barang yang ada
dalam pemakaian.
(3) Perencanaan kebutuhan dan pemeliharaan barang milik daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), berpedoman
pada standarisasi sarana dan prasarana kerja pemerintahan
daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Walikota dan standar
harga yang ditetapkan dengan Keputusan Walikota.
(4) Peraturan Walikota dan Keputusan Walikota sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), dijadikan acuan dalam menyusun
Rencana Kebutuhan Barang Milik Daerah (RKBMD) dan Rencana
Kebutuhan Pemeliharaan Barang Milik Daerah (RKPBMD).
(5) Rencana Kebutuhan Barang Milik Daerah dan Rencana Kebutuhan
Pemeliharaan Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2), sebagai dasar penyusunan Rencana Kerja
dan Anggaran (RKA) masing-masing satuan kerja perangkat
daerah sebagai bahan penyusunan Rencana APBD.
Pasal 8
Pengelola bersama pengguna membahas usul Rencana Kebutuhan
Barang Milik Daerah/Rencana Kebutuhan Pemeliharaan Barang Milik
Daerah masing-masing SKPD tersebut dengan memperhatikan data
barang pada pengguna dan/atau pengelola untuk ditetapkan sebagai
Rencana Kebutuhan Barang Milik Daerah (RKBMD) dan Rencana
Kebutuhan Pemeliharaan Barang Milik Daerah (RKPBMD).
Pasal 9
(1) Setelah APBD ditetapkan, pembantu pengelola menyusun Daftar
Kebutuhan Barang Milik Daerah (DKBMD) dan Daftar Kebutuhan
Pemeliharaan Barang Milik Daerah (DKPBMD), sebagai dasar
pelaksanaan pengadaan dan pemeliharaan barang milik daerah.
(2) Daftar …
(2) Daftar Kebutuhan Barang Milik Daerah (DKBMD) dan Daftar
Kebutuhan Pemeliharaan Barang Milik Daerah (DKPBD),
ditetapkan dengan Keputusan Walikota.
BAB IV
PENGADAAN
Pasal 10
Pengadaan barang milik daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip-
prinsip efisien, efektif, transparan dan terbuka, bersaing, adil/tidak
diskriminatif dan akuntabel.
Pasal 11 Pengadaan barang/jasa Pemerintah Kota dilaksanakan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB V
PENERIMAAN DAN PENYALURAN
Pasal 12
(1) Hasil pengadaan barang bergerak milik daerah diterima oleh
penyimpan barang.
(2) Penyimpan barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
berkewajiban melaksanakan tugas administrasi penerimaan
barang milik daerah.
(3) Penerimaan barang milik daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) selanjutnya disimpan dalam gudang atau tempat
penyimpanan.
Pasal 13
(1) Hasil pengadaan barang tidak bergerak milik daerah diterima oleh
Kepala SKPD, kemudian melaporkan kepada Walikota untuk
ditetapkan penggunaannya.
(2) Penerimaan …
(2) Penerimaan barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilakukan setelah diperiksa oleh Panitia Pemeriksa Barang
Daerah, dengan membuat Berita Acara Pemeriksaan.
Pasal 14
(1) Pemerintah Kota menerima barang dari pemenuhan kewajiban
Pihak Ketiga berdasarkan perjanjian dan/atau pelaksanaan dari
suatu perijinan tertentu.
(2) Penyerahan dari Pihak Ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima (BAST) dan
disertai dengan dokumen kepemilikan/penguasaan yang sah.
(3) Pengelola atau pejabat yang ditunjuk mencatat, memantau, dan
aktif melakukan penagihan kewajiban Pihak Ketiga sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).
(4) Hasil penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) dicatat dalam Daftar Barang Milik Daerah.
Pasal 15
(1) Penyaluran barang milik daerah oleh penyimpan barang
dilaksanakan atas dasar Surat Perintah Pengeluaran Barang
(SPPB) dari Pengguna/Kuasa Pengguna disertai dengan Berita
Acara Serah Terima.
(2) Pengguna wajib melaporkan stok atau sisa barang kepada
Pengelola melalui pembantu pengelola.
(3) Kuasa pengguna wajib melaporkan stok atau sisa barang kepada
pengguna.
BAB VI
PENGGUNAAN
Pasal 16
Barang milik daerah ditetapkan status penggunaannya untuk
penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi SKPD dan dapat dioperasikan
oleh pihak lain dalam rangka mendukung pelayanan umum sesuai tugas
pokok dan fungsi SKPD yang bersangkutan.
Pasal 17 …
Pasal 17
(1) Status penggunaan barang milik daerah ditetapkan dengan
Keputusan Walikota.
(2) Penetapan status penggunaan barang milik daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan tata cara sebagai berikut:
a. pengguna melaporkan barang milik daerah yang diterima
kepada pengelola disertai dengan usul penggunaannya; dan
b. pengelola meneliti usul penggunaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf a, untuk ditetapkan status penggunaannya.
Pasal 18
(1) Penetapan status penggunaan tanah dan/atau bangunan dilakukan
dengan ketentuan bahwa tanah dan/atau bangunan digunakan
untuk kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi
pengguna dan/atau kuasa pengguna.
(2) Pengguna dan/atau kuasa pengguna wajib menyerahkan tanah
dan/atau bangunan termasuk barang inventaris lainnya yang tidak
digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan
fungsi pengguna dan/atau kuasa pengguna kepada Walikota
melalui pengelola.
Pasal 19 P (1) Pengguna yang tidak menyerahkan tanah dan/atau bangunan
yang tidak digunakan untuk menyelenggarakan tugas pokok dan
fungsi SKPD bersangkutan kepada Walikota, dikenakan sanksi
berupa pembekuan dana pemeliharaan tanah dan/atau bangunan
dimaksud.
(2) Tanah dan/atau bangunan yang tidak digunakan sesuai tugas
pokok dan fungsi SKPD, dicabut penetapan status penggunaannya
dan dapat dialihkan kepada SKPD lainnya.
BAB VII …
BAB VII
PENATAUSAHAAN
Bagian Pertama Pembukuan
Pasal 20
(1) Pengguna/Kuasa Pengguna melakukan pendaftaran dan
pencatatan barang milik daerah ke dalam Daftar Barang Pengguna
(DBP)/Daftar Barang Kuasa Pengguna (DBKP) menurut
penggolongan dan kodefikasi barang.
(2) Pencatatan barang milik daerah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dimuat dalam Kartu Inventaris Barang A, B, C, D, E dan F.
(3) Pembantu pengelola melakukan rekapitulasi atas pencatatan dan
pendaftaran barang milik daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dalam Daftar Barang Milik Daerah (DBMD).
Pasal 21
Pengelola menyimpan seluruh dokumen kepemilikan barang milik
Pemerintah Kota.
Bagian Kedua
Inventarisasi
Pasal 22
(1) Pengelola dan pengguna melaksanakan sensus barang milik
daerah setiap 5 (lima) tahun sekali untuk menyusun Buku
Inventaris dan Buku Induk Inventaris beserta rekapitulasi barang
milik Pemerintah Kota.
(2) Pengelola bertanggung jawab atas pelaksanaan sensus barang
milik daerah.
(3) Pelaksanaan sensus barang milik daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ditetapkan dengan Keputusan Walikota.
(4) Pengguna menyampaikan hasil sensus kepada pengelola paling
lambat 3 (tiga) bulan setelah selesainya sensus.
(5) Pembantu Pengelola menghimpun hasil inventarisasi barang milik
daerah. (6) Barang …
(6) Barang milik daerah yang berupa persediaan dan konstruksi dalam
pengerjaan dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).
Bagian Ketiga
Pelaporan
Pasal 23
(1) Pengguna/kuasa pengguna menyusun laporan barang semesteran
dan tahunan.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan
kepada Walikota melalui pengelola.
(3) Pembantu Pengelola menghimpun laporan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) menjadi Laporan Barang Milik Daerah (LBMD).
Pasal 24
(1) Laporan Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
23 ayat (3), digunakan sebagai bahan untuk menyusun neraca
Pemerintah Kota.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan
secara berjenjang.
Pasal 25
Untuk memudahkan pendaftaran dan pencatatan serta pelaporan
barang milik daerah secara akurat dan cepat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 20, Pasal 22 dan Pasal 23, mempergunakan aplikasi
Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah (SIMBADA).
BAB VIII
PEMANFAATAN
Bagian Pertama
Kriteria Pemanfaatan
Pasal 26 …
Pasal 26
(1) Pemanfaatan barang milik daerah berupa tanah dan/atau
bangunan, selain tanah dan/atau bangunan yang dipergunakan
untuk menunjang penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi SKPD,
dilaksanakan oleh pengguna setelah mendapat persetujuan
pengelola.
(2) Pemanfaatan barang milik daerah berupa tanah dan/atau
bangunan yang tidak dipergunakan untuk menunjang
penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi SKPD, dilaksanakan
oleh pengelola setelah mendapat persetujuan Walikota.
(3) Pemanfaatan barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan
yang tidak dipergunakan untuk menunjang penyelenggaraan tugas
pokok dan fungsi SKPD, dilaksanakan oleh pengguna setelah
mendapat persetujuan pengelola.
(4) Pemanfaatan barang milik daerah dilaksanakan berdasarkan
pertimbangan teknis dengan memperhatikan kepentingan
negara/daerah dan kepentingan umum.
Bagian Kedua
Bentuk Pemanfaatan
Pasal 27
Bentuk-bentuk pemanfaatan barang milik daerah berupa :
a. Sewa;
b. Pinjam Pakai;
c. Kerjasama Pemanfaatan; dan
d. Bangun Guna Serah dan Bangun Serah Guna.
Bagian Ketiga
Sewa
Pasal 28
(1) Barang milik daerah baik barang bergerak maupun tidak bergerak
yang belum dimanfaatkan oleh Pemerintah Kota, dapat disewakan
kepada Pihak Ketiga sepanjang menguntungkan.
(2) Barang …
(2) Barang milik daerah yang disewakan, tidak merubah status
kepemilikan barang daerah.
(3) Penyewaan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan
dilaksanakan oleh pengelola setelah mendapat persetujuan dari
Walikota.
(4) Penyewaan barang milik daerah atas sebagian tanah dan/atau
bangunan, selain tanah dan/atau bangunan yang masih
dipergunakan oleh pengguna, dilaksanakan oleh pengguna setelah
mendapat persetujuan dari pengelola.
(5) Jangka waktu penyewaan barang milik daerah paling lama 5 (lima)
tahun dan dapat diperpanjang.
(6) Penyewaan dilaksanakan berdasarkan surat perjanjian sewa-
menyewa,yang sekurang-kurangnya memuat:
a. pihak-pihak yang terikat dalam perjanjian;
b. jenis, luas atau jumlah barang, besaran sewa, dan jangka
waktu;
c. tanggung jawab penyewa atas biaya operasional dan
pemeliharaan selama jangka waktu penyewaan; dan
d. persyaratan lain yang dianggap perlu.
(7) Hasil penerimaan sewa disetor ke Kas Daerah.
Bagian Keempat
Pinjam Pakai
Pasal 29
(1) Barang milik daerah baik berupa tanah dan/atau bangunan
maupun selain tanah dan/atau bangunan, dapat dipinjampakaikan
untuk kepentingan penyelenggaraan pemerintahan.
(2) Pinjam pakai barang milik daerah berupa tanah dan/atau
bangunan maupun selain tanah dan/atau bangunan dilaksanakan
oleh pengelola setelah mendapat persetujuan Walikota.
(3) Barang milik daerah yang dipinjampakaikan tidak merubah status
kepemilikan barang daerah.
(4) Jangka waktu pinjam pakai barang milik daerah paling lama 2
(dua) tahun dan dapat diperpanjang.
(5) Pelaksanaan …
(5) Pelaksanaan pinjam pakai dilakukan berdasarkan surat perjanjian
yang sekurang-kurangnya memuat:
a. pihak-pihak yang terikat dalam perjanjian;
b. jenis, luas dan jumlah barang yang dipinjamkan;
c. jangka waktu peminjaman;
d. tanggung jawab peminjam atas biaya operasional dan
pemeliharaan selama jangka waktu peminjaman; dan
e. persyaratan lain yang dianggap perlu.
Bagian Kelima
Kerjasama Pemanfaatan
Pasal 30
Kerjasama pemanfaatan barang milik daerah dengan pihak lain
dilaksanakan dalam rangka:
a. mengoptimalkan daya guna dan hasil guna barang milik daerah;
dan
b. meningkatkan penerimaan daerah.
Pasal 31
(1) Kerjasama pemanfaatan barang milik daerah dilaksanakan
sebagai berikut:
a. kerjasama pemanfaatan barang milik daerah atas tanah
dan/atau bangunan yang sudah diserahkan oleh pengguna
kepada pengelola;
b. kerjasama pemanfaatan atas sebagian tanah dan/atau
bangunan yang masih digunakan oleh pengguna;dan
c. kerjasama pemanfaatan atas barang milik daerah selain
tanah dan/atau bangunan.
(2) Kerjasama pemanfaatan atas barang milik daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, dilaksanakan oleh pengelola
setelah mendapatkan persetujuan Walikota.
(3) Kerjasama …
(3) Kerjasama pemanfaatan atas barang milik daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b dan c, dilaksanakan oleh
pengguna setelah mendapatkan persetujuan pengelola.
Pasal 32
(1) Kerjasama pemanfaatan barang milik daerah dilaksanakan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. tidak tersedia dan/atau tidak cukup tersedia dana dalam
APBD untuk memenuhi biaya operasional/ pemeliharaan/
perbaikan yang perlu dilakukan terhadap barang milik daerah
dimaksud;
b. mitra kerjasama pemanfaatan ditetapkan melalui
tender/lelang dengan mengikutsertakan sekurang-kurangnya
5 (lima) peserta/peminat, kecuali untuk kegiatan yang bersifat
khusus dapat dilakukan penunjukan langsung;
c. besaran pembayaran kontribusi tetap dan pembagian
keuntungan hasil kerjasama pemanfaatan ditetapkan dari
hasil perhitungan tim yang ditetapkan oleh Walikota; dan
d. pembayaran kontribusi tetap dan pembagian keuntungan
hasil kerjasama pemanfaatan disetor ke kas daerah setiap
tahun selama jangka waktu pengoperasian.
(2) Biaya pengkajian, penelitian, penaksir dan pengumuman
tender/lelang, dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah.
(3) Biaya yang berkenaan dengan persiapan dan pelaksanaan
penyusunan surat perjanjian, konsultan pelaksana/pengawas,
dibebankan pada Pihak Ketiga.
(4) Selama jangka waktu pengoperasian, mitra kerjasama
pemanfaatan dilarang menjaminkan atau menggadaikan barang
milik daerah yang menjadi obyek kerjasama pemanfaatan.
(5) Jangka waktu kerjasama pemanfaatan paling lama 30 (tiga puluh)
tahun sejak perjanjian ditandatangani dan dapat diperpanjang.
(6) Ketentuan …
(6) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tidak berlaku
dalam hal kerjasama pemanfaatan atas barang milik daerah
dilakukan untuk penyediaan infrastruktur tersebut di bawah ini:
a. infrastruktur transportasi meliputi pelabuhan laut, sungai atau
danau, bandar udara, jaringan rel dan stasiun kereta api;
b. infrastruktur jalan meliputi jalan tol dan jembatan tol;
c. infrastuktur sumber daya air meliputi saluran pembawa air baku
dan waduk/bendungan;
d. infrastuktur air minum meliputi bangunan pengambilan air baku,
jaringan transmisi, jaringan distribusi, dan instalasi pengolahan
air minum;
e. infrastruktur air limbah meliputi instalasi pengolah air limbah,
jaringan pengumpul dan jaringan utama, dan sarana
persampahan yang meliputi pengangkut dan tempat
pembuangan;
f. infrastruktur telekomunikasi meliputi jaringan telekomunikasi;
g. infrastruktur ketenagalistrikan meliputi pembangkit, transmisi,
atau distribusi tenaga listrik; atau
h. infrastruktur minyak dan gas bumi meliputi pengalahan,
penyimpanan, pengangkutan, transmisi, dan distribusi minyak
dan gas bumi.
(7) Jangka waktu kerjasama pemanfaatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (6) paling lama 50 (lima puluh) tahun sejak perjanjian
ditandatangani.
Pasal 33
Setelah berakhir jangka waktu kerjasama pemanfaatan, Walikota
menetapkan status penggunaan/pemanfaatan atas tanah dan/atau
bangunan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagian Keenam
Bangun Guna Serah
Pasal 34 …
Pasal 34
(1) Bangun Guna Serah barang milik daerah dapat dilaksanakan
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Pemerintah Kota memerlukan bangunan dan fasilitas bagi
penyelenggaraan pemerintahan Kota untuk kepentingan
pelayanan umum dalam rangka penyelenggaraan tugas
pokok dan fungsi;
b. tanah milik pemerintah Kota yang telah diserahkan oleh
pengguna kepada Walikota; dan
c. tidak tersedia dana Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah untuk penyediaan bangunan dan fasilitas dimaksud.
(2) Bangun Guna Serah barang milik daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dilaksanakan oleh pengelola setelah mendapat
persetujuan Walikota.
Pasal 35
(1) Penetapan mitra Bangun Guna Serah dilaksanakan melalui
tender/lelang dengan mengikutsertakan sekurang-kurangnya 5
(lima) peserta/peminat.
(2) Mitra Bangun Guna Serah yang telah ditetapkan selama jangka
waktu pengoperasian, harus memenuhi kewajiban sebagai berikut:
a. membayar kontribusi ke kas daerah setiap tahun yang
besarannya ditetapkan berdasarkan hasil perhitungan tim
yang dibentuk oleh Walikota;
b. tidak menjaminkan, menggadaikan atau memindahtangankan
objek Bangun Guna Serah; dan
c. memelihara objek Bangun Guna Serah;
(3) Objek bangun guna serah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b, berupa sertifikat hak pengelolaan milik Pemerintah Kota.
(4) Objek bangun guna serah berupa tanah dan/atau bangunan tidak
boleh dijadikan jaminan dan/atau diagunkan.
(5) Hak guna bangunan di atas hak pengelolaan milik pemerintah
Kota, dapat dijadikan jaminan dan/atau diagunkan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan. (6) Jangka …
(6) Jangka waktu bangun guna serah paling lama 30 (tiga puluh)
tahun sejak perjanjian ditandatangani.
(7) Bangun guna serah dilaksanakan berdasarkan surat perjanjian
yang sekurang-kurangnya memuat:
a. pihak-pihak yang terikat dalam perjanjian;
b. objek bangun guna serah;
c. jangka waktu bangun guna serah;
d. hak dan kewajiban para pihak yang terikat dalam perjanjian;
dan
e. persyaratan lain yang dianggap perlu;
(8) Izin mendirikan bangunan bangun guna serah atas nama
pemerintah Kota.
(9) Biaya pengkajian, penelitian dan pengumuman tender/lelang,
dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
(10) Biaya yang berkenaan dengan persiapan dan pelaksanaan
penyusunan Surat Perjanjian, konsultan pelaksana/pengawas,
dibebankan pada pihak pemenang.
(11) Setelah jangka waktu pendayagunaan berakhir, objek bangun
guna serah terlebih dahulu diaudit oleh aparat pengawasan
fungsional pemerintah Kota sebelum diserahkan kepada
Pemerintah Kota dan selanjutnya penggunaannya ditetapkan oleh
Walikota.
Bagian Keenam
Bangun Serah Guna
Pasal 36
(1) Bangun serah guna barang milik daerah dapat dilaksanakan
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. pemerintah Kota memerlukan bangunan dan fasilitas bagi
penyelenggaraan pemerintahan Kota untuk kepentingan
pelayanan umum dalam rangka penyelenggaraan tugas
pokok dan fungsi;
b. tanah milik pemerintah Kota yang telah diserahkan oleh
pengguna kepada Walikota; dan c. tidak …
c. tidak tersedia dana Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah untuk penyediaan bangunan dan fasilitas dimaksud.
(2) Bangun serah guna barang milik daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dilaksanakan oleh pengelola setelah mendapat
persetujuan Walikota.
Pasal 37
(1) Penetapan mitra bangun serah guna dilaksanakan melalui
tender/lelang dengan mengikutsertakan sekurang-kurangnya 5
(lima) peserta/peminat.
(2) Mitra Bangun Serah Guna yang telah ditetapkan selama jangka
waktu pengoperasian, harus memenuhi kewajiban sebagai berikut:
a. membayar kontribusi ke kas daerah setiap tahun yang
besarannya ditetapkan berdasarkan hasil perhitungan tim
yang dibentuk oleh Walikota;
b. tidak menjaminkan, menggadaikan atau memindahtangankan
objek Bangun Serah Guna; dan
c. memelihara objek Bangun Serah Guna;
(3) Objek bangun serah guna sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b, berupa sertifikat hak pengelolaan milik pemerintah Kota.
(4) Objek bangun serah guna berupa tanah tidak boleh dijadikan
jaminan hutang/ diagunkan.
(5) Hak guna bangunan di atas hak pengelolaan milik pemerintah
Kota, dapat dijadikan jaminan utang/diagunkan dan dilaksanakan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
(6) Jangka waktu bangun serah guna paling lama 30 (tiga puluh)
tahun sejak perjanjian ditandatangani.
(7) Bangun serah guna dilaksanakan berdasarkan surat perjanjian
yang sekurang-kurangnya memuat:
a. pihak-pihak yang terikat dalam perjanjian;
b. objek bangun serah guna;
c. jangka waktu bangun serah guna;
d. hak dan kewajiban para pihak yang terikat dalam perjanjian;
dan e. persyaratan …
e. persyaratan lain yang dianggap perlu;
(8) Izin mendirikan bangunan bangun serah guna atas nama
Pemerintah Kota.
(9) Biaya pengkajian, penelitian dan pengumuman lelang, dibebankan
pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
(10) Biaya yang berkenaan dengan persiapan dan pelaksanaan
penyusunan surat perjanjian, konsultan pelaksana/pengawas,
dibebankan pada pihak pemenang.
Pasal 38
Bangun Serah Guna barang milik daerah dilaksanakan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. mitra Bangun Serah Guna harus menyerahkan hasil Bangun Serah
Guna kepada Walikota setelah selesainya pembangunan;
b. mitra Bangun Serah Guna dapat mendayagunakan barang milik
daerah tersebut sesuai jangka waktu yang ditetapkan dalam surat
perjanjian; dan c. setelah jangka waktu pendayagunaan berakhir, objek Bangun
Serah Guna terlebih dahulu diaudit oleh aparat pengawasan
fungsional pemerintah Kota sebelum diserahkan kepada
Pemerintah Kota dan selanjutnya penggunaannya ditetapkan oleh
Walikota.
Bagian ketujuh
Retribusi Pemanfaatan Barang Milik daerah
Pasal 39 (1) Pemanfaatan barang milik daerah yang disewakan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28 dikenakan retribusi.
(2) Retribusi atas pemanfaatan/penggunaan barang milik daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan
Peraturan Daerah.
Pasal 40 …
Pasal 40 Pemanfaatan barang milik daerah yang digunakan untuk kegiatan
sosial, keagamaan, dan kedinasan, tidak dikenakan retribusi.
BAB IX
PENGAMANAN DAN PEMELIHARAAN
Bagian Pertama
Pengamanan
Pasal 41
(1) Pengelola, pengguna dan/atau kuasa pengguna wajib melakukan
pengamanan barang milik daerah yang berada dalam
penguasaannya.
(2) Pengamanan barang milik daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), meliputi:
a. pengamanan administrasi meliputi kegiatan pembukuan,
inventarisasi, pelaporan dan penyimpanan dokumen
kepemilikan;
b. pengamanan fisik untuk mencegah terjadinya penurunan
fungsi barang, penurunan jumlah barang dan hilangnya
barang;
c. pengamanan fisik untuk tanah dan bangunan dilakukan
dengan cara pemagaran dan pemasangan tanda batas, selain
tanah dan bangunan dilakukan dengan cara penyimpanan
dan pemeliharaan; dan
d. pengamanan hukum antara lain meliputi kegiatan melengkapi
bukti status kepemilikan.
Pasal 42
(1) Barang milik daerah berupa tanah harus disertifikatkan atas nama
Pemerintah Kota.
(2) Barang milik daerah berupa bangunan harus dilengkapi dengan
bukti kepemilikan atas nama Pemerintah Kota.
(3) Barang …
(3) Barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan harus
dilengkapi dengan bukti kepemilikan atas nama Pemerintah Kota.
Pasal 43
Barang milik daerah dapat diasuransikan sesuai kemampuan keuangan
daerah dan dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Bagian Kedua
Pemeliharaan
Pasal 44
(1) Pembantu Pengelola, pengguna dan/atau kuasa pengguna
bertanggung jawab atas pemeliharaan barang milik daerah yang
ada di bawah penguasaannya.
(2) Pemeliharaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman
pada Daftar Kebutuhan Pemeliharaan Barang Milik Daerah
(DKPBMD).
(3) Biaya pemeliharaan barang milik daerah dibebankan pada
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
Pasal 45
(1) Pengguna dan/atau kuasa pengguna wajib membuat Daftar Hasil
Pemeliharaan Barang dan melaporkan kepada Pengelola secara
berkala.
(2) Pembantu pengelola meneliti laporan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan menyusun Daftar Hasil Pemeliharaan Barang
yang dilakukan dalam 1 (satu) tahun anggaran.
(3) Laporan hasil pemeliharaan sebagaimana dimaksud ayat (2)
dijadikan sebagai bahan evaluasi.
BAB X …
BAB X
PENILAIAN
Pasal 46
Penilaian barang milik daerah dilakukan dalam rangka penyusunan
neraca Pemerintah Kota, pemanfaatan dan pemindahtanganan barang
milik daerah.
Pasal 47
Penetapan nilai barang milik daerah dalam rangka penyusunan neraca
Pemerintah Kota dilakukan dengan berpedoman pada Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP).
Pasal 48
(1) Penilaian barang milik daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
46, dilakukan oleh penilai internal yang ditetapkan oleh Walikota,
dan/atau dapat melibatkan penilai eksternal yang ditetapkan oleh
Walikota.
(2) Penilaian barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan
dilaksanakan untuk mendapatkan nilai wajar dengan estimasi
terendah mengunakan nilai Jual Obyek Pajak (NJOP).
(3) Hasil penilaian barang milik daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Walikota.
BAB XI
PENGHAPUSAN
Pasal 49
Penghapusan barang milik Daerah meliputi:
a. Penghapusan dari Daftar Barang Pengguna dan/atau Kuasa
Pengguna; dan
b. Penghapusan dari Daftar Barang Milik Daerah.
Pasal 50 …
Pasal 50
(1) Penghapusan barang milik daerah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 49 huruf a, dilakukan dalam hal barang milik daerah
dimaksud sudah tidak berada dalam penguasaan pengguna
dan/atau kuasa pengguna.
(2) Penghapusan barang milik daerah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 49 huruf b, dilakukan dalam hal barang milik daerah
dimaksud sudah beralih kepemilikannya, terjadi pemusnahan atau
karena sebab-sebab lain. (3) Penghapusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan
dengan penerbitan Surat Keputusan penghapusan dari pengguna
barang setelah mendapat persetujuan Walikota atas usul
pengelola barang.
(4) Penghapusan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) , dilakukan
dengan penerbitan surat keputusan penghapusan dari pengelola
barang setelah mendapat persetujuan Walikota.
Pasal 51
(1) Penghapusan barang milik daerah dengan tindak lanjut
pemusnahan dilakukan apabila barang milik daerah dimaksud:
a. tidak dapat digunakan, tidak dapat dimanfaatkan dan/atau
tidak dapat dipindahtangankan; atau
b. alasan lain sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Pemusnahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
oleh pengguna barang dengan surat keputusan dari pengelola
barang setelah mendapat persetujuan Walikota.
(3) Pelaksanaan pemusnahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dituangkan dalam Berita Acara Pemusnahan dan dilaporkan
kepada pengelola barang.
BAB XII …
BAB XII
PEMINDAHTANGANAN
Bagian Pertama
Bentuk-Bentuk Pemindahtanganan dan Persetujuan
Pasal 52
Bentuk-bentuk pemindahtanganan sebagai tindak lanjut atas
penghapusan barang milik daerah, meliputi:
a. Penjualan;
b. Tukar menukar;
c. Hibah; dan
d. Penyertaan Modal Pemerintah Daerah.
Pasal 53
(1) Pemindahtanganan barang milik daerah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 52, ditetapkan dengan Keputusan Walikota setelah
mendapat persetujuan DPRD, untuk:
a. tanah dan/atau bangunan; dan
b. selain tanah dan/atau bangunan yang bernilai lebih dari
Rp.5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah);
(2) Pemindahtanganan barang milik daerah berupa tanah dan/atau
bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, yang
tidak memerlukan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,
apabila:
a. sudah tidak sesuai dengan tata ruang wilayah atau penataan
kota;
b. harus dihapuskan karena anggaran untuk bangunan
pengganti sudah disediakan dalam dokumen penganggaran;
c. diperuntukkan bagi pegawai negeri;
d. diperuntukkan bagi kepentingan umum; dan
e. dikuasai negara berdasarkan keputusan pengadilan yang
telah memiliki kekuatan hukum tetap dan/atau berdasarkan
ketentuan perundang-undangan, yang jika status
kepemilikannya dipertahankan tidak layak secara ekonomis.
Pasal 54 …
Pasal 54
Pemindahtanganan barang milik daerah berupa tanah dan/atau
bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (2), dilakukan
oleh pengelola barang setelah mendapat persetujuan Walikota.
Pasal 55
Pemindahtanganan barang milik daerah selain tanah dan/atau
bangunan yang bernilai sampai dengan Rp.5.000.000.000,00 (lima
miliar rupiah), dilakukan oleh pengelola setelah mendapat persetujuan
Walikota.
Bagian Kedua
Penjualan
Pasal 56
(1) Penjualan barang milik daerah dilaksanakan dengan
pertimbangan:
a. untuk optimalisasi barang milik daerah yang berlebih atau
idle;
b. secara ekonomis lebih menguntungkan bagi daerah apabila
dijual; dan
c. sebagai pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(2) Penjualan barang milik daerah dilakukan melalui pelelangan,
kecuali dalam hal-hal tertentu.
(3) Pelelangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat dilakukan
melalui:
a. Pelelangan umum; atau
b. Pelelangan terbatas.
(4) Hasil pelelangan umum/pelelangan terbatas sebagaimana pada
ayat (3), disetor ke kas Daerah.
(5) Pengecualian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi :
a. penjualan kendaraan perorangan dinas pejabat negara;
b. penjualan rumah golongan III; dan
c. barang milik daerah lainnya yang ditetapkan lebih lanjut oleh
pengelola.
(6) Tata …
(6) Tata cara penjualan barang milik daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (3), dilaksanakan sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan.
Paragraf 1
Penjualan Kendaraan Perorangan Dinas
Pasal 57
(1) Penjualan kendaraan perorangan dinas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 56 ayat (3) huruf a, dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Penjualan kendaraan perorangan dinas yang dipergunakan oleh
Pejabat Negara yang berumur 5 (lima) tahun lebih, dapat dijual 1
(satu) unit kepada yang bersangkutan setelah masa jabatannya
berakhir.
Paragraf 2
Penjualan Kendaraan Dinas Operasional
Pasal 58
Penghapusan/Penjualan Kendaraan Dinas operasional:
(1) Penghapusan/Penjualan kendaraan dinas operasional terdiri dari:
a. Kendaraan dinas operasional; dan
b. Kendaraan dinas operasional khusus/Iapangan;
(2) Kendaraan dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
yang berumur 5 (lima) tahun lebih, dapat dihapus dari daftar
inventaris barang milik daerah.
(3) Walikota menetapkan lebih lanjut umur kendaraan dinas
operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dengan
memperhatikan kondisi Kota Depok.
(4) Penjualan kendaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilaksanakan setelah dihapus dari daftar inventaris barang milik
daerah.
(5) Penjualan …
(5) Penjualan kendaraan dinas operasional sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, dilakukan melalui pelelangan umum
dan/atau pelelangan terbatas yang ditetapkan dengan Keputusan
Walikota.
Pasal 59
(1) Penghapusan/penjualan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58
ayat (1) huruf b, yang telah berumur 10 (sepuluh) tahun lebih.
(2) Penjualan kendaraan dinas operasional sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 58 ayat (1) huruf b, dilakukan melalui pelelangan
umum/atau pelelangan terbatas yang ditetapkan dengan
Keputusan Walikota.
(3) Penjualan dan/atau penghapusan kendaraan dinas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 58 ayat (1) sudah ada kendaraan pengganti
dan/atau tidak mengganggu kelancaran pelaksanaan tugas.
Paragraf 3
Penjualan Rumah Dinas
Pasal 60
(1) Walikota menetapkan golongan rumah dinas sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
(2) Penggolongan rumah dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
terdiri dari:
a. rumah dinas golongan I (rumah jabatan);
b. rumah dinas golongan II (rumah instansi); dan
c. rumah dinas golongan III (perumahan pegawai).
Pasal 61
(1) Rumah dinas golongan I yang sudah tidak sesuai dengan
fungsinya sebagai akibat adanya perubahan struktur organisasi
dan/atau sudah ada pengganti yang lain, dapat dirubah statusnya
menjadi rumah dinas golongan II.
(2) Rumah …
(2) Rumah dinas golongan II dapat dirubah statusnya menjadi rumah
dinas golongan III, kecuali yang terletak di suatu kompleks
perkantoran.
(3) Rumah dinas golongan II dapat dirubah statusnya menjadi rumah
dinas golongan I untuk memenuhi kebutuhan rumah jabatan.
Pasal 62
Rumah dinas yang dapat dijualbelikan atau disewakan, dengan
ketentuan:
a. Rumah dinas golongan II yang telah dirubah golongannya menjadi
rumah dinas golongan III;
b. Rumah dinas golongan III yang telah berumur 10 (sepuluh) tahun
atau lebih;
c. Pegawai yang dapat membeli adalah pegawai yang sudah
mempunyai masa kerja 10 (sepuluh) tahun atau lebih dan belum
pernah membeli atau memperoleh rumah dengan cara apapun dari
pemerintah Kota atau pemerintah pusat;
d. Pegawai yang dapat membeli rumah dinas adalah penghuni yang
pemegang Surat Ijin Penghunian yang dikeluarkan oleh Walikota;
e. Rumah dinas dimaksud tidak sedang dalam sengketa; dan
f. Rumah dinas yang dibangun di atas tanah yang tidak dimiliki oleh
Pemerintah Kota, maka untuk memperoleh hak atas tanah harus
diproses tersendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 63
(1) Penjualan rumah dinas golongan III beserta atau tidak beserta
tanahnya ditetapkan oleh Walikota berdasarkan harga taksiran dan
penilaiannya dilakukan oleh Panitia Penaksir dan Panitia Penilai
yang dibentuk dengan Keputusan Walikota.
(2) Penjualan rumah dinas golongan III sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), ditetapkan dengan Keputusan Walikota.
(3) Hasil penjualan rumah dinas golongan III sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), disetor ke kas daerah.
Pasal 64 …
Pasal 64
Pelepasan hak atas tanah dan penghapusan dari Daftar Inventaris
barang milik daerah ditetapkan dengan Keputusan Walikota setelah
harga penjualan atas tanah dan/atau bangunannya dilunasi.
Paragraf 4
Pelepasan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan dengan Ganti Rugi
Pasal 65
(1) Pemindahtanganan barang milik daerah berupa tanah dan atau
bangunan melalui pelepasan hak dengan ganti rugi, dapat diproses
dengan pertimbangan menguntungkan Pemerintah Kota.
(2) Perhitungan perkiraan nilai tanah dan/atau bangunan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dengan memperhatikan
Nilai Jual Obyek Pajak dan/atau Harga Umum setempat yang
dilakukan oleh Panitia Penaksir yang dibentuk dengan Keputusan
Walikota atau dapat dilakukan oleh Lembaga Independen yang
bersertifikat dibidang penilaian aset.
(3) Proses pelepasan hak tanah dan/atau bangunan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dilakukan dengan pelelangan/tender.
Pasal 66
(1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 tidak berlaku
bagi pelepasan hak atas tanah untuk kavling perumahan pegawai
negeri.
(2) Kebijakan pelepasan hak atas tanah kavling untuk pegawai negeri
ditetapkan oleh Walikota.
Paragraf 5
Penjualan Barang Milik Daerah selain Tanah dan/atau Bangunan
Pasal 67
(1) Penjualan barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan
dilaksanakan oleh pengelola setelah mendapat persetujuan
Walikota. (2) Penjualan …
(2) Penjualan barang milik daerah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. pengguna mengajukan usul penjualan kepada pengelola;
b. pengelola meneliti dan mengkaji usul penjualan yang diajukan
oleh pengguna sesuai dengan kewenangannya;
c. pengelola menerbitkan keputusan untuk menyetujui atau tidak
menyetujui usulan penjualan yang diajukan oleh pengguna
dalam batas kewenangannya; dan
d. untuk penjualan yang memerlukan persetujuan Walikota atau
DPRD, pengelola mengajukan usul penjualan disertai dengan
pertimbangan atas usulan dimaksud.
(3) Penerbitan persetujuan pelaksanaan penjualan oleh pengelola
untuk penjualan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d,
dilakukan setelah mendapat persetujuan Walikota atau Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah;
(4) Hasil penjualan barang milik daerah disetor ke Kas Daerah.
Bagian Ketiga
Tukar Menukar
Pasal 68
(1) Tukar menukar barang milik daerah dilaksanakan dengan
pertimbangan:
a. untuk memenuhi kebutuhan operasional penyelenggaraan
pemerintahan;
b. untuk optimalisasi barang milik daerah; dan
c. tidak tersedia dana dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah.
(2) Tukar menukar barang milik daerah dapat dilakukan dengan pihak:
a. Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Kota;
b. Antar Pemerintah Daerah;
c. Badan Usaha Milik Negara/Daerah atau Badan Hukum milik
pemerintah lainnya;
d. Swasta.
Pasal 69 …
Pasal 69
(1) Tukar menukar barang milik daerah dapat berupa:
a. tanah dan/atau bangunan yang telah diserahkan oleh Kepala
SKPD kepada Walikota melalui pengelola;
b. tanah dan/atau bangunan yang masih dipergunakan untuk
penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi pengguna tetapi
tidak sesuai dengan tata ruang wilayah atau penataan kota;
dan
c. barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan.
(2) Tukar menukar sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilaksanakan oleh pengelola setelah mendapat persetujuan
Walikota sesuai batas kewenangannya.
Pasal 70
Tukar menukar barang milik daerah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 69 ayat (1) huruf a dan huruf b, dilaksanakan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Pengelola mengajukan usul tukar menukar tanah dan/atau
bangunan kepada Walikota disertai alasan/pertimbangan dan
kelengkapan data;
b. Tim yang dibentuk dengan Keputusan Walikota meneliti dan
mengkaji alasan/pertimbangan perlunya tukar menukar tanah
dan/atau bangunan dari aspek teknis, ekonomis dan yuridis;
c. Apabila memenuhi syarat sesuai peraturan yang berlaku, Walikota
dapat mempertimbangkan untuk menyetujui dan menetapkan
tanah dan/atau bangunan yang akan dipertukarkan;
d. Tukar menukar tanah dan/atau bangunan dilaksanakan setelah
mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;
e. Pengelola melaksanakan tukar menukar selain tanah dan
bangunan sesuai batas kewenangannya setelah mendapat
persetujuan Walikota; dan
f. Pelaksanaan serah terima barang yang dilepas dan barang
pengganti harus dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima
Barang. Pasal 71 …
Pasal 71
Tukar menukar barang milik daerah sebagaimana dimaksud dalam
pasal 69 ayat (1) huruf c dilaksanakan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. pengguna mengajukan usul tukar menukar kepada pengelola
disertai alasan dan pertimbangan, kelengkapan data dan hasil
pengkajian Panitia yang ditetapkan dengan Keputusan Walikota;
b. pengelola meneliti dan mengkaji alasan/pertimbangan perlunya
tukar menukar tanah dan/atau bangunan dari aspek teknis,
ekonomis dan yuridis;
c. apabila memenuhi syarat sesuai peraturan yang berlaku, pengelola
dapat mempertimbangkan untuk menyetujui sesuai batas
kewenangannya;
d. pengguna melaksanakan tukar menukar setelah mendapat
persetujuan pengelola; dan
e. pelaksanaan serah terima barang dituangkan dalam Berita Acara
Serah Terima Barang.
Pasal 72
(1) Tukar menukar antara Pemerintah Pusat dengan pemerintah
Daerah dan antar pemerintah daerah apabila terdapat selisih nilai
lebih, maka selisih nilai lebih dimaksud dapat dihibahkan;
(2) Selisih nilai lebih yang dihibahkan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dituangkan dalam Berita Acara Hibah.
Bagian Keempat
Hibah
Pasal 73
(1) Hibah barang milik daerah dapat dilakukan dengan pertimbangan
untuk kepentingan sosial, keagamaan, kemanusiaan, dan
penyelenggaraan pemerintahan;
(2) Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memenuhi
syarat sebagai berikut:
a. Bukan …
a. bukan merupakan barang rahasia daerah;
b. bukan merupakan barang yang menguasai hajat hidup orang
banyak; dan
c. tidak digunakan lagi dalam penyelenggaraan tugas pokok dan
fungsi dalam penyelenggaraan pemerintahan Kota.
Pasal 74
Hibah barang milik daerah berupa:
a. tanah dan/atau bangunan yang telah diserahkan oleh kepala
satuan kerja perangkat daerah kepada Walikota;
b. tanah dan/atau bangunan yang dari awal pengadaannya
direncanakan untuk dihibahkan;
c. selain tanah dan/atau bangunan yang telah diserahkan oleh kepala
satuan kerja perangkat daerah kepada Walikota melalui pengelola;
dan
d. selain tanah dan/atau bangunan yang dari awal pengadaannya
direncanakan untuk dihibahkan.
Pasal 75
(1) Hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 huruf a, ditetapkan
dengan Keputusan Walikota setelah mendapat persetujuan DPRD,
kecuali tanah dan/atau bangunan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 53 ayat (2).
(2) Hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 huruf b, ditetapkan
dengan Keputusan Walikota.
(3) Hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 huruf c yang
bernilai di atas Rp.5.000,000.000,00 (lima milyar rupiah) ditetapkan
dengan Keputusan Walikota setelah mendapat persetujuan DPRD.
(4) Hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 huruf d
dilaksanakan oleh pengguna setelah mendapat persetujuan
pengelola.
Bagian …
Bagian Kelima
Penyertaan Modal Pemerintah Daerah
Pasal 76
(1) Penyertaan modal Pemerintah Daerah atas barang milik daerah
dilakukan dalam rangka pendirian, pengembangan dan
peningkatan kinerja Badan Usaha Milik Negara/Daerah atau badan
hukum lainnya yang dimiliki oleh Pemerintah dan swasta.
(2) Barang milik daerah yang dijadikan sebagai penyertaan modal
daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan oleh
Walikota setelah mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah.
(3) Penyertaan modal Pemerintah Daerah ditetapkan dengan
Peraturan Daerah.
BAB XIII
PEMBINAAN, PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN
Pasal 77
(1) Walikota melakukan pengendalian pengelolaan barang milik
daerah.
(2) Pengguna Barang melakukan pemantauan dan penertiban
terhadap penggunaan, pemanfaatan, pemindahtanganan,
penatausahaan, pemeliharaan, dan pengamanan Barang Milik
Daerah yang berada di bawah penguasaannya.
(3) Pelaksanaan pemantauan dan penertiban sebagaimana yang
dimaksud pada ayat (3), dilaksanakan oleh Pengguna.
(4) Pengguna dan Kuasa Pengguna Barang dapat meminta aparat
pengawas fungsional untuk melakukan audit tindak lanjut hasil
pemantauan dan penertiban sebagaimana yang dimaksud pada
ayat (3) dan ayat (4).
(5) Pengguna dan Kuasa Pengguna Barang menindaklanjuti hasil
audit sebagaimana dimaksud pada ayat (5) sesuai ketentuan
perundangundangan.
Pasal 78 …
Pasal 78
(1) Pengelola berwenang untuk melakukan pemantauan dan
investigasi atas pelaksanaan penggunaan, pemanfaatan, dan
pemindahtanganan Barang Milik Daerah, dalam rangka penertiban
penggunaan, pemanfaatan, dan pemindahtanganan Barang Milik
Daerah sesuai ketentuan yang berlaku.
(2) Tindak lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pengelola
dapat meminta aparat pengawas fungsional untuk melakukan audit
atas pelaksanaan penggunaan, pemanfaatan, dan
pemindahtanganan Barang Milik Daerah.
(3) Hasil audit sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan
kepada Pengelola untuk ditindaklanjuti sesuai ketentuan
perundang-undangan.
BAB XIV
PEMBIAYAAN
Pasal 79
Dalam pelaksanaan tertib administrasi pengelolaan barang milik daerah,
disediakan anggaran yang dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah.
BAB XV
TUNTUTAN GANTI RUGI
Pasal 80
(1) Setiap kerugian daerah akibat kelalaian,
penyalahgunaan/pelanggaran hukum atas pengelolaan Barang
Milik Daerah diselesaikan melalui tuntutan ganti rugi sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
(2) Setiap pihak yang mengakibatkan kerugian daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dikenakan sanksi administratif
dan/atau sanksi pidana sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
BAB XVI …
BAB XVI
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 81
Barang-barang yang berada dalam penguasaan Pemerintah Kota dan
digunakan untuk kepentingan Pemerintah Kota, pengelolaannya
menjadi tanggungjawab Pemerintah Kota.
BAB XVII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 82
(1) Barang milik Daerah yang telah ada sebelum berlakunya Peraturan
Daerah ini wajib dilakukan inventaris dan diselesaikan dokumen
kepemilikan.
(2) Penyelesaian dokumen kepemilikan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan oleh pengguna dan/atau pengelola.
(3) Biaya yang timbul sebagai akibat pelaksanaan ketentuan pada
ayat (2), dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah.
Pasal 83 Pengelolaan barang milik daerah khususnya yang terkait dengan
pemindahtanganan dan pemanfaatan (kerjasama pemanfaatan, bangun
guna serah dan bangun serah guna) yang sudah berjalan dan/atau
sedang dalam proses sebelum ditetapkannya Peraturan Daerah ini,
tetap dapat dilaksanakan.
Pasal 84
Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang
teknis pelaksanaan akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.
BAB XVIII …
BAB XVIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 85
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah
Kota Depok.
Ditetapkan di Depok pada tanggal 11 Desember 2008 WALIKOTA DEPOK
ttd H. NUR MAHMUDI ISMA’IL
Diundangkan di Depok pada tanggal 11 Desember 2008 SEKRETARIS DAERAH KOTA DEPOK ttd
NIP. 480 093 043 Dra. WINWIN WINANTIKA,MM
LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2008 NOMOR 12